PENEGAKAN HUKUM PIDANA DALAM PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERJUDIAN ONLINE BERDASARKAN UNDANG-UNDANG TENTANG TRANSAKSI DAN INFORMASI ELEKTRONIK (ITE)

(1)

ABSTRAK

PENEGAKAN HUKUM PIDANA DALAM PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERJUDIAN ONLINE BERDASARKAN UNDANG-UNDANG TENTANG TRANSAKSI

DAN INFORMASI ELEKTRONIK (ITE) Oleh

Abdul Muluk

Perkembangan dan kemajuan teknologi informasi yang begitu pesat telah menyebabkan perubahan kegiatan kehidupan manusia dalam berbagai bidang yang secara langsung telah mempengaruhi lahirnya bentuk-bentuk perbuatan hukum baru. Salah satunya adalah perjudian di dunia maya. Tindak pidana perjudian yang dilakukan di dunia maya mempunyai dampak serius dalam tatanan kehidupan bermasyarakat. Pemerintah perlu mendukung pengembangan teknologi informasi melalui infrastruktur hukum dan pengaturannya untuk memberikan kepastian hukum, sehingga pemanfaatan teknologi informasi dilakukan secara aman dan terhindar dari penyalahgunaannya dengan memperhatikan nilai-nilai agama dan sosial budaya masyarakat Indonesia dengan membentuk Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik sebagai konsekuensi dari Negara Indonesia sebagai Negara hukum. Berdasarkan hal tersebut dia atas, maka permasalahan dalam penulisan skripsi ini adalah a) penegakan hukum terhadap perjudian online bedasarkan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE), dan b) faktor-faktor yang menghambat penegakan hukum terhadap perjudianonlineberdasarkan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE).

Pendekatan masalah yang digunakan dalam skripsi ini adalah pendekatan masalah yuridis normatife dan yuridis empiris. Sumber daa yang digunakan dalam penelitian ini adalah berasal dari data sekunder yang didukung data primer. Populasi dari penelitian ini terdiri dari penyidik Polisi Polres Jakarta Utara, Kejaksaan Negri Jakarta Utara, dan Pengadilan Jakarta Utara. Metode yang digunakan dalam menentukan sample ini adalah purposive sampling. Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengumpulan data adalah dengan studi kepustakaan dan studi lapangan. Pengolahan data dilakukan kemudian dievaluasi, diteliti, dan disusun secara cermat. Kemudian data yang diperoleh dianalisis secara kualitatif dengan tujuan untuk menghasilkan suatu uraian deskriptif.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, bahwa a) Penegakan hukum terhadap perjudian online yang dilakukan POLRI bekerjasama dengan instansi terkait dalam hal perjudianonlineini adalah kementrian Komunikasi dan Informasi, danInternet Service

Provider (ISP) yang ada di Indonesia dengan upaya preventif seperti melakukan search web cyber gambling atau pencarian domain yang memiliki muatan perjudian dengan melakukan


(2)

penyelidikan online. Lalu yang selanjutnya dengan upaya represif seperti menditeksi tempat kejadian perkara. Memblokir domain yang mempergunakan layanan Internet Service Provider (ISP) Indonesia dan terbukti memiliki muatan perjudian. b) Faktor-faktor yang mengahmbat penegakan hukum terhadap tindak pidana perjudianonline tersebut yaitu Faktor Hukum dimana penyitaan dokumen elektronik atau perluasannya kerap menemukan kendala dalam hal mendapatkan izin dari pengadilan. Faktor Aparat Penegak Hukum dimana aparat penegak hukum tidak dapat menjangkau pelaku tindak pidana perjudian online yang menggunakan IP address dan berada diluar wilayah Negara Republik Indonesia, yang di negaranya perjudian onlinetidak dilarang dan kurangnya kerjasama dari penyelenggara system elektronik seperti yahoo, google, Fasilitas yang tidak mendukung penegakan hukum itu sendiri seperti kurangnya anggaran untuk computer forensic, sehingga aparat penegak hukum kerap kesulitan dalam menentukan tempat kejadian perkara. Diperlukan biaya yang tinggi dalam melakukan penyelidikan terhadap kasus perjudian online, pelaku menggunakan identitas palsu, menggunakan nomor rekening tabungan palsu.

Adapun saran yang dapat diberikan antara lain, a) Penegakan hukum terhadap tindak pidana perjudian online seharusnya melibatkan seluruh elemen baik dari aparat penegak hukum, Instansi-Instasnsi terkait di lingkungan pemerintah yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di bidang Informasi dan Transaksi Elektronik seperti Kemenkominfo, penyedia layanan internet tersebut dalam hal ini Internet Service Provider (ISP) Indonesia dan masyarakat itu sendiri sebagai konsumen pengguna layanan internet. Sehingga penegakan hukum terhadap perjudian online ini sesuai dengan apa yang diharapkan.b) Pemerintah memberikan perhatian lebih menyikapi segala sesuatu yang menjadi faktor-faktor penghambat penegakan hukum terhadap perbuatan hukum yang dilakukan di dunia maya tersebut khususnya perjudianonlineini.


(3)

1. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan ilmu dan teknologi yang demikian pesat telah membawa dampak dalam tatanan kehidupan masyarakat serta dampak yang signifikan terhadap perkembangan arus globalisasi informasi dan elektronik, hal ini juga berdampak pada peningkatan taraf hidup masyarakat serta pembangunan nasional yang pada hakekatnya merupakan pembangunan manusia seutuhnya dan seluruh masyarakat Indonesia. Pembangunan nasional yang mengarah dan dapat mengiringi perkembangan tersebut berbasis teknologi informasi yang dapat dilakukan secara optimal, merata dan menyebar lapisan masyarakat guna mencerdaskan kehidupan bangsa.

Perkembangan dan kemajuan atas pembangunan teknologi informasi sangatlah pesat, sedemikian pesatnya perkembangan teknologi informasi menyebabkan perubahan kegiatan kehidupan manusia dalam berbagai bidang seperti, proses komunikasi, sosialisi, mengakses informasi, melakukan transaksi jual beli, sarana hiburan, dari perubahan kegiatan manusia dalam berbagai bidang seperti di atas dapat dengan mudah diakses dengan mudah di dunia maya melalui yang terdapat di dalam fasilitas yang dinamakan internet. Di zaman sekarang ini tidaklah sulit untuk mengakses fasilitas internet, dari segala umur dapat mengakses fasilitas tersebut dengan kemudahan-kemudahan lain yang mendukung seperti semakin banyaknya warung-warung internet, biaya sewa mengakses internet di warung internet yang relatif terjangkau, biaya yang relatif terjangkau pula untuk pengadaan fasilitas dan abudemen yang memungkinkan kita dapat mengakses di rumah.


(4)

Media Internet dapat berguna untuk suatu hal; yang positif seperti komunikasi, sosialisasi, mengakses informasi, melakukan transaksi jual beli, sarana hiburan tanpa terhalang jarak waktu. Tapi di sisi lain karena dipengaruhi berbagai faktor baik niat dan kesempatan di dalam media ini dapat melahirkan bentuk-bentuk perbuatan melawan hukum seperti penipuan, prostitusi, pornografi, perjudian yang keseluruhan tersebut dapat enjadi konsumsi publik dan menjadi pelanggaran hukum positif yang berlaku.

Salah satu contoh perbuatan melawan hukum dari perubahan kegiatan kehidupan manusia dalam berbagai bidang seperti diatas adalah perjudian dunia maya . Tindak pidana perjudian baik yang dilakukan di dunia nyata maupun dunia maya mempunyai dampak serius dalam tatanan kehidupan bermasyarakat. Perjudian telah berkembang pada semua lapisan masyarakat, dari lapisan bawah hingga lapisan atas dan semuanya memiliki motif dan tujuan yang sama yaitu memperoleh keuntungan yang berlipat ganda. Di dunia nyata praktik perjudian kelas bawah banyak dilakukan secara sembunyi-sembunyi (illegal) seperi perjudian togel sampai koprok. Sebaliknya praktik jadi dari kalangan atas banyak dilakukan ditempat elit dan mempunyai izin dari pihak yang berwenang (legal) dengan keuntungan yang lebih besar. Sedangkan di dunia maya praktik perjudian bisa di akses dari segala kalangan baik ekonomi kelas bawah maupun ekonomi kelas atas, tidak terhalang tempat dan waktu.

Bentuk baru perjudian yaitu melaui dunia maya ini telah banyak terjadi dan kasus yang telah ditangani oleh Bareskrim Mabes POLRI di bulan Februari kemarin salah satunya beromzet miliaran rupiah, tersangka S terbukti sedang menjalankan praktik judi di sebuah rumah di Muara Kapuk, Penjaringan Jakarta Utara, jenis praktik judi yang dimainkan adalah POKER. Tersangka S melanggar Pasal 27 ayat (2) Undang-Undang tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE). Bahwa setiap orang dengan sengaja dan tanpa mendistribusikan dan/atau mentransmisikan


(5)

dan/atau membuat dapat di aksesnya informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan perjudian.(http//. www.detikcom.com.September 2011).

Saat ini telah lahir bentuk baru perjudian dimana perjudian ini biasanya memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam perjudian ini bandar dan pemain tidak bertemu secara langsung. Dalam judi tersebut, calon peserta diminta untuk melakukan pendaftaran terlebih dahulu dengan registrasi melalui internet untuk mendapatkan kursi dan meja. Setelah calon pemain melakukan registrasi, pemain harus mengirimkan sejumlah uang ke rekening yang telah tersedia.

Sarana atau media yang digunakan dalam hal ini adalah media elekrtonik (komputer, modem, internet), media internet dan rekening bank. Taruhan yang dipertaruhkan dalam judi online ini memang bukan uang dalam bentuk nyata tetapi hanya nominal yang tertera dalam media internet tersebut. Transaksi uang melalui rekening sebelum permainan dimulai dan setelah permainan selesai, jenis judi yang dimainkan adalah jenis poker.

Bila pemain menang maka uang akan di transfer ke rekening pemain sejumlah nominal yang tertera di media internet, bila pemain kalah maka pemain akan kehilangan uang sejumlah nominal yang tertera di media internet tersebut, dengan demikian, dapat disimpulkan secara tegas dan jelas bahwa judioonlineseperti di atas adalah salah satu bentuk perjudian karena memenuhi semua unsur-unsur perjudian sebagaimana disebutkan di atas. (http:// www. detiknews.com .read. September 2011). Untuk menanggulangi tindak pidana perjudian online tersebut perlu adanya penegakan hukum dari aparat penegak hukum dan instansi terkait guna menciptakan keamanan, ketertiban, dan keadilan bagi kehidupan bermasyarakat. Namun pembangunan nasional harus senantiasa tanggap terhadap dinamika yang terjadi di masyarakat dimana perkembangan globalisasi informasi telah menempatkan Indonesia sebagai bagian dari


(6)

masyarakat informasi dunia sehingga mengharuskan dibentuknya mengharuskan dibentuknya peraturan mengenai pengelolaan Informasi dan Transaksi Elektronik di tingkat nasional sehingga pembangunan teknologi informasi dapat dilakukan secara optimal, merata dan menyebar diseluruh lapisan masyarakat guna mencerdaskan kehidupan bangsa.

Perkembangan dan kemajuan teknologi informasi yang begitu pesat telah menyebabkan perubahan kegiatan kehidupan manusia dalam berbagai bidang yang secara langsung telah mempengaruhi lahirnya bentuk-bentuk perbuatan baru. Penggunaan teknologi informasi harus terus dikembangkan untuk menjaga, memelihara, dan memperkukuh persatuan dan kesatuan nasional berdasarkan peraturan perundang-undangan demi kepentingan nasional dan pertumbuhan perekonomian nasional untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat Indonesia sehinggga pemerintah perlu mendukung pengembangan teknologi informasi melalui infrastruktur hukum dan pengaturannya sehingga pemanfaatan teknologi informasi dilakukan secara aman untuk mencegah penyalahgunaannya dengan memeprhatikan nilai-nilai agama dan sosial budaya masyarakat Indonesia dengan membentuk Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) sebagai konsekuensi dari Negara Indonesia sebagai Negara hukum, dimana segala sesuatunya diatur berdasarkan tatanan hukum.

Memperhatikan hal-hal tersebut di atas maka untuk itu perlu dilakukan penelitian mengenai Analisis Penegakan Hukum Terhadap Perjudian Online berdasarkan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik.

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup 1.Permasalahan


(7)

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka yang menjasdi permasalahan di dalam skripsi ini adalah:

a. Bagaimana penegakan hukum pidana dalam pemberantasan terhadap tindak pidana perjudian online berdasarkan Undang-Undang tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE)?

b. Apakah faktor-faktor yang menghambat penegakan hukum pidana terhadap perjudian online berdasarkan Undang-Undang tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE)?

2. Ruang lingkup penelitian

Agar dalam penelitian ini tidak menyimpang dari sasaran yang diinginkan, maka pokok bahasanya hanya dibatasi pada Analisa Penegakan Hukum Terhadap Perjudian Online berdasarkan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE). Peneliti mengambil dan mengolah data yang berasal dari lokasi penelitian. Lingkup penelitian dibatasi pada wilayah hukum POLRESTABES Jakarta Utara (Bagian Reserse Kriminal), Pengadilan Negeri Jakarta Utara, dan Kejaksaan Negeri Jakarta Utara.

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada latar belakang dan rumusan yang telah penulis uraikan diatas, penelitian ini bertujuan:

a. Untuk mengetahui penegakan hukum pidana dalam pemberantasan tindak pidana perjudian online berdasarkan Undang-Undang tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE). b. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menghambat proses penegakan hukum terhadap tindak


(8)

2. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini mencakup kegunaan teoritis dan kegunaan praktis : a. Secara Teoritis

Menambah dan mendalami ilmu pengetahuan serta sebagai sumbangsih pemikiran dalam pengembangan ilmu hukum pada umumnya dan hukum pidana secara khususnya penegakan hukum perjudian online dan untuk mengetahui faktor-faktor yang menghambat penegakan hukum dalam pemberantasan perjudianonline.

b. Secara Praktis

penulisan skripsi ini berguna untuk kepentingan penulis sendiri dalam rangka pengembangan dan memperluas wawasan, serta sebagai salah satu syarat akademis agar dapat memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Lampung.

D. Kerangka Teoritis dan Konseptual 1. Kerangka Teoritis

Kerangka teoritis adalah konsep-konsep yang sebenarnya merupakan abstraksi dari hasil-hasil pemikiran atau acuan yang pada dasarnya untuk mengadakan identifikasi terhadap dimensi-dimensi sosial yang dianggap relevan oleh peneliti (Soerjono Soekanto 1986 :125)

Penegakan hukum adalah kegiatan penyerasian nilai-nilai yang terjabarkan dalam kaidah-kaidah atau pandangan-pandangan menilai yang menetapkan dan mengejawantah dan sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap akhir untuk menciptakan, memelihara dan mempertahankan kedamaian pergaulan hidup (Soerjono Soekanto, 1983:2).


(9)

Setiap penelitian selalu disertai dengan pemikiran – pemikiran teoritis. Hal ini karena adanya hubungan timbal balik yang erat antara teori dengan kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis, dan kontruksi data.

Pembahasan penegakan hukum pidana pelaku tindak pidana perjudian online teori yang digunakan adalah teori yang dikemukakan oleh Muladi dan Barda Nawawi Arief mengenai 3 faktor fungsionalisasi pada proses penegakan hukum pidana yaitu :

1. Faktor Faktor hukumnya sendiri, Undang-Undang 2. Faktor aparat penegak hukum

3. Faktor kesadaran hukum

(Muladi dan Barda Nawawi Arief, 1992:157).

Konsep dari upaya penanggulangan kejahatan menurut Sudarto (1986: 113-116), terdiri dari tindakan preventif, tindakan represif, dan tindakan kuratif, yaitu:

a. Tindakan Preventif, yaitu usaha mencegah kejahatan yang merupakan bagian dari politik kriminil. Politik kriminil dapat diberi arti sempit, lebih luas dan paling luas. Dalam arti sempit politik kriminil itu digambarkan sebagai keseluruhan asas dan metode yang menjadi dasar dari reaksi terhadap pelanggaran hukum yang berupa pidana. Dalam arti lebih luas, politik kriminil merupakan keseluruhan fungsi dari para penegak hukum, termasuk di dalamnya cara kerja dari Pengadilan dan Polisi. Sedangkan dalam arti yang paling luas, politik kriminil merupakan keseluruhan kegiatan yang dilakukan melalui perundang-undangan dan badan-badan resmi yang bertujuan untuk menegakkan norma-norma sentral dari masyarakat. Penegakkan norma-norma sentral ini dapat diartikan sebagai penanggulangan kejahatan. Usaha-usaha penanggulangan secara preventif sebenarnya bukan


(10)

hanya bidang dari Kepolisian saja. Penanggulangan kejahatan dalam arti yang umum secara tidak langsung juga dilakukan tanpa menggunakan sarana pidana (hukum pidana). Misalnya, kegiatan bakti sosial dapat menghindarkan para pemuda dari perbuatan jahat. Penggarapan kejahatan jiwa masyarakat dengan pendidikan agama, pemberian tempat atau rumah singgah bagi anak jalanan dan gelandangan akan mempunyai pengaruh baik untuk pengendalian kejahatan.

b. Tindakan Represif, yaitu segala tindakan yang dilakukan oleh aparat penegak hukum sesudah terjadinya kejahatan (tindak pidana). Yang termasuk tindakan represif adalah penyelidikan, penyidikan, penuntutan, sampai dilaksanakannya pidana. Ini semua merupakan bagian-bagian dari politik kriminil sehingga harus dipandang sebagai suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh badan-badan yang bersangkutan dalam menanggulangi kejahatan.

c. Tindakan Kuratif, yaitu pada hakikatnya merupakan usaha preventif dalam arti yang seluas-luasnya ialah dalam usaha penanggulangan kejahatan, maka untuk mengadakan pembedaan sebenarnya tindakan kuratif itu merupakan segi lain dari tindakan represif dan lebih dititikberatkan kepada tindakan terhadap orang yang melakukan kejahatan. Tindakan kuratif dalam arti nyata hanya dilakukan oleh aparatur eksekusi pidana, misalnya para pejabat lembaga pemasyarakatan atau pejabat dari Bimbingan Kemasyarakatan dan Pengentasan Anak (BISPA). Mereka ini secara nyata terlepas dari berhasil atau tidaknya melakukan pembinaan terhadap para terhukum pidana pencabutan kemerdekaan.

Penegakan hukum pidana adalah upaya unruk membuat hukum itu dapat berfungsi, beroperasi atau bekerja dan terwujud secara konkret sebagai suatu uoaya penegakan hukum pidana. Penegakan hukum pidana dapat juga diartikan sebagai penyelenggraan hukum oleh petugas


(11)

penegak hukum dan oleh setiap orang yang mempunyai kepentingan sesuai dengan kewenanganya masing-masing sesuai dengan aturan hukum yang berlaku.

Kaidah-kaidah tersebut kemudian menjadi pedoman atau patokan yang menjadi prilaku yang dianggap pantas atau seharusnya. Prilaku atau sikap itu bertujuan untuk menciptakan, memelihara dan mempertahankan kedamaian. Di dalam menganalisa hukum, persoalan tidak terlepas dari beroperasinya tiga komponen sistem hukum (legal system) yang dikatakan oleh M. Friedman terdiri dari komponen“struktur, substansi, dan kultur” (Friedman, 1967:27).

Komponen struktur adalah bagian-bagian yang bergerak dalam mekanisme misalnya pengadilan. Komponen substansi merupakan hasil actual yang diterbitkan oleh system hukum dan meliputi pula kaidah-kaidah hukum yang tidak tertulis. Sedangkan komponen struktur nilai dan sikap yang mengikat sistem hukum itu secara bersamaan dan menghasilkan suatu bentuk penyelenggraan hukum dalam budaya masyarakat secara keseluruhan. Penegakan hukum bukan semata-mata perundang-undangan saja, terdapat faktor-faktor yang mempengaruhinya (Soerjono Soekanto, 1983:5). Selain perundang-undangan, faktor-faktor yang mempengaruhi penegakan hukum.

1. Faktor Hukum

Praktik penyelenggraan penegakan hukum di lapangan, sering terjadi pertentangan atas kepastian hukum dan keadilan, hal itu dikarenakan konsepsi keadilan merupakan rumusan yang bersifat abstrak, sedangkan kepastian hukum merupakan prosedur yang telah ditentukan secara normatif. Terdapat beberapa asas dalam berlakunya undang-undang yang tujuannya adalah agar undang-undaang tersebut mempunyai dampak positif. Artinya agar undang-undang tersebut mencapai tujuannya secara efektif di dalam kehidupan masyarakat guna menjadi pedoman dalam bertingjah laku dalam kehidupan


(12)

2. Aparat Penegak Hukum.

Salah satu kunci keberhasilan penegakan hukum adalah mentalitas atau kepribadian penegak hukum. Dalam kerangka penegakan hukum dan implementasi penegakan hukum bahwa penegakan keadilan tanpa kebenaran adalah suatu kebejatan. Penegakan kebenaran tanpa kejujuran adalah suatu kemunafikan.

3. Fasilitas Pendukung

Fasilitas pendukung mencakup perangkat lunak dan perangkat keras, salah satu perangkat lunak adalah pendidikan, pendidikan yang diterima oleh polisi dewasa ini cenderung pada hal-hal praktis konvensional sehingga dalam banyak hal polisi mengalami hambatan dalam tugasnya, antara lain pengetahuan tentang kejahatan, komputer, dalam tindak pidana khusus yang selama ini diberikan wewenangnya kepada jaksa, hal ini karena secara teknis yuridis polisi dianggap belum mampu dan belum siap. Walau disadari tugas dari aparat kepolisian begitu berat kompleks.

4. Tingkat Kesadaran Hukum dan Kepatuhan Masyarakat.

Setiap warga masyarakat atau kelompok pasti mempunyai kesadaran hukum, masalah yang timbul adalah masalah kepatuhan hukum, yakni taraf kepatuhan hukum yang tinggi, sedang atau rendah. Sebagaimana diketahui kesadaran hukum sebenarnya merupakan suatu proses yang mencakup pengetahuan hukum, sikap hukum dan prilaku hukum.

5. Faktor Masyarakat dan Budaya

Secara analisis konsepsional terhaadp berbagai jenis kebudayaan, apabila dilihat dari ruang lingkup dan perkembangannya di Indonesia, adanya super culture, culture, subculture, dan counter-culture. Variasi kebudayaan yang demikian banyaknya dapat menimbulkan persepsi-persepsi tertentu terhadap penegakan hukum, variasi-variasi kebudayaan sangat


(13)

sulit untuk diseragamkan, oleh karena itu penegak hukum harus disesuaikan dengan kondisi setempat.

Saat ini telah lahir bentuk perjudian baru dimana perjudian ini biasanya memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dimana bandar atau pengelola dan pemain tidak bertemu secara langsung. Dalam judi tersebut, calon peserta diminta untuk melakukan pendaftaran terlebih dahulu dengan registrasi melalui internet untuk mendapatkan kursi dan meja. Setelah calon pemain melakukan registrasi, pemain harus mengirimkan sejumlah uang ke rekening yang telah tersedia.

Sarana atau media yang digunakan dalam hal ini adalah media elektronik (komputer, modem, internet), media internet dan rekening bank. Taruhan yang dijadikan taruhan dalam judi online ini memang bukan uang dalam bentuk nyata tetapi hanya nominal yang tertera dalam media internet tersebut. Transaksi uang melalui rekening dilakukan sebelum permainan selesai, jenis judi yang dimainkan adalah jenis poker.

Bila pemain menang maka uang akan ditransfer ke rekening pemain sejumlah nominal yang tertera di media internet, bila pemain kalah maka pemain akan kehilangan uang sejumlah nominal yang tertera di media internet tersebut. Dengan demikian, dapat disimpulkan secara tegas dan jelas bahwa judi online seperti di atas adalah salah satu bentuk perjudian karena memenuhi semua unsur-unsur perjudian sebagaimna disebutkan di atas.

Bentuk baru perjudian tersebut adalah perjudian online. Untuk menanggulangi tindak pidana perjudianonlinetersebut perlu adanya penegakan hukum dari aparat penegak hukum dan instansi terkait guna menciptakan keamanan, ketertiban, dan keadilan bagi kehidupan bermasyarakat.


(14)

2. Konseptual

Kerangka konseptual adalah kerangka yang menggambarkan secara khusus hubungan antara konsepsi-konsepsi. Untuk mencegah salah pengertian atau perbedaan pemahaman terhadap istilah yang dipergunakan dalam penulisan skripsi ini, maka diberikan definisi operasionalnya antara lain:

a. Analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dan sebagainya). Untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab musabab, duduk perkaranya dan sebagainya). (W.J.S. Poerwadaminta, 1995 : 37).

b. Penegakan Hukum kegiatan penyerasian nilai-nilai yang terjabarkan dalam kaidah-kaidah atau pandangan-pandangan menilai yang menetapkan dan mengejwantah dan sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap akhir untuk menciptakan, memelihara dan mempertahankan kedamaian pergaulan hidup (Soerjono Soekanto, 1983:2).

c. Perjudian adalah pertaruhan dengan sengaja, yaitu mempertaruhkan suatu nilai atau sesuatu dianggap bernilai, dengan meyadari adanya resiko dan harapan-harapan tertentu pada peristiwa-peristiwa permainan, pertandingan, perlombaan dan kejadian-kejadian yang tidak atau belum pasti hasilnya (Kartini Kartono, 1981 : 51).

Adapun yang disebut permainan judi, adalah tiap-tiap pemainan, dimana pada umumnya kemungkinan mendapatkan untung tergantung pada peruntungan belaka, juga karena permainannya lebih terlatih atau lebih mahir. Disitu termasuk segala pertaruhan tentang keputusan perlombaan atau permainan lain-lainnya yang tidak diadakan antara mereka yang turut berlomba atau bermain, demikian juga segala pertaruhan lainnya (Pasal 303 Ayat (3) KUHP).


(15)

d. Online adalah terhubung, terkoneksi. Aktif dan siap untuk operasi, dapat berkomunikasi dengan atau dikontrol oleh komputer. Online ini juga bisa diartikan sebagai suatu keadaan dimana sebuah perangkat (komputer) terhubung dengan perangkat lain, biasanya melalui modem (dalam kamus komputer dan teknologi informasi).

e. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE).

E. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan dalam memahami skripsi ini secra keseluruhan maka sistematika penulisan disusun sebagai berikut.

1. PENDAHULUAN

Bab ini merupakan pendahuluan yang memuat latar belakang penulisan skiripsi dengan judul Upaya Penegakan Hukum Dalam Pemberantasan Tindak Pidana Perjudian Online Berdasarkan UU Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik (ITE). Kemudian di dalam bab ini memuat perumusan masalah dan pembatasan ruang lingkup masalah, tujuan dan kegunaan pemulisan, serta uraian mengenai kerangka dan konseptual system penulisan

II. TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini merupakan pemahaman mengenai pengertian umum tentang pokok-pokok bahasan antara lain aparatur penegak hukum, pengertian tindak pidana perjudian, bentuk baru perjudian.


(16)

Bab ini memuat mengenai metode penulisan yang meliputi pendekatan masalah yang merupakan penjelasan tentang bagaimanakah masalah yang akan dijawab tersebut(berkaitan dengan disiplin ilmu dan sudut pandang peneliti), sumber dan jenis data yang merupakan penjelasan tentang darimana data tersebut diperoleh, penentuan populasi dan sample, prosedur pengimpilan data yang berisikan cara bagaimana data dikumpulkan dan diolah dan analisis data.

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis membahas tentang, Penegakan hukum terhadap perjudian online berdasarkan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik serta faktor-faktor penghambat penegakan hukum terhadap perjudian online berdasarkan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik.

V. PENUTUP

Pada akhir penulisan skripsi ini sebagai penutup dikemukakan kesimpulan-kesimpulan mengenai hal-hal yang telah diuraikan dan kemudian dilengkapi dengan saran sebagai alternative dari solusi masalah tersebut.


(17)

Friedman, Lawrence, M.Law and society (An Introduction),Englewood Cliff,NJ; Prentice Hall, inc, 1967

Hamzah, Andi. 2002.Pengantar Hukum Acara Pidana Indonesia,Ghalia Indonesia, Jakarta

Kartono, Kartini. 1981.Patologi sosial I.Rajawali Pers,Jakarta.

Soekanto, Soerjono. 1986.Pengantar Penelitian Hukum.UI Press, Jakarta. Sudarto, 1986.Hukum dan Hukum Pidana. Alumni. Bandung.

---, 1983.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum,Rajawali, Jakarta.

Poerwadminta, W.J.S. 1995.Kamus Umum Bahasa Indonesia,Balai Pustaka, Jakarta.

Undang-undang No. 7 Tahun 1974 Tentang Penertiban Perjudian. Undang-undang No. 8 Tahun 1981 KUHAP.

Undang-undang No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik. www.google.com


(18)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Penegakan Hukum

Penegakan hukum pidana adalah upaya untuk membuat hukum itu dapat berfungsi, beroperasi atau bekerja dan terwujud secara konkret sebagai suatu upaya penegakan hukum pidana. Penegakan hukum pidana dapat juga diartikan sebagai pemyelenggaraan hukum oleh petugas penegakan hukum dan oleh setiap orang yang mempunyai kepentingan sesuai kewenangannya masing-masing sesuai dengan aturan hukum yang berlaku.

Penegakan hukum adalah kegiatan penyerasian nilai-nilai yang terjabarkan dalam kaidah-kaidah atau pandangan-pandangan menilai yang menetapkan dan mengejawantah dan sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap akhir untuk menciptakan, memelihara dan mempertahankan kedamaian pergaulan hidup (Soerjono Soekanto, 1983:2).

Kaidah-kaidah tersebut kemudian menjadi pedoman atau patokan yang menjadi prilaku yang dianggap pantas atau seharusnya. Prilaku atau sikap itu bertujuan untuk menciptakan, memelihara dan mempertahankan kedamaian. Di dalam menganalisa hukum, persoalan tidak terlepas dari beroperasinya tiga komponen sistem hukum (legal system)yang dikatakan oleh M. Friedman terdiri dari komponen “struktur,substansi dan kultur”(Friedman, 1967:27).

Komponen struktur adalah bagian-bagian yang bergerak dalam mekanisme misalnya pengadilan. Komponen substansi merupakan hasil aktual yang diterbitkan oleh sistem hukum dan meliputi pula kaidah-kaidah hukum yang tidak tertulis. Sedangkan komponen struktur nilai dan sikap yang mengikat sistem hukum itu secara bersamaan dan menghasilkan suatu bentuk penyelenggraan hukum dalam budaya masyarakat secara keseluruhan.


(19)

Penegakan hukum bukan semata-mata perundang-undangan saja, terdapat faktor-faktor yang mempengaruhinya (Soerjono Soekanto, 1983:5). Selain perundang-undangan, faktor-faktor yang mempengaruhinya penegakan hukum adalah :

1. Faktor Hukum

Praktik penyelenggaraan penegakan hukum di lapangan, sering terjadi pertentangan atas kepastian hukum dan keadilan hukum, hal itu dikarenakan konsepsi keadilan merupakan rumusan yang bersifat abstrak, sedangkan kepastian hukum merupakan prosedur yang telah ditentukan secara normatif. Oleh karena itu suatu kebijakan atau tindakan itu tidak bertentangan dengan hukum. Maka pada hakekatnya penyelenggaraan hukum bukan hanya mencakup “law enforcement” saja akan tetapi juga “peace maintenance”, karena penyelenggraan hukum sesungguhnya merupakan proses penyerasian nilai-nilai, kaidah-kaidah dan pola prilaku nyata yang bertujuan mencapai kedamaian. Dengan demikian tidak berarti setiap permasalahan sosial hanya dapat diselesaikan oleh hukum yang tertulis, karena tidak mungkin ada peraturan perundang-undangan seluruh tingkah manusia, yang isinya jelas bagi setiap warga masyarakat yang diaturnya dan serasi antara kebutuhan untuk menerapkan peraturan dengan fasilitas yang mendukungnya. Sebagaimana diketahui hukum mempunyai unsur-unsur antara lain sebagai hukum perundang-undangan, hukum traktat, hukum yurisprudensi, hukum adat dan hukum ilmuan dan doktrin. Secara ideal unsur-unsur itu harus harmonis, artinya tidak saling bertentangan baik secara vertikal maupun horizontal antara perundang-undangan yang satu dengan yang lainnya, bahasa yang dipergunakan juga harus jelas, sederhana dan tepat karena isinya merupakan pesan kepada warga masyarakat yang terkena perundang-undangan itu.


(20)

Salah satu kunci keberhasilan penegak hukum mentalitas atau kepribadian penegak hukum. Dalam kerangka penegakan hukum dan implementasi penegakan hukum bahwa penegakan keadilan tanpa kebenaran adalah suatu kebejatan. Penegakan tanpa kejujuran adalah suatu kemunafikan.

3. Fasilitas pendukung

Fasilitas pendukung mencakup perangkat lunak dan perangkat keras, salah satu perangkat lunak adalah pendidikan, pendidikan yang diterima oleh polisi dewasa ini cenderung pada hal-hal praktis konvensional sehingga dalam banyak hal polisi mengalami hambatan dalam tugasnya, antara lain pengetahuan tentang kejahatan, komputer dalam tindak pidana khusus yang selama ini masih diberikan wewenangnya kepada jaksa, hal ini karena secara teknis yuridis polisi masih dianggap belum mampu dan belum siap. Walau disadari tugas dari aparat kepolisian begitu berat dan kompleks.

4. Tingkat Kesadaran Hukum dan Kepatuhan Masyarakat

Setiap warga masyarakat atau kelompok pasti mempunyai kesadaran hukum, masalah yang timbul adalah masalah kepatuhan hukum, yakni taraf kepatuhan hukum yang tinggi, sedang, atau rendah. Sebagaimana diketahui kesadaran hukum sebenarnya merupakan suatu proses yang mencakup pengetahuan hukum, sikap hukum dan prilaku hukum.

5. Faktor Masyarakat Hukum

Secara analisis konsepsional terhadap berbagai jenis kebudayaan, apabila dilihat dari ruang lingkup dan perkembangannya di Indonesia, adanya super-culture, culture, subculture, dan counter-culture. Variasi kebudayaan yang demikian banyaknya dapat menimbulkan


(21)

persepsi-persepsi tertrentu terhadap penegakan hukum, variasi-variasi sangat sulit untuk diseragamkan, oleh karena itu penegak hukum harus disesuaikan dengan kondisi setempat.

B. Pengertian Perjudian, Bentuk Baru Perjudian dan Alat Bukti Tindak Pidana Perjudian Online

1. Pengertian Perjudian

Semua aktivitas yang sengaja menggantungkan harapan mendapatkan “keuntungan” dengan mempertaruhkan sesuatu yang berharga pada suatu chance (kesempatan, kemungkinan, probabilitas) disebut judi.

Bila mengacu KUHP yang dimaksud dengan perjudian berdasarkan Pasal 303 Ayat (3) adalah : “Tiap-tiap permainan, dimana pada umumnya kemungkinan mendapat untung bergantung kepada peruntungan belaka, juga karena permainan lebih terlatih atau lebih mahir. Disitu termasuk segala pertaruhan tentang segala pertaruhan tentang keputusan perlombaan atau permainan lainnya tidal diadakan antara mereka yang turut berlomba atau bermain, demikian juga segala pertaruhan lainnya”.

Sedangkan perjudian menurut KUHP dalam Pasal 303 ayat (3) yang dirubah dengan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1974 tentang Penertiban Perjudian disebutkan bahwa:

“yang disebutkan permainan judi, adalah tiap-tiap permainan, di mana pada umumnya kemungkinan mendapatkan untung tergantung pada peruntungan belaka, juga karena permainannya lebih terlatih keputusan peerlombaan atau permainan lain-lainnya, yang tidak diadakan antara mereka yang turut berlomba atau bermain, demikian juga segala pertaruhan lainnya.”

Menurut Kartini Kartono yang dimaksud dengan perjudian adalah pertaruhan dengan sengaja : yaitu mempertaruhkan atau nilai-nilai atau sesuatu yang dianggap bernilai, dengan adanya resiko dan harapan-harapan tertentu pada peristiwa-peristiwa permainan, perlombaan dan kejadian-kejadian yang tidak atau belum pastui hasilnya. (Kartini Kartono, 1981 : 51-52).


(22)

Sesungguhnya pada permulaannya macam-macam permainan itu sifatnya rekreatif belaka, dan sebagai penyalur bagi ketegangan akibat kerja berat sehari-hari. Namun kegiatan-kegiatan itu pada akhirnya disalahgunakan oelh orang dewasa untuk aktifitas perjudian dan taruhan, kebiasaan berjudi membuat mental individu menjadi ceroboh, malas, mudah berspekulasi dan cepat mengambil resiko tanpa pertimbangan.

2. Bentuk Baru Perjudian

Sesuatu dianggap judi jika memiliki unsur-unsur di bawah ini : a. Ada bandar atau pengelola

b. Ada pemain.

c. Ada sarana atau media. d. Ada taruhan.

e. Ada imbalan atas taruhan jika pemain menang. f. Ada pengundian/pengacakan.

g. Ada sifat gambling atau untung-untung.

h. Adanya penyerah taruhan dari pemain yang kalah ke pemain yang menang.

Setiap aktivitas yang memiliki semua unsur tersebut di atas bisa dikatakan perjudian. Dalam perjudian tradisional, umumnya bandar dan pemain dan pemain bertemu secara langsung dalam suatu tempat. Alat yang digunakan bisa bermacam-macam, mulai dari kartu sampai dadu. Pada model ini perjudian ini, pemain biasanya menetapkan taruhan terlebih dahulu sebelum dimulai. Model perjudian tradisional ini mudah sekali diidentifikasi sebagaio perjudian.


(23)

(http: bravo172. blogspot. com /2009 /03 /bentuk-bentuk-baru perjudian. html, 20 januari 2011).

Akhir-akhir ini muncul bentuk-bentuk perjudian baru, dimana bandar atau pengelola dan pemain tidak bertemu secara langsung. Dalam judi tersebut, calon peserta diminta untuk melakukan pendaftaran terlebih dahulu dengan registrasi melalui internet untuk mendapatkan kursi dan meja, setelah calon pemain melakukan registrasi, pemain harus mengirimkan sejumlah uang ke rekening yang telah tersedia.

Sarana atau media yang digunakan hal ini adalah media elekronik (komputer, modem internet), media internet dan rekening bank. Taruhan yang dijadikan taruhan dalam judionline ini memang bukan uang dalam bentuk nyata tetapi hanya nominal yang tertera dalam media internet tersebut. Transaksi uang melalui rekening dilakukan sebelum permainan dimulai dan setelah permainan selesai. Jenis judi yang dimainkan adalah jenis poker.

Bila pemain menang maka uang akan ditransfer ke rekening pemain sejumlah nominal yang tertera di media internet, bila pemain kalah maka pemain akan kehilangan uang yang tertera di media internet tersebut. Dengan demikian, dapat disimpulkan secara tegas dan jelas bahwa judi onlineseperti di atas adalah salah satu bentuk perjudian karena memenuhi semua unsur-unsur perjudian sebagaimana di atas.

3. Alat Bukti Tindak Pidana Perjudian secaraonline

Sistem komputer dan sistem baik dalam lingkup lokal maupun global (Internet) dengan memanfaatkan teknologi informasi berbasis sistem komputer yang merupakan sistem elektronik yang dapat dilihat secara virtual. Permasalahan hukum yang seringkali dihadapi


(24)

adalah ketika terkait dengan penyampaian informasi, komunikasi dan/atau secara elektronik, khususnya dalam hal pembuktian dan hal yang terkait dengan perbuatan hukum yang dilaksanakan melalui sistem elektronik.

Masalah pembuktian ini adalah merupakan masalah yang pelik (ingewikkeld)dan justru masalah pembuktian menempati titik sentral dalam hukum acara pidana. Karena dalam proses pembuktian hak asasi manusia dipertaruhkan. Melalui pembuktian ditetukan nasib terdakwa. Untuk inilah maka hukum acara pidana bertujuan untuk mencari kebenaran materiil, berbeda dengan hukum acara perdata yang cukup puas dengan kebenaran formal (Andi Hamzah, 2002:8).

Adanya alat bukti yang sah sangat penting bagi hakim dalam menentukan atas suatu perkara. UU ITE melalui Pasal 5 Ayat (1) dan Ayat (2) ternyata memberikan 3 buah alat bukti baru yaitu : Informasi Elektronik, Dokumen Elektronik dan Hasil Cetak keduanya, merupakan perluasan dari alat bukti yang sah sesuai dengan hukum acara yang berlaku di Indonesia.

C. Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE), dan Sanksi Hukum 1. Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik

Pemanfaatan Teknologi Informasi, media, dan komunikasi telah mengubah baik perilaku masyarakat maupun peradaban manusia secara global. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah pula menyebabkan hubungan dunia menjadi tanpa batas (bordless) dan menyebabkan perubahan sosial, ekonomi, dan budaya secara signifikan berlangsung demikian cepat. Teknologi Informasi saat ini menjadi pedang bermata dua karena selain memberikan kontribusi bagi peningkatan kesejahtreaan, kemajuan, dan peradaban manusia, sekaligus menjadi sarana efektif perbuatan melawan hukum.


(25)

Pembangunan nasional adalah suatu proses yang berkelanjutan yang harus senantiasa tanggap terhadap dinamika yang terjadi di masyarakat, dimana perkembangan globalisasi informasi telah menempatkan Indonesia sebagian dari masyarakat dunia sehingga mengharuskan dibentuknya pengaturan mengenai pengelolaan Informasi dan Transaksi Elektronik ditingkat nasional sehingga pembangunan teknologi dapat dilakukan secara optimal, merata dan menyebar diseluruh lapisan masyarakat guna mencerdaskan kehidupan bangsa.

Perkembangan dan kemajuan teknologi informasi yang begitu pesat telah menyebabkan perubahan kegiatan kehidupan manusia dalam berbagai bidang yang secara langsung telah mempengaruhi lahirnya bentuk-bentuk perbuatan hukum baru. Penggunaan dan pemanfaatan teknologi informasi harus terus dikembangkan untuk menjaga, memelihara dan memperkukuh persatuan dan kesatuan nasional berdasarkan peraturan perundang-undangan demi kepentingan nasional dan pemnfaatan teknologi informasi berperan penting dalam perdagangan dan pertumbuhan perekonomian nasional untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat Indonesia sehingga pemerintah perlu mendukung pengembangan teknologi informasi melalui infrakstruktur hukum dan pengaturannya sehingga pemanfaatan teknologi dilakukan secara aman untuk mencegah penyalahgunaannya dengan memperhatikan nilai-nilai agama dan sosial budaya masyarakat dengan membentuk Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik sebagai konsekuensi diatur berdasarkan tatanan hukum.

Informasi Elektronik adalah satu atau sekumpulan data elektronik, tetapi tidak terbatas pada tulisan. Suara, gambar, peta, rancangan, foto, electronic data interchange(EDI), surat elektronik (electronic mail), telegram, teleks, telecopy atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, kode akses,


(26)

symbol, atau perforasi yang telah diolah yang memliki arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya (Pasal 1 Ayat (1) UU ITE).

Transaksi Elektronik adalah perbuatan hukum yang dilakukan dengan menggunakan komputer, jaringan komputer, dan/atau media elektronik lainnya (Pasal 1 Ayat (2) UU ITE).

Teknologi Informasi adalah suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan, memproses, mengumumkan, menganalisa, dan mnyebarkan informasi (Pasal 1 Ayat (3) UU ITE). Dokumen Elektronik adalah setiap Elektronik yang dibuat, diteruskan, dikirimkan, diterima, atau disimpan dalam bentuk analog, digital, elektromagnetik, optikal, atau sejenisnya, yang dapat dilihat, ditampilkan, dan/atau didengar melalui komputer atau sistem elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, kode akses, simbol, atau perforasi yang memilik makna atau arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu memahamunya (Pasal 1 Ayat (4) UU ITE).

Sistem Elektronik adalah serangkaian perangkat dan prosedur elektronik yang berfungsi mempersiapkan, mengumpulkan, mengolah, menganalisis, menyimpan, menampilkan, megumumkan, mengirimkan, dan/atau menyebarkan Informasi Elektronik (Pasal 1 Ayat (5) UU ITE). Komputer adalah alat untuk memproses data eleltronik, magnetic, optik, atau sistem yang melaksanakan fungsi logika, aritmatika, dan penyimpan (Pasal 1 Ayat (14) UU ITE).

2. Sanksi Hukum Tindak Pidana Perjudian

Tindak pidana perjudian dalam hukum pidana positif diatur dalam pasal 303 KUHP yang menyebutkan :


(27)

(1)”Diancam dengan pidana penjara paling lama sepuluh tahun atau pidana denda paling banyak dua puluh lima juta rupiah, barang siapa tanpa mendapat izin :

1. Dengan sengaja menawarkan atau memberikan kesempatan untuk permainan judi menjadikannya sebagai pencaharian, atau dengan sengaja turut serta dalam suatu perusahaan untuk itu;

2. Dengan sengaja menawarkan atau memberikan kesempatan pada khalayak umum untuk bermain judi atau dengan sengaja turut serta dalam perusahaan untuk itu, dengan tidak perduli apakah untuk menggunakan kesempatan adanya sesuatu syarat atau dipenuhinya sesuatu tata cara;

3. Menjadikan turut serta pada permainan judi sebagai pencaharian”.

(2).“Kalau yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam menjalankan pencahariannya, maka dapat dicabut haknya untuk menjalankan pencaharian itu”.

(3). “Yang disebut permainan judi adalah tiap-tiap permainan, dimana pada umumnya kemungkinan mendapat untung bergantung pada peruntungan belaka, juga permainannya lebih terlatih atau lebih mahir. Di situ termasuk segala pertaruhan tentang keputusan perlombaan atau permainan lain-lainnya yang tidak diadakan antara mereka yang turut berlomba atau bermain, demikian juga segala pertaruhan lainnya”.

Menurut R.Soesilo objek pasal ini ialah “permaianan dalam bahasa asingnya “hazardpel”. Bukan semua permainan masuk. Yang diartikan hazardpel yaitu tiap-tiap permaianan yang mendasarkan pengharapan untuk menang pada umumnya bergantung kepada untung-untungan saja, dan juga kalau pengaharapan itu judi bertambah besar karena kepintaran itu jadi bertambah besar karena kepintaran dan kebiasaan pemain. Yang masuk juga “hazardpel” ialah pertaruhan


(28)

tentang keputusan perlombaan atau permainan lain yang tidak diadakan oleh mereka yang turut berlomba atau bermai itu juga segala pertaruhan yang lain-lain. (R.Soesilo,1996 : 222).

Menurut R. Soesilo yang dihukum berdasar Pasal 303 KUHP ialah :

a. Mengadakan atau memberi kesempatan mian judi tersebut sebagai pencaharian. Jadi seorang bandar atau orang lain yang sebagai perusahaan membuka perjudian. Orang yang turut campur dalam hal ini juga dihukkum. Di sini tidak perlu perjudian itu di tempat umum atau untuk umum, meskipun di tempat yang tertutup atau kalangan yang tertutup sudah cukup asal perjudian itu belum mendapat izin dari yang berwajib.

b. Sengaja mengadakan atau memberi kesempatan untuk bermain judi kepada umum. Disini tidak perlu sebagai pencaharian, tetapi harus di tempat umum ataui yang dapat dikunjungi oleh umum. Inipun apabila telah ada izin dari pihak yang berwenang.

c. Turut main judi sebagai pencaharia.

Orang yang turut main judi dihukum menrut pasal ini, maka orang-orang yang ikut serta pada permainan itu dikenakan hukuman pasal 303 bis KUHP.

(1) “Diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau pidana denda paling banyak sepuluh juta rupiah;

1. Barang siapa menggunakan kesempatan main judi, yang diadakan dengan melanggar ketentuan pasal 303;

2. Barang siapa ikut serta main judi dijalan umum atau pinggir jalan umum atau ditempat yang dapat dikunjungi umum, kecuali ada izin dari pengusaha yang berwenang yang telah memberi izin untuk mengadakan perjudian itu.


(29)

(2) ”jika ketika melakukan pelanggaran belum lewat dua tahun sejak ada pemindahan yang menjadi tetap karena salah satu dari pelanggaran ini, dapat dikenakan pidana penjara paling lama enam tahun, atau denda paling banyak lima belas juta rupiah”.

Perjudian menurut Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1974. Dasar pertimbangan terhadap suatu perbuatan yang dijadikan tindak pidana menurut Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1974 Tentang Penertiban Perjudian, khususnya tidak terlepas dari alas an pembentukan dan perancangan undang-undang tersebut. Dalam pertimbangan Undang-Undang Nomor 7 tahun 1974 Tentang Penertiban Perjudian tersebut:

a. Bahwa perjudian pada hakekatnya bertentangan dengan Agama, kesusilaan dan Moral Pancasila, serta membahayakan bagi penghidupan dan kehidupan masyarakat, Bangsa, Negara;

b. Bahwa oleh karena itu perlu diadakan usaha-usaha untuk menertibkan perjudian, membatasinya sampai lingkungan sekecil-kecilnya, untuk akhurnya menuju kepenghapusannya sama sekali dari seluruh wilayah Indonesia;

c. Bahwa ketentuan-ketentuan dalam Ordonasi tanggal 7 Maret 1912 (Staatsblad Tahun 1912 Nomor 230) sebagaimana telah beberapa kali dirubah dan ditambah, terakhir dengan Ordonansitanggal 31 Oktober 1935 (StaatsbladTahun 1935 Nomor 526), telah tidak sesuai lagi dengan perkembangan keadaan;

d. Bahwa ancaman hukuman didalam pasal-pasal Kitab Undang-Undang Hukum Pidana mengenai perjudian dianggap tidak sesuai lagi sehingga perlu diadakan perubahan dengan memberatnya;

e. Bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan diatas perlu disusun Undang-Undang tentang Penertiban Perjudian.


(30)

3. Sumber Hukum Tindak Pidana Perjudian secaraonline Pasal 303 bis KUHP menyebutkan :

(1) ”Diancam dengan pidana penjara paling lama sepuluh tahun atau pidana denda paling banyak dua puluh lima juta rupiah, barang siapa tanpa mendapat izin :

1. Dengan sengaja menawarkan atau memberikan kesempatan untuk permainan judi menjadikannya sebagai pencaharian, atau dengan sengaja turut serta dalam suatu perusahaan untuk itu;

2. Dengan sengaja menawarkan atau memberikan kesempatan pada khalayak umum untuk bermain judi atau dengan sengaja turut serta dalam perusahaan untuk itu, dengan tidak perduli apakah untuk menggunakan kesempatan adanya sesuatu syarat atau dipenuhinya sesuatu tata cara;

3. Menjadikan turut serta pada permainan judi sebagai pencaharian.

(2).“Kalau yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam menjalankan pencahariannya, maka dapat dicabut haknya untuk menjalankan pencaharian itu”.

(3).“Yang disebut permainan judi adalah tiap-tiap permainan, dimana pada umumnya kemungkinan mendapat untung bergantung pada peruntungan belaka, juga permainannya lebih terlatih atau lebih mahir. Di situ termasuk segala pertaruhan tentang keputusan perlombaan atau permainan lain-lainnya yang tidak diadakan antara mereka yang turut berlomba atau bermain, demikian juga segala pertaruhan lainnya”.

Menurut R.Soesilo objek pasal ini ialah “permaianan dalam bahasa asingnya “hazardpel”. Bukan semua permainan masuk. Yang diartikan hazardpel yaitu tiap-tiap permaianan yang mendasarkan pengharapan untuk menang pada umumnya bergantung kepada untung-untungan saja, dan juga kalau pengaharapan itu judi bertambah besar karena kepintaran itu jadi bertambah


(31)

besar karena kepintaran dan kebiasaan pemain. Yang masuk juga “hazardpel” ialah pertaruhan tentang keputusan perlombaan atau permainan lain yang tidak diadakan oleh mereka yang turut berlomba atau bermai itu juga segala pertaruhan yang lain-lain. (R.Soesilo,1996 : 222).

Menurut R. Soesilo yang dihukum berdasar Pasal 303 KUHP ialah :

a. Mengadakan atau memberi kesempatan main judi tersebut sebagai pencaharian. Jadi seorang bandar atau orang lain yang sebagai perusahaan membuka perjudian. Orang yang turut campur dalam hal ini juga dihukkum. Di sini tidak perlu perjudian itu di tempat umum atau untuk umum, meskipun di tempat yang tertutup atau kalangan yang tertutup sudah cukup asal perjudian itu belum mendapat izin dari yang berwajib.

b. Sengaja mengadakan atau memberi kesempatan untuk bermain judi kepada umum. Disini tidak perlu sebagai pencaharian, tetapi harus di tempat umum ataui yang dapat dikunjungi oleh umum. Inipun apabila telah ada izin dari pihak yang berwenang.

c. Turut main judi sebagai pencaharian.

Orang yang turut main judi dihukum menrut pasal ini, maka orang-orang yang ikut serta pada permainan itu dikenakan hukuman pasal 303 bis KUHP.

Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan perjudian (Pasal 27 Ayat (2) UU ITE).

“Setiap orang yang memiliki unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1), ayat(2), ayat(3), atau ayat (4) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) (Pasal 45 Ayat (1) UU ITE)”.


(32)

Pembangunan nasional adalah suatu proses yang berkelanjutan yang harus senantiasa tanggap terhadap dinamika yang terjadi dimasyarakat dimana perkembangan globalisasi informasi telah menempatkan Indonesia sebagai bagian dari masyarakat dunia sehingga mengharuskan dibentuknya pengaturan mengenai pengelolaan informasi dan Transaksi Elektronik ditingkat nasional sehingga pembangunan teknologi informasi dapat dilakukan secara optimal, merata dan menyebar si seluruh lapisan masyarakat guna mencerdaskan kehidupan bangsa. Perkembangan dan kemajuan teknologi informasi yang begitu pesat telah menyebabkan perubahan kegiatan kehidupan manusia dalam berbagai bidang yang secara langsung telah mempengaruhi lahirnya bentuk-bentuk perbuatan hukum baru.

Penggunaan dan pemanfaatan teknologi informasi harus terus dikembangkan untuk menjaga, memelihara dan memperkukuh persatuan dan kesatuan nasional berdasarkan perundang-undangan demi kepentingan nasional dan pemanfaatan teknologi berperan penting dalam perdagangan dan pertumbuhan perekonomian nasional untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat Indonesia sehingga pemerintah perlu mendukung pengembangan teknologi informasi dilakukan secara aman untuk mencegah penyalahgunaannya dengan memperhatikan nilai-nilai agama dan sosial budaya masyarakat Indonesia dengan membentuk Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik sebagai konsekuensi dari Negara Indonesia sebagai negara hukum, dimana segala sesuatunya diatur berdasarkan tatanan hukum dan memberikan kepastian hukum dalam berbagai aktivitas yang terkait dengan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi.

Dengan demikian pembentukan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik untuk menyikapi perbuatan hukum di dunia maya yang sangat kontras


(33)

dengan ketiadaan regulasi yang mengatur pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi di berbagai sektor yang dimaksud. Kesesuaian norma hukum yang bersifat khusus dengan yang bersifat umum nampak dalam sejumlah asas yang dukenal dalam ilmu hukum. Asas-asas tersebut biasanya dipergunakan dlam menyelesaikan konflik norma hukum. Menyebutkan asas-asas penyelesaian konflik hukum yang dikenal dalam ilmu hukum antara lain:

a. Asas Lex Superior (Lex siperior derogat legi inferioeri) : Undang-undang yang lebih tinggi mengalahkan yang lebih rendah.

b. Asas Lex Specialis (Lex specialis deogat legi generali): Undang-undang khusus mengalahkan yang umum.

c. Asas Les Posterior (Lex posterior derogat legi priori): Undang-undang yang kemudian mengalahkan yang terdahulu.

Asas Lex Specialis (Lex specialis derogat legi generali): Undang-undang khusus mengalahkan yang umum digunakan dalam menyelesaikan konflik norma hukum dan dapat diketahui bahwa dibentuknya Undang-Undang Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dang Teknologi Elektronik (ITE) khusus untuk menyikapi pebuatan hukum di dunia maya yang sangat kontras dengan ketiadaan regulasi yang mengatur pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi diberbagai sektor yang dimaksud. Salah satunya perjudian yang dilakukan di dunia maya. Dan mengacu pada uraian di atas bahwa sumber hukum tindak pidana perjudian online adalah Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE).

D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum

Masalah penegakan hukum merupakan masalah yang tidak pernah henti-hentinya dibicarakan. Perkataan penegakan hukum mempunyai konotasi menegakan, melaksanakan


(34)

ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku dalam masyarakat, sehingga dalam konteks yang lebih luas penegakan hukum merupakan kelangsungan perwujudan konsep-konsep abstark yang menjadi kenyataan. Pada proses tersebut hukum tidak mandiri., artinya ada faktor-faktor lain yang erat hubungannya dengan proses penegakan hukum yang harus diikut sertakan, yaitu masyarakat dan aparat penegak hukum. Untuk itu hukum tidak lebih hanya ide-ide atau konsep-konsep yang mencerminkan didalamnya apa yang disebut keadilan, ketertiban dan kepastian hukum yang dituangkan dalam bentuk peraturan perundang-undangan dengan maksud untuk mencapai tujuan tertentu. Namun demikian tidak berarti pula peraturan-peraturan hukum yang berlaku diartikan telah lengkap dan sempurna melainkan suatu kerangka yang masih memerlukan penyempurnaan. Proses merealisasi tujuan hukum tersebut, saangat ditentukan dari profesionalisme aparat penegak hukum yang meliputi kemampuan dan keterampilan baik dalam menjabarkan peraturan-peraturan maupun didalam penerapannya.

Menurut Soedjono Soekamto penegakan hukum bukan semata-mata pelaksanaan perundang-undangan saja, namun terdapat juga faktor-faktor yang mempengaruhi, antara lain :

1. Faktor perundang-undangan (substansi hukum)

Praktek penyelenggaraan penegak hukum dilapangan seringkali terjadi pertentangan antara kepastian hukum dan keadilan. Hal ini dikarenakan konsepsi keadilan merupakan prosedur yang telah ditentukan secara normative. Oleh karena itu suatu tindakan atau kebijakan yang tidak sepenuhnya berdasarkan hukum merupakan suatu yang dapat dibenarkan sepanjang kebijakan atau tindakan tersebut tidak bertentangan dengan hukum. Maka pada hakekatnya penyelenggaraan hukum bukan hanya mencakup law enforcement saja, akan tetapi juga peace maintenance, karena penyelenggaraan hukum sesungguhnya merupakan proses penyerasian antara nilai-nilai dan kaidah-kaidah serta pola prilaku nyata yang bertujuan


(35)

untuk mencapai kedamaian. Dengan demikian tidak berarti setiap permasalahan social hanya dapat diselesaikan oleh hukum yang tertulis, karena tidak mungkin ada peraturan perundang-undangan yang mengatur seluruh tingkah laku manusia, yang isinya jelas bagi setiap warga masyarakat yang diaturnya yang serasi antara kebutuhan untuk menerapkan peraturan dengan fasilitas yang mendukung.

2. Faktor Penegak Hukum

Salah satu kunci keberhasilan dalam penegakan hukum adalah mentalitas atau kepribadian dari aparat penegak hukumnya sendiri dalam kerangka penegakan hukum dan implementasi penegakan hukum bahwa penegakan keadilan tanpa kebenaran adalah suatu kebejatan. Penegakan kebenaran tanpa kejujuran adalah suatu kemunafikan. Dalam kerangka penegakan hukum oleh setiap lembaga penegakan hukum, keadilan dan kebenaran harus dinyatakan, harus terasa dan terlihat serta harus diaktualisasikan.

3. Faktor Sarana dan Fasilitas yang mendukung

Sarana dan fasilitas yang mendukung mencakup tenaga manusia yang berpendidikan dan terampil, organisasi yang baik, peralatan yang memadai, keuangan yang cukup. Tanpa sarana dan fasilitas yang memadai, penegakan hukum tidak dapat berjalan dengan lancar dan penegakan hukum tidak mungkin menjalankan perannya sebagaimana mestinya.

4. Faktor Masyarakat

Masyarakat dimana peraturan hukum berlaku atau diterapkan juga mempunyai pengaruh yang kuat terhadap pelaksanaan penegakan hukum. Sebab penegakan hukum berasal dari masyarakat dan bertujuan untuk mencapai kedamaian dalam masyarakat. (Soerjono Soekanto, 1983).


(36)

5. Faktor Budaya

Kebudayaan Indonesia merupakan dasar dari berlakunya hukum adat. Berlakunya hukum tertulis harus mencerminkan nilai-nilai yang menjadi dasar dari hukum adat. Dalampenegakan hukum, semakin banyak pnyesuaian antara peraturan perundang-undangan dengan kebudayaan masyarakat, maka akan semakin mudahlah dalam mengakkannya. Sebaliknya, apabila peraturan perundang-undangan tidak sesuai atau bertentangan dengan kebudayaan masyarakat maka akan semakin sukar untuk melaksanakan atau menegakkan peraturan hukum tersebut.

Demikianlah faktor-faktor yang mempengaruhi penegakan hukum. Mungkin pengaruhnya positif dan mungkin pula negative. Namun dari semua faktor tersebut, faktor penegakan hukum menempati titik sentral. Hal ini disebabkan karena undang-undang disusun oleh penegak hukum, penerapannya dilaksanakan oleh penegak hukum dan penegak hukum dianggap sebagai golongan panutan oleh masyarakat luas.


(37)

(38)

III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Masalah

Penulis menggunakan dua macam Pendekatan Masalah yakni, pendekatan masalah yuridis normatif dan yuridis empiris. Pendekatan yuridis normatif dilakukan dengan menelaah dan mempelajari beberapa peraturan perundang-undangan, teori-teori dan konsep-konsep yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas.

Pendekatan yuridis empiris dilakukan dengan cara mengadakan studi lapangan atau penelitian di lapangan dengan tujuan melihat kenyataan atau fakta-fakta yang konkrit

Kedua pendekatan ini, yakni secara yuridis normatif dan yuridis empiris dimaksudkan untuk memperoleh gambaran yang sesungguhnya terhadap permasalahan yang akan dibahas.

B. Sumber dan Jenis Data

Data yang dipergunakan dalam penelitian ini bersumber pada dua jenis, yaitu : a. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan dilakukan melalui serangkaian kegiatan membaca, mencatat, dan mengutip buku-buku dan menganalisa peraturan yang behubungan dengan permasalahan yang dibahas. b. Studi Lapangan

Studi lapangan ini dilakukan melalui wawancara dengan para responden yang telah direncnakan sebelumnya.


(39)

1. Data Primer

Data primer adalah data yang langsung dari objek penelitian lapangan yang berkaitan dengan masalah yang ada dalam penelitian ini yang dilakukan di Polres Jakarta Utara, Kejaksaan Negeri Jakarta Utara Pengadilan Negeri Jakarta Utara, dan para Akademisi yakni Dosen pengajar Fakultas Hukum Unila.

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yangn merupakan bahan baku penelitian yuridis normatif yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier.

a. Bahan hukum primer yaitu terdiri dari ketentuan perundang-undangan :

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) dan Undang-Undang Nomor 11 tahun 2008.

b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang erat kaitannya dengan bahan hukum primer, seperti meliputi peraturan pemerintah, keputusan presiden, keputusan mentri dan keputusan hakim.

c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum penunjang yang mencakup bahan-bahan yang memberi petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, seperti : kamus, karya ilmiah, literatur-literatur, hasil penelitian yang akan berkaitan dengan masalah yang akan dibahas atau diteliti dalam skripsi ini.

Data yang diperlukan dalam penelitian bersumber dari Data Lapangan dan Data Kepustakaan. Data lapangan merupakan data yang diperoleh langsung dari lapangan tempat penelitian diadakan. Data kepustakaan merupakan data yang diperoleh dari bahan-bahan pustaka yang berkaitan langsung dengan masalah yang diteliti. Data kepustakaan berupa bahan-bahan hukum


(40)

yang mengikat, yang terdiri dari Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana serta peraturan-peraturan lainnya yang berhubungan dengan penelitian.

C. Penentuan Populasi dan Sempel

Populasi adalah sejumlah manusia atau unit yang mempunyai ciri-ciri dan karakteristik yang sama. (Soerjono soekanto, 1986:172). Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah Kepolisian Resort Jakarta Utara , Pengadilan Negeri Jakarta Utara, Kejaksaan Negeri Jakarta Utara dan Dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung.

Sampel adalah sejumlah obyek yang jumlahnya kurang dari populasi. (Masri singarimbun dan Sofian Effendi, 1987: 152). Adapun prosedur sampling dalam penelitian adalah purvosive proporsional sampling, yaitu suatu metode pengambilan sampel yang dalam penentuan dan pengambilan anggota sampel berdasarkan atas pertimbangan maksud dan tujuan penulis yang telah ditetapkan.

Responden dalam penelitian ini sebanyak 4 (empat) orang, yaitu :

1. Polisi Polres Jakarta Utara : 1 orang

2. Jaksa Kejaksaan Negeri Jakarta Utara : 1 orang 3. Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Utara : 1 orang +

Jumlah : 3 orang

D. Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data 1. Pengumpulan Data

Dalam rangka pengumpulan data yang diperlukan ditempuh prosedur sebagai berikut, yaitu : a. Studi Kepustakaan (library Research)

Studi kepustakaan dilakukan melalui serangkaian kegiatan membaca, mencatat, dan mengutip buku-buku dan menganalisa peraturan yang behubungan dengan permasalahan yang dibahas.


(41)

b. Studi Lapangan (Field Research)

Studi lapangan ini dilakukan melalui wawancara dengan para responden yang telah direncnakan sebelumnya.

2. Pengolahan Data

Data yang terkumpul baik dari studi kepustakaan maupun dari kegiatan lapangan kemudian diproses, diteliti, dan disusun secara cermat. Hal ini dilakukan untuk menghindari terdapatnya kekurangan/kelemahan data. Selanjutnya data tersebut diklasifikasikan dan disusun secara sistematis menurut relevansi materi permasalahannya masing-masing. Setelah itu data diperiiksa dan dipersiapkan kembali yaitu dalam rangka penyederhanaan data kedalam konstruksi pembahasan dan selanjutnya diuraikan dalam bentuk pemaparan kalimat.

E. Analisis Data

Setelah data terkumpul, kemudian dianalisis secara menyeluruh. Tujuan analisis ini adalah menyederhanakan data kedalam bentuk yang mudah dibaca dan diinterpretasikan ( Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, 1985 :213 ). Pada penganalisaan data, dipergunakan analisis kualitatif dengan cara mendiskripsikan data yang diperoleh data bentuk penjelasan dan uraian kalimat-kalimat. Setelah data dianalisis, maka ditarik kesimpulan secara induktif yaitu suatu cara berfikir dari hal-hal bersifat umum, kemudian diambil kesimpulan secara umum.


(42)

(43)

DAFTAR PUSTAKA

Husin, Sanusi. 1991.Penuntun Praktis Penulisan Skripsi. Fakultas Hukum, Bandar Lampung Laminantang P.A.F, 1996,Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana,Armico, Bandung.

Poerwadaminta, W.J.S. 1995,Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta.

Soekanto, Soerjono. 1984.Pengantar Penelitian Hukum. Universitas Indonesia Press, Jakarta. Soebekti, 1980.Kamus Hukum, Pradnya Paramita, Jakarta.

Singarimbun, Masri dan Sofian, 1987.Metode Penelitia Dan Survey, LP3ES. Jakarta

Universitas Lampung. 2007. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung.Lampung University Press, Bandar Lampung.


(44)

DAFTAR PUSTAKA

Hamzah, Andi. 2002.Pengantar Hukum Acara Pidana Indonesia,Ghalia Indonesia, Jakarta.

Kartono, Kartini. 1981.Patologi Sosial I.Rajawali Pers, Jakarta.

Undang-undang Mo. 11 Tahun 2008 tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik. Soesilo, R. 1996.Kitab Undang-Undang Acara Pidana.Politea, Bogor.

www.google.com www.indonet.com


(45)

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat dituangkan setelah peneliti melakukan penelitian baik melalui pendekatan yuridis normatif dan yuridis empiris, guna memperoleh data yang cukup untuk mengungkapkan dan menjawab permasalahan yang telah di uaraikan yaitu :

1. Penegakan Hukum terhadap Perjudian Online berdasarkan Undang-Undang Informasi dan Transaksi di wilayah Negara Reublik Indonesia merupakan tugas dan wewenang dari POLRI bekerjasama dengan Instansi terkait dalam hal perjudian online ini adalah Kementrian komunikasi dan Informasi, dan Internet Service Provider (ISP) yang ada di Indonesia. Penegakan hukum terhadap perjudian online yang dilakukan POLRI bekerjasama dengan instansi terkait dalam hal perjudian online ini adalah kementrian Komunikasi dan Informasi, dan Internet Service Provider (ISP) yang ada di Indonesia. Kerjasama itu antara lain dengan upaya preventif seperti melakukan serch web cyber gambling atau pencarian domain yang memiliki muatan perjudian dengan melakukan penyelidikan online. Lalu yang selanjutnya dengan upaya represif seperti menditeksi tempat kejadian perkara. Memblokir domain yang mempergunakan layanan Internet Service Provider (ISP) Indonesia dan terbukti memiliki muatan perjudian.

2. Faktor-Faktor Penghambat Penegakan Hukum Terhadap Perjudian Online berdasarkan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik yaitu Faktor hukum dimana penyitaan dokumen elektronik atau perluasannya kerap menemukan kendala dalam hal mendapatkan izin dari pengadilan. Faktor Aparat Penegak Hukum dimana aparat penegak hukum tidak dapat menjangkau pelaku tindak pidana perjudianonlineyang menggunakan


(46)

IP address dan berada di luar wilayah Negara Republik Indonesia, yang di negaranya perjudianonlinetidak dilarang kurangnya kerjasama dari penyelenggra system elektronik seperti yahoo, google, Fasilitas yang tidak mendukung penegakan hukum itu sendiri. Seperti kurangnya anggaran untuk computer forensic, sehingga aparat penegak hukum kerap kesulitan dalam menentukan tempat kejadian perkara. Diperlukan biaya yang tinggi dalam melakukan penyelidikan terhadap kasus perjudian onlinem, pelaku menggunakan identitas palsu, menggunakan nomor rekening tabungan palsu.

B. saran

Berdasarkan kesimpulan diatas maka hal ini penulis dapat memberikan saran sebagai berikut : 1. Penegakan hukum terhadap tindak pidana perjudian online seharusnya melibatkan

seluruh elemen baik dari aparat penegak hukum, instansi-instansi terkait di lingkungan pemerintah yang lingkup tugas da tanggung jawabnya dibidang Informasi dan Transaksi Elektronik seperti Kemenkominfo, penyedia layanan internet tersebut dalam hal ini Internet Service Provider (ISP) Indonesia, dan masyarakat itu sendiri sebagai konsumen pengguna layanan internet tersebut untuk turut mengambil peran dalam membantu penegakan hukum terhadap tindak pidana perjudianonlinetersebut.

2. Pemerintah seharusnya memberikan perhatian lebih menyikapi segala sesuatu yang menjadi faktor-faktor penghambat penegakan hukum terhadap perbuatan hukum yang dilakukan di dunia maya tersebut khususnya perjudian online ini. Melakukan kebijakan-kebijakan yang dapat memperbaiki penegakan hukum di Indonesia. Memberikan fasilitas yang mendukung terhadap penegakan hukum. Lebih pro-aktif memberikan himbauan kepada masyarakat agar mentaati hukum yang berlaku terlebih lagi sosialisasi terhadap kejahatan dunia maya yang telah menjadi fenomena yang meresahkan. Selain itu tindak


(47)

pidana kejahatn perjudian online juga merupakan kejahatan ayang sifatnya baru dan bukan biasa dikarenakan modus dari kejahaan tersebut menggunakan media yang tidak biasa sehingga dalam penegakkannya diharapkan pula pada aparat penegak hukum agar lebih meningkatkan mutu kualitas dan kuantitasnya demi mengoptimalkan pemberantasan judi online tersebut.


(48)

(49)

DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah...1

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup...5

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian...6

D. Kerangka Teoritis dan Konseptual...7

E. Sistematika Penulisan ...14

Daftar Pustaka II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Penegakan Hukum Pidana………....….…...17

B. Pengertian, Bentuk Baru, Alat Bukti Perjudian Online...20

C. Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik dan Sanksi Hukum ………...…...………...………..….24

D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum…………...…….33

Daftar Pustaka III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Masalah...37

B. Sumber dan Jenis Data ...37

C. Penentuan Populasi dan Sampel...39

D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data ...40

E. Analisis Data ...41 Daftar Pustaka


(50)

1

PERSEMBAHAN

Puji syukurku sebagai hamba yang lemah kepada Allah SWT atas semua nikmat dan karunia-Nya.

Sebagai wujud ungkapan rasa cinta, kasih dan sayang serta bakti yang tulus, kupersembahkan karya ini

teruntuk :

Kedua orang tuaku tercinta yang terus berjuang tanpa kenal lelah, menyayangi dengan tulus ikhlas tanpa mengharap balasan dan senantiasa berdoa untuk kebahagiaan dan masa

depan anak-anaknya.

Kakakku dan keluarga besarku tersayang yang selalu memberi motivasi

Almamater Tercinta


(51)

2

Kehidupan sesungguhnya adalah detik ketika kamu dapat melihat mendengar dan merasakan,

Percayalah esok hanyalah mimpi dan yang lalu adalah kematian jadi hiduplah untuk sekarang


(52)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, pada tanggal 24 Februari 1990, yang merupakan anak kedua dari dua bersaudara pasangan Bapak Ladiyo dan Ibu Farida.

Penulis menyelesaikan pendidikan dimulai dari pendidikan dasar di SD Negeri 1 Gedung Meneng pada tahun2001, pendidikan lanjutan di SMP Al-Kautsar pada tahun 2004, dan pendidikan menengah atas di SMA YP UNILA pada tahun 2007.

Pada tahun 2007 penulis terdaftar sebagai mahasiswa di Fakultas Hukum Universitas Lampung dan kemudian mengambil minat pada bagian Hukum Pidana. Pada Tahun 2010 penulis mengikuti kegiatan Praktek Kerja Lapangan Hukum (PKLH) di Kejaksaan Tinggi Lampung


(53)

SANWACANA

Alhamdulillahirobbil’alamin. Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam, yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini yang berjudul “Penegakan Hukum Pidana dalam Pemberantasan Tindak Pidana Perjudian Online Berdasarkan Undang-Undang Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik”. Skripsi ini disusun guna memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Lampung. Melalui skripsi ini peneliti banyak belajar sekaligus memperoleh ilmu dan pengalaman yang belum pernah diperoleh sebelumnya dan diharapkan ilmu dan pengalaman tersebut kelak dapat bermanfaat di masa yang akan datang.

Penulis menyadari bahwa selesainya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan berbagai pihak, dan segala sesuatu dalam penulisan skripsi ini jauh dari sempurna mengingat keterbatasan kemampuan Penulis. Pada kesempatan ini, Penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Heryandi, S.H., M.S., Pj. Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung; 2. Ibu Diah Gustiniati, S.H., M.H., Ketua Bagian Hukum Pidana;

3. Ibu Firganefi, S.H., M.H. Sekretaris Bagian hukum Pidana

4. Bapak Tri Andrisman S.H., M.H., selaku Pembimbing I yang telah banyak memberikan saran dan masukan, serta kesabarannya dalam membimbing Penulis selama penulisan skripsi ini;

5. Ibu Maya Shafira , S.H., M.H., Pembimbing II yang senantiasa memberikan saran dan masukan, serta atas kesabarannya dalam membimbing Penulis selama penulisan skripsi ini;


(54)

6. Bapak Gunawan Jatmiko, S.H., M.H., Pembahas I yang telah banyak memberikan saran dan masukan untuk kebaikan penulisan skripsi ini;

7. Bapak Shafrudin , S.H., M.H., Pembahas II yang telah memberikan masukan dan saran untuk kebaikan penulisan skripsi ini;

8. Ibu Nikmah Rosidah , S.H., M.H., Pembimbing Akademik yang telah memberikan nasehat dan bantuannya selama proses pendidikan;

9. Seluruh dosen, staf dan karyawan Fakultas Hukum Universitas Lampung, terima kasih atas ilmu yang telah diberikan selama proses pendidikan dan atas bantuannya selama ini;

10. Mbak Sri, Mbak Yanti, Babe Narto terima kasih atas bantuannya selama ini;

11. Seluruh responden yang telah bersedia memberikan info dan masukan sehingga skripsi ini bisa di selesaikan oleh Penulis dengan baik;

12. Ayah dan Ibu tercinta, atas doa, pengorbanan serta dukungan dan kasih sayang tak henti-henti yang membuat Penulis selalu bersemangat memberikan yang terbaik bagi masa depan; 13. Kakandaku tersayang, atas motivasi, dukungan dan semangat yang diberikan;

14. Sahabat-sahabat terbaikku dikampus, Achan, Afid, Bazir, Habibi, Al, Aci, Kak Raf, Pujiono S.H., Seprian S.H., Erwin P.N S.H., Fajar Fatrioansyah A.M.D. Herman Tobi S.H., Remi Falado, S.H, Wendy Desky, S.H., Novriansyah, S.H, Rangga Setiabudi, S.H, dan yang tidak bisa disebutkan satu persatu terima kasih buat segala bantuan, semangat, dan kegalauan nya selama beberapa tahun ini, tetap semangat kawan semoga kita semua bisa sukses kedepannya.

Penulis berdoa semoga segala bantuan yang telah diberikan mendapatkan balasan dari Allah SWT. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua dan di bidang hukum demi kemajuan dan kesejahteraan bangsa.


(55)

Bandar Lampung, 21 Mei 2012 Penulis


(1)

1

PERSEMBAHAN

Puji syukurku sebagai hamba yang lemah kepada Allah SWT atas semua nikmat dan karunia-Nya.

Sebagai wujud ungkapan rasa cinta, kasih dan sayang serta bakti yang tulus, kupersembahkan karya ini

teruntuk :

Kedua orang tuaku tercinta yang terus berjuang tanpa kenal lelah, menyayangi dengan tulus ikhlas tanpa mengharap balasan dan senantiasa berdoa untuk kebahagiaan dan masa

depan anak-anaknya.

Kakakku dan keluarga besarku tersayang yang selalu memberi motivasi

Almamater Tercinta


(2)

2

Kehidupan sesungguhnya adalah detik ketika kamu dapat melihat mendengar dan merasakan,

Percayalah esok hanyalah mimpi dan yang lalu adalah kematian jadi hiduplah untuk sekarang


(3)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, pada tanggal 24 Februari 1990, yang merupakan anak kedua dari dua bersaudara pasangan Bapak Ladiyo dan Ibu Farida.

Penulis menyelesaikan pendidikan dimulai dari pendidikan dasar di SD Negeri 1 Gedung Meneng pada tahun2001, pendidikan lanjutan di SMP Al-Kautsar pada tahun 2004, dan pendidikan menengah atas di SMA YP UNILA pada tahun 2007.

Pada tahun 2007 penulis terdaftar sebagai mahasiswa di Fakultas Hukum Universitas Lampung dan kemudian mengambil minat pada bagian Hukum Pidana. Pada Tahun 2010 penulis mengikuti kegiatan Praktek Kerja Lapangan Hukum (PKLH) di Kejaksaan Tinggi Lampung


(4)

SANWACANA

Alhamdulillahirobbil’alamin. Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam, yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini yang berjudul “Penegakan Hukum Pidana dalam Pemberantasan Tindak Pidana Perjudian Online Berdasarkan Undang-Undang Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik”. Skripsi ini disusun guna memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Lampung. Melalui skripsi ini peneliti banyak belajar sekaligus memperoleh ilmu dan pengalaman yang belum pernah diperoleh sebelumnya dan diharapkan ilmu dan pengalaman tersebut kelak dapat bermanfaat di masa yang akan datang.

Penulis menyadari bahwa selesainya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan berbagai pihak, dan segala sesuatu dalam penulisan skripsi ini jauh dari sempurna mengingat keterbatasan kemampuan Penulis. Pada kesempatan ini, Penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Heryandi, S.H., M.S., Pj. Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung; 2. Ibu Diah Gustiniati, S.H., M.H., Ketua Bagian Hukum Pidana;

3. Ibu Firganefi, S.H., M.H. Sekretaris Bagian hukum Pidana

4. Bapak Tri Andrisman S.H., M.H., selaku Pembimbing I yang telah banyak memberikan saran dan masukan, serta kesabarannya dalam membimbing Penulis selama penulisan skripsi ini;

5. Ibu Maya Shafira , S.H., M.H., Pembimbing II yang senantiasa memberikan saran dan masukan, serta atas kesabarannya dalam membimbing Penulis selama penulisan skripsi ini;


(5)

6. Bapak Gunawan Jatmiko, S.H., M.H., Pembahas I yang telah banyak memberikan saran dan masukan untuk kebaikan penulisan skripsi ini;

7. Bapak Shafrudin , S.H., M.H., Pembahas II yang telah memberikan masukan dan saran untuk kebaikan penulisan skripsi ini;

8. Ibu Nikmah Rosidah , S.H., M.H., Pembimbing Akademik yang telah memberikan nasehat dan bantuannya selama proses pendidikan;

9. Seluruh dosen, staf dan karyawan Fakultas Hukum Universitas Lampung, terima kasih atas ilmu yang telah diberikan selama proses pendidikan dan atas bantuannya selama ini;

10. Mbak Sri, Mbak Yanti, Babe Narto terima kasih atas bantuannya selama ini;

11. Seluruh responden yang telah bersedia memberikan info dan masukan sehingga skripsi ini bisa di selesaikan oleh Penulis dengan baik;

12. Ayah dan Ibu tercinta, atas doa, pengorbanan serta dukungan dan kasih sayang tak henti-henti yang membuat Penulis selalu bersemangat memberikan yang terbaik bagi masa depan; 13. Kakandaku tersayang, atas motivasi, dukungan dan semangat yang diberikan;

14. Sahabat-sahabat terbaikku dikampus, Achan, Afid, Bazir, Habibi, Al, Aci, Kak Raf, Pujiono S.H., Seprian S.H., Erwin P.N S.H., Fajar Fatrioansyah A.M.D. Herman Tobi S.H., Remi Falado, S.H, Wendy Desky, S.H., Novriansyah, S.H, Rangga Setiabudi, S.H, dan yang tidak bisa disebutkan satu persatu terima kasih buat segala bantuan, semangat, dan kegalauan nya selama beberapa tahun ini, tetap semangat kawan semoga kita semua bisa sukses kedepannya.

Penulis berdoa semoga segala bantuan yang telah diberikan mendapatkan balasan dari Allah SWT. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua dan di bidang hukum demi kemajuan dan kesejahteraan bangsa.


(6)

Bandar Lampung, 21 Mei 2012 Penulis