PENGARUH BERBAGAI BAHAN COATING DAN BAHAN ADITIF PADA BENIH KEDELAI (Glycine max L. Merril) UNTUK MEMPERTAHANKAN VIABILITAS DAN VIGOR BENIH SELAMA PENYIMPANAN

ABSTRAK

PENGARUH BERBAGAI BAHAN COATING DAN BAHAN ADITIF
PADA BENIH KEDELAI (Glycine max L. Merril) UNTUK
MEMPERTAHANKAN VIABILITAS DAN VIGOR
BENIH SELAMA PENYIMPANAN

Oleh

HENY SUSANTI

Kemunduran benih merupakan hal yang mutlak terjadi selama periode
simpan. Namun laju kemunduran benih yang dicerminkan melalui
rendahnya viabilitas dan vigor benih dapat diperlambat dengan memberikan
perlakuan pada benih sebelum proses penyimpanan. Salah satu teknologi
yang dapat digunakan untuk mempertahankan viabilitas dan vigor benih
selama penyimpanan yaitu dengan Seed coating (pelapisan benih).

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui bahan coating terbaik yang
mampu mempertahankan viabilitas dan vigor benih kedelai selama
penyimpanan. (2) mengetahui bahan aditif terbaik pada coating yang

mampu mempertahankan viabilitas dan vigor benih selama penyimpanan.

Heny Susanti
(3) mengetahui respon benih terhadap bahan coating yang dikombinasikan
dengan masing-masing bahan aditif.

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman
Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan Februari 2014 sampai
dengan Juni 2014. Rancangan perlakuan disusun secara faktorial
menggunakan rancangan kelompok teracak sempurna dengan empat kali
ulangan. Faktor pertama adalah jenis bahan bahan coating (arabic gum 3%,
carboxylmethyl cellulose (CMC) 1,5% dan tapioka 5%), sedangkan faktor
kedua adalah bahan aditif (dolomit, gipsum, kaptan, dan talc masingmasing 1%). Pemisahan nilai tengah menggunakan perbandingan kelas
yaitu dengan Uji Beda Nyata Terkecil pada taraf α 5% dan diagram
standard error of mean sebagai konfirmasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) bahan coating terbaik yang
mampu mempertahankan viabilitas dan vigor benih kedelai selama
penyimpanan pada variabel pengamatan daya berkecambah, indeks vigor,
kecepatan tumbuh, potensi tumbuh maksimum, kadar air serta daya hantar

listrik adalah carboxylmethyl cellulose (CMC) selanjutnya arabic gum; dan
tapioka. Bahan coating tidak hanya berperan sebagai pelapis benih namun
memiliki peran pula sebagai bahan higroskopis. (2) bahan aditif terbaik

Heny Susanti
yang mampu mempertahankan viabilitas dan vigor benih selama
penyimpanan pada variabel pengamatan daya berkecambah, indeks vigor,
kecepatan tumbuh, potensi tumbuh maksimum, kadar air serta daya hantar
listrik adalah gipsum selanjutnya kaptan; dolomit; dan talc. Seluruh bahan
aditif yang digunakan dalam penelitian ini memiliki sifat higroskopis.
(3) respon benih dalam mempertahankan viabilitas dan vigor benih
ditunjukan oleh kombinasi carboxylmethyl cellulose (CMC) dan gipsum
selanjutnya carboxylmethyl cellulose (CMC) dan kaptan; carboxylmethyl
cellulose (CMC) dan dolomit; carboxylmethyl cellulose (CMC) dan talc
pada variabel pengamatan daya berkecambah, indeks vigor, kecepatan
tumbuh, potensi tumbuh maksimum, daya hantar listrik serta dapat
memperlambat peningkatan kadar air selama penyimpanan.

Kata kunci : seed coating, kedelai, mutu benih, penyimpanan


PENGARUH BE
BERBAGAI BAHAN COATING DAN BAHA
HAN ADITIF
UNTUK
PADA BENIH
NIH KEDELAI (Glycine max L. Merril)) U
PERTAHANKAN VIABILITAS DAN VIGO
IGOR
MEMPE
BENIH SELAMA PENYIMPANAN

Oleh
HENY SUSANTI

Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapaii Gelar
SARJANA PERTANIAN
pada
Jurusan Agroteknologi


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2014

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada 07 Mei 1992. Penulis
merupakan anak pertama dari pasangan Bapak Ismid dan Ibu Elly Hasnah.
Penulis menyelesaikan pendidikan di TK/RA Masjid Agung Kalianda
Lampung Selatan pada tahun 1998, Sekolah Dasar Negeri 2 Way Urang
Kalianda Lampung Selatan pada tahun 2004, Sekolah Menengah Pertama
Negeri 20 Bandar Lampung pada tahun 2007, Sekolah Menegah Atas
Negeri 5 Bandar Lampung pada tahun 2010.

Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Agroteknologi Fakultas
Pertanian Universitas Lampung pada tahun 2010 melalui jalur Seleksi
Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Selama menjadi
mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan akademis dan non akademis.


Penulis pernah menjadi asisten dosen untuk beberapa mata kuliah antara
lain Teknologi Benih (2012- 2014) dan Aneka Tanaman Perkebunan
(2014). Pada kegiatan non akademis, penulis aktif sebagai pengurus Unit
Kegiatan Mahasiswa (UKM) Forum Studi Islam Fakultas Pertanian

(FOSI FP) pada periode 2011-2012 dan 2012-2013 sebagai koodinator tutor
Biro BBQ (Bimbingan Baca Qur’an). Selain itu penulis juga tergabung
dalam Tim Kerja Sekolah (TKS) Rohis SMAN 5 Bandar Lampung sejak
2010 hingga saat ini.

Pada bulan Januari – Februari 2013, penulis melaksanakan Kuliah Kerja
Nyata (KKN) di Desa Sumber Bandung Kecamatan Pagelaran Utara
Kabupaten Pringsewu selama 40 hari. Selanjutnya pada bulan Juli Agustus 2013, penulis melaksanakan Praktik Umum di Badan Pusat
Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi Badan Tenaga Nuklir Nasional
(PATIR-BATAN).

Ilmu terbaik adalah yang diamalkan. Cinta terbaik adalah yang
dihalalkan. Harta terbaik adalah yang disedekahkan.
Waktu terbaik adalah yang dioptimalkan.
Manusia terbaik adalah yang bermanfaat bagi orang lain .

( Heny Susanti)

Teriring doa dan ucapan syukur ku kepada Allah SWT karena
berkah-Nya memampukanku menyelesaikan
pendidikan dijenjang sarjana ini dan ku persembahkan
karya ini kepada
Ayahku Ismid, Ibuku Elly Hasnah dan Adikku Apsari Cahya Dini
yang senantiasa berdoa untuk kebaikanku dan
mendukungku ketika senang maupun sedih serta untuk
almamaterku tercinta, semoga skripsi ini akan bermanfaat
bagi orang banyak.

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang senantiasa
melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya untuk melaksanakan penelitian
dan menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini, penulis
menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Ir. Paul B. Timotiwu, M.S., selaku pembimbing utama yang
telah memberikan ide, pengarahan, motivasi dan nasehat dalam

melaksanakan penelitian dan penulisan skripsi ini.
2.

Bapak Dr. Agustiansyah, S.P., M.Si., selaku pembimbing kedua atas
ide, saran, bantuan, motivasi, nasehat, waktu dan pengetahuan yang
diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

3. Bapak Ir. Eko Pramono, M.S., selaku pembahas atas nasihat,
bimbingan, dan sarannya untuk penulis.
4. Bapak Ir. Sunyoto, M.Agr., selaku pembimbing akademik yang telah
membimbing penulis selama masa perkuliahan.
5. Bapak Dr. Ir. Kuswanta F. Hidayat, M.P., selaku Ketua Jurusan
Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
6. Bapak Prof. Dr. Ir.Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas
Pertanian Universitas Lampung.
ii

7. Bapak Prof. Dr. Setyo Dwi Utomo, S.P.,M.Si., selaku ketua bidang
Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
8. Dwi Rosalia atas kerjasama, saran, motivasi dan persahabatan yang

terjalin selama penelitian berlangsung.
9. Desis Kurniyati atas motivasi, saran, dan persaudaraan hingga
menempuh gelar sarjana ini.
10. Aulia Dwi Safitri, Windi Eka Pratiwi, Mutoharoh, S.P., Hixkia J.
Marpaung, S.P., Lidya P. Sinaga, Ade Yunike Larasati, S.P., Immas
Nurisma, Adila Utamako, Debby Kuncoro wibowo, S.P., Diago F.
Saputra, dan Cahyadi Prayuda terimakasih telah membantu selama
penulis melakukan penelitian dan dalam penyelesaian skripsi.
11. Seluruh keluarga Agroteknologi, terimakasih untuk kebersamaan dan
persahabatan selama ini.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Bandar Lampung,
Penulis

2014

Heny Susanti


ii

DAFTAR ISI

Halaman
SANWACANA ..............................................................................

i

DAFTAR TABEL .........................................................................

vi

DAFTAR GAMBAR.....................................................................

xiv

I. PENDAHULUAN...................................................................

1


1.1 Latar Belakang dan Masalah ...........................................

1

1.2 Tujuan Penelitian.............................................................

4

1.3 Kerangka Pemikiran ........................................................

4

1.4 Hipotesis ..........................................................................

7

II. TINJAUAN PUSTAKA .........................................................

7


2.1 Penyimpanan Benih.........................................................

8

2.2 Viabilitas dan Vigor Benih..............................................

10

2.3 Pelapisan Benih ...............................................................

13

III. BAHAN DAN METODE .......................................................

18

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian .........................................

18

3.2 Bahan dan Alat ................................................................

18

3.3 Metode Penelitian ............................................................

18

3.4 Pelaksanaan Penelitian ....................................................

19

3.4.1 Persiapan Benih....................................................
3.4.2 Proses Coating Benih ...........................................

19
20

3.4.3 Penyimpanan ........................................................
3.4.4 Pengecambahan Benih .........................................

20
21

3.5 Variabel Pengamatan.......................................................

21

3.5.1
3.5.2
3.5.3
3.5.4
3.5.5
3.5.6

Penetapan Kadar Air ............................................
Daya Berkecambah...............................................
Indeks Vigor ..........................................................
Kecepatan Tumbuh ...............................................
Potensi Tumbuh Maksimum..................................
Daya Hantar Listrik..............................................

21
22
22
22
23
23

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................

24

4.1 Hasil Penelitian................................................................

24

4.1.1
4.1.2
4.1.3
4.1.4
4.1.5
4.1.6
4.1.7

Daya Berkecambah...............................................
Indeks Vigor ..........................................................
Kecepatan Tumbuh ...............................................
Potensi Tumbuh Maksimum..................................
Kadar Air ..............................................................
Daya Hantar Listrik..............................................
Korelasi antar Variabel Pengamatan terhadap
Viabilitas dan Vigor Benih Selama
Penyimpanan ........................................................

26
30
35
39
42
44

4.2 Pembahasan .....................................................................

51

4.2.1 Pengaruh Penambahan Berbagai Bahan Aditif
Terhadap Viabilitas dan Vigor Benih Kedelai
Selama Penyimpanan...........................................
4.2.2 Pengaruh Berbagai Bahan Coating terhadap
Viabilitas dan Vigor Benih Kedelai Selama
Penyimpanan ........................................................
4.2.3 Respons Benih dalam Viabilitas dan Vigor
Benih pada Penambahan Berbagai Bahan
Coating Terhadap Penambahan Bahan
Aditif ......................................................................
4.2.4 Korelasi antar Variabel Pengamatan terhadap
Viabilitas dan Vigor Benih Selama
Penyimpanan ........................................................
iv

50

52

53

55

57

V. KESIMPULAN DAN SARAN .............................................

59

5.1 Kesimpulan .....................................................................

59

5.2 Saran ...............................................................................

60

PUSTAKA ACUAN.....................................................................

61

LAMPIRAN .................................................................................

65

v

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

1. Rekapitulasi pengaruh bahan coating dan bahan aditif
terhadap viabilitas dan vigor benih kedelai sebelum
disimpan (0 bulan) hingga 3 bulan selama
penyimpanan. ...................................................................

25

2. Pengaruh (bahan coating dan bahan aditif) variabel
pengamatan daya berkecambah selama penyimpanan. ...

27

3. Pengaruh interaksi antara bahan coating dan
bahan aditif untuk variabel pengamatan daya
berkecambah selama 2 bulan penyimpanan. . ..................

29

4. Pengaruh interaksi antara bahan coating dan bahan aditif
terhadap benih pada penyimpanan 3 bulan. ......................

30

5. Pengaruh (bahan coating dan bahan aditif) variabel
pengamatan indeks vigor selama penyimpanan. ..............

31

6. Pengaruh interaksi antara bahan coating dan bahan
aditif untuk variabel pengamatan indeks vigor selama 1
bulan penyimpanan. .........................................................

33

7. Pengaruh interaksi antara bahan coating dan bahan
aditif untuk variabel pengamatan indeks vigor selama 2
bulan penyimpanan. ........................................................

34

8. Pengaruh interaksi antara bahan coating dan bahan
aditif untuk variabel pengamatan indeks vigor selama 3
bulan penyimpanan. .........................................................

34

vi

9. Pengaruh (bahan coating dan bahan aditif) variabel
pengamatan kecepatan tumbuh selama penyimpanan. ....

36

10. Pengaruh interaksi antara bahan coating dan bahan aditif
untuk variabel pengamatan kecepatan tumbuh selama
1 bulan penyimpanan. ......................................................

37

11. Pengaruh interaksi antara bahan coating dan
bahanaditif untuk variabel pengamatan kecepatan
tumbuh selama 2 bulan penyimpanan. ...........................

38

12. Pengaruh interaksi antara bahan coating dan bahan aditif
untuk variabel pengamatan kecepatan tumbuh selama
3 bulan penyimpanan. .....................................................

38

13. Pengaruh (bahan coating dan bahan aditif) variabel
pengamatan potensi tumbuh maksimum selama
penyimpanan. ..................................................................

39

14. Pengaruh interaksi antara bahan coating dan bahan
aditif untuk variabel pengamatan potensi tumbuh
maksimum selama 2 bulan penyimpanan. .....................

41

15. Pengaruh interaksi antara bahan coating dan bahan
aditif untuk variabel pengamatan potensi tumbuh
maksimum selama 3 bulan penyimpanan. ......................

42

16. Pengaruh (bahan coating dan bahan aditif) variabel
pengamatan kadar air selama penyimpanan. ..................

43

17. Pengaruh (bahan coating dan bahan aditif) variabel
daya hantar listrik selama penyimpanan. .........................

45

18. Pengaruh interaksi antara bahan coating dan bahan
aditif untuk variabel pengamatan daya hantar listrik
selama 0 bulan penyimpanan. ........................................

48

19. Pengaruh interaksi antara bahan coating dan bahan
aditif untuk variabel pengamatan daya hantar listrik
selama 1 bulan penyimpanan. .........................................

48

vii

20. Pengaruh interaksi antara bahan coating dan bahan
aditif untuk variabel pengamatan daya hantar listrik
selama 2 bulan penyimpanan. ..........................................

49

21. Pengaruh interaksi antara bahan coating dan bahan
aditif untuk variabel pengamatan daya hantar listrik
selama 3 bulan penyimpanan. ..........................................

49

22. Korelasi antar variabel pengamatan terhadap viabilitas
dan vigor benih selama penyimpanan. ............................

50

23. Data variabel pengamatan daya berkecambah
penyimpanan benih 0 bulan. ............................................

66

24. Uji homogenitas ragam variabel pengamatan daya
berkecambah penyimpanan benih 0 bulan. ......................

66

25. Uji aditifitas dan analisis ragam variabel pengamatan
daya berkecambah penyimpanan benih 0 bulan. .............

67

26. Data variabel pengamatan daya berkecambah
penyimpanan benih 1 bulan. ............................................

67

27. Uji homogenitas ragam variabel pengamatan daya
berkecambah penyimpanan benih 1 bulan. ......................

68

28. Uji aditifitas dan analisis ragam variabel pengamatan
daya berkecambah penyimpanan benih 1 bulan. .............

68

29. Data variabel pengamatan daya berkecambah
penyimpanan benih 2 bulan. ...........................................

69

30. Uji homogenitas ragam variabel pengamatan daya
berkecambah penyimpanan benih 2 bulan. ....................

69

31. Uji aditifitas dan analisis ragam variabel pengamatan
daya berkecambah penyimpanan benih 2 bulan. .............

70

32. Data variabel pengamatan daya berkecambah
penyimpanan benih 3 bulan. ...........................................

70

viii

33. Uji homogenitas ragam variabel pengamatan daya
berkecambah penyimpanan benih 3 bulan. ....................

71

34. Uji aditifitas dan analisis ragam variabel pengamatan
Daya berkecambah penyimpanan benih 3 bulan. ...........

71

35. Data variabel pengamatan indeks vigor penyimpanan
benih 0 bulan. ..................................................................

72

36. Uji homogenitas ragam variabel pengamatan indeks
vigor penyimpanan benih 0 bulan. ................................

72

37. Uji aditifitas dan analisis ragam variabel pengamatan
indeks vigor penyimpanan benih 0 bulan. ......................

73

38. Data variabel pengamatan indeks vigor penyimpanan
benih 1bulan. ...................................................................

73

39. Uji homogenitas ragam variabel pengamatan indeks vigor
penyimpanan benih 1 bulan. ..........................................

74

40. Uji aditifitas dan analisis ragam variabel pengamatan
indeks vigor penyimpanan benih 1 bulan. ......................

74

41. Data variabel pengamatan indeks vigor penyimpanan
benih 2 bulan. ..................................................................

75

42. Uji homogenitas ragam variabel pengamatan indeks
vigor penyimpanan benih 2 bulan. ................................

75

43. Uji aditifitas dan analisis ragam variabel pengamatan
indeks vigor penyimpanan benih 2 bulan. ......................

76

44. Data variabel pengamatan indeks vigor penyimpanan
benih 3 bulan. ..................................................................

76

45. Uji homogenitas ragam variabel pengamatan indeks
vigor penyimpanan benih 3 bulan. .................................

77

46. Uji aditifitas dan analisis ragam variabel pengamatan
indeks vigor penyimpanan benih 3 bulan. ...................

77

ix

47. Data variabel pengamatan kecepatan tumbuh
penyimpanan benih 0 bulan. ..........................................

78

48. Uji homogenitas ragam variabel pengamatan kecepatan
tumbuh penyimpanan benih 0 bulan. ............................

78

49. Uji aditifitas dan analisis ragam variabel pengamatan
kecepatan tumbuh penyimpanan benih 0 bulan. ............

79

50. Data variabel pengamatan kecepatan tumbuh
penyimpanan benih 1 bulan. ...........................................

79

51. Uji homogenitas ragam pengamatan variabel kecepatan
tumbuh penyimpanan benih 1 bulan. .............................

80

52. Uji aditifitas dan analisis ragam variabel pengamatan
kecepatan tumbuh penyimpanan benih 1 bulan. ...........

80

53. Data variabel pengamatan kecepatan tumbuh
penyimpanan benih 2 bulan. ...........................................

81

54. Uji homogenitas ragam pengamatan variabel kecepatan
tumbuh penyimpanan benih 2 bulan. ............................

81

55. Uji aditifitas dan analisis ragam variabel pengamatan
kecepatan tumbuh penyimpanan benih 2 bulan. ...........

82

56. Data variabel pengamatan kecepatan tumbuh
penyimpanan benih 3 bulan. ...........................................

82

57. Uji homogenitas ragam pengamatan variabel
pengamatan kecepatan tumbuh penyimpanan benih
3 bulan. ...........................................................................

83

58. Uji aditifitas dan analisis ragam variabel pengamatan
kecepatan tumbuh penyimpanan benih 3 bulan. .............

83

59. Data variabel pengamatan potensi tumbuh maksimum
penyimpanan benih 0 bulan. ...........................................

84

x

60. Uji homogenitas ragam pengamatan variabel
pengamatan potensi tumbuh maksimum penyimpanan
benih 0 bulan. ..................................................................

84

61. Uji aditifitas dan analisis ragam variabel potensi
tumbuh maksimum penyimpanan benih 0 bulan. ..........

85

62. Data variabel pengamatan potensi tumbuh maksimum
penyimpanan benih 1 bulan. ...........................................

85

63. Uji homogenitas ragam pengamatan variabel
pengamatan potensi tumbuh maksimum penyimpanan
benih 1 bulan. ..................................................................

86

64. Uji aditifitas dan analisis ragam variabel potensi
tumbuh maksimum penyimpanan benih 1 bulan. ...........

86

65. Data variabel pengamatan potensi tumbuh maksimum
penyimpanan benih 2 bulan. ...........................................

87

66. Uji homogenitas ragam pengamatan variabel
pengamatan potensi tumbuh maksimum penyimpanan
benih 2 bulan. ..................................................................

87

67. Uji aditifitas dan analisis ragam variabel potensi
tumbuh maksimum penyimpanan benih 2 bulan. ...........

88

68. Data variabel pengamatan potensi tumbuh maksimum
penyimpanan benih 3 bulan. ...........................................

88

69. Uji homogenitas ragam pengamatan variabel
pengamatan potensi tumbuh maksimum penyimpanan
benih 3 bulan. ..................................................................

89

70. Uji aditifitas dan analisis ragam variabel potensi
tumbuh maksimum penyimpanan benih 3 bulan. ...........

89

71. Data variabel pengamatan kadar air penyimpanan
benih 0 bulan. ..................................................................

90

xi

72. Uji homogenitas ragam pengamatan variabel
pengamatan kadar air penyimpanan benih
0 bulan. ...........................................................................

90

73. Uji aditifitas dan analisis ragam variabel pengamatan
kadar air penyimpanan benih 0 bulan. ............................

91

74. Data variabel pengamatan kadar air penyimpanan
benih 1 bulan. ..................................................................

91

75. Uji homogenitas ragam pengamatan variabel
pengamatan kadar air penyimpanan benih
1 bulan. ...........................................................................

92

76. Uji aditifitas dan analisis ragam variabel pengamatan
kadar air penyimpanan benih 1 bulan. ............................

92

77. Data variabel pengamatan kadar air penyimpanan
benih 2 bulan. ..................................................................

93

78. Uji homogenitas ragam pengamatan variabel
pengamatan kadar air penyimpanan benih
2 bulan. ...........................................................................

93

79. Uji aditifitas dan analisis ragam variabel pengamatan
kadar air penyimpanan benih 2 bulan. ............................

94

80. Data variabel pengamatan kadar air penyimpanan
benih 3 bulan. ..................................................................

94

81. Uji homogenitas ragam pengamatan variabel
pengamatan kadar air penyimpanan benih
3 bulan. ...........................................................................

95

82. Uji aditifitas dan analisis ragam variabel pengamatan
kadar air penyimpanan benih 3 bulan. ............................

95

83. Data variabel pengamatan daya hantar listrik
penyimpanan benih 0 bulan. ..........................................

96

xii

84. Uji homogenitas ragam pengamatan variabel
pengamatan daya hantar listrik penyimpanan benih
0 bulan. ...........................................................................

96

85. Uji aditifitas dan analisis ragam variabel pengamatan
daya hantar listrik penyimpanan benih 0 bulan. .............

97

86. Data variabel pengamatan daya hantar listrik
penyimpanan benih 1 bulan. ..........................................

97

87. Uji homogenitas ragam pengamatan variabel
pengamatan daya hantar listrik penyimpanan benih
1 bulan. ...........................................................................

98

88. Uji aditifitas dan analisis ragam variabel pengamatan
daya hantar listrik penyimpanan benih 1 bulan. .............

98

89. Data variabel pengamatan daya hantar listrik
penyimpanan benih 2 bulan. ..........................................

99

90. Uji homogenitas ragam pengamatan variabel
pengamatan daya hantar listrik penyimpanan benih
2 bulan. ...........................................................................

99

91. Uji aditifitas dan analisis ragam variabel pengamatan
daya hantar listrik penyimpanan benih 2 bulan. .............

100

92. Data variabel pengamatan daya hantar listrik
penyimpanan benih 3 bulan. ..........................................

100

93. Uji homogenitas ragam pengamatan variabel
pengamatan daya hantar listrik penyimpanan benih
3 bulan. ...........................................................................

101

94. Uji aditifitas dan analisis ragam variabel pengamatan
daya hantar listrik penyimpanan benih 3 bulan. .............

101

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

1. Diagram pengaruh bahan coating terhadap benih
kedelai pada variabel daya berkecambah. .......................

22

2. Diagram pengaruh bahan aditif terhadap benih
kedelai pada variabel daya berkecambah. .......................

28

3. Diagram pengaruh bahan coating terhadap benih
kedelai pada variabel indeks vigor. . ................................

33

4. Diagram pengaruh bahan aditif terhadap benih
kedelai pada variabel indeks vigor. ......................

47

5. Diagram pengaruh bahan coating terhadap benih
kedelai pada variabel kecepatan tumbuh. .........................

48

6. Diagram pengaruh bahan aditif terhadap benih
kedelai pada variabel kecepatan tumbuh. ........................

49

7. Diagram pengaruh bahan coating terhadap benih
kedelai pada variabel potensi tumbuh maksimum. ..........

22

8. Diagram pengaruh bahan aditif terhadap benih
kedelai pada variabel potensi tumbuh maksimum. ..........

28

9. Diagram pengaruh bahan coating terhadap benih
kedelai pada variabel kadar air. . ......................................

33

10. Diagram pengaruh bahan aditif terhadap benih
kedelai pada variabel kadar air. . ......................................

33

xiv

11. Diagram pengaruh bahan coating terhadap benih
kedelai pada variabel daya hantar listrik. ........................

48

12. Diagram pengaruh bahan aditif terhadap benih
kedelai pada variabel daya hantar listrik. ........................

49

13. Lapisan yang terbentuk setelah pelapisan dan
penambahan bahan aditif. .................................................

48

14. Tata Letak Percobaan. .....................................................

102

15. Pedoman pemberian interpretasi terhadap koefisien
korelasi. ............................................................................

103

xv

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah

Kedelai merupakan salah satu tanaman pangan penting di Indonesia.
Menurut Badan Pusat Statistik (2013), kebutuhan kedelai nasional
mencapai 2,6 juta ton per tahun sedangkan produksi kedelai indonesia
hanya mampu mencapai 800.000 ton per tahun. Dalam upaya pemenuhan
kebutuhan kedelai tersebut, Indonesia sebagai negara produsen kedelai
hanya didukung dengan luas panen 550.793 ha (Badan Pusat Statistik,
2013).

Salah satu faktor yang mendukung produksi kedelai dalam mengoptimalkan
luas lahan yang ada yaitu kegiatan budidaya tanaman dengan penggunaan
benih bermutu. Departemen Pertanian (2013) melaporkan bahwa benih
kedelai bermutu yang disediakan oleh pemerintah hanya 15% dari
kebutuhan benih seluruhnya. Dengan demikian kekurangan benih tersebut
dipasok dari pihak swasta dan impor, serta tidak sedikit petani yang
menggunakan benih dari hasil pertanaman sendiri. Oleh karena itu
penyediaan benih bermutu merupakan upaya mutlak yang harus dilakukan

2

dalam mengoptimalkan kegiatan budidaya tanaman agar produksi kedelai
Indonesia dapat memenuhi kebutuhan kedelai dalam negeri.

Mutu benih meliputi tiga aspek yaitu mutu fisik, fisiologis dan genetik.
Mutu benih dicapai pada periode I (Konsep Steinbeur-Sadjad) dan
terbentuk periode viabilitas dan vigor yang tinggi. Setelah periode I,
viabilitas dan vigor juga dipengaruhi oleh proses panen dan pascapanen.
Hal inilah yang menentukan mutu benih dapat dipertahankan sebelum benih
tersebut digunakan dalam kegiatan budidaya tanaman. Benih kedelai yang
telah dipanen biasanya tidak langsung ditanam, sehingga suplai benih untuk
musim tanam berikutnya mengharuskan terjadinya proses penyimpanan.
Hal ini disebakan karena usaha tani kedelai umumnya dibudidayakan di
lahan sawah setelah penanaman padi dengan pola tanam padi-palawijasayuran sehingga budidaya kedelai tidak dilakukan sepanjang tahun. Pola
tanam seperti itu menyebabkan adanya jeda waktu antar musim tanam.
Benih tanaman yang disimpan dalam jangka waktu tertentu jika tidak
ditangani dengan baik, maka benih akan mengalami kemunduran yang
mengakibatkan penurunan mutu yang disebut deteriorasi.

Laju deteriorasi tidak dapat dihentikan dan dikembalikan seperti semula
serta mampu membuat viabilitas dan vigor benih menurun. Kemunduran
pada benih memiliki kurva linear yang menurun secara cepat, namun dapat
diperlambat dengan cara memberikan perlakuan tertentu pada benih.

3

Salah satu upaya dalam mengatasi kemunduran benih tersebut dapat
diterapkan teknologi seed coating.

Menurut Kuswanto (2003), seed coating merupakan proses pembungkusan
benih dengan bahan tertentu sebagai pembawa zat aditif. Tujuan
dilakukannya seed coating antara lain : (1) meningkatkan kinerja benih
selama perkecambahan, (2) melindungi benih dari gangguan atau pengaruh
kondisi lingkungan, (3) mempertahankan kadar air benih, (4) mengurangi
dampak kondisi ruang penyimpanan, dan (5) memperpanjang daya simpan
benih. Oleh karena itu dengan penerapan seed coating diharapkan viabilitas
dan vigor benih pada periode simpan dapat dipertahankan secara optimal.
Hingga saat ini penelitian mengenai seed coating benih kedelai masih
sangat sedikit, terlebih jika dilakukan untuk penyimpanan terkait kajian
tentang viabilitas dan vigor benih belum pernah dilakukan. Oleh sebab itu
penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bahan coating dan bahan aditif
yang paling kompatibel terhadap viabilitas dan vigor benih kedelai (Glycine
max L. Merril) selama penyimpanan.

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka dapat disusun
perumusan masalah sebagai berikut :
1. Apakah diantara bahan coating yang digunakan terdapat bahan coating
terbaik yang dapat mempertahankan viabilitas dan vigor benih selama
penyimpanan ?

4

2. Apakah diantara beberapa bahan aditif yang digunakan terdapat bahan
aditif terbaik yang mampu mempertahankan viabilitas dan vigor benih
selama penyimpanan ?
3. Bagaimanakah respon benih terhadap bahan coating dengan
penambahan masing-masing bahan aditif ?

1.2 Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi dan perumusan masalah maka penelitian ini
dilakukan dengan tujuan sebagai berikut :
1. Mengetahui bahan coating terbaik yang mampu mempertahankan
viabilitas dan vigor benih kedelai selama penyimpanan.
2. Mengetahui bahan aditif terbaik pada coating yang mampu
mempertahankan viabilitas dan vigor benih selama penyimpanan.
3. Mengetahui respon benih terhadap bahan coating yang dikombinasikan
dengan masing-masing bahan aditif.

1.3 Kerangka Pemikiran

Dalam menjawab rumusan masalah diatas, maka dapat disusun kerangka
pemikiran sebagai berikut: Berdasarkan konsep viabilitas benih SteinbauerSadjad (Sadjad, 1994) benih mengalami 3 fase kehidupan yaitu periode I
disebut periode pembangunan benih, periode II adalah periode simpan dan
periode III merupakan periode kritikal. Dalam penelitian yang akan

5

dilakukan berkaitan antara periode I dan II yaitu lebih tepatnya periode
konservasi sebelum simpan. Dalam periode tersebut jika dilakukan proses
pasca panen yang tepat maka viabilitas dan vigor benih dapat dipertahankan
secara optimal selama penyimpanan. Namun jika tidak ditangani dengan
baik maka akan terjadi penurunan mutu benih yang sangat drastis selama
penyimpanan. Oleh karena itu untuk mempertahankan mutu benih yang
tercermin dari viabilitas dan vigor benih dapat diterapkan suatu teknologi
yaitu seed coating (pelapisan benih).

Seed coating merupakan proses pembungkusan benih dengan bahan tertentu
sebagai pembawa zat aditif yang salah satu tujuannya melindungi benih dari
gangguan atau pengaruh kondisi lingkungan selama dalam penyimpanan.
Pada saat pelapisan benih, kadar air benih awal merupakan faktor yang
mempengaruhi viabilitas dan vigor benih selama penyimpanan. Semakin
tinggi kadar air maka semakin cepat terjadinya penurunan mutu benih.

Bahan coating yang digunakan biasanya merupakan bahan yang tidak
membahayakan bagi benih itu sendiri serta mudah larut dalam air. Pada
umumnya bahan coating yang digunakan antar lain arabic gum,
Carboxylmethyl cellulase (CMC) dan tapioka. Disamping itu bahan
coating diberi penambahan bahan aditif yang bekerja secara sinergis dengan
bahan coating. Dalam penelitian ini digunakan kapur sebagai bahan aditif.
Kapur memiliki sifat seperti gel silica yang berfungsi sebagai buffer

6

sehingga dapat menjaga keseimbangan kelembaban selama penyimpanan.
Lapisan coating akan menutup seluruh permukaan kulit benih dan bahan
aditif sebagai buffer. Pada prinsipnya pemberian coating dengan
penambahan bahan aditif yaitu untuk menekan proses metabolisme benih
sebagai akibat penyerapan oksigen dan uap air udara disekitar
penyimpanan. Ketika proses metabolisme dapat ditekan artinya kadar air
benih serta aktivitas respirasi dapat pula ditekan. Oleh karena itu selama
periode simpan, kemunduran benih tidak menurun secara drastis atau dapat
memperkecil delta penurunan viabilitas dan vigor benih dibandingkan benih
tanpa coating selama penyimpanan, sehingga ketika benih akan ditanam
masih dapat memperlihatkan kemampuan tumbuh seperti indikator
viabilitas dan vigor benih yang tinggi.

Indikator mutu benih tersebut yaitu kemampuan benih dalam menunjukan
persentase yang tinggi pada daya berkecambah, potensi tumbuh maksimum,
kecepatan tumbuh, indeks vigor dan nilai daya hantar listrik yang rendah
serta dapat memperlambat peningkatan kadar air. Dengan demikian
teknologi pelapisan benih (seed coating) perlu diterapkan dalam upaya
mengatasi salah satu masalah penurunan mutu benih kedelai setelah
dilakukan penyimpanan.

7

1.4 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan, maka untuk
menjawab rumusan masalah diajukan hipotesis sebagai berikut:
1. Terdapat bahan coating terbaik yang mampu mempertahankan
viabilitas dan vigor benih selama penyimpanan
2. Diantara beberapa bahan aditif yang digunakan terdapat bahan aditif
terbaik yang mampu mempertahankan viabilitas dan vigor benih
selama penyimpanan
3. Setiap kombinasi perlakuan memberikan respon benih yang berbedabeda bergantung bahan coating dan bahan aditif yang digunakan

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penyimpanan Benih

Menurut Justice dan Bass (2002), penyimpanan benih adalah
mengkondisikan benih pada suhu dan kelembaban optimum untuk benih
agar bisa mempertahankan mutunya. Tujuan dari penyimpanan benih
adalah untuk mengawetkan cadangan makanan tanaman bernilai ekonomis
dari satu musim ke musim berikutnya.

Tujuan penyimpanan benih menurut Kuswanto (2003) adalah untuk
mendukung kegiatan produksi tanaman dalam menyediakan benih bermutu
sebelum datang musim tanam. Lamanya daya simpan benih dipengaruhi
oleh beberapa hal, yaitu genetik dari tanaman induk, kondisi lingkungan
simpan, keadaan fisik maupun fisiologis benih.

Penyimpanan benih merupakan salah satu penanganan pascapanen kedelai
yang penting dari keseluruhan teknologi benih dalam memelihara kualitas
atau mutu. Menurut Harnowo et al. (1992), benih kedelai relatif tidak tahan
disimpan lama, sehingga penyimpanan berpengaruh terhadap mutu
fisiologis dari benih kedelai. Penyediaan benih dari dan untuk petani bagi

9

musim tanam berikutnya sering harus mengalami penyimpanan terlebih
dahulu, sehingga upaya merekayasa penyimpanan benih untuk memperoleh
benih kedelai bermutu sangat diperlukan. Oleh karena itu, perlu teknologi
penyimpanan yang baik agar vigor dan viabilitas benih tetap tinggi pada
saat tanam sehingga diperoleh pertumbuhan dan hasil yang baik.

Faktor yang mempengaruhi daya simpan benih adalah vigor awal sebelum
simpan dan faktor enforced. Vigor awal simpan terdiri dari faktor innate
(faktor genetik) dan faktor induce (lingkungan di lapangan). Faktor
enforced adalah lingkungan simpan (biotik dan abiotik) (Justice dan Bass,
2002).

Kondisi penyimpanan sangat mempengaruhi viabilitas dan vigor benih. Ada
beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penyimpanan benih, yaitu
kadar air, kelembaban dan suhu ruang. Suhu ruang simpan berperan dalam
mempertahankan viabilitas dan vigor benih selama penyimpanan. Pada
suhu rendah, respirasi berjalan lambat disbanding suhu tinggi. Dalam
kondisi tersebut, viabilitas benih dapat dipertahankan lebih lama. Kadar air
yang aman untuk penyimpanan benih kedelai dalam suhu kamar selama 610 bulan adalah tidak lebih dari 11%. Menurut Harrington (1972), masalah
yang dihadapi dalam penyimpanan benih makin kompleks sejalan dengan
meningkatnya kadar air benih. Penyimpanan benih yang berkadar air tinggi
dapat menimbulkan resiko terserang cendawan.

10

2.2 Viabilitas dan Vigor Benih Selama Penyimpanan

Mutu benih dapat dilihat dari viabilitas maupun vigor benih. Mutu benih
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor genetik, lingkungan dan
status benih (kondisi fisik dan fisiologi benih). Genetik merupakan faktor
bawaan yang berkaitan dengan komposisi genetika benih. Setiap varietas
memiliki identitas genetika yang berbeda. Faktor lingkungan yang
berpengaruh terhadap mutu benih berkaitan dengan kondisi dan perlakuan
selama prapanen, pascapanen, maupun saat pemasaran benih. Faktor
kondisi fisik dan fisiologi benih berkaitan dengan performa benih seperti
tingkat kemasakan, tingkat kerusakan mekanis, tingkat keusangan
(hubungan antara vigor awal dan lamanya disimpan), tingkat kesehatan,
ukuran dan berat jenis, komposisi kimia, struktur, tingkat kadar air dan
dormansi benih (Sutopo, 2004).

Viabilitas benih merupakan salah satu unsur dalam mutu fisiologis benih.
Viabilitas dapat dilihat dari daya berkecambah dan bobot kering kecambah
normal. Daya berkecambah menginformasikan kemungkinan benih tumbuh
normal pada kondisi lapang dan lingkungan yang optimum. Penurunan
viabilitas merupakan salah satu indikator kemunduran benih. Kemunduran
benih adalah mundurnya mutu fisiologis yang dapat menyebabkan
menurunnya viabilitas benih. Viabilitas benih merupakan proses yang
berlangsung bertingkat dan kumulatif karena perubahan yang diberikan

11

kepada benih secara alami maupun buatan yang dapat merusak. Hilangnya
daya berkecambah merupakan akhir dari kemunduran benih
(Sadjad et al., 1999).

Benih pada saat panen biasanya memiliki kandungan air benih sekitar 16%
sampai 20%. Agar dapat mempertahankan viabilitas maksimumnya maka
kandungan air tersebut harus diturunkan terlebih dahulu sebelum disimpan.
Untuk benih yang berminyak seperti kedelai kandungan air benih untuk
disimpan harus lebih kecil dari 11%. Dalam batas tertentu makin rendah
kadar air benih makin lama daya hidup benih tersebut. Kadar air yang
terlalu tinggi dalam penyimpanan akan menyebabkan terjadinya
peningkatan kegiatan enzim-enzim yang akan mempercepat terjadinya
proses respirasi, sehingga perombakan bahan cadangan makanan dalam biji
menjadi semakin besar. Akhirnya benih akan kehabisan energi pada
jaringan-jaringannya yang penting. Energi yang terhambur dalam bentuk
panas ditambah keadaan yang lembab akan merangsang perkembangan
mikroorganisme yang dapat merusak benih (Sutopo, 2004).

Justice dan Bass (2002) mengungkapkan bahwa sangat penting menurunkan
kadar air benih hingga ketingkat yang aman untuk disimpan, namun bila
kadar air terlalu rendah dapat membahayakan benih. Benih yang sangat
kering sangat peka terhadap kerusakan mekanis serta pelukaan. Perusakan
seperti itu dapat mengakibatkan bagian penting benih mengalami pecah-

12

pecah atau retak sehingga benih tersebut peka terhadap serangan cendawan
yang dapat menurunkan daya simpan. Selain itu menurut Harrington
(1972), kandungan air benih dibawah 5% mempercepat kemunduran benih
yang disebabkan oleh autooksidasi lipid di dalam benih. Sedangkan diatas
14%, akan terdapat cendawan gudang yang merusak kapasitas
perkecambahan benih.

Vigor benih adalah kemampuan benih tumbuh normal pada kondisi lapang
dan lingkungan suboptimum (Justice dan Bass, 2002). Vigor benih tinggi
memiliki kekuatan tumbuh yang tinggi serta daya simpan yang tinggi.
Vigor benih terdiri atas vigor genetik dan vigor fisiologis. Vigor genetik
merupakan vigor benih dari galur genetik yang berbeda, sedangkan vigor
fisiologis adalah vigor yang dapat dibedakan dalam galur genetik yang
sama (Sutopo, 2004).

Kehilangan vigor benih yang cepat menyebabkan penurunan
perkecambahan benih. Benih yang mempunyai vigor rendah menyebabkan
pemunculan bibit di lapangan rendah, terutama dalam kondisi tanah yang
kurang ideal. Sehingga benih kedelai yang akan ditanam harus disimpan
dalam lingkungan yang menguntungkan (suhu rendah), agar kualitas benih
masih tinggi sampai akhir penyimpanan (Viera et al., 2001).

Menurut Purwanti (2004), benih kedelai mudah sekali mengalami
kemunduran dibandingkan tanaman lain sehingga berpengaruh pada vigor

13

benih. Benih kedelai yang telah mengalami penurunan vigor akan
menunjukkan jumlah perkecambahan di lapangan yang rendah. Hal ini
akan lebih terlihat bila benih bervigor rendah ditanam pada kondisi yang
kurang menguntungkan. Pencegahannya dapat dilakukan dengan
penyimpanan benih pada kondisi yang sesuai dengan kebutuhan benih yaitu
pada suhu rendah.

Kemunduran benih dapat dilihat dari vigor fisiologis. Cara yang dapat
digunakan untuk mengetahui vigor diantaranya adalah konduktivitas dan
kecepatan tumbuh. Penurunan integritas membran terjadi pada benih
bervigor rendah karena deteriorasi selama penyimpanan dan kerusakan
mekanik. Selama proses imbibisi, benih dengan membran yang rusak akan
melepaskan cairan sitoplasma ke media imbibisi. Cairan ini membawa
muatan listrik yang dapat dideteksi (Copeland dan McDonald, 2001).

2.3 Pelapisan Benih (Seed Coating).

Pelapisan benih merupakan proses pembungkusan benih dengan zat tertentu
yang bertujuan sebagai berikut: (1) meningkatkan kinerja benih selama
perkecambahan, (2) melindungi benih dari gangguan atau pengaruh kondisi
lingkungan, (3) mempertahankan kadar air benih, (4) menyeragamkan
ukuran benih, (5) memudahkan penyimpanan benih dan mengurangi
dampak kondisi ruang penyimpanan, (6) memperpanjang daya simpan
benih (Kuswanto, 2003).

14

Dalam mempertahankan viabilitas benih, cara yang dapat dilakukan adalah
dengan menurunkan laju respirasi. Widajati et al., (2008) menyatakan
bahwa laju respirasi yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan benih cepat
kehilangan energi dan persediaan cadangan makanan terutama pada daerah
embrio. Sehingga untuk mengatasi peningkatan laju respirasi tersebut
diperlukan suatu upaya seed treatment, agar mutu benih dapat
dipertahankan setelah dilakukan penyimpanan. Salah satu upaya untuk
menekan laju respirasi dapat diterapkan teknologi seed coating.

Menurut Copeland dan McDonald (2001), ada dua tipe pelapisan benih
yang telah dikomersialkan, yaitu seed coating dan seed pelleting.
Perbedaan utama dari keduanya adalah ukuran, bentuk, bobot dan ketebalan
lapisan yang dihasilkan. Ilyas (2003) menyatakan bahwa coating
memungkinkan untuk menggunakan bahan yang lebih sedikit dan bentuk
asli benih masih terlihat serta bobot benih hanya meningkat 0.1-2 kali.
Sedangkan pelleting dapat mengubah bentuk benih yang tidak seragam
menjadi bulat halus dan seragam serta dapat meningkatkan bobot benih
hingga 2-50 kali.

Copeland dan McDonald (2001) menyatakan bahwa polimer untuk pelapis
benih idealnya memiliki karakter sebagai berikut: (1) larut dalam air, (2)
memiliki nilai viskositas yang rendah, (3) memiliki konsentrasi yang tinggi
pada kondisi padat, (4) memiliki pengaturan keseimbangan hidrofilik dan

15

hidrofobik, dan (5) dapat membentuk lapisan tipis keras setelah
dikeringkan.

Desai et al. (1997) menyatakan bahwa bahan polimer untuk coating harus
memiliki sifat adhesi yang baik, misalnya Arabic gum, dextran,
methylcellulose, dan paraffin. Menurut Copeland dan McDonald (2001),
bahan pelapis yang digunakan harus kompatibel dengan benih, sehingga
kualitas benih tetap terjaga dan proses perkecambahan tidak terganggu.

Bahan pembuatan coating digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu
hidrokoloid (termasuk protein dan polisakarida), lipid (asam lemak dan
wax), dan komposit (campuran hidrokoloid dan lipid). Protein yang sering
digunakan adalah protein jagung, kedelai,keratin, kolagen, gelatin kasein,
protein susu dan protein ikan. Polisakarida yang sering digunakan adalah
selulosa dan turunannya (metil selulosa, karboksil metil selulosa) tepung
dan turunannya, pektin, ekstrak ganggang laut (alginat, keragenan, agr) gum
(arabic gum gum karaya), xantan, dan chitosan (Ilyas, 2012).

Bahan coating yang digunakan harus memiliki ktiteria antara lain dapat
mempertahankan kadar air benih selama penyimpanan, menghambat laju
respirasi benih, tidak bersifat toxic terhadap benih, serta bersifat mudah
pecah dan larut apabila terkena air, sehingga tidak menghambat proses
perkecambahan benih. Berbagai formula coating telah diterapkan dan
pengaruhnya spesifik pada benih (Ilyas, 2012).

16

Sari (2009) melaporkan bahwa seed coating kacang panjang dengan arabic
gum + methylbacterium TD-L2 menunjukkan indeks vigor dan daya
berkecambah yang tinggi (89% dan 90%). Penggunaan seed coating pada
benih cabai yaitu arabic gum 0.20 g mL-1, benomil 2.5% (b/v) dan tepung
curcuma 1 g L-1 (Setiyowati et al., 2007). Beberapa bahan yang cukup
murah dan mudah digunakan sebagai formula coating antara lain sebagai
bahan perekat carboxymethyl cellulose (CMC) dan alginat ( Zahran et
al.,2008) serta sebagai bahan pelapis seperti kapur, pestisida, mikroba, dan
bahan kimia lainnya yang dapat mempertahankan mutu benih (Ilyas, 2012).

Pengaruh bahan perekat tapioka 5% secara umum lebih baik daripada bahan
perekat molases 90% terhadap beberapa parameter yang diamati. Tapioka
merupakan salah satu bahan pemantap dan pengental (emulsifier, stabilizer)
yang dapat membantu terbentuknya atau memantapkan sistem dispersi yang
homogen. Daya tumbuh tertinggi ditunjukkan oleh bahan pelapis
gambut:gipsum dengan perbandingan 50:50. Kombinasi tanpa bahan
perekat (kontrol) dengan bahan pelapis gambut:gipsum 0:100 menghasilkan
tinggi tanaman yang tertinggi pada 2 MST, sedangkan tinggi tanaman
terendah pada kombinasi tanpa bahan perekat dengan bahan pelapis
gambut:gipsum 100:0. Interaksi antara bahan perekat dan bahan pelapis
menunjukkan pengaruh yang sangat nyata terhadap jumlah daun pada 2
MST. Bahan perekat tapioka 5% mampu meningkatkan bobot kering tajuk
(Khodijah, 2009).

17

Palupi et al. (2012) menyatakan bahwa formula yang paling sesuai untuk
coating benih padi adalah CMC 1,5 % + talc 1 % dan CMC 1,5% + gipsum
1%, yang dapat mempertahankan vigor benih (diuji setelah coating tanpa
disimpan). Formula alginat 3% + gambut 1% dan CMC 1,5% + gambut 1%
menyebabkan vigor benih yang lebih tinggi dibandingkan kontrol setelah
disimpan selama 2 bulan, sedangkan formula arabic gum 3% + gipsum 1%
dapat mempertahankan kesempatan tumbuh dan vigor benih selama 1 bulan
peyimpanan pada ruang tanpa AC.

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2014 sampai dengan Juni
2014 di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian
Universitas Lampung.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan yaitu benih kedelai Varietas Wilis yang dipanen
pada bulan Agustus 2013, arabic gum, Carboxylmethyl cellulose (CMC),
tapioka, dolomit, gipsum, talc, kaptan, aquades, dan pewarna makanan.
Alat -alat yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis, alat
pembagi tepat, seed counter, magnetic stirer, neraca digital, gelas ukur,
pipet ukur, tissue, kertas merang, plastik pelapis substrat, karet gelang,
nampan plastik, conductivity meter, oven, dryer, dan germinator.

3.3 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan perlakuan faktorial 3x4 dan 1
kontrol sebagai konfirmasi.

19

Perlakuan yang diuji terdiri dari kombinasi bahan coating (C) dan bahan
aditif (A) sebagai berikut : (1) Arabic gum 3% + dolomit 1% (C1A1), (2)
Arabic gum 3% + gipsum 1% (C1A2), (3) Arabic gum 3% + kaptan 3%
(C1A3), (4) Arabic gum 3% + talc 1%(C1A4), (5) CMC 1,5% + dolomit 1%
(C2A1), (6) CMC 1,5% + gipsum 1% (C2A2), (7) CMC 1,5% + kaptan 3%
(C2A3), (8) CMC 1,5%+ talc 1% (C2A3), (9) Tapioka 5% + dolomit 1%
(C3A1), (10) Tapioka 5% + gipsum 1% (C3A2), (11) Tapioka 5% + kaptan
3% (C3A3), (12) Tapioka 5% + talc 1% (C3A4).
Perlakuan yang telah disusun diterapkan dalam rancangan kelompok
teracak sempurna (RKTS) yang dikelompokkan berdasarkan hari
pengecambahan. Setiap perlakuan terdapat 4 ulangan dan akan dilakukan
pengujian setiap bulan selama 3 bulan. Homogenitas ragam antar perlakuan
diuji dengan Uji Bartlet dan aditivitas data diuji dengan Uji Tukey.
Selanjutnya data diuji pemisahan nilai tengah dengan uji BNT 5% dan
diagram standard error of mean sebagai konfirmasi.

3.4 Pelaksanaan penelitian

3.4.1 Persiapan Benih

Benih yang digunakan adalah benih kedelai Varietas Wilis. Pengambilan
sampel benih mennggunakan alat pembagi tepat. Selanjutnya benih

20

dihitung menggunakan seed counter untuk mengetahui ketersediaan jumlah
benih yang digunakan.

3.4.2 Proses coating benih

Proses pelapisan benih (seed coating) dilakukan secara manual merupakan
modifikasi