Pengaruh Vigor Awal Benih dan Perlakuan "Priming" terhadap Viabilitas, Produksi dan Mutu Benih Kedelai (Glycine max (L.) Merr.)
PENGARUH VIGOR AWAL BENIH DAN
PERLAKUAN "PRIMING"
TERHADAP V I A B I L I T A S ,
PRODUKSI DAN MUTU BENIH KEDELAI
(Glycine max ( L . ) M e r r . )
Oleh
Siti Munifah
A 29.1252
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
E'AKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1997
RINGKASAN
SIT1 MUNIFAH.
Pengaruh
Vigor
Awal Benih
dan Perlakuan
"Priming" terhadap Viabilitas, Produksi dan Mutu Benih
Kedelai (Glycine max (L.) Merr.) (Di bawah bimbingan BARAN
WIRAWAN dan SUKARMAN)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
vigor awal benih dan perlakuan 14priming"terhadap nilai
viabilitas, produksi dan mutu benih kedelai (Glycine max
(L.) Merr. ) varietas Wilis.
Percobaan ini terdiri dari percobaan laboratorium dan
percobaan lapang. Percobaan laboratorium menggunakan
percobaan Rancangan Acak Lengkap (RAL), dan pada percobaan
lapang menggunakan Rancangan Petak Terpisah (RPT) yang
disusun secara faktorial dengan 2 faktor, yaitu vigor
benih (V) dan perlakuan "priming1'(P) dalam
3 ulangan.
Pada Rancangan Petak Terpisah faktor vigor benih (V)
sebagai petak utama dan perlakuan "priming" (P) sebagai
anak petak.
Faktor vigor terdiri dari 2 taraf, yaitu vigor sedang
(Vl) dan vigor rendah (V2), sedangkan faktor perlakuan
"priming" terdiri dari 3 jenis, yaitu kontrol/ tanpa
perlakuan (PO), perlakuan "priming" dengan PEG -4 bar (PI)
dan perlakuan
"priming" dengan air (P2). Data hasil peng-
amatan dianalisis dengan sidik ragam dan dilanjutkan
dengan uji tingkat nyata dengan Uji Jarak Berganda Duncan.
Pada percobaan
laboratorium untuk mengetahui aspek
viabilitas benih pengamatan yang dilaksanakan meliputi
daya berkecambah,
kecepatan
tumbuh, keserempakan tumbuh
benih,dan bobot kering kecambah normal.
Sedangkan pada
percobaan lapang pengamatan yang dilakukan meliputi daya
muncul bibit, pertumbuhan vegetatif tanaman (tinggi tanaman,
jumlah cabang produktif dan jumlah daun), fase
neratif tanaman (umur awal berbunga,
ge-
keserempakan berbu-
nga, dan awal berbuah), komponen hasil (jumlah polong isi,
bobot 1000 butir, dan hasil/ produksi per petak) serta
mutu benih (daya berkecambah, kecepatan tumbuh, keserempakan tumbuh dan bobot kerlng kecambah normal) hasil panen
77 HST, 84 HST dan 91 HST yang diuji di laboratorium.
Hasll penelitian laboratorium menunjukkan bahwa pada
benih kedelai vigor rendah dan di"primingn dengan air
dapat meningkatkan nilai viabilitas benih pada tolok
ukur
daya berkecambah, kecepatan tumbuh, keserempakan tumbuh
dan bobot kering kecambah normal sehingga tidak berbeda
nyata dengan benih vigor sedang tanpa perlakuan (kontrol).
Hasil penelitian lapang menunjukkan bahwa pada benih
kedelai vigor rendah perlakuan "priming" dengan air dapat
meningkatkan daya muncul bibit, pertumbuhan vegetatif
tanaman, dan produksi serta mempercepat fase pertumbuhan
generatif.
Mutu benih pada benih vigor rendah yang di"primingM
dengan air maupun PEG
tidak berbeda nyata dengan benih
vigor sedang tanpa perlakuan maupun dengan perlakuan
"priming"
dari hasil panen 77 HST, 84 HST dan 91 HST.
Fase masak fisiologis dari benih vigor rendah dan
diUpriming" dengan air maupun P E G
yang ditandai nilai
vigor maksimum tercapai pada 84 HST, sedangkan pada benih
vigor rendah tanpa perlakuan (kontrol) fase masak fisiologis baru tercapai pada 91 HST. Hal ini menunjukkan
benih
vigor rendah dan dinpriming" dengan air maupun PEG dapat
mempercepat
fase masak fisiologis, sehingga setara dengan
benih vigor sedang tanpa perlakuan.
PENGARUH VIGOR AWAL BENIH DAN PERLAKUAN "PRIMING"
TERHADAP VIABILITAS, PRODUKSI DAN MUTU BENIH KEDELAI
(GIycinne m a x (L.) Merr. )
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh
Siti Munifah
A 29.1252
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1997
PENGARUH VIGOR AWAL BENIH DAN
PERLAKUAN "PRIMING"
TERHADAP V I A B I L I T A S ,
PRODUKSI DAN MUTU BENIH KEDELAI
(Glycine max ( L . ) M e r r . )
Oleh
Siti Munifah
A 29.1252
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
E'AKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1997
RINGKASAN
SIT1 MUNIFAH.
Pengaruh
Vigor
Awal Benih
dan Perlakuan
"Priming" terhadap Viabilitas, Produksi dan Mutu Benih
Kedelai (Glycine max (L.) Merr.) (Di bawah bimbingan BARAN
WIRAWAN dan SUKARMAN)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
vigor awal benih dan perlakuan 14priming"terhadap nilai
viabilitas, produksi dan mutu benih kedelai (Glycine max
(L.) Merr. ) varietas Wilis.
Percobaan ini terdiri dari percobaan laboratorium dan
percobaan lapang. Percobaan laboratorium menggunakan
percobaan Rancangan Acak Lengkap (RAL), dan pada percobaan
lapang menggunakan Rancangan Petak Terpisah (RPT) yang
disusun secara faktorial dengan 2 faktor, yaitu vigor
benih (V) dan perlakuan "priming1'(P) dalam
3 ulangan.
Pada Rancangan Petak Terpisah faktor vigor benih (V)
sebagai petak utama dan perlakuan "priming" (P) sebagai
anak petak.
Faktor vigor terdiri dari 2 taraf, yaitu vigor sedang
(Vl) dan vigor rendah (V2), sedangkan faktor perlakuan
"priming" terdiri dari 3 jenis, yaitu kontrol/ tanpa
perlakuan (PO), perlakuan "priming" dengan PEG -4 bar (PI)
dan perlakuan
"priming" dengan air (P2). Data hasil peng-
amatan dianalisis dengan sidik ragam dan dilanjutkan
dengan uji tingkat nyata dengan Uji Jarak Berganda Duncan.
Pada percobaan
laboratorium untuk mengetahui aspek
viabilitas benih pengamatan yang dilaksanakan meliputi
daya berkecambah,
kecepatan
tumbuh, keserempakan tumbuh
benih,dan bobot kering kecambah normal.
Sedangkan pada
percobaan lapang pengamatan yang dilakukan meliputi daya
muncul bibit, pertumbuhan vegetatif tanaman (tinggi tanaman,
jumlah cabang produktif dan jumlah daun), fase
neratif tanaman (umur awal berbunga,
ge-
keserempakan berbu-
nga, dan awal berbuah), komponen hasil (jumlah polong isi,
bobot 1000 butir, dan hasil/ produksi per petak) serta
mutu benih (daya berkecambah, kecepatan tumbuh, keserempakan tumbuh dan bobot kerlng kecambah normal) hasil panen
77 HST, 84 HST dan 91 HST yang diuji di laboratorium.
Hasll penelitian laboratorium menunjukkan bahwa pada
benih kedelai vigor rendah dan di"primingn dengan air
dapat meningkatkan nilai viabilitas benih pada tolok
ukur
daya berkecambah, kecepatan tumbuh, keserempakan tumbuh
dan bobot kering kecambah normal sehingga tidak berbeda
nyata dengan benih vigor sedang tanpa perlakuan (kontrol).
Hasil penelitian lapang menunjukkan bahwa pada benih
kedelai vigor rendah perlakuan "priming" dengan air dapat
meningkatkan daya muncul bibit, pertumbuhan vegetatif
tanaman, dan produksi serta mempercepat fase pertumbuhan
generatif.
Mutu benih pada benih vigor rendah yang di"primingM
dengan air maupun PEG
tidak berbeda nyata dengan benih
vigor sedang tanpa perlakuan maupun dengan perlakuan
"priming"
dari hasil panen 77 HST, 84 HST dan 91 HST.
Fase masak fisiologis dari benih vigor rendah dan
diUpriming" dengan air maupun P E G
yang ditandai nilai
vigor maksimum tercapai pada 84 HST, sedangkan pada benih
vigor rendah tanpa perlakuan (kontrol) fase masak fisiologis baru tercapai pada 91 HST. Hal ini menunjukkan
benih
vigor rendah dan dinpriming" dengan air maupun PEG dapat
mempercepat
fase masak fisiologis, sehingga setara dengan
benih vigor sedang tanpa perlakuan.
PENGARUH VIGOR AWAL BENIH DAN PERLAKUAN "PRIMING"
TERHADAP VIABILITAS, PRODUKSI DAN MUTU BENIH KEDELAI
(GIycinne m a x (L.) Merr. )
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh
Siti Munifah
A 29.1252
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1997
PERLAKUAN "PRIMING"
TERHADAP V I A B I L I T A S ,
PRODUKSI DAN MUTU BENIH KEDELAI
(Glycine max ( L . ) M e r r . )
Oleh
Siti Munifah
A 29.1252
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
E'AKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1997
RINGKASAN
SIT1 MUNIFAH.
Pengaruh
Vigor
Awal Benih
dan Perlakuan
"Priming" terhadap Viabilitas, Produksi dan Mutu Benih
Kedelai (Glycine max (L.) Merr.) (Di bawah bimbingan BARAN
WIRAWAN dan SUKARMAN)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
vigor awal benih dan perlakuan 14priming"terhadap nilai
viabilitas, produksi dan mutu benih kedelai (Glycine max
(L.) Merr. ) varietas Wilis.
Percobaan ini terdiri dari percobaan laboratorium dan
percobaan lapang. Percobaan laboratorium menggunakan
percobaan Rancangan Acak Lengkap (RAL), dan pada percobaan
lapang menggunakan Rancangan Petak Terpisah (RPT) yang
disusun secara faktorial dengan 2 faktor, yaitu vigor
benih (V) dan perlakuan "priming1'(P) dalam
3 ulangan.
Pada Rancangan Petak Terpisah faktor vigor benih (V)
sebagai petak utama dan perlakuan "priming" (P) sebagai
anak petak.
Faktor vigor terdiri dari 2 taraf, yaitu vigor sedang
(Vl) dan vigor rendah (V2), sedangkan faktor perlakuan
"priming" terdiri dari 3 jenis, yaitu kontrol/ tanpa
perlakuan (PO), perlakuan "priming" dengan PEG -4 bar (PI)
dan perlakuan
"priming" dengan air (P2). Data hasil peng-
amatan dianalisis dengan sidik ragam dan dilanjutkan
dengan uji tingkat nyata dengan Uji Jarak Berganda Duncan.
Pada percobaan
laboratorium untuk mengetahui aspek
viabilitas benih pengamatan yang dilaksanakan meliputi
daya berkecambah,
kecepatan
tumbuh, keserempakan tumbuh
benih,dan bobot kering kecambah normal.
Sedangkan pada
percobaan lapang pengamatan yang dilakukan meliputi daya
muncul bibit, pertumbuhan vegetatif tanaman (tinggi tanaman,
jumlah cabang produktif dan jumlah daun), fase
neratif tanaman (umur awal berbunga,
ge-
keserempakan berbu-
nga, dan awal berbuah), komponen hasil (jumlah polong isi,
bobot 1000 butir, dan hasil/ produksi per petak) serta
mutu benih (daya berkecambah, kecepatan tumbuh, keserempakan tumbuh dan bobot kerlng kecambah normal) hasil panen
77 HST, 84 HST dan 91 HST yang diuji di laboratorium.
Hasll penelitian laboratorium menunjukkan bahwa pada
benih kedelai vigor rendah dan di"primingn dengan air
dapat meningkatkan nilai viabilitas benih pada tolok
ukur
daya berkecambah, kecepatan tumbuh, keserempakan tumbuh
dan bobot kering kecambah normal sehingga tidak berbeda
nyata dengan benih vigor sedang tanpa perlakuan (kontrol).
Hasil penelitian lapang menunjukkan bahwa pada benih
kedelai vigor rendah perlakuan "priming" dengan air dapat
meningkatkan daya muncul bibit, pertumbuhan vegetatif
tanaman, dan produksi serta mempercepat fase pertumbuhan
generatif.
Mutu benih pada benih vigor rendah yang di"primingM
dengan air maupun PEG
tidak berbeda nyata dengan benih
vigor sedang tanpa perlakuan maupun dengan perlakuan
"priming"
dari hasil panen 77 HST, 84 HST dan 91 HST.
Fase masak fisiologis dari benih vigor rendah dan
diUpriming" dengan air maupun P E G
yang ditandai nilai
vigor maksimum tercapai pada 84 HST, sedangkan pada benih
vigor rendah tanpa perlakuan (kontrol) fase masak fisiologis baru tercapai pada 91 HST. Hal ini menunjukkan
benih
vigor rendah dan dinpriming" dengan air maupun PEG dapat
mempercepat
fase masak fisiologis, sehingga setara dengan
benih vigor sedang tanpa perlakuan.
PENGARUH VIGOR AWAL BENIH DAN PERLAKUAN "PRIMING"
TERHADAP VIABILITAS, PRODUKSI DAN MUTU BENIH KEDELAI
(GIycinne m a x (L.) Merr. )
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh
Siti Munifah
A 29.1252
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1997
PENGARUH VIGOR AWAL BENIH DAN
PERLAKUAN "PRIMING"
TERHADAP V I A B I L I T A S ,
PRODUKSI DAN MUTU BENIH KEDELAI
(Glycine max ( L . ) M e r r . )
Oleh
Siti Munifah
A 29.1252
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
E'AKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1997
RINGKASAN
SIT1 MUNIFAH.
Pengaruh
Vigor
Awal Benih
dan Perlakuan
"Priming" terhadap Viabilitas, Produksi dan Mutu Benih
Kedelai (Glycine max (L.) Merr.) (Di bawah bimbingan BARAN
WIRAWAN dan SUKARMAN)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
vigor awal benih dan perlakuan 14priming"terhadap nilai
viabilitas, produksi dan mutu benih kedelai (Glycine max
(L.) Merr. ) varietas Wilis.
Percobaan ini terdiri dari percobaan laboratorium dan
percobaan lapang. Percobaan laboratorium menggunakan
percobaan Rancangan Acak Lengkap (RAL), dan pada percobaan
lapang menggunakan Rancangan Petak Terpisah (RPT) yang
disusun secara faktorial dengan 2 faktor, yaitu vigor
benih (V) dan perlakuan "priming1'(P) dalam
3 ulangan.
Pada Rancangan Petak Terpisah faktor vigor benih (V)
sebagai petak utama dan perlakuan "priming" (P) sebagai
anak petak.
Faktor vigor terdiri dari 2 taraf, yaitu vigor sedang
(Vl) dan vigor rendah (V2), sedangkan faktor perlakuan
"priming" terdiri dari 3 jenis, yaitu kontrol/ tanpa
perlakuan (PO), perlakuan "priming" dengan PEG -4 bar (PI)
dan perlakuan
"priming" dengan air (P2). Data hasil peng-
amatan dianalisis dengan sidik ragam dan dilanjutkan
dengan uji tingkat nyata dengan Uji Jarak Berganda Duncan.
Pada percobaan
laboratorium untuk mengetahui aspek
viabilitas benih pengamatan yang dilaksanakan meliputi
daya berkecambah,
kecepatan
tumbuh, keserempakan tumbuh
benih,dan bobot kering kecambah normal.
Sedangkan pada
percobaan lapang pengamatan yang dilakukan meliputi daya
muncul bibit, pertumbuhan vegetatif tanaman (tinggi tanaman,
jumlah cabang produktif dan jumlah daun), fase
neratif tanaman (umur awal berbunga,
ge-
keserempakan berbu-
nga, dan awal berbuah), komponen hasil (jumlah polong isi,
bobot 1000 butir, dan hasil/ produksi per petak) serta
mutu benih (daya berkecambah, kecepatan tumbuh, keserempakan tumbuh dan bobot kerlng kecambah normal) hasil panen
77 HST, 84 HST dan 91 HST yang diuji di laboratorium.
Hasll penelitian laboratorium menunjukkan bahwa pada
benih kedelai vigor rendah dan di"primingn dengan air
dapat meningkatkan nilai viabilitas benih pada tolok
ukur
daya berkecambah, kecepatan tumbuh, keserempakan tumbuh
dan bobot kering kecambah normal sehingga tidak berbeda
nyata dengan benih vigor sedang tanpa perlakuan (kontrol).
Hasil penelitian lapang menunjukkan bahwa pada benih
kedelai vigor rendah perlakuan "priming" dengan air dapat
meningkatkan daya muncul bibit, pertumbuhan vegetatif
tanaman, dan produksi serta mempercepat fase pertumbuhan
generatif.
Mutu benih pada benih vigor rendah yang di"primingM
dengan air maupun PEG
tidak berbeda nyata dengan benih
vigor sedang tanpa perlakuan maupun dengan perlakuan
"priming"
dari hasil panen 77 HST, 84 HST dan 91 HST.
Fase masak fisiologis dari benih vigor rendah dan
diUpriming" dengan air maupun P E G
yang ditandai nilai
vigor maksimum tercapai pada 84 HST, sedangkan pada benih
vigor rendah tanpa perlakuan (kontrol) fase masak fisiologis baru tercapai pada 91 HST. Hal ini menunjukkan
benih
vigor rendah dan dinpriming" dengan air maupun PEG dapat
mempercepat
fase masak fisiologis, sehingga setara dengan
benih vigor sedang tanpa perlakuan.
PENGARUH VIGOR AWAL BENIH DAN PERLAKUAN "PRIMING"
TERHADAP VIABILITAS, PRODUKSI DAN MUTU BENIH KEDELAI
(GIycinne m a x (L.) Merr. )
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh
Siti Munifah
A 29.1252
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1997