LATAR BELAKANG DAN PERSEPSI PADA MANUSIA LANJUT USIA BEKERJA (Studi Di Kelurahan Rajabasa, Kecamatan Rajabasa, Kota Bandar Lampung)

(1)

ABSRACT

BACKGROUND AND PERCEPTION ELDERLY MAN IN WORK ( Studies in Rajabasa Village, District Rajabasa, Bandar Lampung )

By

RARA HAYUNITYAS

The problem in this study is what factors the background for the elderly working families as well as how perceptions of the elderly people in the village work Rajabasa, District Rajabasa, Bandar Lampung. The purpose of this study was to determine the factors of the background of older persons and to investigate perceptions Working Families Working against older persons. The method used is qualitative research, because this research is the process of discovering knowledge that reveals certain situations, especially in the elderly who are still working. Techniques of data collection consisted of interviews, documentary studies, and observation.

From the results of interviews with informants was concluded that the factors that background elderly man that needs work is the human factor elderly who feel they have been neglected and no longer cared for his children who are still able to meet the needs of parents, so that the man continued age would not want to have to keep working to fulfill the necessities of life. Economic factors for the elderly are at the family background of low economic conditions and lead to aging must keep working to help and meet their needs as well as their children. The practice works from youth who have skills such as shoe soles, so that the old people always want to continue to work, want to be independent, feel tired, do not want to beg, do not want dependency, do not want to bother her son to meet the needs of everyday life, but from the background behind the family can afford.

Perception of the human family is the perception of older working children that do not care about their parents work, the form of real support from the family is not responsible for the family/indifferent, do not care anymore, not trying to provide adequate facilities to enable people to further age does not work as providing a


(2)

place to work, not working and not delivering roundtrip provide capital to work and family perceptions of the perceptions of elderly care work as it was originally always forbid that no longer work, but seeing the strong-willed and self-reliance indicated the elderly make the family give a chance to work.


(3)

ABSTRAK

LATAR BELAKANG DAN PERSEPSI PADA MANUSIA LANJUT USIA BEKERJA

(Studi Di Kelurahan Rajabasa, Kecamatan Rajabasa, Kota Bandar Lampung)

Oleh

RARA HAYUNITYAS

Masalah dalam penelitian ini adalah apa saja faktor-faktor yang melatar belakangi manusia lanjut usia bekerja serta bagaimana persepsi keluarga terhadap manusia lanjut usia bekerja di Kelurahan Rajabasa, Kecamatan Rajabasa, Kota Bandar Lampung. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang Melatar Belakangi Manusia Lanjut Usia Bekerja serta untuk mengetahui Persepsi Keluarga terhadap Manusia Lanjut Usia Bekerja. Metode yang digunakan adalah penelitian kualitatif, karena penelitian ini merupakan proses menemukan pengetahuan yang mengungkap situasi tertentu khususnya pada manusia lanjut usia yang masih tetap bekerja. Tehnik pengumpulan data terdiri dari wawancara, studi dokumentasi, dan observasi.

Dari hasil wawancara terhadap informan didapatkan kesimpulan bahwa faktor-faktor yang melatar belakangi manusia lanjut usia bekerja adalah Faktor kebutuhan yaitu manusia lanjut usia yang merasa dirinya sudah tidak diperhatikan dan tidak diperdulikan lagi terhadap anak-anaknya yang masih mampu untuk memenuhi kebutuhan orangtuanya, sehingga manusia lanjut usia mau tidak mau harus tetap bekerja untuk terpenuhinya kebutuhan hidup. Faktor ekonomi karena lanjut usia berada pada latar belakang kondisi keluarga yang ekonominya rendah dan mengakibatkan lanjut usia harus tetap bekerja untuk membantu dan memenuhi kebutuhan hidupnya serta anaknya. Faktor kebiasaan bekerja sejak muda yang mempunyai keahlian seperti sol sepatu, sehingga manusia lanjut usia selalu ingin terus bekerja, ingin mandiri, merasa jenuh, tidak mau mengemis, tidak mau ketergantungan, tidak mau merepotkan anaknya untuk memenuhi


(4)

kebutuhan hidupnya sehari-hari, padahal dari latar belakangnya keluarganya mampu.

Persepsi keluarga terhadap manusia lanjut usia bekerja yaitu persepsi anak-anaknya bahwa tidak perduli pada orang tuanya bekerja, bentuk dukungan nyata dari keluarga adalah tidak bertanggung jawab keluarga/ bersikap acuh tak acuh, tidak memperdulikan lagi, tidak berusaha memberi fasilitas yang memadai untuk memudahkan manusia lanjut usia bekerja seperti tidak menyediakan tempat untuk bekerja, tidak mengantar jemput bekerja serta tidak memberi modal untuk bekerja serta persepsi keluarga terhadap lanjut usia bekerja yaitu persepsi perduli karena pada awalnya selalu melarang agar tidak lagi bekerja, tetapi melihat kemauan keras dan kemandirian yang ditunjukan manusia lanjut usia membuat keluarga memberi kesempatan untuk bekerja.


(5)

LATAR BELAKANG DAN PERSEPSI PADA MANUSIA LANJUT USIA BEKERJA

(Studi di Kelurahan Raja Basa, Kecamatan Raja Basa, Kota Bandar Lampung)

Oleh

RARA HAYUNITYAS

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

Pada Jurusan Sosiologi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2014


(6)

(7)

(8)

(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kotaagung Kecamatan Kotaagung Kabupaten Tanggamus pada tanggal 13 November 1991, anak kedua dari tiga bersaudara sebagai buah kasih dari pasangan Ayahanda Suswoko S.Pd. dengan Ibunda Yenni Rumaisa.

Jenjang akademis penulis dimulai dengan menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-kanan pada TK Darma Wanita Kecamatan Kotaagung Kabupaten Tanggamus pada tahun lulusan 1998, Sekolah Dasar Negeri 3 Kuripan Kecamatan Kotaagung Kabupaten Tanggamus pada tahun lulusan 2004, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Negeri 1 Kotaagung Kecamatan Kotaagung Kabupaten Tanggamus pada tahun lulusan 2007, Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Kotaagung Kecamatan Kotaagung Kabupaten Tanggamus pada tahun lulusn 2010.

Pada tahun 2010 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program S1 Reguler Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN. Penulis mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) pada bulan Januari-Febuari tahun 2013 yang bertempat di Desa Adi Mulyo Kecamatan Panca Jaya Kabupaten Mesuji.


(10)

MOTO

“Jadikan sabar dan sholat sebagai penolongmu, sesunggunya Allah beserta orang-orang yang sabar”

(Al-Baqorah, 254)

“Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam

keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam tempat yang sangat gelap (dalam perut ikan, di dalam laut dan pada malam

hari) : „Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau,

sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim‟.” (Surah al-Anbiya‟ (21) ayat 87)

Firman Allah bermaksud: “Dan kamu tidak dapat

menentukan kemahuan kamu (mengenai sesuatu pun). Kecuali dengan cara yang diatur oleh Allah, Tuhan yang

memelihara dan mentadbirkan seluruh alam.” (Surah at-Takwir ayat 29).

“Kesuksesan Akan Datang Pada Orang Yang Sibuk Mencarinya”


(11)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirobbil’alamin

Puji Syukur Kupanjatkan kepada Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-nyalah saya dapat menyelesaikan karya kecil ini, yang dengan tulus akan kupersembahkan kepada:

Ayah dan Ibu yang sangat aku cintai dan menjadi inspirasi serta semangat hidupku dan selalu memberikan dorongan terbesar dalam hidupku, yang selama ini telah mencurahkan kasih sayangnya

kepadaku serta tidak henti-hentinya mendo’akanku disetiap

sujudnya.

Kakak serta adikku yang sangat aku sayangi dan aku banggakan. Seseorang yang selama ini menjadi aura penyemangatku, terimakasih telah menyemangatiku dan menggoreskan tinta putih yang akan menjadi warna suci kelak di kemudian hari.

Nenek Hamelda, alm. Datuk Ibrahim, alm. Mbah Kakung dan alm. Mbah Bu yang aku Hormati dan aku banggakan, terimakasih atas doa dan kasih sayangnya.


(12)

SANWACANA

Allahamdulillahirobil’alamin…

Dengan penuh rasa syukur, penulis panjatkan kehadiran Allah Swt, karena atas limpahan rahmat dan hidayat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta pengikut-Nya yang terus menegakkan kalimat tauhid di muka bumi ini.

Skripsi dengan judul “Latar Belakang dan Persepsi pada Lansia Bekerja di Kelurahan Rajabasa Kecamatan Rajabasa Kota Bandar Lampung” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Sosiologi di Universitas Lampung.

Penulis menyedari sepenuhnya, bahwa apa yang tersaji dalam skripsi ini masih jauh dari yang diharapkan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak sehingga membawa ke arah pemikiran yang lebih maju. Tidak akan terselesaikan skripsi ini tanpa bantuan, dukungan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada:


(13)

1. Bapak Drs. H. Agus Hadiawan, M. Si. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung serta selaku pembimbing

Akademik, serta PD1, PD2, dan PD3;

2. Bapak Drs. Susetyo. M. Si selaku Ketua Jurusan Sosiologi dan selaku Dosen Sosiologi yang telah memberikan banyak waktu untuk memberikan saran kepada saya;

3. Ibu Dra. Anita Damayanti, M.H selaku Sekertaris Jurusan Sosiologi dan selaku Dosen Sosiologi yang telah memberikan banyak waktu untuk memberikan saran serta masukkan kepada saya;

4. Bapak Drs. Gunawan Budi Kahono selaku Pembimbing Utama sekaligus penguji penulis, terima kasih atas waktu, motivasi, bimbingan, saran dan kesabarannya dalam proses skripsi ini sehingga saya dapat menyelesaikan studi di Universitas Lampung;

5. Ibu Dra. Paraswati Daril Milyan selaku Dosen Pembahas yang telah meluangkan waktu untuk memberikan kritik, saran dan masukkan untuk kesmpurnaan skripsi ini;

6. Ibu Dr. Erna Rochana, M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik dan selaku Dosen Sosiologi yang telah memberikan bantuan, waktu untuk memberikan saran kepada saya;

7. Seluruh Dosen FISIP Universitas Lampung yang telah membekali penulis dengan ilmu dan pengetahuan selama menjadi masa pekuliahan;

8. Mbak Siti Fatimah Meisari dan Seluruh Staf Administrasi dan Karyawan TU FISIP Universitas Lampung yang telah membantu dan melayani urusan administrasi perkuliahan;


(14)

9. Staf Pengelola Perpustakaan FISIP, terimakasih atas pinjaman buku-bukunya selama ini;

10. Aparat Pengurus Kelurahan Rajabasa, Kecamatan Rajabasa, Kota Bandar Lampung, terimakasih atas bantuan berupa data monografi kelurahan Rajabasa dan informasinya yang diberikan kepada saya;

11.Para bapak/ibu lanjut usia, terimakasih atas bantuan serta informasi yang telah diberikan kepada saya;

12.Kedua orang tuaku, ayah dan ibuku, terimaksih atas segala pengorbanan, dorongan, nasehat dan kasih sayang serta do’a disetiap sujudmu sehingga saya bisa meraih gelar Sarjana ini. Untuk ayah, engkau adalah semangat hidupku, panutan terbesar dalam hidupku terimakasih atas segala pengorbananmu dan membesarkanku dengan penuh kasih sayang, ketulusan dan kesabaran, terimakasih sudah membiayai kebutuhan hidupku, terimakasih telah memberikan segenap jiwa dan ragamu untuk keberhasilanku, terimakasih atas nasehat serta arahanmu untuk keberhasilan ku didunia maupun diakherat, aku bangga memiliki ayah sepertimu. Untuk ibu, engkau adalah inpirasi dalam hidupku, belahan jiwaku, wanita yang paling terhebat yang aku miliki, wanita cantik, kuat, tegar, bersemangat tidak pantang menyerah, wanita bermental baja yang tidak pernah mengeluh dalam keadaan apapun, wanita setia mendampingi suami dan anak-anaknya dalam keadaan susah, senang, terimakasih atas do’a dan semangat, nasehat, arahan dalam kehidupan ini dan terimakasih ibu telah melahirkan, merawat dan membesarkanku dengan penuh kasih


(15)

sayang dan kesabaran sehingga aku bisa seperti sekarang ini, aku bangga memiliki ibu sepertimu yang tiada duanya. I Love Mom.

13. Kakak ku Raffi Hanggi terimakasih telah menjadi kakak yang paling baik, selalu membimbing dan memberi masukan pada adiknya, terimakasih atas semangatnya dan mendo’aanku yang terbaik. Aku bangga loh miliki kakak yang ganteng, baik, sangat pintar, tegar, kuat, sabar, bertanggung jawab, pekerja keras, dan penuh semangat pantang menyerah seperti kakak anggi ini, jangan pernah menganggap diri kakak kurang beruntung, kakak itu semangat sekaligus inspirasi aku, kakak itu beruntung kali karena kakak dari kecil selalu rengking satu, dua, tiga, sedangkan aku tidak pernah masuk tiga besar syukur-syukur masuk sepuluh besar, kakak sudah kerja bisa cari uang sendiri, sudah bisa kasih uang kepada adik-adikmu, ayah dan ibu sedangkan aku sama sekali belum pernah rasain kerja, belum bisa kasih uang pada kakak, adit, ayah dan ibu malahan minta terus uang sama kakak, ayah dan ibu. Yang terpenting adalah kita sama-sama dilahirkan dari kedua orang tua yang sangat hebat dan pintar, aku saya kalian semua.

14.Adikku tersayang Raedian Hidayat, adikku yang sangat lucu, ngegemesin yang selalu bikin aku ketawa tiap pulang dan terkadang bikin kesel juga, dan hal ini yang membuat aku selalu kangen dikost sama adit, makasih ya buat adikku tersayang, selalu jadi adik yang baik dan membanggakan kedua orang tua, dan kakak-kakakmu,,,amin..;

15.Terimakasih kepada alm. Embah kakung dan embah bu, alm. Datuk Ibrahim, dan nenek Hamelda, nenek ucu, nenek mami, nenek min, dan


(16)

tante Tir atas semua bantuannya, do’anya, semangatinnya serta seluruh keluarga besarku, om Ijul, om Ambra, om Kholid, etek Ita, etek Zilfa, tante Linda, tante Lida, tante Dewi, om Hadi, alm. Om Yusuf, bude Endang, om Sus, bulek Iin, bulek Atik, om Arif, om Bowo, pakde Gurit, bulek Yani, bulek Itin, bulek Saroh, om Maman, om Sur. Serta terimakasih juga kepada sepupu dan saudaraku yaitu Mala (kakai), Tia, mba Shinta, mas Candra, mas Panji, mas Jati, mba Niken, Eno, Angki, Lia, Agung, Asa, Yuwan, yang tidak henti-hentinya memberikan motivasi serta dukungannya, terimakasih atas semuannya;

16.Terimakasih kepada keluarga mamak Supinah, pakde Gino, mba Puji, mas Nino, mas Agus, mba Sri, mba Mar, mas Heri, dan mas Gatot atas semangat, do’a, dan bantuannya kepada saya. Dan saya juga berterimakasih kepada kelurga alm. Bu Nurmaini, ayah, nelo, uni Dewi dan bang Denny atas segala ilmu, serta pengetahuan yang berharga, dan semnagatnya kepada saya;

17.Daeng Ulla, yang selama ini telah hadir dan menemani hari-hariku, memberi warna dalam hidupku, saat saya lelah dan tidak ada siapapun untuk berbagi, kamu hadir dan ada untukku dan kamu hapus kesedihanku dari masalahku, kamu bangkitkan selalu semangatku tidak sedikitpun kamu membiarkanku jatuh, dan saat orang-orang tidak ada yang percaya, menyakitiku, dan aku hampir menyerah, kamu selalu tenangin aku dan kamu ajarin aku untuk tetap berfikir positif pada siapapun untuk terus melangkah jalani hidup ini. Terimakasih atas semua perhatian, kasih sayang, kesabaranmu menghadapi kelakuan saya, terimakasih banyak atas


(17)

segala bantuan, pemberian, serta pengorbananmu salama ini, semoga kelak kita dipersatukan agar saya bisa membalas semua kebaikan dan pengorbananmu pada saatnya nanti. Amiiiiiiii…….. (yes) ^_^ Insyaallh; 18.Sahabat-sahabat terbaiku yang aku sayangi, di SMP sampai kapanpun:

Dian Resti Utami (Nty),,,Febri Kartika Sari (3G), uni Ayu Septika, wo Yeni, di SMA teman sekelas 11 ips 3 dan 12 ips 1, Devi selebor, Amin ribet, Inel pehenk, Nova mocenk (Drain), Ade Gunawan (gun-gun), Heru (dimana-mana ada), Anang (cenang), Nolian (nol), Dedi (komeng), Dita, Syilvia, Bella (bunda), amoy Delvi, Rahman (mas andi), Ade Putra, dan kakak kelasku RODEA…saya sangat kangen kalian semua,,,di kost saat kuliah, dede’ Fera yang sangat menggemaskan ayoooo semangat dietnya, wanita yang sangat pintar dan aktivis banget dikampus, Devi (cimoy) yang sangat imutz dan mungil, mba Lilis, mb Wiwid, Novi, Lusia, mba Eli, mb Lia, dan sahabat terbaiku di Kuliahan, Marchelly (Selly) makasih banyak ya sudah bantuin segala hal, ngertiin, terima sifat dan apa adanya gw dan temani gw selama ini, Dian jadi ibu yang baik dan selalu bersemangat iaaa, Gita jangan galauin orang jelas-jelas elu sendiri tau mereka gak pasti buat elu (yes) kalau elu sampe nikah dan masuk agama noni gw semprot luuu hhhaaa, Hesti sukses yaaa kedepannya jangan kebanyakan punya simpenan cowok mi,,,kasian sama papi miii kasihlah satu dua tiga sama Gita tuh (yes), Delsi please deh buruan buktiin mupon elu tu ke gw mana janji-janji elu palsu semuanya, Lesy cewek paling tegar, mandiri, rajin menabung, pantang menyerah selalu ngefans sama mas Bruno mars, Nora si miss selalu ceria dan penuh semangat, Desi jangan tidur sampe jam 5


(18)

terus yaa des jaga kesehatan, Hanif mbku yang paling cantik penuh semangat, dan selalu berfikiran positif, Herlin jangan kebanyakan santai dan jalan-jalan kepantai terus awas item, makasih banyak ia atas semua bantuan kalian semua dan nemeni saya selama ini sukses yaaa mba bro dan bang bro, semoga kita dipertemukan kembali,,,amin ^_^ ;

19.Teman-teman satu jurusan Sosiologi angkatan 2010, Yeksi, Komang, Neli, Ria Jangkung, Andria, Jani, Hanna, Aulia, Wenny, Anisa Fajrianti, mb Ayu, Anisia, Devi bundo, Sakinah, Nona, Ega, Cyntia, Desi, Nona, Putri Ria, Sekar semok, Annisa, Asrid, Nurul Nanda, Sheila Jatu, Fauziah, Annisa Icut, Desti, teteh Euis, Adanti, Kiki, Desti Wulandari, Arini, Mona, Emi, Susmi, Fenny, Penny, Rana, Vivit, Novirina, Dwi, Sulis, Zaki, uda Emil, aa’ Azis, Gerry, Dio, dll. semangat terus…senang bisa kenal, berteman, dan sekelas sama kalian, hore…..terimakasih atas semua bantuannya. Buat senior dan junior jurusan Sosiologi, terimakasih atas semua pengalaman yang diberikannya;

20.Saya mengucapkan banyak-banyak terimakasih kepada Keluarga Besar Koprasi Mahasiswa (KOPMA) Unila yang sudah menjadi bagian hidup saya, keluarga baru saya, dari KOPMA inilah saya mendapatkan ilmu yang bermanfaat, dapet teman baru, dan kenalan baru yang special (gebetan) hehehehe☺ jalan-jalan dari Tulang Bawang, Purbolinggo Lampung Tengah, Pantai Kiluan, Lampung Timur, Lampung Selatan, dan perjalan terakhir saya bersama teman-teman, abang-abang, adik tingkat dikopma tahun baruan 2014 di Krui, Lampung Barat dan pulang lewatin Lampung Utara,,jadi muter-muter..dari KOPMA inilah saya bisa


(19)

jalan-jalan muterin lampung, dll. Makasih banyak buat abang Frians makasih banyak iaa kak atas semua bantuannya, kak Aan, kak Manto (ketumku dulu), kak Kukuh, kak Bayu, mba Intan, mba Nissa, mba Nonot, mba Desti, mba Eka, mba Yhana, mba Ncus, mba Wina, kak Ilham, Rima, Novi, Renita, Anggi, Ellis, Alan, Ian, Arif, Sis, Septi, dan adik-adik yang dikompa Ari, Nonna, Launa, Cicak, Ucha, Ramadhan, Ani, Herlina, dll (lupa nama-namanya, maaf yeee) senang sekali bergabung dikompa, bertemu, berkenalan sama kalian semua.

I Miss U so much

T.T :’( Akhir kata, seperti kata pepatah “Tak ada gading yang tak retak”. Penulis menyadari bahwa tidak ada yang sempurna, begitu juga dalam skripsi ini pasti masih banyak kekurangan. Namun penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung, 27 Januari 2014

Penulis


(20)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... ii

DAFTAR GAMBAR ... iii

I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1

B.Rumusan Masalah ... 6

C.Tujuan Penelitian ... 6

D.Kegunaan Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA A.Tinjauan tentang Manusia Lanjut Usia Bekerja ... 8

1. Pengertian Manusia Lanjut Usia ... 8

2. Kategori Manusia Lanjut usia ... 11

3. Pengertian Bekerja ... 13

4. Pengertian Manusia Lanjut Usia Bekerja ... 15

B.Tinjauan tentang Faktor-faktor yang Melatar Belakangi Manusia Lanjut Usia Bekerja ... 17

1. Motivasi yang Tinggi ... 17

2. Kebutuhan Fisiologis ... 19

3. Kebutuhan Pengakuan ... 21

C.Tinjauan tentang Persepsi Keluarga terhadap Manusia Lanjut Usia Bekerja ... 28

1. Pengertian Persepsi ... 28

2. Pengertian Keluarga ... 29

3. Persepsi Keluarga terhadap Manusia Lanjut Usia Bekerja ... 30

D.Kerangka Pikir ... 32

III. METODE PENELITIAN A.Metode Penelitian ... 35

B.Fokus Penelitian ... 36

C.Lokasi Penelitian ... 36

D.Penentuan Informan ... 37

E.Teknik Pengumpulan Data ... 37

1. Wawancara Mendalam ... 37


(21)

3. Pengumpulan Data Sekunder ... 39

F. Teknik Analisis Data ... 39

1. Reduksi Data ... 40

2. Penyajian data ... 40

3. Penarikan Kesimpulan ... 41

IV. GAMBAR UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Singkat Kelurahan Raja Basa ... 42

B. Demografi ... 43

1. Letak dan Luas Wilayah ... 43

2. Jumlah Penduduk ... 44

3. Etnis/Suku ... 45

4. Agama ... 45

5. Tingkat Pendidikan ... 46

6. Mata Pencarian ... 47

7. Kesehatan Penduduk ... 48

C. Infrastruktur ... 49

1. Kegiatan Peningkatan Kesejahteraan Keluarga (PKK) ... 50

2. Kegiatan Kelompok Lansia ... 51

3. Bagan Struktur Aparat Kelurahan Raja Basa, Kecamatan Raja Basa, Kota Bandar Lampung ... 52

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Informan ... 53

1. Informan Pertama ... 53

2. Informan Kedua ... 55

3. Informan Ketiga ... 56

4. Informan Keempat ... 57

5. Informan Kelima ... 57

6. Informan Keenam ... 58

7. Informan Ketujuh ... 60

8. Informan Kedelapan ... 61

B. Pembahasan ... 62

1. Faktor yang Melatar Belakangi Manusia Lanjut Usia Bekerja ... 64

a. Faktor Kebutuhan ... 64

b. Faktor Latar Ekonomi ... 68

c. Faktor Kebiasaan ... 69

2. Persepsi Keluarga terhadap Manusia Lanjut Usia Bekerja ... 72

3. Kesimpulan dari Hasil Wawancara ... 80

VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 82

B. Saran ... 83 DAFTAR PUSTAKA


(22)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1. Tabel Jumlah Penduduk Lansia di Indonesia, dari Tahun 1971-2015 ... 3 2.1. Data Penduduk Kelurahan Rajabasa Menurut Golongan Umur ... 44 3.1 Tabel Penduduk Kelurahan Rajabasa Menurut Agama

dan Kepercayaan Kepada Tuhan Yang Maha Esa ... 45 4.1. Tabel Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Kelurahan Rajabasa, Kecamatan Rajabasa ... 46 5.1. Tabel Penduduk Kelurahan Rajabasa Menurut Mata Pencaharian ... 47 6.1. Tabel Infrastruktur ... 49 7.1. Tabel Hasil Wawancara ... 80


(23)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1. Kerangka Pikir ... 34 2.1. Bagan Struktur Aparat Kelurahan Rajabasa, Kecamatan Rajabasa,


(24)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hidup sejahtera adalah impian setiap keluarga dalam hidupnya namun kenyataannya sulit untuk mencapai kebutuhan hidup tersebut. Hal ini disebabkan karena kurangnya penghasilan yang tidak memadai sehingga mengakibatkan mereka mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidup akibat kemiskinan. Dengan kehidupan yang serba kekurangan, mengakibatkan individu harus bekerja keras baik itu dewasa maupun manusia lanjut usia.

Pada keluarga yang berada pada kondisi ekonomi rendah umumnya seluruh anggota keluarga dikerahkan untuk memperoleh penghasilan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari. Karena anggota keluarga yang tidak bekerja akan menjadi beban bagi anggota keluarga yang lain. Maka secara tidak langsung telah menuntut manusia lanjut usia yang merupakan anggota keluarga untuk ikut berperan dalam menompang ekonomi keluarga. Kondisi demikian merupakan dorongan bagi manusia lanjut usia untuk bekerja agar terpenuhinya kebutuhan hidup.

Setiap orang memiliki kebutuhan hidup termaksud manusia lanjut usia juga memiliki kebutuhan hidup yang sama agar dapat memenuhi kebutuhan hidup


(25)

2

tersebut. Kebutuhan hidup orang manusia lanjut usia antara lain kebutuhan akan makanan bergizi seimbang, pemeriksaan kesehatan secara rutin, perumahan yang sehat dan kondisi rumah yang tentram dan aman, dan kebutuhan-kebutuhan sosial seperti bersosialisasi dengan semua orang dalam segala usia, sehingga mereka mempunyai banyak teman yang dapat diajak berkomunikasi, membagi pengalaman, memberikan pengarahan untuk kehidupan yang baik. Kebutuhan tersebut diperlukan oleh manusia lanjut usia agar dapat hidup mandiri.

Manusia lanjut usia membutuhkan rasa nyaman bagi dirinya sendiri, serta rasa nyaman dengan lingkungan yang ada. Tingkat pemenuhan kebutuhan tersebut tergantung pada diri orang manusia lanjut usia, keluarga dan lingkungannya. Jika kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak terpenuhi akan timbul masalah-masalah dalam kehidupan orang manusia lanjut usia yang akan menurunkan kemandiriannya.

Manusia lanjut usia adalah mereka yang telah memasuki usia 60 tahun ke atas. Ini sesuai dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Manusia lanjut usia Bab 1 Pasal 1, yang dimaksud dengan manusia lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas.

Terdapat data penduduk di Indonesia yang dikeluarkan oleh BPS Indonesia, jumlah dan persentase manusia lanjut usia yang berusia 60 tahun keatas senantiasa terus meningkat dari tahun ke tahun.


(26)

3

1.1. Tabel Jumlah Penduduk Manusia lanjut usia di Indonesia dari tahun 1971-2015.

Sumber: (http://www.scribd.com/doc/177823503/penelitian-manusia lanjut usia).

Pada tahun 1971-2015 terjadi peningkatan jumlah penduduk manusia lanjut usia di Indonesia, yaitu pada tahun 1971 jumlah manusia lanjut usia yang ada di Indonesia adalah 469%, meningkat pada tahun 1980 yaitu dengan jumlah 582%. Pada tahun 1990 meningkat yaitu 632%, pada tahun 1995 meningkat dengan jumlah 693%, tahun 2000 meningkat dengan jumlah 697%, tahun 2005 meningkat dengan berjumlah 774%, tahun 2010 meningkat dengan jumlah 83%2, tahun 2015 meningkat dengan jumlah 874%. Berdasarkan jumlah penduduk manusia lanjut usia di Indonesia tersebut, senantiasa terus meningkat dari tahun ketahun dengan jumlah manusia lanjut usia yang terus menerus bertambah dari tahun-tahun sebelumnya.

Tahun Jumlah Manusia lanjut usia

1971 469%

1980 582%

1990 632%

1995 693%

2000 697%

2005 774%

2010 832%


(27)

4

Menurut (Yeniar Indirana, (2012:33) mengatakan bahwa bekerja dipandang sebagai salah satu tugas yang terpenting dalam kehidupan, menyatukan orang-orang kedalam struktur sosial dengan menentukan identitas, pola partisipasi, dan gaya hidup. Kita bekerja untuk menompang kebutuhan hidup, antara lain makan, pakaian, tempat tinggal.

Setiap orang bekerja sudah pasti mempunyai alasan untuk bekerja. Alasan utama orang bekerja tentu untuk tujuan ekonomi guna memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tetapi akan berbeda jika yang bekerja adalah seorang manusia lanjut usia, akan ada banyak faktor yang melatar belakangi manusia lanjut usia tetap bekerja, seharusnya manusia lanjut usia menghabiskan waktu hidup untuk berkumpul dengan keluarga, melakukan kebiasaan yang menyenagkan tanpa harus banting tulang mencari nafkah, (Hanna, 2011: 01).

Di Kota Bandar lampung khususnya di Kelurahan Rajabasa sering di temukan hampir di setiap penjuru ruas jalan masih terdapat para manusia lanjut usia di antara usia 60 tahun ke atas seperti berjualan sayur-sayuran setiap pagi dengan mendatangi rumah-rumah warga, berjualan jamu, dan berjualan makanan. Biasanya manusia lanjut usia bekerja atau berjualan dengan mengelilingi jalanan atau dengan kata lain dengan mendatangi rumah-rumah warga dengan cara mendorong gerobak yang mereka miliki sebagai wadah jualan mereka untuk berjuang dalam mencari rezeki. Ini terlihat dari keberadaan mereka di berbagai tempat dalam kegiatan yang tujuannya menghasilkan nilai ekonomi.

Masih banyak manusia lanjut usia yang menghabiskan waktu dan tenaga demi memenuhi ekonomi keluarganya dan manusia lanjut usia yang bekerja lebih


(28)

5

banyak bekerja dengan mengandalkan tenaga. Pekerjaan seperti menjadi tenaga kebersihan, berdagang, dan keahlian khusus seperti pijit dan sol sepatu, jenis pekerjaan ini yang menjadi pilihan bagi manusia lanjut usia.

Manusia lanjut usia di Kelurahan Rajabasa yang bekerja banyak memberikan manfaat yaitu mempunyai potensi memberikan kontribusi pendapatan terhadap rumah tangga, khususnya bagi manusia lanjut usia yang berada di lokasi rumah tangga yang kurang mampu. Walaupun ditengah keterbatasan yang dimilikinya, serta dampak yang secara tidak langsung akan di akibatkan oleh pekerjaannya tetapi seolah-olah itu tidak menjadi suatu halangan yang dapat menurunkan semangat bekerjanya.

Manusia lanjut usia yang bekerja di zaman sekarang ini bukanlah merupakan masalah yang baru lagi, sebagian manusia lanjut usia bekerja selain memenuhi kebutuhan hidup, ada sebagian manusia lanjut usia bekerja untuk mengisi waktu luang walaupun sebenarnya manusia lanjut usia itu sendiri sadar bahwa anak-anaknya mampu membiayai kebutuhan hidupnya namun manusia lanjut usia bekerja dari keluarga yang berkecukupan ini merasa dirinya kesepian dirumah sendirian sedangkan anak-anaknya bekerja, sehingga manusia lanjut usia berkeinginan atau memiliki motivasi yang tinggi untuk bekerja, disebabkan karena kesepian, hobi, mengisi waktu luang serta tidak mau bergantung pada orang lain atau anak-anaknya.

Bekerja sering dikaitkan dengan penghasilan yang pasti dibutuhkan untuk seluruh kebutuhan manusia, tidak terkecuali manusia lanjut usia. Agar dapat memenuhi kebutuhan manusia lanjut usia lebih memilih tetap bekerja. Dengan


(29)

6

bekerja manusia lanjut usia dapat lebih leluasa menggunakan pendapatannya tanpa harus bergantung pada anak dan keluarganya.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti ingin mengetahui apa saja faktor-faktor yang melatar belakangi manusia lanjut usia bekerja dan bagaimana persepsi keluarga terhadap manusia lanjut usia bekerja, di Kelurahan Rajabasa, Kecamatan Rajabasa, Kota Bandar Lampung, sehingga dalam melihat permasalahan ini dapat dilihat kejelasan-kejelasan permasalahan yang ada.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian tersebut maka fokus permasalahannya peneliti merumuskan sebagai berikut:

1. Apa Saja Faktor-faktor yang Melatar Belakangi Manusia lanjut usia Bekerja?

2. Bagaimana Persepsi Keluarga terhadap Manusia lanjut usia Bekerja?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui factor-faktor yang Melatar Belakangi Manusia lanjut usia Bekerja.

2. Untuk mengetahui Persepsi Keluarga terhadap Manusia lanjut usia Bekerja.


(30)

7

D. Kegunaan Penelitian

Kegunan penelitian ini adalah :

1. Secara teoritis diharapkan dapat memberi dan menambahkan wawasan ilmiah yang berkaitan dengan ruang lingkup sosiologi khususnya sosiologi keluarga, dan kemiskinan dunia ke 3.

2. Secara praktis, dapat memberikan bahan masukan dan informasi bagi para pengambil kebijakan yaitu pihak pemerintah, dan organisasi masyarakat dalam upaya pemerataan program kesejahteraan keluarga manusia lanjut usia yang kurang mampu.


(31)

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Manusia Lanjut Usia Bekerja 1. Pengertian Manusia lanjut usia

Manusia lanjut usia adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan dan sosial. Perubahan ini akan berpengaruh terhadap seluruh aspek kehidupannya termasuk kesehatan. Oleh karena itu kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan perhatian khusus dan tetap terpelihara serta ditingkatkan selama kemampuannya sehingga dapat ikut serta berperan aktif dalam pembangunan (Depkes RI, 1992).

Setiap individu memiliki tingkatan usia yang berbeda-beda, usia merupakan periode penutup dalam rentang hidup seseorang, yaitu suatu periode dimana seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan, atau beranjak dari waktu yang penuh bermanfaat. Bila seseorang yang beranjak jauh dari periode hidupnya yang terdahulu ia sering melihat masa lalunya dengan penuh penyesalan, dan cenderung ingin hidup pada masa sekarang.


(32)

9

Menurut UU No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Manusia lanjut usiadalam buku (Yeniar Indriana, 2012;3) " manusia lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas".

Seseorang akan menjadi orang yang lebih tua pada usia lima puluhan atau tidak sampai mencapai awal atau akhir usia enam puluhan, tergantung pada laju kemunduran fisik dan mentalnya di lihat dari batasan-batasan usia.

Batasan-batasan usia manusia lanjut usia, pada usia berapa penampilan seseorang mulai menurun. Pada setiap orang fungsi fisiologis alat tubuhnya sangat berbeda, baik dalam hal pencapaian puncak maupun menurunnya.

Beberapa pendapat mengenai batasan usia sebagai berikut:

Batasan Usia menurut World Health Organization (WHO), yang dikutip oleh Badrussalih (2008), Manusia lanjut usiaMeliputi :

- Usia pertengahan (middle age), yaitu kelompok usia 45 sampai 59 tahun - Manusia lanjut usia(elderly), antara 60 sampai 74 tahun

- Manusia lanjut usiatua (old), antara 75 sampai 90 tahun - Usia sangat tua (very old), diatas 90 tahun

Menurut Dra.Ny.Jos Masdani (Psikolog UI)

Manusia lanjut usiamerupakan kelanjutan dari usia dewasa. Kedewasaan dapat dibagi menjadi empat bagian yaitu :

1. Fase Iuventus : antara 25 sampai 45 tahun 2. Fase Vertilitas : antara 40 sampai 50 tahun 3. Fase Prasenium : antara 55 sampai 65 tahun


(33)

10

Menurut Prof.Dr. Koesmanto Setyonegoro, Pengelompokan manusia lanjut usia sebagai berikut:

- Usia dewasa muda ( elderly adulhood ), yaitu usia 18 sampai 25 tahun - Usia dewasa penuh ( middle years ) atau maturitas, yaitu usia 25 sampai

60 atau 65 tahun

Manusia lanjut usia ( geriatric age ), lebih dari 65 atau 75 tahun yang dapat dibagi menjadi:

* Young Old : usia 70 sampai 75 tahun. * Old : usia 75 sampai 80 tahun.

* Very Old : usia lebih dari 80 tahun.

Birren and Jenner (1997) membedakan usia menjadi tiga yaitu :

- Usia Biologis; Yang menunjuk kepada jangka waktu seseorang sejak lahirnya berada dalam keadaan hidup dan mati.

- Usia Psikologis; Yang menunjuk pada kemampuan seseorang untuk mengadakan penyesuaian-penyesuaian kepada situasi yang dihadapinya. - Usia Sosial; Yang menunjuk kepada peran-peran yang diharapkan atau

diberikan masyarakat kepada seseorang sehubungan dengan usianya.

Dari penjelasan diatas yang dikatakan manusia lanjut usiaadalah seseorang yang berusia 60 tahun ke atas di mana usia manusia lanjut usiaini adalah usia yang tidak produktif untuk bekerja lagi.


(34)

11

2. Kategori Manusia lanjut usia a. Manusia lanjut usia potensial

Manusia lanjut usia potensial adalah manusia lanjut usia yang masih mampu melakukan pekerjaan atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau jasa. Manusia lanjut usia potensial biasanya hidup di rumah, mereka masih mampu bekerja dan mencari nafkah baik untuk dirinya sendiri maupun keluarganya, (Yeniar Indriana, 2012:3).

Manusia lanjut usia potensial berhubungan dengan adanya waktu luang yang mereka gunakan untuk bekerja mencari nafkah setelah memasuki masa pensiun, seorang manusia lanjut usiamempunyai banyak waktu luang, para manusia lanjut usiamengisi waktu luangnya dengan cara melakukan aktivitas yang berhubungan dengan minat atau hobi seperti bermain musik, melukis, berkebun, beternak, olahraga serta berdagang ikut membantu anaknya mencari uang, walaupun sebenarnya anak-anaknya masih mampu memenuhi kebutuhannya.

Waktu luang adalah sebuah aktivitas, terlepas dari kewajiban bekerja, dapat memperluas pengalaman, spontanitas dan partisipasi sosial serta melatih kapasitas nkreatifnya secara bebas. Waktu luang tersiri dari aktivitas yang mendatangkan kesenangan prisikologis dan menyediakan kesempatan untuk rekreasi, pertumbuhan pribadi dan melayani orang lain, (Yeniar Indriana, 2012:45).

Pengunaan waktu luang berbeda di setiap usia karena biasanya berkaitan dengan pendapatan, pendidikan, dan karakteristik sosial lainnya. Pada usia tengah baya hidup terfokus dengan keluarga dan pekerjaan, pola waktu luang lebih banyak di rumah dan memfokuskan pada keluarganya.


(35)

12

Pada masa usia lanjut, waktu luang dapat menjadi kesempatan baru bagi pengembangan diri bila mengalami kesepian dan penurunan karier pekerjaan. Waktu luang dapat membantu manusia lanjut usia menyesuaikan diri kembali untuk perhatian baru pada aktivitas yang tidak dilakukan sebelumnya.

Tugas yang dihadapi manusia lanjut usia adalah penyesuaian diri terhadap realita-realita baru yang disebabkan peristiwa penuaan. Fungsi utama waktu luang di usia lanjut yaitu pencari sumber arti diri dan kesatuan sosial untuk menggantikan yang telah hilang.

Waktu luang bagi manusia lanjut usia diisi dengan kegiatan yang meliputi kreativitas, kesenangan pribadi, mengembangkan bakat dan martabat sosial. Penyesuaian diri yang tinggi dikaitkan dengan kegiatan yang tergolong mandiri, kreatif, menyenangkan, bersifat pertemanan atau pelayanan pada orang lain. Kegiatan sosial ataupun kegiatan fisik ini punya banyak efek positif pada kepuasan dan kesehatan.

Beberapa manusia lanjut usiamendapatkan kreativitas dan kepuasan

artistic dari kegiatan waktu luang yang bermacam-macam, termasuk membaca, berkebun, jahit-menjahit, pekerjaan kayu, memainkan musik dan menonton televise, (Yeniar Indriana, 2012:51).

b. Manusia lanjut usia tidak potensial

Manusia lanjut usia tidak potensial adalah manusia lanjut usia yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya bergantung pada bantuan


(36)

13

orang lain. Manusia lanjut usia tidak potensial membutuhkan bantuan orang lain dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Bagi yang masih memiliki keluarga, maka mereka bergantung pada keluarganya. Bagi yang tidak lagi memiliki keluarga, bahkan hidupnya terlantar, biasanya menjadi penghuni panti werda yang berada di bawah naungan departemen sosial. Segala kebutuhannya menjadi tanggung jawab panti dan biasanya mereka tidak di sana sampai akhir hidupnya, (Yeniar Indriana, 2012:3).

Berdasarkan pengertian di atas penulis menyimpulkan bahwa manusia lanjut usiaadalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas di mana usia manusia lanjut usiaini adalah usia yang tidak produktif untuk bekerja lagi.

3. Pengertian Bekerja

Setiap individu pasti menginginkan untuk bekerja, baik itu secara teratur maupun tidak teratur. Setiap individu bekerja untuk memperoleh sesuatu yang diinginkannya. Bekerja adalah mereka yang melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan.

Menurut (Yeniar Indriana, 2012:33) bekerja di pandang sebagai salah satu tugas yang penting dalam kehidupan, menyatukan orang-orang ke dalam struktur sosial dengan menentukan identitas, pola partisipasi, dan gaya hidup. Tujuan bekerja untuk menompang kebutuhan hidup, antara lain makan, pakaian dan tempat tinggal. Fungsi bekerja adalah sebagai sumber ekonomi primer. Sosiolog memandang pekerjaan sebagai penentuan status serta merupakan jalan terbaik untuk mengisi waktu luang.


(37)

14

Sedangkan menurut (Eva Elfenti Agustini, 1993:20), bahwa yang di maksud dengan bekerja adalah kegiatan atau aktifitas yang dilakukan oleh seseorang untuk mencapai tujuan tertentu yang berupa pendapatan atau income dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidupnya, sehingga dengan pekerjaan tersebut dapat menemukan jati dirinya.

Menurut Oekley, Sahlins, dan White yang dikutip oleh Pudjiwati Sajogjo (1983: 301), bahwa kegiatan “kerja” dapat diartikan sebagai kegiatan yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1) Para pelaku mengeluarkan energi

2) Para pelaku mempunyai sumbangan terhadap produksi dan jasa 3) Para pelaku mempunyai atau mendapatkan penghasilan dalam bentuk

uang atau natura

4) Para pelaku terjalin dalam interaksi sosial

5) Para pelaku mendapatkan hasil yang mempunyai nilai waktu.

Bekerja sering dikaitkan dengan penghasilan yang pasti dibutuhkan untuk seluruh kebutuhan manusia, tidak terkecuali lanjut usia. Untuk itu agar dapat memenuhi kebutuhannya manusia lanjut usialebih memilih tetap bekerja. Dengan bekerja manusia lanjut usia dapat lebih leluasa menggunakan pendapatannya tanpa harus bergantung pada anak dan keluarganya.

Berdasarkan pengertian di atas penulis menyimpulkan bahwa bekerja adalah sesuatu yang dilakukan oleh individu, di mana kegiatan yang


(38)

15

dilakukan tersebut berfungsi untuk memenuhi kebutuhan mereka, agar dapat terpenuhinya kebutuhan hidupnya.

4. Pengertian Manusia Lanjut Usia Bekerja

Berdasarkan pengertian manusia lanjut usia dan bekerja, maka pengertian Manusia lanjut usia bekerja adalah seseorang yang usianya mencapai 60 tahun keatas ia masih mampu melakukan aktifitas/kegiatan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Dalam buku Catatan Reflektif Antropologi Sosial budaya (Achmad Fedyani Sifuddin, 2011:120) menceritakan tentang The Elderly Boom yang berada di Jakarta Pusat di Kawasan Cempaka Putih, Bungur, Petojo, dan Rawasari. Seorang pengelola tempat penyaluran pembantu rumah tangga mengatakan bahwa semakin sedikit pembantu rumah tangga berusia muda, belasan hingga dua puluhan tahun. Akan tetapi, jumlah pembantu rumah tangga berusia tua semakin banyak. Pembantu rumah tangga yang berusia 50 tahun keatas semakin banyak pasca lebaran. Alasannya pembantu rumah tangga yang berusia muda lebih suka menjadi pembantu rumah tangga di luar negeri, khususnya di Singapura, Malaysia, Brunei, dan sebagian negara Timur Tengah karena penghasilan yang lebih besar.

Kedudukan pembantu rumah tangga usia muda kini digantikan oleh pembantu rumah tangga manusia lanjut usia. Dapat diasumsikan bahwa terjadi mobilisasi manusia lanjut usia keluar dari kehidupan mereka di pedesaan, khususnya di Jawa, antara lain disebabkan oleh semakin melonggarnya norma dan nilai kekerabatan di pedesaan Jawa.


(39)

16

Kewajiban anak untuk menampung dan menunjang kehidupan orangtua yang manusia lanjut usia semakin berkurang karena tekanan hidup dan kemiskinan. Kondisi ini mendorong manusia lanjut usia untuk berupaya menghidupi diri sendiri, dan sebagian diantara mereka memanfaatkan peluang yang ditinggalkan pembantu rumah tangga berusia muda.

Yang menjadi persoalan bahwa sebagian cukup besar dari jumlahnya adalah berasal dari kalangan masyarakat miskin di pedesaan. Perubahan pedesaan menjadi perkotaan di Jawa mengakibatkan terjadinya pelemahan norma dan nilai keluarga dan kekerabatan sehingga manusia lanjut usia semakin sukar menggantungkan hidup secara ekonomi pada anak-anaknya yang pas-pasan taraf ekonominya.

Di sisi lain, pemerintah belum mampu menyediakan pelayanan bagi manusia lanjut usia secara memadai seperti memberikan tunjangan manusia lanjut usia, atau menyediakan rumah untuk manusia lanjut usia seperti ditemukan di negara-negara maju.

Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan tentang ledakan manusia lanjut usiayang bekerja sebagai pembantu, karena yang muda merasa gengsi atau memandang pendapatannya kecil yang mereka peroleh menjadi pembantu rumah tangga di Indonesia, sehingga membuat para pembantu rumah tangga yang muda memilih kerja di luar negeri dengan pendapatannya yang tinggi sehingga para pembantu rumah tangga manusia lanjut usia mengambil peluang yang di tinggalkan oleh pembantu rumah tangga yang muda karena tujuannya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.


(40)

17

B. Tinjauan Mengenai Faktor-Faktor Yang Melatar Belakangi Manusia Lanjut Usia Bekerja

Setiap manusia pasti memiliki motivasi untuk mencapai sesuatu yang diinginkannya, baik itu remaja, dewasa serta manusia lanjut usia. Manusia lanjut usia juga memiliki motivasi yang tinggi dalam hal bekerja sebagai cara untuk memenuhi kebutuhannya serta untuk mengisi waktu kosongnya (kesepian), seperti yang telah di paparkan oleh Abraham Maslow (dalam Novia, 2012:1) bahwa manusia termotivasi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya, Kebutuhan tersebut yaitu kebutuhan-kebutuhan yang bersifat dasar dari kebutuhan fisiologis hingga kebutuhan pengakuan.

Berdasarkan penjelasan Abraham maslow (dalam Novia, 2012:1), dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang melatar belakangi manusia lanjut usia bekerja yaitu:

1. Motivasi Yang Tinggi

Secara umum motif seringkali diartikan dengan istilah dorongan. Dorongan atau tenaga tersebut merupakan gerak jiwa dan jasmani untuk berbuat. Jadi motif tersebut merupakan suatu “Driving Force” yang menggerakkan manusia untuk bertingkah laku, dan di dalam perbuatanya itu mempunyai tujuan tertentu. Setiap tindakan yang dilakukan oleh manusia selalu di mulai dengan motivasi (niat).

Menurut Mitchell (dalam Winardi, 2002) motivasi mewakili proses- proses psikologikal, yang menyebabkan timbulnya, diarahkanya, dan


(41)

18

terjadinya persistensi kegiatan-kegiatan sukarela (volunter) yang diarahkan ke tujuan tertentu.

Morgan (dalam Soemanto, 1987) mengemukakan bahwa motivasi bertalian dengan tiga hal yang sekaligus merupakan aspek- aspek dari motivasi. Ketiga hal tersebut adalah:

a. Keadaan yang mendorong tingkah laku (motivating states),

b. Tingkah laku yang di dorong oleh keadaan tersebut (motivated behavior),

c. Tujuan dari pada tingkah laku tersebut (goals or ends of such behavior).

Soemanto (1987) secara umum mendefinisikan motivasi sebagai suatu perubahan tenaga yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi-reaksi pencapaian tujuan. Karena kelakuan manusia itu selalu bertujuan, kita dapat menyimpulkan bahwa perubahan tenaga yang memberi kekuatan bagi tingkahlaku mencapai tujuan, telah terjadi di dalam diri seseorang.

Dari penjelasan diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa motivasi adalah energi aktif yang menyebabkan terjadinya suatu perubahan pada diri sesorang yang nampak pada gejala kejiwaan, perasaan, dan juga emosi, sehingga mendorong individu untuk bertindak atau melakukan sesuatu dikarenakan adanya tujuan, kebutuhan, atau keinginan yang harus terpuaskan.


(42)

19

Oleh karena itu yang di maksud dengan motivasi tinggi yaitu seseorang yang memiliki energi aktif yang sangat tinggi yang menyebabkan terjadinya suatu perubahan pada diri sesorang yang nampak pada gejala kejiwaan, perasaan, dan juga emosi, sehingga mendorong individu untuk bertindak atau melakukan sesuatu dikarenakan adanya tujuan, kebutuhan, atau keinginan yang harus terpuaskan.

2. Kebutuhan Fisiologis

Kebutuhan adalah segala sesuatu yang dibutuhkan manusia untuk mempertahankan hidup serta untuk memperoleh kesejahteraan dan kenyamanan. Pengertian kebutuhan menurut Siagian ialah keadaan internal seseorang yang menyebabkan hasil usaha tertentu menjadi menarik. Artinya suatu kebutuhan yang belum terpuaskan menciptakan “ketegangan” yang pada gilirannya menimbulkan dorongan tertentu dalam diri seseorang. Bila suatu kebutuhan tidak terpuaskan, maka orang itu tidak bahagia. Semakin besar kebutuhan yang tidak terpuaskan, maka semakin mendalam dan semakin sentral kebutuhan itu. Seseorang yang tidak bahagia akan melakukan satu dari dua hal yaitu mencari obyek yang akan memuaskan kebutuhan tersebut atau meniadakan hasratnya.

Untuk dapat bertahan hidup, manusia harus memenuhi segala macam kebutuhannya, kebutuhan fisiologis ini dapat berupa barang dan jasa. Barang adalah sesuatu yang berwujud (tangible), seperti kebutuhan makanan, minuman, pakaian, dan tempat tinggal. Adapun jasa adalah sesuatu yang tidak berwujud (intangible), seperti pendidikan, kesehatan,


(43)

20

hiburan, dan rekreasi. Kebutuhan manusia akan barang dan jasa, dari waktu ke waktu selalu mengalami perubahan. Ini merupakan kebutuhan yang dianggap sebagai titik awal kebutuhan manusia yang sering juga disebut sebagai tuntutan fisik.

Kebutuhan tersebut sejalan dengan pendapat Maslow (1991) yang menyatakan bahwa kebutuhan manusia meliputi: (1) Kebutuhan fisik (physiological needs) adalah kebutuhan fisik atau biologis seperti pangan, sandang, papan, seks dan sebagainya. (2) Kebutuhan ketentraman (safety needs) adalah kebutuhan akan rasa keamanan dan ketentraman, baik lahiriah maupun batiniah seperti kebutuhan akan jaminan hari tua, kebebasan, kemandirian dan sebagainya. (3) Kebutuhan sosial (social needs) adalah kebutuhan untuk bermasyarakat atau berkomunikasi dengan manusia lain melalui paguyuban, organisasi profesi, kesenian, olahraga, kesamaan hobi dan sebagainya. (4). Kebutuhan harga diri (esteem needs)

adalah kebutuhan akan harga diri untuk diakui akan keberadaannya. (5) Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization needs) adalah kebutuhan untuk mengungkapkan kemampuan fisik, rohani maupun daya pikir berdasar pengalamannya masing-masing, bersemangat untuk hidup, dan berperan dalam kehidupan.

Faktor-faktor yang memengaruhi berkembangnya kebutuhan manusia di antaranya sebagai berikut:

a. Sifat manusia tidak pernah merasa puas dengan apa yang telah mereka peroleh dan mereka miliki


(44)

21

b. Adanya pertumbuhan penduduk dunia yang tinggi

c. Kebutuhan manusia sifatnya tidak terbatas sedangkan sumber daya untuk menghasilkan semua barang dan jasa yang dibutuhkan manusia sifatnya terbatas.

Berdasarkan penjelasan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa kebutuhan adalah sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia agar dapat hidup secara layak dan segala sesuatu yang diperlukan manusia untuk mencapai kemakmuran. Sedangkan yang dimaksud dengan kebutuhan fisologis adalah kebutuhan seperti, makan, minum, pakaian, dan tempat tinggal yang dibutuhkan untuk kehidupan sehari-hari untuk mencapai kemakmuran.

3. Kebutuhan Pengakuan

Setiap orang menghendaki agar keberadaannya selalu diakui oleh orang lain. Oleh karena suatu hal, seseorang dianggap tidak ada dan bahkan tidak penting, maka yang bersangkutan akan tersinggung dan bahkan menjadi marah. Itulah sebabnya, mengakui seseorang baik itu anak kecil, dewasa terutama pada manusia lanjut usiayang usianya sudah tidak produktif dan lebih sensitive dalam hal apapun baik itu cara kita menyampaikan ucapan serta sikap kita terhadap manusia lanjut usiatersebut.

Menurut Abraham Maslow, (dalam Novia, 2012:2) Umumnya orang akan menginginkan kehidupan yang stabil dan kokoh, punya penilaian diri yang tinggi, harga diri, dan dihargai oleh orang lain. Kebutuhan ini dibagi


(45)

22

menjadi dua bagian yaitu: pertama adalah keinginan akan kemampuan, prestasi, penghasilan cukup, kenyamanan hidup, kebebasan dan berhak menentukan pilihan sendiri. Dan kedua adalah keinginan akan reputasi dan prestise, pengakuan, perhatian dari orang lain, dan penghargaan.

Kemudian menurut (Maulana Malik Ibrahim. 2013:1-2), keinginan agar diakui itu ternyata juga tidak saja diperlukan bagi seseorang, tetapi juga oleh sekelompok orang terutama manusia lanjut usia, etnis, organisasi dan bahkan juga negara. Sekelompok orang, etnis, atau bahkan sebuah bangsa, manakala keberadaannya tidak diakui, mereka akan tersinggung dan merasa terhina.

Sedemikian penting pengakuan tersebut, sehingga setiap orang juga berjuang agar dirinya dianggap ada dan diakui. Agar menjadi diakui dan bahkan dihormati, maka setiap orang berusaha untuk meraih sesuatu yang dihargai dan dianggap bernilai tinggi. Oleh karena gelar akademik dianggap mendatangkan pengakuan dan penghormatan misalnya, maka banyak orang berusaha mencari gelar itu dengan berbagai caranya masing-masing.

Selain itu, orang juga menganggap bahwa jabatan, kekayaan, keturunan, kedekatan dengan penguasa, kendaraan, hubungan-hubungan dengan pihak tertentu dianggap akan melahirkan pengakuan dan penghormatan, maka orang mengejar-ngejar sumber penghormatan itu. Dalam kehidupan sehari-hari, ternyata pengakuan dan penghormatan menjadi sesuatu yang


(46)

23

amat penting bagi kebanyakan orang, kelompok, dan bahkan juga suatu bangsa.

Seringkali mendengar atau mengetahui betapa seseorang merasa tersinggung dan kemudian marah, hanya disebabkan oleh sesuatu yang sederhana, misalnya dalam suatu pertemuan, seseorang tidak diberi tempat duduk sebagaimana mestinya. Menyebut dan juga menempatkan seseorang dalam pertemuan tidak boleh keliru. Itulah sebabnya, dalam ceramah atau pidato, pembicara sebelum memulai ceramahnya menyebut nama-nama orang yang dianggap penting, lengkap dengan jabatannya masing-masing, sekalipun dengan cara itu hingga memerlukan waktu yang sangat panjang.

Masih terkait dengan cara agar diakui dan juga dihormati, seseorang sengaja mengenakan pakaian, simbol-simbol, baik terkait dengan jabatan, pangkat, penghargaan, dan lain-lain. Semua itu maksud sebenarnya adalah sederhana, agar keberadaan dirinya merasa diakui dan dihormati. Dalam pergaulan antar sesama, pengakuan dan penghormatan ternyata menjadi sesuatu yang amat penting, sehingga tidak boleh diabaikan begitu saja.

Orang yang merasa diakui, biasanya semangat dan kepercayaan dirinya tumbuh. Sebaliknya orang yang selalu dicela, dimarahi, dianggap melakukan banyak kesalahan dan kekurangan, maka selain yang bersangkutan akan marah, juga semangat dan kepercayaan dirinya akan hilang. Orang yang selalu direndahkan dan apalagi dianggap


(47)

24

keberadaannya tidak memiliki arti apa-apa, maka akan bermental minder atau rendah diri.

Begitu pula dengan manusia lanjut usiayang membutuhkan pengakuan dirinya baik di dalam keluarga maupun di luar lingkungan keluarga, karena setiap orang membutuhkan keberadaan dirinya diakui, dan dianggap penting. Semua orang, disadari atau tidak, selalu memperjuangkan eksistensi dirinya. Oleh karena itu, dengan manusia lanjut usiabekerja untuk membantu ekonomi keluarga atau mengisi waktu luang pada keluarganya mempercayai atau dapat melakukan aktivitas tersebut.

Aktivitas bekerja tersebut dianggap sebagai pengakuan yang selama itu diperjuangkannya. Dan bukan sekedar akan mendapatkan penghasilan untuk membantu memenuhi kebutuhan hidup. Mereka merasa telah berhasil, bahwa dirinya diakui oleh orang lain. Oleh karena itu, setelah dirinya diakui maka secara profesional berusaha mengakui orang lain yang ada di sekitarnya.

Berdasarkan pemaparan diatas, penulis menyimpulkan kebutuhan pengakuan adalah suatu pengakuan atau diakui keberadaan baik diri kita maupun orang lain kebutuhan penagkuan ini sangat dibutuhkan oleh setiap orang, karena setiap orang menghendaki agar keberadaannya selalu diakui oleh orang lain.


(48)

25

Dari hasil wawancara terhadap informan penulis mendapatkan informasi tentang faktor-faktor yang melatar belakangi manusia lanjut usia bekerja yaitu:

1. Faktor kebutuhan

Pengertian kebutuhan adalah salah satu aspek psikologis yang menggerakkan mahluk hidup dalam aktivitas-aktivitasnya dan menjadi dasar (alasan) berusaha.Pada dasarnya,manusia bekerja mempunyai tujuan tertentu,yaitu memenuhi kebutuhan.Kebutuhan tidak terlepas dari kehidupan sehari-hari. Selama hidup manusia membutuhkan bermacam-macam kebutuhan. Seperti: makanan, pakaian, perumahan, pendidikan, dan kesehatan. Kebutuhan dipengaruhi oleh kebudayaan, lingkungan, waktu, dan agama. Semakin tinggi tingkat kebudayaan suatu masyarakat, semakin tinggi /banyak pula macam kebutuhan yang harus dipenuhi. (sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Kebutuhan).

Dari hasil wawancara terhadap informan dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang melatar belakangi manusia lanjut usia bekerja adalah karena faktor kebutuhan yaitu Faktor kebutuhan yaitu lansia yang merasa dirinya sudah tidak diperhatikan dan tidak diperdulikan lagi tehadap anak-anaknya, sehingga lansia mau tidak mau harus tetap bekerja karena tidak ada yang memberi uang untuk terpenuhinya kebutuhan sehari-harinya serta istrinya. Padahal anak-anaknya dari


(49)

26

latar belakang yang mampu untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari manusia lanjut usia tersebut.

2. Faktor Ekonomi

Pengertian ekonomi adalah ilmu yang mempelajari upaya manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, baik secara perorangan maupun kelompok dengan mempergunakan segala perangkat fasilitas yang berhubungan dan mendukung usaha dilakukannya kegiatan ekonomi, dengan maksud agar memperoleh kesejahteraan atau kemakmuran.

Ekonomi adalah sebuah bidang kajian tentang pengurusan sumber daya material individu, masyarakat, dan negara untuk meningkatkan kesejahteraan hidup manusia. Karena ekonomi merupakan ilmu tentang perilaku dan tindakan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang bervariasi dan berkembang dengan sumber daya yang ada melalui pilihan-pilihan kegiatan produksi, konsumsi dan atau distribusi.(sumber:http://pengertiandefinisi.blogspot.com/2011/10/ekon omi.html).

Dari hasil wawancara terhadap informan dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang melatar belakangi manusia lanjut usia bekerja adalah karena Faktor ekonomi karena manusia lanjut usia berada pada latar belakang kondisi keluarga yang ekonominya rendah dan mengakibatkan manusia lanjut usia harus tetap bekerja untuk membantu dan memenuhi kebutuhan hidupnya serta anaknya.


(50)

27

3. Faktor Kebiasaan

Pengertian kebiasaan adalah tindakan yang rutin dilakukan secara otomatis atau pengulangan sesuatu secara terus-menerus atau dalam sebagian besar waktu dengan cara yang sama dan tanpa hubungan akal. Untuk menjadi sukses, harus melakukan kebiasaan orang sukses. Untuk menjadi kaya, harus melakukan kebiasaan orang kaya. Untuk menjadi kreatif, harus melakukan kebiasaan orang kreatif. Dari pernyataan tersebut, sebuah kebiasaan akan membentuk karakter, image, ataupun julukan bagi si pelaku kebiasaan tersebut. Kebiasaan terbentuk di masa lalu dan akan selalu menjadi bagian hidup untuk saat ini maupun untuk masa depan. Kebiasaan membantu kita dalam proses hidup. Jika bukan karena kebiasaan, hidup bisa menjadi sangat sulit untuk dijalani.

Kebiasaan bukan bakat alamiah atau bawaan dari lahir. Setiap orang dapat membentuk sendiri kebiasaan itu. Kebiasaan yang baik timbul didalam diri sendiri jika berniat melakukannya. Tentunya kebiasaan itu harus dilaksanakan dalam perbuatan yang berulang-ulang setiap hari sehingga menjadi suatu kebiasaan. Contohnya, agar seseorang dapat menjadi orang sukses, pertama-tama ia harus mempunyai keinginan untuk menjadi orang sukses. Kemudian, harus mengetahui pola pikir, metode, teknik, kemahiran, tindakan atau cara-cara dari orang-orang yang sudah sukses. Lalu pengetahuan tersebut harus dipraktekkan


(51)

28

setiap hari sampai menjadi kebiasaan. Maka hasilnya adalah sebuah kesuksesan yang otomatis akan raih.

(sumber:http://suksesitubebas.com/2012/10/21/pengertian-kebiasaan/)

Dari hasil wawancara terhadap informan dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang melatar belakangi manusia lanjut usia bekerja adalah karena Faktor kebiasaan bekerja sejak muda yang mempunyai keahlian seperti sol sepatu, sehingga lansia selalu ingin terus bekerja, ingin mandiri, merasa jenuh, tidak mau mengemis, tidak mau berkegantungan, tidak mau merepotkan anaknya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, padahal dari latar belakang anak-anaknya mampu untuk memenuhi kebutuhan hidup orsang tuanya.

C. Tinjauan Tentang Persepsi Keluarga terhadap Manusia Lanjut Usia bekerja

1. Pengertian Persepsi

Persepsi merupakan salah satu aspek psikologis yang penting bagi manusia dalam merespon kehadiran berbagai aspek dan gejala di sekitarnya. Persepsi mengandung pengertian yang sangat luas, menyangkut intern dan

ekstern. Berbagai ahli telah memberikan definisi yang beragam tentang persepsi, walaupun pada prinsipnya mengandung makna yang sama. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, persepsi adalah tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu.

Menurut (Sugihartono, dkk (2007: 8) bahwa persepsi adalah kemampuan otak dalam menerjemahkan stimulus atau proses untuk menerjemahkan


(52)

29

stimulus yang masuk ke dalam alat indera manusia. Persepsi manusia terdapat perbedaan sudut pandang dalam penginderaan. Ada yang mempersepsikan sesuatu itu baik atau persepsi yang positif maupun persepsi negatif yang akan mempengaruhi tindakan manusia yang tampak atau nyata.

Menurut Bimo Walgito (2004: 70) mengungkapkan bahwa persepsi merupakan suatu proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang diterima oleh organisme atau individu sehingga menjadi sesuatu yang berarti, dan merupakan aktivitas yang integrated dalam diri individu. Respon sebagai akibat dari persepsi dapat diambil oleh individu dengan berbagai macam bentuk.

Berdasarkan pengertian diatas, penulis menyimpulkan persepsi adalah tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu dalam merespon kehadiran berbagai aspek dan gejala di sekitarnya.

2. Pengertian Keluarga

Keluarga adalah lingkungan dimana beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah dan bersatu. Keluarga didefinisikan sebagai sekumpulan orang yang tinggal dalam satu rumah yang masih mempunyai hubungan kekerabatan/hubungan darah karena perkawinan.

Pengertian keluarga berdasarkan asal-usul kata yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara dalam (Abu&Nur, 2001: 176), bahwa keluarga berasal dari bahasa Jawa yang terbentuk dari dua kata yaitu kawula dan warga.


(53)

30

Didalam bahasa Jawa Kuno kawula berarti hamba dan warga artinya anggota. Secara bebas dapat diartikan bahwa keluarga adalah anggota hamba atau warga saya. Artinya setiap anggota dari kawula merasakan sebagai satu kesatuan yang utuh sebagai bagian dari dirinya dan dirinya juga merupakan bagian dari warga yang lainnya secara keseluruhan.

Sedangkan menurut (William J. Goode, 1991: 16) keluarga adalah satu-satunya lembaga sosial yang bertanggungjawab untuk mengubah suatu organisme biologis menjadi manusia.

Berdasarkan pengertian diatas, penulis menyimpulkan keluarga adalah beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah dan bersatu serta tinggal dalam satu rumah yang masih mempunyai hubungan kekerabatan/hubungan darah karena perkawinan.

3. Persepsi keluarga terhadap manusia lanjut usia bekerja

Persepsi antar individu pastinya berbeda-beda walaupun dalam satu keluarga mengenai manusia lanjut usiabekerja dalam penelitian ini penulis menggunakan teori dari (Hanna, 2011: 10), yang membahas tentang persepsi keluarga terhadap manusia lanjut usiabekerja.

Menurut ( Hanna, 2011: 10), menerangkan tanggapan keluarga terhadap terhadap manusia lanjut usiabekerja pada awalnya merasa keberatan karena pertimbangan kesehatan dan lainnya. Hal ini tidak terlepas pada kondisi ekonomi keluarga yang juga berada pada ekonomi yang mengharuskan manusia lanjut usiaberada untuk melakukan sesuatu guna menyeimbangkan keadaan ekonomi keluarga.


(54)

31

Mayoritas persepsi anak dan istri mengenai pekerjaan manusia lanjut usiasangat mendukung. Pada awalnya anak dan istri kebanyakan melarang karena kelihatannya kesehatan manusia lanjut usiatidak sesuai lagi melakukan pekerjaan yang cukup menguras tenaga. Tetapi pada kenyataannya manusia lanjut usiamenunjukkan semangat dan kemauan yang keras untuk tetap bekerja, berusaha meyakinkan anak dan istri bahwa pekerjaan yang dikerjakannya masih sanggup dikerjakannya.

Selagi kondisi tetap mendukung manusia lanjut usiaakan terus bekerja. Larangan dari anak-anak dan istri dinilai sebagai wujud kasih sayang saja tidak ditanggapi sebagai paksaan. Manusia lanjut usiajuga menyadari kemampuan yang semakin terbatas.

Sebenarnya anak-anak dan keluarga manusia lanjut usiatersebut tidak ingin mereka dianggap sebagai keluarga yang tidak baik membiarkan orang tuanya menghabiskan waktu dengan bekerja keras. Anak-anak masih mampu merawat dan membiayai segala bentuk kebutuhan lanjut usia. Alasan manusia lanjut usiatetap bekerja sangat beraneka ragam, sebagian ada yang ingin menghabiskan waktu daripada dirumah, menopang ekonomi keluarga, dan tidak ingin merepotkan anak-anaknya.

Apa yang dipersepsikan oleh anak ternyata berbeda dengan apa yang dirasakan oleh orangtua. Bagi manusia lanjut usiabekerja adalah memiliki status, menghadirkan rasa percaya diri, harga diri dan kepuasan batin. Oleh karenanya, memberikan kebebasan bagi manusia lanjut usia berkerja adalah pilihan anak yang bijak.


(55)

32

Dari beberapa penjelasan, diatas penulis dapat simpulkan bahwa dalam bekerja manusia lanjut usia tidak perlu izin khusus dari keluarga. Keluarga memberi izin penuh bekerja karena melihat kemauan keras manusia lanjut usia untuk tetap bekerja dan kemandirian manusia lanjut usia masih sanggup bekerja. Karena ternyata dirinya masih berguna bagi keluarga. Manusia lanjut usia dengan segala kemampuannya berusaha menunjukan kemandiriannya. Walaupun tanpa bekerja sebenarnya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya mereka selalu mendapat bantuan dari anak-anak atau keluarga.

4. Kerangka Pikir

Setiap orang akan bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya agar memperoleh kesejahteraan. Bagi manusia lanjut usiabekerja adalah suatu kebutuhan hidupnya juga agar manusia lanjut usiadapat mengisi sisa hidupnya dengan kemandirian, walaupun sebenarnya bagi manusia lanjut usiauntuk bekerja extra berat, hal ini dilakukan karena dilatar belakangi oleh motivasi, kebutuhan fisiologis, dan kebutuhan pengakuan, sehingga keluarga manusia lanjut usiapun akan berpendapat tentang hal ini.

Manusia lanjut usiayang bekerja di zaman sekarang ini bukanlah merupakan masalah yang baru lagi. Sebagian manusia lanjut usiabekerja selain memenuhi kebutuhan hidup, ada sebagian manusia lanjut usiabekerja untuk mengisi waktu luang walaupun sebenarnya manusia lanjut usiaitu sendiri sadar bahwa anak-anaknya mampu membiayai kebutuhan hidupnya namun manusia lanjut usiabekerja dari keluarga yang berkecukupan ini merasa dirinya kesepian di


(56)

33

rumah sendirian sedangkan anak-anaknya bekerja, sehingga manusia lanjut usiaberkeinginan atau memiliki motivasi yang tinggi untuk bekerja, disebabkan karena kesepian, hobi, mengisi waktu luang serta tidak mau bergantung pada orang lain atau anak-anaknya.

Sedangkan pada keluarga yang berada pada kondisi keluarga ekonomi rendah umumnya seluruh anggota keluarga dikerahkan untuk memperoleh penghasilan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari. Karena anggota keluarga yang tidak bekerja akan menjadi beban bagi anggota keluarga yang lain. Maka anggapan ini secara tidak langsung telah menuntut manusia lanjut usiayang merupakan anggota keluarga untuk ikut berperan dalam menopang ekonomi keluarga. Kondisi demikian merupakan dorongan yang kuat bagi manusia lanjut usia untuk bekerja.

Adapun faktor manusia lanjut usiabekerja yang dipaparkan oleh Maslow (dalam Novia) yang pertama adalah motivasi, manusia lanjut usiamemiliki motivasi yang tinggi dalam hal bekerja sebagai cara untuk memenuhi kebutuhannya, kedua adalah kebutuhan fisiologis yaitu kebutuhan seperti makan, minum, tempat tinggal, dll. Sedangkan yang ketiga adalah kebutuhan pengakuan yaitu suatu pengakuan atau di akui keberadaan baik diri kita maupun orang lain kebutuhan pengakuan ini sangat dibutuhkan oleh setiap orang, karena setiap orang menghendaki agar keberadaannya selalu diakui oleh orang lain.

Selain meningkatkan pendapatan bekerja bagi seorang manusia lanjut usiamemiliki arti penting yang tidak terkait sama sekali dengan status. Bekerja


(57)

34

bagi manusia lanjut usia hanya ingin mendatangkan perasaan bahwa dirinya masih mampu melakukan sesuatu, memiliki penghasilan dan tidak menggantungkan diri pada oranglain. Keadaan ini mendatangkan kepuasan, harga diri dan percaya diri. Alasan ini menjadi kekuatan manusia lanjut usia untuk tetap bertahan dan mandiri. Manusia lanjut usia menunjukkan semangat dan kemauan yang keras untuk tetap bekerja, berusaha meyakinkan anak dan istri bahwa pekerjaan yang dikerjakannya masih sanggup dikerjakannya.

Untuk memperjelas alur pemikiran peneliti, maka akan dijabarkan dalam skema alur pemikiran berikut:

Kerangka Pikir :

1) Faktor-faktor yang melatar belakangi manusia lanjut usiabekerja :

1. Motivasi yang tinggi. 2. Kebutuhan fisiologis.

Manusia lanjut

usia Bekerja

2) Persepsi Keluarga terhadap Manusia lanjut usiaBekerja


(58)

35

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, jenis metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, dimana penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bertujuan mengkaji kasus-kasus tertentu secara mendalam dan menyeluruh. Selain itu, penelitian bertujuan menjelaskan secara terperinci masalah sosial tertentu dan akan dihasilkan data yang relevan, yaitu berupa data yang dinyatakan secara tertulis dan perilaku yang nyata diteliti dan dipelajari sebagai suatu yang utuh dengan mengumpulan data kepustakaan dan wawancara mendalam analisis kasus dan analisis dokumen.

Penelitian ini dalam menganalisis data memakai metode penelitian kualitatif maka peneliti telah melakukan pemahaman makna (verstehen) seperti yang diungkapkan oleh Husaini Usman dan Purnomo Setiadi Akbar (2004) bahwa metode kualitatif berusaha memahami dan menafsirkan makna suatu peristiwa interaksi tingkah laku manusia dalam situasi tertentu menurut perspektif peneliti sendiri. Menurut Sumadi Suryabrata (2000:22) penelitian ini bertujuan mempelajari secara intensif tentang latar belakang keadaan sekarang dan interaksi lingkungan suatu unit sosial, individu, kelompok, lembaga atau masyarakat. Jadi dalam hal ini, peneliti seutuhnya memahami alur kasus yang dijadikan sebagai data penelitian secara intensif.


(59)

36

B. Fokus Penelitian

Dalam suatu penelitian sangat penting adanya fokus karena fokus penelitian dapat membatasi studi dan untuk mengarahkan pelaksanaan suatu pengamatan. Fokus dalam penelitian kualitatif bersifat tentatif artinya dapat berubah sesuai dengan situasi dengan latar penelitian.

Menurut Miles dan Hubermas (1992:30) mengemukakan bahwa memfokuskan dan membatasi pengumpulan data yang dipandang kemanfaatnya sebagai reduksi data yang sudah diantisipasi dan ini merupakan bentuk analisis mengesampingkan variable-variabel yang tidak berkaitan dan untuk menghindari pengumpulan data yang berlimpah. Kemudian Menurut Milles Mattew B dan A. Mickhael Huberman (1992:20) dengan adanya fokus penelitian, akan menghindari pengumpulan data yang tidak valid dan hadirnya data yang melimpah ruah. Dalam penelitian ini yang menjadi fokus penelitian adalah mengetahui faktor-faktor yang melatar belakangi Manusia lanjut usia Bekerja dan Mengetahui Persepsi keluarga terhadap manusia lanjut usia bekerja.

C. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Kelurahan Rajabasa, Kecamatan Rajabasa, Kota Bandar Lampung, Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan bahwa kelurahan tersebut terdapat manusia lanjut usia yang bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup.


(60)

37

D. Penentuan Informan

Informan adalah orang yang memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian, jadi ia harus mempunyai banyak pengalaman terkait latar belakang penelitian dan harus sukarela menjadi anggota tim penelitian walaupun hanya bersifat informal (Moloeng, 1989:132).

Penentuan informan pada penelitian ini dilakukan dengan teknik purposive sampling dimana pemilihan informan dipilih secara sengaja berdasarkan kriteria yang telah ditentukan dan ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian. Dalam memilih informan dalam penelitian ini yaitu pada manusia lanjut usia yang bekerja berkisar umur 60 tahun keatas di Kelurahan Rajabasa, Kecamatan Rajabasa, Kota Bandar Lampung. Sehubungan Informan terbatas di Kelurahan Rajabasa dan penulis masih membutuhkan informan yang belum cukup, sehingga penulis menambahkan informan di luar dari lokasi penelitian. Guna untuk mendapatkan informan yang berbeda-beda profesi.

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini ada beberapa alat yang digunakan untuk mengumpulkan data. Antara alat pengumpul data tersebut berfungsi saling melengkapi akan data yang dibutuhkan. Untuk mengumpulkan data dan informasi pada penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan sebagai berikut:

1. Wawancara Mendalam

Moh. Nazir (1996:234) memaparkan bahwa yang dimaksud dengan wawancara mendalam adalah proses mengajukan pertanyaan secara


(61)

38

langsung untuk memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara). Digunakannya wawancara pada penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan informasi secara lengkap, mendalam, dan komprehensif sesuai dengan tujuan penelitian.

Wawancara dilakukan dengan pedoman wawancara yang dibuat oleh penulis terkait permasalahan yang dikemukan dalam penelitian ini. Namun dalam pelaksanaanya, wawancara tersebut dilakukan dengan cara berbincang-bincang sehingga tidak terkesan kaku dan tidak menimbulkan keengganan informan untuk menjawab pertanyaan yang diajukan. Wawancara dilakukan di sekitar lokasi tempat manusia lanjut usia sedang melakukan aktivitasnya di Kelurahan Rajabasa, dilakukan pada pagi hingga sore hari. Hal ini dikarenakan para manusia lanjut usia yang bekerja, mulai dari pagi sampai sore hari.

2. Observasi

Dapat diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu gejala pada objek penelitian. (Nawawi, 1990:74) dan unsur-unsur yang tampak itu yang disebut data atau informasi yang harus diamati dan dicatat secara langsung.


(62)

39

3. Studi Dokumentasi dan Studi Pustaka

Suharsimi Arikunto (2002:206) metode dokumentasi adalah mencari data yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya. Nawawi (2005: 133) menyatakan bahwa studi dokumentasi adalah cara pengumpulan data melalui peninggalan tertulis terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku mengenai pendapat, dalil yang berhubungan dengan masalah penelitian. Dengan menggunakan teknik ini peneliti mendapatkan data-data menyangkut tentang manusia lanjut usia bekerja dan persepsi keluarga terhadap manusia lanjut usia bekerja.

F. Teknik Analisa Data

Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang didasarkan oleh data. Menurut Bodgan dan Taylor (1975:79) mendefinisikan analisis data sebagai proses yang merinci usaha formal untuk menemukan tema dan merumuskan hipotesis seperti yang disarankan oleh data dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan pada tema dan hipotesis itu. Lalu menurut Miles & Huberman (1992:16) bahwa analisis terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu: reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan/verifikasi.


(1)

83

sehari-hari, padahal dari latar belakang anak-anaknya mampu untuk

memenuhi kebutuhan hidup orsang tuanya.

2. Persepsi Keluarga Terhadap Lansia Bekerja

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan bahwa persepsi

keluarga terhadap lansia bekerja, yaitu:

a. Persepsi keluarga terhadap lansia bekerja yaitu tidak perduli pada lansia

bekerja, bentuk dukungan nyata dari keluarga adalah tidak bertanggung jawab/bersikap acuh tak acuh, tidak memperdulikan lagi, tidak berusaha memberi fasilitas yang memadai untuk memudahkan manusia lanjut usia bekerja seperti tidak menyediakan tempat untuk bekerja, tidak mengantar jemput bekerja serta tidak memberi modal untuk bekerja.

b. Persepsi keluarga terhadap manusia lanjut usia bekerja pada awalnya

selalu melarang agar tidak lagi bekerja, tetapi melihat kemauan keras

dan kemandirian yang ditunjukan manusia lanjut usia membuat

keluarga memberi kesempatan untuk bekerja.

B. Saran

Berdasarkan pada hasil penelitian yang dilakukan dilapangan, sesuai dengan

yang dijabarkan sebelumnya, maka penulis dapat memberi saran yang

berkenaan dengan “Faktor-Faktor Yang Melatar Belakangi Lansia Bekerja Dan Persepsi Keluarga Terhadap Lansia Bekerja”, yaitu:

1. Kepada manusia lanjut usia, hendaknya tetap mengutamakan kesehatan,


(2)

84

kalau hanya mementikan bekerja untuk memenuhi kebutuhan tidak akan

terpenuhi kebutuhan hidup, karena pada dasarnya manusia tidak akan

merasa puas/cukup untuk terpenuhi kebutuhannya, jika tidak didasari

dengan rasa bersyukur.

2. Kepada keluarga manusia lanjut usia, terutama anak-anaknya hendaknya

bertanggung jawab dengan meningkatkan perhatian terhadap kondisi

kesehatan manusia lanjut usia dan membalas budi, jasa-jasa, kebaikan

orang tuanya yang telah mengurus dan membiayai dari kecil hingga

sukses.

3. Kepada instansi dinas yang terkait, diharapkan agar manusia lanjut usia

lebih diperhatikan agar tidak ada manusia lanjut usia yang terlantar dan

tidak bekerja lagi di usia tua sesuai dengan Undang-Undang Nomor 11

Tahun 2009pasal 9 dan pasal 10 tentang Kesejahteraan Sosial guna untuk

membantu manusia lanjut usia terlantar serta untuk membantu masyarakat

miskin meraih kesejahteraan sosial dan Undang-Undang No. 13 Tahun

1998 tentang kesejahteraan manusia lanjut usia telah diatur bahwa manusia

lanjut usia mendapatkan hak untuk meningkatkan kesejahteraan sosialnya

meliputi pelayanan keagamaan, kesehatan, kesempatan kerja, pendidikan

dan pelatihan, kemudahan penggunaan fasilitas, sarana, dan prasarana

umum, kemudahan layanan dan bantuan hukum, perlindungan sosial,


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Agustini, Eva Elfenti. 1993:19-20. Dalam skripsi Eva dengan judul Pengaruh Ibu Bekerja Terhadap Kesejahteraan Keluarga. FISIP Universitas Lampung: Bandar Lampung.

Buchari, Alma. 2009. Kewirausahaan. Alfabeta Bandung. Bandung.

Elly M. Setiadi & Usman Kolip. 2011. Pengantar Sosiologi. Kencana Prenanda Media Group. Jakarta.

Goode, William J. 2007. Sosiologi Keluarga. Bumi Aksara Jakarta (Anggota IKAPI): Jakarta.

Hanna Fitri&Basri. 2011: 10. Dalam Jurnal Hanna Ftri dan Basri Dengan Judul Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Lanjut Usia Bekerja Di Kelurahan Simpang Baru Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru.

Indriana, Yeniar. 2012. Grontologi & Progeria. Pustaka Pelajar.

Masri, Singarimbun. 1995. Metode Penelitian Survey. LP3ES: Jakarta.

Millies, Mathew dan M. Huberman.1992. Metode Penelitian Kualitatif. Remaja Putra. Bandung.

Moleong, Lexy. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Remaja Rosdakarya. Bandung.


(4)

Saifuddin, Achmad Fedyani. 2011. Catatan Reflektif Antropologi Sosialbudaya, All Rights Reserved.

Saparinah, dkk. 2002. Jurnal Perempuan Lansia. SMKG Desa Putera. Jakarta.

SM, Lumbantobing. 2011. Kecerdasan Pada Lanjut Usia. FKUI Press. Jakarta.

Soekanto, Soerjono. 2004. Sosiologi Keluarga. Asdi Mahasatya. Jakarta.

Suardiman, Siti Partini. 2011. Psikologi Lanjut Usia. UGM Press. Yogyakarta.

Suharto, Edi. 2009. Pekerja Sosial di Dunia Industri. Bandung : PT Refika Aditama.

Suryabrata, Sumadi. 2000. Penelitian Kualitatif. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta .

Taufik, Abdullah. 1979. Agama, etos kerja dan Perkembangan Ekonomi. LP3ES. Jakarta.

Sumber Lain

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia Bab 1 Pasal 1.

Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial Pasal 9 dan Pasal 10.

Data Lansia, http//BPS. Pusat 2012. di unduh pada tanggal 18 oktober 2013.

Delta Nopriadi. Pemberdayaan Pasien Lanjut Usia dengan Home Care melalui Optimalisasi Budaya Bangsa.

http://www.scribd.com/doc/177823503/penelitian-lansia. diakses pada tanggal 18 Desember 2013.


(5)

Novia. 2012. Teori motivasi maslow. http://novia01.blogspot.com/2012/05/teori-motivasi-maslow.html. di akses pada tanggal 18 oktober 2013.

Achmad Sudrajad, M. Pd. 2011: 1. Kajian Teori Tentang Motivasi.

http://sukatnowonogiribelajar.blogspot.com/2012/04/kajian-teori-tentang-motivasi.html. di akses pada tanggal 18 oktober 2013.

Prawitasari. 1993. Lanjut Usia.

http://decungkringo.wordpress.com/tag/pengertian-usia-tua/. Di akses pada tanggal 18 oktober 2013.

Marto. 2010. Tetap bekerja di usia senja.

http://cantik.me/tetap-bekerja-di-usia-senja/. Di akses pada tanggal 18 oktober 2013.

Untuk Mereka yang Tak Pernah Lelah Berkarya Hingga Senja. 2013. http://snhadi.wordpress.com/tag/bekerja-di-usia-tua/. Di akses pada tanggal 18 oktober 2013.

Usia Tua.http://randinidini.blogspot.com/2013/01/usia-tua-manula.html. di unduh pada tanggal 18 oktober 2013.

Batasan-batasan usia. http://bahantugas.blogspot.com/2009/10/batas-batas-lanjut-usia_16.html. di unduh pada tanggal 01 november 2013.

Konsep teori lansia. http://sofaners.wordpress.com/2013/03/30/konsep-teori-lansia/. di unduh pada tanggal 01 november 2013.

Pengertian kebutuhan. http://www.psychologymania.com/2012/12/pengertian-kebutuhan.html. di unduh pada tanggal 01 november 2013.

Pengertian motivasi. http://www.duniapsikologi.com/pengertian-motivasi/. Di unduh pada tanggal 01 november 2013.


(6)

Teori motivasi Abraham maslow. http://rischaaprilina.blogspot.com/2009/11/teori-motivasi-abraham-maslow.html. di unduh pada tanggal 01 november 2013.

Pengertian persepsi. http://id.wikipedia.org/wiki/Persepsi. di unduh pada tanggal 07 november 2013.

Pengertian bekerja. http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2191930-pengertian-bekerja/#ixzz2gT8n94fY. Di unduh pada tanggal 07 november 2013.

Maulana Malik Ibrahim. 2013. Kebutuhan terhadap pengakuan orang lain. http://www.uin.malang.ac.id/index.php?option=com_content&view=articl e&id=4316:kebutuhan-terhadap-pengakuan-orang-lain&catid=25:artikel-imam-suprayogo. Diunduh pada tanggal 19 november 2013.

Wijaya, Aldilla Dharma. 2013:6. dalam Jurnal Perlindungan Hukum Bagi Lansia Terlantar Dalam Memperoleh Pelayanan Publik.

http://hukum.ub.ac.id/wp-content/uploads/2013/01/jurnal-Aldilla-Dharma-Wijaya-0910113006.pdf. diunduh pada tanggal 28 Januari 2014.

Memahami Pengertian Kebiasaan.

http://suksesitubebas.com/2012/10/21/pengertian-kebiasaan/. Diunduh pada tanggal 28 Januari 2014.

Kebutuhan. http://id.wikipedia.org/wiki/Kebutuhan. diunduh pada tanggal 28 Januari 2014.

Ekonomi. http://pengertian-definisi.blogspot.com/2011/10/ekonomi.html. diunduh pada tanggal 28 Jaanuari 2014.


Dokumen yang terkait

ANALISIS KUALITAS AIR DAN KEBUTUHAN AIR BAGI MASYARAKAT YANG BERMUKIM DI SEKITAR SUNGAI WAY KANDIS KELURAHAN RAJABASA RAYA KECAMATAN RAJABASA KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2011

1 11 57

DESKRIPSI PERALIHAN PERMAINAN TRADISIONAL ANAK KE PERMAINAN MODERN DI KELURAHAN RAJABASA KECAMATAN RAJABASA KOTA BANDAR LAMPUNG

3 23 57

LATAR BELAKANG DAN PERSEPSI PADA MANUSIA LANJUT USIA BEKERJA (Studi Di Kelurahan Rajabasa, Kecamatan Rajabasa, Kota Bandar Lampung)

0 12 64

Meningkatkan Kreativitas Melalui Metode Proyek Pada Anak Usia Dini Di TK. Darul Ikhsan Kecamatan Rajabasa Kota Bandar Lampung

1 10 50

HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN IBU DALAM KEGIATAN POSYANDU DAN POLA MAKAN BALITA DENGAN STATUS GIZI BALITA DI KELURAHAN RAJABASA RAYA KECAMATAN RAJABASA KOTA BANDAR LAMPUNG

5 60 78

Implementasi Program Elektronik Kartu Tanda Penduduk Di Kecamatan Rajabasa Kota Bandar Lampung

2 24 65

TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG RUANG TERBUKA HIJAU PRIVAT (Studi di Perumahan Rajabasa Permai, Kelurahan Rajabasa Pemuka, Kota Bandar Lampung)

1 10 63

EFEKTIFITAS PELAKSANAAN PROGRAM KREDIT EKONOMI KERAKYATAN (EKOR) KOTA BANDAR LAMPUNG (Studi Pada Pelaksanaan Program Kredit Ekor di Kelurahan Gedung Meneng Kecamatan Rajabasa Kota Bandar Lampung)

1 21 85

ANALIS PEMUNGUTAN RETRIBUSI TERMINAL (STUDI DI TERMINAL RAJABASA BANDAR LAMPUNG)

3 18 96

Persepsi Ibu Rumah Tangga tentang Perempuan Korban Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) pada Acara Talkshow Curahan Hati Perempuan Di Trans TV (Studi Di kelurahan Rajabasa Kecamatan Rajabasa Bandar Lampung)

0 4 76