Implementasi Program Elektronik Kartu Tanda Penduduk Di Kecamatan Rajabasa Kota Bandar Lampung

(1)

ABSTRACT

THE IMPLEMENTATION OF E-KTP PROGRAM IN DISTRICT RAJABASA BANDAR LAMPUNG MUNICIPALITY

By ISTIYANA

The aim of this research is to describe and analize the result of the implementation of E-KTP program and the obstacles of the implementation of E-KTP program in District Rajabasa Bandar Lampung City.

The method used in this research is descriptive method with qualitative approach. The focus of the research are : communication, resources, disposition, and bureaucratic structure.

Based on the research can be drawn a conclusion that the factor of communication can run well. It can be seen from the available indicators, those are: transmission indicator, and disposition have been running well, and bureaucratic structure has been very clear, but the human resources does not run well.

Those result can be seen from the available indicators, as follow: In the human resource indicator (staff), in implementing E-KTP program has been able to run the E-KTP program in District Rajabasa Bandar Lampung Municipality, but in the implementation of E-KTP program on the non-human indicator is not maximal, the budget allocated is often late and the facility such as data recorder is often out of order and the internet on line is slow and the participation of society on this program is low.


(2)

ABSTRAK

IMPLEMENTASI PROGRAM E-KTP DI KECAMATAN RAJABASA KOTA BANDAR LAMPUNG

Oleh ISTIYANA

Penelitianinibertujuanuntukmendeskripsikan dan menganalisis hasil dari implementasi program E-KTP dan mendeskripsikan hambatan-hambatan dalam program implementasi program E-KTP di Kecamatan Rajabasa Kota Bandar Lampung.

Metodepenelitianyangdigunakandalampenelitianiniadalahpenelitiann Deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Dengan fokus penelitian : Comunication (komunikasi), Resources (sumber daya), Disposition (sikap pelaksana), dan Bureucratic structur (struktur birokrasi).

Berdasarkanhasilpenelitiandapatdisimpulkanbahwa pada faktor komunikasi berjalan dengan baik. Hal tersebut dapat dilihatpada indikator-indikator yang ada, antara lain: indikator transmisi, disposisi yang sudah cukup baik, dan struktur birokrasi yang sudah cukup jelas, tetapi pada sumber daya berjalan kurang baik. Hal tersebut dapat dilihat pada indikator-indikator yang ada, sebagai berikut: pada indikator sumber daya manusia (staff), dalam implementasi program E-KTP tersebut sudah memadai untuk menjalankan program E-KTP di Kecamatan Rajabasa Kota Bandar Lampung , tetapi pada indikator sumber daya non manusia, dalam implementasi program E-KTP ini masih belum maksimal , dana yang dialokasikan sering mengalami keterlambatan serta fasilitas seperti alat perekam data yang mengalami kerusakan dan jaringan sistem online yang lambat. Sedangkan faktor penghambat didalam implementasi program E-KTP ini yaitu berupa kurangnya fasilitas alat perekam serta sistem jaringan online yang lambat dan kurangnya kesdaran masyarakat dalam program implementasi program E-KTP ini.

Kata Kunci : E-KTP, Pelayanan, Komunikasi, Sumber Daya, Sikap Pelaksana, dan Struktur Birokrasi


(3)

Implementasi Program Elektronik Kartu Tanda Penduduk Di Kecamatan Rajabasa Kota Bandar Lampung

Oleh

ISTIYANA

Skripsi

SebagaiSalah SatuSyaratUntukMencapaiGelar SARJANA ADMINISTRASI NEGARA

Pada

JurusanAdministrasi Negara FakultasIlmuSosialdanIlmuPolitik

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG


(4)

Implementasi Program Elektronik Kartu Tanda Penduduk

(E-KTP) di Kecamatan Rajabasa Kota Bandar

(Skripsi)

Oleh ISTIYANA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(5)

DAFTAR ISI

halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

LEMBAR JUDUL ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... v

RIWAYAT HIDUP ... vi

MOTTO ... vii

PERSEMBAHAN ... viii

SANWACANA ... ix

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR BAGAN ... xviii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian... 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A.Tinjauan Tentang Kebijakan Publik ... 9

1. Konsep Kebijakan Publik ... 7

2. Tahap-Tahap Kebijakan Publik ... 8

B.Tinjauan Tentang Implementasi Kebijakan Publik ... 10

1. Konsep Implementasi Kebijakan ... 10

2. Model Implementasi Kebijakan ... 11


(6)

2.2 Model Implementasi Kebijakan George Edward III ... 15

2.3 Model Implementasi KebijakanDaniel Mazmanian dan Paul Sabatier ... 17

2.4 Model Implementasi Kebijakan Merilee S. Grindle ... 19

3. Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi Kebijakan ... 21

C.Tinjauan Tentang Elektronik Kartu Tanda Penduduk (e-KTP) ... 23

1. Keunggulan e-KTP ... 24

2. Kelemahan e-KTP ... 24

3. Perbedaan e-KTP dengan KTP Nasional ... 26

4. Syarat dan Prosedur pengurusan e-KTP ... 28

A. Syarat ... 28

B. Prosedur ... 28

5. Dasar Hukum ... 29

D. Kerangka Pemikiran ... 31

BAB III. METODE PENELITIAN A. Tipe dan Pendekatan Penelitian ... 32

B. Fokus Penelitian ... 33

C. Lokasi Penelitian ... 35

D. Jenis dan Sumber Data ... 36

E. Informan dan Teknik Penarikan Informan ... 36

F. Teknik Pengumpulan Data ... 37

G. Teknik Analisis Data ... 38

H. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ... 40

BAB IV. GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil Kota Bandar Lampung ... 41

B. Gambaran Umum Kecamatan Rajabasa Kota Bandar Lampung ... 42

1. Profil Kecamatan Rajabasa ... 42

2. Letak Geografis Kecamatan Rajabasa ... 45


(7)

4. Sosial dan Ekonomi Kecamatan Rajabasa ... 46

5. Organisasi Pemerintahan Kecamatan Rajabasa ... 47

C. Dinas Otonomi dan Instansi Vertikal Kecamatan Rajabasa ... 54

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 55

B. Pembahasan Implementasi Program Elektronik Kartu Tanda Penduduk DiKecamatan Raja Basa Kota Bandar Lampung ... 55

1. Comunmunication (Komunikasi) ... 56

2. Resources (Sumber Daya) ... 61

3. Disposition (Sikap Pelaksana) ... 64

4. Beraucratic Structure (Struktur birokrasi) ... 66

VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 70

B. Saran ... 71

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(8)

DAFTAR BAGAN

Halaman

Bagan 2.1 Model Pendekatan The Policy Implementation Process (Donald

Van Metter Dan Carl Van Horn)... 14 Bagan 2.2 Model Pendekatan Dorect And Indirect Ompact On

Implementation (George Edward III)... 17 Bagan 2.3 Kerangka Pikir ... 31


(9)

DAFTAR GAMBAR

halaman Gambar 2.1. Elektronik Kartu Tanda Penduduk ... 27 Gambar 2.2. KTP Konvensional ... 27


(10)

DAFTAR TABEL

halaman Tabel 2.1. Aplikasi Konseptual Model Edward III Persepektif

Implementasi Kebijakan ... 16

Tabel 2.2. Perbedaan E-KTP dan KTP Nasional ... 26

Tabel 4.1. Nama Pejabat dan Karyawan Kecamatan Rajabasa... 44

Tabel 4.2. Jumlah Penduduk Kecamatan Rajabasa Oktober 2014 ... 46


(11)

(12)

(13)

MOTO

Jatuh bangkit kembali, dan apabila kembali jatuh tetaplah bangkit kembali

karena kegagalan bukan akhir dari perjuangan hidupmu ,


(14)

PERSEMBAHAN

Dengan menyebut nama Allah SWT

Dengan segala kerendahan hati ku ucapkan syukur

atas karunia Mu kepadaku

Penulis dedikasihkan karya kecil ini untuk :

Kedua Orang Tua sertaadik-adikku tercinta yang

selalu memberikan yang terbaik untukku,

terimakasih atas segala cinta, pengorbanan,

kesabaran, motivasi,keikhlasan dan do a yang tiada

henti dalam menanti keberhasilanku

Seluruh keluarga besarku, Sahabat , dan

Teman-temanku yang selalu mendukungku.


(15)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Istiyana lahir di Bandar Lampung tanggal 22 Maret 1993. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak H. Syamsul, S.H, M.Sy dan Ibu Hj.Sudarni.

Pendidikan yang telah penulis tempuh adalah Taman Kanak-kanak Al-Kautsar Bandar lampung pada tahun 1998-1999, Sekolah Dasar Al-Kautsar Bandar lampung pada tahun 1999-2005, SMP Al-Kautsar Bandar lampung pada tahun 2005-2008, MAN 1 Model Bandar Lampung pada tahun 2008-2011 dan aktif di Taekwondo. Pada tahun 2011 penulis diterima sebagai mahasiswi jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung melalui jalur Mandiri.

Penulis pada tahun 2011 tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Administrasi Negara (Himagara). Pada tahun 2014 penulis mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik di desa Way Gelam Kecamatan Candipuro Kabupaten Lampung Selatan.


(16)

SANWACANA

Alhamdulillahirrabil’alamin segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah serta karunia-Nya kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Atas segala kehendak dan kuasa Allah SWT, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul : “Implementasi Program E-KTP Di Kecamatan Rajabasa Kota Bandar Lampung”sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Administrasi Negara (SAN) pada Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Lampung.

Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang peneliti miliki. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang setulusnya kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini antara lain :

1. Bapak Drs. Hi. Agus Hadiawan, M.Si, selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Dedy Hermawan, S.Sos, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Negara

3. Ibu Dr. Novita Tresiana, S.Sos.M.Si selaku dosen pembimbing tunggal. Terimakasih atas saran, masukan, motivasi dan bimbingannya yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.


(17)

4. Bapak Dr. Nur Effendi, S.Sos.M.Si selaku dosen pembahas. Terimakasih bapak atas arahan, saran, masukan, waktu, dan kesabaran yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Syamsul Maarif, S.IP, M.Si selaku dosen Pembimbing Akademik. Terimakasih bapak atas saran dan masukannya yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Ibu Nur selaku Staf Administrasi yang banyak membantu kelancarana dminstrasi skripsi ini

7. Seluruh dosen Ilmu Administrasi Negara, terimakasih atas segala ilmu yang telah peneliti peroleh selama proses perkuliahan semoga dapat menjadi bekal yang berharga dalam kehidupan peneliti ke depannya. 8. Pihak Dinas dan Kependudukan Catatan Sipil Kota Bandar Lampung yang

telah memberikan izin melakukan penelitian.

9. Pihak Kantor Kecamatan Rajabasa Kota Bandar Lampung yang telah memberikan izin melakukan penelitian.

10. Keluargakutercinta yang selalu mendoakan dan mendukungku. Bapak dan Ibu yang tak pernah lelah memberikan doa, semangat, motivasi dan kerja kerasnya untuk membiayai anaknya agar menjadi lebih baik. Terimakasih selalu jadi penyemangat dan inspirasi dalam hidupku dan selalu mengingatkan untuk selalu dekat dengan Allah SWT dengan rajin shalat, mengaji dan berdoa. Doakan selalu anakmu ini, insya allah saya akan sukses dan dapat dibanggakan. Siti Aisyah dan Muhammad Zulfikar Al-Syam canda tawa kalian membuatku semakin semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.


(18)

11. Terimakasih untuk keluarga besarku semuanya yang tidak bias disebutkan satu-satu.

12. Terimakasih untuk sahabatku dari kecil hingga sekarang ,Intan Kamilia Habsari, Adi Anto Saputra, M. Dian Hasabi, dan Afga Refindo.

13. Terimakasih untuk sahabat-sahabat aku Novilia, Suci Aprodity, Destriana Rizky dan Martina Bulan.

14. Terimakasih untuk sahabat-sahabat terbaikku dari jaman SMA , yaitu Adis Junita Sari, Dika Mutiara, Nur Kholifah, Munawaroh, Tohari, Risia Inggil Saputri dan teman-teman angkatan GSS One .

15. Terimakasih untuk keluarga kecilku SOLD (scoopy lampung independent) , keluarga scoopy dipalembang yaitu S”KACANG, keluarga scoopy di Jakarta “SCOODENTTIAL”, Keluarga scoopy di Bandung “SCUBA”, keluarga scoopy dibali “SCOODETA”, seluruh keluargaASI (asosiasi scoopy Indonesia) .

16. Terimakash untuk teman teman Honda Brio Club Lampung.

17. Semua angkatan ANE 011 Alisa Rizky Meisya, Lisa Sagita .faizal, Ria Eridanita Yasa, Riza Armelia, Sylvia, Okta,Octa , Ahmed, Akbar, Andi, Astri, Kartika, Hesty, Seza, Eka, Deo, Ibnu, Kristi, Tiwi, Rendy, Ciko, Rinanda, Iid, Ade,Laras, Cindy, Lili, Leni, Watik, Raras, Farah Anisa, Ririn, Ninda, Wulan, Nisa, farah Mardhatilah, Rio, Iksan, Widi, David, Devin, Menceng, Frendy, Fredy, Kiyo, Leli, Juzna, Ayu, Fatma, Mut, Fitri, Manda, panggo, Rosyid, Wahyu, Sigit, Novi Nurkholis, Toto, Esa, Rano, Yori, Dayat, Ellse, Doni, Filardis makasih atas motivasi dan dukungannya.


(19)

18. Terimakasih untuk angkatan 2009, 2010 dan 2012 .

Akhir kata penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan akan tetapi sedikit harapan semoga karya sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin

Penulis


(20)

(21)

1

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Seiring dengan berkembangnya tuntutan agar pelayanan administrasi yang diberikan oleh penyelenggara pemerintahan dapat lebih maksimal, maka pelayanan prima yangmempunyai sistem pelayanan berorientasi kepada kepentingan pengguna jasa dan dapat memberikan kepuasan kepada pengguna jasa tersebut juga harus dapat ditingkatkan, sehingga penyelenggaraan pelayanan tersebut dapat dikatakan berhasil. Keberhasilan penyelenggaraan pelayanan ditentukan oleh tingkat kepuasan penerima layanan, kepuasan penerima dicapai apabila penerima layanan memperoleh pelayanan sesuai dengan yang dibutuhkan dan diharapkan.

Negara dan pemerintah dibutuhkan untuk mengatur masyarakat guna melayani kepentingan rakyat. Pelayanan yang diberikan oleh pemerintah kepada rakyat terus mengalami perubahan seiring meningkatnya tuntutan rakyat. Pelayanan publik di bidang administrasi kependudukan merupakan salah satu tugas pelayanan publik yang dilaksanakan oleh pemerintah dalam rangka melayani masyarakat umum, yang meliputi tugas dan fungsi, mendaftarkan dan menerbitkan KTP (kartu tanda penduduk), Kartu Keluarga, serta berbagai Akta


(22)

2

Catatan Sipil maupun pencatatan Mutasi dan pengelolaan Data Penduduk. Salah satu program yang mulai diterapkan untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik saat ini oleh Kementrian Dalam Negeri Republik Indonesia adalah dengan memanfaatkan teknologi informasi dalam melakukan pelayanan kepada masyarakat berupa penerapan program Kartu Tanda Penduduk Elektronik atau disebut juga E-KTP.

Program E-KTP di Indonesia dilandasi oleh Undang-undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang administrasi kependudukan. Definisi dari E-KTP yaitu dokumen kependudukan yang memuat sistem keamananan atau pengendalian baik dari sisi administrasi ataupun teknologi informasi dengan berbasis pada pada database kependudukan nasional. Penduduk hanya diperbolehkan memiliki satu KTP yang tercantum Nomor induk Kependudukan (selanjutnya disebut NIK). NIK merupakan identitas tunggal setiap penduduk dan berlaku seumur hidup. Nomor NIK yang ada di E-KTP nantinya akan dijadikan dasar dalam penerbitan paspor, surat Izin mengemudi (SIM), Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), Polis Asuransi, Sertifikat atas Hak Tanah dan penerbitan dokumen identitas lainnya. (sumber:http://repository.usu.ac.id/ Chapter%20I.pdf, diakses tanggal 12 Februari 2015).

Adanya E-KTP ini tentunya masyarakat dapat mendukung peningkatan keamanan negara melalui tertutupnya peluang adanya KTP ganda atau KTP palsu di mana selama ini para pelaku kriminal termasuk teroris, TKI ilegal dan perdagangan manusia sering menggunakan KTP ganda atau KTP palsu tersebut untuk memalsukan identitas diri agar tidak teridentifikasi oleh pihak berwajib. Jumlah


(23)

3

KTP palsu yang sangat besar tersebut dapat dipastikan bahwa dengan menggunakan KTP manual pemerintah sering mengalami kecolongan dalam mengawasi penggunaan KTP manual, karena KTP manual dapat dibuat dengan mudah dimana saja, apalagi jika memiliki orang dalam disebuah instansi kecamatan. Dengan demikian masyarakat yang tidak bertanggungjawab dapat dengan leluasa melakukan kecurangan dan penyimpangan dengan menggunakan KTP manual.

Penyebutan kata elektronik dalam kartu tanda penduduk berbasis elektronik didasarkan atas dibuatnya rekaman elektronik dan kode keamanan tertentu dalam blangko KTP berbasis NIK yang nanti akan diberikan kepada penduduk, sehingga yang dimaksud dengan KTP berbasis NIK tidak lain adalah KTP berbasis elektronik E-KTP itu sendiri. Dalam Perubahan Pertama Peraturan Presiden Nomor 26 Tahun 2009 disebutkan mengenai batas waktu proses Program E-KTP bertujuan untuk menghentikan berbagai kerugian negara yang timbul dari tidak tertibnya administrasi kependudukan serta terbitnya KTP dengan identitas tidak benar, KTP palsu dan KTP ganda, TKI (tenaga kerja indonesia) Ilegal,trafficking (perdagangan orang), terorisme dan kejahatan perbankan.

Pelaksanaan Program E-KTP tersebut didukung oleh anggaran yang besar, perencanaan teknis yang matang, oleh karena itu ditargetkan selesai 3 tahun disertai dengan komitmen yang tinggi dari pemerintah bahwa program E-KTP harus sukses. Tidak boleh ada kerugian keuangan negara yang ditimbulkan oleh program E-KTP.Proyek E-KTP dikerjakan dalam dua tahap. Tahap pertama dimulai pada 2011 dan berakhir pada akhir 2013 yang mencakup 67 juta


(24)

4

penduduk di 197 kabupaten/kota. Tahap kedua dilakukan di 300 kabupaten/kota lain di Indonesia Bagian Timur sepanjang 2012 untuk 105 juta penduduk. Secara keseluruhan pada akhir 2012 setidaknya 172 juta penduduk sudah memiliki E-KTP. (http:pasca.gunadarma.ac.id)

Bandar Lampung merupakan salah satu kota yang juga melaksanakanprogram E-KTP. Kecamatan Rajabasa Bandar Lampung adalah salah satu kecamatan yang berada di Kota Bandar Lampungyang mulai mengimplementasikan E-KTP. Dalam pembuatan E-KTP ini masyarakat tidak dipungut biaya atau gratis karna telah mendapakan anggaran dari APBN dalam pembuatan E-KTP tersebut, namun Berdasarkan hasil observasi peneliti di lapangan proses pembuatan E-KTP disejumlah daerah masih terjadi pungutan biaya.

E-KTP belum lama diluncurkan dan peralatannya masih terbatas, proses data yang lambat serta sosialisasinya yang kurang, salah satu contoh kurangnya sosialisasi misalnya masyarakat beralasan tidak memperoleh informasi dari RT atau kelurahan setempat terkait keharusan membuat E-KTP sehingga belum ada rencana untuk mengurusnya, masyarakat juga menilai E-KTP belum cukup penting untuk dimiliki, selain itu juga masyarakat mengeluh tidak dapat pelayanan E-KTP karena ditolak pihak kecamatan dengan alasan penuhnya antrian warga dan ketidaksanggupan kecamatan melayani seluruh kebutuhan masyarakat dalam waktu yang singkat, banyak alat perekam E-KTP yang rusak, lalu masyarakat memandang kinerja pemerintah dalam menjalankan program E-KTP masih belum optimal, masih banyak kendala-kendala yang terjadi dilapangan seperti kurangnya


(25)

5

peralatan yang diberikan di beberapa daerah daerah, serta memerlukan waktu lama dalam proses pengadaan pembelian genset.

Implementasi merupakan suatu tahap yang penting dalam kebijakan publik. Meskipun suatu kebijakan telah memiliki tujuan yang baik, namun dalam pengimplementasiannya terjadi kegagalan maka tujuan dari program tersebut tidak akan tercapai. Begitu pula dengan program E-KTP ini, walaupun program ini memiliki tujuan yang baik, namun tidak diimplementasikan dengan baik maka program ini tidak akan berhasil mencapai tujuannya. Berdasarkan pemaparan tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : Implementasi Program E-KTP Di Kecamatan Rajabasa Kota Bandar Lampung.

B. Perumusan Masalah

Sesuai dengan judul penelitian, maka perumusan masalah yang akan diteliti adalah :

1. Bagaimanakah implementasi program elektronik kartu tanda penduduk E-KTP di Kecamatan Rajabasa kota Bandar Lampung?


(26)

6

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian sebagaimana permasalahan penelitian yang telah dikemukakan diatas adalah :

1. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis mengenai implementasi programE-KTPdi Kecamatan Rajabasakota Bandar Lampung.

2. Untuk mendeskripsikan hambatan-hambatan dalam dalam program implementasi proram E-KTP di Kecamatan Rajabasa kota Bandar Lampung.

D. ManfaatPenelitian

Adapunmanfaatdaripenelitianiniadalahsebagaiberikut:

1. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan penambahan ilmu pengetahuan dalam khasanah Ilmu Administrasi Negara, terutama tentang studi implementasi.

2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan atau refrensi bagi instansi terkait dalam pelaksanaan program E-KTP serta masyarakat pengguna jasa layanan publik.


(27)

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Tinjauan Tentang Kebijakan Publik 1. Konsep Kebijakan Publik

Terdapat banyak definisi mengenai apa yang maksud dengan kebijakan publik dalam literatur-literatur politik. Masing-masing definisi memberi penekanan yang berbeda-beda. Perbedaan ini timbul karena masing-masing ahli mempunyai latar belakang yang berbeda-beda, walaupun pendekatan dan model yang digunakan oleh para ahli pada akhirnya juga akan dapat menentukan bagaimana kebijakan publik tersebut hendak didefinisikan.

Menurut Dye dan James dalam Agustino (2008:4-5), ada tiga alasan yang melatarbelakangi mengapa kebijakan publik perlu untuk dipelajari. Pertama, pertimbangan atau alasan ilmiah (scientific reasons). Kedua,pertimbangan atau alasan prosesional (professional reasons). Ketiga, pertimbangan atau alasan politis (political reasons).

Sementara menurut Friedrich dalam Agustino (2008:7) kebijakan adalah serangkaian tindakan atau kegiatan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok, atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu dimana terdapat hambatan-hambatan (kesulitan-kesulitan) dan kemungkinan-kemungkinan (kesempatan-kesempatan) dimana kebijakan tersebut diusulkan agar berguna dalam mengatasinya untuk mencapai tujuan yang dimaksud.


(28)

8

Berdasarkan beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kebijakan publik merupakan serangkaian tindakan yang telah ditentukan oleh pemerintah (instansi publik) yang mempunyai tujuan untuk mengatur kepentingan masyarakat.

2. Tahap – Tahap Kebijakan Publik

Menurut Dunn (2003:22), proses kebijakan adalah serangkaian aktivitas intelektual yang dilakukan didalam proses kegiatan yang pada dasarnya bersifat politis, aktivitas politis tersebut divisualisasikan sebagai serangkaian tahap yang saling tergantung yang diatur menurut urutan waktu.

Sementara Winarno (2012:35) mengemukakan bahwa proses pembuatan kebijakan publik merupakan proses yang kompleks karena melibatkan banyak proses maupun variabel yang harus dikaji. Proses-proses penyusunan kebijakan publik tersebut dibagi kedalam beberapa tahapan. Tahapan-tahapan kebijakan publik adalah sebagai berikut:

a) Penyusunan Agenda

Para pejabat yang dipilih dan diangkat menempatkan masalah pada agenda publik. Sebelumnya masalah-masalah ini berkompetisi terlebih dahulu untuk dapat masuk ke dalam agenda kebijakan.Pada akhirnya, beberapa masalah masuk ke agenda kebijakan para perumus kebijakan. Pada tahap ini suatu masalah mungkin tidak disentuh sama sekali, sementara masalah yang lain ditetapkan menjadi fokus pembahasan, atau ada pula masalah karena alasan- alasan tertentu ditunda untuk waktu yang lama.


(29)

9

Masalah telah masuk ke agenda kebijakan kemudian dibahas oleh para pembuat kebijakan. Masalah-masalah tadi didefinisikan untuk kemudian dicari pemecahan masalah terbaik. Pemecahan masalah tersebut berasal dari berbagai alternatif atau pilihan kebijakan (policy alternatives / policy options) yang ada. Sama halnya dengan perjuangan suatu masalah untuk masuk ke dalam agenda kebijakan, dalam tahap perumusan kebijakan masing-masing alternatif bersaing untuk dapat dipilih sebagai kebijakan yang diambil untuk memecahkan masalah.

c) Tahap Adopsi Kebijakan

Dari sekian banyak alternatif kebijakan yang ditawarkan oleh para perumus kebijakan, pada akhirnya salah satu alternatif kebijakan tersebut diadopsi dengan dukungan dari mayoritas legislatif, konsensus antara direktur lembaga atau keputusan peradilan.

d) Tahap Implementasi Kebijakan

Suatu program kebijakan hanya akan menjadi catatan-catatan elit, jika program tersebut tidak diimplementasikan. Oleh karena itu, keputusan program kebijakan yang telah diambil sebagai alternatif pemecahan masalah harus diimplementasikan, yakni dilaksanakan oleh badan-badan administrasi maupun agen-agen pemerintah di tingkat bawah. Kebijakan yang telah diambil dilaksana- kan oleh unit-unit administrasi yang memobilisasikan sumberdaya finansial dan manusia.


(30)

10

Pada tahap ini kebijakan yang telah dijalankan akan dinilai atau dievaluasi, untuk melihat sejauh mana kebijakan yang dibuat telah mampu memecahkan masalah. Kebijakan publik pada dasarnya dibuat untuk meraih dampak yang diinginkan.

B.Tinjauan Tentang Implementasi Kebijakan Publik

1. Konsep Implementasi Kebijakan

Implementasi kebijakan merupakan tahap yang krusial dalam proses kebijakan publik. Suatu program kebijakan harus diimplementasikan agar mempunyai dampak atau dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Studi implementasi merupakan suatu kajian mengenai studi kebijakan yang mengarah pada proses pelaksanaan dari suatu kebijakan.

Menurut Udoji dalam Agustino (2008:140) mengatakan bahwapelaksanaan kebijakan adalah sesuatu yang penting bahkan mungkin jauh lebih penting dari pada pembuatan kebijakan. Kebijakan-kebijakan hanya akan sekedar berupa impian atau rencana bagus yang tersimpan rapi dalam arsip kalau tidak diimplementasikan.

Van Meter dan Van Horn dalam Winarno (2012:149) mendefinisikan implementasi sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu-individu atau kelompok pemerintah maupun swasta yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan-keputusan kebijakan sebelumnya.

Keberhasilan suatu implementasi kebijakan dapat diukur atau dilihat dari proses dan pencapaian tujuan hasil akhir (output), yaitu tercapai atau tidaknya


(31)

tujuan-11

tujuan yang ingin diraih.Hal ini tak jauh berbeda dengan apa yang diutarakan Grindle dalam Agustino (2008:139) bahwa pengukuran keberhasilan implementasi dapat dilihat dari prosesnya, dengan mempertanyakan apakah pelaksanaan program sesuai dengan yang telah ditentukan yaitu melihat pada actionprogram dari individual projects dan yang kedua apakah tujuan program tersebut tercapai.

2. Model Implementasi Kebijakan

Model banyak digunakan untuk memudahkan para pemerhati atau pembelajar tingkat awal.Menurut Nugroho (2008:167) pada prinsipnya terdapat dua pemilihan jenis model implementasi kebijakan publik yaitu implementasi kebijakan publik yang berpola dari atas ke bawah (top-bottmer) dan dari bawah ke atas (bottom-topper), serta pemilihan implementasi kebijakan publik yang berpola paksa (command-and-control) dan pola pasar (economic incentive).

Udoji dalam Agustino (2008:140) pendekatan model “top down”, merupakan

pendekatan implementasi kebijakan publik yang dilakukan tersentralisir dan dimulai dari aktor tingkat pusat, dan keputusannya pun diambil dari tingkat pusat. Pendekatan top down bertitik tolak dari perspektif bahwa keputusan-keputusan politik (kebijakan) yang telah ditetapkan oleh pembuat kebijakan harus dilaksanakan oleh administrator-administrator atau birokrat-birokrat pada level

bawahnya, sedangkan pendekatan model “bottom up” bermakna meski kebijakan


(32)

12

2.1 Model Implementasi Kebijakan Van Meter dan Van Horn

Model Van Meter dan Van Horn mengandaikan bahwa implementasi kebijakan berjalan secara linear dari kebijakan publik, implementor dan kinerja kebijakan publik.Menurut Van Meter dan Van Horn dalam Nugroho (2008:438) beberapa variabel yang dimasukkan sebagai variabel yang memengaruhi kebijakan publik adalah sebagai berikut:

1. Aktivitas implementasi dan komunikasi antarorganisasi. 2. Karakteristik agen pelaksana atau implementor.

3. Kondisi ekonomi, sosial dan politik.

4. Kecenderungan (disposition) pelaksana atau implementor.

Menurut Van Meter Nan Horn dalam Agustino (2008:142-144) ada enam variabel yang mempengaruhi kinerja kebijakan publik tersebut, adalah :

1) Ukuran dan tujuan kebijakan

Kinerja implementasi kebijakan dapat diukur tingkat keberhasilannya jika dan hanya jika ukuran dan tujuan dari kebijakan memang realistis dengan sosio-kultur yang mengada dilevel pelaksana kebijakan. Ketika ukuran kebijakan atau tujuan kebijakan terlalu ideal untuk dilaksanakan di level warga, maka agak sulit memang merealisasikan kebijakan publik hingga titik yang dapat dikatakan berhasil.

2) Sumberdaya

Keberhasilan proses implementasi kebijakan sangat tergantung dari kemampuan memanfaatkan sumberdaya yang tersedia. Manusia merupakan


(33)

13

sumberdaya yang tersedia, manusia merupakan sumberdaya yang terpenting dalam menentukan suatu keberhasilan proses implementasi.

3) Karakteristik agen pelaksana

Pusat perhatian pada agen pelaksana meliputi organisasi formal dan organisasi informal yang akan terlibat pengimplementasian kebijakan publik. Hal ini sangat penting karena kinerja implementasi kebijakan publik akan sangat banyak dipengaruhi oleh ciri-ciri yang tepat serta cocok dengan para agen pelaksanaanya.

4) Sikap atau kecenderungan (dispotion) para pelaksana

Sikap penerimaan atau penolakan dari (agen) pelaksana akan sangat banyak mempengaruhi keberhasilan atau tdaknya kinerja impelementaasi kebijakan publik. Hal ini sangat mungkin terjadi oleh karena kebijakan yang dilaksanakan bukanlah hasil formulasi warga setempat yang menganal betul persoalan dan permasalahan yang mereka rasakan.

5) Komunikasi antar organisasi dan aktivitas pelaksana

Koordinasi merupakan mekanisme yang ampuh dalam implementasi kebijakan publik . Semakin baik koordinasi komunikasi diantara pihak-pihak yang terlibat dalam suatu proses implementasi , maka asussinya kesalahan-kesalahan akan sangat kecil untuk trjadi, dan begitu pula sebaliknya.


(34)

14

6) Lingkungan sosial, ekonomi dan politik

Sejauh mana lingkungan eksternal turut mendorong keberhasilan kebijakan publik yang telah ditetapkan. Lingkungan sosial ekonomi dan politik yang tidak kondusif dapat menjadi biang keladi dari kegagalan kinerja implementasi kebijakaan. Karena itu upaya untuk mengimplementasikan kebijakan harus pula memperhatikan kekondusifan kondisi lingkungan eksternal.

Bagan 2.1. Model pendekatan the policy implementation process (donald van metter dan carl van horn )

KEBIJAKAN PUBLIK

Standar Dan Tujuan

Standar Dan Tujuan

Aktivitas

Implementasi Dan

Komunikasi Antar Organisasi

Karakteristik Dari Agen Pelaksana

Kondisi Ekonomi Sosial Dan Politik

Kecenderungan/ Disposisi Dari

Pelaksana KINERJA

KEBIJAKAN PUBLIK


(35)

15

(Sumber : Agustino, 2008:144)

2.2 Model Implementasi Kebijakan George C.Edward III

Implementasi kebijakan adalah salah satu tahap kebijakan publik, antara pembentukan kebijakan dan konsekuensi- konsekuensi kebijakan bagi masyarakat yang dipengaruhinya.Jika suatu kebijakan tidak tepat atau tidak dapat mengurangi masalah yang merupakan sasaran dari kebijakan, maka kebijakan itu mungkin akan mengalami kegagalan sekalipun kebijakan itu diimplementasikan dengan sangat baik.Sementara itu, suatu kebijakan yang telah direncanakan dengan sangat baik mungkin juga akan mengalami kegagalan, jika kebijakan tersebut kurang diimplementasikan dengan baik oleh para pelaksana kebijakan (Winarno,2012:177).

Model implementasi kebijakan publik yang berperspektif top down dikembangkan oleh Edward III.Pendekatan yang dikemukakan Edward III mempunyai empat variabel yang sangat menentukan keberhasilan suatu implementasi kebijakan, yaitu :

(1) komunikasi ; (2) sumber daya ; (3) disposisi dan ; (4) struktur birokrasi.

Kempat variabel diatas dalam model yang dibangun olehEdward III memiliki keterkaitan satu dengan yang lain dalam mencapai tujuan dan sasaran program


(36)

16

atau kebijakan.Semuanya saling bersinergi dalam mencapai tujuan dan satu variabel akan sangat mempengaruhi variabel yang lain.Selain itu terdapat pula aplikasi konseptual dari model implementasi Edward III yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 2.1Aplikasi Konseptual Model Edward III Perspektif Implementasi Kebijakan

Aspek Ruang Lingkup

Komunikasi a.Implementor dan kelompok sasaran dari program/kebijakan

b.Sosialisasi program/kebijakan efektif dijalankan - Metode yang digunakan

- Intensitas Komunikasi Sumber Daya a.Kemampuan Implementor

- Tingkat pendidikan

- Tingkat pemahaman terhadap tujuan dan sasaran serta - aplikasi detail program

- Kemampuan menyampaikan program dan mengarahkan

b.Ketersediaan Dana

- Dana yang dialokasikan

- Prediksi kekuatan dana dan besaran biaya untuk - implementasi program/kebijakan

Disposisi Karakter Pelaksana

a. Tingkat komitmen dan kejujuran dapat diukur dengan tingkat konsistensi antara pelaksanaan kegiatan dengan standar yang telah ditetapkan.Semakin sesuai dengan standar semakin tinggi komitmennya.

b. Tingkat demokratis dapat dengan intensitas pelaksana melakukan proses sharing dengan kelompok sasaran, mencari solusi dan masalah yang dihadapi dan melakukan diskresi yang berbeda dengan standar guna mencapai tujuan dan sasaran program.

Struktur Birokrasi a. Ketersediaan SOP yang mudah dipahami

b. Struktur organisasi, rentang kendali antara pucuk pimpinan dan bawahan dalam struktur organisasi pelaksana.Semakin jauh berarti semakin rumit , birokratis dan lambat untuk merespon perkembangan program.

Sumber:(Indiahono, 2009:34)

Menurut Edward III dalam Agustino (2008:149-150) terdapat empat variabel yang sangat menentukan keberhasilan implementasi suatu kebijakan yaitu : komunikasi, sumberdaya, disposisi, dan struktur birokrasi.


(37)

17

Bagan 2.2 Model pendekatan dorect and indirect ompact on implementation (George Edward III)

(Sumber : Agustino, (2008:150)

2.3 Model Implementasi Kebijakan Daniel Mazmanian dan Paul Sabatier Mazmanian dan Sabatier (Agustino, 2008:144-145) mengungkapkan bahwa peran penting dari implementasi kebijakan publik adalah kemampuannya dalam mengidentifikasi variabel-variabel yang mempengaruhi tercapainya tujuan-tujuan kesukaran – kesukaran Teknis :

a.Keberagaman perilaku yang diatur;

b. Persentase totalitas penduduk yang tercakup dalam kelompok sasaran ;

KOMUNIKASI

STRUKTUR BIROKRASI

SUMBER DAYA

DISPOSISI


(38)

18

c. Tingkat dan ruang lingkup perubahan perilaku yang dikehendaki formal

pada keseluruhan proses implementasi.

Variabel-variabel yang dimaksud dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori besar, yaitu :

1. Mudah atau tidaknya masalah yang akan digarap.

2. Kemampuan kebijakan menstruktur proses immplementasi secara tepat.

Para pembuat kebijakan mendayagunakan wewenang yang dimilikinya untuk menstruktur proses implementasi secara tepat melalui beberapa cara :

a. Kecermatan dan kejelasan penjenjangan tujuan-tujuan resmi yang akan dicapai ;

b. Keterandalan teori kausalitas yang diperlukan ; c. Ketetapan alokasi sumber dana ;

d. Keterpaduan hirarki di dalam lingkungan dan diantara lembaga-lembaga atau instansi pelaksana ;

e. Aturan-aturan pembuat keputusan dari badan-badan pelaksana ;

f. Kesepakatan para pejabat terhadap tujuan yang termaktub dalam undang-undang ;

g. Akses formal pihak-pihak luar.

3. Variabel-variabel diluar undang-undang yang mempengaruhi implementasi. a. Kondisi sosial-ekonomi dan teknologi ;

b. Dukungan publik ;


(39)

19

d. Kesepakatan dan kemampuan kepemimpinan para pejabat pelaksana.

2.4 Model Implementasi Kebijakan Merilee S.Grindle

Menurut Grindle dalam Agustino (2008:154) pengukuran keberhasilan implementasi kebijakan sangat ditentukan oleh tingkat implementability kebijakan itu sendiri, yang terdiri atas content of policy dan context of policy.

Content of policy menurut Grindle dalam Agustino (2008:154-155) adalah sebagai berikut:

a. Interest Affected (kepentingan-kepentingan yang mempengaruhi)

Interest affected berkaitan dengan berbagai kepentingan yang mempengaruhi suatu implementasi kebijakan. Indikator ini beragumen bahwa suatu kebijakan dalam pelaksanaannya pasti melibatkan banyak kepentingan, dan sejauhmana kepentingan-kepentingan tersebut membawa pengaruh terhadap implementasinya. b. Type of Benefits (tipe manfaat)

Menurut poin ini dalam suatu kebijakan harus terdapat beberapa jenis manfaat yang menunjukkan dampak positif yang dihasilkan oleh pengimplementasian kebijakan yang hendak dilaksanakan.

c. Extent of Change Envision (derajat perubahan yang ingin dicapai)

Menurut Extent of change envision setiap kebijakan mempunyai target yang ingin dicapai. Content of policy yang ingin dijelaskan pada poin ini adalah bahwa seberapa bgesar perubahan yang ingin dicapai melaui suatu implementasi kebijakan harus memiliki skala yang jelas.


(40)

20

d. Site of Decision Making (letak pengambilan keputusan)

Pengambilan keputusan dalam suatu kebijakan memegang peranan penting dalam pelaksanaan suatu kebijakan, maka pada pengambilan keputusan harus dijelaskan letak pengambilan keputusan dari suatu kebijakan yang akan diimplementasikan. e. Program Implementer (pelaksana program)

Dalam menjalankan suatu kebijakan atau program harus didukung dengan adanya pelaksana kebijakan yang kompeten dan kapabel demi keberhasilan suatu kebijakan.

f. Resources Commited (sumber-sumber daya yang digunakan)

Pelaksanaan suatu kebijakan juga harus didukung oleh sumberdaya-sumberdaya yang mendukung agar pelaksanaannya berjalan dengan baik.

Context of policy menurut Grindle dalam Agustino (2008:156) adalah sebagai berikut:

a. Power, Interest, and Strategy of Actor Involved (kekuasaan, kepentingan-kepentingan, dan strategi dari aktor yang terlibat)

Dalam suatu kebijakan perlu diperhitungkan pula kekuatan atau kekuasaan, kepentingan serta strategi yang digunakan para aktor yang terlibat guna memperlancar jalannya pelaksanaan suatu implementasi kebijakan.

b. Institution and Regime Characteristic (karakteristik lembaga dan rezim yang berkuasa)

lingkungan dimana suatu kebijakan tersebut dilaksanakan juga berpengaruh terhadap keberhasilannya, maka pada bagian ini ingin


(41)

21

dijelaskan karakteristik dari suatu lembaga yang akan turut mempengaruhi suatu kebijakan.

c. Compliance an Responsiveness (tingkat kepatuhan dan adanya respon dari pelaksana)

Pada poin ini ingin dijelaskan sejauhmana kepatuhan dan respon dari pelaksana dalam menanggapi suatu kebijakan.

Penggunaan model sangat memberikan sumbangan yang sangat berarti dalam melakukan analisis mengenai proses implementasi kebijakaan publik. Dari keempat model yang telah penulis deskripsikan diatas, penulis mencoba mendeskripsikan pelaksanaan dengan menggunakan model implementasi menurutEdward III. Alasan peneliti mengunakan model implementasiEdward III ialah dikarenakan model ini memiliki beberapa keunggulan. Keunggulan ini antara lain sebagai model yang menawarkan kerangka berfikir untuk menjelaskan dan menganalisis proses implementai kebijakaan dan karena itu , mengusulkan penjelasan-penjelasan bagi pencapaian-pencapaian dan kegagalan program (Winarno, 2002:125). Model ini menitikberatkan pada sikap, perilaku dan kinerja para pelaku didalam implementasi kebijakan.

3. Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi Kebijakan

Salah satu pendapat yang sangat singkat dan tegas tentang keberhasilan atau kegagalan dari implementasi kebijakan disampaikan oleh Weimer dalam Pasolong (2010:59).Menurut mereka ada tiga faktor umum yang mempengaruhi keberhasilan implementasi, yaitu:


(42)

22

a. Logika yang digunakan oleh suatu kebijakan, yaitu sampai seberapa benar teori yang menjadi landasan kebijakan atau seberapa jauh hubungan logis antara kegiatan-kegiatan yang dilakukan dengan tujuan atau sasaran yang telah ditetapkan.

b. Hakikat kerja sama yang dibutuhkan, yaitu apakah semua pihak yang terlibat dalam kerja sama merupakan suatu assembling produktif.

c. Ketersediaan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan, komitmen untuk mengelola pelaksanaanya.

Implementasi kebijakan mempunyai berbagai hambatan yang mempengaruhi pelaksanaan suatu kebijakan publik.Gow dan Morss dalam Pasolong (2010:59) mengungkapkan hambatan-hambatan tersebut antara lain: (1) hambatan politik, ekonomi dan lingkungan: (2) kelemahan institusi; (3) ketidakmampuan SDM di bidang teknis dan administratif; (4) kekurangan dalam bantuan teknis; (5) kurangnya desentralisasi dan partisipasi, (6) pengaturan waktu (timing); (7) sistem informasi yang kurang mendukung; (8) perbedaan agenda tujuan antara aktor; dan (9) dukungan yang berkesinambungan.

Semua hambatan ini dapat dengan mudah dibedakan atas hambatan dari dalam (faktor internal) dan dari luar (faktor eksternal). Menurut Turner dan Hulme dalam Pasolong (2010:59), hambatan dari dalam atau yang sering disebut dengan faktor internal dapat dilihat dari ketersediaan dan kualitas input yang digunakan seperti sumber daya manusia, dana, struktur organisasi, informasi, sarana dan fasilitas yang dimiliki, serta aturan-aturan, sistem dan prosedur yang harus digunakan.


(43)

23

Sedangkan hambatan dari luar atau sering disebut sebagai faktor eksternal dapat dibedakan atas semua kekuatan yang berpengaruh langsung ataupun tidak langsung kepada proses implementasi kebijakan pemerintah, kelompok sasaran, kecenderungan ekonomi, politik, kondisi sosial budaya dan sebagainya.

C.Tinjauan tentang Elektronik Kartu Tanda Penduduk (e-KTP)

Elektronik Kartu tanda penduduk (E-KTP) adalah suatu kartu tanda penduduk yang dibuat dari mesin elektronik dan ditulis dengan data digital. Menurut pendapat lain bahwa E-KTP merupakan suatu dokumen kependudukan yang memuat sistem keamanan/pengendalian baik dari sisi administrasi ataupun teknologi informasi dengan berbasis pada database kependudukan nasional. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa E-KTP adalah suatu dokumen yang memuat kode keamanan dan rekaman elektronik sebagai alat vertifikasi dan validasi data diri seseorang.

E-KTP ini sengaja di adakan untuk mempermudah pemerintah untuk mengambil data penduduk, karena dengan e-KTP pemerintah bisa langsung melihat data dari KTP elektronik tersebut tanpa harus menunggu data yang harus disensus terlebih dahulu. (sumber:http://repository.usu.ac.id/ Chapter%20I.pdf, diakses tanggal 12 Februari 2015)

Adapun fungsi E-KTP sebagai berikut : 1. Sebagai identitas diri ;

2. Berlaku Nasional, sehingga tidak perlu lagi membuat KTP lokal untuk pengurusan izin rekening ke bank dan sebagainya ;


(44)

24

1. Keunggulan E-KTP

E-KTP juga mempunyai keunggulan dibandingkan dengan KTP biasa atau KTP nasional, keunggulan-keunggulan tersebut diantaranya:

1. Identitas jati diri tunggal ; 2. Tidak dapat dipalsukan ; 3. Tidak dapat digandakan ;

4. Dapat dipakai sebagai kartu suara dalam Pemilu atau Pilkada (E-voting) . Selain itu, sidik jari yang direkam dari setiap wajib E-KTP adalah seluruh jari (berjumlah sepuluh), tetapi yang dimasukkan datanya dalam chip hanya dua jari, yaitu jempol dan telunjuk kanan. Sidik jari dipilih sebagai autentikasi untuk E-KTP karena memiliki kelebihan-kelebihan sebagai berikut:

a. Biaya paling murah, lebih ekonomis daripada biometrik yang lain ; b. Bentuk dapat dijaga tidak berubah karena gurat-gurat sidik jari akan

kembali ke bentuk semula walaupun kulit tergores ;

c. Unik dan tidak ada kemungkinan sama walaupun orang kembar .

2. Kelemahan E-KTP

Dalam pelaksanaannya, penggunaan E-KTP terbukti masih memiliki kelemahan yaitu:

a) Tidak terintegrasi dengan layanan publik lainnya, sehingga tetap dipakai seperti KTP konvensional ;

b) Tidak ada alat yang stand by di kelurahan, sehingga kalau ada kerusakan atau salah tulis, warga haus menunggu berbulan-bulan, bahkan ujung-ujungnya diganti KTP konvensional dulu ;


(45)

25

c) Tidak bisa digunakan untuk transaksi di perbankan karena tidak ada stempel kelurahan setempat ;

d) Belum terintegrasi kartu atau nomor lainnya, seperti SIM, kartu kesehatan, dan lainnya ;

e) Rawan pencurian data kependudukan, sehingga bisa mengancam pribadi, bahkan bangsa dan negara.


(46)

26

3. Perbedaan E-KTP dengan KTP Nasional Tabel 2.2 Perbedaan E-KTP dengan KTP Nasional

No .

Jenis KTP

Karakteristik Teknologi Validitas/Vertifikasi

1 KTP

Nasional 2004

a) Foto dicetak pada kartu b) Tanda tangan/

cap jempol c) Data tercetak

dengan komputer d) Berlaku

nasional e) Tahan lebih

lama (tidak mudah lecek)

a) Bahan terbuat dari plastik

b) Nomor serial khusus c) Gulloche Pattrens

pada kartu d) Hanya untuk

keperluan ID e) Pemindaian foto dan

tanda tangan/cap jempol

a) Pengawasan dan verifikasi pengesahan dari tingkat terendah RT/RW dan seterusnya

2 E-KTP a) foto dicetak pada kartu b) Data tercetak

dengankompute r c) Berlaku nasional d) Mampu menyimpandata e) Data dibaca/ditulis dengan pembaca kartu (card reader)

a) Bahan terbuat dari PVC/PC

b) Nomor serial khusus c) Gulloche Patterns

pada kartu

d) Pemindaian foto dan tanda tangan/cap jempol

e) Terdapat mikrochip sebagai media penyimpan data f) Menyimpan data sidik

jari biometrik sebagai satu identifikasi unik personal

g) Mampu menampung seluruh data personal yang diperlukan dalam multi aplikasi.

a) Pengawasan danverifikasi pengesahan dari tingkat terendah RT/RW dan seterusnya b) Diterima secara

internasional c) Tidak bisa

dipalsukan/digandak an

d) Hanya satu kartu untuk satu orang e) Satu orang satu

kartu (menggantikan kartu lain)

f) Tingkat kepercayaan terhadap keabsahan kartu sangat tinggi. (sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Kartu_Tanda_Penduduk_elektronik)


(47)

27

Gambar 2.1. Elektronik Kartu Tanda Penduduk (E-KTP)

(sumber : http://nasional.news.viva.co.id/news/read/562036-fadli-zon-bantah-pernyataan

mendagri-soal-e-ktp)

Gambar 2.2. KTP Konvensional


(48)

28

4.Syarat Dan Prosedur Pengurusan E-KTP

A.Syarat

b. Berusia 17 tahun ;

c. Menunjukkan surat pengantar dari kepala desa/kelurahan ;

d. Mengisi formulir F1.01 (bagi penduduk yang belum pernah mengisi/belum ada data di sistem informasi administrasi kependudukan) ditanda tangani oleh kepala desa/kelurahan ;

e. Foto kopi Kartu Keluarga.

B.Prosedur

1. Pemohon datang ketempat pelayanan membawa surat panggilan ; 2. Pemohon menunggu pemanggilan nomor antrean ;

3. Pemohon menuju keloket yang telah ditentukan ;

4. Petugas melakukan verifikasi data penduduk dengan basis data ; 5. Petugas mengambil foto pemohon secara langsung ;

6. Pemohon membubuhkan tanda tangan pada alat perekam tandatangan ;

7. Selanjutnya dilakukan perekaman sidik jari dan pemindaian retina mata ;

8. Petugas membubuhkan tandatangan dan stempel pada surat panggilan yang sekaligus sebagai bukti bahwa penduduk telah melakukan perekaman foto,tanda tangan dan sidik jari ;

9. Pemohon dipersilahkan pulang untuk menunggu hasil proses pencetakan 2 minggu setelah pembuatan .


(49)

29

5. Dasar Hukum

Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan, dijelaskan bahwa:

1. Penduduk hanya diperbolehkan memiliki 1 (satu) KTP yang tercantum Nomor Induk Kependudukan (NIK). NIK merupakan identitas tunggal setiap penduduk dan berlaku seumur hidup ;

a. Nomor NIK yang ada di E-KTP nantinya akan dijadikan dasar dalam penerbitan Paspor, Surat Izin Mengemudi (SIM), Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), Polis Asuransi, Sertifikat atas Hak Tanah dan penerbitan dokumen identitas lainnya ;

b. Peraturan Presiden Nomor 26 Tahun 2009 tentang Penerapan KTP berbasis Nomor Induk Kependudukan, yang berbunyi:

a) KTP berbasis NIK memuat kode keamanan dan rekaman elektronik sebagai alat verifikasi dan validasi data jati diri penduduk ;

b) Rekaman elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berisi biodata, tanda tangan, pas foto, dan sidik jari tangan penduduk yang bersangkutan ;

c) Rekaman seluruh sidik jari tangan penduduk disimpan dalam basis data kependudukan ;

d) Pengambilan seluruh sidik jari tangan penduduk sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan pada saat pengajuan permohonan KTP berbasis NIK, dengan ketentuan : Untuk WNI, dilakukan di


(50)

30

kecamatan; dan untuk orang asing yang memiliki izin tinggal tetap dilakukan di instansi pelaksana ;

e) Rekaman sidik jari tangan penduduk yang dimuat dalam KTP berbasis NIK sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berisi sidik jari telunjuk tangan kiri dan jari telunjuk tangan kanan penduduk yang bersangkutan;

f) Rekaman seluruh sidik jari tangan penduduk sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat diakses oleh pihak-pihak yang berkepentingan sesuai dengan peraturan perundang-undangan ;

g) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perekaman sidik jari diatur oleh Peraturan Menteri ;


(51)

31

D.Kerangka Pemikiran

Bagan 2.3 Kerangka pemikiran

Sumber : Olah pikir 2015

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN

Struktur Birokrasi 1. Standard

Operational Procedure( SOP) 2. Fragmentat

ion Sumber Daya

1. Sumber Daya Manusia (Staff) 2. Sumber

Daya Non Manusia

Sikap Pelaksana Komunikasi

1. Penyampaian informasi 2. Kejelasan


(52)

32

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tipe dan Pendekatan Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif . Tipe penelitian ini menurut Budgon dan Taylor dalam Moeloeng (2007:4) berupaya menggambarkan kejadian atau fenomena yang sesuai dengan apa yang terjadi dilapangan , dimana data yang dihasilkan berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Kemudian data-data tersebut digunakan untuk menjelaskan dan menggambarkan (deskripsi) fenomena sosial yang diteliti.

Penelitian ini ditekankan pada metode kualitatif deskriptif yang menekankan proses penelitian dari pada hasil penelitian, sehingga bukan kebenaran mutlak yang dicari tetapi pemahaman mendalam tentang sesuatu. Oleh karena itu, penelitian ini akan menitikberatkan pada upaya untuk memberikan deskripsi (gambaran) umum secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai bagaimana implementasi Elektronik Kartu Tanda Penduduk (E-KTP) Di Kecamatan Rajabasa Kota Bandar Lampung. Implementasi program Elektronik Kartu Tanda Penduduk (E-KTP) Di Kecamatan RajabasaKota Bandar Lampung ini merupakan fenomena yang melibatkan proses serta tindakan subjek yang terlibat didalamnya. Subjek tersebut bertindak dengan sejumlah alasan yang mengandung makna-makna tertentu. Penelitian ini juga dapat digolongkan sebagai tipe penelitian Ex


(53)

33

Post Facto, karena penelitian ini meneliti implementasi program Elektronik Kartu Tanda Penduduk (E-KTP) Di Kecamatan Rajabasa Bandar Lampung yang sudah dijalankan.

B. Fokus Penelitian

Untuk memperdalam penelitian maka dalam penelitian kualitatif perlu menetapkan fokus . Spardley dalam Sugiyono (2010:208) menyatakan bahwa A focused refer to a single cultural domain or a few related domains, maksud disini adalah bahwa fokus itu merupakan domain tunggal atau beberapa domain yang terkait dari situasi sosial.

Fokus penelitian pada dasarnya merupakan masalah pokok yang bersumber dari pengalaman peneliti atau melalui pengetahuan yang diperolehnya melalui kajian kepustakaan ilmiah ataupun kepustakaan lainnya. fokus penelitian sangat diperlukan dalam sebuah penelitian karena dapat memberikan batasan dalam studi dan pengumpulan data ,sehingga peneliti dapat lebih fokus memahami masalah-masalah yang menjadi tujuan penelitian dan data yang diperoleh akan lebih spesifik .


(54)

34

Adapun fokus penelitian ini, yaitu :

1. Communication (Komunikasi) adalah proses penyampaian pesan, ide dan gagasan dari satu pihak kepada pihak lain yang dilakukan dalam implementasi program E-KTP di Kantor Kecamatan Rajabasa Kota Bandar Lampung.

Communication terdiri dari:

a). Transmission (penyampaian informasi) adalah penyampaian informasi kebijakan publik.

b).Clarity(kejelasan) adalah suatu keadaan jelas untuk merencanakantujuan yang telah ditentukan dan tidak menyimpang dari ketentuan dalam pelaksanaannya harus jelas dan konsisten serta sesuai dengan kebijakan yang dilaksanakan di Kantor Kecamatan RajabasaKota Bandar Lampung dalam Implementasi program E-KTP.

2. Resources (sumber daya) adalah pelaksana yang bertanggung jawab untuk melaksanakan Implementasi program E-KTP di Kantor Kecamatan Rajabasa KotaBandar Lampung.

Resources terdiri dari:

a) Sumber daya manusia (staff) adalah pelaku kebijakan yang memiliki kewenangan dalam Implementasi program E-KTP di Kantor Kecamatan Rajabasa Kota Bandar Lampung.

b) Sumber daya non manusia seperti dana, sarana dan prasarana yang mendukung pelaksaanaan implementasi tersebut .


(55)

35

3.Disposition (sikap pelaksana) adalah kecenderungan-kecenderungan sikap positif pelaksana untuk melaksanakan kebijakan yang menjadi tujuan dalam implementasi program E-KTP di Kantor Kecamatan Rajabasa Kota Bandar Lampung.

2. Bureaucratic structure (struktur birokrasi) adalah struktur organisasi, pembagian wewenang dalam implementasi program E-KTP di Kantor Kecamatan Rajabasa Kota Bandar Lampung.

Bureaucratic structureterdiri dari:

a). Standard Operating Prosedures (SOP) adalah mekanisme, sistem dan prosedur pelaksana kebijakan, pembagian tugas pokok, fungsi kewenangan, dan tanggung jawab dalam implementasi program E-KTP di Kantor Kecamatan Rajabasa Kota Bandar Lampung.

b) Fragmentation (penyebaran tanggung jawab) adalah penyebaran tanggung jawab atas bidang kebijakan antara beberapa unit organisasi oleh pelaksana dalam implementasi program E-KTP di Kantor Kecamatan Rajabasa Kota Bandar Lampung .

C. Lokasi Penelitian

Menurut Moeloeng (2007:128) penentuan lokasi penelitian merupakan cara terbaik yang ditempuh dengan mempertimbangkan substansi dan menjajaki lapangan dan untuk mencari kesesuaian dengan melihat kenyataan dilapangan. Sementara itu, geografis dan praktis seperti waktu , biaya dan tenaga perlu juga dipertimbangkan dalam menentukan lokasi penelitian. Penelitian ini dilakukan di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Bandar Lampung selaku instansi


(56)

36

yang mengelola program E-KTP di Bandar Lampung. Selain itu peneliti juga melakukan penelitian dikantor Kecamatan Rajabasa Kota Bandar Lampung karena berdasarkan observasi awal yang dilakukan peneliti terlihat bahwa pelayanan E-KTP di Kecamatan Rajabasa terbilang cukup lama dibandingkan dengan kecamatan lainnya di Bandar Lampung.

D. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua, yakni : a. Data Primer

Menurut Sugiyono (2010:225), data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data . Didalam penelitian ini data primer diperoleh dari hasil wawancara secara langsung.

b. Data Sekunder

Menurut Sugiyono (2010:225) data sekunder adalah sumber data yang secara tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data. Data sekunder pada penelitian ini berasal dari sumber-sumber data yang mendukung analisis dari data primer. Data sekunder dalam peneltian ini berupa foto-foto, data-data statistik, laporan-laporan kegiatan, dan lain lain.

E. Informan dan Teknik Penarikan Informan

Informan penelitian adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar belakang penelitian. Informan merupakan orang yang benar-benar mengetahui permasalahan yang akan diteliti


(57)

37

yang menjadi informan peneliti adalah :

Tabel 3.1 Informan Penelitian

1 Kasubag Umum Disdukcapil 2 Sekcam Kecamatan Rajabasa

3 Kasi Pemerintahan Kecamatan Rajabasa 4 Kasubag Umum dan Kepegawaian

Kecamatan Rajabasa

5 Operator Pelayanan KTP di Kecamatan Rajabasa

F. Teknik Pengumpulan Data 1. Wawancara

Menurut Moleong (2014:186), wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewer) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu . Teknik ini digunakan untuk menjaring data-data primer yang berkaitan dengan fokus penelitian.

Wawancara mendalam akan dilakukan baik secara terstruktur dengan menggunakan panduan wawancara, maupun wawancara bebas (tidak terstruktur) bersamaan dengan observasi. Instrumen yang akan digunakan untuk melakukan wawancara ini adalah panduan wawancara untuk mengetahui implementasi program E-KTP di Kecamatan Rajabasa, yang akan dilengkapi pula dengan catatan-catatan kecil peneliti.


(58)

38

2. Dokumentasi

Menurut Sugiyono (2010:240), teknik dikumentasi merupakan pelengkap dari teknik observasi dan wawancara, dimana dokumen merupakan catatan penting peristiwa yang telah berlalu. Teknik ini digunakan menghimpun berbagai data skunder yang memuat informasi tertentu yang bersumber dari dokumen-dokumen tertulis seperti surat menyurat, notulensi rapat, berita acara dan lain-lain dokumen tertulis . Instrumen yang akan dipakai adalah meng-copydokumen arsipnya.

G. Teknik Analisis Data

Menurut Sugiyono (2010:244), analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang telah dikumpulkan dari hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi. Dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori-kategori, menjabarkan data kedalam unit-unit, menyusun data kedalam pola-pola, memilah mana data yang penting dan membuat kesimpulan agar data dapat dipahami dengan baik oleh diri sendiri maupun orang lain. Analisis digunakan untuk memahami hubungan dan konsep dalam data sehingga hipotesis dapat dikembngkan dan dievaluasi.

Dalam penelitian ini digunakan teknik analisis data dengan model interaktif ,yang meliputi langkah-langkah sebagai berikut :

1. Reduksi Data

Merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis dilapangan. Reduksi data berlangsung terus menerus selama penelitian berlangsung. Secara teknis pada kegiatan reduksi data ini data-data yang


(59)

39

dikumpulkan dari lokasi penelitian akan diorganisir ke dalam sebuah “matriks analisis data” yang meliputi unsur-unsur fokus penelitian, substansi data, kategori data danmeaning(pemaknaan ).

2. Penyajian Data

Menurut Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2010:249), dengan melakukan penyajian data akan memudahkan peneliti untuk memahami apa yang terjadi dan merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahaminya. Dalam penelitian ini penyajian data dilakukan dengan mengorganisasikan data yang telah digolongkan kedalam pola-pola hubungan interaktif agar dapat lebih mudah dipahami pengguna laporan penelitian. Pada penelitian ini secara teknis data-data yang telah diorganisir ke alam matriks analisis data akan disajikan dalam bentuk teks naratif.

3. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan yaitu melakukan verifikasi secara terus menerus sepanjang proses penelitian berlangsung, yaitu sejak awal memasuki lokasi penelitian dan selama proses pengumpulan data. Penarikan kesimpulan merupakan hasil analisis yang dapat digunakan untuk mengambil tindakan.Dalam penelitian ini penulisberusahauntukmenganalisisdanmencaripola, tema, hubunganpersamaan, hal-hal yang seringtimbul, yang kemudiandituangkandalamkesimpulan.


(60)

40

H. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Keabsahan data merupakan standar validitas dari data yang diperoleh , menurut moeloeng (2007:324) mengemukakan bahwa untuk menentukan keabsahan data dalam penelitian kualitatif harus memenuhi beberapa persyaratan, Langkah-langkah tersebut secara terinci ialah sebagai berikut :

1. Teknik Memeriksa kredibilitas Data

Beberapa teknik yang digunakan untuk memeriksa kredibilitas data hasilpenelitian adalah sebagai berikut :

a. Ketekunan pengamatan

Menurut moleong (2014:329), ketekunan pengamatan menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. b. Triangulasi

Menurut Moleong (2014:330), Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Adapun triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber.

c. KecakupanReferensial

Dengan memanfaatkanbahan-bahan tercatat atau terekam sebagai patokan untuk menguji sewaktu diadakan analisis dan penafsiran data.


(61)

0

BAB VI

Kesimpulan dan Saran

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa implementasi program E-KTP diKecamatan Rajabasa Bandar Lampung dijabarkan sebagai berikut :

1. Pada faktor komunikasi berjalan baik. Hal tersebut dapat dilihat pada dimensi-dimensi yang ada, sebagai berikut pada dimensi-dimensi transmisi, pemberian informasi sudah berjalan baik, yaitu berupa petunjuk dan penjelasan mengenai cara pembuatan e-ktp tersebut, pada dimensi clarity (kejelasan) sudah cukup baik, pemerintah sudah menggunakan berbagai macam media cetak atau massa untuk menginformasikandan mensosialisasikan program E-KTP .

2. Pada faktor sumber daya berjalan kurang baik. Hal tersebut dapat dilihat pada dimensi-dimensi yang ada, sebagai berikut : pada dimensi sumber daya manusia (staff), dalam implementasi program e-ktp tersebut sudah memadai untuk menjalankan program e-ktp dikecamatan rajabasa bandar lampung dan pada dimensi sumber daya non manusia, dalam implementasi program E-KTP ini masih belum maksimal , dana yang dialokasikan sering mengalami keterlambatan


(62)

✁ ✂

serta fasilitas seperti alat perekam data mengalami kerusakan serta jaringan sistem online yang lambat .

3. Pada faktor disposisi, para pelaksana kebijakan selalu tanggap menangani situasi di lapangan. Dan para pelaksana kebijakan selalu siap membantu serta mempermudah masyarakat apabila ingin membuat E-KTP tersebut

4. faktor struktur birokrasi, berjalan cukup baik. Hal tersebut dapat dilihat dari dimensi-dimensi sebagai berikut : pada dimensi SOP, pelaksana kebijakan sudah memiliki SOP untuk menjalankan program E-KTP dikacamatan rajabasa bandar lampung sedangkan pada dimensi fragmentasi telah berjalan efektif. Telah terjadi pembagian tanggung jawab sesuai dengan kemampuannya masing-masing.

1. Sedangkan faktor penghambat didalam implementasi program E-KTP ini yaitu berupa kurangnya fasilitas alat perekam serta sistem jaringan online yang lambat dan kurangnya kesadaran masyarakat dalam program implementasi program E-KTP ini .

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas adapun saran yang dapat peneliti berikan dalam Implementasi Program E-KTP yaitu :

1. Dilihat dari sumber daya yang non manusia yang berupa alat-alat yang mendukung program implementasi tersebut perlu ditambah dan diperbaiki kembali guna berjalannya program tersebut .


(63)

✄ ☎

2. Memperluas sosialisasi mengenai program implementasi E-KTP ini agar masyarakat mengetahui program ini dengan merata tanpa ada yang tidak tahu soal program ini serta mau membuat E-KTP tersebut .


(64)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku :

Agustino Leo. 2008.Dasar-Dasar Kebijakan Publik.Alfabeta. Bandung. Dunn, William N. 2003.Pengantar Analisis Kebijakan Publik Edisi Kedua.

Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Indiahono, Dwiyanto.2009.Kebijakan Publik.Yogyakarta: Gava Media.

Islamy, Irfan. 2001.Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara. Jakarta: Bumi Aksara.

Moeloeng, Lexy. 2014.Metode Penelitian Kualitatif. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Nugroho, Riant.2008.Public Policy (Teori, Manajemen, Dinamika, Analisi, Konvergensi, dan Kimia Kebijakan). Jakarta: Elex Media Komputindo. Pasolong, Harbani. 2010.Teori Administrasi Publik. Bandung: Alfabeta Said, Zainal. 2012.Kebijakan Publik.Edisi 2. Salemba Humanika. Jakarta. Sugiyono. 2010.Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Sulistiyani dan Ambar Teguh.2009.Manajemen Sumber Daya Manusia.Cetakan Kedua. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Referensi Peraturan :

Undangundang no 23 tahun 2006 tentang administrasi kependudukan

Referensi Website:


(65)

4 (diakses 20 januari 2015, pukul 19:49)

Bab-iv-skripsi-abdus-somad-108053000021.html (diakses 8 januari 2015, pukul 20:23)

http://id.wikipedia.org/wiki/Kartu_Tanda_Penduduk_elektronik (diakses 13 januari 2015, pukul 19:22)

http://www.dukcapil.kemendagri.go.id/detail/sejarah-ktp-di-indonesia (diakses 30 januari 2015, pukul 19:50)

http://blog.pasca.gunadarma.ac.id/2013/05/15/revie-jurnal-penerapan-dan- pengenalanelektronik-kartu-tanda-penduduk-e-ktp-dikawasan-indonesia-bagian-timur (diakses 7 Februari 2015 , pukul 11:35)

http://repository.usu.ac.id/ Chapter%20I.pdf, diakses tanggal 12 Februari 2015, pukul 14.05)

http://instansi.site90.net/locations-240-dinas-kependudukan--catatan-sipil.html , (diakses 27 maret 2015 pukul 18:47)


(1)

40

H. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Keabsahan data merupakan standar validitas dari data yang diperoleh , menurut moeloeng (2007:324) mengemukakan bahwa untuk menentukan keabsahan data dalam penelitian kualitatif harus memenuhi beberapa persyaratan, Langkah-langkah tersebut secara terinci ialah sebagai berikut :

1. Teknik Memeriksa kredibilitas Data

Beberapa teknik yang digunakan untuk memeriksa kredibilitas data hasilpenelitian adalah sebagai berikut :

a. Ketekunan pengamatan

Menurut moleong (2014:329), ketekunan pengamatan menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. b. Triangulasi

Menurut Moleong (2014:330), Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Adapun triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber.

c. KecakupanReferensial

Dengan memanfaatkanbahan-bahan tercatat atau terekam sebagai patokan untuk menguji sewaktu diadakan analisis dan penafsiran data.


(2)

0

BAB VI

Kesimpulan dan Saran

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa implementasi program E-KTP diKecamatan Rajabasa Bandar Lampung dijabarkan sebagai berikut :

1. Pada faktor komunikasi berjalan baik. Hal tersebut dapat dilihat pada dimensi-dimensi yang ada, sebagai berikut pada dimensi-dimensi transmisi, pemberian informasi sudah berjalan baik, yaitu berupa petunjuk dan penjelasan mengenai cara pembuatan e-ktp tersebut, pada dimensi clarity (kejelasan) sudah cukup baik, pemerintah sudah menggunakan berbagai macam media cetak atau massa untuk menginformasikandan mensosialisasikan program E-KTP .

2. Pada faktor sumber daya berjalan kurang baik. Hal tersebut dapat dilihat pada dimensi-dimensi yang ada, sebagai berikut : pada dimensi sumber daya manusia (staff), dalam implementasi program e-ktp tersebut sudah memadai untuk menjalankan program e-ktp dikecamatan rajabasa bandar lampung dan pada dimensi sumber daya non manusia, dalam implementasi program E-KTP ini masih belum maksimal , dana yang dialokasikan sering mengalami keterlambatan


(3)

✁ ✂

serta fasilitas seperti alat perekam data mengalami kerusakan serta jaringan sistem online yang lambat .

3. Pada faktor disposisi, para pelaksana kebijakan selalu tanggap menangani situasi di lapangan. Dan para pelaksana kebijakan selalu siap membantu serta mempermudah masyarakat apabila ingin membuat E-KTP tersebut

4. faktor struktur birokrasi, berjalan cukup baik. Hal tersebut dapat dilihat dari dimensi-dimensi sebagai berikut : pada dimensi SOP, pelaksana kebijakan sudah memiliki SOP untuk menjalankan program E-KTP dikacamatan rajabasa bandar lampung sedangkan pada dimensi fragmentasi telah berjalan efektif. Telah terjadi pembagian tanggung jawab sesuai dengan kemampuannya masing-masing.

1. Sedangkan faktor penghambat didalam implementasi program E-KTP ini yaitu berupa kurangnya fasilitas alat perekam serta sistem jaringan online yang lambat dan kurangnya kesadaran masyarakat dalam program implementasi program E-KTP ini .

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas adapun saran yang dapat peneliti berikan dalam Implementasi Program E-KTP yaitu :

1. Dilihat dari sumber daya yang non manusia yang berupa alat-alat yang mendukung program implementasi tersebut perlu ditambah dan diperbaiki kembali guna berjalannya program tersebut .


(4)

✄ ☎

2. Memperluas sosialisasi mengenai program implementasi E-KTP ini agar masyarakat mengetahui program ini dengan merata tanpa ada yang tidak tahu soal program ini serta mau membuat E-KTP tersebut .


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku :

Agustino Leo. 2008.Dasar-Dasar Kebijakan Publik.Alfabeta. Bandung. Dunn, William N. 2003.Pengantar Analisis Kebijakan Publik Edisi Kedua.

Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Indiahono, Dwiyanto.2009.Kebijakan Publik.Yogyakarta: Gava Media.

Islamy, Irfan. 2001.Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara. Jakarta: Bumi Aksara.

Moeloeng, Lexy. 2014.Metode Penelitian Kualitatif. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Nugroho, Riant.2008.Public Policy (Teori, Manajemen, Dinamika, Analisi, Konvergensi, dan Kimia Kebijakan). Jakarta: Elex Media Komputindo. Pasolong, Harbani. 2010.Teori Administrasi Publik. Bandung: Alfabeta Said, Zainal. 2012.Kebijakan Publik.Edisi 2. Salemba Humanika. Jakarta. Sugiyono. 2010.Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Sulistiyani dan Ambar Teguh.2009.Manajemen Sumber Daya Manusia.Cetakan Kedua. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Referensi Peraturan :

Undangundang no 23 tahun 2006 tentang administrasi kependudukan

Referensi Website:


(6)

4 (diakses 20 januari 2015, pukul 19:49)

Bab-iv-skripsi-abdus-somad-108053000021.html (diakses 8 januari 2015, pukul 20:23)

http://id.wikipedia.org/wiki/Kartu_Tanda_Penduduk_elektronik (diakses 13 januari 2015, pukul 19:22)

http://www.dukcapil.kemendagri.go.id/detail/sejarah-ktp-di-indonesia (diakses 30 januari 2015, pukul 19:50)

http://blog.pasca.gunadarma.ac.id/2013/05/15/revie-jurnal-penerapan-dan- pengenalanelektronik-kartu-tanda-penduduk-e-ktp-dikawasan-indonesia-bagian-timur (diakses 7 Februari 2015 , pukul 11:35)

http://repository.usu.ac.id/ Chapter%20I.pdf, diakses tanggal 12 Februari 2015, pukul 14.05)

http://instansi.site90.net/locations-240-dinas-kependudukan--catatan-sipil.html , (diakses 27 maret 2015 pukul 18:47)