7
Selain alasan yang telah dikemukakan sebelumnya, alasan berikutnya adalah pihak Bank sebagai penerbit LC berada dalam posisi yang tidak mengenal
pihak debitur. Dan nama yang tertera pada Bill Of Lading bukanlah nama pembuka fasilitas Usance LC. Jadi bagaimana mungkin suatu pembayaran secara
kredit menggunakan
letter of credit
dapat terjadi tanpa terpenuhinya syarat-syarat tersebut?
1.2 Latar Belakang Masalah
Apabila uraian dalam alasan pemilihan judul tersebut diatas dianalisis, maka perdagangan internasional yang lebih dikenal dengan istilah ekspor-impor
pada hakikatnya adalah suatu transaksi
a contract
membeli dan menjual barang antara pelaku usaha para pihak yang bertempat di negara-negara yang berbeda.
Peraturan yang berkaitan dengan transaksi ekspor-impor
9
di setiap negara pun berbeda-beda. Oleh karena itu, untuk para pihak yang terkait dalam transaksi
ekspor-impor, perlu mengikuti perkembangan-perkembangan peraturan serta sistem perdagangan luar negeri hukum perdagangan Internasional.
Adapun pihak yang terlibat dalam transaksi bisnis internasional adalah: eksportir, importir, issuing bank bank penerbit, dan advising bank. Importir akan
berhubungan dengan issuing bank, hal ini disebabkan karena dalam proses pembayaran dalam perdagangan yang dilakukan oleh exportir dan importir, pihak
issuing bank yang akan membayar ada unsur kepercayaan dari issuing bank kepada applicant sejumlah uang yang telah disepakati oleh exportir dan importir
9
Konsep yang lebih baku bahasa Hukum positif Indoneia adalah jual-beli Perusahaan. Hal ini tertera dalam buku Jeferson Kameo, Ibid, hal. 1
8
kepada advising bank di negara exportir. Jadi, hubungan antara exportir dan importir hanya pada kontrak jual beli saja, sedangkan dalam proses
pembayarannya pihak exportir dan importir tidak dapat berhubungan secara langsung, melainkan pihak issung bank dengan advising bank lah yang akan
menjadi perantara dalam proses pembayaran. Oleh karenanya pihak exportir tidak dapat menangih sejumlah uang kepada importir, melainkan pihak exportir menagih
kepada advising bank, yang nantinya advising bank yang akan meminta sejumlah uang kepada issung bank uang yang dibayar oleh issuing bank adalah uang yang
berasal dari importir applicant. Pembayaran dalam perdagangan internasional dapat dilakukan dengan
menggunakan berbagai macam alat. Alat yang dimaksud dalam transaksi pembayaran adalah cek, bill of lading, bank garansi, dan letter of credit. Cek
merupakan surat perintah tidak bersyarat untuk membayar sejumlah dana yang tercantum dalam cek. Dalam proses penarikannya, cek dapat dilakukan baik atas
nama maupun atas unjuk
10
” dan dapat dilakukan secara tunai maupun pemindahbukuan. Cek merupakan surat berharga yang dapat diperdagangkan
negotiable paper. Kedua, bill of exchange atau dalam bahasa Indonesia disebut wesel, merupakan alat pembayaran yang berisi perintah tanpa syarat, dari penerbit
wesel drawer kepada pihak lain drawee, untuk membayar sejumlah uang kepada pihak tertentu payee atau beneficiary atau pihak lain yang ditunjuknya
order. Kemudian ada pula bank garansi, bank garansi adalah perjanjian penanggungan atau
borgtocht
dimana Bank yang menjadi pihak ketiga
10
Cek atas unjuk dapat dipindah tangankan.
9
penanggung,
guarantor
,
borg
bersedia bertindak sebagai penanggung bagi nasabahnya yang menjadi debitur dalam mengadakan suatu perjanjian pokok
dengan pihak lain sebagai kreditur. Dan yang berikutnya adalah LC yang merupakan instrumen yang diterbitkan oleh bank atas nama importir, yang berisi
janji untuk membayar eksportir setelah dokumen pengiriman bersamaan dengan perjanjian yang ditentukan diserahkan. Jika di kemudian hari importir tidak
mampu memenuhi kewajibannya, maka bank siap membayar importir. Pihak importir akan memberikan dokumen kepada issuing bank, ketika dokumen tersebut
telah disetujui oleh issuing bank maka issuing bank akan mengirimkan dokumen kepada advising bank untuk memverifikasi keaslian dokumen tersebut. Dan setelah
advising bank menyatakan keaslian dari dokumen tersebut, maka pihak issuing bank akan membayar kepada advising bank sejumlah dana yang kemudian akan
diikuti oleh pengiriman barang dari pihak exportir. Dari proses tersebut exportir akan mendapatkan kepastian bahwa akan menerima pembayaran dari issuing bank.
Dan alat pembayaran ini yang lebih sering digunakan dalam proses pembayaran dalam perdagangan internasional.
Tata cara pembayaran dalam perdagangan internasional pun dapat dilakukan dengan berbagai macam metode pembiayaan. Metode pembiayaan
adalah instrumen sistem dan peraturan, dimana sebuah lembaga mempertemukan pihak yang membayar dan menerima pembayaran
11
. Seperti perdagangan yang terjadi secara nasional, dalam perdagangan internasional sistem pembayaran dapat
dilakukan secara kredit. Di Indonesia hal ini tercantum dalam Pasal 3 Ayat 1
11
Siswanto Sutojo, Membiayai Perdagangan Eksport Import. Jakarta:Damar Mulia Pustaka,2001 hal. 57
10
Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 1982 tentang Pelaksanaan Ekspor, Impor dan Lalu Lintas Devisa. Peraturan Pemerintah itu mengatur bahwa : “Cara
pembayaran ekspor dan impor dilakukan dengan tunai atau dengan kredit”. Metode pembayaran dalam transaksi ekspor-impor, adalah seperti:
Advance Payment
pembayaran dimuka,
Open Account
pembayaran kemudian,
Collection Basis
,
Consignment
Konsinyasi,
Counter Ttrade
, Banker’s LC.
Seperti apa yang telah diutarakan sebelumnya bahwa kredit berdokumen yang sering digunakan dalam transaksi bisnis internasional adalah LC. Hal ini
dikarenakan pembayaran menggunakan LC merupakan cara yang paling aman bagi eksportir untuk memperoleh hasil penjualan barangnya dari importir.
Perikatan kredit dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa jenis, antara lain: dengan cara melihat apakah kredit itu dapat atau tidak dapat ditarik kembali, ada
tidaknya suatu perjanjian tersendiri lagi yang melibatkan pihak bank lain, kemudian dapat juga kredit masuk ke dalam penjenisan berdasarkan waktu dan
cara penyelesaiannya, juga dapat dilihat dari rangkaian pihak-pihak yang berhak untuk menegakkan hak mereka dalam perjanjian kredit yang ada, apakah kredit itu
sifatnya tetap atau tidak tetap dan juga berdasarkan peralihan manfaat yang diberikan oleh kredit itu kepada seorang penjual di luar negeri oleh banknya dan
sebagainya
12
.
Dan jika kita kaitkan dengan Putusan 599 junto Putusan 47, jenis kredit yang dipakai adalah kredit langsung dan seketika straight, kredit tersebut
diberikan karena secara khusus diadvis untuk itu. Dalam jenis kredit ini ada juga
12
Jeferson Kameo, Ibid hal. 45
11
apa yang disebut sebagai kredit melalui penjualan surat berharga
negotiation credit
. Didasarkan pada apa yang nampaknya benar namun mungkin saja dapat dibuktikan bahwa tidak demikian halnya, janji yang diberikan oleh bank penerbit
the issuing bank, dalam hal ini Banknya PT. SPI yang berkedudukan di Indonesia, demikian pula janji yang diberikan oleh bank pengadvis, dalam hal ini
banknya
Grains and Industrial Products
yang mengadvis kredit kepada
Grains and Industrial Products
di Singapura apabila bank pengadvis itu telah memperoleh perintah dari bank penerbit untuk mengkonfirmasikan kredit yang bersangkutan,
maka konfirmasi kepada the advising bank oleh the issuing bank tersebut adalah janji yang hanya diberikan oleh the advising bank kepada
Grains and Industrial Products
dan tidak ada orang pihak lain lagi. Secara hakiki, LC itu sendiri bukan merupakan suatu surat berharga
negotiable instrument,
hanya saja, ketika memang tidak ada yang dapat menghentikan pihak
Grains and Industrial Products
untuk menjual suatu cek draft yang ditarik pada bank penerbit, maka si Pembeli dari cek yang ditarik dari the advising bank tersebut tidak mempunyai hak untuk
mengklaim dari bank yang menerbitkan cek itu the drawee bank, sebab bank itu menolak untuk membayar cek yang sudah diterbitkan tersebut. Ketiadaan hak yang
demikian itu disebabkan oleh fakta bahwa LC memang tidak diterbitkan untuk si pembeli dari cek itu. Hanya saja janji yang terdapat di dalam LC dapat dibuat
sedemikian rupa sebagai suatu janji yang tidak semata-mata diberikan kepada
Grains and Industrial Products
saja, namun juga diberikan kepada mereka yang
12
menjual
negotiating
cek dan atau dokumen-dokumen yang dimiliki oleh
Grains and Industrial Products
itu
13
. Oleh karena itu itikad baik dari para pihak sangat diperlukan. Peryataan
mengenai ”kredit” dalam LC yang terdapat pada putusan 599 junto putusan 47 yang mengatakan bahwa, pada tanggal 29 Oktober 2007 PT. SPI mengajukan Surat
Permohonan fasilitas Usance LC kepada PT.Bank Century ,Tbk untuk keperluan pembelian condensate produk minyak bumi yang biasa dipergunakan untuk bahan
baku plastik dan bahan baku lainnya dari Grains and Industrial Produts. Namun dalam proses pembukaannya, setoran jaminan yang ditentukan hanya 20 dari
total plafon usance LC yang diminta. Memang ketika kita menggunakan fasilitas usance LC importir dapat membayar barang setelah jatuh tempo, namun hal ini
bukan berarti pembayaran secara kredit dapat dilakukan ketika memilih menggunakan LC, karena kredit yang dimaksud dalam LC berbeda dengan kredit
pada umumnya. Kredit yang dimaksud disini hanya pada proses pembayarannya pembayaran dilakukan setelah jatuh tempo saja, dan bukan pada adanya jaminan
pada proses pembukaan fasilitas usance LC. Jadi pihak importir harusnya mampu menyediakan
marginal deposit
MD sebesar 100 persen, dengan kata lain
marginal deposito
yang diberikan setara dengan nilai LC impornya. Dan pada putusan tersebut tidak ditemukan hal tersebut. Hal itulah yang menjadi latar
belakang Penulis melakukan Penelitian hukum ini.
1.3 Rumusan Masalah