Latar Belakang Masalah Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Problematika Hukum Dalam Perjanjian Pembukaan L/C Antara PT.SPI dan PT. Bank Century T1 312009002 BAB I

7 Selain alasan yang telah dikemukakan sebelumnya, alasan berikutnya adalah pihak Bank sebagai penerbit LC berada dalam posisi yang tidak mengenal pihak debitur. Dan nama yang tertera pada Bill Of Lading bukanlah nama pembuka fasilitas Usance LC. Jadi bagaimana mungkin suatu pembayaran secara kredit menggunakan letter of credit dapat terjadi tanpa terpenuhinya syarat-syarat tersebut?

1.2 Latar Belakang Masalah

Apabila uraian dalam alasan pemilihan judul tersebut diatas dianalisis, maka perdagangan internasional yang lebih dikenal dengan istilah ekspor-impor pada hakikatnya adalah suatu transaksi a contract membeli dan menjual barang antara pelaku usaha para pihak yang bertempat di negara-negara yang berbeda. Peraturan yang berkaitan dengan transaksi ekspor-impor 9 di setiap negara pun berbeda-beda. Oleh karena itu, untuk para pihak yang terkait dalam transaksi ekspor-impor, perlu mengikuti perkembangan-perkembangan peraturan serta sistem perdagangan luar negeri hukum perdagangan Internasional. Adapun pihak yang terlibat dalam transaksi bisnis internasional adalah: eksportir, importir, issuing bank bank penerbit, dan advising bank. Importir akan berhubungan dengan issuing bank, hal ini disebabkan karena dalam proses pembayaran dalam perdagangan yang dilakukan oleh exportir dan importir, pihak issuing bank yang akan membayar ada unsur kepercayaan dari issuing bank kepada applicant sejumlah uang yang telah disepakati oleh exportir dan importir 9 Konsep yang lebih baku bahasa Hukum positif Indoneia adalah jual-beli Perusahaan. Hal ini tertera dalam buku Jeferson Kameo, Ibid, hal. 1 8 kepada advising bank di negara exportir. Jadi, hubungan antara exportir dan importir hanya pada kontrak jual beli saja, sedangkan dalam proses pembayarannya pihak exportir dan importir tidak dapat berhubungan secara langsung, melainkan pihak issung bank dengan advising bank lah yang akan menjadi perantara dalam proses pembayaran. Oleh karenanya pihak exportir tidak dapat menangih sejumlah uang kepada importir, melainkan pihak exportir menagih kepada advising bank, yang nantinya advising bank yang akan meminta sejumlah uang kepada issung bank uang yang dibayar oleh issuing bank adalah uang yang berasal dari importir applicant. Pembayaran dalam perdagangan internasional dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai macam alat. Alat yang dimaksud dalam transaksi pembayaran adalah cek, bill of lading, bank garansi, dan letter of credit. Cek merupakan surat perintah tidak bersyarat untuk membayar sejumlah dana yang tercantum dalam cek. Dalam proses penarikannya, cek dapat dilakukan baik atas nama maupun atas unjuk 10 ” dan dapat dilakukan secara tunai maupun pemindahbukuan. Cek merupakan surat berharga yang dapat diperdagangkan negotiable paper. Kedua, bill of exchange atau dalam bahasa Indonesia disebut wesel, merupakan alat pembayaran yang berisi perintah tanpa syarat, dari penerbit wesel drawer kepada pihak lain drawee, untuk membayar sejumlah uang kepada pihak tertentu payee atau beneficiary atau pihak lain yang ditunjuknya order. Kemudian ada pula bank garansi, bank garansi adalah perjanjian penanggungan atau borgtocht dimana Bank yang menjadi pihak ketiga 10 Cek atas unjuk dapat dipindah tangankan. 9 penanggung, guarantor , borg bersedia bertindak sebagai penanggung bagi nasabahnya yang menjadi debitur dalam mengadakan suatu perjanjian pokok dengan pihak lain sebagai kreditur. Dan yang berikutnya adalah LC yang merupakan instrumen yang diterbitkan oleh bank atas nama importir, yang berisi janji untuk membayar eksportir setelah dokumen pengiriman bersamaan dengan perjanjian yang ditentukan diserahkan. Jika di kemudian hari importir tidak mampu memenuhi kewajibannya, maka bank siap membayar importir. Pihak importir akan memberikan dokumen kepada issuing bank, ketika dokumen tersebut telah disetujui oleh issuing bank maka issuing bank akan mengirimkan dokumen kepada advising bank untuk memverifikasi keaslian dokumen tersebut. Dan setelah advising bank menyatakan keaslian dari dokumen tersebut, maka pihak issuing bank akan membayar kepada advising bank sejumlah dana yang kemudian akan diikuti oleh pengiriman barang dari pihak exportir. Dari proses tersebut exportir akan mendapatkan kepastian bahwa akan menerima pembayaran dari issuing bank. Dan alat pembayaran ini yang lebih sering digunakan dalam proses pembayaran dalam perdagangan internasional. Tata cara pembayaran dalam perdagangan internasional pun dapat dilakukan dengan berbagai macam metode pembiayaan. Metode pembiayaan adalah instrumen sistem dan peraturan, dimana sebuah lembaga mempertemukan pihak yang membayar dan menerima pembayaran 11 . Seperti perdagangan yang terjadi secara nasional, dalam perdagangan internasional sistem pembayaran dapat dilakukan secara kredit. Di Indonesia hal ini tercantum dalam Pasal 3 Ayat 1 11 Siswanto Sutojo, Membiayai Perdagangan Eksport Import. Jakarta:Damar Mulia Pustaka,2001 hal. 57 10 Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 1982 tentang Pelaksanaan Ekspor, Impor dan Lalu Lintas Devisa. Peraturan Pemerintah itu mengatur bahwa : “Cara pembayaran ekspor dan impor dilakukan dengan tunai atau dengan kredit”. Metode pembayaran dalam transaksi ekspor-impor, adalah seperti: Advance Payment pembayaran dimuka, Open Account pembayaran kemudian, Collection Basis , Consignment Konsinyasi, Counter Ttrade , Banker’s LC. Seperti apa yang telah diutarakan sebelumnya bahwa kredit berdokumen yang sering digunakan dalam transaksi bisnis internasional adalah LC. Hal ini dikarenakan pembayaran menggunakan LC merupakan cara yang paling aman bagi eksportir untuk memperoleh hasil penjualan barangnya dari importir. Perikatan kredit dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa jenis, antara lain: dengan cara melihat apakah kredit itu dapat atau tidak dapat ditarik kembali, ada tidaknya suatu perjanjian tersendiri lagi yang melibatkan pihak bank lain, kemudian dapat juga kredit masuk ke dalam penjenisan berdasarkan waktu dan cara penyelesaiannya, juga dapat dilihat dari rangkaian pihak-pihak yang berhak untuk menegakkan hak mereka dalam perjanjian kredit yang ada, apakah kredit itu sifatnya tetap atau tidak tetap dan juga berdasarkan peralihan manfaat yang diberikan oleh kredit itu kepada seorang penjual di luar negeri oleh banknya dan sebagainya 12 . Dan jika kita kaitkan dengan Putusan 599 junto Putusan 47, jenis kredit yang dipakai adalah kredit langsung dan seketika straight, kredit tersebut diberikan karena secara khusus diadvis untuk itu. Dalam jenis kredit ini ada juga 12 Jeferson Kameo, Ibid hal. 45 11 apa yang disebut sebagai kredit melalui penjualan surat berharga negotiation credit . Didasarkan pada apa yang nampaknya benar namun mungkin saja dapat dibuktikan bahwa tidak demikian halnya, janji yang diberikan oleh bank penerbit the issuing bank, dalam hal ini Banknya PT. SPI yang berkedudukan di Indonesia, demikian pula janji yang diberikan oleh bank pengadvis, dalam hal ini banknya Grains and Industrial Products yang mengadvis kredit kepada Grains and Industrial Products di Singapura apabila bank pengadvis itu telah memperoleh perintah dari bank penerbit untuk mengkonfirmasikan kredit yang bersangkutan, maka konfirmasi kepada the advising bank oleh the issuing bank tersebut adalah janji yang hanya diberikan oleh the advising bank kepada Grains and Industrial Products dan tidak ada orang pihak lain lagi. Secara hakiki, LC itu sendiri bukan merupakan suatu surat berharga negotiable instrument, hanya saja, ketika memang tidak ada yang dapat menghentikan pihak Grains and Industrial Products untuk menjual suatu cek draft yang ditarik pada bank penerbit, maka si Pembeli dari cek yang ditarik dari the advising bank tersebut tidak mempunyai hak untuk mengklaim dari bank yang menerbitkan cek itu the drawee bank, sebab bank itu menolak untuk membayar cek yang sudah diterbitkan tersebut. Ketiadaan hak yang demikian itu disebabkan oleh fakta bahwa LC memang tidak diterbitkan untuk si pembeli dari cek itu. Hanya saja janji yang terdapat di dalam LC dapat dibuat sedemikian rupa sebagai suatu janji yang tidak semata-mata diberikan kepada Grains and Industrial Products saja, namun juga diberikan kepada mereka yang 12 menjual negotiating cek dan atau dokumen-dokumen yang dimiliki oleh Grains and Industrial Products itu 13 . Oleh karena itu itikad baik dari para pihak sangat diperlukan. Peryataan mengenai ”kredit” dalam LC yang terdapat pada putusan 599 junto putusan 47 yang mengatakan bahwa, pada tanggal 29 Oktober 2007 PT. SPI mengajukan Surat Permohonan fasilitas Usance LC kepada PT.Bank Century ,Tbk untuk keperluan pembelian condensate produk minyak bumi yang biasa dipergunakan untuk bahan baku plastik dan bahan baku lainnya dari Grains and Industrial Produts. Namun dalam proses pembukaannya, setoran jaminan yang ditentukan hanya 20 dari total plafon usance LC yang diminta. Memang ketika kita menggunakan fasilitas usance LC importir dapat membayar barang setelah jatuh tempo, namun hal ini bukan berarti pembayaran secara kredit dapat dilakukan ketika memilih menggunakan LC, karena kredit yang dimaksud dalam LC berbeda dengan kredit pada umumnya. Kredit yang dimaksud disini hanya pada proses pembayarannya pembayaran dilakukan setelah jatuh tempo saja, dan bukan pada adanya jaminan pada proses pembukaan fasilitas usance LC. Jadi pihak importir harusnya mampu menyediakan marginal deposit MD sebesar 100 persen, dengan kata lain marginal deposito yang diberikan setara dengan nilai LC impornya. Dan pada putusan tersebut tidak ditemukan hal tersebut. Hal itulah yang menjadi latar belakang Penulis melakukan Penelitian hukum ini.

1.3 Rumusan Masalah

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Siapakah "Fulanan" Dalam Surah Al-Furqan Ayat 28?

5 75 2

Pencerahan dan Pemberdayaan (Enlightening & Empowering)

0 64 2

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24