1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Alasan Pemilihan Judul
Penulis memilih Penelitian hukum dengan judul: “Problematika Hukum dalam Perjanjian Pembukaan LC Antara PT. SPI dan PT. Bank Century
”. Skripsi yang mengkaji tentang kasus LC ini sebenarnya sudah pernah ditulis oleh
Lidya Pratiwi Tjuyitno 312009015 Fakultas Hukum Universitas Kristen Satya Wacana. Tetapi terdapat perbedaan fokus kajian dengan skripsi ini. Skripsi yang
terdahulu menganalisis mengenai jaminan deposito dalam pembukaan LC, sedangkan skripsi ini dimaksudkan untuk mengkaji kesesuaian proses pembukaan
LC dengan peraturan-peraturan yang berlaku. Orang pada umumnya, berasumsi bahwa setiap kali menjumpai kata kredit,
maka hal itu selalu berarti hutang. Perhatikan misalnya argumentasi berikut ini; ”Karena perkembangan ekonomi dan perdagangan akan diikuti oleh
perkembangan kebutuhan akan kredit. Dan pemberian fasilitas kredit memerlukan jaminan security demi keamanan bagi pemberi kredit bank tersebut
1
”. Argumentasi diatas yang baru saja dikutip oleh Penulis, jelas menunjukkan
bahwa konsep kredit selalu diasosiasikan dengan pinjaman uang, dan harus diikuti dengan jaminan. Sebab, jaminan sangat penting untuk memberikan rasa aman
1
Sri Soedewi Masjchun Sofwan,Beberapa Masalah Pelaksanaan Lembaga Jaminan Khususnya Fiducia
di Dalam
Praktek dan
Pelaksanaannya di
Indonesia, FH
UGM,Bulaksumur,Yogyakarta,1977,hal.2.
2
kepada pemilik uang kreditur yang uangnya dipinjamkan kepada penerima pinjaman debitur.
Namun, sebenarnya pemahaman terhadap konsep kredit di atas tidak berlaku terhadap pembiayaan secara kredit dalam transaksi bisnis internasional.
Mengapa demikian? Dalam perdagangan internasional, Bank pada prinsipnya bertindak sebagai Pembeli
2
barang dari eksportir yang ada di luar negeri. Hal ini memperlihatkan dengan jelas, bahwa Bank “membeli” secara tunai
dari eksportir barang yang dikirimkan oleh eksportir ke importir di luar negeri. Namun, istilah yang dipergunakan untuk menyebut transaksi, berupa membeli
secara tunai barang si eksportir yang dilakukan oleh pihak Bank dimaksud tetap dipergunakan “kredit” dalam pembiayaan atas perdagangan secara internasional.
Mendalami konsepsi kredit dalam perdagangan internasional seperti itulah yang menjadi alasan, mengapa Penulis memilih judul sebagaimana telah
dikemukakan diatas. Dalam fasilitas advance against collection misalnya; Bank membayar
pemberian pembiayaan dengan cara mengambil alih dokumen ekspor dari eksportir, meskipun demikian Bank masih akan menerima penggantian
pembayaran dari importir luar negeri.
Sebagaimana judul yang dikemukakan Penulis diatas, Penulis temukan dalam Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 599 KPid.Sus2011
junto Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No 47 PKPid.sus2012
3
.
2
Pembeli yang dimaksud disini adalah bank bertindak sebagai penjamin dari barang yang dibeli oleh importir.
3
Untuk mempermudah, selanjutnya Penulis singkat dengan Putusan 599 dan Putusan 47.
3
Dalam Putusan tersebut terekam suatu perdagangan internasional yang melibatkan pihak
PT. Selalang Prima Internasional
4
sebagai Pembeli yang berkedudukan di Indonesia dengan
Grains and Industrial Products Pte. Ltd
5
sebagai Penjual exportir yang berkedudukan di Singapura. Putusan tersebut memiliki
karakteristik sebagai perdagangan internasional. Karena
pertama
, dalam transaksi jual-beli yang diadakan tersebut melibatkan pergerakan barang dari satu negara
ke negara yang lain. Dalam kasus tersebut, PT. SPI yang berkedudukan di Indonesia membeli
condensate
produk minyak bumi yang biasa dipergunakan untuk bahan baku plastik dan bahan baku lainnya dari Grains Industrial Products
yang berkedudukan di Singapura. Dari kasus tersebut sudah terlihat adanya perpindahan barang yang terjadi, yaitu berpindahnya
condensate
dari Singapura ke
Indonesia.
Kedua,
apabila diamati bukan lagi pergerakan barang, tetapi tempat usaha
the places of business
dari masing-masing pihak yang ada dalam transaksi
6
, maka dapat Penulis katakan bahwa transaksi dalam Putusan 599 junto Putusan 47
tersebut merupakan suatu perdagangan yang memiliki kharakter internasional. Hal ini disebabkan tempat usaha dari si Penjual berada di dalam satu negara,
sedangkan tempat berusaha si Pembeli berada di negara yang lain. Dalam hal ini para pihak
the parties to contract
, yaitu PT. SPI sebagai importir berkedudukan di Indonesia dan
Grains and Industrial Products
sebagai eksportir yang
4
Selanjutnya Penulis sebut PT.SPI
5
Selanjutnya Penulis sebut Grains and Industrial Products.
6
Jeferson Kameo, Pembiayaan dalam Perdagangan Internasional Suatu Kapita Selekta untuk Hukum dan Transaksi Bisnis Internasional
Fakultas Hukum Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, 2012 hal. 4.
4
berkedudukan di Singapura. Dari alasan kedua tersebut diatas maka Penulis katakan transaksi dalam Putusan 599 junto Putusan 47 itu menyebut sebagai suatu
transaksi yang memiliki kharakteristik perdagangan internasional.
Cara
ketiga,
untuk menentukan kharakteristik internasional dari suatu perdagangan adalah dengan menggabungkan ciri pertama dan kedua. Dimana hal
ini merupakan perdagangan jual-beli eksport
eksport sales
. Dalam putusan 599 junto Putusan 47 jual-beli eksport yang terjadi pada Grains and Industrial Products
sebagai Penjual
condensate
yang berkedudukan di Singapura, dan PT. SPI yang bertindak sebagai Pembeli berkebangsaan Indonesia, dimana pada transaksi yang
terjadi, terdapat pergerakan barang dari Singapura ke Indonesia tempat si Pembeli melaksanakan kegiatan usahanya. Mengingat transaksi dalam Putusan
599 junto Putusan 47 tersebut memenuhi gabungan ciri pertama dan ciri kedua, maka menurut pendapat Penulis perdagangan yang demikian itu adalah suatu
transaksi yang berkarakter internasional penuh
7
. Adapun duduk perkara dalam Putusan 599 junto Putusan 47 dimana,
Penulis menemukan terdapatnya pembiayaan secara kredit dalam proses jual beli yang telah menjadi pokok kajian dalam penelitian dan penulisan hukum ini, perlu
untuk dikemukakan secara singkat bahwa: pada tanggal 29 Oktober 2007 PT. SPI mengajukan Surat Permohonan fasilitas
Usance LC
kepada PT. Bank Century Tbk., untuk pembiayaan membayar pembelian
condensate
dari
Grains and Industrial Products
dengan harga sebesar USD 22,500,000,00. Namun didalam proses dikeluarkannya surat pemohonan fasilitas usance LC terdapat berbagai
7
Jeferson Kameo, Ibid, hal. 5.
5
kejanggalan. Pertama, untuk menjamin pembayaran kembali uang sebanyak USD 22,500,000,00 tersebut PT. SPI menyerahkan suatu jaminan berupa penempatan
margin sebesar 20 dalam bentuk deposito pada PT. Bank Century senilai USD 4,500,000.00 yang ditandatangani oleh FRANKY ONGKOWARDOJO selaku
Direktur PT. SPI dimana penempatan margin tersebut tidak mengcover seluruh jumlah fasilitas kredit yang diajukan. Kedua, pihak Bank Century tidak mengenal
calon debiturnya. Ketiga memori analisa kredit baru disampaikan setelah fasilitas LC dikeluarkan. Dan keempat, berdasarkan dokumen Bill of Lading tidak terdapat
identitas PT.SPI dan Grains and Industrial Product namun yang ada justru PT. Trans Pasific Petrochimical Indotama dan Petronas. Dan hal-hal tersebut inilah
yang menyebabkan Bank Century mengalami likuditas bank atau setidak-tidaknya dalam pemberian fasilitas kredit tersebut tidak dilakukan analisis kredit prospek
usaha kinerja serta kemampuan membayar debitur terlebih dahulu sehingga menyebabkan kredit macet.
Seperti apa yang telah diuraikan sebelumnya bahwa pada proses pembukaan faslitas Usance LC terdapat kejanggalan, yaitu pertama, tentang
syarat-syarat pencairan yang tidak terpenuhi, akan tetapi pemberian kredit dalam rangka pembayaran itu tetap dapat terjadi. Hal ini terlihat dalam peryataan yang
dikemukakan oleh Linda Wangsa Dina T A Pimpinan Kantor Pusat Operasi KPO PT.Bank Century, Tbk. Cabang Senayan
8
, Linda Wangsa yang menerima informasi dan instruksi dari Robert Tantular, yang kemudian juga dikonfirmasikan
kepada Hermanus Hasan Muslim direktur Utama merangkap Direktur Kredit PT.
8
Selanjutnya Penulis sebut Linda Wangsa.
6
Century, Tbk mengenai akan dibukanya fasilitas usance LC, yang diikuti dengan beberapa pertanyaan mengenai data - data calon importir untuk dianalis terlebih
dahulu di Bank Century Cabang Senayan. Akan tetapi, oleh Robert Tantular dan yang dipertegas oleh Hermanus Hasan diperintahkan untuk segera diproses. Kedua
tentang penempatan jaminan berupa margin sebesar 20 dari total plafon yang diajukan. Hal ini terdapat pada peryataan yang menyatakan bahwa pada tanggal 29
Oktober 2007 PT. SPI mengajukan Surat Permohonan fasilitas Usance LC kepada Bank Century untuk keperluan pembelian condensate produk minyak bumi yang
biasa dipergunakan untuk bahan baku plastic dan bahan baku lainnya dari Grains and Industrial Produts dengan line sebesar USD 22,500,000.00 dengan jaminan
akan menempatkan margin sebesar 20 berupa penempatan deposito pada Bank Century senilai USD 4,500,000.00 yang di tandatangani oleh Franky
Ongkowardjojo selaku Direktur PT SPI. Kemudian pada tanggal 22 November 2007 dilakukan penyerahan gadai dan deposito berjangka tetapi, berdasarkan
dokumen pembukaan deposito diketahui bahwa deposito baru dibuka tanggal 27 November 2007.
Perlu Penulis kemukakan bahwa sebuah
letter of credit
tidak sama dengan
documentary collection
dimana pada
documentary collection
bank-bank yang bersangkutan hanya bertindak sebagai agen pembayaran, sedangkan dalam
transaksi
letter of credit
pihak bank bertindak sebagai pihak yang melakukan pembayaran barang yang dieksport. Oleh karenanya pihak Pembeli harus
memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh bank sebelum LC tersebut dicairkan.
7
Selain alasan yang telah dikemukakan sebelumnya, alasan berikutnya adalah pihak Bank sebagai penerbit LC berada dalam posisi yang tidak mengenal
pihak debitur. Dan nama yang tertera pada Bill Of Lading bukanlah nama pembuka fasilitas Usance LC. Jadi bagaimana mungkin suatu pembayaran secara
kredit menggunakan
letter of credit
dapat terjadi tanpa terpenuhinya syarat-syarat tersebut?
1.2 Latar Belakang Masalah