PERANAN PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA DALAM PENANGANAN LANJUT USIA TERLANTAR (Studi Pada UPTD Pelayanan Lanjut Usia Panti Sosial Tresna Werdha Bhakti Yuswa Natar, Kabupaten Lampung Selatan)

(1)

ABSTRACT

THE ROLE OF SOCIAL INSTITUTION TRESNA WERDHA IN HANDLING NEGLECTED EDERLY

(The Research on UPTD in Caring Ederly of Social Institution Tresna Wedha Bhakti Yuswa, Natar, South Lampung)

By

NOVIRINA SELLY

Neglected elderly is an social issue that has been presented for long time among us. Republic of Indonesia Social Affair Ministerial Regulation No. 19 year 2012 on social services guidelines defines that neglected elderly people are 60 years old or more, because of certain factors can not meet their basic needs both physically, spiritually and socially. By these problem, Bandar Lampung government estabilishes a social insitution which is expected to be able to carry out the social roles well. So than, it create social welfare for the neglected elderly through supported work ptograms. The objective of this research is to find out how far the role of Social Institution Tresna Werdha Bhakti Yuswa in handling neglected ederly. The research method of this research is qualitative. The location of this research is in Tresna Werdha Bhakti Yuswa Social Institution Natar, South Lampung at Sitara street No. 1490 Natar. The source og data are obtained by in dpth interviews and documents which are obtained from observation and from eight informants who have been determined. Based on the research that has been done by the researcher, the Tresna Werdha Bhakti Yuswa Social Institution Natar, South Lampung gives treatment to neglected elderly through many programs; such as providing services, compesation and guadiance of physical, mental social, spiritual and skills.


(2)

ABSTRAK

PERANAN PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA DALAM PENANGANAN LANJUT USIA TERLANTAR

(Studi Pada UPTD Pelayanan Lanjut Usia Panti Sosial Tresna Werdha Bhakti Yuswa Natar, Kabupaten Lampung Selatan)

Oleh

NOVIRINA SELLY

Lanjut usia terlantar merupakan masalah gejala sosial yang sudah lama hadir ditengah kita. Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia No. 19 tahun 2012 tentang pedoman pelayanan sosial lanjut usia mendefinisikan bahwa lanjut usia terlantar adalah orang yang berusia 60 tahun atau lebih, karena faktor-faktor tertentu tidak dapat memenuhi kebutuhan dasarnya baik secara jasmani, rohani maupun sosialnya. Dengan adanya permasalahan tersebut Pemerintah Kota Bandar Lampung mendirikan Panti Sosial yang diharapkan agar mereka dapat melaksanakan peranan sosialnya secara baik sehingga dapat terciptanya kesejahteraan sosial bagi para lanjut usia terlantar melalui program-program kerja yang menunjang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana peranan Panti Sosial Tresna Werdha Bhakti Yuswa dalam penanganan lanjut usia terlantar tersebut. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif. Lokasi penelitian di Panti Sosial Tresna Werdha Bhakti Yuswa Natar, Kabupaten Lampung Selatan yang beralamat di Jalan Sitara No. 1490 Natar. Sumber data yang diperoleh melalui wawancara mendalam dan dokumen yang didapat dari hasil observasi dan dari delapan informan yang telah ditentukan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan peneliti bahwa di Panti Sosial Tresna Werdha Bhakti Yuswa Natar, Kabupaten Lampung Selatan memberikan penanganannya bagi lansia terlantar yang dapat dilihat dari program-program yang dilakukan seperti memberikan pelayanan, penyantunan serta bimbingan fisik, mental dan sosial, rohani dan keterampilan.


(3)

PERANAN PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA DALAM PENANGANAN LANJUT USIA TERLANTAR

(Studi Pada UPTD Pelayanan Lanjut Usia Panti Sosial Tresna Werdha Bhakti Yuswa Natar, Kabupaten Lampung Selatan)

Oleh Novirina Selly

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA SOSIOLOGI

Pada Jurusan Sosiologi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR lAMPUNG 2014


(4)

(5)

(6)

Yang bertanda tangan di bawah ini adalah:

Nama : Novirina Selly

NPM : 1016011063

Fakultas / Jurusan : FISIP / Sosiologi

Alamat : Jalan. Beringin Raya 2 Blok A2 No.09 Perum Kemiling Bandar Lampung

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Bandar Lampung, 23 Januari 2014

Novirina Selly NPM. 1016011063


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 12 November 1992, sebagai anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Zulkifli dan Ibu Roaida, S.Pd.

Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) Beringin Raya Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 1998, Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 2 Beringin Raya pada tahun 2004, Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 14 Bandar Lampung pada tahun 2007 dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 3 Bandar Lampung pada tahun 2010.

Pada tahun 2010, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN. Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik pada tahun 2013 di Pekon Tanjung Jati, Kecamatan Kota Agung Timur, Kabupaten Tanggamus.


(8)

MOT

MOT

MOT

MOTO

O

O

O

Ingatlah selalu keadaan disaat kita sedang

jatuh-jatuhnya, minimal untuk bisa mengingatkan disaat diri

sudah mulai merasa tinggi.

Apabila harga diri mendorong engkau pada amarah,

maka ingatlah akan kehinaan permintaan maaf.

Cobalah untuk berusaha sendiri, bahkan untuk

sesuatu yang kita rasa tak mungkin bisa karena

disanalah letak kebanggaan tak ternilai saat kita

berhasil melakukannya kelak.

Jika tidak ada bahu untuk bersandar, selalu ada

lantai untuk bersujud.

Don’t worry too much; if it’s meant to be, it will find

it’s way.


(9)

(10)

PERSEMBAHAN

PERSEMBAHAN

PERSEMBAHAN

PERSEMBAHAN

Dengan mengucapkan Alhamdulillah dan dengan segala doa restu yang selalu mengiringi dari orang-orang yang menyayangiku. Dengan segala kerendahan hati kupersembahkan karya sederhana ini kepada:

Ayahku Zulkifli, terima kasih atas jerih payah yang selalu ayah berikan untuk menuju keberhasilanku saat ini. Terima kasih telah merawat dan mendidikku hingga aku bisa seperti ini. Aku paham didikanmu yang keras tidak lebih hanya karena ingin melihat anakmu ini berhasil dalam hidup. Semoga suatu hari nanti aku bisa membahagiakanmu dan membalas semua pengorbananmu serta membuktikan bahwa aku bisa menjadi anak kebanggaanmu.

Ibuku Roaida, S.Pd, seorang ibu yang sangat ku cintai melebihi apapun. Terima kasih telah merawat, mendidik, mendukung dan mendoakanku dengan penuh ketulusan. Terima kasih telah menjadi Ibu sekaligus sahabat terbaik dalam hidupku, meskipun aku selalu membuatmu kesal dengan segala sikapku selama ini. Terima kasih untuk segalanya, semoga aku dapat membahagiakanmu dengan kesuksesanku kelak.

Untuk adik-adikku, Rizki Wahyu Effendi, Medi Saputra, Bella Aristawati. Terima kasih atas segala dukungan kalian. Maaf selama ini belum bisa menjadi kakak yang baik untuk kalian. Semoga kelak aku dapat ikut mengantarkan kalian


(11)

menuju kesuksesan dan memberikan kebahagiaan bagi ayah dan ibu.


(12)

SANWACANA

Puji syukur Penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul “Peranan Panti Sosial Tresna Werdha dalam Penanganan Lanjut Usia Terlantar” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Sosiologi di Universitas Lampung.

Penulis menyadari, bahwa apa yang ditulis dalam skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingannya sehingga dapat menjadi lebih baik. Untuk itu dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Hi. Agus Hadiawan, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

2. Bapak Drs. Susetyo, M.Si., selaku Ketua Jurusan Sosiologi dan selaku pembimbing utama atas kesediaannya untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini.

3. Bapak Drs. Abdul Syani, M.Ip., selaku dosen pembahas dan penguji. Terima kasih untuk masukan dan saran-saran pada seminar proposal terdahulu.


(13)

5. Seluruh dosen di Jurusan Sosiologi FISIP Universitas Lampung yang telah membekali penulis dengan ilmu pengetahuan selama menjalani masa perkuliahan.

6. Seluruh staff dan karyawan di FISIP Universitas Lampung yang telah membantu melayani urusan administrasi perkuliahan dan skripsi.

7. Seluruh Bapak, Ibu dan Mbah di Panti Sosial Tresna Werdha Bhakti Yuswa Natar, Kabupaten Lampung Selatan yang telah mengizinkan dan membantu penulis dalam melakukan penelitian, terima kasih atas informasi yang telah diberikan kepada penulis.

8. Ayahku Zulkifli, terima kasih atas jerih payah yang selalu ayah berikan untuk menuju keberhasilanku saat ini. Terima kasih telah merawat dan mendidikku hingga aku bisa seperti ini. Aku paham didikanmu yang keras tidak lebih hanya karena ingin melihat anakmu ini berhasil dalam hidup. Semoga suatu hari nanti aku bisa membahagiakanmu dan membalas semua pengorbananmu serta membuktikan bahwa aku bisa menjadi anak kebanggaanmu.

9. Ibuku Roaida, S.Pd, seorang ibu yang sangat ku cintai melebihi apapun. Terima kasih telah merawat, mendidik, mendukung dan mendoakanku dengan penuh ketulusan. Terima kasih telah menjadi Ibu sekaligus sahabat terbaik dalam hidupku, meskipun aku selalu membuatmu kesal dengan segala sikapku selama ini. Terima kasih untuk segalanya, semoga aku dapat membahagiakanmu dengan kesuksesanku kelak.

10.Buat adik-adikku tersayang, Rizki Wahyu Effendi, Medi Saputra, Bella Aristawati. Terima kasih atas segala dukungan kalian. Maaf selama ini


(14)

kebahagiaan bagi ayah dan ibu.

11.Teman seperjuangan dari awal kuliah. Ranalia Andriana yang selalu kemana-mana berdua dari propti sampe akhir kuliah, semoga cepet berani ngomong depan orang banyak dan jangan kekanak-kanakan lagi ya, inget umur udah tua!!! Dwi Aristiana, terima kasih mau nemenin ketawa-ketawa terus dikelas kalo sebelahan bangku pas kelasnya garing padahal gw enggak ngajak lu ketawa tapi gakpapa kok udah biasa, terima kasih udah mau panas-panasan nemenin wawancara ke panti dan terima kasih udah mau dengerin cerita-cerita gw sampe bosen karena yang dibahas itu-itu aja. Vivit Karlina, terima kasih tumpangan kostannya, terima kasih udah sering ngecupin bangku buat gw dipojokan, terima kasih kerja sama nya kalo pas lagi kuis dan UAS pasti nilainya enggak jauh beda yaaaa. Maaf dan ikhlasin ya gw wisuda duluan. Terima kasih atas semua waktu kebersamaan ini, jangan pernah lupa yaaaa dan semoga kelak kita ketemu lagi udah pada sukses dengan cita-cita masing-masing. Amin Ya Rabb. 12.Buat Yon, Yoan, Yohana terimakasih juga udah jadi sahabat terbaik

selama ini. Terima kasih udah mau denger keluh kesah selama ini, terima kasih telah menguatkan saat sedang jatuh-jatuhnya. Terima kasih juga udah mau jadi seksi prasmanan seminar gua, udah berat-berat bawa motor tapi tetep senyum ☺

13.Buat genk aib Yesi, Ticilll, Mar, Yusma PK thanks gaes kalian buat dunia twitter lebih hidup sampe rahang gak bisa nutup. Jangan pernah berhenti


(15)

gaes buat sebar foto yang unik #KitaSobatKarib #YesiSellyTemenMar #TicilllYusmaNetral #YonPenggoda #SalamKompak #CintaDamai ☺ 14.Teman-teman satu angkatan Sosiologi 2010.

15.Teman-teman KKN Tematik Pekon Tanjung Jati, Kecamatan Kota Agung Timur, Kabupaten Tanggamus. Merina, Intan, Eci, Catur, Asih, Inggit, Mba Putri, Kak Doni, Kak Ivan, Aryo. Pengalaman bermakna banget bisa ketemu kalian, terima kasih atas kebersamaan 40 hari nya, dan semoga kita bisa jengukin nenek lagi dengan orang-orang yang komplit ya.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan berkah dan rahmat-Nya bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, 03 Februari 2013 Penulis


(16)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK... i

ABSTRACT... ii

HALAMAN JUDUL... iii

HALAMAN PERSETUJUAN... iv

HALAMAN PENGESAHAN... v

PERNYATAAN... vi

RIWAYAT HIDUP... vii

MOTO... viii

HALAMAN PERSEMBAHAN... ix

SANWACANA... x

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR GAMBAR... xii

I. PENDAHULUAN... 1

1.1.Latar Belakang... 1

1.2.Rumusan Masalah... 11

1.3.Tujuan Penelitian... 11

1.4. Kegunaan Penelitian... 11

II. TINJAUAN PUSTAKA... 13

2.1.Tinjauan Tentang Peranan... 13

2.1.1. Pengertian Peranan... 13

2.2.Tinjauan Tentang Panti Sosial Tresna Werdha... 16

2.3.Tinjauan Tentang Lanjut Usia Terlantar... 19

2.3.1. Pengertian Lanjut Usia Terlantar... 19

2.3.2. Kriteria Lanjut Usia Terlantar... 20

2.4.Kerangka Pemikiran... 21

2.5. Bagan Alur Kerangka Pemikiran... 24

III. METODE PENELITIAN... 25

3.1.Tipe Penelitian... 25


(17)

3.3.Penentuan Informan... 28

3.3.1. Perolehan Informan... 28

3.4.Lokasi Penelitian... 30

3.5.Teknik Pengunpulan Data Penelitian... 30

3.5.1. Wawancara Mendalam... 30

3.5.2. Observasi... 31

3.5.3. Dokumen... 31

3.6.Jenis Data... 32

3.6.1. Data Primer... 32

3.6.2. Data Sekunder... 32

3.7. Teknik Analisis Data... 32

3.7.1.Reduksi Data... 33

3.7.2.Penyajian Data... 33

3.7.3.Verifikasi Data... 34

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN... 35

4.1. Gambaran Umum Panti Sosial Tresna Werdha Bhakti Yuswa 4.1.1. Sejarah Singkat... 35

4.1.2. Landasan Pokok dan Landasan Pelaksanaan... 37

4.1.3. Tugas Pokok, Fungsi dan Tujuan... 38

4.1.4. Visi dan Misi... 40

4.1.5. Sasaran dan Kriteria... 41

4.1.6. Kebijakan dan Strategi... 41

4.1.7. Struktur Organisasi... 43

4.1.8. Uraian Tugas Pegawai... 44

4.1.9. Sarana dan Prasarana... 47

4.2. Program dan Kegiatan Panti Sosial Tresna Werdha Bhakti Yuswa 4.2.1. Program Pelayanan Sosial Lanjut Usia dalam panti... 49

4.2.2. Program Pelayanan Sosial Lanjut Usia luar panti... 50

4.2.3. Program Pelayanan Umum Terkait Lanjut Usia... 52

V. HASIL DAN PEMBAHASAN... 54

5.1. Identitas Informan... 54

5.2. Pembahasan... 57

5.2.1 Program Bimbingan di Panti Sosial Tresna Werdha Bhakti Yuswa... 57

5.3.1. Program Pelayanan di Panti Sosial Tresna Werdha Bhakti Yuswa... 68

5.4.1. Program Penyantunan di Panti Sosial Tresna Werdha Bhakti Yuswa... 75


(18)

6.2. Saran... 92 DAFTAR PUSTAKA


(19)

i

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Data penyandang masalah kesejahteraan sosial………. 6

Tabel 2. Sarana dan prasarana panti sosial………... 48

Tabel 3. Data kelayan lanjut usia yang disantuni... 53

Tabel 4. Hasil narasi ringkasan wawancara dengan informan... 82

Tabel 5. Hasil narasi ringkasan wawancara program-program panti dengan informan pegawai panti... 84

Tabel 6. Hasil narasi ringkasan wawancara program-program panti dengan informan lansia... 87


(20)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Bagan alur kerangka pemikiran……… 24 Gambar 2. Bagan struktur organisasi panti………. 43


(21)

I. PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Secara konsepsional, pembangunan yang telah dan sedang dilaksanakan pada hakekatnya bertujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat, memperluas kesempatan kerja dan kesempatan peluang berusaha, meningkatkan pemerataan pendapatan masyarakat serta meningkatkan hubungan antar daerah. Setiap pembangunan yang dilaksanakan pada akhirnya akan bermuara pada manusia sebagai insan yang harus dibangun kehidupannya dan sekaligus merupakan sumber daya pembangunan yang harus terus ditingkatkan kualitas dan kemampuannya untuk mengangkat harkat dan martabatnya. Namun pada kenyataannya seluruh konsep pembangunan itu hanya seperti mengkayakan yang kaya dan semakin memiskinkan yang miskin.

Menurut Menno (1992: 59) salah satu masalah yang terus menerus mendapat sorotan utama ialah masalah kemiskinan yang dialami oleh golongan tertentu dalam kota-kota besar. Meskipun kota mempunyai hampir semua fasilitas untuk meningkatkan taraf dan kualitas hidup penghuninya, masih saja terdapat kelompok dan segmen masyarakat yang hidup dalam keadaan menyedihkan atau tidak sesuai dengan standar hidup yang layak. Menurut Suparlan (1984:


(22)

34) kemiskinan dapat didefinisikan sebagai suatu standar hidup rendah, yaitu adanya suatu tingkat kekurangan materi pada sejumlah atau golongan orang yang dibandingkan dengan standar kehidupan berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan.

Kemiskinan merupakan salah satu masalah yang selalu dihadapi manusia. Masalah kemiskinan sama tuanya dengan usia manusia itu sendiri dan implikasi permasalahannya dapat melibatkan seluruh aspek kehidupan manusia. Menurut Oscar Lewis ( Menno 1992: 60) mengemukakan bahwa kebudayaan kemiskinan itu (culture of poverty) mempunyai ciri-ciri:

a. Tingkat mortalitas yang tinggi dan harapan hidup yang rendah. b. Tingkat pendidikan yang rendah.

c. Partisipasi yang rendah dalam organisasi-organisasi sosial, seperti organisasi buruh, politik dan lain-lain.

d. Tidak atau jarang ambil bagian dalam perawatan medis dan program-program kesejahteraan lainnya.

e. Sedikit saja memanfaatkan fasilitas-fasilitas kota, seperti toko-toko, museum atau bank.

f. Upah yang rendah dan keamanan kerja yang rendah. g. Tingkat keterampilan kerja yang rendah.

h. Tidak memiliki tabungan atau kredit.

i. Tidak memiliki persediaan makanan dalam rumah untuk hari esok. j. Kehidupan mereka tanpa kerahasiaan pribadi.

k. Sering terjadi tindak kekerasan, termasuk pemukulan anak-anak.

l. Perkawinan sering berdasarkan konsensus, sehingga sering terjadi perceraian dan pembuangan anak.


(23)

3

n. Kehidupan keluarga yang otoriter.

o. Penyerahan diri pada nasib atau fatalisme.

p. Besarnya hypermasculinity complex dikalangan pria dan martyr complex

dikalangan wanita.

Kemiskinan merupakan masalah sosial yang ada dalam setiap masyarakat di negara manapun. Kemiskinan umumnya ditandai dengan ketimpangan suatu kesenjangan, antara lain kepemilikan sumber daya, kesempatan berusaha, keterampilan dan faktor lain yang menyebabkan perolehan pendapatan tidak seimbang dan mengakibatkan struktur sosial yang timpang. Hal inilah yang menjadikan kemiskinan sebagai fenomena sosial atau masalah sosial yang cukup menjadi perhatian dan disinilah peran pemerintah dalam menciptakan kesejahteraan sangat dibutuhkan dalam penyandang masalah kesejahteraan sosial.

Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) adalah perseorangan, keluarga, kelompok, dan masyarakat yang karena suatu hambatan, kesulitan atau gangguan, tidak dapat melaksanakan fungsi sosialnya, sehingga tidak dapat terpenuhi kebutuhan hidupnya (jasmani, rohani, dan sosial) secara memadai dan wajar. Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) ini dapat dibagi sebagai berikut:

1. Anak

Anak balita terlantar, anak terlantar. Anak yang menjadi korban tindak kekerasan atau diperlakukan salah, anak nakal, anak putus sekolah dan anak cacat.


(24)

2. Wanita

Wanita rawan sosial ekonomi, wanita yang menjadi korban kekerasan atau diperlakukan salah.

3. Lanjut usia

Lanjut usia terlantar, lanjut usia yang menjadi korban kekerasan atau diperlakukan salah.

4. Penyandang cacat

Penyandang cacat, penyandang cacat bekas penderita kronis. 5. Tuna susila

Pengemis, gelandangan dan bekas napi 6. Keluarga

Keluarga fakir miskin, keluarga berumah tidak layak huni, keluarga bermasalah sosial psikologi.

7. Masyarakat

Masyarakat terasing atau komunitas adat terpencil, masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana.

Sumber: http://www.lampost.com/

Permasalahan kesejahteraan sosial yang berkembang dewasa ini menunjukkan bahwa ada warga negara yang belum terpenuhi hak atas kebutuhan dasarnya secara layak karena belum memperoleh pelayanan sosial dari negara, akibatnya masih ada warga negara yang mengalami hambatan pelaksanaan fungsi sosial sehingga tidak dapat menjalani kehidupan secara layak dan bermartabat. Pasal 1 Undang-Undang No. 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial, mendefinisikan kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan


(25)

5

fungsi sosialnya. Selanjutnya pasal 4 menyebutkan Negara bertanggung jawab atas penyelenggaraan kesejahteraan sosial. Pasal 5 menyebutkan:

1) Penyelenggaran kesejahteraan sosial ditujukan kepada: a. Perseorangan.

b. Keluarga. c. Kelompok. d. Masyarakat.

2) Penyelenggaraan kesejahteraan sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diprioritaskan kepada mereka yang memiliki kehidupan yang tidak layak secara kemanusiaan dan memiliki kriteria masalah sosial:

a. Kemiskinan. b. Ketelantaran. c. Kecacatan. d. Keterpencilan.

e. Ketunaan sosial dan penyimpangan perilaku. f. Korban bencana.

g. Korban tindak kekerasan, eksploitasi dan diskriminasi. Sumber: http://renstra.depsos.go.id/

Berikut adalah data penyandang masalah kesejahteraan sosial di kota Bandar Lampung:


(26)

Tabel 1. Data Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial Kota Bandar Lampung Tahun 2012

No Jenis PMKS Bandar Lampung

1 Anak balita terlantar 483

2 Anak terlantar 614

3 Anak korban tindak kekerasan 19

4 Anak nakal 130

5 Anak jalanan 57

6 Anak cacat 559

7 Wanita rawan sosial ekonomi 1.991 8 Wanita korban tindak kekerasan 23 9 Lanjut usia terlantar 1.179 10 Lansia korban tindak kekerasan 3

11 Penyandang cacat 1.211

12 Penyandang cacat ex kronis 382

13 Tuna sosial 272

14 Gelandangan 15

15 Pengemis 103

16 Ex napi 440

17 Korban NAPZA 163

18 Fakir miskin 21.882

19 Rumah tidak layak huni 4.573 20 Keluarga masalah sosial psikologis 67

21 Keluarga rentan 224

22 Komunitas adat terpencil - 23 Masyarakat daerah rawan bencana 1.280 24 Korban bencana alam 403 25 Korban bencana sosial 28 26 Pekerja migran terlantar 19 27 Penyandang HIV/AIDS 34

Jumlah 36.154

Sumber: http://dinsoslampung.web.id/

Dalam strategi pembangunan kesejahteraan sosial, pemerintah seharusnya memberi peran lebih besar dalam penyelenggaraan sistem jaminan sosial secara terencana, melembaga dan berkesinambungan. Lanjut usia terlantar sebagai masalah gejala sosial yang sudah lama hadir ditengah kita mengharuskan pemerintah secara formal mengambil sikap yang jelas terhadap masalah ini. Adanya jaminan perlindungan dari pemerintah seperti lembaga


(27)

7

kesejahteraan sosial atau perkumpulan sosial yang melaksanakan penyelenggaraan kesejahteraan sosial, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum terhadap masyarakat harus berlaku secara meluas, sebagai konkritisasi dari tanggung jawab pemerintah untuk memberikan kesejahteraan sosial terlebih bagi para lanjut usia terlantar.

Undang-Undang Republik Indonesia No.13 Tahun 1998 Pasal 7 menegaskan bahwa Pemerintah bertugas mengarahkan, membimbing, dan menciptakan suasana yang menunjang bagi terlaksananya upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia, dalam hal mewujudkan tugas pemerintah tersebut diperlukan sumber daya manusia yang mampu memahami bagaimana menciptakan metode pelayanan yang maksimal serta memiliki kualitas dan kapabilitas yang ditugaskan sebagai abdi masyarakat yang bekerja sebagai pemberi asuhan atau pengasuh dan sebagai pemberi pelayanan yang menyelenggarakan pelayanan secara adil dan merata, bersih, berwibawa, berdaya guna, bermutu tinggi dan sadar akan tugas serta tanggung jawabnya dalam memberikan pelayanan kepada lansia mulai tahap penerimaan, pemberian program pelayanan, sampai pada tahap meninggal dunia agar tercapainya pelayanan prima bagi para lanjut usia.

Pasal 3 Undang-Undang No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia, menyebutkan bahwa upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia diarahkan agar lanjut usia tetap dapat diberdayakan sehingga berperan dalam kegiatan pembangunan dengan memperhatikan fungsi, kearifan, pengetahuan,


(28)

keahlian, keterampilan, pengalaman, usia dan kondisi fisiknya, serta terselenggaranya pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial lanjut usia.

Berdasarkan data penyandang masalah kesejahteraan sosial diatas, sebanyak 1.179 warga masyarakat merupakan para lanjut usia yang terlantar pada usia senja mereka, hal ini dapat disebabkan karena faktor ekonomi sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari secara layak. Selain itu, para lansia terlantar ini memiliki keterbatasan dalam mengakses fasilitas umum dan rendah dalam berinteraksi sosial.

Salah satu faktor yang menyebabkan munculnya para lanjut usia yang terlantar ini merupakan adanya budaya kemiskinan yang terjadi ditengah masyarakat. Dengan adanya kemiskinan yang mereka alami inilah yang membuat mereka mengalami kesulitan dalam menciptakan kesejahteraan bagi diri mereka sendiri bahkan keluarga mereka, hal ini yang dapat memicu terjadinya penelantaran terhadap anggota keluarga yang lain bahkan pada orang tua sendiri. Seorang anak yang seharusnya memberikan perlindungan dan kasih sayang pada orang tuanya di masa tua justru beranggapan orang tua sebagai beban yang turut pula harus ditanggung oleh anak terlebih jika anak tersebut sudah berumah tangga dan hidup dalam jerat kemiskinan.

Faktor-faktor lain yang mengakibatkan para lansia terlantar adalah adanya kemajuan dalam bidang teknologi dan jasa yang mengakibatkan pula pergeseran struktur sosial dalam masyarakat. Sejalan dengan kemajuan pembangunan itu terjadi penurunan nilai-nilai kekerabatan dalam keluarga semakin melemah sehingga anggota keluarga yang berusia lanjut kurang


(29)

9

merasa diperhatikan, dihormati dan dihargai yang mengakibatkan mereka pun merasa terasingkan dirumah sendiri dengan tidak adanya perhatian dari sanak keluarga yang lainnya sehingga mereka memutuskan untuk mencari penghidupannya sendiri yang tidak jarang membuat mereka terlantar dan hidup di jalan-jalan raya akibat dari tidak dapat terpenuhinya kebutuhan hidup secara memadai. Hal inilah yang membuat kebanyakan dari mereka tidak jarang memutuskan untuk hidup menjadi gelandangan dan meminta-minta uang dari orang lain.

Para lansia bukanlah kelompok yang tersisih dan terbuang ataupun diperlakukan tidak manusiawi meskipun mereka sudah tidak produktif lagi, hal ini dikarenakan bagaimanapun juga lansia semasa mudanya pernah berjasa pada kita, oleh karena itu lansia layak untuk mendapat kesejahteraan di hari tuanya. Seperti yang tertcantum dalam Pasal 3 undang-undang No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia, menyebutkan bahwa upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia diarahkan agar lanjut usia tetap dapat diberdayakan sehingga berperan dalam kegiatan pembangunan dengan memperhatikan fungsi, kearifan, pengetahuan, keahlian, keterampilan, pengalaman, usia dan kondisi fisiknya, serta terselenggaranya pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial lanjut usia.

Atas dasar permasalahan tersebut maka pemerintah perlu mengambil tindakan nyata untuk mengatasinya agar tidak semakin menimbulkan kesenjangan didalam masyarakat. Ketika fenomena ini semakin menguat dan mengarah yang lebih ekstrim, maka seyogyanya diperlukan sebuah institusi yang akan


(30)

menjalankan atau mengambil alih fungsi-fungsi yang telah ditinggalkan/diabaikan oleh keluarga. Dalam permasalahan kesejateraan sosial diatas tentunya sangat membutuhkan adanya penanganan dan pelayanan yang terutama dibutuhkan bagi para lanjut usia terlantar yang mengalami gangguan fungsi-fungsi sosial akibat ketidakmampuannya lagi dalam melakukan penyesuaian sosial terhadap lingkungannya.

Dinas sosial provinsi lampung terkait peranannya sebagai penyelenggara/pelaksana pembangunan kesejahteraan sosial memberikan kontribusi nyata dalam penanganan para lanjut usia terlantar dengan mendirikan Panti Sosial Tresna Werdha Bhakti Yuswa Natar, Kabupaten Lampung Selatan. Namun upaya pemerintah dalam memberikan pelayanan kesejahteraan sosial lanjut usia terlantar dirasakan masih kurang, karena berdasarkan data jumlah lansia yang hidup terlantar berjumlah 1.179 jiwa sedangkan pemerintah hanya mendirikan satu panti sosial yang sudah jelas tidak dapat menampung seluruh para lansia terlantar tersebut. Anggaran Bantuan Sosial untuk lansia terlantar juga sangat kecil karena harus dibagi dengan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial lainnya ini juga menjadi hambatan mengapa pelaksanaan jaminan sosial bagi lansia terlantar tidak maksimal dilakukan. Didalam pelaksanaannya pun dirasakan masih minimnya tenaga operasional yang bertugas melayani lansia yang memiliki kompetensi sesuai bidangnya, serta masih kurangnya sarana dan prasarana yang ada di UPTD Panti Sosial Tresna Werdha Bhakti Yuswa Natar, Kabupaten Lampung Selatan jika dilihat dari banyaknya para lansia terlantar yang memerlukan pelayanan kesejahteraan sosial lanjut usia agar mereka


(31)

11

dapat melaksanakan peranan sosialnya secara baik yang diharapkan dapat terciptanya kesejahteraan sosial bagi para lanjut usia terlantar melalui program-program kerja yang menunjang meskipun dengan segala keterbatasan fasilitas yang ada.

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah:

Bagaimana peranan Panti Sosial Tresna Werdha Bhakti Yuswa dalam memberikan penanganan bagi para lanjut usia terlantar?

1.3.Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peranan Panti Sosial Tresna Werdha Bhakti Yuswa dalam penanganan lanjut usia terlantar tersebut.

1.4.Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara akademis maupun praktis:

a.Secara akademis, sebagai salah satu upaya untuk memperkaya kajian ilmu sosiologi terutama mengenai Sosiologi Perkotaan, Sosiologi Budaya dan Sosiologi Pembangunan yang membahas tentang peranan Panti Sosial Tresna Werdha Bhakti Yuswa dalam penanganan lanjut usia terlantar di Kota Bandar Lampung.


(32)

b. Secara Praktis, sebagai bahan masukan dan informasi bagi Pemerintah, Organisasi Masyarakat dan Perusahaan. Bagi Pemerintah Kota Bandar Lampung khususnya Dinas Sosial dalam mengambil kebijakan yang bersangkutan dengan lanjut usia terlantar di Kota Bandar Lampung agar dapat lebih diperhatikan.


(33)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Tinjauan Tentang Peranan

2.1.1 Pengertian Peranan

Menurut Soekanto (1982: 243) berpendapat bahwa peranan adalah suatu aspek yang dinamis dari kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak-hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka dia menjelaskan sesuatu peranan. Peran atau peranan merupakan pola perilaku seseorang yang dikaitkan dengan status atau kedudukan seseorang dalam suatu masyarakat.

Gross, Mason dan McEachern (Berry, 1995: 99) menyatakan peranan sebagai seperangkat harapan-harapan yang dikenakan pada individu yang menempati kedudukan sosial tertentu. Harapan-harapan tersebut merupakan imbangan norma sosial dan oleh karena itu dapat dikatakan bahwa peranan-peranan itu dapat ditentukan oleh norma-norma di dalam masyarakat.

Menurut Levinson ( Abdulsyani, 1994: 94) peranan mencakup tiga hal yakni:

a. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini


(34)

merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan.

b. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.

c. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.

Menurut Tallcot Parsons (Berry, 1995: 101) di dalam peranan ada dua macam harapan:

a. Harapan dari masyarakat terhadap pemegang peranan atau kewajiban-kewajiban dari pemegang peran.

b. Harapan-harapan yang dimiliki dari si pemegang peranan terhadap “masyarakat” atau terhadap orang-orang yang berhubungan dengannya dalam menjalankan peranannya atau kewajiban-kewajibannya.

Menurut Soekanto (1982: 246), peranan mempunyai beberapa unsur antara lain:

a. Peranan ideal sebagaimana dirumuskan atau diharapkan oleh masyarakat terhadap status tertentu. Peranan ideal tersebut merumuskan hak-hak dan kewajiban seseorang yang terkait pada status tertentu.

b. Peranan yang dianggap oleh diri sendiri. Peranan ini merupakan hal yang harus dilakukan individu pada situasi tertentu.

c. Peranan yang dilaksanakan atau dikerjakan. Peranan ini merupakan peranan yang sesungguhnya dilaksanakan oleh individu dalam pola perilaku yang nyata, peranan ini senantiasa dipengaruhi oleh kepribadian yang bersangkutan.


(35)

15

Dari berbagai pengertian peranan diatas maka dapat dikatakan peranan adalah status yang berupa tindakan atau perilaku yang dilaksanakan oleh orang atau lembaga yang menempati atau memangku posisi dalam suatu sistem sosial dengan memenuhi hak dan kewajibannya. Abdulsyani (1994: 94) fasilitas utama seseorang yang akan menjalankan peranannya adalah lembaga-lembaga sosial yang ada di dalam masyarakat. Biasanya lembaga masyarakat menyediakan peluang untuk pelaksanaaan suatu peranan.

Peranan lembaga mengacu pada kegiatan yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan pokok manusia di dalam kehidupan bermasyarakat. Lembaga yang bersifat suatu organisasi tetap, terstruktur dan tersusun yang mengatur bagaimana individu, kelompok bertindak yang diharapkan dapat menjaga ketertiban dan keutuhan di dalam masyarakat. Dalam penelitian ini Panti Sosial Tresna Werdha di bawah naungan Dinas Sosial merupakan lembaga yang berwenang melaksanakan urusan rumah tangga daerah dalam bidang kesejahteraan sosial dalam menangani permasalahan-permasalahan sosial dan memiliki fungsi strategis di dalam proses penyelenggaraan kesejahteraan bagi lanjut usia terlantar. Menurut Soekanto (1982: 199) lembaga sosial memiliki fungsi sebagai berikut:

a. Memberikan pedoman pada anggota masyarakat, bagaimana mereka harus bertingkah laku atau bersikap di dalam menghadapi masalah-masalah dalam masyarakat, terutama yang menyangkut kebutuhan-kebutuhan.


(36)

b. Menjaga keutuhan masyarakat.

c. Memberikan pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan sistem pengendalian sosial (social control). Artinya, sistem pengawasan masyarakat terhadap tingkah laku anggota-anggotanya.

2.2. Tinjauan Tentang Panti Sosial Tresna Werdha

Panti Sosial Tresna Werdha merupakan sebuah tempat tinggal yang disediakan oleh pemerintah maupun swasta yang memiliki berbagai sumber daya yang berfungsi untuk mengantisipasi dan merespon kebutuhan lanjut usia yang terus meningkat. Panti Sosial Tresna Werdha menampung para lansia yang terlantar atau tidak mempunyai keluarga maupun lansia dari keluarga yang tidak mampu untuk memberikan perawatan dan pelayanan akan kebutuhan materiil maupun spiritual sehingga lansia dapat merasa aman dan senang dalam menikmati masa tuanya. Pada dasarnya sistem pelayanan kegiatan Panti Sosial Tresna Werdha adalah membantu para lansia untuk hidup wajar sebagaimana orang dewasa lainnya yang sehat, mandiri dan tidak menggantungkan hidupnya pada orang lain agar dapat hidup secara wajar dalam kehidupan bermasyarakat.

Peranan Panti Sosial Tresna Werdha dalam merawat dan mengurus para lansia sebagai perwujudan pelayanan sosial terhadap lansia adalah memberikan perawatan atau pelayanan (sandang, pangan, papan dan kesehatan) melaksanakan kesehatan, melaksanakan bimbingan mental, spritual dan kesehatan. Sistem pelayanan kesejahteraan sosial bagi para


(37)

17

lansia melalui kegiatan asistensi yaitu membantu para lansia hidup wajar tanpa diliputi rasa khawatir dan gelisah, kegiatan rehabi/itasi, yaitu mengembalikan fungsi sosial lansia seperti waktu dulu sebelum di panti, kegiatan promotif artinya mengembangkan kerpibadian, bakat, minat dan keterampilan sesuai dengan keterampilan dan bakatnya, termasuk kegiatan agama, dan kegiatan suportif yaitu mengikutsertakan secara aktif kegiatan-kegiatan dalam kehidupan masyarakat.

Adapun tujuan dan fungsi dari Panti Sosial Tresna Werdha itu sendiri adalah memberikan pelayanan dan perlindungan sosial dalam upaya memenuhi hak dan kewajiban terhadap lanjut usia sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang No. 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia.

Fasilitas yang diperoleh para lansia selama berada di Panti Sosial Tresna Werdha:

a. Makan 3 kali sehari dengan menu seimbang. b. Hunian kamar.

c. Pemenuhan kebutuhan sandang.

d. Pemeriksaan kesehatan secara rutin oleh dokter. e. Pelayanan kesehatan oleh tenaga perawat setiap hari. f. Penyaluran minat dan bakat untuk mengisi waktu luang.

g. Kegiatan bimbingan fisik, mental, sosial, spiritual dan spiritual oleh tenaga yang berkompeten di bidangnya melalui program-programnya antara lain:


(38)

1. Program Bimbingan a. bimbingan fisik

Meliputi kegiatan senam dan olahraga yang dilakukan setiap hari pada pagi hari. Walaupun mereka berada pada usia lanjut namun stamina fisik mereka harus tetap terjaga.

b. bimbingan mental dan sosial.

Pada bimbingan mental ini para lansia diharapkan dapat tetap membangun mental dan psikologi mereka dengan harapan mereka tidak merasa terasingkan walaupun berada di dalam panti sosial sehingga mereka tetap semangat dalam menjalani hidup. Para lansia yang mempunyai masalah juga dapat berkonsultasi dengan para petugas untuk mendapatkan pemecahan masalahnya. Di dalam panti sosial ini juga terdapat bimbingan sosial yang meliputi aspek kemandirian bagi para lansia yang ditanamkan kepada mereka sehingga kebutuhan keseharian mereka tetap dapat terpenuhi.

c. bimbingan keterampilan.

Bimbingan keterampilan yang diberikan bagi para lansia yaitu meliputi keterampilan menjahit, membuat kerajinan tangan bunga-bunga, membuat keset dan lain-lain sehingga para lansia dapat mengembangkan potensi dan kemampuan yang dimiliki para lansia dalam menyalurkan bakat lansia dan dapat membantu menghilangkan kejenuhan selama berada di dalam panti.


(39)

19

d. bimbangan rohani (mental keagamaan)

Di dalam panti sosial ini pula para lansia tetap diberikan bimbingan spiritual yang meliputi bimbingan keagamaan yang diharapkan para lansia tetap merasa mendapatkan ketenangan jiwa dan mendekatkan diri kepada sang pencipta.

2. Program Pelayanan

a. Pemeriksaan kesehatan dan obat-obatan.

b. Pengawasan rutin terhadap kelayan dalam panti.

c. Pengurusan pemakaman terhadap kelayan yang meninggal dunia.

3. Program Penyantunan

a. Pemenuhan kebutuhan sandang, pangan dan papan. b. Alat dan bahan kebersihan pelayanan dan wisma. c. Kelengkapan wisma serta sarana prasarana lainnya.

h. Penanganan permasalahan sosial lanjut usia oleh para pekerja professional. i. Lanjut usia yang memasuki masa udzur/bed rest dirawat oleh tenaga

perawat dan pramu werdha di ruang rawat khusus.

2.3.Tinjauan Tentang Lanjut Usia Terlantar 2.3.1. Pengertian Lanjut Usia Terlantar

Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia No. 19 tahun 2012 tentang pedoman pelayanan sosial lanjut usia mendefinisikan bahwa lanjut usia terlantar adalah orang yang berusis 60 tahun atau lebih, karena faktor-faktor tertentu tidak dapat memenuhi kebutuhan


(40)

dasarnya baik secara jasmani, rohani maupun sosialnya. WHO membagi lansia kedalam beberapa kelompok bedasarkan tingkatan usia, yakni: Usia pertengahan (middle age): antara 54-59 tahun, lanjut usia: antara 75-90 tahun, dan usia sangat tua (Very old) diatas 90 tahun.

2.3.2. Kriteria Lanjut Usia Terlantar

Kriteria lanjut usia terlantar sebagai berikut: a. usia 60 tahun keatas (laki-laki/perempuan). b. tidak sekolah/tidak tamat/tamat SD.

c. Makan < 2 x per hari.

d. Hanya mampu makan makanan berprotein tinggi (4 sehat 5 sempurna) < 4 x per minggu.

e. pakaian yang di milki kurang dari 4 stel. f. Tempat tidur tidak tetap.

g. Jika sakit tidak mampu berobat ke fasilitas kesehatan.

h. Ada atau tidak ada keluarga, sanak saudara atau orang lain yang mau dan mampu mengurusnya.

Ada pula beberapa faktor yang menyebabkan lanjut usia menjadi terlantar, yaitu:

a. Ketiadaan sanak keluarga, kerabat dan masyarakat lingkungan yang dapat memberikan bantuan tempat tinggal dan penghidupannya.

b. Kesulitan hubungan antara lanjut usia dengan keluarga dimana selama ini ia tinggal.

c. Ketiadaan kemampuan keuangan/ekonomi dari keluarga yang menjamin penghidupannya secara layak.


(41)

21

d. Kebutuhan penghidupannya tidak dapat dipenuhi melalui lapangan kerja yang ada.

2.4. Kerangka Pemikiran

Permasalahan kesejahteraan sosial yang berkembang dewasa ini menunjukkan bahwa ada warga negara yang belum terpenuhi hak atas kebutuhan dasarnya secara layak karena belum memperoleh pelayanan sosial dari negara, akibatnya masih ada warga negara yang mengalami hambatan pelaksanaan fungsi sosial sehingga tidak dapat menjalani kehidupan secara layak dan bermartabat. Lanjut usia terlantar sebagai masalah gejala sosial yang sudah lama hadir ditengah kita mengharuskan pemerintah secara formal mengambil sikap yang jelas terhadap masalah ini.

Di Kota Bandar Lampung tercatat sebanyak 1.179 jiwa merupakan para lanjut usia yang terlantar pada usia senja mereka, hal ini dapat disebabkan karena faktor ekonomi sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari secara layak. Selain itu, para lansia terlantar ini memiliki keterbatasan dalam mengakses fasilitas umum dan rendah dalam berinteraksi sosial. Tidak lagi adanya pemberian perhatian dan perawatan anak kapada orang tuanya, orang tua yang memasuki masa lanjut usia semakin terabaikan secara sosial, budaya dan psikologis, mereka menjadi terasingkan, merasa kesepian dan terlantar dalam rumah. Ketika fenomena ini semakin menguat dan mengarah yang lebih ekstrim, maka seyogyanya diperlukan sebuah institusi yang akan menjalankan atau mengambil alih fungsi-fungsi yang telah ditinggalkan/diabaikan oleh keluarga.


(42)

Dalam permasalahan kesejateraan sosial diatas tentunya sangat membutuhkan adanya penanganan dan pelayanan yang terutama dibutuhkan bagi para lanjut usia terlantar yang mengalami gangguan fungsi-fungsi sosial akibat ketidakmampuannya lagi dalam melakukan penyesuaian sosial terhadap lingkungannya. Hal ini menjadi tugas penting bagi pemerintah khususnya Dinas Sosial Kota Bandar Lampung dalam memberikan jaminan perlindungan dan perhatian terhadap masyarakat yang terpinggirkan sebagai konkritisasi dari tanggung jawab pemerintah untuk memberikan kesejahteraan sosial bagi para lansia terlantar ini.

Dinas Sosial Kota Bandar Lampung terkait peranannya sebagai penyelenggara/pelaksana pembangunan kesejahteraan sosial memberikan kontribusi nyata dalam penanganan para lanjut usia terlantar dengan mendirikan Panti Sosial Tresna Werdha Bhakti Yuswa Natar, Kabupaten Lampung Selatan. Namun upaya pemerintah dalam memberikan pelayanan kesejahteraan sosial lanjut usia terlantar di Kota Bandar Lampung dirasakan masih kurang jika dilihat dari banyaknya para lansia terlantar yang memerlukan pelayanan kesejahteraan sosial lanjut usia yang jelas tidak sebanding dengan tindakan pemerintah yang hanya mendirikan satu panti sosial saja yang sudah jelas tidak dapat menampung seluruh para lansia terlantar tersebut. Di dalam pelaksanaannya pun dirasakan masih minimnya tenaga operasional yang bertugas melayani lansia yang memiliki kompetensi sesuai bidangnya, serta masih kurangnya sarana dan prasarana yang memadai.


(43)

23

Panti Sosial Tresna Werdha Bhakti Yuswa Natar, Kabupaten Lampung Selatan merupakan lembaga yang bernaung dibawah Dinas Sosial Kota Bandar Lampung yang memang berwenang menangani permasalahan-permasalahan sosial dan memiliki fungsi strategis di dalam proses penyelenggaraan kesejahteraan para lanjut usia terlantar yang diharapkan dapat memberikan agar mereka dapat melaksanakan peranan sosialnya secara baik agar dapat terciptanya kesejahteraan sosial bagi para lanjut usia terlantar melalui program-program kerja yang menunjang meskipun dengan segala keterbatasan fasilitas yang ada.

Gambaran ringkas terkait alur kerangka pemikiran tentang peranan Panti Sosial Tresna Werdha Bhakti Yuswa dalam penanganan lanjut usia terlantar dapat dilihat pada gambar di bawah ini.


(44)

2.5. Bagan Alur Kerangka Pemikiran

Gambar 1. Bagan Alur Kerangka Pemikiran Dinas Sosial

Pemerintah

Peranan Panti Sosial Tresna Werdha dalam penanganan

lanjut usia terlantar

Terciptanya Kesejahteraan Sosial bagi para lanjut usia


(45)

III. METODE PENELITIAN

3.1.Tipe Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik pengumpulan data wawancara mendalam dan analisis dokumen. Sebab yang ingin diketahui dari penelitian ini adalah kinerja institusi, orang/sumber daya pengelola program yang beragam pemahamannya dan sangat subyektif dalam menjabarkan output program, umumnya output program dirumuskan secara kualitatif, sehingga tidak mungkin untuk diukur dengan angka-angka atau dikuantitaskan. Alasan lain menggunakan tipe penelitian kualitatif ini dikarenakan ditinjau dari sudut cara dan taraf pembahasan masalahnya serta hasil yang akan dicapai dalam penelitian ini.

3.2.Fokus Penelitian

Dalam penelitian ini fokus penelitian sangat penting karena untuk membatasi studi yang akan diteliti. Tanpa adanya fokus penelitian, peneliti akan kesulitan dalam menjelaskan dan memperoleh data-data yang berada dilapangan.

Oleh karena itu, fokus penelitian dalam penelitian ini ialah:

a. Peranan panti sosial Tresna Werdha Bhakti Yuswa dalam memberikan penanganan bagi para lanjut usia terlantar.


(46)

Sebagai pihak yang berwenang dalam memberikan pelayanan kesejahteraan sosial melalui latihan keterampilan dan pemberdayaan terhadap para lanjut usia terlantar guna terciptanya kesejahteraan bagi para lanjut usia terlantar. Melalui program-programnya antara lain:

1. Program Bimbingan a. bimbingan fisik

Meliputi kegiatan senam dan olahraga yang dilakukan setiap hari pada pagi hari. Walaupun mereka berada pada usia lanjut namun stamina fisik mereka harus tetap terjaga.

b. bimbingan mental dan sosial.

Pada bimbingan mental ini para lansia diharapkan dapat tetap membangun mental dan psikologi mereka dengan harapan mereka tidak merasa terasingkan walaupun berada di dalam panti sosial sehingga mereka tetap semangat dalam menjalani hidup. Para lansia yang mempunyai masalah juga dapat berkonsultasi dengan para petugas untuk mendapatkan pemecahan masalahnya. Di dalam panti sosial ini juga terdapat bimbingan sosial yang meliputi aspek kemandirian bagi para lansia yang ditanamkan kepada mereka sehingga kebutuhan keseharian mereka tetap dapat terpenuhi.

c. bimbingan keterampilan.

bimbingan keterampilan yang diberikan bagi para lansia yaitu meliputi keterampilan menjahit, membuat kerajinan tangan


(47)

27

bunga-bunga, membuat keset dan lain-lain sehingga para lansia dapat mengembangkan potensi dan kemampuan yang dimiliki para lansia dalam menyalurkan bakat lansia dan dapat membantu menghilangkan kejenuhan selama berada di dalam panti.

d. bimbangan rohani (mental keagamaan)

Di dalam panti sosial ini pula para lansia tetap diberikan bimbingan spiritual yang meliputi bimbingan keagamaan yang diharapkan para lansia tetap merasa mendapatkan ketenangan jiwa dan mendekatkan diri kepada sang pencipta.

2. Program Pelayanan

a. Pemeriksaan kesehatan dan obat-obatan.

b. Pengawasan rutin terhadap kelayan dalam panti.

c. Pengurusan pemakaman terhadap kelayan yang meninggal dunia.

3. Program Penyantunan

a. Pemenuhan kebutuhan sandang, pangan dan papan. b. Alat dan bahan kebersihan pelayanan dan wisma. c. Kelengkapan wisma serta sarana prasarana lainnya.


(48)

3.3.Penentuan Informan

Informan-informan penelitian terdiri dari berbagai pihak seperti pegawai panti sosial dan para lansia. Berdasarkan jenis data yang akan dikumpulkan, maka informan yang akan dimintai informasinya ialah yang mempunyai pengetahuan yang cukup luas mengenai masalah yang sedang diteliti.

3.3.1 Perolehan Informan

Untuk mendapatkan informan tersebut dilakukan dengan cara snow-ball

dan accidental. Cara snow-ball dilakukan karena peneliti pada awalnya belum tahu siapa saja yang memiliki banyak informasi dan karena itu perlu dilakukan perolehan informan secara berantai dengan pertama-tama memegang “key person”. Sedangkan perolehan informan dengan cara accidental, artinya setelah diketahui sejumlah orang yang sesuai untuk digali informasinya kemudian ketika di lapangan siapa saja di antara mereka yang dapat dan mudah ditemui dan digali informasinya maka dialah yang menjadi informan. Adapun kriteria informan yang digunakan untuk menentukan informan adalah sebagai berikut:

a. Informan mengetahui dengan jelas mengenai peranan panti sosial Tresna Werdha Bhakti Yuswa Natar, Kabupaten Lampung Selatan bagi para lansia terlantar.

b. Keterlibatan langsung, maksudnya informan terlibat secara penuh dan aktif pada lingkungan dan tempat yang menjadi fokus penelitian.


(49)

29

c. Waktu yang cukup, maksudnya informan mempunyai cukup banyak waktu atau kesempatan untuk dimintai informasi.

Sedangkan menurut Faisal (1990: 57) dalam memilih informan agar lebih terbukti perolehan informasinya, ia mengajukan beberapa kriteria yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan informasi yaitu:

a. Subjek yang telah lama dan intensif menyatu dengan kegiatan atau medan aktivitas yang menjadi sasaran atau perhatian penelitian dan biasanya ditandai oleh suatu kemampuan memberikan informasi diluar kepala tentang sesuatu yang ditanyakan.

b. Subjek yang terikat secara penuh dan aktif pada lingkungan atau kegiatan yang menjadi sasaran atau perhatian penelitian.

c. Subjek mempunyai banyak waktu atau kesempatan untuk diminati informasi.

d. Subjek yang dalam memberikan informasi tidak cenderung diolah atau dikemas terlebih dahulu atau dengan kata lain mereka yang relatif masih lugu dalam memberikan informasi.

e. Subjek yang sebelumnya tergolong masih asing dalam penelitian sehingga penelitian merasa lebih tertantang untuk belajar sebanyak mungkin dari subjek yang semacam “guru besar” bagi dirinya.

Berdasarkan beberapa pertimbangan tersebut, maka yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah:

a. Pegawai panti sosial Tresna Werdha Bhakti Yuswa Natar, Kabupaten Lampung Selatan sebanyak 3 orang


(50)

b. Lansia di panti sosial Tresna Werdha Bhakti Yuswa Natar, Kabupaten Lampung Selatan sebanyak 5 orang.

3.4. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Panti Sosial Tresna Werdha Bhakti Yuswa Natar, Kabupaten Lampung Selatan. Dipilihnya lokasi ini berdasarkan beberapa pertimbangan: 1) Panti Sosial Tresna Werdha Bhakti Yuswa Natar, Kabupaten Lampung Selatan merupakan lembaga yang berwenang menangani permasalahan lanjut usia terlantar dibawah naungan Dinas Sosial Kota Bandar Lampung; 2) Panti Sosial Tresna Werdha Bhakti Yuswa Natar, Kabupaten Lampung Selatan memiliki fungsi strategis di dalam proses penyelenggaraan kesejahteraan lansia yang mengalami penelantaran.

3.5. Teknik Pengumpulan Data Penelitian

Secara jelas teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan cara sebagai berikut:

3.5.1. Wawancara mendalam

Nazir (1996: 234) memaparkan bahwa yang dimaksud dengan wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide


(51)

31

ini dimaksudkan untuk mendapatkan informasi secara lengkap, mendalam dan komprehensif seseuai dengan tujuan penelitian. Pada penelitian ini, proses wawancara dilakukan dengan pihak-pihak terkait dengan masalah yang diteliti dalam penelitian ini.

3.5.2. Observasi

Dalam hal ini peneliti berinteraksi secara langsung dengan informan yakni ikut bergabung dalam masyarakat tersebut selama turun lapangan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan. Seperti yang dijelaskan oleh Vredenbregt (1978: 73) tujuan yang ingin dicapai melalui partisipasi dalam kultur tersebut yaitu mencari data-data ilmiah yang dibutuhkan.

Data yang ingin diperoleh dalam observasi ini ialah data pelengkap setelah wawancara. Artinya selain mendengarkan secara obyektif maka perlu pengamatan secara obyektif pula. Data yang dimaksud adalah apa saja yang dilakukan Panti Sosial Tresna Werdha Bhakti Yuswa Natar, Kabupaten Lampung Selatan terkait dalam penanganan bagi para lanjut usia terlantar ini.

3.5.3 Dokumen

Dalam penelitian ini mengunakan dokumen untuk memperoleh data sekunder. Dokumen yang digunakan diantaranya meliputi: buku, surat kabar, makalah seminar Nasional, jurnal ilmiah, artikel jurnal dalam internet, artikel dalam koran lokal (Lampung post,


(52)

Tribun Lampung, Radar Lampung), skripsi dan Undang-Undang. Data yang diambil dalam dokumen tersebut dilakukan dengan cara dikutip secara langsung maupun tidak langsung.

3.6.Jenis Data

3.6.1. Data Primer

Merupakan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh melalui wawancara dengan mengadakan Tanya jawab, baik secara langsung maupun tidak langsung.

3.6.2. Data Sekunder

Dalam penelitian ini adalah data yang diperlukan dalam rangka melengkapi nformasi yang diperoleh dari sumber data primer. Data-data yang sekunder meliputi observasi, literatur buku, Koran dan internet yang berkaitan dengan penelitian.

3.7.Teknik Analisis Data

Metode analisis data yang dilakukan adalah pengelolaan data kualitatif yang menjelaskan tentang eksistensi sebuah permasalahan dengan menggambarkan secara sistematis terhadap seluruh elemen yang bersifat kualitatif yang berkaitan dengan permasalahannya. Analisis data dilakukan mulai dari pengumpulan data dengan mempelajari catatan setiap wawancara mendalam dan dokumen yang dikumpulkan sampai penulisan penelitian ini. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer yang akan dikumpulkan berupa berbagai fakta, opini, pandangan, dan


(53)

33

respon para lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Bhakti Yuswa terkait penelitian ini. Sedangkan data sekunder yang akan dikumpulkan berupa berbagai data yang berasal dari media cetak, media internet serta dari dokumen Panti Sosial Tresna Werdha Bhakti Yuswa Natar, Kabupaten Lampung Selatan. Dalam penelitian ini, analisia data akan dilakukan melalui alur kegiatan sebagai berikut:

3.7.1. Reduksi data

Reduksi dapat diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstraksian, dan transformasi data kasar yang muncul dari wawancara. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulan-kesimpulan dapat ditarik dan diverifikasi (Miles dan Huberman, 1992: 15). Pada tahap reduksi data, peneliti dengan seksama memilih dan memilah data mana yang akan dijadikan sandaran utama sebelum disajikan dalam penelitian ini.

3.7.2. Penyajian Data

Penyajian data dibatasi sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data yang lebih baik adalah merupakan suatu cara yang utama bagi analisis kualitatif yang valid


(54)

untuk melihat gambaran keseluruhan dari penelitian ini sehingga dapat disajikan dalam bentuk narasi deskriptif.

3.7.3. Verifikasi Data

Kesimpulan diverifikasi oleh narasumber selama penelitian berlangsung tentang makna-makna yang muncul dari data yang diuji kebenaran, kekokohan dan kecocokan yang merupakan validitasnya, sehingga akan diperoleh kesimpulan yang jelas kebenaran dan kegunaannya.

Penelitian ini melukiskan atau menggambarkan kenyataan-kenyataan yang ada di lapangan. Setelah itu dilakukan pembahasan yang bersifat uraian ke dalam bentuk kalimat-kalimat terperinci, sehingga memudahkan dalam memberikan gambaran jelas mengenai peranan Panti Sosial Tresna Werdha Bhakti Yuswa Natar, Kabupaten Lampung Selatan dalam penanganan lanjut usia terlantar.


(55)

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1.Gambaran Umum Panti Sosial Tresna Werdha Bhakti Yuswa Natar, Kabupaten Lampung Selatan

4.1.1. Sejarah Singkat Panti Sosial Tresna Werdha Bhakti Yuswa Natar, Kabupaten Lampung Selatan

Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan bagi para lanjut usia di Provinsi Lampung maka didirikanlah Panti Sosial Tresna Werdha Bhakti Yuswa Lampung sebelum tahun 1979 yang dikelola oleh Dinas Sosial Tk. I Lampung yang merupakan satlak yang berlokasi di Gunung Sulah Kedaton, Tanjung Karang. Pada tahun 1979-1980 melalui Proyek Departemen Sosial RI yang dilaksanakan Kanwil Departemen Provinsi Lampung dibangunlah Panti Sosial Tresna Werdha Bhakti Yuswa Lampung yang berlokasi di Jalan Sitara No. 1490 Desa Muara Putih, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung.

Panti Sosial Tresna Werdha Bhakti Yuswa secara resmi memulai kegiatan pelayanan (penyantunan) pada tahun 1980 dengan kapasitas pelayanan sebanyak 30 0rang lansia. Mengingat bahwa perkembangan permasalahan sosial khususnya lanjut usia semakin meningkat, maka Panti Sosial Tresna Werdha Bhakti Yuswa dituntut untuk meningkatkan jangkauan dan mutu pelayanannya. Pada tahun


(56)

1981 dibangun wisma pemondokan tambahan yang berkapasitas tampung sebanyak 50 orang lansia dan pada saat itu Panti Sosial Tresna Werdha Bhakti Yuswa sudah berstatus sebagai UPT Pusat. Selanjutnya pada tahun 1990 dan seterusnya kapasitas tampung ditingkatkan menjadi 100 orang lansia sampai sekarang.

Sejak tahun 2000/2001 Departemen Sosial dibubarkan yang menjadikan Panti Sosial Tresna Werdha Bhakti Yuswa Lampung diserahkan ke Pemda Tk. I Lampung yang secara teknis dikelola oleh Dinas Sosial Tk. I Lampung yang diubah namanya menjadi Dinas Kesejahteraan Sosial Provinsi Lampung (UPTD PSTW Bhakti Yuswa Lampung) yang ditetapkan dengan Keputusan Gubernur Lampung No. 03 Tahun 2001 pada tanggal 09 Februari 2001 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja UPTD pada dinas-dinas Provinsi Lampung, maka Panti Sosial Tresna Werdha Bhakti Yuswa Lampung yang secara teknis dibawah Binaan Dinas Kesejahteraan Sosial Provinsi Lampung memiliki struktur organisasi sebagai berikut:

1. Kepala UPTD PSTW Lampung. 2. Ka. Sub. Bag. Tata Usaha. 3. Kasi Penyantunan / Pelayanan. 4. Kasi Bimbingan dan Penempatan.

Pada tahun 2008 UPTD Panti Sosial Tresna Werdha Bhakti Yuswa Lampung diubah kembali namanya menjadi Panti Sosial Pelayanan


(57)

37

Lanjut Usia (PSPLU) Bhakti Yuswa yang secara teknis dibawah Binaan Dinas Sosial Provinsi Lampung. berdasarkan. Peraturan Gubernur Lampung No. 27 Tahun 2010, UPTD PSPLU berubah nomenklatur menjadi UPTD PSLU Tresna Werdha dengan struktur organisasi yang terdiri dari:

1. Kepala UPTD PSTW Lampung. 2. Kasubag Tata Usaha.

3. Kasi Penyantunan. 4. Kasi Pelayanan.

4.1.2. Landasan Pokok dan Landasan Pelaksanaan Landasan pokok didasari oleh:

a. Pancasila yaitu ”sila ke-5 (lima) Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia”.

b. Undang-Undang Dasar 1945

Pasal 34 menyebutkan bahwa ”Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara”.

Landasan pelaksanaan didasari oleh beberapa komponen sebagai berikut:

a. Undang-Undang No. 6 tahun 1974 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial.

b. Undang-Undang No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia.


(58)

d. Undang-Undang No. 25 tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional 2000-2004, tentang Pembangunan Sosial Budaya.

e. Keputusan Menteri Sosial RI No. 50/HUK/1998 tentang Perubahan Keputusan Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial No. 193/MENKESOS/III/2003 tentang Standarisasi Panti Sosial.

f. Peraturan Pemerintah No. 43 tahun 2004 tentang Pelaksanaan Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia.

g. Keputusan Gubernur Lampung No. 03 tahun 2001 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) pada dinas-dinas Provinsi Lampung.

h. Undang-Undang No. 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial.

i. Peraturan Gubernur Lampung No. 27 Tahun 2010 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) pada dinas-dinas Provinsi Lampung.

4.1.3. Tugas Pokok, Fungsi dan Tujuan

Dalam melaksanakan programnya UPTD PSLU Tresna Werdha Lampung mempunyai tugas pokok dan fungsi berdasarkan Keputusan Gubernur Lampung No. 27 Tahun 2010 tanggal 06 Agustus 2010 tentang Pembentukan, Organisasi dan Tata Kerja UPTD pada Dinas Daerah Provinsi Lampung.

4.1.3.1. Tugas Pokok

Memberikan pelayanan kesejahteraan sosial kepada para lansia (jompo terlantar) meliputi bimbingan fisik, mental


(59)

39

dan sosial, latihan keterampilan dan resosialisasi serta pembinaan lanjut bagi lanjut usia terlantar.

4.1.3.2. Fungsi

1) Pelayanan dan Penyantunan bagi lanjut usia terlantar. 2) Pelayanan informasi dan konsultasi bagi lanjut usia. 3) Perawatan dan pelayanan kebutuhan jasmani dan

rohani lanjut usia terlantar.

4) Pelaksanaan bimbingan keterampilan dan pemberdayaan bagi lanjut usia.

5) Pelaksanaan pengelolaan urusan ketatausahaan.

4.1.3.2. Tujuan

4.1.3.2.1. Tujuan Antara (khusus)

a) Terpenuhinya kebutuhan pokok hidup sehari-hari, terpeliharanya kesehatan fisik, mental dan sosial serta terpenuhinya akan pengisian waktu luang.

b) Terpenuhinya kebutuhan rohani dengan baik, kebutuhan akan kasih sayang, meningkatnya gairah hidup lansia dan kuatnya rasa kebersamaan diantara sesamanya.

4.1.3.2.2. Tujuan Akhir (Umum)

Terciptanya dan terbinanya kondisi sosial masyarakat yang dinamis yang memungkinkan terselenggaranya usaha penyantunan lanjut usia/jompo terlantar, sehingga mereka


(60)

dapat menikmati hari tuanya dengan diliputi ketentraman lahir dan batin.

4.1.4. Visi dan Misi

UPTD PSLU Tresna Werdha Bhakti Yuswa Natar, Kabupaten Lampung Selatan mempunyai Visi dan Misi sebagai berikut:

4.1.4.1. Visi

Visi UPTD PSLU Tresna Werdha Bhakti Yuswa Natar, Kabupaten Lampung Selatan adalah ”Terwujudnya lanjut usia bahagia dan sejahtera dihari tua.”

4.1.4.2. Misi

Misi UPTD PSLU Tresna Werdha Bhakti Yuswa Natar, Kabupaten Lampung Selatan adalah sebagai berikut: a. Meningkatkan pelayanan fisik lanjut usia melalui

pemenuhan pelayanan sandang, pangan dan papan. b. Meningkatkan jaminan sosial dan perlindungan kepada

lanjut usia (jompo).

c. Meningkatkan hubungan yang harmonis antara sesama lansia, lansia dengan pegawai dan lansia dengan masyarakat.


(61)

41

4.1.5. Sasaran dan Kriteria

Sasaran dan kriteria UPTD PSLU Tresna Werdha Bhakti Yuswa Natar, Kabupaten Lampung Selatan sebagai berikut:

a. Lanjut usia (jompo) yang telah berusia 60 tahun keatas, tidak mempunyai bekal hidup, pekerjaan, penghasilan, bahkan tidak mempunyai sanak keluarga yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya secara layak.

b. Lanjut usia pada umumnya yaitu mereka yang berumur 60 tahun keatas bukan tergolong tidak mampu, tetapi memiliki masalah yang menyangkut beberapa segi kehidupan seperti kesehatan, kesempatan kerja, perumahan, jaminan hidup/jaminan sosial dan lain sebagainya.

c. Keluarga dan masyarakat, terutama keluarga yang mempunyai orang tua yang telah berusia lanjut dan masyarakat yang mau dan maupun berpartisipasi dalam penanganan lanjut usia. d. Berbadan sehat dan tidak mempunyai penyakit yang menular,

syaraf gila dengan surat keterangan dokter. e. Surat keterangan lurah/ kepala desa setempat.

4.1.6. Kebijakan dan Strategi

4.1.6.1. Kebijakan:

Penanggulangan masalah kesejahteraan sosial kepada lanjut usia/jompo terlantar dalam panti dengan memberikan pelayanan:


(62)

1) Meningkatkan kualitas dan efektifitas pelayanan sosial, sehingga mampu mendukung tumbuhnya sifat-sifat kemandirian dan masyarakat dalam meningkatkan sumber daya manusia.

2) Memperluas jangkauan pelayanan semakin adil dan merata.

3) Meningkatkan profesionalitas pelayanan sosial, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat.

4) Meningkatkan peran serta masyarakat dan memberikan pelayanan sosial secara merata, terencana, terorganisir dan melembaga atas dasar solidaritas sosial, gotong royong dan swadaya.

4.1.6.2. Strategi:

1) Profesionalisme

Yaitu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta kinerja sumber daya manusia (pegawai/petugas).

2) Peningkatan kualitas pelayanan yang didukung oleh sarana dan prasarana, tenaga yang profesional serta tersedianya sumber dana yang memadai.

3) Melaksanakan pelayanan terpadu yaitu melibatkan instansi terkait seperti Dinas Kesehatan, Rumah Sakit Umum, Puskesmas dan lembaga masyarakat lainnya.

4) Ketaatan terhadap ketentuan perundang-undangan yang berlaku.


(63)

43

5) Kemitraan yaitu menjalin kerja sama dengan pihak-pihak terkait yang memiliki kemampuan sebagai sistem sumber.

4.1.7. Struktur Organisasi

Berdasarkan Keputusan Gubernur Lampung No. 27 Tahun 2010 tanggal 06 Agustus 2010 menetapkan struktur organisasi Panti Sosial Tresna Werdha Bhakti Yuswa Natar, Kabupaten Lampung Selatan adalah sebagai berikut:

Gambar 2. Bagan Struktur Organisasi Panti Sosial Tresna Werdha Bhakti Yuswa Natar, Kabupaten Lampung Selatan

Jumlah personalia yang bertugas pada PSLU Tresna Werdha Lampung Dinas Sosial Provinsi Lampung 2013 ada 22 orang PNS dan 4 orang tenaga kerja sukarela.

Keterangan : 1. 1 orang Eselon III/a

Kepala

Sub. Bagian Tata Usaha

Kelompok Jabatan Fungsional


(64)

2. 1 orang Sub. Bag. Tata Usaha Eselon IV/a

3. 2 orang Ka. Seksi yang masing-masing Eselon IV/a 4. 18 orang staf berstatus PNS yang terdiri dari:

- 13 orang tenaga staf

- 4 orang tenaga fungsional/pekerja sosial - 1 orang satpam

5. 4 orang tenaga kerja sukarela.

4.1.8. Uraian Tugas Pegawai

Berdasarkan pada struktur organisasi diatas maka uraian tugas pada Panti Sosial Pelayanan Lanjut Usia Tresna Werdha Bhakti Yuswa Natar, Kabupaten Lampung Selatan adalah sebagai berikut:

4.1.8.1. Kepala Panti Sosial

Adapun uraian tugas kepala panti sosial pelayanan lanjut usia adalah sebagai berikut:

a. Mempelajari, memahami dan melaksanakan peraturan perundang-undangan, ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan tugas kepala panti.

b. Menyusun rencana kegiatan panti sosial pelayanan lanjut usia sebagai pedoman kerja.

c. Mengkonsultasikan rencana kegiatan kepada dinas sosial untuk memeperoleh pengarahan, informasi mengenai kebutuhan-kebutuhan panti dan pelaksanaan tugas-tugas panti. d. Mendiskusikan tugas kepada bawahan sesuai dengan bidang


(65)

45

e. Membina bawahan lingkup panti sosial pelayanan lanjut usia dalam rangka pengembangan aparatur yang terampil, berkualitas, disiplin dan berdedikasi guna mendukung kelancaran pelaksanaan tugas melalui pertemuan dan rapat berkala.

f. Memberikan pengarahan kepada pejabat struktural, pejabat fungsional dan administrasi panti agar tidak menyimpang dari peraturan-peraturan yang telah ditetapkan.

g. Mengkoordinir bawahan dalam melaksanakan tugas pengolahan rumah tangga panti.

h. Membuat keputusan mengenai alternatif pemecahan masalah yang timbul berkaitan dengan pelaksanaan tugas-tugas manajeral, administrasi maupun teknis operasional panti. i. Mengawasi bawahan dalam melaksanakan kegiatan

operasional panti agar sesuai dengan jumlah.

j. Mengevaluasi pelaksanaan program kegiatan pelayanan kesejahteraan lanjut usia dalam panti dan luar panti.

k. Mengadakan evaluasi terhadap hasil pelaksanaan pekerjaan bawahan di lingkungan panti melalui pengisian dan penandatanganan daftar penilaian pelaksanaan pekerjaan (DP3).

l. Membuat laporan pelaksanaan tugas secara berkala kepada kepala dinas sosial.


(66)

4.1.8.2. Sub Bagian Tata Usaha

Tugas sub bagian tata usaha tidak terlihat secara langsung dengan para lansia karena hanya berkaitan dengan ketata usahaan seperti proses administrasi orientasi lansia, proses surat menyurat, registrasi kepegawaian, keuangan dan pelayanan hubungan kepada masyarakat.

4.1.8.3. Seksi Pelayanan

Seksi pelayanan memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:

a. memberikan program bimbingan meliputi bimbingan fisik, mental, sosial, keterampilan dak rohani keagamaan.

b. Pemerikasaan kesehatan dan obat-obatan. c. Pengawasan rutin terhadap kelayan dalam panti.

d. Pengurusan pemakaman terhadap kelayan yang meninggal dunia.

4.1.8.4. Seksi Penyantunan

Seksi penyantunan memiliki tugas dan tanggung jawab sebagi berikut:

a. Pemenuhan kebutuhan sandang, pangan dan papan bagi lansia. b. Penyediaan alat dan bahan kebersihan pelayanan dan wisma. c. Menjaga kelengkapan wisma serta sarana prasarana lainnya.


(67)

47

4.1.8.5. kelompok jabatan fungsional

Kelompok jabatan fungsional atau biasa yang disebut dengan pekerja sosial ini mempunyai tugas sebagai berikut:

a. Melaksanakan pelayanan bagi para lanjut usia, dimana dalam hal ini pelayanan berupa membantu petugas seksi pelayanan dan penyantunan dalam menjalankan tugasnya.

b. Memberikan pendampingan kepada lansia saat para petugas panti sedang tidak berada di panti.

c. Memberikan bimbingan-bimbingan meliputi bimbingan sesuai dengan program kerja panti.

4.1.9. Sarana dan Prasarana

Tabel 2. Sarana dan Prasarana UPTD PSLU Tresna Werdha Bhakti Yuswa Natar, Kabupaten Lampung Selatan


(68)

No Sarana dan Prasarana Banyaknya Keterangan 1. 2. 3. Tanah Tanah makam

Jalan ke lokasi makam

Fasilitas Gedung - Gedung kantor - Wisma

- Ruang isolasi - Rumah dinas - Aula dan mess - Mushola

- Poliklinik, lokal kerja ruang fitnes - Dapur umum

- Gudang, garasi, ruang genset dan pemandian jenazah

Alat transportasi

- Roda empat/ambulance - Roda dua/motor

10.930 M2 2.400 M2 585 M2

30 Unit 1 Unit 1 Unit Sertifikat Sertifikat - 1 Unit 11 Unit 3 Unit 6 Unit 2 Unit 1 Unit 1 Unit 1 Unit 4 Unit Tahun 1998 Tahun 1997

4.2. Program dan Kegiatan Panti Sosial Tresna Werdha Bhakti Yuswa Natar, Kabupaten Lampung Selatan

Program dan kegiatan yang dilaksanakan oleh UPTD PSLU Tresna Werdha selain melaksanakan tugas pokoknya memberikan pelayanan dalam panti, sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan lansia terhadap pelayanan sosial, maka program dan kegiatan PSLU mengalami pengembangan sehingga selain melaksanakan pelayanan sosial dalam panti juga melaksanakan pelayanan kuar panti serta pelayanan pendidikan dan wisata rohani/amal


(69)

49

kepada masyarakat. Program dan kegiatan yang dilaksanakan secara terperinci sebagai berikut:

4.2.1. Program Pelayanan Sosial Lanjut Usia dalam panti

Program ini merupakan program pokok dan utama yang menjadi beban tugas PSLU Tresna Werdha, yakni memberikan pelayanan terhadap lanjut usia yang ada dalam panti. Lanjut usia yang dilayani pada bulan Januari 2013 ini sebanyak 102 orang terdiri dari 43 orang laki-laki dan 59 orang perempuan. Kegiatan yang dilaksanakan terdiri dari:

a. Penerimaan

Penerimaan merupakan tahap pendekatan awal dalam pelaksanaan pelayanan meliputi kegiatan:

1) Identifikasi. 2) Seleksi. 3) Registrasi.

4) Penelaahan dan pengungkapan masalah. 5) Penempatan dalam wisma dan program.

b. Bimbingan

Bimbingan dimaksud yakni sebagai proses memberikan informasi, mengajak, mendampingi dan memfasilitasi lanjut usia untuk melakukan aktivitas yang berguna bagi kehidupan lanjut usia. Beberapa bimbingan yang dilaksanakan diantaranya:


(70)

2) Bimbingan sosial dan keterampilan. 3) Bimbingan rohani (mental keagamaan).

c. Pelayanan

Kegiatan pelayanan merupakan proses pemberian tindakan atau jasa yang pelaksanaannya secara langsung diberikan kepada lanjut usia. Beberapa tindakan pelayanan yang diberikan antara lain:

1) Pemeriksaan kesehatan dan obat-obatan. 2) Pengungkapan masalah dan pengumpulan data. 3) Pengawasan rutin terhadap kelayan dalam panti.

4) Pengurusan pemakaman terhadap kelayan yang meninggal dunia.

d. Penyantunan

Kegiatan penyantunan merupakan proses pelayanan dalam bentuk penyiapan dan penyediaan bahan, barang, alat, sarana, prasarana serta berbagai kebutuhan lansia. Beberapa hal yang disediakan dalam penyantunan diantaranya:

1) Kebutuhan sandang dan pangan serta papan. 2) Alat, bahan kebersihan pelayanan dan wisma. 3) Kelengkapan wisma serta sarana prasarana lainnya.

4.2.3. Program Pelayanan Sosial Lanjut Usia Luar Panti

Program pelayanan diberikan kepada lanjut usia yang tinggal diluar panti, dalam panti lanjut usia yang tinggal dengan keluarga dan


(71)

51

tidak tinggal menetap dalam panti. Kegiatan yang dilaksanakan dalam program luar panti ini yaitu:

a. Day Care Services

Pelayanan Harian Lanjut Usia (PHLU) yang lebih dikenal dengan

Day Care Services adalah suatu model pelayanan sosial yang disediakan bagi lanjut usia bersifat sementara, dilaksanakan pada siang hari di dalam atau di luar panti dalam waktu tertentu (maksimal 8 jam) dan tidak menginap, yang dikelola oleh pemerintah atau masyarakat secara profesional. Lanjut usia peserta

Day Care Services pada tahun 2013 sebanyak 70 orang yang terdiri dari:

a. 30 orang melalui Dana APBD.

b. 40 orang melalui Dana APBN/Dekonsentrasi.

b. Home Care

Home care adalah bentuk pelayanan pendampingan dan perawatan sosial lanjut usia di rumah sebagai wujud perhatian terhadap lanjut usia dengan mengutamakan peran masyarakat berbasis keluarga. Pelayanan yang diberikan dalam kegiatan home care ini berupa:

1) Perawatan sosial. 2) Pemeriksaan kesehatan.

3) Bantuan kebutuhan dasar lanjut usia.

Pada tahun 2013 PSLU Tresna Werdha Bhakti Yuswa melayani 20 orang lanjut usia melalui dana APBD Dinas Sosial Provinsi Lampung.


(72)

4.2.4. Program Pelayanan Umum Terkait Lanjut Usia

Program yang dimaksud adalah program UPTD PSLU dalam bentuk pelayanan kepada masyarakat dengan memberikan kesempatan untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan dan kesejahteraan lanjut usia. Beberapa kegiatan yang dilaksanakan dalam program ini yaitu:

a. Informasi Pelayanan Lanjut Usia

Kegiatan ini bertujuan menyediakan dan memberikan informasi kepada masyarakat tentang pelayanan sosial lanjut usia.

b. Pelayanan Pengembangan Pendidikan

Kegiatan pengembangan pendidikan dimaksud adalah pelayanan PSLU Tresna Werdha dalam menunjang, mendukung dan berpartisipasi aktif dalam pengembangan ilmu pengetahuan berkaitan dengan lanjut usia. Pelayanan yang dilaksanakan dalam bentuk keterbukaan, kesediaan PSLU untuk menerima siswa/mahasiswa untuk melaksanakan praktek kerja lapangan, magang, penelitian, penyusunan karya tulis, karya ilmiah, skripsi dan sebagainya.

c. Pelayanan Sarana Wisata Rohani/Amal

UPTD Pelayanan Lanjut Usia Tresna Werdha Lampung memberikan kesempatan kepada masyarakat baik secara perorangan, kelompok, lembaga/organisasi yang akan beramal


(1)

BAB. VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah di ungkapkan dalam pembahasan, maka peneliti merumuskan beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut:

1. Para lansia yang sudah tidak mempunyai sanak keluarga dan tidak ada yang mengurusinya lagi menjadi terlantar sangat membutuhkan pelayanan dan bimbingan agar tetap dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara baik, hal ini dikarenakan keterbatasan kemandirian yang mereka miliki sehingga membuat pemerintah mengambil langkah dalam hal ini dengan mendirikan Panti Sosial Tresna Werdha Bhakti Yuswa Natar, Kabupaten Lampung Selatan agar para lansia ini tidak hidup terlunta-lunta dijalan.

2. Dalam pelaksanaannya Panti Sosial Tresna Werdha Bhakti Yuswa Natar, Kabupaten Lampung Selatan sangat berperan guna meningkatkan kesejahteraan bagi para lansia terlantar ini dengan memberikan program-program kerja yang diberikan pegawai panti sosial ini yang diharapkan dapat menunjang pemenuhan kebutuhan keseharian mereka seperti pemenuhan kebutuhan fisik, sosial, mental, keterampilan dan rohani, pemeriksaan kesehatan dan obat-obatan, pengawasan rutin terhadap


(2)

91

kelayan dalam panti, pengurusan pemakaman terhadap kelayan yang meninggal dunia, pemenuhan kebutuhan sandang, pangan dan papan, alat dan bahan kebersihan pelayanan dan wisma, kelengkapan wisma serta sarana prasarana lainnya.

3. Berdasarkan informasi yang peneliti dapat dari 5 orang lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Bhakti Yuswa Natar, Kabupaten Lampung Selatan menunjukan bahwa tidak semua program-program kerja yang telah ditetapkan oleh panti ini berjalan secara maksimal. Dalam pelaksanaan program-program bimbingan, pemberian bimbingan mental dan sosial tidak pernah diberikan oleh pegawai panti selama mereka berada di panti ini, beda halnya dengan yang diungkapkan para pegawai panti yang pernah mengatakan memberikan bimbingan mental dan sosial ini kepada para lansia sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian bimbingan mental dan sosial ini tidak berjalan dengan efektif

4. Pada program pelayanan dalam hal ini terkait pemeriksaan kesehatan dan pemberian obat-obatan serta pengawasan rutin terhadap kelayan tidak berjalan dengan efektif dan selalu dikeluhkan oleh para lansia, hal ini dikarenakan fasilitas klinik yang ada di panti sosial ini seolah tak berfungsi yang mengakibatkan para lansia selalu membeli obat sendiri jika mereka sedang sakit.

5. Pada program penyantunan, dalam hal ini terkait Namun beda halnya dengan pemberian bimbingan fisik dan bimbingan rohani, pemenuhan kebutuhan sandang, pangan dan papan, kebersihan pelayanan dan wisma,


(3)

serta kelengkapan sarana dan prasarana di panti sosial ini yang dirasa para lansia ini sudah berjalan dengan baik dan rutin dilaksanakan oleh pegawai panti setiap minggunya.

6.2. Saran

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah di ungkapkan dalam pembahasan, maka peneliti merumuskan beberapa saran yaitu sebagai berikut:

1. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah daerah dalam hal ini Dinas Kesejahteraan Sosial untuk memfasilitasi lembaga sosial terkait dalam penanganan para lanjut usia terlantar dengan baik sehingga pelayanan sosial yang mereka dapatkan lebih berjalan optimal.

2. Bagi Panti Sosial Tresna Werdha Bhakti Yuswa Natar, Kabupaten Lampung Selatan untuk dapat lebih memperhatikan kondisi fisik dan psikis para lansia sehingga mereka tetep dapat melaksanakan fungsi sosialnya dengan baik, hal ini dapat dilakukan dengan rutin memberikan bimbingan mental dan sosial bagi para lansia yang diharapkan mereka tetap mempunyai semangat dalam menjalani hidup.

3. Sebaiknya pemberian bimbingan keterampilan kepada para lansia dilakukan secara rutin dan beragam yang diharapkan hal ini dapat menjadi sarana bagi para lansia dalam menyalurkan hobbi dan bakatnya serta untuk mengisi waktu-waktu luang agar para lansia tidak merasa jenuh dan bosan selama berada di dalam panti.


(4)

93

4. Diharapkan pemberian pelayanan kesehatan dan obat-obatan di Panti Sosial Tresna Werdha Bhakti Yuswa Natar, Kabupaten Lampung Selatan dapat lebih terperhatikan lagi dengan menyediakan petugas kesehatan yang selalu ada di klinik panti 24 jam dan memberikan obat-obatan yang dibutuhkan para lansia, mengingat kondisi fisik para lansia ini sangat rentan terhadap berbagai penyakit.

5. Sebagai bahan masukan bagi pegawai panti sosial agar selalu melakukan pengawasan rutin terhadap kelayan dalam panti yang diharapkan akan terciptanya suatu ikatan emosional antar pegawai panti dan lansia sehingga para lansia ini tidak merasa terabaikan.

6. Dalam menjaga kebersihan pelayanan dan wisma di panti sosial ini diharapkan para pegawai panti dapat turut pula membantu para lansia ini. Faktor usia mereka yang sudah tidak seproduktif dahulu membuat mereka sudah tidak kuat jika harus membersihkan wisma setiap hari.

7. Sebagai bahan masukan bagi keluarga yang memiliki lansia untuk tetap dapat memberikan perhatian dan kasih sayang kepada orang tuanya, karena kebanyakan dari mereka merasa tidak senang dan tidak mau jika sanak keluarganya memasukannya di panti sosial.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Abdulsyani. 1994. Sosiologi Skematika Teori dan Terapan. Jakarta: Bumi Aksara.

Berry, David dan Paulus Wirutomo. 1995. Pokok-pokok Pikiran Dalam Sosiologi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Erfansyah. 2010. Peranan Panti Sosial Dalam Merehabilitasi Penyandang Cacat Tuna Netra. Skripsi. Universitas Lampung.

Faisal, Sanapiah. 1992. Metode Penelitian Pendidikan. PT. Usaha-usaha Nasional: Surabaya.

Menno, S. dan Alwi, Mustalim. 1992. Antopologi Perkotaan. Jakarta: Rajawali Pers.

Miles, M.B dan A. Michael Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI Press.

Nazir, Moh. 1996. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia: Jakarta

Soekanto, Soerjono. 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.


(6)

Suparlan, Parsudi. 1984. Kemiskinan di Perkotaan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Vredenbergt, Jacob. 1978. Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT Gramedia.

Internet:

http://dinsoslampung.web.id/ diakses pada tanggal 28 Agustus 2013.

Definisi dan Kriteria Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) Dinsos Lampung.

http//www.lampost.com/ diakses pada tanggal 28 Agustus 2013

http://renstra.depsos.go.id/ diakses pada tanggal 28 Agustus 2013

Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 13 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Sosial Provinsi Lampung.

Undang-Undang No. 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial.

Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung, No. 12 Tahun 2000.

Undang-Undang No. 13 tahun 1998 Tentang Kesejahteraan Lanjut Usia.

Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia No. 19 tahun 2012 Tentang Pedoman Pelayanan Sosial Lanjut Usia.


Dokumen yang terkait

PERBEDAAN KADAR HDL DAN LDL SEBELUM DAN SESUDAH SENAM JANTUNG SEHAT PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BHAKTI YUSWA’ NATAR LAMPUNG SELATAN

1 11 73

PENGARUH SENAM JANTUNG SEHAT TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PUASA PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL DAN LANJUT USIA TRESNA WERDHA' NATAR LAMPUNG SELATAN

3 36 71

PERANAN PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA DALAM PENANGANAN LANJUT USIA TERLANTAR (Studi Pada UPTD Pelayanan Lanjut Usia Panti Sosial Tresna Werdha Bhakti Yuswa Natar, Kabupaten Lampung Selatan)

8 96 69

Hubungan Asupan Energi, Protein dan Aktivitas Fisik Terhadap Status Gizi Lanjut Usia di UPTD Panti Sosial Tresna Werdha Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan

9 68 77

HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN ASUPAN MAKAN PADA LANSIA DI UPTD PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA TRESNA WERDHA KECAMATAN NATAR KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

7 47 92

TINGKAT RESILIENSI USIA LANJUT DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA ABIYOSO, PAKEM, SLEMAN, YOGYAKARTA.

0 0 126

PELAKSANAAN PROGRAM PENINGKATAN KESEJAHTERAAN SOSIAL LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA ABIYOSO.

8 37 194

DZIKIR SEBAGAI METODE TERAPI KESEHATAN MENTAL PADA LANJUT USIA DI UNIT PELAKSANA TEKNIS DAERAH PANTI SOSIAL LANJUT USIA (UPTD PSLU) TRESNA WERDHA NATAR LAMPUNG SELATAN - Raden Intan Repository

0 0 14

BAB III UNIT PELAKSANA TEKNIK DAERAH PANTI SOSIAL LANJUT USIA TRESNA WERDHA NATAR LAMPUNG SELATAN DAN PENERAPAN DZIKIR SEBAGAI METODE TERAPI KESEHATAN MENTAL A. Gambaran Umum UPTD PSLU Tresna Werdha Natar Lampung Selatan 1. Sejarah Singkat UPTD PSLU Tresn

0 0 21

PERAN PANTI SOSIAL DALAM PENANGANAN LANJUT USIA (Studi Kasus pada Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Kabupaten Gowa)

0 0 81