PENGARUH SENAM JANTUNG SEHAT TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PUASA PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL DAN LANJUT USIA TRESNA WERDHA' NATAR LAMPUNG SELATAN

(1)

(2)

ABSTRAK

PENGARUH SENAM JANTUNG SEHAT TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PUASA PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL DAN

LANJUT USIA TRESNA WERDHA’ NATAR LAMPUNG SELATAN

Oleh

HANIF FAKHRUDDIN

Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang sering diderita lanjut usia. Pengelolaan diabetes melitus bertujuan untuk mempertahankan kadar gula darah dalam rentang normal, salah satunya dengan latihan jasmani senam jantung sehat. Senam jantung secara langsung dapat menyebabkan terjadinya peningkatan pemakaian glukosa oleh otot yang aktif, dan lebih banyak jala-jala kapiler terbuka sehingga lebih banyak tersedia reseptor insulin dan reseptor insulin menjadi lebih aktif yang akan berpengaruh terhadap penurunan glukosa darah pada pasien diabetes. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh senam jantung sehat yang dilakukan secara teratur terhadap kadar glukosa darah puasa pada lansia.

Penelitian ini adalah penelitian analitik komparatif numerik berpasangan dengan desain penelitian quasi eksperimental pada bulan September – Oktober 2012. Responden terdiri dari 20 orang lansia dengan melakukan senam seminggu 2 kali selama 2 bulan. Penelitian ini membandingkan rerata kadar glukosa darah sebelum senam di hari pertama dan rerata sesudah senam di pertemuan terakhir. Hasil uji statistik uji t menunjukan bahwa ada pengaruh senam jantung sehat terhadap penurunan kadar glukosa darah puasa pada lansia di Panti Sosial dan Lanjut Usia Tresna Werdha’ Natar Lampung Selatan (p=0.0001) dengan rerata sebelum senam 138,70 mg/dl dan sesudah 121,85 mg/dl sehingga rerata penurunan sebesar 16,85 mg/dl atau 12,15%. Simpulan, senam jantung sehat mempengaruhi penurunan kadar glukosa darah pada lansia.


(3)

ABSTRACT

INFLUENCE HEART HEALTHY GYMNASTICS AGAINST FASTING BLOOD GLUCOSE LEVELS AT ELDERLY IN SOCIAL AND ELDERLY

INSTITUTION TRESNA WERDHA' NATAR SOUTH LAMPUNG

By

HANIF FAKHRUDDIN

Diabetes mellitus is a degenerative disease that often affects the elderly. Management of diabetes mellitus aims to maintain blood glucose levels within the normal range, one of them with a physical exercise heart-healthy gymnastics. Gymnastics heart can directly lead to an increase in glucose utilization by the active muscles, and more open capillary nets so that more is available insulin receptors and insulin receptors become more active which will affect the decrease in blood glucose in diabetic patients. The purpose of this study was to determine the effect of heart-healthy gymnastics done regularly on fasting blood glucose levels in the elderly.

This study is a comparative analytical study of numerical pairs with quasi experimental research design in September-October 2012. Respondents consisted of 20 elderly people by doing gymnastics 2 times a week for 2 months. This study compared the mean blood glucose levels before gymnastics on the first day and the mean post-gymnastics in the last meeting.

The results statistical tests t-tests showed that there is a heart healthy gymnastics influence on the decline in fasting blood glucose levels in elderly at Social and Elderly Institution Natar South Lampung (p = 0.0001) with a mean pre-gymnastics 138.70 mg/dl and after 121.85 mg/dl so mean decreased by 16.85 mg/dl or 12.15%. Conclusion, healthy heart gymnastics affect blood glucose levels decreased in the elderly.


(4)

(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Metro pada tanggal 23 Februari 1992. Penulis merupakan anak pertama dari empat orang bersaudara dari pasangan Bapak Drs. H. Djumari Sidiq dan Ibu Dr. Hj. Sutrisni Andayani, M.Pd. Riwayat pendidikan yang sudah ditempuh oleh penulis antara lain :

1. TK Aisyi’ah Bustanul Athfal Metro tahun 1997-1998 2. SD Negeri 10 Metro Pusat tahun 1998-2000

3. Madrasah Ibtida’iyah Muhammadiyah Hadimulyo Metro tahun 2000-2003 4. SMP Negeri 1 Metro tahun 2003-2006

5. SMA Muhammadiyah 1 Metro tahun 2006-2009 6. Fakultas Kedokteran Unila tahun 2009-sekarang

Adapun riwayat Organisasi yang telah dilalui oleh penulis antara lain : 1. Ketua Tim Olimpiade Biologi SMA Muhammadiyah 1 Metro Periode

2006-2008

2. Wakil Ketua KIR SMA Muhammadiyah 1 Meto Periode 2007-2008 3. Kepala Bidang PIP Ikatan Remaja Muhammadiyah SMA Muh. 1 Metro

Periode 2007-2008

4. Staf Bidang Akademik FSI Ibnu Sina FK Unila Periode 2010-2011


(7)

6. Sekretaris Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Komisariat Unila Periode 2011-2012

7. Kepala Bidang Usaha UKM-U Koperasi Mahasiswa Unila Periode 2013-2014


(8)

Sanwacana

Assalamu’alaikum wr. Wb.

Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan hidayah Nya skripsi berjudul “Pengaruh Senam Jantung Sehat Terhadap Kadar Glukosa Darah Puasa Pada Lansia Di Panti Sosial Dan Lanjut Usia Tresna Werdha’ Natar Lampung Selatan” ini dapat terselesaikan. Shalawat serta salam dihaturkan kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai suri tauladan bagi kita semua.

Skripsi dalam bidang fisiologi kedokteran ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini, penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Sutyarso, M.Biomed, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung yang telah memberikan dukungan dan kemudahan dalam pembuatan skripsi ini..


(9)

2. dr. Khairun Nisa, M.Kes., AIFO, selaku Pembimbing Utama atas kesediaannya untuk memberikan waktu, bimbingan, motivasi, kritik dan saran dalam proses penyelesaian skripsi ini.

3. dr. Oktafany, selaku Pembimbing Kedua atas kesediaannya untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini.

4. dr. Wiranto Basuki, Sp. PK, selaku penguji utama atas kesediaanya untuk memberikan waktu, saran, dan kritik dalam pembahasan skripsi ini.

5. Ayah dan Ibu tercinta atas do’a, dukungan baik moril maupun materil serta kasih sayang yang diberikan kepada saya baik dalam keadaan sedih maupun bahagia. Terima kasih telah mendidik dan membesarkan saya sampai saat ini. Semoga saya menjadi anak yang sholeh dan sukses sesuai dengan ayah dan ibu harapkan.

6. My lovely brothers, Hasan Nuruddin dan Abdul Halim Mafudzin yang telah memberikan do’a dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini sampai tuntas. Terima kasih telah menjadi kakak yang baik dan peduli terhadap saya meskipun memiliki kesibukan dalam bekerja.

7. My Script Partner, Evi Febriani Lubis, yang telah bersama-sama berjuang dan saling melengkapi satu sama lain dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. dr. Merry Indah Sari dan Ibu Soraya Rachmanisa, M.Sc, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah membimbing memotivasi saya selama duduk dibangku perkuliahan.


(10)

9. Seluruh Dosen Fakultas Kedokteran Unila yang telah memberikan wawasan dan keilmuan kepada penulis selama di perkuliahan. Semoga ilmu yang diberikan dapat menjadi landasan dalam menggapai cita-cita dan mengamalkan ilmu yang saya dapatkan dengan baik dan bijak.

10.Segenap karyawan Fakultas Kedokteran Unila atas kebaikan yang diberikan kepada saya selama masa perkuliahan.

11. Segenap pengurus dan penghuni Panti Sosial dan Lanjut Usia Tresna Werdha’ Natar Lampung Selatan yang telah membantu dalam melaksanakan penelitian.

12.Igus Ulfa Yaze, terima kasih atas perhatian, dukungan, motivasi dan kesabaran menemani langkah saya selama ini.

13.Sahabat-sahabat saya : Ryan falamy, Syahrul Hamidi, Arif Yudho, Galih Wicaksono, Muslim Thaher, Ryan Wahyudo, Tri Agung Sanjaya, Iqbal Sidik atas keceriaan dan kebersamaan yang kalian berikan. Jazakumullah khoiran katsir.

14.Sahabat – sahabat serumah kontrakan : Nanang Hidayatullah, Sandi Falenra, Chofi Qolbi NA dan Andre Prasetyo Mahesya yang telah hidup bersama dalam suka dan duka dalam kehidupan sehari – hari dalam satu rumah.

15.Seluruh teman-teman mahasiswa FK Unila angkatan 2009 yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Terima kasih untuk kebersamaan, kekeluargaan dan perjuangan kita sejak tahun 2009 hingga sekarang.


(11)

16.Seluruh kakak-kakak angkatan 2002, 2003, 2004, 2005,2006,2007, 2008 serta adik-adik tingkat angkatan 2010, 2011, dan 2012 yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

17.Keluarga besar FSI Ibnu Sina FK Unila periode 2010 – 2011, BEM-F FK Unila Periode 2011 – 2012, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Komisariat Unila Periode 2011-2012, UKM-U Koperasi Mahasiswa Unila Periode 2013-2014 yang turut memberikan motivasi dan mengajarkan pengalaman kepada penulis. Semoga eksistensi UKM tetap semangat.

18.Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu oleh penulis.

Akhir kata, penulis memohon maaf apabila skripsi ini jauh dari kesempurnaan dan penulis mengharapkan agar skripsi ini dapat memberikan manfaat yang besar bagi keilmuan, masyarakat maupun penulis.

Wassalamu’alaikum wr. Wb.

Bandar Lampung, 29 April 2013 Penulis


(12)

ii DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ABSTRACT ABSTRAK COVER DALAM HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN PENGESAHAN RIWAYAT HIDUP SANWACANA DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Kerangka Teori ... 8

F. Kerangka Konsep ... 11

G. Hipotesis ... 11

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Senam Jantung Sehat ... 12

1. Program Senam Jantung Sehat ... 13

2. Rangkaian Gerak Senam Jantung Sehat ... 17

3. Petunjuk Pelaksanaan Senam Jantung Sehat ... 23

B. Gula Darah ... 25

1. Pengaturan Kadar Gula Darah Tubuh ... 25

2. Kadar Gula Darah ... 28

C. Lanjut Usia ... 31

1. Batasan – Batasan Lanjut Usia... 31

2. Teori Mengenai Proses Penuaan ... 32

3. Perubahan – Perubahan yang Terjadi pada Lanjut Usia ... 33


(13)

iii III. METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian ... 40

B. Tempat dan Waktu ... 40

1. Tempat ... 40

2. Waktu ... 40

C. Populasi dan Sampel ... 41

1. Populasi ... 41

2. Sampel ... 41

D. Alat dan Bahan Penelitian ... 43

1. Alat ... 43

2. Bahan ... 44

E. Prosedur Penelitian ... 44

F. Definisi Operasional ... 46

G. Pengumpulan Data ... 47

1. Data Primer ... 47

2. Data Sekunder ... 47

H. Analisis Data ... 47

1. Analisis Univariat ... 47

2. Analisis Bivariat ... 48

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden ... 49

1. Umur ... 49

2. Jenis Kelamin ... 50

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 52

1. Analisis Univariat ... 52

2. Analisis Bivariat ... 54

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 60

B. Saran ... 61 DAFTAR PUSTAKA


(14)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 2.1 Kriteria Diagnosis untuk Gangguan Kadar Gula Darah ... 29

Tabel 3.1 Definisi Operasional ... 46

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Kadar Glukosa Darah Sebelum Senam ... 52

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Kadar Glukosa Darah Sesudah Senam ... 53


(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 1.1 Kerangka Teori ... 10

Gambar 1.2 Kerangka Konsep ... 11

Gambar 4.1 Distribusi Frekuensi Respoden Berdasarkan Umur ... 50

Gambar 4.2 Distribusi Frekuensi Respoden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 51

Gambar 4.3 Grafik Histogram Kadar Glukosa Darah Sebelum Senam ... 52


(16)

1 I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Salah satu indikator utama tingkat kesehatan masyarakat adalah meningkatnya usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin banyak penduduk lanjut usia (lansia). Pada tahun 1990 jumlah penduduk lanjut usia 11,3 juta jiwa atau 8,9 %. Jumlah ini meningkat di seluruh Indonesia menjadi 15,1 juta jiwa pada tahun 2000 atau 7,2 % dari seluruh penduduk. Pada tahun 2020 jumlah lansia diproyeksikan mencapai sekitar 30 juta jiwa atau 11,5% dari total populasi. Hal ini menunjukan bahwa penduduk lanjut usia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu (Suparto, 2003).

Menurut Titus, ketua umum Lembaga Lanjut Usia Indonesia, lansia adalah warga yang berusia di atas 60 tahun. Saat ini di Indonesia terdapat sekitar 18 juta jiwa lansia. Jumlah ini merupakan 7,8% dari total populasi. Sebanyak 25% lansia menderita penyakit degeneratif dan hidup tergantung pada orang lain. Sekitar 99% diantaranya mengkonsumsi obat dan sebagian besar menghabiskan hidupnya dengan beristirahat, tanpa berbuat apa-apa (Laksmi, 2008). Penyakit-penyakit degeneratif tersebut antara lain penyakit kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah) termasuk hipertensi, diabetes


(17)

2 melitus, stroke, penyakit ginjal dan kanker (Brunner, 2002). Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (riskesdas) tahun 2007, penyakit degeneratif meningkat dari 41,7% pada tahun 1995 menjadi 59,5% pada tahun 2007. Dari beberapa penyakit degeneratif yang ada, penyakit diabetes melitus merupakan salah satu penyakit yang mengalami peningkatan jumlah penderita yang cukup tinggi (Depkes, 2008).

Diabetes melitus ialah suatu penyakit degeneratif (pemunduran) yang ditandai oleh berbagai gejala sebagai akibat kadar gula darah yang tinggi (Soegondo et al., 2009). Menurut data World Health Organitation (WHO) Indonesia menempati urutan ke 7 di dunia sebagai negara dengan jumlah penderita diabetes mellitus terbanyak setelah India, China, Amerika Serikat, Uni Soviet, Jepang dan Brazil. Tercatat pada tahun 1995 jumlah penderita diabetes millitus di Indonesia mencapai 5 juta dengan peningkatan sebanyak 230 ribu penderita, Internasional Diabetes Federation (IDF) memperkirakan jumlah penderita diabetes mellitus di Indonesia meningkat dua kali lipat dari 2.598.000 pada tahun 2003 menjadi diabetes mellitus 5.210.000 penderita pada tahun 2025. WHO memastikan peningkatan pada penderita diabetes mellitus terutama tipe II paling banyak dialami oleh negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Diabetes Mellitus tipe II tanpa tergantung insulin muncul pada usia diatas 45 tahun, karena pada usia 45 tahun ke atas tubuh sudah mengalami banyak perubahan terutama pada organ pankreas yang memproduksi insulin dalam darah (Suyono, 2007).


(18)

3 tahun 2008 menyatakan prevalensi DM di Indonesia sebesar 5,7% pada tahun 2008 (Depkes, 2010). Lampung menjadi salah satu provinsi dari 13 provinsi mempunyai prevalensi Diabetes Melitus di atas prevalensi nasional, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Riau, Lampung, Bangka Belitung, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Gorontalo, dan Maluku Utara. Hal ini juga terlihat dari angka kejadian diabetes melitus di provinsi Lampung untuk rawat jalan pada tahun 2009 mencapai 365 orang dan mengalami peningkatan pada tahun 2010 sejumlah 1103 orang (Adha, 2012).

Pengelolaan diabetes melitus bertujuan untuk mempertahankan kadar gula darah dalam rentang normal. Latihan jasmani, seperti senam jantung sehat yang dilakukan secara terartur merupakan upaya awal dalam mencegah, mengontrol dan mengatasi diabetes. Senam jantung secara langsung dapat menyebabkan terjadinya peningkatan pemakaian glukosa oleh otot yang aktif, dan lebih banyak jala-jala kapiler terbuka sehingga lebih banyak tersedia reseptor insulin dan reseptor insulin menjadi lebih aktif yang akan berpengaruh terhadap penurunan glukosa darah pada pasien diabetes (Nabyl, 2009). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Puji Indriani, Heru Supriyatno dan Agus Santoso dengan judul “Pengaruh Latihan Fisik :Senam Aerobik Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Pada Penderita DM Tipe II Di Wilayah Puskesmas Bukateja Purbalingga” tahun 2004, hasil penelitian menunjukan bahwa ada pengaruh latihan fisik: senam aerobik terhadap penurunan kadar gula darah pada penderita DM tipe 2 di Wilayah Puskesmas Bukateja Purbalingga (p=0.0001) dengan penurunan rata – rata sebesar 30,14 mg%. Jadi


(19)

4 pada penelitian ini dapat membuktikan teori yang mengatakan bahwa latihan dapat berpengaruh terhadap penurunan kadar gula darah bagi seseorang yang menderita penyakit Diabetes Melitus Tipe II (Maya, 2011).

Berdasarkan data Laporan Bulanan Panti Sosial dan Lanjut Usia Tresna Werdha’ bulan Agustus 2012 jumlah penghuni panti adalah 108 orang terdiri dari 46 orang pria dan 62 wanita. Dari jumlah tersebut, didapatkan beberapa penghuni yang mengalami gejala – gejala seperti penyakit diabetes mellitus.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh senam jantung sehat terhadap kadar glukosa darah puasa pada lansia di Panti Sosial dan Lanjut Usia Tresna Werdha’ Natar Lampung Selatan.”

B.Perumusan Masalah

Diabetes melitus atau yang lebih dikenal sebagai penyakit kencing manis adalah suatu kumpulan gangguan metabolik yang ditandai dengan meningkatnya kadar glukosa darah (hiperglikemi). Meningkatnya kadar glukosa darah ini disebabkan karena gangguan sekresi, resistensi hormon insulin atau keduanya yang berkaitan dengan faktor genetik, usia dan lingkungan (Ilyas, 2009).


(20)

5 Pengelolaan diabetes melitus bertujuan untuk mempertahankan kadar gula darah dalam rentang normal. Dapat dilakukan dengan terapi non farmakologis dan terapi farmakologis. Pengelolaan non farmakologis meliputi pengendalian berat badan, olahraga, dan diet. Sedangkan terapi farmakologisnya yaitu pemberian insulin dengan obat hipoglikemik oral. Terapi ini diberikan jika terapi non farmakologis tidak dapat mengendalikan kadar glukosa darah dan dijalankan dengan tidak meninggalkan terapi non farmakologis yang telah di terapkan sebelumnya (Yunir, 2007).

Latihan fisik merupakan salah satu prinsip dalam penatalaksanaan penyakit Diabetes Melitus. Kegiatan fisik sehari-hari dan latihan fisik teratur (3-4 kali seminggu selama kurang lebih 30 menit) merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan diabetes. Latihan fisik yang dimaksud adalah berjalan, bersepeda santai, jogging, senam jantung sehat dan berenang. Latihan fisik ini sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani (Widharto, 2007).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Puji Indriani, Heru Supriyatno dan Agus Santoso dengan judul “Pengaruh Latihan Fisik :Senam Aerobik Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Pada Penderita DM Tipe II Di Wilayah Puskesmas Bukateja Purbalingga” tahun 2004. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada pengaruh latihan fisik: senam aerobik terhadap penurunan kadar gula darah pada penderita DM tipe 2 di Wilayah Puskesmas Bukateja Purbalingga (p=0.0001) dengan penurunan rata – rata sebesar 30,14 mg%. Jadi pada penelitian ini dapat membuktikan teori yang mengatakan bahwa latihan dapat berpengaruh terhadap penurunan kadar gula darah bagi seseorang yang


(21)

6 menderita penyakit Diabetes Melitus Tipe II (Maya, 2011).

Senam jantung sehat merupakan salah latihan fisik aerobik dengan intensitas sedang. Untuk membuktikan hal tersebut, perlu di uji coba agar diperoleh fakta yang jelas. Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah ada pengaruh senam jantung sehat terhadap kadar glukosa darah puasa pada lansia di Panti Sosial dan Lanjut Usia Tresna Werdha Natar Lampung Selatan?”

C.Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah : a) Tujuan Umum

Mengetahui adakah pengaruh senam jantung sehat yang dilakukan secara teratur terhadap kadar glukosa darah puasa pada lansia di Panti Sosial dan Lanjut Usia Tresna Werdha’ Natar Lampung Selatan.

b) Tujuan Khusus

1. Mengetahui gambaran profil kadar glukosa darah puasa pada lansia di Panti Sosial dan Lansia Werdha Natar Lampung Selatan. 2. Mengetahui angka keteraturan dalam mengikuti aktifitas senam

jantung sehat.

3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi hubungan senam jantung sehat dengan penurunan kadar glukosa darah puasa pada lansia.


(22)

7 D.Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Menambah kepustakaan dalam mengembangkan ilmu fisiologi kedokteran terapan mengenai pengaruh olahraga senam jantung sehat terhadap penurunan kadar glukosa darah puasa sebagai aplikasi dan pembuktian teori kedokteran yang telah dipelajari.

2. Manfaat Praktis

a. Manfaat bagi penulis

Sebagai pengalaman pertama penulis dalam pembuatan skripsi dan hasil penelitian ini diharapkan menjadi pengalaman dan pengetahuan bagi penulis mengenai pengaruh senam jantung sehat terhadap penurunan kadar glukosa darah puasa pada lansia.

b. Manfaat bagi masyarakat

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi informasi bagi masyarakat mengenai pentingnya pengaruh senam jantung sehat terhadap penurunan kadar glukosa darah puasa pada lansia sehingga dapat diterapkan dalam masyarakat khususnya bagi lansia yang mengalami diabetes mellitus.

c. Manfaat bagi peneliti lain

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi dasar dan bahan untuk penelitian lanjutan yang berhubungan dengan penelitian saat ini.


(23)

8 Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi informasi kepada pengelola dan penghuni panti mengenai pentingnya pengaruh senam jantung sehat terhadap penurunan kadar glukosa darah khususnya untuk lansia yang mengalami gejala atau penyakit metabolik diabetes mellitus.

E.Kerangka Teori

Proses penuaan sel atau aging cell merupakan suatu proses yang secara alamiah akan dialami oleh setiap makhluk hidup atau organisme. Proses ini merupakan suatu keadaan yang secara normal terjadi dan tidak bisa dihindari Gejala awal yang bisa dikenali adalah mulai munculnya kemunduran fungsi organ dan metabolisme tubuh yang meningkatkan kerentanan terhadap berbagai penyakit degeneratif, salah satunya penyakit diabetes mellitus (Nisa, 2007).

Diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua – duanya (ADA, 2011). Diabetes mellitus yang sering terjadi pada lansia merupakan jenis diabetes mellitus tipe II yang disebabkan karena penurunan sekresi insulin atau resistensi insulin yang cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun (Maya, 2011).

Penyakit ini salah satu penyakit metabolik yang prevalensinya cukup tinggi dan bila tidak dilakukan pengontrolan glukosa darah secara berkala dapat


(24)

9 menyebabkan berbagai komplikasi, seperti hipertensi, penyakit jantung, kerusakan ginjal, gangguan penglihatan, koma diabetikum dan kaki diabetikum (Brunner et al., 2002).

Penderita diabetes mellitus harus penatalaksanaan sedini mungkin. Tujuan umum terapi diabetes adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal (euglikemia) tanpa terjadinya hipoglikemia dan gangguan serius pada pola aktivitas pasien (ADA, 2011).

Menurut Brunner dan Suddart (2002), ada empat komponen dalam pelaksanaan diabetes, yaitu diet dan pengendalian berat badan, latihan fisik, edukasi dan bila diperlukan terapi farmakologis. Salah satu cara preventif maupun untuk menjaga agar sistem fisiologis tubuh tidak cepat menurun dilakukan latihan fisik secara teratur contohnya senam jantung sehat. Senam jantung memiliki efeknya dapat menurunkan kadar glukosa darah dan mengurangi resiko kardiovaskuler (Arianti, 2010). Senam jantung akan menurunkan kadar glukosa darah dengan meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian insulin.


(25)

10 Gambar 1.1 Kerangka Teori Pengaruh Senam Jantung Sehat terhadap Kadar Glukosa Darah Puasa pada Lansia di Panti Sosial dan Lanjut Usia Tresna Werdha’

Natar, Lampung Selatan (Maya, 2011)

Kejadian diabetes mellitus tipe II

Kadar glukosa darah puasa

Faktor yang dapat diubah 1.Usia

2.Pola makan 3.Gaya hidup 4.Obesitas 5.Hipertensi

6.Bahan-bahan kimia dan obat- obatan

7.Penyakit dan infeksi pankreas 8.Dislipidemia

Faktor yang tidak dapat diubah 1.Riwayat keluarga diabetes 2.Ras atau latar belakang etnis 3.Riwayat diabetes pada

kehamilan

(Ehsa, 2010)

Faktor resiko diabetes tipe II

Penatalaksanaan

1. Kontrol Diet dan IMT 2. Edukasi

3. Terapi Farmakologi 4. Latihan

(Brunner dan Suddart , 2002)

Kebutuhan energi meningkat

Otot menjadi aktif dan lebih peka

Reseptor insulin lebih aktif

Peningkatan pemakaian kadar glukosa otot

Latihan (Senam Jantung Sehat)


(26)

11 F. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 1.2 Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka konsep di atas, maka senam jantung sehat yang dilakukan secara teratur akan menurukan kadar glukosa darah puasa pada lansia.

G.Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

Ha : Terdapat adanya pengaruh senam jantung jantung sehat terhadap penurunan kadar glukosa darah puasa pada lansia di Panti Sosial dan Lansia Tresna Werdha’ Natar Lampung Selatan.

Ho : Tidak terdapat adanya pengaruh senam jantung jantung sehat terhadap penurunan kadar glukosa darah puasa pada lansia di Panti Sosial dan Lansia Tresna Werdha’ Natar Lampung Selatan.

Senam Jantung Sehat Profil Kadar Glukosa


(27)

12 II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Senam Jantung Sehat

Senam jantung sehat adalah olahraga yang disusun dengan selalu mengutamakan kemampuan jantung, gerakan otot besar dan kelenturan sendi, serta upaya memasukkan oksigen sebanyak mungkin (SJS Seri III, 2001). Selain meningkatkanya perasaan sehat dan kemampuan untuk mengatasi stress, keuntungan latihan aerobik yang teratur adalah meningkatnya kadar HDL-C, menurunnya kadar LDL-C, menurunnya tekanan darah, berkurangnya obesitas, berkurangnya frekuensi denyut jantung saat istirahat dan konsumsi oksigen miokardium (MVO2), dan menurunnya resistensi insulin (Sylvia, 2005).

Senam jantung sehat terdiri dari 5 seri, dimana setiap seri dibedakan dari gerakan dan intensitas latihan. Senam jantung sehat seri I, berbeda dengan senam jantung sehat seri II, III, IV, maupun seri V, dimana semakin besar seri, beban latihan semakin tinggi. Seri II dapat dilakukan jika sudah mampu melakukan senam seri I, begitu juga seterusnya.


(28)

13 Memberikan kelenturan otot dan sendi dapat menghilangkan kekakuan otot dan sendi tersebut dapat dihilangkan dengan memberikan senam jantung sehat dan senam-senam lainnya yang sesuai. Menambah kekuatan otot-otot pada tangan dan kaki Dengan demikian maka senam jantung sehat adalah olahraga yang berintikan aerobik ditambah dengan olahraga yang dapat memberikan kelenturan, kekuatan dan peningkatan otot-otot secara mudah, murah, meriah, massal dan manfaat serta aman (Ariyanti,2010).

Pengamanan berbentuk sederhana hanya menghitung denyut nadi tetapi kegunaannya sangat bermanfaat. Dosis yang diberikan disesuaikan dengan umur. Rumus yang mudah yakni rumus 200 yaitu 200 dikurangi umur. Itulah nadi maksimal yang boleh dilakukan sewaktu melaksanakan latihan. Dari gambaran tersebut olahraga jantung sehat dapat dilakukan oleh siapa saja, dimana saja dan kapan saja (Supriyadi, 2006).

1. Program Senam Jantung Sehat

Dalam buku Petunjuk Senam Jantung Sehat Seri III (2001) dinyatakan, bahwa program olahraga jantung sehat dalam pelaksanaan latihannya haruslah disusun berdasarkan beberapa komponen, yaitu sebagai berikut:

a. Umur

Dalam pelaksanaan latihan senam jantung sehat harus dilakukan pengelompokkan menurut umur. Hal ini dikarenakan kemampuan individual dari masing – masing tingkatan umur tidaklah sama.


(29)

14 b. Jenis Kelamin

Program latihan untuk pria dan wanita haruslah berbeda.

c. Kapasitas Aerobik

Program latihan disesuaikan dengan kemampuan aerobic perorangan. Adalah wajib mengukur kemampuan aerobic sebelum melakukan program latihan.

d. Dosis Latihan

Oleh karena kemampuan setiap orang tidak sama, maka dosis perorangan harus sesuai dengan kemampuannya, serta diberikan pada daerah AMAN, artinya tidak membahayakan, tetapi tetap memberi manfaat.

e. Program Berencana

Oleh karena olahraga senam jantung sehat mempunyai target sasaran, maka program latihan haruslah direncanakan bertahap, yang akhirnya mencapai taraf pemeliharaan. Secara singkat program latihyan mengikuti pola:

1) program awal, 2) program kondisi, dan 3) program pemeliharaan.


(30)

15 Di dalam upaya mencapai sasaran tersebut, untuk tahap pertama, semua anggota diarahkan mampu menyelesaikan program dasar, atau program aerobic sederhana sebagai inti, yaitu:

1) Jalan kaki 6,4 km dalam waktu 1 jam,

2) Jogging atau jalan diselingi lari 4,8 km dalam waktu 30 menit, 3) Lari 3,2 km dalam waktu 20 menit.

Para anggota yang telah mampu melaksanakan program butir (1) serta usianya 40 tahun sampai 49 tahun, dapat mencoba program butir (2) yaitu jogging (andaikata syarat-syarat untuk itu dipenuhi). Untuk yang berusia di bawah 40 tahun, jelas program butir (2) harus pula dikuasai atau ditargetkan. Para anggota yang telah menyelesaikan program butir (2) serta usianya di bawah 30 tahun, dapat meningkatkan program latihan butir (3) yaitu lari 3,2 km dalam waktu 16 – 20 menit.

Dengan demikian, setiap orang yang ingin berolahraga senam jantung sehat dapat melakukan programnya sesuai dengan umur dan kemampuannya. Di samping itu harus menguasai teknik-teknik dasar senam jantung sehat, seperti:

a. Menghitung denyut nadi secara tepat dan terampil b. Mengusai teknik peregangan/pemanasan/pendinginan c. Menguasai senam kelentukan yang benar

d. Menguasai teknik jalan, jogging atau lari dengan benar sesuai program latihan yang dipilih atau peruntukkannya


(31)

16 f. Mengetahui kapan olahraga harus dihentikan

g. Mampu mengenali dan mengatasi bahaya/kegawatan (SJS seri III, 2001).

Kebugaran tubuh dapat dicapai jika olahraga yang dilakukan dapat mencapai sasaran berbagai komponen kebugaran. Misalnya, kebugaran jantung-paru dapat dicapai dengan senam jantung sehat; suatu latihan yang melibatkan otot-otot besar (utamanya lengan dan tungkai) melakukan gerakan ritmis secara terus menerus. Selengkapnya regimen yang dianjurkan khususnya untuk usia lanjut adalah :

a. F – 2 – 3 kali per minggu,

b. I - memacu jantung hingga target heart rate/denyut jantung latihan, c. T - berjalan, jogging, berlari, senam jantung, bersepeda, lompat tali,

aerobic, dsb,

d. T - 20 – 40 menit (Santoso, 2008).

Senam jantung sehat yang telah dilakukan diharapkan akan mempunyai nilai tambah dalam bentuk pengetahuan sehingga menghasilkan sikap yang baik, seperti:

a. Tidak merokok

b. Menjaga keseimbangan tinggi dan berat badan

c. Menjaga dan mengatasi faktor resiko lainnya yang ada, seperti kadar lemak dalam darah/kolesterol, tekanan darah tinggi, diabetes militus d. Menjaga keseimbangan antara anggota dan sesama manusia


(32)

17 e. Selalu taat menjalakan agamanya, sehingga mencapai ketentraman

lahir dan batin.

Untuk mengetahui apakah seseorang dapat dikatakan telah berhasil mencapai program latihan, dapat dipakai bebrapa tolok ukur/parameter, antara lain sebagai berikut:

a. Program latihan tercapai

b. Berat dan tinggi badan seimbang c. Tekanan darah normal atau terkendali

d. Denyut nadi istirahat semakin bertambah lambat (relatif bradikardi) e. Keluhan semakin hilang

f. Jumlah hari sakit berkurang

g. Faktor resiko hilang atau terkendali

h. Tingkat kesegaran jasmani baik (Supriyadi, 2006).

2. Rangkaian Gerak Senam Jantung Sehat

Rangkaian gerak senam jantung sehat sebagai bagian dari olahraga jantung sehat, disusun dengan selalu mengutamakan klemampuan jantung, gerakan otot besar dan kelentukan sendi, serta upaya memasukkan oksigen sebanyak mungkin (SJS seri III, 2001).

Bagi anggota yang lebih muda, gerakan jalan di tempat dapat ditingkatkan menjadi lari di tempat atau mengangkat kaki lebih tinggi, misalnya untuk usia 30 tahun ke bawah atau usia 40 tahun tetap berlatih. Bagi anggota yang


(33)

18 lebih tua, usia 50 tahun ke atas, gerakan jalan di tempat cukup memacu jantung agar mencapai sasaran. Tinggi kaki disesuaikan dengan hasil latihan, bisa lebih rendah atau lebih tinggi.

Dalam menyusun senam jantung sehat telah dimasukkan prinsip latihan, yaitu:

a. Latihan peregangan / pemanasan

- Ketukan musik 130 ketukan / menit selama 6 menit. b. Latihan Inti

- Ketukan musik 145 ketukan / menit selama 12 menit. c. Latihan pendinginan / penenangan.

- Ketukan musik 120 ketukan / menit selama 4 menit 30 detik (Wisit, 2012).

Gerakan senam jantung sehat Seri I: 1. Gerakan Pemanasan :

a. Gerakan I :

- Menundukkan kepala

- Memiringkan kepala ke kanan - Memiringkan kepala ke kiri b. Gerakan II :

- Mengangkat bahu kanan - Mengangkat bahu kiri - Mengangkat kedua bahu c. Gerakan III


(34)

19 - Saling menekan kedua telapak tangan

- Menarik jari-jari kedua tangan d. Gerakan IV

- Memutar badan ke kanan - Memutar badan ke kiri

e. Gerakan V

- Menarik kedua bahu

- Merentangkan kedua lengan kesamping f. Gerakan VI

- Memiringkan sisi tubuh ke kanan - Memiringkan sisi tubuh ke kanan g. Gerakan VII

- Memutar badan dan kaki ke kanan - Memutar badan dan kaki ke kiri h. Gerakan VIII

- Membungkukkan badan i. Gerakan IX

- Melangkahkan kaki serong kanan - Melangkahkan kaki serong kiri j. Gerakan X

- Mengangkat kaki kanan - Mengangkat kaki kiri k. Gerakan XI


(35)

20 - Menekuk kaki kanan ke belakang

- Menekuk kaki kiri ke belakang

2. Gerakan Inti a. Gerakan I

- Jalan di tempat

b. Gerakan II

- Menundukkan dan menegakkan kepala

- Memiringkan kepala kesamping kanan dan kiri c. Gerakan III

- Memutar bahu ke depan - Memutar bahu ke belakang d. Gerakan IV

- Jalan di tempat dan rentangkan tangan ke depan, ke atas lalu rentangkan

e. Gerakan V

- Mendorong lengan ke depan - Mendorong lengan ke samping f. Gerakan VI

- Jalan di tempat dan rentangkan tangan ke depan, ke atas, lalu rentangkan

g. Gerakan VII

- Merenggutkan dan merentangkan tangan


(36)

21 belakang

h. Gerakan VIII

- Jalan di tempat dan rentangkan tangan ke depan, ke atas lalu rentangkan

i. Gerakan IX

- Memutar badan ke samping kanan dan kiri - Membungkuk badan serong ke kanan dan ke kiri j. Gerakan X

- Jalan di depan dan rentangkan tangan ke depan, ke atas lalu rentangkan

k. Gerakan XI

- Mengangkat lutut kanan dan kiri - Mengayun kaki ke kanan dan ke kiri l. Gerakan XII

- Jalan di tempat dan rentangkan tangan ke depan, ke atas lalu rentangkan

m.Gerakan XIII

- Mengayun kedua lengan ke atas kanan dan kiri

- Mengayun kedua lengan ke samping kanan dan kiri belakang n. Gerakan XIV

- Jalan di tempat dan rentangkan tangan ke depan, ke atas lalu rentangkan

o. Gerakan XV - Lari di tempat


(37)

22 p. Gerakan XVI

- Lari di tempat sambil mengayunkan kaki kanan dan kiri ke depan bergantian

q. Gerakan XVII

- Lari di tempat sambil menekuk kaki kanan dan kiri ke belakang bergantian

r. Gerakan XVIII

- Lari di tempat mengangkat lutut ke depan, sambil mengangkat kedua lengan lurus sejajar ke depan dan ke atas

s. Gerakan XIX

- Lari di tempat dan menepuk tangan di atas kepala t. Gerakan XX

- Lari ditempat dan rentangkan tangan ke depan, ke atas, lalu rentangkan, menarik nafas

3. Gerakan pendinginan a. Gerakan I

- Membuka kaki kanan selebar bahu dan membungkuk b. Gerakan II

- Memutar badan dan kaki ke samping kanan dan kiri c. Gerakan III

- Memutar badan ke kanan dan ke kiri d. Gerakan IV


(38)

23 Sebelum senam, melakukan pemanasan – pemanasan kecil, seperti jogging, jalan di tempat agar suhu tubuh naik. Selain itu, agar tubuh tidak kaku sehingga kemungkinan cedera diperkecil. Berdoa dulu sebelum melakukan senam. Dilakukan di luar ruangan agar ada udara segar. Sebaiknya dilakukan beramai – ramai agar lebih semangat (Santoso, 2008).

3. Petunjuk pelaksanaan Senam Jantung Sehat

Penyusunan gerakan senam jantung sehat didasarkan pada prinsip dasar olahraga yang berguna untuk pembinaan kesehatan jantung dan kesegaran jasmani yang mencakup beberapa komponen, yaitu sebagai beriakut :

a. Peningkatan ketahanan jantung dan alat peredaran darah serta pernafasan/paru (cardiorespiratory endurance)

b. Kekuatan otot (strength)

c. Ketahanan otot (muscle endurance) d. Kelenturan (flexibility)

e. Koordinasi gerak (coordination) f. Kelincahan (agility)

g. Keseimbangan (balance)

Sedangkan prinsip dasar pelaksanaan gerak dari senam jantung sehat baik itu seri I. II, III IV maupun V adalah melalui tahapan latihan sebagai berikut:


(39)

24 a. Sikap Sempurna

Sikap sempurna adalah berdiri tegak, kedua tumit rapat, ujung jari terbuka selebar kepalan tangan 5 (lima) titik, mulai dari telinga, bahu, pinggul, lutut dan mata kaki merupakan satu garis lurus, tegak lurus dengan lantai. Pandangan lurus ke depan dan kedua lengan lurus di samping badan, telapak tangan menghadap ke dalam, jari-jari tangan rapat di samping badan serta tangan tidak dikepal. Siap untuk olahraga.

b. Berdoa

Berdoa dilakukan menurut agama dan kepercayaannya masing-masing, semoga olahraga yang segera dilakukan memberi manfaat kekuatan dan kesehatan lahir dan batin. Pusatkan pikiran dan perasaan dalam suasana gembira. Setelah aba –aba “berdoa mulai”, tundukkan kepala dan setelah aba-aba ”berdoa selesai”, kepala kembali tegak.

c. Menghitung Denyut Nadi

Menghitung denyut nadi dilakukan dengan cara jari telunjuk dan jari tangan kanan meraba nadi radialis lengan kiri (pergelangan tangan kiri) selama 10 (sepuluh) detik dan jumlahnya dikalikan 6, berarti nadi satu menit, dengan sikap dua pergelangan tangan satu jengkal di depan dada menghadap ke dalam.

Ada beberapa macam cara penghitungan denyut nadi, yaitu:

1. Denyut nadi istirahat, biasanya tidak melebihi 100 kali per menit 2. Denyut nadi pemanasan, biasanya tidak melebihi 120 kali per menit


(40)

25 3. Denyut nadi latihan:

a. Minimal = (3/4 x nadi maksimal) per menit b. Optimal = (nadi maksimal - 10) per menit

c. Maksimal = (200 – umur) per menit (Supriyadi, 2006).

B.Gula Darah

Gula darah adalah istilah yang mengacu kepada tingkat glukosa dalam darah. Konsentrasi gula darah, atau tingkat glukosa serum diatur ketat dalam tubuh. Glukosa yang dialirkan melalui darah adalah sumber utama energi untuk sel-sel tubuh. Umumnya tingkat gula dalam darah bertahan pada batas-batas 4-8 mmol/L/hari (70-150 mg/dl), kadar ini meningkat setelah makan dan biasanya berada pada level terendah di pagi hari sebelum orang-orang mengkonsumsi makanan (Murray, 2003).

1. Pengaturan Kadar Gula Darah Tubuh

Yang berperan penting dalam fisiologi pengaturan kadar glukosa darah adalah hepar, pancreas, adenohipofise dan kelenjar adrenal. Pengaruh lain berasal dari : kelenjar tiroid, kerja fisik, serta faktor imunologi dan herediter.

a. Hepar


(41)

26 vena porta. Sebagian dari glukosa tersebut disimpan sebagai glikogen. Pada saat itu kadar glukosa dalam vena porta lebih tinggi daripada vena hepatik. Setelah absorbsi selesai, glikogen dalam hepar dipecah lagi menjadi glukosa. Pada saat ini kadar glukosa dalam vena hepatik lebih tinggi daripada dalam vena porta. Jadi jelaslah bahwa hepar dalam hal ini berperan sebagai glukostat.

Dalam keadaan biasa, persediaan glikogen dalam hepar cukup untuk mempertahankan kadar glukosa darah selama beberapa jam (Aulia, 2005).

b. Pankreas

Sekresi insulin kedalam darah diatur oleh berbagai faktor yaitu : a) Jumlah makanan yang masuk

b) Hormon saluran cerna

c) Hormon susunan saraf (baik susunan saraf otonom maupun susunan saraf pusat)

Berbagai zat dalam makanan dapat merangsang sekresi insulin. Pada manusia glukosa merupakan stimulus terkuat, dimana pemberian oral lebih kuat merangsang sekresi insulin daripada pemberian intra vena. Perangsangan sekresi insulin ini dengan perantaraan hormon intestinal. Yang dimaksud hormon intestinal adalah sekretin, gastrin, pankreozimin, dan glukagon intestinal.


(42)

27 Selain insulin, hormon pankreas yang juga penting ikut mengatur metabolisme karbohidrat adalah glukagon. Glukagon menyebabkan glikogenolisis dengan jalan merangsang adenilsiklase, suatu enzim yang penting untuk mengaktifkan enzim fosforilase. Penurunan cadangan glikogen dalam hepar menyebabkan bertambahnya deaminasi dan transaminasi asam amino, sehingga glukoneogenesis menjadi lebih aktif (Tara, 2009).

c. Sistem adrenergik (Kelenjar adenohipofise dan kelenjar adrenal)

Kerja zat adrenergik terhadap metabolisme adalah : 1. Meningkatkan glikogenolisis dihepar dan otot rangka.

2. Meningkatkan lipolisis dan pelepasan asam lemak bebas dari jaringan lemak.

Glikogen  Glukosa 1 P  Glukosa 6 P

Hepar mempunyai Glukosa 6 Phosfatase, tetapi otot rangka tidak mempunyai, sehingga hepar melepas glukosa sedangkan otot rangka melepas asam laktat.

Zat adrenergik juga menyebabkan penghambatan sekresi insulin . Diketahui bahwa sekresi insulin distimulasi oleh aktifitas reseptor (beta)

adrenergik. Tetapi dalam pengaruhnya, reseptor (alpha) adrenergik


(43)

28 insulin dihambat. Oleh Metz dikatakan bahwa epinefrin mengganggu insulin release dengan mekanisme mobilisasi ion Ca.

Epinefrin juga menyebabkan berkurangnya ambilan (uptake) glukosa oleh jaringan perifer, akibatnya peningkatan kadar glukosa darah dan laktat darah, serta penurunan glikogen dalam hepar dan otot rangka. Epinefrin meningkatkan aktifitas enzim lipase trigliserida dalam jaringan lemak sehingga mempercepat pemecahan trigliserida menjadi asam lemak bebas ( free fatty acid =F.F.A. ) dan gliserol. Akibatnya kadar asam lemak bebas dalam darah menintgkat. Aktifitas enzim lipase trigliserida tersebut terjadi karena aktifitas reseptor yang berakibat terbentuknya siklik AMP (Fara, 2008).

Dari uraian pengaturan kadar glukosa darah tersebut diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa hiperglikemi dapat disebabkan oleh berbagai keadaan, demikian pula halnya pada sindrom diabetes mellitus. Secara singkat dapat disebutkan bahwa :

1. Semua keadaan yang menghambat produksi dan sekresi insulin. 2. Adanya zat-zat yang bersifat anti insulin dalam darah.

3. Keadaan yang menghambat efek insulin pada reseptornya (Shamoon H., 2003).

2. Kadar Gula Darah


(44)

29 makan dan kembali normal dalam waktu 2 jam. Kadar gula darah yang normal pada pagi hari setelah malam sebelumnya berpuasa adalah 70-110 mg/dL darah. Kadar gula darah biasanya kurang dari 120-140 mg/dL pada 2 jam setelah makan atau minum cairan yang mengandung gula maupun karbohidrat lainnya (Jayanti, 2010).

Kadar gula darah yang normal cenderung meningkat secara ringan tetapi bertahap setelah usia 50 tahun, terutama pada orang-orang yang tidak aktif bergerak. Peningkatan kadar gula darah setelah makan atau minum merangsang pankreas untuk menghasilkan insulin sehingga mencegah kenaikan kadar gula darah yang lebih lanjut dan menyebabkan kadar gula darah menurun secara perlahan (Reinauer, 2002).

Patokan – patokan yang dipakai di Indonesia adalah : 1. Kriteria diagnosis untuk gangguan kadar gula darah.

Pada ketetapan terakhir yang dikeluarkan oleh WHO dalam petemuan tahun 2005 disepakati bahwa angkanya tidak berubah dari ketetapan sebelumnya yang dikeluarkan pada tahun 1999, yaitu:

Tabel 2.1 Kriteria diagnosis untuk gangguan kadar gula darah (Depkes, 2009)

Metode Kadar Gula Darah

Pengukuran Gula darah Puasa

Normal DM IGT IFG

< 6,1 mmol/L ≥ 7,0 mmol/L < 7.0 mmol/L < 6,1 mmol/L (Fasting Glucose) (<110 mg/dL) (≥ 126

mg/dL)

(< 126 mg/dL)

(< 110 mg/dL)

Gula darah 2 jam setelah makan

<7,8 mmol/L ≥ 11,1 mmol/L

≤11,1 mmol/L


(45)

30

(2-hglucose) (<140 mg/dL) (≥200mg/dL) (≤200mg/dL) (<140 mg/dL)

Dalam tabulasi diatas WHO mengeluarkan standard dalam 2 satuan yang sering digunakan yaitu mmol/L dan mg/dL.

2. Kadar gula darah normal (Normoglycaemia)

Normoglycaemia adalah kondisi dimana kadar glukosa darah yang ada mempunyi resiko kecil untuk dapat berkembang menjadi diabetes atau menyebabkan munculnya penyakit jantung dan pembuluh darah.

3. IGT (Impairing Glucose Tolerance)

IGT oleh WHO didefinisikan sebagai kondisi dimana seseorang mempunyai resiko tinggi untuk terjangkit diabetes walaupun ada kasus yang menunjukkan kadar gula darah dapat kembali ke keadaan normal. Seseorang yang kadar gula darahnya termasuk dalam kategori IGT juga mempunyai resiko terkena penyakit jantung dan pembuluh darah yang sering mengiringi penderita diabetes. Kondisi IGT ini menurut para ahli terjadi karena adanya kerusakan dari produksi hormon insulin dan terjadinya kekebalan jaringan otot terhadap insulin yang diproduksi.

4. IFG (Impairing Fasting Glucose)

Batas bawah untuk IFG tidak berubah untuk pengukuran gula darah puasa yaitu 6.1 mmol/L atau 110 mg/dL. IFG sendiri mempunyai kedudukan hampir sama dengan IGT. Bukan entitas penyakit akan tetapi sebuah kondisi dimana tubuh tidak dapat memproduksi insulin secara


(46)

31 optimal dan terdapatnya gangguan mekanisme penekanan pengeluaran gula dari hati ke dalam darah.

C.Lanjut Usia (Lansia)

Lanjut usia adalah periode dimana organisme telah mencapai kemasakan dalam ukuran dan fungsi dan juga telah menunjukan kemunduran sejalan dengan waktu. Ada beberapa pendapat mengenai “usia kemunduran” yaitu ada yang menetapkan 60 tahun, 65 tahun dan 70 tahun. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan 60 tahun sebagai usia yang menunjukan proses menua yang berlangsung secara nyata dan seseorang telah disebut lanjut usia (Pratiwi, 2010).

1. Batasan – Batasan Lanjut Usia

Batasan umur pada lanjut usia dari waktu ke waktu berbeda. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), lansia meliputi :

a. Usia pertengahan (middle age) = usia 45 tahun sampai 59 tahun b. Lanjut usia (elderly) = usia 60 tahun sampai 74 tahun

c. Lanjut usia tua (old) = 75 tahun sampai 90 tahun

d. Usia sangat tua (very old) = di atas 90 tahun (Nugroho, 1999).

Pengelompokan lanjut usia menurut Departemen Kesehatan RI dibagi menjadi empat bagian, yaitu :


(47)

32 a. Pertama = umur pertengahan dalam masa virilitas, antara 45 – 54 tahun b. Kedua = lansia dini dalam masa prasenium, usia 55 – 64 tahun

c. Ketiga = lanjut usia dalam masa senium, usia 65 tahun ke atas

d. Keempat = lanjut usia dengan resiko tinggi, usia lebih dari 70 tahun (Depkes RI, 2007).

Menurut Undang – Undang No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia, pada Bab I pasal 1 ayat 2 berbunyi “lansia adalah seseorang yang mencapai usia 60 (enam puluh) tahun (Arianti, 2010).

2. Teori mengenai Proses Penuaan

Proses penuaan dipengaruhi oleh faktor genetik, lingkungan, gaya hidup dan penyakit-penyakit yang diderita. Beberapa pakar mencoba merumuskan apa yang dimaksud dengan proses menua. Di antaranya:

1. Teori pakai dan rusak (wear and tear theory) 2. Teori Neuro Endokrin

3. Teori Kontrol Genetik 4. Teori Telomerase 5. Teori Radikal Bebas 6. Teori cross-linking


(48)

33 3. Perubahan – Perubahan yang Terjadi Pada Lanjut Usia

Banyak perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia, diantaranya perubahan komposisi tubuh, otot, tulang dan sendi, sistem kardiovaskular, respirasi, dan kognisi. Distribusi lemak berubah dengan bertambahnya usia. Laki-laki dengan bertambahnya usia akan mengakumulasi lemak terutama di sekitar batang tubuh (truncus) dan di sekitar organ-organ dalam, sedangkan wanita terutama di sekitar organ-organ dalam. Penelitian pada atlet senior menunjukkan bahwa mereka mempunyai kadar lemak lebih rendah dibandingkan dengan non-atlet, namun apabila dibandingkan dengan atlet muda mempunyai kadar lemak 5-10% lebih tinggi (Stanley et al, 2009).

Pada Lansia, ada penurunan massa otot, perubahan distribusi darah ke otot, penurunan PH dalam sel otot, otot menjadi lebih kaku, dan ada penurunan kekuatan otot. Pada usia 90-an, 32% wanita dan 17% laki-laki mengalami patah tulang panggul dan 12-20% meninggal karena komplikasi. Massa tulang menurun 10% dari massa puncak tulang pada usia 65 tahun dan 20% pada usia 80 tahun. Pada wanita, kehilangan massa tulang lebih tinggi, kira-kira 15-20% pada usia 65 tahun dan 30% pada usia 80 tahun. Laki – laki kehilangan massa tulang sekitar 1% per tahun sesudah usia 50 tahun, sedangkan wanita mulai kehilangan massa tulang pada usia 30-an, dengan laju penurunan 2-3% per tahun sesudah menopause (Laksmi, 2008).


(49)

34 Perubahan pada sistem kardiovaskular ditandai dengan adanya perubahan anatomi di jantung dan pembuluh darah, menurunnya denyut nadi maksimal, meningkatnya tekanan darah, hipotensi postural, perubahan dalam pemulihan denyut nadi sesudah aktivitas fisik, menurunnya jumlah darah yang dipompa dalam tiap denyutan, dan perubahan dalam darah (sel darah merah, hemoglobin). Olahraga disebutkan dapat menurunkan tekanan darah pada hipertensi, meningkatkan stroke volume (jumlah darah yang dikeluarkan jantung dalam satu kali denyutan), meningkatkan produksi sel darah merah, menurunkan LDL dan menaikkan HDL, dan mempercepat pemulihan setelah aktivitas fisik.

Beberapa kondisi Lansia yang terkait dengan fungsi paru diantaranya meningkatnya infeksi saluran nafas atas, berkurangnya luas permukaan paru (75m2 pada usia 20 tahun menjadi 50-60 m2 pada usia 80 tahun,

berkurangnya elastisitas paru, perubahan volume paru, dan kemungkinan terjadi penyakit paru obstruktif menahun yang dapat memperpendek nafas, batuk, lendir yang berlebihan, dan rendahnya toleransi terhadap latihan fisik.

Lansia berisiko untuk mengalami depresi dan menurunnya kemampuan dalam menghadapi stress. Depresi dapat timbul karena menurunnya status kesehatan, kehilangan kemampuan fisik, kehilangan pasangan hidup, tidak mempunya pekerjaan, uang, ketakutan hidup sendiri, dan lain sebagainya (Supriyadi, 2006).


(50)

35 Perubahan fungsi metabolik yang terjadi pada lansia terlihat jelas. Penurunan hormon – hormon metabolik mengakibatkan gangguan dalam proses regulasi nutrisi. Deposit protein dalam otot menjadi berkurang akibat berkurangnya testosteron. Kadar lemak di darah semakin meningkat mengakibatkan resiko hipertensi dan penyakit kardiovaskuler. Produksi insulin yang dihasilkan pankreas menurun serta resistensi insulin yang cenderung meningkat di usia di atas 65 tahun (Guyton, 2002).

Lansia juga mengalami kendala pengaturan keseimbangan karena menurunnya persepsi terhadap kedalaman, menurunnya penglihatan perifer, menurunnya kemampuan untuk mendeteksi informasi spatial. Kondisi ini berakibat meningkatnya risiko jatuh pada Lansia. Olahraga yang ditujukan untuk memperbaiki keseimbangan sangat bermanfaat, misalnya Tai Chi, dansa (Laksmi,2008).

D. Pengaruh Senam Jantung Sehat terhadap Kadar Gula Darah

Secara umum, latihan senam jantung sehat yang benar, teratur, maju dan berkelanjutan akan memberi manfaat pada kesehatan dan kebugaran tubuh. Secara khusus, latihan senam jantung sehat dapat memberi manfaat untuk bekerjanya organ tertentu, seperti misalnya untuk menguatkan jantung, untuk mengelola kadar gula darah, untuk menjarangkan serangan asma, dan untuk memperlancar proses pencernaan makanan. (Tamher, 2009).


(51)

36 Senam jantung sehat pada penderita diabetes direkomendasikan karena terjadi peningkatan resiko penyakit kardiovaskular pada diabetes. Intensitas latihan fisik dalam senam jantung sehat harus dimulai pada tingkat yang rendah. Ergometer lengan dapat dipergunakan untuk menilai adanya neuropati atau microangiopati perifer (Albright et al. 2000: 1345). Hal yang perlu diperhatikan adalah kemungkinan adanya komplikasi neurapati otonom yang menurukan kemampuan penderita diabetes mencapai denyut nadi maksimal sehingga menurunkan sensitivitas program latihan yang didasarkan denyut nadi (Sigal et al. 2004: 2518).

Senam jantung sehat dapat menurunkan kadar glukosa darah karena latihan jasmani akan meningkatkan pemakaian glukosa oleh otot yang aktif. Penelitian terbaru memperlihatkan manfaat dari latihan jasmani yang teratur terhadap metabolisme karbohidrat dan sensitivitas insulin (Yunir, 2006).

Latihan senam jantung sehat yang teratur (3-4 kali seminggu selama kurang lebih 30 menit) memegang peran penting dalam pencegahan primer terutama pada DM Tipe 2. Orang yang tidak berolah raga memerlukan insulin 2 kali lebih banyak untuk menurunkan kadar glukosa dalam darahnya dibandingkan orang yang berolah raga. Manfaat latihan senam jantung sehat yang teratur pada penderita DM antara lain :

1. Memperbaiki metabolisme yaitu menormalkan kadar glukosa darah dan lipid darah.

2. Meningkatkan kerja insulin dan meningkatkan jumlah pengangkut glukosa.


(52)

37 3. Membantu menurunkan berat badan.

4. Meningkatkan kesegaran jasmani dan rasa percaya diri. 5. Mengurangi resiko penyakit kardiovaskular. (Siregar, 2006).

Pada saat memulai program latihan senam jantung, sangat diperlukan untuk mengukur kadar gula darah sebelum dan sesudah latihan sehingga respon kadar gula darah terhadap olahraga pada penderita diabetes dapat diketahui. Penyesuaian asupan karbohidrat atau dosis insulin harus dilakukan pada saat melakukan aktivitas fisik. Pada diabetes tipe I, resiko hipoglikemia selama atau sesudah latihan fisik lebih tinggi dibandingkan dengan penderita diabetes tipe II. Beckman et al. 2002: 2570).

Hipoglikemia merupakan efek senam jantung sehat yang harus diperhatikan, mengingat olahraga memiliki efek meningkatkan sensitivitas sel-sel tubuh terhadap insulin. Hipoglikemia juga terjadi karena pada saat latihan senam jantung sehat juga terjadi peningkatan absorbsi insulin. Peningkatan absorbsi insulin ini biasanya terjadi pada insulin kerja cepat (short-acting) dan bila injeksi insulin dilakukan pada otot yang aktif melakukan gerakan. Hipoglikemia dapat terjadi pada saat latihan sampai dengan 4 sampai 6 jam setelah latihan senam jantung sehat. Agar hal ini dapat dicegah, dosis insulin sebelum latihan harus dikurangi serta asupan karbohidrat sebelum latihan harus ditingkatkan.

Hipoglikemia merupakan efek samping olahraga yang dapat bersifat fatal sehingga programmer latihan, penderita maupun keluarga penderita diberi


(53)

38 penjelasan mengenai kemungkinan hipoglikemia, gejala-gejalanya dan cara pengatasannya. Menurut Sigal et al. (2004: 2518) resiko hipoglikemia dapat diminimalkan dengan :

1. Memonitor kadar gula darah secara rutin pada saat menjalankan program latihan fisik.

2. Mengurangi dosis insulin (satu sampai dua unit tergantung petunjuk dokter) serta meningkatkan asupan karbohidrat (10-15 gram pada latihan 30 menit) sebelum latihan dimulai.

3. Injeksi insulin dilakukan pada area yang pada saat latihan kurang aktif ( misalkan daerah perut).

4. Hindari latihan fisik pada saat puncak kerja insulin.

5. Pada latihan fisik dalam durasi waktu yang lama, asupan karbohidrat dilakukan sebelum dan selama latihan.

6. Penderita diabetes tidak diperkenankan melakukan latihan fisik tanpa pengawasan.

Respons penderita diabetes terhadap latihan pada diabetes tipe I tergantung beberapa faktor termasuk adanya tambahan insulin eksogen. Jika diabetes terkontrol tanpa komplikasi ketosis, latihan akan menurunkan kadar gula darah sehingga kebutuhan terhadap insulin eksogen menurun. Sebaliknya apabila kadar gula darah tidak terkontrol atau insulin tidak cukup tersedia sebelum latihan fisik dilakukan, transport glukosa ke sel otot akan terhambat sehingga glukosa tidak tersedia sebagai sumber energi (Gardner et al. 2001: 755). Pada keadaan ini, asam lemak bebas akan dipergunakan oleh tubuh dan benda-benda keton akan diproduksi tubuh sehingga timbul ketosis yang


(54)

39 mengakibatkan kenaikan keasaman tubuh. Pada keadaan lanjut, tubuh akan bereaksi dengan memproduksi lebih banyak gula yang dimaksudkan untuk mencukupi kebutuhan sel otot terhadap glukosa sehingga semakin memperburuk keadaan hiperglikemi. Oleh karena hal-hal tersebut, latihan fisik pada penderita diabetes tipe I hanya boleh dilakukan apabila kadar gula darah penderita diabetes tersebut terkontrol dengan baik (Sigal et al., 2004).


(55)

40 III. METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian analitik komparatif numerik berpasangan dengan desain penelitian quasi eksperimental dan metode pengambilan data dengan pengukuran berulang (pre test – post test field trial) tanpa kelompok kontrol (Dahlan, 2010).

B. Tempat dan Waktu

1. Tempat

Tempat penelitian akan dilaksanakan di Panti Sosial dan Lanjut Usia Tresna Werdha’ Kecamatan Natar Lampung Selatan.

.

2. Waktu


(56)

41 C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

a. Populasi Target

Populasi target dalam penelitian ini adalah generalisasi dari gambaran seluruh lansia yang tinggal di Provinsi Lampung.

b. Populasi Terjangkau

Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah jumlah seluruh lansia yang tinggal di Panti Sosial dan Lansia tresna Werdha, Natar, Lampung Selatan per bulan September 2012 yang berjumlah 108 orang.

2. Sampel

Jenis cara pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah nonprobability sampling secara purposive sampling. Pada penelitian analitik komparatif, variabel yang di uji adalah numerik berpasangan dengan pengukuran berulang sehingga perhitungan sampel dihitung dengan rumus (Dahlan, 2010):

[ ]

Keterangan:

n1 = n2 = besar sampel minimal


(57)

42

= deviat baku beta

S = simpang baku dari selisih nilai antarkelompok = selisih minimal rerata yang dianggap bermakna

Peneliti menetapkan nilai α = 5 % ( α = 1,960), β = 10 % ( β = 1,282). Perkiraan peneliti, sampel data dari penelitian ini bersifat heterogen jadi nilai simpang bakunya (S) dua kali nilai . Nilai S pada penelitian kadar glukosa darah puasa oleh Bina (2003) adalah sebesar 20 mg/dl. Dengan memasukkan data masing-masing peningkatan pada indikator tersebut kedalam rumus maka akan diperoleh jumlah sampel yang digunakan sebagai berikut.

S = 20

[ ]

[ ] [ ]

[ ]

dibulatkan 20 orang

Maka jumlah minimal sampel adalah 19 orang, tetapi disini kami menggunakan 20 orang. Jadi sampel yang akan digunakan adalah berdasarkan perhitungan besar sampel, yaitu sejumlah 20 orang lansia


(58)

43 dengan asumsi jumlah tersebut minimal setelah pengurangan kriteria inklusi dan eksklusi.

Kriteria – kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut. a. Kriteria inklusi

1) Responden berusia 55 tahun ke atas.

2) Lansia masih dapat melakukan senam jantung sehat sesuai prosedur penelitian.

3) Lansia yang bersedia mengisi lembar informed consent dan kuesioner yang diberikan oleh peneliti.

b. Kriteria eksklusi

1) Mengkonsumsi obat – obatan antihiperglikemia. 2) Lansia mengikuti senam kurang dari 12 kali.

3) Adanya komplikasi kardiovaskuler dan komplikasi ekstremitas yang mengganggu proses kegiatan senam.

D. Alat dan Bahan Penelitian

1. Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Televisi

b. Soundsystem

c. DVD Player


(59)

44 e. Glukometer dan pena lancet Easy Touch ® GCU

f. Kuesioner 2. Bahan

a. Kapas alkohol

b. Blood lancet GEA Medical 28 G

c. Easy Touch Glucose Strips

d. Darah kapiler

E. Prosedur Penelitian

Prosedur dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Persetujuan (informed consent) dan kuesioner :

a. Peneliti memberikan penjelasan kepada responden tentang penelitiannya dan gambaran kuesioner.

b. Bila responden bersedia, maka responden diminta untuk menandatangani lembar persetujuan (infomerd consent).

c. Responden yang bersedia berpartisipasi, ditanyakan berdasarkan pertanyaan yang ada di kuesioner yang nantinya akan ditulis oleh peneliti.

d. Mengoreksi hasil kuesioner yang sekiranya sesuai dengan kriteria inklusi.

2. Pemeriksaan kadar glukosa darah puasa dilakukan sebanyak dua kali, yaitu ketika pertemuan pertama sebelum senam dan pertemuan terakhir


(60)

45 sebelum senam dilakukan. Pengambilan darah dilakukan oleh petugas yang ditunjuk yaitu 2 orang enumerator yang telah diberi pelatihan/training sehingga hasil atau data yang diperoleh tidak bias. Prosedur melakukan pemeriksaan yaitu :

a. Siapkan Easy Touch® GCU, lancet, strip, kapas alkohol dan torniquet. b. Masukan baterai dan nyalakan mesin.

c. Atur jam, tanggal dan tahun pada mesin.

d. Ambil chip warna hijau yang sesuai dengan cek glukosa, masukkan ke dalam mesin untuk cek mesin.

e. Jika layar muncul “eror” berarti mesin rusak.

f. Jika layar muncul “OK” berarti mesin siap digunakan.

g. Masukan strip test glukosa darah, pada layar akan muncul angka/kodesesuai dengan botol strip.

h. Setelah itu akan muncul tetes – tetes darah yang berkedip – kedip. i. Membersihkan ujung jari yang akan diambil darah kapilernya dengan

kapas alkohol 70 % dan ditunggu sampai kering.

j. Tusuk bagian dengan pena lancet yang sebelumnya sudah terpasang blood lancet baru.

k. Bersihkan tetesan darah pertama dengan kapas, kemudian teteskan pada strip darah yang selanjutnya. Ingat, jangan menekan ujung jari untuk mengeluarkan darah.

l. Beri kapas alkohol pada bekas tusukan.


(61)

46 n. Tunggu beberapa detik, kemudian hasil akan keluar pada layar (User’s

Manual Easy® GCU, 2006).

3. Mengamati responden melakukan senam jantung sehat, ini dilakukan seminggu 2 kali setiap hari selasa dan jum’at selama 2 bulan yang dipandu oleh instruktur senam. Dalam satu kali senam dilakukan selama 30 – 40 menit untuk lansia (ADA, 2012) dengan proporsi 10 menit gerakan pemanasan, 20 menit gerakan inti dan 10 menit gerakan pendinginan (Supriyadi, 2006).

F. Defisini Operasional

Tabel 3.1Definisi Operasional Variabel Definisi

Operasiona l

Alat Ukur

Cara Ukur Hasil Ukur Skala

Independen Senam jantung sehat Merupakan gerakan yang sesuai dengan senam jantung sehat seri 3

- Pengamatan secara langsung dan absensi senam jantung sehat 1. Dilakukan 0. Tidak dilakukan Nominal Dependen Kadar glukosa darah puasa Merupakan menurunnya kadar glukosa darah puasa pada responden yang termasuk kriteria inklusi Pemeriksa an sampel darah kapiler dengan Easy Touch® GCU Mengukur kadar glukosa darah yang diambil dari darah kapiler pada pasien yang dipuasaka Nilai angka (dalam mg/dl) Numerik


(62)

47 n minimal

8 jam

G. Pengumpulan data

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil obeservasi atau pengamatan yang dilakukan oleh peneliti mengenai pengaruh olahraga senam jantung sehat terhadap penurunan kadar glukosa darah puasa dan dari pengisian lembar kuesioner, serta pengukuran kadar glukosa darah puasa responden secara langsung.

2. Data Sekunder

Data sekunder didapatkan dari data laporan Panti atau lembaga terkait yang berhubungan dengan penelitian.

H. Analisis Data

Penelitian dilakukan dengan menggunakan analisis data, yaitu :

1. Analisis Univariat

Analisa univariat digunakan untuk melihat karakteristik variabel kadar glukosa darah puasa sebelum dan sesudah melakukan senam jantung sehat.


(63)

48 Sebaran frekuensi statistik yang disajikan berupa parameter ukuran pemusatan, ukuran penyebaran dan grafik histogram untuk mengetahui data dengan kurva normalnya.

2. Analisis Bivariat

Menurut Dahlan (2010), analisa bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara dua variabel, yaitu antara variabel independen dan variabel dependen. Nantinya pada penelitian ini akan dilakukan uji normalitas dari data yang didapatkan. Kemudian diuji secara statistik dengan uji t berpasangan jika didapatkan data numerik berdistribusi normal. Jika ternyata didapatkan data numerik dengan distribusi tidak normal, maka uji statistik menggunakan uji wilcoxon. Seluruh perhitungan ini diolah menggunakan software computer dengan program IBM SPSS Statistic 19. Sedangkan Confidental Interval (CI) yang digunakan adalah 95 %. Apabila p value < 0,05 berarti ada pengaruh signifikan antara kedua variabel yang diteliti, Ha diterima. Apabila nilai p value > 0,05 berarti tidak ada pengaruh yang signifikan, Ha ditolak.


(64)

60 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Persentasi rerata penurunan kadar glukosa darah puasa responden sebelum dan setelah melakukan senam jantung sehat selama 2 bulan, yang dilakukan 2 kali dalam setiap minggunya di Panti Sosial dan Lanjut Usia Tresna Werdha’ Natar Lampung Selatan sebesar 16,85 mg/dl atau 12,15%. 2. Terdapat perbedaan yang signifikan terhadap kadar glukosa darah puasa sebelum dan sesudah senam jantung sehat pada lansia di Panti Sosial dan Lanjut Usia Tresna Werdha’ Natar Lampung Selatan dengan nilai p = 0,001.

3. Penurunan kadar gula darah pada lansia dipengaruhi oleh berbagai macam faktor seperti latihan fisik, pengaturan diet, edukasi dan terapi farmakologi di Panti Sosial dan Lanjut Usia Tresna Werdha’ Natar Lampung Selatan.


(65)

61 B. Saran

Pada penelitian ini peneliti memiliki beberapa saran di antaranya sebagai berikut:

1. Kepada masyarakat diharapkan agar dapat melakukan senam jantung sehat khususnya bagi lansia yang mengalami penyakit diabetes mellitus, mengingat pentingnya pengaruh senam jantung sehat terhadap penurunan kadar glukosa darah.

2. Kepada peneliti lain diharapkan dapat melakukan penelitian lanjutan yang berhubungan dengan senam jantung sehat dan kadar glukosa darah.

3. Kepada pengelola dan penghuni panti agar lebih meningkatkan intensitas senam dan mengefektifkan pelaksanaan senam serta dapat mensosialisasikan ke panti lain.


(66)

DAFTAR PUSTAKA

ADA, 2012. Standards of Medical Care in Diabetes 2012. American Diabetes Assosiation. United States of America dalam situs www.care.diabetesjournals.org diakses tanggal 20 Januari 2013.

Adam, J. M. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Edisi V. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.

Adha, Aulya D., 2012. Hubungan Antara Pengetahuan tentang Diabetes Mellitus dan Kepatuhan Minum Obat dengan Kadar Glukosa Darah Puasa pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di RSUD DR. H. Abdoel Moeloek Bandar Lampung Provinsi Lampung. Skripsi. Universitas lampung. Bandar Lampung.

Anonym, 2001. Buku Petunjuk Senam Jantung Sehat Seri III. Jakarta. http//:www.yayasanjantungindonesia.com. Diakses tanggal 15 April 2010 Arianti, Tanti. 2010. Pengaruh Senam Jantung Sehat Terhadap Tekanan Darah

Sistolik dan Diastolik pada Lansia di Panti Lansia Tresna Werdha’ Bhakti Yuswa’ Natar Lampung Selatan. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Asdie S.H. 1997. Latihan Jasmani Sebagai Terapi Pada Diabetes Mellitus In Soeparman Ilmu Penyakit Dalam. EGC. Jakarta .

Aulia, 2005 Pengaruh Ketamin Sebagai Anestetikum Terhadap Kadar Gula Darah Pada Penderita Diabetes Mellitus. Skripsi. Universitas Diponegoro. Semarang.

Dahlan, S. 2010. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Edisi 3. Salemba Medika. Jakarta.

________. 2010. Langkah – langkah Membuat Proposal Penelitian Bidang Kedokteran dan Kesehatan . Salemba Medika. Jakarta.

Depkes. 2007. Materi Rakernas.


(67)

download/materi_rakernas/panel%204/Balitbangkes.pdf ). Diunduh tanggal 9 April 2011 jam 12.15.

Depkes. 2008. Pedoman Teknis Penemuan dan Tatalaksana Penyakit Diabetes Mellitus. Cetakan II. Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular. Jakarta.

Depkes, 2009. Pharmaceutical Care untuk Penyakit Diabetes Mellitus. Dirjen Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Depkes RI. Jakarta.

Fara, (2008). Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC.

Fathoni A. 2005. Penurunan Glukosa Darah Postprandial pada Latihan Fisik Intensitas Ringan Durasi 20 Menit dan Intensitas Sedang Durasi 10 Menit pada Penderita Diabetes mellitus. Airlangga University Library. Surabaya diakses 20 Februari 2008.

Fatia, Nurul. 2012. Perbedaan Pengaruh Senam Aerobik Dan Yoga Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Di Poliklinik Khusus Penyakit Dalam RSUP M. Djamil Padang Tahun 2012. Skripsi. Universitas Andalas. Padang.

Ferannini Elle. Insulin Resistance Versus Insulin Deficisncy In Non Insulin

Dependent Diabetes Mellitus Problem And Prospect.

http://www.detikhealth.com, diakses tanggal 18 Desember 2003.

Garrett WE, Kirkendal DT. 2000. Exercise and Sport Science. Lippincot Williams & Wilkins. Philadelpia.

Guelfi KJ, et all. 2007. Effect of Intermittent High-Intensity Compared with Continous Moderate Exercise on Glucose Production and Utilization in Individuals with Type I Diabetes. Am J Physiol Endocrinal Metabolism 292: E865-E870, 2007, diakses tanggal 8 Februari 2008.

Guyton & Hall. 2007. Fisiologi Kedokteran. EGC. Jakarta.

Hardjoeno, H. 2003. Penatalaksanaan Diabetes Melitus. Binakarya. Jakarta . Haznam. 1991. Endokrinologi. Angkasa Offset . Bandung. hal. 95 – 37 Hastono. 2007. Analisis Data Kesehatan. FKM UI. Jakarta .

Henriksen EJ. 2002. Exercise Effects of Muscle Insulin Signaling and Action Invited Review: Effects of Acute Exercise and Exercise Training on Insulin

Resistance. J Appl Physiology 93: 788-796. 2002. Departement of

Physiology, University of Arizona College of Medicine. Arizona, diakses 20 Februari 2008.


(68)

Ilyas, Ermita. 2009. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. FKUI. Jakarta Indriyani, P, Heru Supriyatno, dan Agus Santoso. 2004. Pengaruh Latihan Fisik;

Senam Aerobik Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Pada Penderita Dm

Tipe 2 Di Wilayah Puskesmas Bukateja Purbalingga.

http://ejournal.undip.ac.id/index.php/medianers/article/view/717. Diakses pada tanggal 25 Januari 2013.

Jayanti, T. 2010. Hubungan Kadar Gula Darah dengan Kecemasan pada Pasien Diabetes Militus di Rumah Sakit Islam Surakarta. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.

Jonathan, K dan Liwijaya, Kathleen. 1992. Olahraga Sumber Kesehatan. Adven Indonesia. Bandung.

Laksmi, A. Rachmah, 2008. Aktivitas Fisik pada Lansia. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.

Murray, R. K. 2003. Biokimia Harper. EGC, Jakarta.

Nabyl, RA. 2009. Cara Mudah Mencegah dan Mengobati Diabetes Melitus. Genius Printika.Yogjakarta.

Nisa, Khairun. 2007. Penuaan dan Aspek Selulernya. Makalah. Universitas Padjajaran. Bandung.

Nugroho. 1999. Perawatan Usia Lanjut. EGC. Jakarta.

Prasetiati, Endah. 2008. Pengaruh Senam Diabetes Terhadap Penurunan Kadar Glukosa darah pada Penderita diabetes Tipe 2 di Persadia Unit Rumah Sakit Pelni Cabang Jakarta Barat. Skripsi. Universitas Indonusa Esa Unggul. Jakarta

Pratiwi. 2010. Teori Penuaan, Perubahan Pada Sistem Tubuh Dan Implikasinya Pada Lansia. Makalah. Universitas Diponegoro. Semarang.

Purwanto. 2011. Dampak Senam Aerobik Terhadap Daya Tahan Tubuh dan Penyakit. Artikel Penelitian. Jurnal Media Ilmu Keolahragaan Indonesia. Universitas Negeri Semarang . Semarang

Reinauer, H, et all. 2002. Laboratory Diagnosis and Monitoring of Diabetes Melitus.WHO : 14-16. review. Journal of experimental Psychology: applied, 6 (3), 236-358.

Riyadi dan Sukarmin. 2008. Askep pada Pasien Dengan Gangguan Eksokrin dan Endokrin pada Pankreas. Graha Ilmu. Yogyakarta.


(69)

Rodiana, Maya. 2011. Pengaruh Senam Diabetes Terhadap Perubahan Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes mellitus Tipe 2 di Persadia Hospital Cinere Depok Tahun 2011. Skripsi. Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”. Jakarta.

Santoso Mardi. 2008. Senam Diabetes Indonesia Seri 4. Persatuan Diabetes Indonesia. Jakarta.

Setiabudhi, Toni dan Hardiwinoto. 2001. Panduan Gerontologi Tinjauan dari Berbagai Aspek. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Shamoon H. Influence of stress and surgery on glucose regulation in diabetes : pathophysiology and management. In : Oyama T. Endocrinology and the anesthetist. Elsevier Science Publisher B.V. , 2003 : 95 – 122. Amsterdam. Smeltzer, S & Bare, B. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8

Volume 2. Brunner dan Suddart. EGC. Jakarta.

Soegondo S, Subekti. 2009. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta. FKUI.

Stanley et al. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik, ed 2. EGC. Jakarta. Suparto, (2003). Sehat Menjelang Usia Senja. PT Remaja Rosdaharya. Bandung. Supriyadi. 2006. Motivasi Peserta Olahraga Senam Jantung Sehat di Klub Tri Lomba Juang

Semarang Tahun 2006. Skripsi. Universitas Negeri Semarang. Semarang.

Suyono, Slamet. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi 4. Jakarta Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.

Sylvia, Lorrain. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Edisi Volume 2. Jakarta : EGC.

Tamher dan Noorkasiani.2009.Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan

Asuhan Keperawatan.Jakarta: Salemba Medika.

Tara. 2009. Buku Pintar Therapi Diabetes Melitus. Taramedia dan Restu Agung. Jakarta.

Warren, MP. Constantini, NW. 2000. Sport Endocrinolgy. Human Press Totowa, New Jersey. USA.

Widharto, (2007). Kencing Manis (Diabetes). PT Sunda Kelapa Pustaka. Jakarta. Wisit B., Warwan. 2012. Pengaruh Senam Lansia Terhadap Insomnia pada Lansia

di Panti Lansia Tresna Werdha’ Bhati Yuswa’ Natar Lampung Selatan tahun 2012. Skripsi. Universitas Malahayati. Bandar Lampung.


(70)

Yunir, Soebardi. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi 4 . Jakarta : Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.


(71)

(1)

DAFTAR PUSTAKA

ADA, 2012. Standards of Medical Care in Diabetes 2012. American Diabetes Assosiation. United States of America dalam situs www.care.diabetesjournals.org diakses tanggal 20 Januari 2013.

Adam, J. M. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Edisi V. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.

Adha, Aulya D., 2012. Hubungan Antara Pengetahuan tentang Diabetes Mellitus dan Kepatuhan Minum Obat dengan Kadar Glukosa Darah Puasa pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di RSUD DR. H. Abdoel Moeloek Bandar Lampung Provinsi Lampung. Skripsi. Universitas lampung. Bandar Lampung.

Anonym, 2001. Buku Petunjuk Senam Jantung Sehat Seri III. Jakarta. http//:www.yayasanjantungindonesia.com. Diakses tanggal 15 April 2010 Arianti, Tanti. 2010. Pengaruh Senam Jantung Sehat Terhadap Tekanan Darah

Sistolik dan Diastolik pada Lansia di Panti Lansia Tresna Werdha’ Bhakti Yuswa’ Natar Lampung Selatan. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Asdie S.H. 1997. Latihan Jasmani Sebagai Terapi Pada Diabetes Mellitus In Soeparman Ilmu Penyakit Dalam. EGC. Jakarta .

Aulia, 2005 Pengaruh Ketamin Sebagai Anestetikum Terhadap Kadar Gula Darah Pada Penderita Diabetes Mellitus. Skripsi. Universitas Diponegoro. Semarang.

Dahlan, S. 2010. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Edisi 3. Salemba Medika. Jakarta.

________. 2010. Langkah – langkah Membuat Proposal Penelitian Bidang Kedokteran dan Kesehatan . Salemba Medika. Jakarta.

Depkes. 2007. Materi Rakernas.


(2)

download/materi_rakernas/panel%204/Balitbangkes.pdf ). Diunduh tanggal 9 April 2011 jam 12.15.

Depkes. 2008. Pedoman Teknis Penemuan dan Tatalaksana Penyakit Diabetes Mellitus. Cetakan II. Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular. Jakarta.

Depkes, 2009. Pharmaceutical Care untuk Penyakit Diabetes Mellitus. Dirjen Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Depkes RI. Jakarta.

Fara, (2008). Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC.

Fathoni A. 2005. Penurunan Glukosa Darah Postprandial pada Latihan Fisik Intensitas Ringan Durasi 20 Menit dan Intensitas Sedang Durasi 10 Menit pada Penderita Diabetes mellitus. Airlangga University Library. Surabaya diakses 20 Februari 2008.

Fatia, Nurul. 2012. Perbedaan Pengaruh Senam Aerobik Dan Yoga Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Di Poliklinik Khusus Penyakit Dalam RSUP M. Djamil Padang Tahun 2012. Skripsi. Universitas Andalas. Padang.

Ferannini Elle. Insulin Resistance Versus Insulin Deficisncy In Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus Problem And Prospect. http://www.detikhealth.com, diakses tanggal 18 Desember 2003.

Garrett WE, Kirkendal DT. 2000. Exercise and Sport Science. Lippincot Williams & Wilkins. Philadelpia.

Guelfi KJ, et all. 2007. Effect of Intermittent High-Intensity Compared with Continous Moderate Exercise on Glucose Production and Utilization in Individuals with Type I Diabetes. Am J Physiol Endocrinal Metabolism 292: E865-E870, 2007, diakses tanggal 8 Februari 2008.

Guyton & Hall. 2007. Fisiologi Kedokteran. EGC. Jakarta.

Hardjoeno, H. 2003. Penatalaksanaan Diabetes Melitus. Binakarya. Jakarta . Haznam. 1991. Endokrinologi. Angkasa Offset . Bandung. hal. 95 – 37 Hastono. 2007. Analisis Data Kesehatan. FKM UI. Jakarta .

Henriksen EJ. 2002. Exercise Effects of Muscle Insulin Signaling and Action Invited Review: Effects of Acute Exercise and Exercise Training on Insulin Resistance. J Appl Physiology 93: 788-796. 2002. Departement of Physiology, University of Arizona College of Medicine. Arizona, diakses 20 Februari 2008.


(3)

Ilyas, Ermita. 2009. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. FKUI. Jakarta Indriyani, P, Heru Supriyatno, dan Agus Santoso. 2004. Pengaruh Latihan Fisik;

Senam Aerobik Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Pada Penderita Dm Tipe 2 Di Wilayah Puskesmas Bukateja Purbalingga. http://ejournal.undip.ac.id/index.php/medianers/article/view/717. Diakses pada tanggal 25 Januari 2013.

Jayanti, T. 2010. Hubungan Kadar Gula Darah dengan Kecemasan pada Pasien Diabetes Militus di Rumah Sakit Islam Surakarta. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.

Jonathan, K dan Liwijaya, Kathleen. 1992. Olahraga Sumber Kesehatan. Adven Indonesia. Bandung.

Laksmi, A. Rachmah, 2008. Aktivitas Fisik pada Lansia. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.

Murray, R. K. 2003. Biokimia Harper. EGC, Jakarta.

Nabyl, RA. 2009. Cara Mudah Mencegah dan Mengobati Diabetes Melitus. Genius Printika.Yogjakarta.

Nisa, Khairun. 2007. Penuaan dan Aspek Selulernya. Makalah. Universitas Padjajaran. Bandung.

Nugroho. 1999. Perawatan Usia Lanjut. EGC. Jakarta.

Prasetiati, Endah. 2008. Pengaruh Senam Diabetes Terhadap Penurunan Kadar Glukosa darah pada Penderita diabetes Tipe 2 di Persadia Unit Rumah Sakit Pelni Cabang Jakarta Barat. Skripsi. Universitas Indonusa Esa Unggul. Jakarta

Pratiwi. 2010. Teori Penuaan, Perubahan Pada Sistem Tubuh Dan Implikasinya Pada Lansia. Makalah. Universitas Diponegoro. Semarang.

Purwanto. 2011. Dampak Senam Aerobik Terhadap Daya Tahan Tubuh dan Penyakit. Artikel Penelitian. Jurnal Media Ilmu Keolahragaan Indonesia. Universitas Negeri Semarang . Semarang

Reinauer, H, et all. 2002. Laboratory Diagnosis and Monitoring of Diabetes Melitus.WHO : 14-16. review. Journal of experimental Psychology: applied, 6 (3), 236-358.

Riyadi dan Sukarmin. 2008. Askep pada Pasien Dengan Gangguan Eksokrin dan Endokrin pada Pankreas. Graha Ilmu. Yogyakarta.


(4)

Rodiana, Maya. 2011. Pengaruh Senam Diabetes Terhadap Perubahan Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes mellitus Tipe 2 di Persadia Hospital Cinere Depok Tahun 2011. Skripsi. Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”. Jakarta.

Santoso Mardi. 2008. Senam Diabetes Indonesia Seri 4. Persatuan Diabetes Indonesia. Jakarta.

Setiabudhi, Toni dan Hardiwinoto. 2001. Panduan Gerontologi Tinjauan dari Berbagai Aspek. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Shamoon H. Influence of stress and surgery on glucose regulation in diabetes : pathophysiology and management. In : Oyama T. Endocrinology and the anesthetist. Elsevier Science Publisher B.V. , 2003 : 95 – 122. Amsterdam. Smeltzer, S & Bare, B. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8

Volume 2. Brunner dan Suddart. EGC. Jakarta.

Soegondo S, Subekti. 2009. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta. FKUI.

Stanley et al. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik, ed 2. EGC. Jakarta. Suparto, (2003). Sehat Menjelang Usia Senja. PT Remaja Rosdaharya. Bandung. Supriyadi. 2006. Motivasi Peserta Olahraga Senam Jantung Sehat di Klub Tri Lomba Juang

Semarang Tahun 2006. Skripsi. Universitas Negeri Semarang. Semarang.

Suyono, Slamet. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi 4. Jakarta Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.

Sylvia, Lorrain. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Edisi Volume 2. Jakarta : EGC.

Tamher dan Noorkasiani.2009.Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan.Jakarta: Salemba Medika.

Tara. 2009. Buku Pintar Therapi Diabetes Melitus. Taramedia dan Restu Agung. Jakarta.

Warren, MP. Constantini, NW. 2000. Sport Endocrinolgy. Human Press Totowa, New Jersey. USA.

Widharto, (2007). Kencing Manis (Diabetes). PT Sunda Kelapa Pustaka. Jakarta. Wisit B., Warwan. 2012. Pengaruh Senam Lansia Terhadap Insomnia pada Lansia

di Panti Lansia Tresna Werdha’ Bhati Yuswa’ Natar Lampung Selatan tahun 2012. Skripsi. Universitas Malahayati. Bandar Lampung.


(5)

Yunir, Soebardi. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi 4 . Jakarta : Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.


(6)

Dokumen yang terkait

PERBEDAAN KADAR HDL DAN LDL SEBELUM DAN SESUDAH SENAM JANTUNG SEHAT PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BHAKTI YUSWA’ NATAR LAMPUNG SELATAN

1 11 73

PENGARUH BRAIN GYM TERHADAP PERUBAHAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANSIA DI PANTI TRESNA WERDHA NATAR LAMPUNG SELATAN

1 18 81

PERANAN PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA DALAM PENANGANAN LANJUT USIA TERLANTAR (Studi Pada UPTD Pelayanan Lanjut Usia Panti Sosial Tresna Werdha Bhakti Yuswa Natar, Kabupaten Lampung Selatan)

8 96 69

PERANAN PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA DALAM PENANGANAN LANJUT USIA TERLANTAR (Studi Pada UPTD Pelayanan Lanjut Usia Panti Sosial Tresna Werdha Bhakti Yuswa Natar, Kabupaten Lampung Selatan)

3 50 79

PENGARUH SENAM OTAK TERHADAP LANSIA DENGAN GANGGUAN INSOMNIA DI PANTI TRESNA WERDHA NATAR LAMPUNG SELATAN

23 117 76

Hubungan Asupan Energi, Protein dan Aktivitas Fisik Terhadap Status Gizi Lanjut Usia di UPTD Panti Sosial Tresna Werdha Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan

9 68 77

HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN ASUPAN MAKAN PADA LANSIA DI UPTD PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA TRESNA WERDHA KECAMATAN NATAR KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

7 47 92

EFEKTIVITAS SENAM KEGEL TERHADAP INKONTINENSIA URINE PADA USIA LANJUT DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA UNIT BUDI LUHUR YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - EFEKTIVITAS SENAM KEGEL TERHADAP INKONTINENSIA URINE PADA USIA LANJUT DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA UNIT BUDI

0 0 17

DZIKIR SEBAGAI METODE TERAPI KESEHATAN MENTAL PADA LANJUT USIA DI UNIT PELAKSANA TEKNIS DAERAH PANTI SOSIAL LANJUT USIA (UPTD PSLU) TRESNA WERDHA NATAR LAMPUNG SELATAN - Raden Intan Repository

0 0 14

PENGARUH SENAM LANSIA TERHADAP FUNGSI KOGNITIF LANSIA DENGAN DEMENSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA PALEMBANG

0 0 21