EFEKTIVITAS PERANAN DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI LAMPUNG DALAM PENETAPAN UPAH MINIMUM PROVINSI
ABSTRACT
EFFECTIVENESS OF THE ROLE OF MANPOWER AND TRANSMIGRATION
SERVICE OF LAMPUNG PROVINCE IN PROVINCIAL MINIMUM WAGE
DETERMINATION
By
AGUS WAHYUDI
This study aims to uncover the role of Service of Manpower and
Transmigration Lampung Province in Provincial Minimum Wage determination.
The research method was descriptive qualitative data collection techniques
interview, observation, and documentation. The informan came from members of
Waging Council of Lampung that consist of representatives from the government,
workers and employers. Sources of data derived from informants and dokumen
related to the Lampung Provincial Minimum Wage determination.
The results showed that the role of the
Manpower and Transmigration
Service of Lampung Province in the minimum wage setting process Lampung
province is administratively and technically been run in accordance with established
procedures and has been effective, it can be seen from the indicators that each
member or related party setting process Lampung Province Minimum Wage
especially those in the Manpower and Transmigration Service of Lampung Province
has carried out the duties and functions in a responsible manner in accordance with
the existing rules, so that the resulting of Provincial Minimum Wage expected by all
parties.
Keywords: Effectiveness, the Role and Minimum Wage
ABSTRAK
EFEKTIVITAS PERANAN DINAS TENAGA KERJA DAN
TRANSMIGRASI PROVINSI LAMPUNG DALAM PENETAPAN UPAH
MINIMUM PROVINSI
Oleh
AGUS WAHYUDI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas peranan Dinas
Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Lampung dalam penetapan Upah
Minimum Provinsi Lampung.
Metode penelitian adalah deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan
data wawancara, observasi, dan dokumentasi. Informan berasal dari para anggota
Dewan Pengupahan Provinsi Lampung yang terdiri dari unsur pemerintah, pekerja
dan pengusaha. Sumber data berasal dari informan dan dokumen terkait penetapan
Upah Minimum Provinsi Lampung.
Hasil penelitian diperoleh bahwa peranan Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Provinsi Lampung dalam proses penetapan Upah Minimum Provinsi
Lampung secara administratif maupun teknis telah berjalan sesuai dengan
prosedur yang telah ditetapkan dan sudah efektif, hal ini dapat dilihat dari
indikator bahwa setiap anggota maupun pihak yang terkait proses penetapan Upah
Minimum Provinsi Lampung khususnya yang berada di Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Provinsi Lampung telah berperan tugas pokok dan fungsinya dengan
penuh tanggung jawab sesuai dengan aturan yang ada sehingga dihasilkan besaran
Upah Minimum Provinsi sesuai yang diharapkan oleh semua pihak.
Kata Kunci : Efektivitas, Peranan dan Upah Minimum
RIWAYAT HIDUP
Dengan anugerah Tuhan Yesus Kristus penulis dilahirkan di
Metro pada tanggal 30 Agustus 1981, sulung dari empat
bersaudara dari ayah yang bernama Ridwan dan ibu yang
bernama Sayektiningsih.
Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-kanak Kristen 1 Metro pada
tahun 1988, menyelesaikan Sekolah Dasar Kristen 1 Metro pada tahun 1994,
menyelesaikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Negeri 1 Metro pada
tahun 1997, kemudian menyelesaikan Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2
Bandar Lampung pada tahun 2000. Penulis tidak langsung melanjutkan
pendidikan ke perguruan tinggi namun berkarir di PT. Matsushita Kotobuki
Electronic Indonesia Cibitung Kabupaten Bekasi selama 1 (satu) tahun. Kemudian
pada tahun 2001 penulis melanjutkan pendidikan S1 di Sekolah Tinggi Teknologi
Nasional (STTNas) Yogyakarta pada jurusan Teknik Elektro. Pada tanggal 25
September 2005 penulis menyelesaikan studi STTNas Yogyakarta. Tahun 2006
mendapat kesempatan berkarir bergabung di Pemerintah Provinsi Lampung pada
satuan kerja Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan pada Tahun 2009
memperoleh ijin belajar di Program Pascasarjana Magister Ilmu Pemerintahan
FISIP Universitas Lampung.
Persembahan
Kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikanku hidup
Ayah, Ibu dan Mama tersayang
Istriku tercinta Marya Devi Rumanti, S. I. Kom.
Adik – adikku yang terkasih Esti Suparyati, S.Si, Sugiarto, S.Kom, Wahyu
Kristanto, Magda Risma Nika, S.E. dan Christian Sondy Risandi, S.Kom
Almamaterku tercinta Universitas Lampung
MOTO
“Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.”
“For to me to live is Christ, and to die is gain.”
(Filipi 1:21 / Philippians 1:21)
SANWACANA
Syalom
Puji dan syukur kehadirat Tuhan YME, karena atas rahmat dan anugerah-Nya
penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul ”Efektivitas Peranan Dinas
Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Lampung dalam Penetapan Upah
Minimum Provinsi” yang merupakan salah satu syarat memperoleh gelar
Magister Ilmu Pemeritahan di Universitas Lampung.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Drs. H. Agus Hadiawan, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Lampung.
2. Bapak Prof. Dr. Yulianto, MS selaku Pembantu Dekan III Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung dan juga selaku Pembimbing
Utama yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan,
masukan dan saran dalam menyelesaikan tesis ini
3. Bapak Dr. Suwondo, MA selaku Pembimbing Akademik yang telah
memberikan dan membantu penulis dalam proses perkuliahan.
4. Bapak Drs. Yana Ekana PS,M.Si selaku dosen pembimbing pembantu
sekaligus sebagai Sekretaris Program Pascasarjana Magister Ilmu
Pemerintahan FISIP Universitas Lampung yang telah memberikan
motivasi yang luar biasa, kritik, saran serta masukan dalam penyelesaian
tesis ini.
5. Ibu Dr. Ari Darmastuti, MA selaku Ketua Program Pascasarjana Magister
Ilmu Pemerintahan FISIP Universitas Lampung sekaligus sebagai dosen
penguji utama ujian tesis yang telah banyak membantu, membimbing, dan
memberikan masukan bagi tesis ini.
6. Seluruh dosen MIP, staf administrasi mbak Nurma, mas Lukman, Mas
Jum, Mas Daman, staf ruang baca dan seluruh karyawan/karyawati FISIP
Terima kasih atas bantuannya.
7. Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Lampung, Ketua
dan para Anggota Dewan Pengupahan Provinsi Lampung atas ijin serta
proses penelitiannya.
8. Teristimewa kepada kedua orangtuaku tercinta yang selalu sabar dan
senantiasa memberikan dukungan baik moril maupun materil.
9. Istriku Marya Devi Rumanti, S.I.Kom atas doa dan dukungannya.
10. Ketiga adikku Esti Suparyati, S.I.Kom, Sugiarto,S.Kom dan Wahyu
Kristanto (maju terus di dalam Tuhan dan Karir kalian)
11. Rekan – rekan seperjuangan di MIP 2009, terkhusus mas Yolly Maristo,
SH. dan Dedi Saputra, S.I.P, sukses selalu buat kita semua.
12. Untuk seluruh keluarga besarku tercinta.
13. Almamaterku tercinta, Universitas Lampung.
Akhir kata, semoga tesis yang sederhana dan jauh dari sempurna ini dapat
berguna dan bermanfaat bagi semua. Amin.
Bandar Lampung,
Penulis
Agus Wahyudi
September 2014
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................................
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .....................................................................................
B. Rumusan Masalah ...............................................................................
C. Tujuan Penelitian .................................................................................
D. Manfaat Penelitian................................................................................
1
8
9
9
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Peranan ...............................................................................
B. Tinjuauan Efektivitas ...........................................................................
C. Tinjauan Dinas Tenaga Kerja & Transmigrasi Provinsi Lampung ......
D. Pengertian Upah ...................................................................................
1. Definisi Upah .................................................................................
2. Komponen Upah........................................................... .................
3. Jenis – Jenis Upah......................................................... .................
4. Faktor – Faktor yang mempengaruhi Upah.......................... .........
5. Upah Minimum..................................................................... .........
E. Tinjauan Upah Minimum .....................................................................
F. Pengusulan Dan Penetapan Upah Minimum Provinsi.............. ...........
G. Mekanisme Penetapan UMP.................................................... ............
H. Dampak Berlakunya Keputusan Gubernur Tentang UMP Dan UMK
Bagi Pekerja dan perusahaan................................................................
I. Penetapan Nilai Kebutuhan Hidup Layak................................. ...........
J. Penangguhan Pelaksanaan Upah Minimum ............................. ...........
K. Penelitian Terdahulu .................... .......................................................
L. Kerangka Pikir .....................................................................................
III. METODE PENELITIAN
11
12
18
19
19
21
22
24
25
28
30
31
A. Tipe Penelitian .....................................................................................
B. FokusPenelitian ....................................................................................
42
43
32
36
37
38
39
C. Lokasi dan Waktu Penelitian ...............................................................
D. Informan ...............................................................................................
E. Jenis Data Penelitian ............................................................................
F. Teknik PengumpulanData ...................................................................
G. Teknik Pengolahan Data ......................................................................
H. Teknik Analisa Data..............................................................................
43
43
43
45
45
45
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
1. Tinjauan Tentang Provinsi Lampung ..............................................
a. Kondisi Geografis Daerah .........................................................
b. Luas Wilayah .............................................................................
c. Topografi ...................................................................................
d. Sumber Daya Alam .....................................................................
e. Demografis Provinsi Lampung ...................................................
2. Kondisi Ketenagakerjaan Provinsi Lampung ..................................
a. Angkatan Kerja ..........................................................................
b. Perusahaan Di Provinsi Lampung ..............................................
3. Tinjauan Tentang Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Provinsi Lampung ..........................................................................
a. Pembentukan Organisasi ............................................................
b. Gambaran singkat Tupoksi Organisasi ......................................
c. Gambaran Cakupan Kegiatan ....................................................
d. Susunan Organisasi ....................................................................
e. Sumber Daya Manusia ...............................................................
4. Tinjauan Tentang Dewan Pengupahan Provinsi Lampung .............
a. Pembentukan Organisasi.............................................................
b. Gambaran Singkat Tupoksi Organisasi .....................................
c. Susunan Organisasi ....................................................................
56
56
57
58
60
62
62
62
63
63
B. PEMBAHASAN ..................................................................................
64
1.
2.
3.
4.
Upah Minimum Provinsi Lampung .................................................
Nilai Kebutuhan Hidup Layak (KHL) Provinsi Lampung ..............
Mekanisme Penetapan Upah Minimum Provinsi Lampung ............
Efektivitas Peranan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Provinsi Lampung dalam penetapan UMP Lampung......................
5. Langkah – langkah Untuk Menentukan Efektivitas ........................
a. Ketercapaian Tujuan ...................................................................
b. Ketepatan Sasaran .......................................................................
6. Implementasi Tupoksi ....................................................................
a. Penetapan dan Pengawasan atas Pelaksanaan Upah
Minimum
Provinsi .......................................................................................
b. Pembinaan, pengendalian, pengawasan dan koordinasi .............
c. Pelayanan administratif...............................................................
47
47
48
48
51
54
54
55
56
64
70
72
79
91
91
93
94
95
97
98
V. SIMPULAN DAN SARAN ........................................................................
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................
LAMPIRAN .....................................................................................................
99
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1. Rincian Luas Wilayah Provinsi Lampung .......................................
44
2. Luas Wilayah Provinsi Lampung berdasarkan kemiringan .............
46
3. Data Ketenagakerjaan Provinsi Lampung Tahun 2013 ...................
50
4. Data Angkatan Kerja Provinsi Lampung menurut Kabupaten/Kota
dan Jenis Kelamin Tahun 2013 .......................................................
51
5. Data Perusahaan di Provinsi Lampung ...........................................
51
6. Data Pegawai Dinas Tenaga Kerja dan TransmigrasiProvinsi
Lampung ..........................................................................................
57
7. Daftar anggota Dewan Pengupahan Daerah ProvinsiLampung
Tahun 2013 .....................................................................................
59
8. Perkembangan UMP Tahun 2005 – 2014 ......................................
65
9. Hasil Survey KHL Tahun 2013 ......................................................
66
DAFTAR GAMBAR
GambarHalaman
1. Perbandingan UMP dengan KHL di Provinsi Lampung ......................
6
2. Prosedur Penetapan UMP/UMK ..........................................................
29
3. Kerangka Pikir......................................................................................
37
4. Struktur Organisasi Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi
Lampung...............................................................................................
56
1
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja untuk orang lain karena adanya
pekerjaan yang harus dilakukan dimana ada unsur perintah, upah dan waktu. Hubungan
kerja ini terjadi antara pekerja/buruh dengan pemberi kerja yang sifatnya individual.
Para pekerja/buruh mempunyai hak untuk membentuk suatu organisasi pekerja bagi
kepentingan para pekerja/buruh tersebut sebagaimana diatur dalam Undang-Undang
Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh.
Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik orang
perorangan, persekutuan, atau badan hukum, baik milik swasta maupun milik negara
yang mempekerjakan pekerja/buruh dengan memberi upah atau imbalan dalam bentuk
lain. Sementara itu Pengusaha adalah :
a. Orang perorangan, persekutuan, atau badan hukum yang menjalankan suatu
perusahaan milik sendiri.
b. Orang perorangan, persekutuan, atau badan hukum yang secara berdiri sendiri
menjalankan perusahaan bukan miliknya
c. Orang perorangan, persekutuan, atau badan hukum yang berada di Indonesia
mewakili perusahaan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b diatas yang
2
berkedudukan diluar wilayah Indonesia
Antara pekerja/buruh dan pengusaha mempunyai persamaan kepentingan ialah
kelangsungan hidup dan kemajuan perusahaan, tetapi di sisi lain hubungan antar
keduanya juga memiliki perbedaan dan bahkan potensi konflik, terutama apabila
berkaitan dengan persepsi atau interpretasi yang tidak sama tentang kepentingan
masing-masing pihak yang pada dasarnya memang ada perbedaan.
Pemerintah
berfungsi
utama
mengadakan
pengaturan
agar
hubungan
antara
pekerja/buruh dengan pengusaha berjalan serasi dan seimbang yang dilandasi oleh
pengaturan hak dan kewajiban secara adil serta berfungsi sebagai penegak hukum.
Disamping itu pemerintah juga berperan sebagai penengah dalam menyelesaikan konflik
atau perselisihan yang terjadi secara adil. Pada dasarnya pemerintah juga menjaga
kelangsungan proses produksi demi kepentingan yang lebih luas.
Dengan adanya Hubungan kerja yaitu hubungan antara pengusaha dengan pekerja/buruh
berdasarkan perjanjian kerja, yang mempunyai unsur pekerjaan, upah dan perintah atau
Hubungan Industrial yaitu suatu sistem hubungan yang terbentuk antara para pelaku
dalam proses produksi barang dan/atau jasa yang terdiri dari unsur pengusaha,
pekerja/buruh dan pemerintah yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila dan UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, maka antara pekerja/buruh
dengan pengusaha akan menimbulkan adanya hak dan kewajiban dari masing-masing
pihak, baik dari pihak pekerja/buruh maupun pihak pengusaha. Hak dan kewajiban
tersebut telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan. Pengaturan hak dan kewajiban dituangkan didalam Perjanjian Kerja,
3
Peraturan Perusahaan (PP) atau Perjanjian Kerja Bersama (PKB).
Hubungan Industrial tersebut perlu diatur dengan tujuan akhir adalah terciptanya
produktivitas atau kinerja perusahaan dalam bentuk peningkatan produktivitas serta
kesejahteraan bagi pekerja/buruh dan pengusaha secara adil. Untuk dapat mencapai
tujuan akhir tersebut maka perlu adanya ketenangan kerja dan berusaha atau industrial
peace, sebagai tujuan antara. Meningkatnya produktivitas dan kesejahteraan saling kait
mengait, tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya dan bahkan saling
mempengaruhi. Produktivitas perusahaan yang diawali dengan produktivitas kerja hanya
mungkin terjadi apabila didukung oleh kondisi pekerja/buruh yang sejahtera atau ada
harapan yang nyata akan adanya peningkatan kesejahteraan diwaktu yang akan datang.
Sebaliknya kesejahteraan semua pihak khususnya para pekerja/buruh hanya mungkin
dapat dipenuhi apabila didukung oleh tingkat produktivitas tertentu, atau adanya
peningkatan produktivitas yang memadai mengarah pada tingkat produktivitas yang
diharapkan.
Pengupahan merupakan sisi yang paling rawan di dalam hubungan industrial. Di satu
sisi upah adalah merupakan hak bagi pekerja/buruh sebagai imbalan atas jasa dan / atau
tenaga yang diberikan, di lain pihak pengusaha melihat upah sebagai biaya. Dalam
rangka memberikan perlindungan terhadap pekerja/buruh atas jumlah penghasilan yang
diperolehnya, maka ditetapkan Upah Minimum oleh pemerintah.
Upah merupakan hak pekerja/buruh yang seharusnya dapat memenuhi kebutuhan
4
mereka
dan
keluarganya.
Sistem
pengupahan
perlu
dikembangkan
dengan
memperhatikan keseimbangan antara prestasi atau produktivitas kerja, kebutuhan
pekerja dan kemampuan perusahaan. Disamping itu perlu dikembangkan struktur upah
yang tidak rumit dan adanya komponen upah yang jelas sesuai kebutuhan. Mekanisme
penetapan upah dan kenaikan upah sebaiknya diatur didalam perjanjian kerja, peraturan
perusahaan atau perjanjian kerja bersama.
Perjanjian kerja bersama (PKB) dibuat oleh dan antara pekerja/buruh dengan pengusaha
secara musyawarah mufakat. Seluruh hak dan kewajiban antara pekerja/buruh dan
pengusaha termasuk didalamnya upah, perlu diatur dan disepakati oleh kedua belah
pihak. Dengan adanya perjanjian kerja bersama tersebut diharapkan proses hubungan
industrial dapat berjalan dengan baik dan harmonis karena segala hak dan kewajiban
masing-masing pihak telah disepakati bersama.
Berkaitan dengan upah atau pengupahan, maka perlu dipahami mengenai Upah
Minimum Propinsi (UMP) dan Upah Minimum Sektor (UMS). UMP adalah merupakan
tingkat upah terendah bagi kabupaten/kota yang berada di wilayah propinsi yang
bersangkutan tanpa mempertimbangkan sektor tertentu. Apabila kabupaten/kota
bermaksud akan mengatur besarnya Upah Minimum untuk daerah yang bersangkutan
atau disebut UMK, maka UMK yang bersangkutan ditetapkan oleh Gubernur dan harus
lebih tinggi dari UMP.
Sedangkan Upah Minimum sektoral (UMS) adalah Upah Minimum bagi sektor yang
bersangkutan dan harus lebih tinggi dari UMP maupun UMK. Oleh karena itu Upah
5
Minimum sektoral hanya diberlakukan terhadap sektorsektor tertentu yang memiliki
kemampuan lebih baik.
Pengaturan pengupahan utamanya perlu mempertimbangkan dapat memenuhi
kebutuhan pekerja/buruh yang dari waktu ke waktu senantiasa meningkat, serta
kelangsungan hidup perusahaan. Untuk itu, penetapan Upah Minimum dan kenaikan
Upah Minimum perlu dilakukan dan dikaji secara cermat sehingga semua pihak dapat
menarik manfaat. Kenaikan Upah Minimum yang terlalu drastis akan merugikan
perusahaan. Sebaliknya kenaikan yang terlalu datar/landai tidak menguntungkan
pekerja/buruh, karena kenaikan tersebut akan kalah oleh inflasi sehingga tujuan
menaikkan kesejahteraan pekerja/buruh tidak akan tercapai. Oleh karena itu kenaikan
Upah Minimum perlu diketahui dan disetujui oleh semua pihak.
Penetapan Upah Minimum sampai saat ini umumnya masih jauh dibawah Kebutuhan
Hidup Minimum (KHM). Upah Minimum setidaknya dapat diarahkan pada pencapaian
upah yang sesuai dengan kebutuhan hidup minimum. Hal ini dikarenakan pada faktor
kemampuan perusahaan yang masih cukup kesulitan apabila Upah Minimum
disesuaikan dengan Kebutuhan Hidup Layak (KHL) sebagaimana yang diamanatkan
oleh Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
Khusus untuk wilayah Provinsi Lampung terkait dengan Upah Minimum Provinsi
Lampung dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2014 cenderung masih di bawah nilai
KHL. Hanya untuk tahun 2013 saja penetapan UMP lebih dari KHL sedangkan untuk
tahun 2014 UMP Lampung sama dengan nilai KHL Provinsi Lampung.
6
1,600,000
1,390,000
1,390,000
KHL
1,400,000
UMP 2
1,150,000
1,060,082
1,008,109
975,000
1,200,000
1,000,000
850,308
800,000
861,340
767,500
904,981
855,000
691,000
600,000
400,000
200,000
0
Tahun 2009 Tahun 2010
Tahun 2011
Tahun 2012
Tahun 2013
Tahun 2014
Gambar 1
Diakui maupun tidak, keadaan penawaran tenaga kerja jauh lebih besar dibanding
dengan permintaan (excess supply), maka kekuatan tawar tenaga kerja menjadi lemah.
Hal ini mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap tingkat upah, khususnya bagi
tenaga kerja dengan tingkat kemampuan rendah. Hal ini karena lapangan pekerjaan yang
tersedia tidak sebanding dengan jumlah tenaga kerja. Terhadap pekerja/buruh yang
terlalu menuntut macam-macam seperti misalnya menuntut upah yang terlalu tinggi
maka tidak segan-segan pengusaha akan menawarkan dua pilihan kepada pekerja/buruh
tersebut untuk memilih tetap bekerja dengan upah yang telah ditetapkan atau dilakukan
Pemutusan Hubungan Kerja.
Ketika pekerja/buruh dihadapkan pada kondisi tersebut, maka tidak ada pilihan lain dan
tidak ada daya tawar lagi kecuali memilih untuk tetap bekerja walaupun dengan upah
tidak sepadan dengan pekerjaan yang dilakukannya. Apabila pekerja memilih untuk
keluar dari pekerjaannya, pasti pekerja/buruh tersebut akan mengalami kesulitan karena
7
rata-rata kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) para pekerja/buruh hanya paspasan sehingga untuk mencari pekerjaan yang lain akan kesulitan karena harus bersaing
dengan para pencari kerja yang masih menganggur dan karena lapangan pekerjaan yang
sangat terbatas.
Untuk itu sangat diperlukan adanya campur tangan pemerintah melalui penetapan Upah
Minimum sebagai upaya melindungi para pekerja/buruh sehingga upah yang
diterimanya dapat menjamin kesejahteraan bagi dirinya maupun keluarganya dan para
pekerja/buruh tidak diperlakukan semena-mena oleh pengusaha yang mempunyai
kewenangan dan kekuasaan dibalik kelemahan-kelemahan yang dimiliki oleh para
pekerja/buruh. Dalam hal ini tugas pokok dan fungsi pemerintah terkait dengan
penetapan Upah Minimum Provinsi ada pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Provinsi Lampung.
Disisi lain perlu diperhitungkan dampak dari penetapan Upah Minimum terhadap
peningkatan dan pertumbuhan perusahaan. Penetapan Upah Minimum yang hanya
melihat dari sudut kepentingan pekerja/buruh sangat tidak menguntungkan terhadap
kelangsungan hidup perusahaan. Hal ini dikarenakan adanya dua sisi yang perlu
mendapatkan perlindungan secara adil. Pekerja/buruh sangat membutuhkan upah yang
memadai demi pemenuhan kebutuhan hidupnya beserta keluarga namun demikian
perusahaan perlu mendapatkan jaminan dalam peningkatan dan pengembangan
usahanya.
Ketika penetapan Upah Minimum mengabaikan kepentingan dan kemampuan
perusahaan dan semata-mata hanya memperhatikan kepentingan pekerja/buruh saja,
8
maka tidak menutup kemungkinan akan banyak perusahaan yang tidak mampu
melaksanakan Upah Minimum yang ditetapkan dan karena diwajibkan untuk
melaksanakan ketentuan ketetapan Upah Minimum maka harus berakhir dengan
penutupan perusahaan (lock out).
Perlu kebijaksanaan dalam penetapan Upah Minimum sebagai upaya untuk memberikan
perlindungan bagi pekerja/buruh namun dengan tetap memperhitungkan kemampuan
perusahaan sehingga dalam penetapan Upah Minimum mampu memberikan jaminan
kesejahteraan bagi pekerja/buruh dan kelangsungan hidup serta perkembangan
perusahaan juga terjamin.
Perlu juga dilakukan kajian lebih mendalam apakah pemerintah provinsi Lampung
dalam rangka penetapan Upah Minimum Provinsi memiliki peranan yang telah diatur
dalam Peraturan Daerah Lampung dan Undang-Undang Ketenagakerjaan telah sesuai
dengan yang diharapkan.
9
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dirumuskan permasalahan
sebagai berikut :
a. Bagaimana Prosedur Penetapan Upah Minimum Provinsi Lampung?
b. Bagaimana Peran Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi
Lampung melalui Dewan Pengupahan Provinsi Lampung dalam
penetapan Upah Minimum Provinsi Lampung?
c. Apakah Peranan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi
Lampung melalui Dewan Pengupahan Provinsi Lampung dalam
Penetapan Upah Minimum Provinsi sudah sesuai dan efektif?
C. TUJUAN PENELITIAN
Dari uraian latar belakang dan pokok permasalahan diatas, maka tujuan dari
penelitian ini yaitu :
a. Untuk mengungkap prosedur penetapan Upah Minimum di Provinsi
Lampung.
b. Untuk mengetahui sejauh mana peranan pemerintah provinsi dalam
penetapan Upah Minimum Provinsi Lampung.
c. Untuk menganalisis apakah peranan Pemerintah Provinsi melalui
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi dalam penetapan Upah
Minimum Provinsi sudah efektif dan sesuai dengan harapan.
D. MANFAAT PENELITIAN
Hasil keseluruhan yang akan diperoleh dari penelitian ini, diharapkan dapat
10
memberikan manfaat sebagai berikut :
a. Manfaat dari segi teoritis.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu
pemerintahan : melengkapi bahan bacaan di bidang Ilmu Pemerintahan,
khususnya Bidang Ketenagakerjaan dan menjadi kontribusi bagi
pengembangan ilmu pengetahuan serta menjadi titik tolak dalam penelitian
sejenis di masa mendatang.
b. Manfaat dari segi praktis.
Hasil
penelitian
ini
diharapkan
dapat
bermanfaat
bagi
para
pekerja/buruh dan pengusaha serta pemerintah kaitannya dengan
kebijakan penetapan Upah Minimum khususnya di wilayah Provinsi
Lampung sehingga semua pihak yang terlibat mendapatkan manfaat
dari penetapan Upah Minimum yaitu :
a.
Prosedur penetapan Upah Minimum Provinsi Lampung.
b.
Sejauh mana efektivitas peranan pemerintah dalam penetapan
Upah Minimum Provinsi.
11
II.TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Peranan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia peranan adalah yang diperbuat, tugas,
hal yang besar pengaruhnya pada suatu peristiwa tertentu. (1995 : 454).
Menurut Margono Slamet (1985 : 15), peranan adalah mencakup tindakan
ataupun perilaku yang dilaksanakan oleh seseorang yang menempati suatu
posisi di dalam status social. Sedangkan menurut Soerjono Soekanto (1987 :
220), menyatakan bahwa peranan adalah aspek dinamis dari kedudukan
(status). Apabila seseorang melaksanakan hak – hak dan kewajibannya sesuai
dengan kedudukannya maka ia menjalankan suatu peranan. Menurut Soleman
B. Taneko (1986 : 23) peranan adalah pola tingkah laku yang diharapkan dari
orang yang memangku suatu status.
Menurut Levinson (Soerjono Soekanto, 1991 : 269), peranan mencakup 3 hal
yaitu :
1.
Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau
tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini
merupakan
rangkaian
peraturan-peraturan
yang
membimbing
seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan.
2.
Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh
individu dalam masyarakat sebagai organisasi.
12
3.
Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting
bagi struktur sosial organisasi.
Dari beberapa pengertian di atas maka dapat dikatakan peranan adalah status
yang berupa tindakan atau perilaku yang dilaksanakan oleh orang atau
lembaga yang menempati atau memangku posisi dalam suatu posisi dalam
suatu sistem sosial dengan memenuhi hak dan kewajibannya. Peranan suatu
organisasi berkaitan erat dengan tugas dan fungsi yang harus dijalankan oleh
organisasi tersebut dalam mencapai tujuan dan sasarannya. Karena itu untuk
mengetahui besar ataupun kecilnya peranan suatu organisasi dapat diukur
dengan tingkat keberhasilannya dalam mewujudkan tujuan dan sasaran yang
telah ditetapkan. Dalam penelitian ini akan diukur adalah sejauh mana
peranan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Lampung dalam
Penetapan Upah Minimum Provinsi Lampung.
B. Tinjauan Efektivitas dan Ukuran Efektivitas
Efektivitas merupakan salah satu pencapaian yang ingin diraih oleh sebuah
organisasi. Untuk memperoleh teori efektivitas peneliti dapat menggunakan
konsep-konsep dalam teori manajemen dan organisasi khususnya yang
berkaitan dengan teori efektivitas.
Efektivitas tidak dapat disamakan dengan efisiensi. Karena keduanya
memiliki arti yang berbeda, walaupun dalam berbagai penggunaan kata
efisiensi lekat dengan kata efektivitas. Efisiensi mengandung pengertian
13
perbandingan antara biaya dan hasil, sedangkan efektivitas secara langsung
dihubungkan dengan pencapaian tujuan.
Atmosoeprapto (2002:139) menyatakan Efektivitas adalah melakukan hal
yang benar, sedangkan efisiensi adalah melakukan hal secara benar, atau
efektivitas adalah sejauh mana kita mencapai sasaran dan efisiensi adalah
bagaimana kita mencampur segala sumber daya secara cermat.
Efektivitas memiliki tiga tingkatan sebagaimana yang didasarkan oleh David
J. Lawless dalam Gibson, Ivancevich dan Donnely (1997:25-26) antara lain :
1.Efektivitas Individu
Efektivitas Individu didasarkan pada pandangan dari segi individu yang
menekankan pada hasil karya karyawan atau anggota dari organisasi;
2.Efektivitas kelompok
Adanya pandangan bahwa pada kenyataannya individu saling bekerja
sama dalam kelompok. Jadi efektivitas kelompok merupakan Jumlah
kontribusi dari semua anggota kelompoknya;
3.Efektivitas Organisasi
Efektivitas organisasi terdiri dari efektivitas individu dan kelompok.
Melalui pengaruh sinergitas, organisasi mampu mendapatkan hasil
karya yang lebih tinggi tingkatannya daripada jumlah hasil karya tiaptiap bagiannya.
14
Efektivitas dalam kegiatan organisasi dapat dirumuskan sebagai tingkat
perwujudan sasaran yang menunjukkan sejauh mana sasaran telah dicapai.
Sumaryadi (2005:105) berpendapat dalam bukunya ”Efektivitas Implementasi
Kebijakan Otonomi Daerah” bahwa: Organisasi dapat dikatakan efektif bila
organisasi tersebut dapat sepenuhnya mencapai sasaran yang telah ditetapkan.
Efektivitas umumnya dipandang sebagai tingkat pencapaian tujuan operatif
dan operasional. Dengan demikian pada dasarnya efektivitas adalah tingkat
pencapaian tujuan atau sasaran organisasional sesuai yang ditetapkan.
Efektivitas adalah seberapa baik pekerjaan yang dilakukan, sejauh mana
seseorang menghasilkan keluaran sesuai dengan yang diharapkan. Ini dapat
diartikan, apabila sesuatu pekerjaan dapat dilakukan dengan baik sesuai
dengan yang direncanakan, dapat dikatakan efektif tanpa memperhatikan
waktu, tenaga dan yang lain.
Studi tentang efektivitas bertolak dari variabel-variabel artinya konsep yang
mempunyai variasi nilai, dimana nilai-nilai tersebut merupakan ukuran
daripada efektivitas. Hal ini sejalan dengan pendapat Sudarwan Danim dalam
bukunya “Motivasi Kepemimpinan dan Efektivitas Kelompok” yang
menyebutkan beberapa variabel yang mempengaruhi efektivitas, yaitu:
1. Variabel bebas (independent variable)
Yaitu variabel pengelola yang mempengaruhi variabel terikat yang
sifatnya given dan adapun bentuknya, sebagai berikut:
a. Struktur yaitu tentang ukuran;
b. Tugas yaitu tugas dan tingkat kesulitan;
15
c. Lingkungan yaitu keadaan fisik baik organisasi, tempat kerja
maupun lainnya;
d. Pemenuhan kebutuhan yaitu kebutuhan fisik organisasi, kebutuhan di
tempat kerja dan lain-lain.
2. Variabel terikat (dependent variable)
Yaitu variabel yang dapat dipengaruhi atau dapat diikat oleh variabel lain
dan berikut adalah contoh dari variabel terikat, yaitu:
a. Kecepatan dan tingkat kesalahan pengertian;
b. Hasil umum yang dapat dicapai pada kurun waktu tertentu.
3. Variabel perantara (interdependent variable)
Yaitu variabel yang ditentukan oleh suatu proses individu atau organisasi
yang turut menentukan efek variabel bebas. (Danim, 2004:121-122).
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka hal-hal yang mempengaruhi
efektivitas adalah ukuran, tingkat kesulitan, kepuasan, hasil dan kecepatan
serta individu atau organisasi dalam melaksanakan sebuah kegiatan/program
tersebut. Disamping itu adanya evaluasi apabila terjadi kesalahan pengertian
pada tingkat produktivitas yang dicapai, sehingga akan tercapai suatu
kesinambungan (sustainabillity).
Efektivitas akan berkaitan dengan kepentingan orang banyak, seperti yang
dikemukakan H. Emerson yang dikutip Soewarno Handayaningrat dalam
bukunya Sistem Birokrasi Pemerintah, sebagai berikut:
16
“Efektivitas merupakan penilaian hasil pengukuran dalam arti tercapainya
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Efektivitas perlu diperhatikan sebab
mempunyai efek yang besar terhadap kepentingan orang banyak” (dalam
Handayaningrat, 1985:16).
Pendapat para ahli di atas dapat dijelaskan, bahwa efektivitas merupakan
usaha pencapaian sasaran yang dikehendaki (sesuai dengan harapan) yang
ditujukan kepada orang banyak dan dapat dirasakan oleh kelompok sasaran
yaitu masyarakat. Hal ini sejalan dengan pendapat Duncan yang dikutip
Richard M. Steers dalam bukunya “Efektivitas Organisasi” mengatakan
mengenai ukuran efektivitas, sebagai berikut:
1. Pencapaian Tujuan
2. Integrasi
3. Adaptasi
(Duncan, dalam Steers 1985:53).
Berdasarkan ukuran efektivitas diatas, maka keterkaitan antara variabel yang
mempengaruhi
Efektivitas
terdapat
tujuh
indikator
yang
sangat
mempengaruhi terhadap efektivitas. Tujuh indikator tersebut, sangat
dibutuhkan dalam menerapkan sistem informasi. Hal tersebut dapat dilihat
dari :
1. Pencapaian tujuan
Pencapaian adalah keseluruhan upaya pencapaian tujuan harus dipandang
sebagai suatu proses. Oleh karena itu, agar pencapaian tujuan akhir
semakin terjamin, diperlukan pentahapan, baik dalam arti pentahapan
pencapaian
bagian-bagiannya
maupun
pentahapan
dalam
arti
17
periodisasinya. Pencapaian tujuan terdiri dari beberapa faktor, yaitu : (1)
Kurun waktu pencapaiannya ditentukan, (2) sasaran merupakan target
yang kongktit, (3) dasar hukum (Duncan, dalam Steers 1985:53 ).
2. Integrasi
Integrasi yaitu pengukuran terhadap tingkat kemampuan suatu
organisasi untuk mengadakan sosialisasi, pengembangan konsensus dan
komunikasi dengan berbagai macam organisasi lainnya. Integrasi terdiri
dari beberapa faktor, yaitu : (1) prosedur (2) proses sosialisai. (
Nazarudin, dalam Claude 1994:13).
3. Adaptasi
Adaptasi adalah proses penyesuaian diri yang dilakukan untuk
meyelaraskan suatu individu terhadap perubahan–perubahan yang
terjadi di lingkungannya. Adaptasi terdiri dari beberapa faktor, yaitu :
(1) peningkatan kemampuan (2) sarana dan prasarana. ( Duncan, dalam
Steers 1985:53 ).
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka pengukuran merupakan
penilaian dalam arti tercapainya sasaran yang telah ditentukan sebelumnya
dengan menggunakan sasaran yang tersedia. Jelasnya bila sasaran atau tujuan
telah tercapai sesuai dengan yang direncanakan sebelumnya adalah efektif.
Jadi, apabila suatu tujuan atau sasaran itu tidak sesuai dengan waktu yang
telah ditentukan, maka tidak efektif. Efektivitas merupakan fungsi dari
manejemen, dimana dalam sebuah efektivitas diperlukan adanya prosedur,
18
strategi, kebijaksanaan, program dan pedoman. Tercapainya tujuan itu adalah
efektif sebab mempunyai efek atau pengaruh yang besar terhadap kepentingan
bersama.
C. Tinjauan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Lampung
Dinas Provinsi adalah unsur pelaksana Pemerintah Provinsi yang berada
dibawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Sekretaris
Daerah dan mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerintahan
daerah berdasarkan asas otonomi yang menjadi kewenangan, tugas
dekonsentrasi dan tugas pembantuan, serta tugas lain sesuai dengan
kebijakan yang ditetapkan oleh Gubernur berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku.
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi mempunyai tugas menyelenggarakan
sebagian urusan pemerintahan provinsi di bidang tenaga kerja dan
transmigrasi berdasarkan asas otonomi yang menjadi kewenangan, tugas
dekonsentrasi dan pembantuan serta tugas lain sesuai dengan kebijakan
yang ditetapkan oleh Gubernur berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Untuk menyelenggarakan tugasnya, sesuai dengan
Peraturan Daerah
Provinsi Lampung Nomor 13 Tahun 2009 Tentang Organisasi Dan Tata
19
Kerja Dinas Daerah Provinsi Lampung, Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi mempunyai fungsi :
a.
Perumusan kebijaksan teknis operasional bidang tenaga kerja dan
transmigrasi;
b.
Perumusan kebijaksanaan, pengaturan, perencanaan dan penetapan
standar/pedoman;
c.
Penetapan pedoman jaminan kesejahteraan purna kerja;
d.
Penetapan dan pengawasan atas pelaksanaan upah minimum;
e.
Pembinaan, pengendalian, pengawasan dan koordinasi;
f.
Pelayanan administratif.
D. Pengertian Upah
1. Definisi Upah
Definisi upah menurut PP Nomor 8 Tahun 1981 tentang Perlindungan
upah adalah :
Suatu penerimaan sebagai imbalan dari pengusaha kepada tenaga
kerja untuk suatu pekerjaan atau jasa yang telah atau akan
dilakukan, dinyatakan, atau dinilai dalam bentuk uang yang
ditetapkan menurut suatu persetujuan atau peraturan perundangundangan dan dibayarkan atas dasar suatu perjanjian kerja antara
pengusaha (pemberi kerja) dan pekerja termasuk tunjangan baik
untuk pekerja sendiri maupun keluarganya.
Sedangkan definisi upah menurut Pasal 1 angka 30 Undang-undang
Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan memberikan pengertian
upah adalah :
Hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk
uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada
pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu
perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan
termasuk tunjangan bagibekerja/buruh dan keluarganya atas suatu
pekerjaan atau jasa yang telah atau akan dilakukan.
20
Dari pengertian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa upah
dibayarkan berdasar atas kesepakatan para pihak, dan agar upah
yang diterima
pemerintah
oleh pekerja/buruh
tidak terlampau
rendah,
maka
turut campur tangan dalam menetapkan standar upah
minimum.
Upah memegang peranan penting dan ciri khas suatu hubungan kerja,
karena upah merupakan
melakukan pekerjaan
pemerintah
tujuan utama bagi seorang pekerja dalam
pada orang atau badan hukum lain, maka
turut serta dalam menangani
berbagai kebijakan
masalah upah melalui
yang dituangkan dalam peraturan perundang-
undangan.
Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Pasal 88 ayat (1) menyebutkan
setiap pekerja berhak memperoleh
penghasilan
yang memenuhi
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan, maka pemerintah
menetapkan kebijakan pengupahan untuk melindungi pekerja, meliputi:
a. Upah minimum;
b. Upah kerja lembur;
c. Upah tidak masuk kerja karena berhalangan;
d. Upah tidak masuk kerja karena melakukan kegiatan lain di
luar pekerjaannya;
e. Upah karena menjalankan hak waktu istirahat kerjanya;
f. Bentuk dan cara pembayaran upah;
g. Denda dan potongan upah;
h. Hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan upah;
i. Struktur dan skala pengupahan yang proporsional;
j. Upah untuk pembayaran pesangon;
k. Upah untuk perhitungan pajak penghasilan.
21
Pasal 91 ayat (1) dan (2) menyatakan bahwa Pengaturan pengupahan
yang ditetapkan atas kesepakatan antara pengusaha dengan pekerja
atau serikat pekerja tidak boleh lebih rendah dari ketentuan pengupahan
yang ditetapkan peraturan perundang-undangan yang berlaku yaitu
sesuai dalam Pasal 90 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan. Apabila kesepakatan tersebut lebih rendah
dari peraturan perundang- undangan yang berlaku, maka kesepakatan
tersebut batal demi hukum, dan pengusaha wajib membayar upah
pekerja sesuai peraturan perundang- undangan yang berlaku.
2. Komponen Upah
Pemberian upah yang tidak dalam bentuk uang dibenarkan asal tidak
melebihi 25% dari nilai upah yang seharusnya diterima. Imbalan
yang diterima oleh pekerja tidak selamanya disebut sebagai upah,
karena dapat imbalan tersebut tidak termasuk dalam komponen upah.
a. Termasuk komponen upah adalah :
(1) Upah pokok merupakan imbalan dasar yang dibayarkan
kepada pekerja menurut
tingkat
atau jenis pekerjaan
yang
besarnya ditetapkan berdasar perjanjian;
(2) Tunjangan tetap yaitu suatu pembayaran yang teratur berkaitan
dengan pekerjaan yang diberikan secara tetap untuk pekerja dan
keluarganya yang dibayarkan bersamaan dengan upah pokok
seperti
tunjangan anak, tunjangan kesehatan, tunjangan
perumahan.
(3) Tunjangan tidak tetap yaitu pembayaran yang secara langsung
22
maupun tidak langsung berkaitan dengan pekerja dan diberikan
secara tidak tetap bagi pekerja dan keluarganya serta dibayarkan
tidak bersamaan dengan pembayaran upah pokok.
b. Tidak termasuk komponen upah adalah :
(1) Fasilitas yaitu kenikmatan dalam bentuk nyata karena hal-hal
yang bersifat khusus atau untuk meningkatkan kesejahteraan
buruh;
(2) Bonus yaitu pembayaran
yang diterima
pekerja atas hasil
keuntungan perusahaan atau karena pekerja berprestasi melebihi
target produksi yang normal atau karena peningkatan produksi;
(3) Tunjangan hari raya dan pembagian keuntungan lainnya.
3. Jenis-Jenis Upah
G. Kartasapoetra dalam bukunya menyebutkan, bahwa jenis-jenis upah
meliputi :
a. Upah nominal
Yang dimaksud dengan upah nominal adalah sejumlah uang yang
dibayarkan
kepada
pekerja yang berhak secara tunai sebagai
imbalan atas pengerahan jasa-jasa atau pelayanannya sesuai dengan
ketentuan- ketentuan yang terdapat dalam perjanjian kerja di
bidang industri atau perusahaan ataupun dalam suatu organisasi
kerja, dimana
ke dalam upah tersebut tidak ada tambahan atau
keuntungan yang lain diberikan kepadanya. Upah nominal ini sering
pula disebut upah uang (money wages), sehubungan dengan
23
wujudnya yang memang berupa uang secara keseluruhannya.
b. Upah nyata (real wages)
Upah nyata adalah upah yang benar-benar harus diterima oleh
seseorang yang berhak. Upah nyata ditentukan oleh daya beli
upah tersebut yang akan banyak bergantung dari :
(1) Besar atau kecilnya jumlah uang yang diterima;
(2) Besar atau kecilnya biaya hidup yang diperlukan.
Adakalanya upah itu diterima dalam wujud uang atau fasilitas atau in
natura, maka upah nyata yang diterimanya yaitu jumlah upah uang
dan nilai rupiah dari fasilitas dan barang in natura tersebut.
c. Upah hidup
Dalam hal ini upah yang diterima seorang pekerja itu relatif cukup
untuk membiayai keperluan hidup yang lebih luas, yang tidak hanya
kebutuhan pokoknya saja yang dapat dipenuhi melainkan juga
sebagian dari
kebutuhan
sosial
keluarganya,
misalnya
pendidikan, bagi bahan pangan yang memiliki nilai gizi yang
lebih baik, iuran asuransi jiwa dan beberapa lainnya lagi.
d. Upah minimum
Pendapatan yang dihasilkan para buruh dalam suatu perusahaan
sangat berperan dalam hubungan ketenagakerjaan. Seorang pekerja
adalah manusia dan dilihat dari segi kemanusiaan sewajarnyalah
pekerja mendapatkan penghargaan dan perlindungan yang layak.
e. Upah wajar
24
Upah yang secara relatif dinilai cukup wajar oleh pengusaha dan
para pekerjanya sebagai uang imbalan atas jasa-jasa yang
diberikan pekerja kepada
pengusaha
atau perusahaan
sesuai
dengan perjanjian kerja diantara mereka.
4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Upah
Faktor-faktor yang mempengaruhi upah antara lain :
a. Pendidikan dan keterampilan
Tingkat pendidikan mempunyai pengaruh langsung terhadap
produktifitas kerja.
b. Kondisi pasar kerja
Kondisi pasar kerja sangat mempengaruhi nilai tawar pekerja.
Dalam tingkat pengangguran tinggi menyebabkan kelebihan
pekerja dengan penawaran upah rendah, hal ini menyebabkan
posisi tawar pencari kerja menjadi sangat lemah.
c. Biaya hidup
Tingkat biaya hidup di suatu tempat akan berpengaruh terhadap
tingkat upah di tempat
mempertahankan
tersebut.
tingkat
Hal ini terjadi
kesejahteraan
pekerja
untuk
yang
bersangkutan.
d. Kemampuan perusahaan
Faktor ini menjadi penentu utama dalam menetapkan tingkat upah.
Ada pendapat yang menyatakan bahwa apabila perusahaan tidak
mampu membayar upah secara wajar, maka perusahaan yang
bersangkutan harus menutup perusahaan.
25
e. Kemampuan serikat pekerja
Apabila serikat pekerja kuat dalam perundingan Perjanjian Kerja
Bersama dapat
memperjuangkan
perbaikan
syarat
kerja
termasuk pengupahan dengan hasil yang maksimal.
f. Produktifitas kerja
Kelangsungan
ditentukan
hidup dan dan kemajuan
perusahaan
sangat
oleh tingkat produktivitas kerja haruslah disadari
penuh oleh pekerja dan pengusaha juga harus memahami bahwa
kemajuan itu adalah hasil sumbangan dari pekerja.
g. Kebijakan pemerintah
Dalam hal-hal tertentu pemerintah melaksanakan intervensi
terhadap pengupahan
dan tidak
semata-mata
diserahkan
kepada mekanisme pasar. Tujuannya adalah untuk menjamin
agar tingkat upah tidak merosot dengan menetapkan jaring
pengaman dalam bentuk upah minimum. Intervensi ini juga
memelihara kesempatan kerja.
5. Upah Minimum
Upah minimum adalah upah bulanan terendah yang terdiri dari upah
pokok termasuk tunjangan tetap. Upah minimum merupakan ketetapan
yang dikeluarkan
oleh pemerintah
mengenai
keharusan perusahaan
untuk membayar
upah sekurang-kurangnya sama dengan
Kebutuhan
Hidup Layak (K HL) kepada pekerja yang pali ng rendah ti ngkat
annya, dengan memperhatikan produktifitas dan pertumbuhan ekonomi,
26
yang merupakan perlindungan bagi kelompok pekerja lapisan bawah atau
pekerja yang mempunyai masa kerja maksimal 1 (satu) tahun, agar
memperoleh
upah serendah-rendahnya sesuai dengan nilai Kebutuhan
Hidup Minimum.
Pasal 88 ayat (4) Undang – Undang No.13 Tahun 2003 menerangkan
bahwa pemerintah menetapkan upah minimum sebagimana yang
dimaksud dalam ayat (3) huruf (a) berdasarkan kebutuhan hidup layak
dan dengan memperhatikan produktifitas dan pertumbuhan ekonomi.
Pencapaian kebutuhan hidup layak ini adalah setiap penetapan upah
minimum harus disesuaikan dengan tahapan pencapaian perbandingan
upah minimum
dengan
kebutuhan
hidup layak
yang besarnya
ditetapkan oleh Menteri.
Penetapan upah minimum adalah salah satu bentuk perlindungan yang
diberkan pemerintah kepada pekerja yang sekaligus merupakan jaring
pengaman (safety net) agar upah pekerja tidak jatuh ke level terendah.
Pada dasarnya upah minimum diterima oleh :
a. Pekerja yang berpendidikan rendah;
b. Pekerja yang tidak mempunyai keterampilan;
c. Pekerja lajang;
d. Pekerja yang masa kerjanya kurang dari satu tahun.
Penetapan upah minimum ini sebaiknya dapat mencukupi kebutuhankebutuhan hidup buruh beserta keluarganya, sebagai standar minimum
yang digunakan oleh para pelaku usaha untuk memberi upah kepada
27
pekerja dalam lingkungan usaha atau kerjanya yang berbeda-beda tingkat
pemenuhan kebutuhan
dilarang membayar
sesuai daerah masing-masing.
Pengusaha
upah lebih rendah dari upah minimum
sesuai
ketentuan dalam Pasal 90 ayat (1) Undang-Undang nomor 13 tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan. Beberapa jenis upah pokok minimum
adalah sebagai berikut :
a. Upah minimum sub sektoral regional
Upah minimum yang berlaku untuk semua perusahaan
pada sub sektor tertentu dalam daerah tertentu
b. Upah minimum sektor regional
Upah minimum yang berlaku untuk semua perusahaan
pada sektor tertentu dalam daerah tertentu
c. Upah minimum regional / upah minimum provinsi (UMR/UMP)
Upah minimum yang berlaku untuk semua perusahaan dalam daerah
tertentu.
Upah minimum
regional
ditiap-tiap
daerah
besarnya
berbeda- beda. Besarnya UMR/UMP didasarkan pada indek harga
konsumen, kebutuhan fisik minimum, perluasan kesempatan kerja, upah
pada umumnya yang bersifat regional, kelangsungan dan perkembangan
perusahaan, tingkat perkembangan perekonomian regional dan nasional.
Upah minimum ini wajib ditaati oleh pengusaha, kecuali jika pengusaha
yang tidak mampu membayar upah minimum, dapat dikecualikan dari
kewajiban
tersebut
dengan
cara
mengajukan
permohonan
28
penangguhan kepada Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi disertai
dengan rekomendasi dari Kepala Dinas Sosial Tenaga Kerja dan
Transmigrasi setempat.
Dalam penetapan upah minimum tersebut, masih terjadi perbedaan
yang didasarkan pada tingkat kemampuan, sifat, dan jenis pekerjaan
di masing-masing perusahaan yang kondisinya berbeda-beda, masingmasing wilayah/daerah
yang tidak
sama. Maka,
upah minimum
dit
EFFECTIVENESS OF THE ROLE OF MANPOWER AND TRANSMIGRATION
SERVICE OF LAMPUNG PROVINCE IN PROVINCIAL MINIMUM WAGE
DETERMINATION
By
AGUS WAHYUDI
This study aims to uncover the role of Service of Manpower and
Transmigration Lampung Province in Provincial Minimum Wage determination.
The research method was descriptive qualitative data collection techniques
interview, observation, and documentation. The informan came from members of
Waging Council of Lampung that consist of representatives from the government,
workers and employers. Sources of data derived from informants and dokumen
related to the Lampung Provincial Minimum Wage determination.
The results showed that the role of the
Manpower and Transmigration
Service of Lampung Province in the minimum wage setting process Lampung
province is administratively and technically been run in accordance with established
procedures and has been effective, it can be seen from the indicators that each
member or related party setting process Lampung Province Minimum Wage
especially those in the Manpower and Transmigration Service of Lampung Province
has carried out the duties and functions in a responsible manner in accordance with
the existing rules, so that the resulting of Provincial Minimum Wage expected by all
parties.
Keywords: Effectiveness, the Role and Minimum Wage
ABSTRAK
EFEKTIVITAS PERANAN DINAS TENAGA KERJA DAN
TRANSMIGRASI PROVINSI LAMPUNG DALAM PENETAPAN UPAH
MINIMUM PROVINSI
Oleh
AGUS WAHYUDI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas peranan Dinas
Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Lampung dalam penetapan Upah
Minimum Provinsi Lampung.
Metode penelitian adalah deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan
data wawancara, observasi, dan dokumentasi. Informan berasal dari para anggota
Dewan Pengupahan Provinsi Lampung yang terdiri dari unsur pemerintah, pekerja
dan pengusaha. Sumber data berasal dari informan dan dokumen terkait penetapan
Upah Minimum Provinsi Lampung.
Hasil penelitian diperoleh bahwa peranan Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Provinsi Lampung dalam proses penetapan Upah Minimum Provinsi
Lampung secara administratif maupun teknis telah berjalan sesuai dengan
prosedur yang telah ditetapkan dan sudah efektif, hal ini dapat dilihat dari
indikator bahwa setiap anggota maupun pihak yang terkait proses penetapan Upah
Minimum Provinsi Lampung khususnya yang berada di Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Provinsi Lampung telah berperan tugas pokok dan fungsinya dengan
penuh tanggung jawab sesuai dengan aturan yang ada sehingga dihasilkan besaran
Upah Minimum Provinsi sesuai yang diharapkan oleh semua pihak.
Kata Kunci : Efektivitas, Peranan dan Upah Minimum
RIWAYAT HIDUP
Dengan anugerah Tuhan Yesus Kristus penulis dilahirkan di
Metro pada tanggal 30 Agustus 1981, sulung dari empat
bersaudara dari ayah yang bernama Ridwan dan ibu yang
bernama Sayektiningsih.
Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-kanak Kristen 1 Metro pada
tahun 1988, menyelesaikan Sekolah Dasar Kristen 1 Metro pada tahun 1994,
menyelesaikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Negeri 1 Metro pada
tahun 1997, kemudian menyelesaikan Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2
Bandar Lampung pada tahun 2000. Penulis tidak langsung melanjutkan
pendidikan ke perguruan tinggi namun berkarir di PT. Matsushita Kotobuki
Electronic Indonesia Cibitung Kabupaten Bekasi selama 1 (satu) tahun. Kemudian
pada tahun 2001 penulis melanjutkan pendidikan S1 di Sekolah Tinggi Teknologi
Nasional (STTNas) Yogyakarta pada jurusan Teknik Elektro. Pada tanggal 25
September 2005 penulis menyelesaikan studi STTNas Yogyakarta. Tahun 2006
mendapat kesempatan berkarir bergabung di Pemerintah Provinsi Lampung pada
satuan kerja Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan pada Tahun 2009
memperoleh ijin belajar di Program Pascasarjana Magister Ilmu Pemerintahan
FISIP Universitas Lampung.
Persembahan
Kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikanku hidup
Ayah, Ibu dan Mama tersayang
Istriku tercinta Marya Devi Rumanti, S. I. Kom.
Adik – adikku yang terkasih Esti Suparyati, S.Si, Sugiarto, S.Kom, Wahyu
Kristanto, Magda Risma Nika, S.E. dan Christian Sondy Risandi, S.Kom
Almamaterku tercinta Universitas Lampung
MOTO
“Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.”
“For to me to live is Christ, and to die is gain.”
(Filipi 1:21 / Philippians 1:21)
SANWACANA
Syalom
Puji dan syukur kehadirat Tuhan YME, karena atas rahmat dan anugerah-Nya
penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul ”Efektivitas Peranan Dinas
Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Lampung dalam Penetapan Upah
Minimum Provinsi” yang merupakan salah satu syarat memperoleh gelar
Magister Ilmu Pemeritahan di Universitas Lampung.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Drs. H. Agus Hadiawan, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Lampung.
2. Bapak Prof. Dr. Yulianto, MS selaku Pembantu Dekan III Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung dan juga selaku Pembimbing
Utama yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan,
masukan dan saran dalam menyelesaikan tesis ini
3. Bapak Dr. Suwondo, MA selaku Pembimbing Akademik yang telah
memberikan dan membantu penulis dalam proses perkuliahan.
4. Bapak Drs. Yana Ekana PS,M.Si selaku dosen pembimbing pembantu
sekaligus sebagai Sekretaris Program Pascasarjana Magister Ilmu
Pemerintahan FISIP Universitas Lampung yang telah memberikan
motivasi yang luar biasa, kritik, saran serta masukan dalam penyelesaian
tesis ini.
5. Ibu Dr. Ari Darmastuti, MA selaku Ketua Program Pascasarjana Magister
Ilmu Pemerintahan FISIP Universitas Lampung sekaligus sebagai dosen
penguji utama ujian tesis yang telah banyak membantu, membimbing, dan
memberikan masukan bagi tesis ini.
6. Seluruh dosen MIP, staf administrasi mbak Nurma, mas Lukman, Mas
Jum, Mas Daman, staf ruang baca dan seluruh karyawan/karyawati FISIP
Terima kasih atas bantuannya.
7. Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Lampung, Ketua
dan para Anggota Dewan Pengupahan Provinsi Lampung atas ijin serta
proses penelitiannya.
8. Teristimewa kepada kedua orangtuaku tercinta yang selalu sabar dan
senantiasa memberikan dukungan baik moril maupun materil.
9. Istriku Marya Devi Rumanti, S.I.Kom atas doa dan dukungannya.
10. Ketiga adikku Esti Suparyati, S.I.Kom, Sugiarto,S.Kom dan Wahyu
Kristanto (maju terus di dalam Tuhan dan Karir kalian)
11. Rekan – rekan seperjuangan di MIP 2009, terkhusus mas Yolly Maristo,
SH. dan Dedi Saputra, S.I.P, sukses selalu buat kita semua.
12. Untuk seluruh keluarga besarku tercinta.
13. Almamaterku tercinta, Universitas Lampung.
Akhir kata, semoga tesis yang sederhana dan jauh dari sempurna ini dapat
berguna dan bermanfaat bagi semua. Amin.
Bandar Lampung,
Penulis
Agus Wahyudi
September 2014
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................................
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .....................................................................................
B. Rumusan Masalah ...............................................................................
C. Tujuan Penelitian .................................................................................
D. Manfaat Penelitian................................................................................
1
8
9
9
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Peranan ...............................................................................
B. Tinjuauan Efektivitas ...........................................................................
C. Tinjauan Dinas Tenaga Kerja & Transmigrasi Provinsi Lampung ......
D. Pengertian Upah ...................................................................................
1. Definisi Upah .................................................................................
2. Komponen Upah........................................................... .................
3. Jenis – Jenis Upah......................................................... .................
4. Faktor – Faktor yang mempengaruhi Upah.......................... .........
5. Upah Minimum..................................................................... .........
E. Tinjauan Upah Minimum .....................................................................
F. Pengusulan Dan Penetapan Upah Minimum Provinsi.............. ...........
G. Mekanisme Penetapan UMP.................................................... ............
H. Dampak Berlakunya Keputusan Gubernur Tentang UMP Dan UMK
Bagi Pekerja dan perusahaan................................................................
I. Penetapan Nilai Kebutuhan Hidup Layak................................. ...........
J. Penangguhan Pelaksanaan Upah Minimum ............................. ...........
K. Penelitian Terdahulu .................... .......................................................
L. Kerangka Pikir .....................................................................................
III. METODE PENELITIAN
11
12
18
19
19
21
22
24
25
28
30
31
A. Tipe Penelitian .....................................................................................
B. FokusPenelitian ....................................................................................
42
43
32
36
37
38
39
C. Lokasi dan Waktu Penelitian ...............................................................
D. Informan ...............................................................................................
E. Jenis Data Penelitian ............................................................................
F. Teknik PengumpulanData ...................................................................
G. Teknik Pengolahan Data ......................................................................
H. Teknik Analisa Data..............................................................................
43
43
43
45
45
45
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
1. Tinjauan Tentang Provinsi Lampung ..............................................
a. Kondisi Geografis Daerah .........................................................
b. Luas Wilayah .............................................................................
c. Topografi ...................................................................................
d. Sumber Daya Alam .....................................................................
e. Demografis Provinsi Lampung ...................................................
2. Kondisi Ketenagakerjaan Provinsi Lampung ..................................
a. Angkatan Kerja ..........................................................................
b. Perusahaan Di Provinsi Lampung ..............................................
3. Tinjauan Tentang Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Provinsi Lampung ..........................................................................
a. Pembentukan Organisasi ............................................................
b. Gambaran singkat Tupoksi Organisasi ......................................
c. Gambaran Cakupan Kegiatan ....................................................
d. Susunan Organisasi ....................................................................
e. Sumber Daya Manusia ...............................................................
4. Tinjauan Tentang Dewan Pengupahan Provinsi Lampung .............
a. Pembentukan Organisasi.............................................................
b. Gambaran Singkat Tupoksi Organisasi .....................................
c. Susunan Organisasi ....................................................................
56
56
57
58
60
62
62
62
63
63
B. PEMBAHASAN ..................................................................................
64
1.
2.
3.
4.
Upah Minimum Provinsi Lampung .................................................
Nilai Kebutuhan Hidup Layak (KHL) Provinsi Lampung ..............
Mekanisme Penetapan Upah Minimum Provinsi Lampung ............
Efektivitas Peranan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Provinsi Lampung dalam penetapan UMP Lampung......................
5. Langkah – langkah Untuk Menentukan Efektivitas ........................
a. Ketercapaian Tujuan ...................................................................
b. Ketepatan Sasaran .......................................................................
6. Implementasi Tupoksi ....................................................................
a. Penetapan dan Pengawasan atas Pelaksanaan Upah
Minimum
Provinsi .......................................................................................
b. Pembinaan, pengendalian, pengawasan dan koordinasi .............
c. Pelayanan administratif...............................................................
47
47
48
48
51
54
54
55
56
64
70
72
79
91
91
93
94
95
97
98
V. SIMPULAN DAN SARAN ........................................................................
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................
LAMPIRAN .....................................................................................................
99
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1. Rincian Luas Wilayah Provinsi Lampung .......................................
44
2. Luas Wilayah Provinsi Lampung berdasarkan kemiringan .............
46
3. Data Ketenagakerjaan Provinsi Lampung Tahun 2013 ...................
50
4. Data Angkatan Kerja Provinsi Lampung menurut Kabupaten/Kota
dan Jenis Kelamin Tahun 2013 .......................................................
51
5. Data Perusahaan di Provinsi Lampung ...........................................
51
6. Data Pegawai Dinas Tenaga Kerja dan TransmigrasiProvinsi
Lampung ..........................................................................................
57
7. Daftar anggota Dewan Pengupahan Daerah ProvinsiLampung
Tahun 2013 .....................................................................................
59
8. Perkembangan UMP Tahun 2005 – 2014 ......................................
65
9. Hasil Survey KHL Tahun 2013 ......................................................
66
DAFTAR GAMBAR
GambarHalaman
1. Perbandingan UMP dengan KHL di Provinsi Lampung ......................
6
2. Prosedur Penetapan UMP/UMK ..........................................................
29
3. Kerangka Pikir......................................................................................
37
4. Struktur Organisasi Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi
Lampung...............................................................................................
56
1
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja untuk orang lain karena adanya
pekerjaan yang harus dilakukan dimana ada unsur perintah, upah dan waktu. Hubungan
kerja ini terjadi antara pekerja/buruh dengan pemberi kerja yang sifatnya individual.
Para pekerja/buruh mempunyai hak untuk membentuk suatu organisasi pekerja bagi
kepentingan para pekerja/buruh tersebut sebagaimana diatur dalam Undang-Undang
Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh.
Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik orang
perorangan, persekutuan, atau badan hukum, baik milik swasta maupun milik negara
yang mempekerjakan pekerja/buruh dengan memberi upah atau imbalan dalam bentuk
lain. Sementara itu Pengusaha adalah :
a. Orang perorangan, persekutuan, atau badan hukum yang menjalankan suatu
perusahaan milik sendiri.
b. Orang perorangan, persekutuan, atau badan hukum yang secara berdiri sendiri
menjalankan perusahaan bukan miliknya
c. Orang perorangan, persekutuan, atau badan hukum yang berada di Indonesia
mewakili perusahaan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b diatas yang
2
berkedudukan diluar wilayah Indonesia
Antara pekerja/buruh dan pengusaha mempunyai persamaan kepentingan ialah
kelangsungan hidup dan kemajuan perusahaan, tetapi di sisi lain hubungan antar
keduanya juga memiliki perbedaan dan bahkan potensi konflik, terutama apabila
berkaitan dengan persepsi atau interpretasi yang tidak sama tentang kepentingan
masing-masing pihak yang pada dasarnya memang ada perbedaan.
Pemerintah
berfungsi
utama
mengadakan
pengaturan
agar
hubungan
antara
pekerja/buruh dengan pengusaha berjalan serasi dan seimbang yang dilandasi oleh
pengaturan hak dan kewajiban secara adil serta berfungsi sebagai penegak hukum.
Disamping itu pemerintah juga berperan sebagai penengah dalam menyelesaikan konflik
atau perselisihan yang terjadi secara adil. Pada dasarnya pemerintah juga menjaga
kelangsungan proses produksi demi kepentingan yang lebih luas.
Dengan adanya Hubungan kerja yaitu hubungan antara pengusaha dengan pekerja/buruh
berdasarkan perjanjian kerja, yang mempunyai unsur pekerjaan, upah dan perintah atau
Hubungan Industrial yaitu suatu sistem hubungan yang terbentuk antara para pelaku
dalam proses produksi barang dan/atau jasa yang terdiri dari unsur pengusaha,
pekerja/buruh dan pemerintah yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila dan UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, maka antara pekerja/buruh
dengan pengusaha akan menimbulkan adanya hak dan kewajiban dari masing-masing
pihak, baik dari pihak pekerja/buruh maupun pihak pengusaha. Hak dan kewajiban
tersebut telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan. Pengaturan hak dan kewajiban dituangkan didalam Perjanjian Kerja,
3
Peraturan Perusahaan (PP) atau Perjanjian Kerja Bersama (PKB).
Hubungan Industrial tersebut perlu diatur dengan tujuan akhir adalah terciptanya
produktivitas atau kinerja perusahaan dalam bentuk peningkatan produktivitas serta
kesejahteraan bagi pekerja/buruh dan pengusaha secara adil. Untuk dapat mencapai
tujuan akhir tersebut maka perlu adanya ketenangan kerja dan berusaha atau industrial
peace, sebagai tujuan antara. Meningkatnya produktivitas dan kesejahteraan saling kait
mengait, tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya dan bahkan saling
mempengaruhi. Produktivitas perusahaan yang diawali dengan produktivitas kerja hanya
mungkin terjadi apabila didukung oleh kondisi pekerja/buruh yang sejahtera atau ada
harapan yang nyata akan adanya peningkatan kesejahteraan diwaktu yang akan datang.
Sebaliknya kesejahteraan semua pihak khususnya para pekerja/buruh hanya mungkin
dapat dipenuhi apabila didukung oleh tingkat produktivitas tertentu, atau adanya
peningkatan produktivitas yang memadai mengarah pada tingkat produktivitas yang
diharapkan.
Pengupahan merupakan sisi yang paling rawan di dalam hubungan industrial. Di satu
sisi upah adalah merupakan hak bagi pekerja/buruh sebagai imbalan atas jasa dan / atau
tenaga yang diberikan, di lain pihak pengusaha melihat upah sebagai biaya. Dalam
rangka memberikan perlindungan terhadap pekerja/buruh atas jumlah penghasilan yang
diperolehnya, maka ditetapkan Upah Minimum oleh pemerintah.
Upah merupakan hak pekerja/buruh yang seharusnya dapat memenuhi kebutuhan
4
mereka
dan
keluarganya.
Sistem
pengupahan
perlu
dikembangkan
dengan
memperhatikan keseimbangan antara prestasi atau produktivitas kerja, kebutuhan
pekerja dan kemampuan perusahaan. Disamping itu perlu dikembangkan struktur upah
yang tidak rumit dan adanya komponen upah yang jelas sesuai kebutuhan. Mekanisme
penetapan upah dan kenaikan upah sebaiknya diatur didalam perjanjian kerja, peraturan
perusahaan atau perjanjian kerja bersama.
Perjanjian kerja bersama (PKB) dibuat oleh dan antara pekerja/buruh dengan pengusaha
secara musyawarah mufakat. Seluruh hak dan kewajiban antara pekerja/buruh dan
pengusaha termasuk didalamnya upah, perlu diatur dan disepakati oleh kedua belah
pihak. Dengan adanya perjanjian kerja bersama tersebut diharapkan proses hubungan
industrial dapat berjalan dengan baik dan harmonis karena segala hak dan kewajiban
masing-masing pihak telah disepakati bersama.
Berkaitan dengan upah atau pengupahan, maka perlu dipahami mengenai Upah
Minimum Propinsi (UMP) dan Upah Minimum Sektor (UMS). UMP adalah merupakan
tingkat upah terendah bagi kabupaten/kota yang berada di wilayah propinsi yang
bersangkutan tanpa mempertimbangkan sektor tertentu. Apabila kabupaten/kota
bermaksud akan mengatur besarnya Upah Minimum untuk daerah yang bersangkutan
atau disebut UMK, maka UMK yang bersangkutan ditetapkan oleh Gubernur dan harus
lebih tinggi dari UMP.
Sedangkan Upah Minimum sektoral (UMS) adalah Upah Minimum bagi sektor yang
bersangkutan dan harus lebih tinggi dari UMP maupun UMK. Oleh karena itu Upah
5
Minimum sektoral hanya diberlakukan terhadap sektorsektor tertentu yang memiliki
kemampuan lebih baik.
Pengaturan pengupahan utamanya perlu mempertimbangkan dapat memenuhi
kebutuhan pekerja/buruh yang dari waktu ke waktu senantiasa meningkat, serta
kelangsungan hidup perusahaan. Untuk itu, penetapan Upah Minimum dan kenaikan
Upah Minimum perlu dilakukan dan dikaji secara cermat sehingga semua pihak dapat
menarik manfaat. Kenaikan Upah Minimum yang terlalu drastis akan merugikan
perusahaan. Sebaliknya kenaikan yang terlalu datar/landai tidak menguntungkan
pekerja/buruh, karena kenaikan tersebut akan kalah oleh inflasi sehingga tujuan
menaikkan kesejahteraan pekerja/buruh tidak akan tercapai. Oleh karena itu kenaikan
Upah Minimum perlu diketahui dan disetujui oleh semua pihak.
Penetapan Upah Minimum sampai saat ini umumnya masih jauh dibawah Kebutuhan
Hidup Minimum (KHM). Upah Minimum setidaknya dapat diarahkan pada pencapaian
upah yang sesuai dengan kebutuhan hidup minimum. Hal ini dikarenakan pada faktor
kemampuan perusahaan yang masih cukup kesulitan apabila Upah Minimum
disesuaikan dengan Kebutuhan Hidup Layak (KHL) sebagaimana yang diamanatkan
oleh Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
Khusus untuk wilayah Provinsi Lampung terkait dengan Upah Minimum Provinsi
Lampung dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2014 cenderung masih di bawah nilai
KHL. Hanya untuk tahun 2013 saja penetapan UMP lebih dari KHL sedangkan untuk
tahun 2014 UMP Lampung sama dengan nilai KHL Provinsi Lampung.
6
1,600,000
1,390,000
1,390,000
KHL
1,400,000
UMP 2
1,150,000
1,060,082
1,008,109
975,000
1,200,000
1,000,000
850,308
800,000
861,340
767,500
904,981
855,000
691,000
600,000
400,000
200,000
0
Tahun 2009 Tahun 2010
Tahun 2011
Tahun 2012
Tahun 2013
Tahun 2014
Gambar 1
Diakui maupun tidak, keadaan penawaran tenaga kerja jauh lebih besar dibanding
dengan permintaan (excess supply), maka kekuatan tawar tenaga kerja menjadi lemah.
Hal ini mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap tingkat upah, khususnya bagi
tenaga kerja dengan tingkat kemampuan rendah. Hal ini karena lapangan pekerjaan yang
tersedia tidak sebanding dengan jumlah tenaga kerja. Terhadap pekerja/buruh yang
terlalu menuntut macam-macam seperti misalnya menuntut upah yang terlalu tinggi
maka tidak segan-segan pengusaha akan menawarkan dua pilihan kepada pekerja/buruh
tersebut untuk memilih tetap bekerja dengan upah yang telah ditetapkan atau dilakukan
Pemutusan Hubungan Kerja.
Ketika pekerja/buruh dihadapkan pada kondisi tersebut, maka tidak ada pilihan lain dan
tidak ada daya tawar lagi kecuali memilih untuk tetap bekerja walaupun dengan upah
tidak sepadan dengan pekerjaan yang dilakukannya. Apabila pekerja memilih untuk
keluar dari pekerjaannya, pasti pekerja/buruh tersebut akan mengalami kesulitan karena
7
rata-rata kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) para pekerja/buruh hanya paspasan sehingga untuk mencari pekerjaan yang lain akan kesulitan karena harus bersaing
dengan para pencari kerja yang masih menganggur dan karena lapangan pekerjaan yang
sangat terbatas.
Untuk itu sangat diperlukan adanya campur tangan pemerintah melalui penetapan Upah
Minimum sebagai upaya melindungi para pekerja/buruh sehingga upah yang
diterimanya dapat menjamin kesejahteraan bagi dirinya maupun keluarganya dan para
pekerja/buruh tidak diperlakukan semena-mena oleh pengusaha yang mempunyai
kewenangan dan kekuasaan dibalik kelemahan-kelemahan yang dimiliki oleh para
pekerja/buruh. Dalam hal ini tugas pokok dan fungsi pemerintah terkait dengan
penetapan Upah Minimum Provinsi ada pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Provinsi Lampung.
Disisi lain perlu diperhitungkan dampak dari penetapan Upah Minimum terhadap
peningkatan dan pertumbuhan perusahaan. Penetapan Upah Minimum yang hanya
melihat dari sudut kepentingan pekerja/buruh sangat tidak menguntungkan terhadap
kelangsungan hidup perusahaan. Hal ini dikarenakan adanya dua sisi yang perlu
mendapatkan perlindungan secara adil. Pekerja/buruh sangat membutuhkan upah yang
memadai demi pemenuhan kebutuhan hidupnya beserta keluarga namun demikian
perusahaan perlu mendapatkan jaminan dalam peningkatan dan pengembangan
usahanya.
Ketika penetapan Upah Minimum mengabaikan kepentingan dan kemampuan
perusahaan dan semata-mata hanya memperhatikan kepentingan pekerja/buruh saja,
8
maka tidak menutup kemungkinan akan banyak perusahaan yang tidak mampu
melaksanakan Upah Minimum yang ditetapkan dan karena diwajibkan untuk
melaksanakan ketentuan ketetapan Upah Minimum maka harus berakhir dengan
penutupan perusahaan (lock out).
Perlu kebijaksanaan dalam penetapan Upah Minimum sebagai upaya untuk memberikan
perlindungan bagi pekerja/buruh namun dengan tetap memperhitungkan kemampuan
perusahaan sehingga dalam penetapan Upah Minimum mampu memberikan jaminan
kesejahteraan bagi pekerja/buruh dan kelangsungan hidup serta perkembangan
perusahaan juga terjamin.
Perlu juga dilakukan kajian lebih mendalam apakah pemerintah provinsi Lampung
dalam rangka penetapan Upah Minimum Provinsi memiliki peranan yang telah diatur
dalam Peraturan Daerah Lampung dan Undang-Undang Ketenagakerjaan telah sesuai
dengan yang diharapkan.
9
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dirumuskan permasalahan
sebagai berikut :
a. Bagaimana Prosedur Penetapan Upah Minimum Provinsi Lampung?
b. Bagaimana Peran Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi
Lampung melalui Dewan Pengupahan Provinsi Lampung dalam
penetapan Upah Minimum Provinsi Lampung?
c. Apakah Peranan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi
Lampung melalui Dewan Pengupahan Provinsi Lampung dalam
Penetapan Upah Minimum Provinsi sudah sesuai dan efektif?
C. TUJUAN PENELITIAN
Dari uraian latar belakang dan pokok permasalahan diatas, maka tujuan dari
penelitian ini yaitu :
a. Untuk mengungkap prosedur penetapan Upah Minimum di Provinsi
Lampung.
b. Untuk mengetahui sejauh mana peranan pemerintah provinsi dalam
penetapan Upah Minimum Provinsi Lampung.
c. Untuk menganalisis apakah peranan Pemerintah Provinsi melalui
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi dalam penetapan Upah
Minimum Provinsi sudah efektif dan sesuai dengan harapan.
D. MANFAAT PENELITIAN
Hasil keseluruhan yang akan diperoleh dari penelitian ini, diharapkan dapat
10
memberikan manfaat sebagai berikut :
a. Manfaat dari segi teoritis.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu
pemerintahan : melengkapi bahan bacaan di bidang Ilmu Pemerintahan,
khususnya Bidang Ketenagakerjaan dan menjadi kontribusi bagi
pengembangan ilmu pengetahuan serta menjadi titik tolak dalam penelitian
sejenis di masa mendatang.
b. Manfaat dari segi praktis.
Hasil
penelitian
ini
diharapkan
dapat
bermanfaat
bagi
para
pekerja/buruh dan pengusaha serta pemerintah kaitannya dengan
kebijakan penetapan Upah Minimum khususnya di wilayah Provinsi
Lampung sehingga semua pihak yang terlibat mendapatkan manfaat
dari penetapan Upah Minimum yaitu :
a.
Prosedur penetapan Upah Minimum Provinsi Lampung.
b.
Sejauh mana efektivitas peranan pemerintah dalam penetapan
Upah Minimum Provinsi.
11
II.TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Peranan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia peranan adalah yang diperbuat, tugas,
hal yang besar pengaruhnya pada suatu peristiwa tertentu. (1995 : 454).
Menurut Margono Slamet (1985 : 15), peranan adalah mencakup tindakan
ataupun perilaku yang dilaksanakan oleh seseorang yang menempati suatu
posisi di dalam status social. Sedangkan menurut Soerjono Soekanto (1987 :
220), menyatakan bahwa peranan adalah aspek dinamis dari kedudukan
(status). Apabila seseorang melaksanakan hak – hak dan kewajibannya sesuai
dengan kedudukannya maka ia menjalankan suatu peranan. Menurut Soleman
B. Taneko (1986 : 23) peranan adalah pola tingkah laku yang diharapkan dari
orang yang memangku suatu status.
Menurut Levinson (Soerjono Soekanto, 1991 : 269), peranan mencakup 3 hal
yaitu :
1.
Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau
tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini
merupakan
rangkaian
peraturan-peraturan
yang
membimbing
seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan.
2.
Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh
individu dalam masyarakat sebagai organisasi.
12
3.
Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting
bagi struktur sosial organisasi.
Dari beberapa pengertian di atas maka dapat dikatakan peranan adalah status
yang berupa tindakan atau perilaku yang dilaksanakan oleh orang atau
lembaga yang menempati atau memangku posisi dalam suatu posisi dalam
suatu sistem sosial dengan memenuhi hak dan kewajibannya. Peranan suatu
organisasi berkaitan erat dengan tugas dan fungsi yang harus dijalankan oleh
organisasi tersebut dalam mencapai tujuan dan sasarannya. Karena itu untuk
mengetahui besar ataupun kecilnya peranan suatu organisasi dapat diukur
dengan tingkat keberhasilannya dalam mewujudkan tujuan dan sasaran yang
telah ditetapkan. Dalam penelitian ini akan diukur adalah sejauh mana
peranan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Lampung dalam
Penetapan Upah Minimum Provinsi Lampung.
B. Tinjauan Efektivitas dan Ukuran Efektivitas
Efektivitas merupakan salah satu pencapaian yang ingin diraih oleh sebuah
organisasi. Untuk memperoleh teori efektivitas peneliti dapat menggunakan
konsep-konsep dalam teori manajemen dan organisasi khususnya yang
berkaitan dengan teori efektivitas.
Efektivitas tidak dapat disamakan dengan efisiensi. Karena keduanya
memiliki arti yang berbeda, walaupun dalam berbagai penggunaan kata
efisiensi lekat dengan kata efektivitas. Efisiensi mengandung pengertian
13
perbandingan antara biaya dan hasil, sedangkan efektivitas secara langsung
dihubungkan dengan pencapaian tujuan.
Atmosoeprapto (2002:139) menyatakan Efektivitas adalah melakukan hal
yang benar, sedangkan efisiensi adalah melakukan hal secara benar, atau
efektivitas adalah sejauh mana kita mencapai sasaran dan efisiensi adalah
bagaimana kita mencampur segala sumber daya secara cermat.
Efektivitas memiliki tiga tingkatan sebagaimana yang didasarkan oleh David
J. Lawless dalam Gibson, Ivancevich dan Donnely (1997:25-26) antara lain :
1.Efektivitas Individu
Efektivitas Individu didasarkan pada pandangan dari segi individu yang
menekankan pada hasil karya karyawan atau anggota dari organisasi;
2.Efektivitas kelompok
Adanya pandangan bahwa pada kenyataannya individu saling bekerja
sama dalam kelompok. Jadi efektivitas kelompok merupakan Jumlah
kontribusi dari semua anggota kelompoknya;
3.Efektivitas Organisasi
Efektivitas organisasi terdiri dari efektivitas individu dan kelompok.
Melalui pengaruh sinergitas, organisasi mampu mendapatkan hasil
karya yang lebih tinggi tingkatannya daripada jumlah hasil karya tiaptiap bagiannya.
14
Efektivitas dalam kegiatan organisasi dapat dirumuskan sebagai tingkat
perwujudan sasaran yang menunjukkan sejauh mana sasaran telah dicapai.
Sumaryadi (2005:105) berpendapat dalam bukunya ”Efektivitas Implementasi
Kebijakan Otonomi Daerah” bahwa: Organisasi dapat dikatakan efektif bila
organisasi tersebut dapat sepenuhnya mencapai sasaran yang telah ditetapkan.
Efektivitas umumnya dipandang sebagai tingkat pencapaian tujuan operatif
dan operasional. Dengan demikian pada dasarnya efektivitas adalah tingkat
pencapaian tujuan atau sasaran organisasional sesuai yang ditetapkan.
Efektivitas adalah seberapa baik pekerjaan yang dilakukan, sejauh mana
seseorang menghasilkan keluaran sesuai dengan yang diharapkan. Ini dapat
diartikan, apabila sesuatu pekerjaan dapat dilakukan dengan baik sesuai
dengan yang direncanakan, dapat dikatakan efektif tanpa memperhatikan
waktu, tenaga dan yang lain.
Studi tentang efektivitas bertolak dari variabel-variabel artinya konsep yang
mempunyai variasi nilai, dimana nilai-nilai tersebut merupakan ukuran
daripada efektivitas. Hal ini sejalan dengan pendapat Sudarwan Danim dalam
bukunya “Motivasi Kepemimpinan dan Efektivitas Kelompok” yang
menyebutkan beberapa variabel yang mempengaruhi efektivitas, yaitu:
1. Variabel bebas (independent variable)
Yaitu variabel pengelola yang mempengaruhi variabel terikat yang
sifatnya given dan adapun bentuknya, sebagai berikut:
a. Struktur yaitu tentang ukuran;
b. Tugas yaitu tugas dan tingkat kesulitan;
15
c. Lingkungan yaitu keadaan fisik baik organisasi, tempat kerja
maupun lainnya;
d. Pemenuhan kebutuhan yaitu kebutuhan fisik organisasi, kebutuhan di
tempat kerja dan lain-lain.
2. Variabel terikat (dependent variable)
Yaitu variabel yang dapat dipengaruhi atau dapat diikat oleh variabel lain
dan berikut adalah contoh dari variabel terikat, yaitu:
a. Kecepatan dan tingkat kesalahan pengertian;
b. Hasil umum yang dapat dicapai pada kurun waktu tertentu.
3. Variabel perantara (interdependent variable)
Yaitu variabel yang ditentukan oleh suatu proses individu atau organisasi
yang turut menentukan efek variabel bebas. (Danim, 2004:121-122).
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka hal-hal yang mempengaruhi
efektivitas adalah ukuran, tingkat kesulitan, kepuasan, hasil dan kecepatan
serta individu atau organisasi dalam melaksanakan sebuah kegiatan/program
tersebut. Disamping itu adanya evaluasi apabila terjadi kesalahan pengertian
pada tingkat produktivitas yang dicapai, sehingga akan tercapai suatu
kesinambungan (sustainabillity).
Efektivitas akan berkaitan dengan kepentingan orang banyak, seperti yang
dikemukakan H. Emerson yang dikutip Soewarno Handayaningrat dalam
bukunya Sistem Birokrasi Pemerintah, sebagai berikut:
16
“Efektivitas merupakan penilaian hasil pengukuran dalam arti tercapainya
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Efektivitas perlu diperhatikan sebab
mempunyai efek yang besar terhadap kepentingan orang banyak” (dalam
Handayaningrat, 1985:16).
Pendapat para ahli di atas dapat dijelaskan, bahwa efektivitas merupakan
usaha pencapaian sasaran yang dikehendaki (sesuai dengan harapan) yang
ditujukan kepada orang banyak dan dapat dirasakan oleh kelompok sasaran
yaitu masyarakat. Hal ini sejalan dengan pendapat Duncan yang dikutip
Richard M. Steers dalam bukunya “Efektivitas Organisasi” mengatakan
mengenai ukuran efektivitas, sebagai berikut:
1. Pencapaian Tujuan
2. Integrasi
3. Adaptasi
(Duncan, dalam Steers 1985:53).
Berdasarkan ukuran efektivitas diatas, maka keterkaitan antara variabel yang
mempengaruhi
Efektivitas
terdapat
tujuh
indikator
yang
sangat
mempengaruhi terhadap efektivitas. Tujuh indikator tersebut, sangat
dibutuhkan dalam menerapkan sistem informasi. Hal tersebut dapat dilihat
dari :
1. Pencapaian tujuan
Pencapaian adalah keseluruhan upaya pencapaian tujuan harus dipandang
sebagai suatu proses. Oleh karena itu, agar pencapaian tujuan akhir
semakin terjamin, diperlukan pentahapan, baik dalam arti pentahapan
pencapaian
bagian-bagiannya
maupun
pentahapan
dalam
arti
17
periodisasinya. Pencapaian tujuan terdiri dari beberapa faktor, yaitu : (1)
Kurun waktu pencapaiannya ditentukan, (2) sasaran merupakan target
yang kongktit, (3) dasar hukum (Duncan, dalam Steers 1985:53 ).
2. Integrasi
Integrasi yaitu pengukuran terhadap tingkat kemampuan suatu
organisasi untuk mengadakan sosialisasi, pengembangan konsensus dan
komunikasi dengan berbagai macam organisasi lainnya. Integrasi terdiri
dari beberapa faktor, yaitu : (1) prosedur (2) proses sosialisai. (
Nazarudin, dalam Claude 1994:13).
3. Adaptasi
Adaptasi adalah proses penyesuaian diri yang dilakukan untuk
meyelaraskan suatu individu terhadap perubahan–perubahan yang
terjadi di lingkungannya. Adaptasi terdiri dari beberapa faktor, yaitu :
(1) peningkatan kemampuan (2) sarana dan prasarana. ( Duncan, dalam
Steers 1985:53 ).
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka pengukuran merupakan
penilaian dalam arti tercapainya sasaran yang telah ditentukan sebelumnya
dengan menggunakan sasaran yang tersedia. Jelasnya bila sasaran atau tujuan
telah tercapai sesuai dengan yang direncanakan sebelumnya adalah efektif.
Jadi, apabila suatu tujuan atau sasaran itu tidak sesuai dengan waktu yang
telah ditentukan, maka tidak efektif. Efektivitas merupakan fungsi dari
manejemen, dimana dalam sebuah efektivitas diperlukan adanya prosedur,
18
strategi, kebijaksanaan, program dan pedoman. Tercapainya tujuan itu adalah
efektif sebab mempunyai efek atau pengaruh yang besar terhadap kepentingan
bersama.
C. Tinjauan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Lampung
Dinas Provinsi adalah unsur pelaksana Pemerintah Provinsi yang berada
dibawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Sekretaris
Daerah dan mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerintahan
daerah berdasarkan asas otonomi yang menjadi kewenangan, tugas
dekonsentrasi dan tugas pembantuan, serta tugas lain sesuai dengan
kebijakan yang ditetapkan oleh Gubernur berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku.
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi mempunyai tugas menyelenggarakan
sebagian urusan pemerintahan provinsi di bidang tenaga kerja dan
transmigrasi berdasarkan asas otonomi yang menjadi kewenangan, tugas
dekonsentrasi dan pembantuan serta tugas lain sesuai dengan kebijakan
yang ditetapkan oleh Gubernur berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Untuk menyelenggarakan tugasnya, sesuai dengan
Peraturan Daerah
Provinsi Lampung Nomor 13 Tahun 2009 Tentang Organisasi Dan Tata
19
Kerja Dinas Daerah Provinsi Lampung, Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi mempunyai fungsi :
a.
Perumusan kebijaksan teknis operasional bidang tenaga kerja dan
transmigrasi;
b.
Perumusan kebijaksanaan, pengaturan, perencanaan dan penetapan
standar/pedoman;
c.
Penetapan pedoman jaminan kesejahteraan purna kerja;
d.
Penetapan dan pengawasan atas pelaksanaan upah minimum;
e.
Pembinaan, pengendalian, pengawasan dan koordinasi;
f.
Pelayanan administratif.
D. Pengertian Upah
1. Definisi Upah
Definisi upah menurut PP Nomor 8 Tahun 1981 tentang Perlindungan
upah adalah :
Suatu penerimaan sebagai imbalan dari pengusaha kepada tenaga
kerja untuk suatu pekerjaan atau jasa yang telah atau akan
dilakukan, dinyatakan, atau dinilai dalam bentuk uang yang
ditetapkan menurut suatu persetujuan atau peraturan perundangundangan dan dibayarkan atas dasar suatu perjanjian kerja antara
pengusaha (pemberi kerja) dan pekerja termasuk tunjangan baik
untuk pekerja sendiri maupun keluarganya.
Sedangkan definisi upah menurut Pasal 1 angka 30 Undang-undang
Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan memberikan pengertian
upah adalah :
Hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk
uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada
pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu
perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan
termasuk tunjangan bagibekerja/buruh dan keluarganya atas suatu
pekerjaan atau jasa yang telah atau akan dilakukan.
20
Dari pengertian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa upah
dibayarkan berdasar atas kesepakatan para pihak, dan agar upah
yang diterima
pemerintah
oleh pekerja/buruh
tidak terlampau
rendah,
maka
turut campur tangan dalam menetapkan standar upah
minimum.
Upah memegang peranan penting dan ciri khas suatu hubungan kerja,
karena upah merupakan
melakukan pekerjaan
pemerintah
tujuan utama bagi seorang pekerja dalam
pada orang atau badan hukum lain, maka
turut serta dalam menangani
berbagai kebijakan
masalah upah melalui
yang dituangkan dalam peraturan perundang-
undangan.
Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Pasal 88 ayat (1) menyebutkan
setiap pekerja berhak memperoleh
penghasilan
yang memenuhi
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan, maka pemerintah
menetapkan kebijakan pengupahan untuk melindungi pekerja, meliputi:
a. Upah minimum;
b. Upah kerja lembur;
c. Upah tidak masuk kerja karena berhalangan;
d. Upah tidak masuk kerja karena melakukan kegiatan lain di
luar pekerjaannya;
e. Upah karena menjalankan hak waktu istirahat kerjanya;
f. Bentuk dan cara pembayaran upah;
g. Denda dan potongan upah;
h. Hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan upah;
i. Struktur dan skala pengupahan yang proporsional;
j. Upah untuk pembayaran pesangon;
k. Upah untuk perhitungan pajak penghasilan.
21
Pasal 91 ayat (1) dan (2) menyatakan bahwa Pengaturan pengupahan
yang ditetapkan atas kesepakatan antara pengusaha dengan pekerja
atau serikat pekerja tidak boleh lebih rendah dari ketentuan pengupahan
yang ditetapkan peraturan perundang-undangan yang berlaku yaitu
sesuai dalam Pasal 90 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan. Apabila kesepakatan tersebut lebih rendah
dari peraturan perundang- undangan yang berlaku, maka kesepakatan
tersebut batal demi hukum, dan pengusaha wajib membayar upah
pekerja sesuai peraturan perundang- undangan yang berlaku.
2. Komponen Upah
Pemberian upah yang tidak dalam bentuk uang dibenarkan asal tidak
melebihi 25% dari nilai upah yang seharusnya diterima. Imbalan
yang diterima oleh pekerja tidak selamanya disebut sebagai upah,
karena dapat imbalan tersebut tidak termasuk dalam komponen upah.
a. Termasuk komponen upah adalah :
(1) Upah pokok merupakan imbalan dasar yang dibayarkan
kepada pekerja menurut
tingkat
atau jenis pekerjaan
yang
besarnya ditetapkan berdasar perjanjian;
(2) Tunjangan tetap yaitu suatu pembayaran yang teratur berkaitan
dengan pekerjaan yang diberikan secara tetap untuk pekerja dan
keluarganya yang dibayarkan bersamaan dengan upah pokok
seperti
tunjangan anak, tunjangan kesehatan, tunjangan
perumahan.
(3) Tunjangan tidak tetap yaitu pembayaran yang secara langsung
22
maupun tidak langsung berkaitan dengan pekerja dan diberikan
secara tidak tetap bagi pekerja dan keluarganya serta dibayarkan
tidak bersamaan dengan pembayaran upah pokok.
b. Tidak termasuk komponen upah adalah :
(1) Fasilitas yaitu kenikmatan dalam bentuk nyata karena hal-hal
yang bersifat khusus atau untuk meningkatkan kesejahteraan
buruh;
(2) Bonus yaitu pembayaran
yang diterima
pekerja atas hasil
keuntungan perusahaan atau karena pekerja berprestasi melebihi
target produksi yang normal atau karena peningkatan produksi;
(3) Tunjangan hari raya dan pembagian keuntungan lainnya.
3. Jenis-Jenis Upah
G. Kartasapoetra dalam bukunya menyebutkan, bahwa jenis-jenis upah
meliputi :
a. Upah nominal
Yang dimaksud dengan upah nominal adalah sejumlah uang yang
dibayarkan
kepada
pekerja yang berhak secara tunai sebagai
imbalan atas pengerahan jasa-jasa atau pelayanannya sesuai dengan
ketentuan- ketentuan yang terdapat dalam perjanjian kerja di
bidang industri atau perusahaan ataupun dalam suatu organisasi
kerja, dimana
ke dalam upah tersebut tidak ada tambahan atau
keuntungan yang lain diberikan kepadanya. Upah nominal ini sering
pula disebut upah uang (money wages), sehubungan dengan
23
wujudnya yang memang berupa uang secara keseluruhannya.
b. Upah nyata (real wages)
Upah nyata adalah upah yang benar-benar harus diterima oleh
seseorang yang berhak. Upah nyata ditentukan oleh daya beli
upah tersebut yang akan banyak bergantung dari :
(1) Besar atau kecilnya jumlah uang yang diterima;
(2) Besar atau kecilnya biaya hidup yang diperlukan.
Adakalanya upah itu diterima dalam wujud uang atau fasilitas atau in
natura, maka upah nyata yang diterimanya yaitu jumlah upah uang
dan nilai rupiah dari fasilitas dan barang in natura tersebut.
c. Upah hidup
Dalam hal ini upah yang diterima seorang pekerja itu relatif cukup
untuk membiayai keperluan hidup yang lebih luas, yang tidak hanya
kebutuhan pokoknya saja yang dapat dipenuhi melainkan juga
sebagian dari
kebutuhan
sosial
keluarganya,
misalnya
pendidikan, bagi bahan pangan yang memiliki nilai gizi yang
lebih baik, iuran asuransi jiwa dan beberapa lainnya lagi.
d. Upah minimum
Pendapatan yang dihasilkan para buruh dalam suatu perusahaan
sangat berperan dalam hubungan ketenagakerjaan. Seorang pekerja
adalah manusia dan dilihat dari segi kemanusiaan sewajarnyalah
pekerja mendapatkan penghargaan dan perlindungan yang layak.
e. Upah wajar
24
Upah yang secara relatif dinilai cukup wajar oleh pengusaha dan
para pekerjanya sebagai uang imbalan atas jasa-jasa yang
diberikan pekerja kepada
pengusaha
atau perusahaan
sesuai
dengan perjanjian kerja diantara mereka.
4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Upah
Faktor-faktor yang mempengaruhi upah antara lain :
a. Pendidikan dan keterampilan
Tingkat pendidikan mempunyai pengaruh langsung terhadap
produktifitas kerja.
b. Kondisi pasar kerja
Kondisi pasar kerja sangat mempengaruhi nilai tawar pekerja.
Dalam tingkat pengangguran tinggi menyebabkan kelebihan
pekerja dengan penawaran upah rendah, hal ini menyebabkan
posisi tawar pencari kerja menjadi sangat lemah.
c. Biaya hidup
Tingkat biaya hidup di suatu tempat akan berpengaruh terhadap
tingkat upah di tempat
mempertahankan
tersebut.
tingkat
Hal ini terjadi
kesejahteraan
pekerja
untuk
yang
bersangkutan.
d. Kemampuan perusahaan
Faktor ini menjadi penentu utama dalam menetapkan tingkat upah.
Ada pendapat yang menyatakan bahwa apabila perusahaan tidak
mampu membayar upah secara wajar, maka perusahaan yang
bersangkutan harus menutup perusahaan.
25
e. Kemampuan serikat pekerja
Apabila serikat pekerja kuat dalam perundingan Perjanjian Kerja
Bersama dapat
memperjuangkan
perbaikan
syarat
kerja
termasuk pengupahan dengan hasil yang maksimal.
f. Produktifitas kerja
Kelangsungan
ditentukan
hidup dan dan kemajuan
perusahaan
sangat
oleh tingkat produktivitas kerja haruslah disadari
penuh oleh pekerja dan pengusaha juga harus memahami bahwa
kemajuan itu adalah hasil sumbangan dari pekerja.
g. Kebijakan pemerintah
Dalam hal-hal tertentu pemerintah melaksanakan intervensi
terhadap pengupahan
dan tidak
semata-mata
diserahkan
kepada mekanisme pasar. Tujuannya adalah untuk menjamin
agar tingkat upah tidak merosot dengan menetapkan jaring
pengaman dalam bentuk upah minimum. Intervensi ini juga
memelihara kesempatan kerja.
5. Upah Minimum
Upah minimum adalah upah bulanan terendah yang terdiri dari upah
pokok termasuk tunjangan tetap. Upah minimum merupakan ketetapan
yang dikeluarkan
oleh pemerintah
mengenai
keharusan perusahaan
untuk membayar
upah sekurang-kurangnya sama dengan
Kebutuhan
Hidup Layak (K HL) kepada pekerja yang pali ng rendah ti ngkat
annya, dengan memperhatikan produktifitas dan pertumbuhan ekonomi,
26
yang merupakan perlindungan bagi kelompok pekerja lapisan bawah atau
pekerja yang mempunyai masa kerja maksimal 1 (satu) tahun, agar
memperoleh
upah serendah-rendahnya sesuai dengan nilai Kebutuhan
Hidup Minimum.
Pasal 88 ayat (4) Undang – Undang No.13 Tahun 2003 menerangkan
bahwa pemerintah menetapkan upah minimum sebagimana yang
dimaksud dalam ayat (3) huruf (a) berdasarkan kebutuhan hidup layak
dan dengan memperhatikan produktifitas dan pertumbuhan ekonomi.
Pencapaian kebutuhan hidup layak ini adalah setiap penetapan upah
minimum harus disesuaikan dengan tahapan pencapaian perbandingan
upah minimum
dengan
kebutuhan
hidup layak
yang besarnya
ditetapkan oleh Menteri.
Penetapan upah minimum adalah salah satu bentuk perlindungan yang
diberkan pemerintah kepada pekerja yang sekaligus merupakan jaring
pengaman (safety net) agar upah pekerja tidak jatuh ke level terendah.
Pada dasarnya upah minimum diterima oleh :
a. Pekerja yang berpendidikan rendah;
b. Pekerja yang tidak mempunyai keterampilan;
c. Pekerja lajang;
d. Pekerja yang masa kerjanya kurang dari satu tahun.
Penetapan upah minimum ini sebaiknya dapat mencukupi kebutuhankebutuhan hidup buruh beserta keluarganya, sebagai standar minimum
yang digunakan oleh para pelaku usaha untuk memberi upah kepada
27
pekerja dalam lingkungan usaha atau kerjanya yang berbeda-beda tingkat
pemenuhan kebutuhan
dilarang membayar
sesuai daerah masing-masing.
Pengusaha
upah lebih rendah dari upah minimum
sesuai
ketentuan dalam Pasal 90 ayat (1) Undang-Undang nomor 13 tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan. Beberapa jenis upah pokok minimum
adalah sebagai berikut :
a. Upah minimum sub sektoral regional
Upah minimum yang berlaku untuk semua perusahaan
pada sub sektor tertentu dalam daerah tertentu
b. Upah minimum sektor regional
Upah minimum yang berlaku untuk semua perusahaan
pada sektor tertentu dalam daerah tertentu
c. Upah minimum regional / upah minimum provinsi (UMR/UMP)
Upah minimum yang berlaku untuk semua perusahaan dalam daerah
tertentu.
Upah minimum
regional
ditiap-tiap
daerah
besarnya
berbeda- beda. Besarnya UMR/UMP didasarkan pada indek harga
konsumen, kebutuhan fisik minimum, perluasan kesempatan kerja, upah
pada umumnya yang bersifat regional, kelangsungan dan perkembangan
perusahaan, tingkat perkembangan perekonomian regional dan nasional.
Upah minimum ini wajib ditaati oleh pengusaha, kecuali jika pengusaha
yang tidak mampu membayar upah minimum, dapat dikecualikan dari
kewajiban
tersebut
dengan
cara
mengajukan
permohonan
28
penangguhan kepada Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi disertai
dengan rekomendasi dari Kepala Dinas Sosial Tenaga Kerja dan
Transmigrasi setempat.
Dalam penetapan upah minimum tersebut, masih terjadi perbedaan
yang didasarkan pada tingkat kemampuan, sifat, dan jenis pekerjaan
di masing-masing perusahaan yang kondisinya berbeda-beda, masingmasing wilayah/daerah
yang tidak
sama. Maka,
upah minimum
dit