Efektivitas Formulasi Konsorsium Bakteri sebagai Pengendali Penyakit Hawar Pelepah Daun Tanaman Padi

EFEKTIVITAS FORMULASI KONSORSIUM BAKTERI
SEBAGAI PENGENDALI PENYAKIT HAWAR PELEPAH
DAUN TANAMAN PADI

FADHILA ACHMAD SYACHRONI

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011

ABSTRAK
FADHILA ACHMAD SYACHRONI. Efektivitas Konsorsium Bakteri sebagai Pengendali
Penyakit Hawar Pelepah Daun Tanaman Padi. Dibimbing oleh NISA RACHMANIA MUBARIK
dan YADI SURYADI.
Penyakit hawar pelepah daun (HPD) banyak ditemukan pada tanaman padi dan
menurunkan hasil produksi. Penyakit HPD disebabkan oleh Rhizoctonia solani. Pengendalian
penyakit HPD dapat menggunakan fungisida dan varietas resisten. Penggunaan bakteri sebagai
agen pengendali yang ramah lingkungan menjadi penting dan harus dikembangkan. Penelitian ini
bertujuan mengetahui efektivitas formulasi dari konsorsium bakteri sebagai pengendali penyakit

HPD. Uji kompatibilitas dilakukan dengan uji antagonis menggunakan metode kultur berpasangan.
Pembuatan formulasi biokontrol dengan menggunakan tiga jenis bahan pembawa yaitu talk,
bentonit, dan minyak sayur. Aplikasi formulasi biokontrol dengan cara perendaman benih dengan
formulasi dan penyemprotan forrmulasi secara langsung. Hasil uji kompatibilitas didapatkan dua
formula terbaik yaitu A2 yang merupakan isolat bakteri Bacillus firmus E65, serta A8 merupakan
konsorsium bakteri B. firmus E65, B. cereus II.14, Pseudomonas aeruginosa C32b, dan Serratia
marcescens E31. Berdasarkan aplikasi formulasi terhadap penyakit HPD, formula A8 dengan
bentonit merupakan formulasi yang paling efektif.
Kata kunci : padi, agen pengendali hayati, hawar pelepah daun, Rhizoctonia solani

ABSTRACT
FADHILA ACHMAD SYACHRONI. Effectiveness Formulation of Bacterial Consortia for
Controlling Sheath Blight Disease on Rice Plants. Supervised by NISA RACHMANIA
MUBARIK and YADI SURYADI.
Sheath blight disease caused by Rhizoctonia solani is mostly found in rice and reduce its
production. Controlling this disease could be used a fungicide or resistant varieties. The use of
bacteria as biocontrol agents are environmentally friendly and need to be explored. This study was
aimed to determine the effectiveness of the consortium of bacteria to control sheath blight disease.
The compatibility test in the antagonist test was dual culture method. Biocontrol formulation was
used three carriers ie talc, bentonite, and vegetable oil. Aplication of the biocontrol formulation

can done by soaking with formulation and direct spraying formulation to plant. Compatibility test
results found the best formula was A2 consisted Bacillus firmus E65, and A8 formula consisted of
a mixture of Bacillus firmus E65, Serratia marcescens E31, Pseudomonas aeruginosa C32b, and
Bacillus cereus II.14. Based on aplication formulation to sheath blight desease, it was found that
formula A8 with bentonite is the most effective formulation.
Keywords: rice, biological control agents, sheath blight disease, Rhizoctonia solani

EFEKTIVITAS FORMULASI KONSORSIUM BAKTERI
SEBAGAI PENGENDALI PENYAKIT HAWAR PELEPAH
DAUN TANAMAN PADI

FADHILA ACHMAD SYACHRONI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Departemen Biologi

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011

Judul
Nama
NIM

: Efektivitas Formulasi Konsorsium Bakteri sebagai Pengendali
Penyakit Hawar Pelepah Daun Tanaman Padi
: Fadhila Achmad Syachroni
: G34070098

Menyetujui,
Pembimbing II

Pembimbing I

Dr. Nisa Rachmania Mubarik, M.Si.
NIP 19671127 199302 2 001


Ir. Yadi Suryadi, M.Sc.
NIP 19580925 198503 1 002

Mengetahui,

Ketua Departemen Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Ence Darmo Jaya Supena, M.S.
NIP 19641002 198903 1 002

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya
ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak
Februari hingga Juli 2011 ini ialah Efektivitas Konsorsium Bakteri sebagai Pengendali Penyakit
Hawar Pelepah Daun Tanaman Padi. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Konservasi

Mikrob dan Rumah Kaca Balai Besar Bioteknologi dan Sumberdaya Genetika Pertanian (BB
Biogen).
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Nisa Rachmania Mubarik, M.Si dan Bapak Ir.
Yadi Suryadi, M.Sc atas bimbingan, bantuan pendanaan, dan pengarahan yang diberikan selama
penelitian dan penyusunan skripsi ini. Terima kasih disampaikan pula kepada Bapak Dr. Ir. Dedy
Duryadi Solihin, DEA sebagai dosen penguji dan wakil komisi pendidikan atas saran dan diskusi
yang diberikan. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Papah Arin Syachroni, Mamah
Sudrajati Asih, Adikku Renny Sithi Fauziah dan M. Ilham Syachroni, serta seluruh keluarga atas
segala doa dan kasih sayangnya. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Aidatun Fitriyah,
Kosmas, Nisful, Henny, Komal, Rahmah, Fahmi, Rindi, Eko, Alma, Nia, Susan, Adian, Ari,
Wagner, bapak dan ibu yang membantu penulis di laboratorium Konservasi Mikrob BB Biogen,
Ibu Aminah, Pak Jajang, Pak Eep, Ibu Endang, Mas Alan, Ibu Yuli, dan teman-teman Biologi 44
atas segala doa, dukungan, dan perhatiannya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2011

Fadhila Achmad Syachroni

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 6 Februari 1989 dari ayah Arin Syachroni dan
ibu Sudrajati Asih. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara.
Tahun 2007 penulis lulus dari SMA Negeri 65 Jakarta dan pada tahun yang sama lulus
seleksi masuk IPB melalui Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Penulis memilih
Program Studi Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif menjadi anggota Divisi Bioworld Himpunan
Mahasiswa Biologi (Himabio) pada tahun 2008-2009, penanggung jawab acara Biologi on Show
(BIOS) dalam rangkaian acara Biologi Interaktif tahun 2009, Ketua Divisi Informasi dan
Komunikasi (Infokom) Himabio pada tahun 2009-2010, Ketua Divisi Tata terib (Tatib) Masa
Perkenalan Departemen (MPD) tahun 2010, Ketua Divisi Pertandingan acara Grand Biodiversity
tahun 2010. Penulis menjadi asisten praktikum mata kuliah Biologi Dasar Tingkat Persiapan
Bersama pada tahun ajaran 2010/2011, dan mata kuliah Mikrobiologi Dasar pada tahun ajaran
2010/2011.
Penulis melakukan studi lapangan di Kawasan Wana Wisata Cangkuang Sukabumi dengan
judul makalah “Isolasi dan Karakterisasi Rhizobakteri Sekitar Perakaran Legum yang Berasal dari
Wana Wisata Cangkuang”. Penulis juga melakukan Praktik Lapangan di PT PERTAMINA
(PERSERO) Refinery Unit VI Balongan pada bulan Juli tahun 2010, dengan judul makalah
“Potensi Tanaman Eceng Gondok (Eichornia sp.) sebagai Fitoremediasi di PT Pertamina
(Persero) RU VI Balongan Indramayu”. Penulis pernah menerima beasiswa BBM tahun 20082011.


DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ..............................................................................................................
viii
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................................

viii

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................................

viii

PENDAHULUAN
Latar Belakang ...............................................................................................................
Tujuan ............................................................................................................................

1
1

BAHAN DAN METODE

Bahan .............................................................................................................................
Peremajaan Isolat Bakteri ..............................................................................................
Peremajaan Isolat Cendawan Patogen (Rhizotocnia solani)..............................................
Uji Kompatibilitas Bakteri terhadap R. solani secara in vitro ...........................................
Uji Antagonis Cendawan Patogen R. solani dengan Formula Terbaik ..............................
Pembuatan Bahan Pembawa Agensia Biokontrol dengan Formula Terbaik ......................
Aplikasi Formulasi Bahan Pembawa Agensia Biokontrol terhadap R. solani secara invivo ................................................................................................................................
HASIL
Kompatibilitas Bakteri Endofitik terhadap R. solani secara in vitro ..................................
Uji Antagonis Cendawan Patogen R. solani dengan Formula Terbaik ..............................
Aplikasi Formulasi Bahan Pembawa Agensia Biokontrol terhadap R. solani secara invivo ................................................................................................................................

1
1
2
2
2
3
3


3
4
4

PEMBAHASAN.................................................................................................................

5

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan .......................................................................................................................
Saran.............................................................................................................................

7
7

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................................

7

LAMPIRAN .......................................................................................................................


9

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5

Halaman
Daftar isolat bakteri yang digunakan pada penelitian .................................................
1
Perlakuan formulasi isolat yang digunakan pada penelitian .......................................
2
Luas pertumbuhan dan luas zona hambat R. solani hasil uji kompatibilitas isolat
secara in vitro ..........................................................................................................
4
Luas pertumbuhan dan luas zona hambat R. solani pada uji antagonis R. solani
dengan formula A2 dan A8 ......................................................................................

4
Hasil pengamatan jumlah anakan, panjang akar, bobot basah, dan bobot kering
tanaman padi............................................................................................................
5

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4

Halaman
Desain uji kompatibilitas formula terhadap cendawan patogen R. solani secara in
vitro.........................................................................................................................
2
Penghambatan pertumbuhan R.solani uji kompatibilitas oleh formula A2 (a) dan
formula A8 (b) pada media Potato Dextrose Agar ....................................................
3
Penghambatan pertumbuhan R.solani uji antagonis oleh formula A2 (a) dan formula
A8 (b) pada media PDA ...........................................................................................
4
Grafik pengamatan TLR penyakit HPD pada tanaman padi .......................................
4

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

Halaman
Komposisi media tumbuh bakteri dan cendawan .......................................................
10
Hasil uji kompatibilitas formula dengan R.solani ......................................................
11
Hasil aplikasi formulasi terhadap penyakit HPD .......................................................
12
Hasil uji kompatibilitas formula terhadap R.solani ....................................................
13
Hasil uji antagonis formula terhadap R.solani ...........................................................
13
Jumlah anakan tanaman padi ....................................................................................
14
Panjang akar tanaman padi .......................................................................................
14
Bobot basah dan bobot kering tanaman padi .............................................................
15
Hasil pengamatan TLR, AUDPC, dan persentase penghambatan penyakit HPD pada
tanaman padi............................................................................................................
15
Viabilitas isolat bakteri bulan ke-0............................................................................
16
Viabilitas isolat bakteri pada formulasi bulan ke-1 ....................................................
16
Viabilitas isolat bakteri pada formulasi bulan ke-2 ....................................................
16
Uji IAA isolat bakteri ...............................................................................................
16

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia sebagai negara agraris, dengan
mata pencaharian utama penduduk Indonesia
bergerak pada sektor pertanian. Produksi padi
Indonesia tahun 2010 sekitar 65,98 juta ton
(BPS 2010). Permasalahan utama produksi
padi Indonesia antara lain penyakit yang
menyerang tanaman padi, seperti penyakit
blas oleh Pyricularia grisea (Utami et al.
2006), hawar daun bakteri (HDB) oleh
Xanthomonas oryzae (Dewi et al. 2007), dan
penyakit hawar pelepah daun (HPD) akibat
cendawan Rhizoctonia solani (Prayudi 2000).
Hawar pelapah daun dapat menyerang
tanaman padi pada tahap benih, hingga
dewasa sebelum waktu panen, penyakit ini
menyebabkan tanaman mudah rebah (Deptan
2009). Pengendalian penyakit HPD dapat
dilakukan dengan penggunaan tanaman yang
resisten dan cara pemberian fungisida (Lee
& Rush 1983). Pemberian fungisida pada
jangka panjang dengan dosis yang berlebihan
dapat memberikan dampak yang negatif.
Pengendali hayati dapat digunakan karena
jauh lebih aman dari pada penggunaan bahan
kimia (Ardakani et al. 2009). Selain itu,
pengendali hayati juga dapat memberikan
manfaat ganda memacu pertumbuhan
tanaman (pupuk hayati) dan mengendalikan
patogen tanaman (biopestisida) (Kumar et al.
2005).
Bakteri yang dapat digunakan sebagai
agen hayati pengendali penyakit akibat R.
solani yang menyerang tanaman, antara lain:
Pseudomonas aeruginosa (Perveen et al.
1998), Serratia marcescens (Someya et al.
2000), dan Bacillus spp. (Asaka & Shoda
1996). Bacillus spp. dapat digunakan sebagai
agen pengendali hayati yang aman dan lebih
efektif dari pada penggunaan bahan kimia.
Spesies B. firmus E65, S. marcescens dan P.
aeruginosa yang akan digunakan dalam
penelitian ini dilaporkan Putri (2010)
memiliki kemampuan menekan pertumbuhan
Rhizoctonia solani penyebab hawar pelepah
(sheath blight) secara in vivo maupun in
vitro. Bacillus merupakan bakteri Gram
positif penghasil endospora sehingga tahan

pada kondisi kering dan panas. Dengan
demikian Bacillus cocok untuk aplikasi di
lapangan sebagai pengendali hayati tanaman
(Mubarik et al. 2010). Sedangkan
Pseudomonas dan Serratia termasuk bakteri
Gram negatif yang dapat tumbuh pada
kondisi nutrisi sederhana dan mudah
berkolonisasi di rhizosfer (Pseudomonas) dan
filosfer (Serratia) tanaman padi. Bahan
pembawa formulasi yang banyak digunakan
dalam pengendali hayati antara lain bentuk
padat (granul), tepung, dan suspensi
(Ardakani et al. 2009).
Tujuan
Penelitian ini bertujuan mengetahui
efektivitas
beberapa
formulasi
dari
konsorsium bakteri sebagai pengendali
penyakit HPD pada tanaman padi.
Hipotesis
yang
digunakan
dalam
penelitian ini bahwa formulasi konsorsium
bakteri sebagai pengendali penyakit hawar
pelepah daun pada tanaman padi lebih efektif
dari pada bukan konsorsium.

BAHAN DAN METODE
Bahan
Bakteri
Bacillus
firmus
E65,
Pseudomonas aeruginosa C32b, Seratia
marcescens E31, cendawan
Rhizoctonia
solani, dan bibit padi IR-64 yang digunakan
pada penelitian ini berasal dari koleksi
Laboratorium Konservasi Mikrobiologi BB
Biogen. Selain itu juga terdapat isolat bakteri
koleksi
Laboratorium
Mikrobiologi
Departemen Biologi, FMIPA, IPB dan IPB
Culture Collection yaitu Bacillus cereus II.14
(Tabel 1).
Peremajaan Isolat Bakteri
Semua isolat bakteri diperbanyak dengan
memindahkan kultur pada medium nutrient
agar (NA) dan diinkubasi pada suhu ruang
selama
24-48
jam.
Isolat
tersebut
diremajakan dan diperiksa kemurniannya
dengan menggunakan metode kuadran.
Biakan yang telah murni ditumbuhkan pada
media agar-agar miring dan disimpan dalam
lemari pendingin pada suhu -20oC.

Tabel 1 Daftar isolat bakteri yang digunakan pada penelitian.
Kode isolat
Spesies bakteri
Asal isolat
C32b
Pseudomonas aeruginosa
Lumpur, Sidoarjo, Jawa Timur
E31
Seratia marcescens
Padi, Sukabumi, Jawa Barat
E65
Bacillus firmus
Padi, Sukabumi, Jawa Barat
II.14
Bacillus cereus
Cabai, Bogor, Jawa Barat

Tahun koleksi
2007
2004
2004
2007

2

Seluruh biakan bakteri yang telah diinkubasi
selama 24 jam pada media agar-agar miring
NA
dilakukan
pengenceran
serial
menggunakan garam fisologis 0,85% dan
dihitung jumlahnya dengan menggunakan
metode angka lempeng total (ALT).
Peremajaan Isolat Cendawan Patogen
(Rhizotocnia solani)
Cendawan R. solani ditumbuhkan pada
media potato dextrose agar (PDA), lalu
diinkubasi selama 1 minggu pada suhu ruang
(Putri 2010). Peremajaan cendawan pada
media PDA dilakukan setiap satu bulan
sekali.
Uji Kompatibilitas Bakteri terhadap R.
solani secara in vitro
Pengujian dilakukan dengan metode
kultur berpasangan yaitu dengan cara bakteri
dan
cendawan
patogen
R.
solani
ditumbuhkan pada cawan Petri yang berisi
media
PDA.
Masing-masing
bakteri
ditumbuhkan pada media kaldu nutrien (NB)
dan diinkubasi selama 24 jam. Sebanyak 1
lup suspensi bakteri dioleskan pada cawan
PDA sepanjang 3 cm. Potongan biakan murni
R. solani pada media PDA dipindahkan
dengan menggunakan bor gabus, diletakkan
berhadapan dengan olesan bakteri dan
berjarak 3 cm dari olesan bakteri (Gambar 1).
Perlakuan yang digunakan sebanyak sepuluh
perlakuan dengan tiga ulangan setiap
perlakuan, kontrol negatif menggunakan
olesan air, dan kontrol kimia menggunakan
fungisida streptomisin 2% yang dilarutkan
pada media PDA (Tabel 2).
Olesan Bakteri

3cm

R. solani

3cm

3cm

Gambar 1 Desain uji kompatibilitas formula
terhadap cendawan patogen R.
solani secara in vitro.
Diameter zona pertumbuhan cendawan
patogen yang terbentuk diukur setelah
diinkubasi selama 7 hari pada suhu ruang.

Pengukuran zona pertumbuhan cendawan
dengan cara:
Zona per tumbuhan cendawan =

r1 + r2
2

r1 adalah jari-jari zona pertumbuhan miselia
terpanjang, r2 adalah jari-jari pertumbuhan
miselia terpendek (Suryadi 2009).
Luas zona hambat (ZH) dihitung dengan
rumus : ZH = LC – LP, ZH adalah luas zona
hambat, LC adalah luas cawan (cm2), dan LP
adalah luas pertumbuhan cendawan patogen
R. solani (cm2) (Putri 2010). Dua perlakuan
terbaik digunakan untuk pengujian lebih
lanjut.
Tabel 2 Perlakuan formulasi isolat yang
digunakan pada penelitian
Kode
Isolat
perlakuan
A0
Kontrol air
A1
Bacillus cereus (II.14)
A2
Bacillus firmus (E65)
A3
Pseudomonas
aeruginosa
(C32b)
A4
Seratia marcescens (E31)
A5
B. firmus (E65) + P. aeruginosa
(C32b)
A6
B. cereus (II.14) + B. firmus
(E65) + P. aeruginosa (C32b)
A7
B. cereus (II.14) + P.
aeruginosa (C32b) + S.
marcescens (E31)
A8
B. cereus (II.14) + P.
aeruginosa (C32b) + S.
marcescens (E31) + B. firmus
(E65)
A9
Kontrol kimia (Streptomisin
2%)
Uji Antagonis Cendawan Patogen R. solani
dengan Formula Terbaik
Perlakuan terbaik dari hasil uji
kompatibilitas digunakan dalam uji antagonis
cendawan R. solani. Bakteri tiap-tiap formula
terbaik ditumbuhkan pada media kaldu
nutrien dan diinkubasi selama satu hari,
semua perlakuan dilakukan ulangan sebanyak
tujuh kali ulangan. Sebanyak 1 ml suspensi
biakan disentrifugasi dengan kecepatan 8944
g selama 5 menit. Sebanyak 100 µl
supernatan (filtrat) bakteri dicampurkan
dengan media PDA dan dituang ke cawan
Petri. Cendawan R. solani diletakkan di atas
media PDA yang berisi supernatan bakteri
dan diinkubasi selama satu minggu,
kemudian dihitung zona hambat cendawan

3

dibandingkan
perlakuan.

dengan

kontrol

tanpa

Pembuatan Bahan Pembawa Agensia
Biokontrol dengan Formula Terbaik
Dua formula terbaik diujikan pada
berbagai bahan pembawa (Ardakani et al.
2009). Bahan pembawa yang digunakan
antara lain formulasi talk (300 ml suspensi
formula bakteri, 1 Kg talk, 10 g
carboxymethyl cellulose (CMC), 15 g
CaCO3), formulasi bentonit (300 ml suspensi
formula bakteri, 1 Kg bentonit, 10 g CMC, 15
g CaCO3), formulasi minyak (300 ml
suspensi formula bakteri, 6 ml minyak sawit,
0,15 ml Triton X-100), dan formulasi
suspensi (300 ml suspensi formula bakteri).
Aplikasi
Formulasi Bahan Pembawa
Agensia Biokontrol terhadap R. solani
secara in-vivo
Bibit padi yang digunakan ialah varietas
IR-64.
Bibit
padi
disemai
dengan
menggunakan tanah sawah pada bak plastik
berukuran 15x30 cm2. Penyemaian dilakukan
selama 18 hari. Bibit padi yang telah berumur
18 hari direndam pada 100 ml tiap-tiap
formulasi selama satu malam, kemudian
ditanam pada pot-pot kecil yang berisi tanah
sawah sebanyak 3 Kg dan pupuk NPK
(1:1:1). Setiap perlakuan dilakukan tiga kali
ulangan. Aplikasi pada tanaman padi
dilakukan dengan cara penyemprotan
langsung. Sebanyak 100 ml tiap-tiap
formulasi disemprotkan pada 6 rumpun padi
pada pot-pot. Aplikasi pertama dilakukan
pada umur 28 hari setelah tanam (hst) dan
penyemprotan kedua dilakukan pada umur 42
hst.
Cendawan patogen R. solani ditumbuhkan
pada media PDA. Kemudian potongan agaragar ± 4 cm2 yang berisi cendawan patogen
R. solani disisipkan pada bagian pangkal
padi. Inokulasi cendawan patogen R. solani
dilakukan pada umur 30 hst. Pengamatan
penyakit HPD dilakukan setiap 7 hari setelah
inokulasi sebanyak empat kali pengamatan
dibandingkan dengan dua kontrol yang
digunakan antara lain kontrol cendawan dan
kontrol tanpa perlakuan. Kontrol cendawan
adalah kontrol tanaman padi yang hanya
disisipkan cendawan R. solani tanpa
pemberian formulasi, sedangkan kontrol
tanpa perlakuan adalah kontrol tanaman padi
yang tidak disisipkan cendawan R. solani dan
formulasi. Pengamatan intensitas penyakit
HPD dengan mengukur tinggi lesio relatif
(TLR) (Suryadi et al. 1991):

TLR =

panjang lesio

tinggi tanaman

× 100%

Nilai yang didapat dari perhitungan TLR
kemudan dikonversi dengan perhitungan area
under the disease progress curve (AUDPC).
Perhitungan AUDPC bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara intensitas
penyakit terhadap respon waktu (Shaner &
Finney 1977):
=

+
2

n = jumlah pengamatan
ti = waktu pengamatan
Yi = intensitas penyakit HPD

(

− )

Selain dilakukan pengamatan intensitas
penyakit HPD pada tanaman padi juga
dilakukan pengamatan agronomi terhadap
formulasi yang diberikan pada tanaman padi
yang meliputi jumlah anakan, panjang akar,
bobot basah dan bobot kering. Data yang
didapat dibandingkan dengan dua kontrol,
antara lain kontrol cendawan dan kontrol
tanpa perlakuan.

HASIL
Kompatibilitas Bakteri terhadap R. solani
secara in vitro
Uji kompatibilitas menunjukkan beberapa
formula mampu menekan pertumbuhan R.
solani dengan terbentuknya zona hambat.
Pada perlakuan kontrol, R. solani dapat
tumbuh memenuhi cawan Petri. Formula A8
menunjukkan zona hambat paling besar, yaitu
62,47 cm2 jika dibandingkan dengan kontrol
streptomisin 2% dengan zona hambat 55,92
cm2 (Gambar 2, Tabel 3).

(a)

(b)

Gambar 2 Penghambatan pertumbuhan R.
solani uji kompatibilitas oleh (a)
formula A2 dan (b) formula A8
pada media potato dextrose agar
(PDA).

4

Luas R. solani yang tumbuh pada formula
A8 tidak berbeda nyata dengan luas R. solani
yang tumbuh pada kontrol kimia streptomisin
2% (Tabel 3). Pengujian berikutnya formula
A2 yang mengandung isolat tunggal B. firmus
E65 yang memiliki rata-rata luas zona
hambat tertinggi setelah formula A8
digunakan sebagai pembanding.
Tabel 3 Luas pertumbuhan dan luas zona
hambat R. solani hasil uji
kompatibilitas isolat secara
in
vitro
Rata-rata
Rata-rata luas
luas
Kode
zona hambat
pertumbuhan
formula
R. solani
R. solani
(cm2)
2
(cm )
A0
63,59 a
0a
A1
61,29 a
2,29 a
A2
21,67 bc
41,92 bc
A3
63,59 a
0a
A4
63,59 a
0a
A5
45,15 ab
18,43 ab
A6
42,65 ab
20,93 ab
A7
63,59 a
0a
A8
1,11 c
62,47 c
A9
7,67 c
55,92 c
Keterangan : angka pada kolom yang diikuti
dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata
berdasarkan uji jarak berganda Duncan
(DMRT) pada taraf 5%.
Uji Antagonis Cendawan Patogen R. solani
dengan Formula Terbaik
Uji antagonis menunjukkan formula A2
dan A8 tidak berbeda nyata dengan uji
kompatibilitas. Formula A2 menunjukkan
nilai rata-rata luas zona hambat R. solani
mencapai 55,73 cm2, namun R. solani
tumbuh dengan rata-rata luas pertumbuhan
sebesar 7,86 cm2. Hal ini berbeda dengan

formula A8 yang menunjukkan rata-rata luas
zona hambat sebesar 63,59 cm2 dan tidak ada
pertumbuhan R. solani. Jika dibandingkan
dengan kontrol rata-rata zona hambat sebesar
0 cm2 (Gambar 3, Tabel 4).
Tabel 4 Luas pertumbuhan dan luas zona
hambat R. solani
pada uji
antagonis R. solani dengan
formula A2 dan A8
Rata-rata luas
Rata-rata luas
Perlakuan
pertumbuhan
zona hambat R.
R. solani (cm2)
solani (cm2)
A2
7,86
55,73
A8
0
63,59
Kontrol
tanpa
63,59
0
perlakuan
Aplikasi
Formulasi Bahan Pembawa
Agensia Biokontrol terhadap R. solani
secara in-vivo
Hasil pengamatan penyakit HPD pada
tanaman padi selama empat minggu
menunjukkan formula yang efektif untuk
menghambat pertumbuhan penyakit HPD
ialah formula A2 dengan formulasi bentonit,
sedangkan formula yang kurang efektif ialah
formula A8 formulasi suspensi.

(a)
(b)
Gambar 3 Penghambatan pertumbuhan R.
solani uji antagonis oleh (a)
formula A2 dan (b) formula A8
pada media PDA.

Persentase TLR (%)

16
14
12
10
8
6
4
2
0

minggu ke minggu ke minggu ke minggu ke minggu ke
0
1
2
3
4
Tinggi Lesio Relatif (TLR)
Keterangan : TLR : tinggi lesio relatif penyakit HPD.
Gambar 4 Grafik pengamatan TLR penyakit HPD pada tanaman padi.

A2 talk
A2 bentonit
A2 minyak
A2 suspensi
A8 talk
A8 bentonit
A8 minyak
A8 suspensi
kontrol perlakuan cendawan
kontrol tanpa perlakuan

5

Formula A2 dengan formulasi bentonit
memiliki persentase penghambatan HPD
sebesar 35,57% dengan nilai AUDPC yaitu
225,49. Sedangkan formula A8 formulasi
suspensi memiliki persentase penghambatan
HPD 12,69% dengan nilai AUDPC 305,59
(Lampiran 9). Pada formula A2 formulasi
minyak semua tanaman padi mengalami
kematian, dan formula A8 formulasi minyak
selain menghambat pertumbuhan penyakit
HPD juga menghambat pertumbuhan
tanaman padi.
Pengamatan agronomi meliputi jumlah
anakan, panjang akar, bobot basah, dan bobot
kering.
Hasil
pengamatan
agronomi
didapatkan jumlah anakan dan panjang akar
pada tiap-tiap perlakuan tidak berbeda nyata,
dengan rata-rata jumlah anakan 1,67 sampai
3,50 anakan, sedangkan untuk panjang akar
rata-rata 7,10 cm sampai 27,75 cm. Rata-rata
bobot basah tertinggi untuk perlakuan ialah
formula A2 perlakuan bentonit dengan ratarata 33,33 g, bobot basah terendah ialah
formula A2 perlakuan minyak sebesar 5,45 g,
jika dibandingkan dengan kontrol negatif
yang memiliki bobot basah 31,48 g. Untuk
bobot kering terberat ialah formula A2
dengan perlakuan bentonit yaitu 8,48 g, bobot
kering teringan ialah formula A2 perlakuan
minyak sebesar 1,04 g, dan untuk bobot
kering kontrol negatif sebesar 8,14 g (Tabel
5).

PEMBAHASAN
Hasil uji kompatibilitas menunjukkan dua
formula terbaik yaitu formula A2 yang
mengandung isolat B. firmus E65 dan
formula A8 yang merupakan konsorsium
isolat B. firmus E65, B. cereus II.14, S.
marcescens E31, dan P. aeruginosa C32b.

Semua isolat yang digunakan dilaporkan
dapat menekan pertumbuhan dari R. solani
(Putri 2010). Uji antagonis formula terbaik
juga tidak berbeda nyata dengan uji
kompatibilitas, hal ini menunjukkan bahwa
formula A2 dan A8 yang digunakan efektif
dalam menekan pertumbuhan R. solani secara
in vitro.
Berdasarkan uji kompatibilitas dan uji
antagonis, isolat yang digunakan mampu
menekan pertumbuhan R. solani karena
diduga memiliki senyawa antimikrob (Putri
2010) dan menghasilkan enzim kitinase yang
m en d egr a da si ki t i n ya n g m er upa ka n
komponen utama dinding sel cendawan
(Mubarik et al. 2010). Senyawa antimikrob
adalah senyawa yang dapat membunuh atau
menghambat pertumbuhan mikrob lain
(Rachman 2011). Senya wa antimikrob
yang dihasilkan oleh bakteri antara lain, iturin
yang dihasilkan oleh Bacillus (Asaka &
Shoda 1996), pyrrolnitrin oleh P. aeruginosa
(Howell & Stipanovic 1979). S. marcescens
menghasilkan enzim kitinolitik yang mampu
mendegradasi
kitin
yang
merupakan
komponen dinding sel dari R. solani (Someya
et al. 2000).
Berdasarkan hasil uji in vivo nilai TLR
mengalami
nilai
maksimal
serangan
cendawan R. solani pada minggu kedua, dan
pada minggu ketiga intensitas serangan
mengalami penurunan. Hal ini diduga karena
pada minggu kedua tanaman padi dilakukan
perlakuan penyemprotan dengan formulasi
agen hayati sehingga intensitas serangan pada
minggu ketiga mengalami penurunan yang
terjadi hingga minggu keempat pengamatan
TLR.

Tabel 5 Hasil pengamatan jumlah anakan, panjang akar, bobot basah, dan bobot kering tanaman
padi
Nilai rata-rata
Formula
Perlakuan
Jumlah
Panjang akar
Bobot basah
Bobot kering
anakan
(cm)
(g)
(g)
Talk
3,33 a
24,52 a
22,68 abc
7,99 a
Bentonit
3,50 a
23,80 a
33,33 a
8,48 a
A2
Minyak
1,67 b
7,10 b
5,45 d
1,04 d
Suspensi
3,00 a
22,93 a
25,76 abc
7,80 abc
Talk
3,50 a
26,70 a
25,28 abc
7,56 abc
Bentonit
3,33 a
22,60 a
29,35 abc
6,84 bc
A8
Minyak
3,33 a
27,75 a
18,97 c
4,09 d
Suspensi
3,00 a
22,12 a
20,13 bc
6,39 c
Cendawan
3,33 a
21,83 a
31,48 ab
8,14 ab
Kontrol
Tanpa perlakuan
3,33 a
27,62 a
27,31 abc
7,69 abc
Keterangan : angka pada kolom yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata
berdasarkan uji jarak berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%.

6

Mekanisme serangan cendawan R. solani
dimulai karena R. solani tertarik dengan
simultan yang dikeluarkan oleh tanaman, hifa
R. solani melekat pada permukaan luar
tanaman, setelah melekat R. solani
membentuk apresorium dan melakukan
penetrasi terhadap dinding sel tanaman,
penetrasi pada dinding sel tanaman juga
dibantu dengan adanya enzim ekstraseluler
yang mendegradasi beberapa komponen
penyusun dinding sel tanaman antara lain
selulosa, kutin, dan pektin. Setelah berhasil
merusak sel tanaman dan mengambil nutrisi
dari tanaman R. solani akan membentuk
sklerotium, sklerotium merupakan bentuk
pertahanan R. solani sehingga mampu
bertahan pada kondisi yang sangat sederhana
dan mampu tumbuh kembali pada kondisi
nutrisi yang berlimpah dengan membentuk
hifa untuk serangan berikutnya (Muis 2007).
Fomula A2 dengan bahan pembawa
bentonit merupakan formulasi yang paling
efektif menekan pertumbuhan R. solani pada
tanaman padi. Dua penelitian sebelumnya
melaporkan bahwa B. firmus E65 memiliki
kemampuan yang paling baik dalam
menghambat pertumbuhan R. solani (Putri
2010; Rachman 2011). Isolat B. firmus E65
merupakan isolat yang digunakan dalam
formula A2. Ardakani et al.
(2009)
melaporkan bentuk formulasi biokontrol
bentonit
dengan
penambahan
CMC
merupakan bentuk yang paling efektif.
Bentonit berupa bubuk yang sangat halus,
ringan, dan mudah menyerap banyak cairan
karena kapasitas serap yang meningkat
sehingga jumlah sel bakteri yang terikat lebih
banyak dari formulasi lain (Ting et al. 2009).
Formulasi bentonit memiliki keuntungan
yang lain yaitu sangat efiesien dalam
pembuatannya. Selain itu, formulasi bentonit
mudah larut dalam air pada saat aplikasi pada
tanaman. Dengan demikian formulasi ini
merupakan bahan pembawa yang tepat untuk
biokontrol penyakit HPD tanaman padi.
Formulasi talk merupakan formulasi yang
cukup baik, namun tidak sebaik bentonit
dalam menekan penyakit HPD. Sama seperti
formulasi bentonit, talk merupakan bubuk
yang ringan dan mudah larut dalam air,
namun formulasi ini sedikit sulit pada saat
pencampuran untuk formulasi sehingga
masih
terbentuk
gumpalan-gumpalan.
Formulasi
minyak
menunjukkan
ketidakefektifan pada setiap perlakuan,
diduga karena komposisi pada formulasi
minyak kurang tepat dan perlu dilakukan
modifikasi untuk menentukan komposisi

yang tepat. Jika dilihat dari segi ekonomi
formulasi talk lebih murah dari formulasi
bentonit, namun dari segi efektifitas dan
kemudahan dalam pengaplikasian formulasi
bentonit lebih efektif dan mudah, karena
kelebihan dari formulasi bentonit tersebut.
Daya simpan formulasi pada suhu ruang,
untuk bulan ke-0 yaitu pada saat isolat belum
dicampurkan dengan formulasi memiliki ratarata jumlah sel 40x108 cfu/ml (Lampiran 10).
Pada bulan pertama penyimpanan jumlah sel
bakteri pada formulasi rata-rata 1,9x108
cfu/ml (Lampiran 11). Sedangkan pada bulan
kedua jumlah sel bakteri pada formulasi
didapatkan jumlah sel sebanyak 34x108
cfu/ml (Lampiran 12). Kenaikan jumlah
bakteri pada bulan kedua diduga pada bulan
pertama isolat bakteri masih dalam fase lag,
yang artinya bakteri masih menyesuaikan diri
dengan bahan formulasi yang digunakan,
sedangkan pada bulan kedua isolat bakteri
berada pada fase log, yaitu fase penggandaan
bakteri dengan sangat cepat, sehingga jumlah
sel bakteri yang terdapat pada bulan ke dua
lebih tinggi daripada bulan pertama.
Selain dapat menghambat pertumbuhan
R. solani, formula A2 dengan formulasi
bentonit juga mampu memberikan pengaruh
terhadap pertumbuhan tanaman padi, yaitu
bobot basah dan bobot kering. Selain itu,
pertumbuhan padi pada formulasi lebih tinggi
dibandingkan dengan kedua kontrol, hal ini
diduga karena bakteri yang digunakan dalam
bentuk konsorsium memiliki berbagai
kemampuan lain seperti menghasilkan
aktivitas auksin sehingga mampu memacu
pertumbuhan seperti bakteri P. aeruginosa
C32b, B. firmus E65, dan S. marcescens
E31(Lampiran 13). Bakteri P. aeruginosa
mampu menghasilkan IAA paling tinggi dari
isolat lain yang digunakan. Spesies bakteri
dari genus Bacillus dan Pseudomonas yang
tergolong
plant
growth
promoting
rhizobacteria selain memacu pertumbuhan
tanaman juga dapat meningkatkan ketahanan
terhadap penyakit (Wahyudi et al. 2009).
Selain bakteri yang digunakan sebagai
agen hayati terhadap cendawan R. solani,
pada beberapa penelitian lain menggunakan
cendawan
endofitik
untuk
menekan
pertumbuhan cendawan patogen R. solani.
Cendawan yang digunakan antara lain
Tricoderma
dengan
mekanisme
menghasilkan enzim-enzim yang mampu
mendegradasi dinding sel cendawan R. solani
(Gao 2010) dan Gliocladium virens mampu
menghasilkan antibiotik gliotoksin yang
dapat menekan pertumbuhan cendawan R.

7

solani (Howell & Stipanovic 1995). Jika
dibandingkan dengan cendawan, efektivitas
penghambatan R. solani dengan menggunkan
bakteri lebih efektif dari penggunaan
cendawan sebagai agen hayati, diduga karena
bakteri lebih cepat tumbuh dari cendawan,
dan
lebih
efesien
dalam
menekan
pertumbuhan cendawan R. solani
.

Gao FK, Dai CC, Liu XZ. 2010. Mechanisms
of fungal endophytes in plant protection
against pathogens. Afr J Microbiol Res 4:
1346-1351.
Howell CR, Stipanovic RD. 1979. Control of
Rhizoctonia solani on cotton seedlings
with Pseudomonas fluorescens and with
an antibiotic produced by the bacterium. J

SIMPULAN DAN SARAN

Howell CR, Stipanovic RD. 1995.
Mechanisms in the biocontrol of
Rhizoctonia solani – induced cotton
seedling disease by Gliocladium virens:
antibiotic. J Ame Phyto Soc 85: 469-472.
Kumar RS et al.. 2005. Characterization of
fungal metabolite produced by a new
strain Pseudomonas aeruginosa PUPa3
that exhibits broad-spectrum antifungal
activity and biofertilizing traits. J Appl
Microbiol 98: 145-154.
Lee NF, Rush MC. 1983. Rice sheath blight a
major rice disease. J Am Phyto Soc 67:
829-832.
Mubarik NR, Mahagiani I, Putri AA, Santoso
S, Rusmana I. 2010. Chitinolytic bacteria
isolated from chili rhizosphere: chitinase
characterization and application as
biocontrol for whitefly (Bemisia tabaci
Genn.). Am J Agric Biol Sci 5: 430-535.
Muis A. 2007. Pengelolaan penyakit busuk
pelepah (Rhizoctonia solani Kuhn.) pada
tanaman jagung. J Litbang Pertanian 26:
100-103.
Perveen S, Haque SE, Gaffar A. 1998.
Efficacy of Pseudomonas aeruginosa and
Paecilomyces lilacinus in the control of
root rot-root knot disease complex on
some vegetables. Nematol Medit 26: 209212.
Prayudi B. 2000. Toleransi padi lokal rawa
pasang surut terhadap penyakit hawar
pelepah daun padi (Rhizoctonia solani). J
Bul Agron 28: 37-40.
Putri KE. 2010. Potensi bakteri penghambat
cendawan patogen Rhizoctonia solani dan
Pyricularia grisea pada tanaman padi
[skripsi]. Bogor: Insitut Pertanian Bogor.
Rachman SI. 2011. Potensi Bacillus sp. galur
G3, Bacillus firmus E65, dan bakteri
metanotrof
sebagai
penghambat
pertumbuhan
patogen
Xanthomonas
oryzae pv. oryzae dan Rhizoctonia solani
[skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Shaner G, Finney RE. 1997. The effect of
nitrogen fertilization on the expression of
slow-mildewing resistance in knox wheat.
Phytopathology 67: 1051-1056.

Simpulan
Berdasarkan uji in vitro formula A2 yang
mengandung isolat B. firmus E65 serta
formula A8 yang mengandung konsorsium
bakteri Bacillus firmus E65, Serratia
marcescens E31, Pseudomonas aeruginosa
C32b, dan Bacillus cereus II.14 memiliki
potensi menekan pertumbuhan R. solani.
Sedangkan berdasarkan uji in vivo formula
A2 dengan formulasi bentonit merupakan
formulasi yang efektif dalam menghambat
pertumbuhan R. solani mencapai 35,57%.
dibandingkan
kontrol
negatif
yang
diinokulasikan dengan R. solani.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
untuk mengkaji kembali bahan pembawa
dengan penambahan bahan pengkaya untuk
meningkatkan efektivitas formulasi.

DAFTAR PUSTAKA
Ardakani SS, Heydari A, Khorasani NA,
Ehteshami M. 2009. Preparation of new
biofungicides using antagonistic bacteria
and mineral compounds for controlling
cotton seedling damping-off disease. J
Plant Protect Res 49: 49-55.
Asaka O, Shoda M. 1996. Biocontrol of
Rhizoctonia solani damping-off of tomato
with Bacillus subtilis RB14. Appl Environ
Microbiol 62: 4081–4085.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2010. Produksi
Padi Jagung dan Kedelai 2010. Jakarta :
BPS.
[Deptan] Departemen Pertanian. 2009.
Hawar Pelepah Rhizoctonia solani kuhn.
Jakarta : Deptan.
Dewi I, Apriana A, Sisharmini A, Somantri
IH. 2007. Evaluasi ketahanan tanaman
padi haploid ganda calon tetua padi
hibrida terhadap wereng batang coklat
dan hawar daun bakteri. J Bul Agron 35:
15-21.

Ame Phyto Soc 69 : 480-482.

8

Suryadi Y, Triny, Kadir S, Daradjat AA.
1991. Pengendalian penyakit blast dan
hawar pelepah daun padi dengan
fungisida. Bul Pertan 10: 13-17.
Suryadi Y. 2009. Efektivitas Pseudomonas
fluorescens terhadap penyakit layu bakteri
(Ralstonia solanacearum) pada tanaman
kacang tanah. J HPT Trop 9 : 174-180.
Someya N, Kataoka N, Komagata T, Hirayae
K, Hibi T, Akutsu K. 2000. Biological
control of cyclamen soilborne diseases by
Serratia marcescens strain B2. J Am
Phyto Soc 84: 334-340.
Ting ASY, Fang MT, Tee CS. 2009.
Assesment on the effect of formulative
materials on the viability and efficacy of
Serratia marcescens-a biocontrol agent
againts Fusarium oxysporum F. Sp.
cubense race 4. Am J Agric & Biol Sci 4:
283-288.

Utami DW, Aswidinnoor H, Moeljopawiro S,
Hanarida I, Reflinur. 2006. Pewarisan
ketahanan penyakit blas (Pyricularia
grisea sacc.) pada persilangan padi ir64
dengan Oryza rufipogon griff. J Hayati
Biosci 13: 107-112.
Wahyudi AT, Astuti RI, Mubarik NR,
Faulina SA. 2009. Detection and cloning
of a gene involved in zwitermicin A
biosynthesis from plant growth promoting
rhizobacterium Bacillus sp CR64. J
Biotechnol Indones 15: 9-14.

LAMPIRAN

10

Lampiran 1 Komposisi media tumbuh bakteri dan cendawan
1. Nutrient Agar (NA) untuk volume 100 ml
- 0,8 g nutrient broth (NB)
- 1,5 g agar
- 100 ml akuades
2. Luria Broth (LB) untuk volume 100 ml
- 1 g Trypton
- 1 g NaCl
- 0,5 g yeast extract
- 100 ml akuades
3. Potato Dextrose Agar (PDA) untuk volume 1 L
- 300 g kentang
- 10 g Dextrose
- 11 g Agar
- 1 L akuades

11

Lampiran 2 Hasil uji kompatibilitas formula dengan R. solani

b

a

b
a

a

A1

A0

A2

b
b

b
a

a

a

A4

A3

b

A5

a

a
b

b

a

A8
A6

A7

Keterangan
a

A9

: A0 : kontrol air
A1 : B. cereus (II.14)
A2 : B. firmus (E65)
A3 : P. aeruginosa (C32b)
A4 : S. marcescens (E31)
A5 : B. firmus (E65) + P. aeruginosa (C32b)
A6 : B. cereus (II.14) + B. firmus (E65) + P. aeruginosa (C32b)
A7 : B. cereus (II.14) + P. aeruginosa (C32b) + S. marcescens
(E31)
A8 : B. cereus (II.14) + B. firmus (E65) + P. aeruginosa (C32b)
+ S. marcescens (E31)
A9 : kontrol kimia (Streptomisin 2%)
a
: R. solani
b
: Olesan bakteri

12

Lampiran 3 Hasil aplikasi formulasi terhadap penyakit HPD

A2 formulasi talk

A2 formulasi bentonit

A2 formulasi minyak

A2 formulasi suspensi

A8 formulasi talk

A8 formulasi bentonit

A8 formulasi minyak

A8 formulasi suspensi

kontrol cendawan

kontrol tanpa perlakuan

Keterangan :
A2
A8
Kontrol cendawan
Kontrol tanpa perlakuan
Tanda panah

: B. firmus (E65)
: B. cereus (II.14) + B. firmus (E65) + P. aeruginosa
(C32b) + S. marcescens (E31)
: Tanaman + R. solani
: Tanaman tanpa perlakuan dan formulasi
: Daerah yang diserang penyakit HPD

Lampiran 4 Hasil uji kompatibilitas formula terhadap R. solani
Formula

Diameter cendawan (cm)
I

II

Luas pertumbuhan R. solani

Rata-rata

III

I

II

Luas zona hambat R. solani

Rata-rata

III

I

II

Rata-rata

III

A0
9,00
9,00
9,00
9,00
63,59
63,59
63,59
63,59
0,00
0,00
0,00
A1
9,00
9,00
8,50
8,83
63,59
63,59
56,72
61,30
0,00
0,00
6,87
A2
5,00
5,50
5,25
5,25
19,63
23,75
21,64
21,67
43,96
39,84
41,95
A3
9,00
9,00
9,00
9,00
63,59
63,59
63,59
63,59
0,00
0,00
0,00
A4
9,00
9,00
9,00
9,00
63,59
63,59
63,59
63,59
0,00
0,00
0,00
S5
9,00
9,00
3,25
7,08
63,59
63,59
8,29
45,15
0,00
0,00
55,29
A6
1,00
9,00
9,00
6,33
0,79
63,59
63,59
42,65
62,80
0,00
0,00
A7
9,00
9,00
9,00
9,00
63,59
63,59
63,59
63,59
0,00
0,00
0,00
A8
1,00
1,50
1,00
1,17
0,79
1,77
0,79
1,11
62,80
61,82
62,80
A9
3,13
3,13
3,13
3,13
7,67
7,67
7,67
7,67
55,92
55,92
55,92
A0
9,00
9,00
9,00
9,00
63,59
63,59
63,59
63,59
0,00
0,00
0,00
Keterangan : angka pada kolom yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji jarak berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%.

0,00
2,29
41,92
0,00
0,00
18,43
20,93
0,00
62,47
55,92
0,00

Lampiran 5 Hasil uji antagonis formula terhadap R. solani
Formula

Luas (ulangan) (cm2)
1

A2
0,00
A8
0,00
Kontrol tanpa perlakuan 63,59
Keterangan : angka pada kolom

2

3

4

5

6

7

Rata-rata

12,56 28,26 14,18 0,00
0,00
0,00
7,86
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
63,59 63,59 63,59 63,59 63,59 63,59
63,59
yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata

Luas zona hambat (ulangan) (cm2)
1

2

3

4

63,59 51,03 35,33 49,41
63,59 63,59 63,59 63,59
0,00
0,00
0,00
0,00
berdasarkan uji jarak berganda

5
63,59
63,59
0,00
Duncan

6

7

Rata-rata

63,59 63,59
55,73
63,59 63,59
63,59
0,00
0,00
0,00
(DMRT) pada taraf 5%.
13

13

Lampiran 6 Jumlah anakan tanaman padi
Jumlah anakan (ulangan)
Rata-rata
1
2
3
Talk
3
4
3
3,33 a
Bentonit
4
4
3
3,50 a
A2
Minyak
0
0
5
1,67 b
Suspensi
3
3
3
3,00 a
Talk
3
4
4
3,50 a
Bentonit
3
3
4
3,33 a
A8
Minyak
3
4
4
3,33 a
Suspensi
3
3
3
3,00 a
Cendawan
3
4
4
3,33 a
kontrol
Tanpa perlakuan
3
4
4
3,33 a
Keterangan : angka pada kolom yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji jarak berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%.
formula

Formulasi

Lampiran 7 Panjang akar tanaman padi
Panjang akar (ulangan) (cm)
Rata-rata (cm)
1
2
3
Talk
19,25
32,55
21,75
24,52 a
Bentonit
23,1
24,45
23,85
23,80 a
A2
Minyak
0
0
21,3
7,10 b
Suspensi
22,4
19
27,4
22,93 a
Talk
19,95
29
31,15
26,70 a
Bentonit
20,75
17,25
29,8
22,60 a
A8
Minyak
27,35
19,9
36
27,75 a
Suspensi
22,4
18,85
25,1
22,12 a
Cendawan
19,35
22,15
24
21,83 a
kontrol
Tanpa perlakuan
29,2
21
32,65
27,62 a
Keterangan : angka pada kolom yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji jarak berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%.
Formula

Formulasi

14

14

Lampiran 8 Bobot basah dan bobot kering tanaman padi
Bobot basah tanaman padi (ulangan) (g)
Bobot kering tanaman padi (ulangan) (g)
Rata-rata (g)
Rata-rata (g)
1
2
3
1
2
3
Talk
28,65
16,52
22,88
22,68 abc
7,40
8,37
8,19
7,99 a
Bentonit
30,49
31,05
38,45
33,33 a
7,21
8,05
10,19
8,48 a
A2
Minyak
0
0
16,34
5,45 d
0,00
0,00
3,12
1,04 d
Suspensi
14,53
26,58
36,17
25,76 abc
6,88
7,76
8,75
7,80 abc
Talk
31,48
17,70
26,68
25,28 abc
7,60
8,82
6,26
7,56 abc
Bentonit
29,38
27,26
31,41
29,35 abc
6,91
6,17
7,43
6,84 bc
A8
Minyak
11,64
23,06
22,20
18,97 c
3,71
4,36
4,20
4,09 d
Suspensi
13,61
27,55
19,22
20,13 bc
6,20
6,87
6,10
6,39 c
Cendawan
30,32
29,65
34,48
31,48 ab
7,52
8,73
8,17
8,14 ab
kontrol
Tanpa perlakuan
26,22
31,36
24,35
27,31 abc
7,64
8,18
7,27
7,69 abc
Keterangan : angka pada kolom yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji jarak berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%.
Formula

Formulasi

Lampiran 9 Hasil pengamatan TLR, AUDPC, dan persentase penghambatan penyakit HPD pada tanaman padi
TLR 0 (%)
TLR I (%)
TLR II (%)
TLR III (%)
TLR IV (%)
Formulasi
Perlakuan
AUDPC
Persentase penghambatan (%)
0 hs
7 hsi
14 hsi
21 hsi
28 hsi
Talk
0
7,98
12,11
10,98
12,24
260,37
25,61
Bentonit
0
5,33
10,01
11,77
10,19
225,49
35,57
A2
Minyak
0
*
*
*
*
*
*
Suspensi
0
9,20
11,97
11,38
11,80
269,15
23,10
Talk
0
6,35
12,09
10,35
10,60
238,63
31,82
Bentonit
0
7,88
11,87
11,71
10,63
257,43
26,45
A8
Minyak
0
10,01
12,62
11,40
10,35
274,46
21,58
Suspensi
0
12,08
13,18
12,47
11,85
305,59
12,69
kontrol
Cendawan
0
14,43
14,65
14,13
13,58
349,98
0,00
Tanpa perlakuan
0
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
100,00
Keterangan : TLR : tinggi lesio relatif penyakit HPD, AUDPC : area under the disease progress curve, * : formula A2 formulasi minyak semua tanaman padi
mengalami kematian
15

15

16

Lampiran 10 Viabilitas isolat bakteri bulan ke-0
Isolat
II.14
E65
E31
C32b

Jumlah sel (cfu/ml)
2,5x109
2,6x109
6,0x109
5,1x109

Lampiran 11 Viabilitas isolat bakteri pada formulasi bulan ke-1
Formula
Formulasi
Talk
Bentonit
A2
Minyak
Suspensi
Talk
Bentonit
A8
Minyak
Suspensi

Jumlah sel (cfu/ml)
4,5x108
9,0x109
2,0x108
1,5x108
9,4x109
9,8x109
3,2x108
8,6x109

Lampiran 12 Viabilitas isolat bakteri pada formulasi bulan ke-2
Formula
Formulasi
Talk
A2
Bentonit
Talk
A8
Bentonit

Jumlah sel (cfu/ml)
4,4x109
2,7x109
5,8x109
6,8x108

Lampiran 13 Uji IAA isolat bakteri
Ulangan
Kontrol
Kontrol media
1
0
67,60
2
0
68,00
3
0
69,60
Rata-rata
0
68,40

E65
120,40
126,00
130,00
125,47

C32b
158,00
150,80
150,40
153,07

II14
70,80
71,20
70,40
70,80

E31
90,40
78,00
93,60
87,33

ABSTRAK
FADHILA ACHMAD SYACHRONI. Efektivitas Konsorsium Bakteri sebagai Pengendali
Penyakit Hawar Pelepah Daun Tanaman Padi. Dibimbing oleh NISA RACHMANIA MUBARIK
dan YADI SURYADI.
Penyakit hawar pelepah daun (HPD) banyak ditemukan pada tanaman padi dan
menurunkan hasil produksi. Penyakit HPD disebabkan oleh Rhizoctonia solani. Pengendalian
penyakit HPD dapat menggunakan fungisida dan varietas resisten. Penggunaan bakteri sebagai
agen pengendali yang ramah lingkungan menjadi penting dan harus dikembangkan. Penelitian ini
bertujuan mengetahui efektivitas formulasi dari konsorsium bakteri sebagai pengendali penyakit
HPD. Uji kompatibilitas dilakukan dengan uji antagonis menggunakan metode kultur berpasangan.
Pembuatan formulasi biokontrol dengan menggunakan tiga jenis bahan pembawa yaitu talk,
bentonit, dan minyak sayur. Aplikasi formulasi biokontrol dengan cara perendaman benih dengan
formulasi dan penyemprotan forrmulasi secara langsung. Hasil uji kompatibilitas didapatkan dua
formula terbaik yaitu A2 yang merupakan isolat bakteri Bacillus firmus E65, serta A8 merupakan
konsorsium bakteri B. firmus E65, B. cereus II.14, Pseudomonas aeruginosa C32b, dan Serratia
marcescens E31. Berdasarkan aplikasi formulasi terhadap penyakit HPD, formula A8 dengan
bentonit merupakan formulasi yang paling efektif.
Kata kunci : padi, agen pengendali hayati, hawar pelepah daun, Rhizoctonia solani

ABSTRACT
FADHILA ACHMAD SYACHRONI. Effectiveness Formulation of Bacterial Consortia for
Controlling Sheath Blight Disease on Rice Plants. Supervised by NISA RACHMANIA
MUBARIK and YADI SURYADI.
Sheath blight disease caused by Rhizoctonia solani is mostly found in rice and reduce its
production. Controlling this disease could be used a fungicide or resistant varieties. The use of
bacteria as biocontrol agents are environmentally friendly and need to be explored. This study was
aimed to determine the effectiveness of the consortium of bacteria to control sheath blight disease.
The compatibility test in the antagonist test was dual culture method. Biocontrol formulation was
used three carriers ie talc, bentonite, and vegetable oil. Aplication of the biocontrol formulation
can done by soaking with formulation and direct spraying formulation to plant. Compatibility test
results found the best formula was A2 consisted Bacillus firmus E65, and A8 formula consisted of
a mixture of Bacillus firmus E65, Serratia marcescens E31, Pseudomonas aeruginosa C32b, and
Bacillus cereus II.14. Based on aplication formulation to sheath blight desease, it was found that
formula A8 with bentonite is the most effective formulation.
Keywords: rice, biological control agents, sheath blight disease, Rhizoctonia solani

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia sebagai negara agraris, dengan
mata pencaharian utama penduduk Indonesia
bergerak pada sektor pertanian. Produksi padi
Indonesia tahun 2010 sekitar 65,98 juta ton
(BPS 2010). Permasalahan utama produksi
padi Indonesia antara lain penyakit yang
menyerang tanaman padi, seperti penyakit
blas oleh Pyricularia grisea (Utami et al.
2006), hawar daun bakteri (HDB) oleh
Xanthomonas oryzae (Dewi et al. 2007), dan
penyakit hawar pelepah daun (HPD) akibat
cendawan Rhizoctonia solani (Prayudi 2000).
Hawar pelapah daun dapat menyerang
tanaman padi pada tahap benih, hingga
dewasa sebelum waktu panen, penyakit ini
menyebabkan tanaman mudah rebah (Deptan
2009). Pengendalian penyakit HPD dapat
dilakukan dengan penggunaan tanaman yang
resisten dan cara pemberian fungisida (Lee
& Rush 1983). Pemberian fungisida pada
jangka panjang dengan dosis yang berlebihan
dapat memberikan dampak yang negatif.
Pengendali hayati dapat digunakan karena
jauh lebih aman dari pada penggunaan bahan
kimia (Ardakani et al. 2009). Selain itu,
pengendali hayati juga dapat memberikan
manfaat ganda memacu pertumbuhan
tanaman (pupuk hayati) dan mengendalikan
patogen tanaman (biopestisida) (Kumar et al.
2005).
Bakteri yang dapat digunakan sebagai
agen hayati pengendali pe