Potensi propolis lebah madu Apis melifera spp sebagai bahan antibakteri

ABSTRAK
GITA AGUSTRINA. Potensi Propolis Lebah Madu Apis melifera spp Sebagai
Bahan Antibakteri. Dibimbing oleh I MADE ARTIKA dan SURYANI.
Propolis diketahui memiliki aktivitas antimikrob sehingga dapat melawan
berbagai penyakit dari berbagai macam mikroba. Mengkonsumsi propolis
diketahui tidak memberikan dampak resistensi. Penelitian ini bertujuan untuk
mendapatkan informasi aktivitas antibakteri dari propolis lebah madu Apis
melifera terhadap 2 bakteri uji standar (S. mutans. E. coli). Konsentrasi propolis
yang diujikan yaitu 100%, 50%, 25%, 12,5%, 6.25%, 3.13% dan dibandingkan
dengan propolis komersil, ampisilin (kontrol positif) dan akuades (kontrol
negatif). Parameter yang diamati adalah terbentuknya zona bening dan jumlah
koloni yang terbentuk dari uji hitungan cawan. Dari berbagai konsentrasi tersebut
didapatkan bahwa propolis dari lebah madu A. melifera dapat menghambat
aktivitas antibakteri pada Konsentrasi Hambat Tumbuh Minimum (KHTM)
6.25%. Didapatkan efektifitas propolis A. melifera terhadap propolis komersil
adalah 105.595% untuk S. mutans dan 96.770% untuk E. coli. Efektifitas terhadap
ampisiln pada bakteri S. mutans 97.147% dan E. coli 98.670%.
Kata kunci : Propolis, antibakteri, Streptococcus mutans, Escherichia. coli

ABSTRACT
GITA AGUSTRINA. Potency of Propolis Apis melifera spp as Antibacterial

Material. Under the direction of I MADE ARTIKA and SURYANI.
Propolis is known to have antimicrobial activity which can counter many
diseases of various kinds of microbes. Also propolis consumption are known not
to give any resistance effect. This study aimed to obtain information on the
antibacterial activity of propolis Apis melifera spp against to standard test bacteria
(S. mutans. E. coli). Propolis concentration tested is 100%, 50%, 25%, 12.5%,
6.25%, 3.13% and compared with commercial propolis, ampicillin (positive
control) and distilled water (negative control). The parameters were the formation
of clear zone and the number of colonies formed from the test plate count.
Observing from the various propolis concentrations above, the propolis A.
melifera can inhibit the antibacterial activity on Minimum Growing Inhibitory
Concentration (KHTM) at 6.25% concentration. The research carried out for this
study obtained propolis an A. melifera effectivity is 105,595% compared to
commercial propolis against S. mutans, and 96.770% for E. coli. The other hand
propolis an A. melifera effectivity compared to ampicillin is 97.147% against S.
mutans and 98.670% against E. Coli.
Key words: Propolis, antibacterial agent, Streptococcus mutans, Escherichia coli.

PENDAHULUAN
Indonesia telah dikenal memiliki

berbagai jenis lebah lokal. Salah satu lebah
lokal yang dikenal masyarakat adalah jenis
Apis melifera spp. Lebah Apis melifera
dipelihara masyarakat secara terbatas dalam
tempat- tempat pengembangan lebah. Lebah
Apis melifera menghasilkan lebih banyak
madu dibandingkan dengan lebah lokal jenis
lain seperti Trigona spp, tapi menghasilkan
lebih sedikit propolis (Singh 1962).
Penelitian terhadap lebah madu Trigona
sudah banyak dilakukan dibandingkan pada
lebah madu Apis melifera spp. Hal tersebut
yang mendasari dilakukan penelitian
antibakteri propolis terhadap Apis melifera
spp.
Propolis merupakan salah satu produk
alami lebah madu yang banyak manfaatnya.
Khasiat propolis yang dihasilkan lebah
sudah banyak dikenal.. Beberapa penemuan
dan penelitian memberikan informasi bahwa

propolis bersifat sebagai antimikrob,
antibakteri, antivirus dan anti fungi. Bagi
lebah sendiri, propolis digunakan untuk
menambal retak dan menutup celah sarang,
melindungi telur dari kebusukan serta
mensterilkan makanannya.
Propolis merupakan alternatif baru bahan
yang dapat digunakan sebagai antibiotik.
Kandungan kimia propolis bergantung pada
tumbuhan sekitarnya, musim pengambilan
dan letak geografis tempat pengambilan.
Sarang lebah yang digunakan pada
penelitian ini adalah sarang lebah yang
berada pada daerah madu pramuka
wiladatika cibubur.
Penyedian obat untuk tujuan kesehatan
sangat
penting. Salah satu obat yang
digunakan adalah antibiotik. Penggunaan
antibiotik

secara
berlebihan
dapat
menimbulkan masalah resistensi, oleh
karena itu dipilih alternatif pengobatan dari
produk-produk
alami
yang
jarang
menimbulkan resistensi. Kelebihan propolis
sebagai obat alami dibandingkan dengan
bahan sintetik adalah lebih aman, tidak
menimbulkan resitensi, serta efek samping
yang kecil, selain itu propolis sebagai
antibiotik memiliki selektivitas tinggi
(Winingsih 2004).
Penelitian
ini
bertujuan
untuk

mendapatkan informasi aktivitas antibakteri
dari propolis lebah madu Apis melifera
terhadap 2 jenis bakteri uji standar S. mutan
dan E .coli serta menentukan Konsentrasi
Tumbuh Hambat Minimum (KHTM) ekstrak

propolisnya. Hipotesis penelitian ini adalah
bahwa ekstrak propolis dari lebah madu Apis
malifera bersifat sebagai antibakteri. Hasil
penelitian diharapkan bisa memberikan
informasi ilmiah mengenai aktivitas
antibakteri dari lebah madu Apis malifera.

TINJAUAN PUSTAKA
Propolis
Propolis
adalah resin lengket yang
dikumpulkan oleh lebah madu yang
digunakan sebagai lem untuk sarangnya.
Lebah mengumpulkan bahan ini dari pucuk

daun yang muda, kulit kayu, dan dari bagian
tumbuhan lain (Gojmerac 1983).
Kata
propolis berasal dari bahasa Yunani, yaitu
“pro” yang artinya sebelum atau pertahanan
dan “ polis” artinya kota atau sarang lebah.
Jadi, propolis adalah pertahanan kota atau
disebut juga sebagai sistem pertahanan pada
sarang lebah. Karena sifatnya yang lengket
seperti lem, propolis disebut juga sebagai
bee-glue ( Anonim 2009).
Propolis lebah madu bersifat anti bakteri
yang membunuh semua kuman penyakit
yang masuk ke sarang lebah. Biasanya
propolis digunakan oleh lebah pekerja untuk
melapisi bagian dalam rongga sarang dan
mengurangi ukuran pintu masuk sarang. Hal
tersebut bertujuan untuk menggunakan efek
antibakteri dan antifungi propolis sehingga
melindungi koloninya dari penyakit.

Propolis sering disebut dengan Russian
penicillin karena terkait dengan penelitian
intensif para ilmuwan Rusia pada lebah
pekerja. Propolis merupakan antimikroba
yang kuat yang melawan berbagai infeksi
bakteri, fungi, bahkan bakteri Streptococus
sp telah menunjukkan reaksi yang sensitif
terhadap propolis (Draper’s Super Bee
Apriaries 2007). Karena kemampuan
antimikrobanya, propolis disebut “antibiotik
alami”.
Senyawa aktif yang memberikan efek
antibakteri adalah pinochembrin, galangin,
asam kafeat, dan asam ferulat. Senyawa
antifunginya
adalah
pinochembrin,
pinobanksin, asam kafeat, benzil ester,
sakuranetin, dan pterostilbene. Zat aktif
yang diketahui bersifat antibiotik adalah

asam ferulat. Zat ini efektif terhadap bakteri
gram positif dan negatif. Asam ferulat juga
berfungsi dalam proses pembekuan darah
sehingga
bisa
dimanfaatkan
untuk
mengobati luka dan dalam bentuk salep
(Winingsih 2004).

BAHAN DAN METODE
Bahan dan Alat
Bahan bahan yang digunakan adalah 150
gram propolis kasar Apis melifera sp. yang
berasal dari peternakan lebah Apriari
Cibubur, bakteri S. mutan, E. coli, media
cair PYG (pepton yeast, glukosa), media
padat PYG, etanol 70%, propilen glikol
teknis, natrium fluorida (NaF), pereaksi
pereaksi uji fitokimia dan aquades.

Alat alat yang digunakan adalah autoklaf,
shaker, rotavapor,spektofotometer UV,
laminar air flow cabinet, inkubator,
mikropipet, neraca analitik, alat penghitung
koloni, vortex, jangka sorong, mortar, jarum
ose, cawan petri, dan beberapa alat gelas.
Metode penelitian
Ektraksi
propolis
(Mtienzo
dan
Lamorena 2004)
Ektraksi dilakukan dengan cara maserasi
sarang lebah Apis melifera dengan pelarut
etanol 70%. Sebanyak 150, 73 gram propolis
kasar Apis malifera sp direndam dengan 500
mL etanol 70%. Suspensi tersebut ditutup
dan dikocok dengan shaker di ruang gelap
selama satu minggu. Setelah itu, suspensi
tersebut disaring filtratnya diambil dan

residunya dimaserasi kembali. Selanjutnya
filtrat tersebut diambil setiap hari selama 6
hari. Setelah 6 hari, filtrat terakhir yang
dihasilkan berwarna jernih dan teknik
maserasi dihentikan.
Setelah filtrat terkumpul, kemudian filtrat
dipekatkan dengan menggunakan rotavapor
pada suhu 45 0C. Ekstrak pekat yang
diperoleh ditimbang untuk mengetahui
rendemennya. Ekstrak tersebut dilarutkan
dalam propilen glikol sebanyak satu kali
volumenya sehingga konsentrasi murni
propolis sebesar 50% dari total ekstrak
propolis. Untuk selanjutnya konsentrasi 50%
ekstrak propolis Apis melifera sp disebut
sebagai propolis 100% dan konsentrasi yang
digunakan dalam penelitian ini berdasarkan
propolis 100%.
Analisis Fitokimia (Harbone 1987)
Analisis ini merupakan uji kualitatif

untuk mengetahui keberadaan senyawa aktif
yang terkandung dalam ekstrak propolis.
Analisis fitokimia dilakukan dengan metode
Harbone 1987. Identifikasi yang dilakukan
adalah uji alkaloid, uji tanin, uji flavonoid,
uji saponin, uji steroid dan uji minyak atsiri.

Uji alkaloid. Sampel propolis dengan
pengenceran 1:2 sebanyak 0,3 mL
ditambahkan 1,5 mL kloroform dan 3 tetes
ammonia, kemudian fraksi kloroform
diasamkan dengan 2 tetes asam sulfat.
Bagian asamnya diambil dan ditambah
reagen Dragendrof, Meyer, Wagner.
Keberadan alkaloid dalam sampel ditandai
dengan terbentuknya endapan merah dengan
penambahan reagen Dragendrof, endapan
putih dengan Reagen Mayer, dan endapan
putih dengan reagen Wagner.
Uji Tanin. Sampel propolis dengan
pengenceran 1:10 dididihkan selama 5
menit. Selanjutnya dipindahkan 3 tetes
sampel ke papan dan ditambahkan 3 tetes
FeCl3 1% (v/v). Keberadaan senyawa tanin
dalam sampel ditandai dengan terbentuknya
warna biru tua atau hijau kehitaman.
Uji Flavonoid. Sampel propolis dengan
pengenceran 1:2 sebanyak 0,3mL dicampur
dengan 1,5 mL metanol. Dipanaskan pada
suhu 50 0C selama 5 menit. Kemudian 5
tetes larutan dipindahkan ke papan uji dan
ditetesi 5 tetes asam sulfat pekat. Warna
merah yang terbentuk menunjukan sampel
mengandung flavonoid.
Uji saponin. Sampel propolis dengan
pengenceran 1:10 sebanyak 10 mL dikocok
selama 10 menit. Selanjutnya didiamkan
selama 15 menit dan dilihat tinggi buih yang
terbentuk. Keberadaan senyawa saponin
dalam
sampel
ditunjukkan
dengan
terbentuknya buih yang stabil dengan tinggi
lebih dari 1 cm.
Uji steroid dan triterpenoid. Sampel
propolis
dengan pengenceran 1:10
dilarutkan ke dalam 2 mL etanol 30% dan di
panaskan. Filtratnya diuapkan dan ditambah
1 mL eter. Fraksi eter sebanyak 5 tetes
dipindahkan ke papan uji dan ditambahkan 3
tetes anhidrida dan 1 tetes asam sulfat pekat.
Warna merah atau ungu yang terbentuk
menunjuakn bahwa sampel mengandung
senyawa triterpenoid dan warna hijau
menunjukkan adanya senyawa steroid.
Uji minyak atsiri. Sampel propolis
dilarutkan dengan metanol teknis dan
diuapkan hingga kering. Jika berbau
aromatis yang spesifik maka sampel
mengandung minyak atsiri.
Uji Pendahuluan
Uji pendahuluan aktivitas antibakteri
dilakukan dengan metode difusi sumur.
Bakteri dari stok kerja sebanyak 1 ose
dipindahkan ke dalam 10 mL PYG cair steril
dan diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37

0

C. Kemudian bakteri dengan volume
tertentu di pipet ke dalam cawan petri steril
dan ditambahkan 20 mL media padat PYG,
kemudian digoyang-goyangkan sampai
bakteri tersebut merata. Selanjutnya, bahan
bakteri tersebut didiamkan sampai memadat.
Setelah memadat, biakan dilobangi dengan
diameter ± 5 mm. Sebanyak 50 µL propolis
dimasukan ke dalam lobang tersebut lalu
diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37 0C.
Sampel memperlihatkan adanya zona bening
berati itu menadakan adanya aktivitas
antibakteri.
Penentuan Konsentrasi Hambat Tumbuh
Minimum (KHTM)
Penentuan KHTM dilakukan setelah
ekstrak propolis diketahui mempunyai
aktivitas antibakteri. Tahap pertama yaitu
dengan pengenceran propolis dengan
aquades sehingga didapatkan beberapa
konsentrasi (100% sampai 3.13%) v/v). Tiap
konsentrasi dimasukkan sebanyak 50 µL
kedalam lubang media PYG padat yang
mengandung bakteri berbeda. Kemudian
diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37 0C.
Aktivitas antibakteri diperoleh dengan
mengukur zona bening disekitar lobang
sampel dengan menggunakan jangka sorong.
Uji aktivitas antibakteri Metode Hitungan
Cawan
Sampel yang digunakan adalah propolis
dengan konsentrasi KHTM. Sebanyak 1 ose
biakan bakteri dikulturkan di dalam 10 mL
PYG cair lalu diinkubasi pada suhu 370 C
selama 18 jam. Kultur ini harus dibuat segar,
hal ini untuk mengkondisikan agar umur
bakteri yang digunakan sama yaitu 24 jam.
Sebanyak 1% inokulum atau 30 µL
bakteri dari kultur bakteri yang sudah
diinkubasikan selama 24 jam tadi
dimasukkan ke dalam 3 mL PYG cair steril
yang mengandung sampel berbeda lalu
diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37 0C.
Selanjutnya setelah 24 jam masing masing
kultur bakteri dari sampel yang berbeda
dilakukan pengenceran serial sampai
1:1000000 dengan menggunakan NaCl
0,9%.
Setelah itu sebanyak 100 µL biakan
bakteri hasil pengenceran di pipet kedalam
cawan petri lalu dituangkan media PYG
padat pada suhu 45 0C digoyang dan
dibiarkan memadat. Setelah media memadat,
biakan di inkubasi pada suhu 37 0C selama
24 jam. Bakteri yang tumbuh berupa koloni
koloni dihitung jika masa inkubasi selesai.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Rendemen Ekstrak Propolis
Metode
yang
digunakan
untuk
mengestrak
propolis
adalah
metode
maserasi. Maserasi merupakan teknik
ekstraksi yang dilakukan untuk bahan yang
tidak tahan panas dengan cara perendaman
di dalam pelarut tertentu. Maserasi adalah
suatu metode dengan cara merendam
propolis kasar dalam pelarut tertentu selama
dalam waktu tertentu. Propolis bersifat,
termostabil, keras dan liat pada suhu 15 0C
dengan titik didih 60-69 0C, larut etanol dan
sedikit larut dalam air sehingga untuk
menjaga kestabilan komponen-komponen
aktifnya propolis dan hasil ekstraksinya
disimpan pada suhu tidak lebih dari 25 0C,
ditempatkan pada tempat yang gelap dan
tidak langsung terkena sinar matahari (Woo
2004).
Pelarut yang digunakan pada metode ini
adalah etanol 70%. Menurut Harbone (1987)
diacu pada Anggaraini (2006) etanol 70%
dapat mengestrak flavonoid yang merupakan
senyawa aktif yang banyak terdapat dan
terpenting dalam propolis. Oleh sebab itu
penggunaan
pelarut
etanol
dapat
meningkatkan jumlah senyawa aktif yang
terekstraksi. Etanol bersifat semipolar
sehingga zat aktif yang terdapat dalam
propolis dengan nilai kepolaran yang
beragam dapat terekstraksi sempurna.
Ekstraksi propolis dengan maserasi
menggunakan
etanol
70%
akan
menghasilkan rendemen 20% lebih tinggi
daripada menggunakan etanol absolut.
Berdasarkan hasil ekstraksi, rendemen
propolis diperoleh sebesar 1.08% (Lampiran
4). Rendemen yang diperoleh tergantung
pada metode ekstraksi dan warna propolis.
Propolis
yang
warna
gelap
akan
menghasilkan rendemen lebih tinggi
dibandingkan dengan warna yang lebih
muda. Hal ini dikarenakan kandungan
flavonoidnya lebih banyak. Propolis pada
penelitian ini berwarna coklat muda.
Hasil Analisis Fitokimia
Analisis fitokimia dilakukan untuk
mengidentifikasi secara kualitatif golongan
senyawa aktif antibakteri pada propolis yang
telah diekstrak. Berdasarkan hasil penelitian,
di dalam ekstrak dan propolis komersil
terkandung senyawa aktif yang sama, yaitu
mengandung
flavonoid,
fenolik,

0

C. Kemudian bakteri dengan volume
tertentu di pipet ke dalam cawan petri steril
dan ditambahkan 20 mL media padat PYG,
kemudian digoyang-goyangkan sampai
bakteri tersebut merata. Selanjutnya, bahan
bakteri tersebut didiamkan sampai memadat.
Setelah memadat, biakan dilobangi dengan
diameter ± 5 mm. Sebanyak 50 µL propolis
dimasukan ke dalam lobang tersebut lalu
diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37 0C.
Sampel memperlihatkan adanya zona bening
berati itu menadakan adanya aktivitas
antibakteri.
Penentuan Konsentrasi Hambat Tumbuh
Minimum (KHTM)
Penentuan KHTM dilakukan setelah
ekstrak propolis diketahui mempunyai
aktivitas antibakteri. Tahap pertama yaitu
dengan pengenceran propolis dengan
aquades sehingga didapatkan beberapa
konsentrasi (100% sampai 3.13%) v/v). Tiap
konsentrasi dimasukkan sebanyak 50 µL
kedalam lubang media PYG padat yang
mengandung bakteri berbeda. Kemudian
diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37 0C.
Aktivitas antibakteri diperoleh dengan
mengukur zona bening disekitar lobang
sampel dengan menggunakan jangka sorong.
Uji aktivitas antibakteri Metode Hitungan
Cawan
Sampel yang digunakan adalah propolis
dengan konsentrasi KHTM. Sebanyak 1 ose
biakan bakteri dikulturkan di dalam 10 mL
PYG cair lalu diinkubasi pada suhu 370 C
selama 18 jam. Kultur ini harus dibuat segar,
hal ini untuk mengkondisikan agar umur
bakteri yang digunakan sama yaitu 24 jam.
Sebanyak 1% inokulum atau 30 µL
bakteri dari kultur bakteri yang sudah
diinkubasikan selama 24 jam tadi
dimasukkan ke dalam 3 mL PYG cair steril
yang mengandung sampel berbeda lalu
diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37 0C.
Selanjutnya setelah 24 jam masing masing
kultur bakteri dari sampel yang berbeda
dilakukan pengenceran serial sampai
1:1000000 dengan menggunakan NaCl
0,9%.
Setelah itu sebanyak 100 µL biakan
bakteri hasil pengenceran di pipet kedalam
cawan petri lalu dituangkan media PYG
padat pada suhu 45 0C digoyang dan
dibiarkan memadat. Setelah media memadat,
biakan di inkubasi pada suhu 37 0C selama
24 jam. Bakteri yang tumbuh berupa koloni
koloni dihitung jika masa inkubasi selesai.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Rendemen Ekstrak Propolis
Metode
yang
digunakan
untuk
mengestrak
propolis
adalah
metode
maserasi. Maserasi merupakan teknik
ekstraksi yang dilakukan untuk bahan yang
tidak tahan panas dengan cara perendaman
di dalam pelarut tertentu. Maserasi adalah
suatu metode dengan cara merendam
propolis kasar dalam pelarut tertentu selama
dalam waktu tertentu. Propolis bersifat,
termostabil, keras dan liat pada suhu 15 0C
dengan titik didih 60-69 0C, larut etanol dan
sedikit larut dalam air sehingga untuk
menjaga kestabilan komponen-komponen
aktifnya propolis dan hasil ekstraksinya
disimpan pada suhu tidak lebih dari 25 0C,
ditempatkan pada tempat yang gelap dan
tidak langsung terkena sinar matahari (Woo
2004).
Pelarut yang digunakan pada metode ini
adalah etanol 70%. Menurut Harbone (1987)
diacu pada Anggaraini (2006) etanol 70%
dapat mengestrak flavonoid yang merupakan
senyawa aktif yang banyak terdapat dan
terpenting dalam propolis. Oleh sebab itu
penggunaan
pelarut
etanol
dapat
meningkatkan jumlah senyawa aktif yang
terekstraksi. Etanol bersifat semipolar
sehingga zat aktif yang terdapat dalam
propolis dengan nilai kepolaran yang
beragam dapat terekstraksi sempurna.
Ekstraksi propolis dengan maserasi
menggunakan
etanol
70%
akan
menghasilkan rendemen 20% lebih tinggi
daripada menggunakan etanol absolut.
Berdasarkan hasil ekstraksi, rendemen
propolis diperoleh sebesar 1.08% (Lampiran
4). Rendemen yang diperoleh tergantung
pada metode ekstraksi dan warna propolis.
Propolis
yang
warna
gelap
akan
menghasilkan rendemen lebih tinggi
dibandingkan dengan warna yang lebih
muda. Hal ini dikarenakan kandungan
flavonoidnya lebih banyak. Propolis pada
penelitian ini berwarna coklat muda.
Hasil Analisis Fitokimia
Analisis fitokimia dilakukan untuk
mengidentifikasi secara kualitatif golongan
senyawa aktif antibakteri pada propolis yang
telah diekstrak. Berdasarkan hasil penelitian,
di dalam ekstrak dan propolis komersil
terkandung senyawa aktif yang sama, yaitu
mengandung
flavonoid,
fenolik,

hidrokoinon, tanin, minyak atsiri, streoid,
saponin, dan gula pereduksi . Hasil analisis
fitokimia dapat dilihat pada Tabel 1.
Menurut Pelczar & Chan (1998) senyawa
yang bersifat sebagai antimikroba antara lain
adalah alkohol, senyawa fenolik, klor,
iodium, dan etilen oksida. Golongan
flavonoid dan pigmen kuinon memberikan
warna pada propolis. Flavonoiod pada
propolis berbeda dengan yang ada pada
tumbuhan. Flavonoid pada propolis tidak
mengandung glikosida sedangkan pada
tumbuhan
sebagian
besar
flavonoid
mengandung glikosida.
Senyawa tanin dalam ekstrak propolis
diduga memiliki sifat antimikrob karena
kemampuannya
dalam
menginaktifkan
protein, enzim, dan lapisan protein transpor.
Sifat antibakteri dari senyawa tanin
didukung dengan penelitian oleh Yulia (
2006) yang menyatakan bahwa senyawa
tanin yang terdapat dalam ekstrak teh dapat
menghambat
pertumbuhan
bakteri
kariogenik.
Saponin adalah glikosida triperna dan
sterol yang banyak terdapat di dalam
tanaman. Saponin berasa pahit, berbusa dan
bersifat hemolisis terhadap sel darah merah.
Uji terhadap saponin positif yang ditandai
dengan adanya busa pada pengocokan
propolis. Karena sifatnya yang seperti sabun,
saponin bersifat sebagai antibakteri. Saponin
menurunkan tegangan permukaan membran
lipid bakteri sehingga dapat menghambat
pertumbuahan bakteri.
Tabel 1 Hasil analisis fitokimia ekstrak
propolis
senyawa
Hasil
Ekstrak
Propolis
komersil
Alkaloid


Tanin


Flavonoid


Saponin


Steroid


&Tripenoid
Minyak


Atsiri
Hasil uji fitokimia menunjukkan ekstrak
propolis yang di dapat mengandung senyawa
tripernoid. Tripernoid dapat ditemukan pada
lapisan lilin buah, damar, kulit, batang dan
getah yang memungkinkan digunakan
sebagai sumber resin propolis oleh lebah.
Rasa pahit pada ekstrak pada propolis

disebabkan adanya senyawa triperna dalam
ekstrak tersebut.
Penentuan Konsentrasi Hambat Tumbuh
Minimum (KHTM)
Penentuan Konsentrasi Hambat Tumbuh
Minimum dilakukan untuk mengetahui
konsentrasi terendah dari antibakteri pada
ekstrak propolis yang masih dapat
menghambat pertumbuhan bakteri uji.
Konsentrasi yang digunakan bervariasi
antara 100%- 3.13% (v/v).
Parameter
adanya penghamabatan pertumbuhan bakteri
yaitu dengan mengukur diameter zona
bening kultur bakteri pada media padat.
Berdasarkan data, konsentrasi 6.25%
merupakan nilai KHTM untuk ekstrak
propolis. Artinya ekstrak propolis dengan
konsentrasi 6.25% sudah dapat menghambat
pertumbuhan bakteri uji (Gambar 3 dan
Gambar 4).

Gambar 3 Uji KHTM pada S.mutans

Gambar 4 Uji KHTM pada Ecoli
KHTM untuk bakteri Streptococus
mutans pada konsentrasi 6,25% dengan
diameter zona bening 6.108 mm dan untuk
bakteri E.coli adalah pada konsentrasi 8.683
mm (Lampiran 6). Perbedaan nilai zona
bening kedua bakteri ini disebabkan oleh
sifat bakteri uji maupun kerja senyawa aktif
antibakterinya. KHTM ekstrak etanol (EEP)
untuk bakteri Gram positif lebih rendah
dibandingkan dengan bakteri Gram negatif

(Stepanovic et al 2003). Hal ini dibuktikan
dengan hasil penelitian yang menunjukan
ekstrak propolis pada bakteri Gram positif
yaitu S. mutans lebih rendah dibandingkan
dengan bakteri gram negatif E. coli
(Lampiran 7).
Aktivitas antibakteri yang diperoleh
menunjukkan variasi aktivitasnya yang
tergantung pada konsentrasi dan jenis
bakteri. Begitu pula dengan isolat yang
berbeda, terdapat perbedaan nyata pada
aktivitas propolis terhadap masing masing
isolat. Perbedaan ini juga menunjukkan
karena kerentanan yang berbeda beda
terhadap masing masing isolat.
Perbandingan Aktivitas Ekstrak Propolis
terhadap Aktivitas Propolis Komersial
Metode yang digunakan dalam penentuan
aktivitas antibakteri adalah metode difusi
sumur. Metode ini digunakan karena metode
ini mudah digunakan. Potensi antibakterinya
dapat dilihat dari daerah bening disekitar
sumur media padat.
Secara
umum,
berdasarkan
hasil
penelitian yang dapat dilihat dari daerah
bening yang terbentuk, makin besar
konsentrasi propolis maka makin besar juga
zona bening yang terbentuk yang
menunjukan
aktivitas
antibakterinya
semakin besar. Jika dibandingkan, ekstrak
propolis mempunyai efektifitas yang lebih
tinggi daripada propolis komersil.

Gambar 5 Perbandingan zona bening ekstrak
propolis dan propolis komersil
Berdasarkan hasil penelitian, tidak
terdapat perbedaan antara besar diameter
zona bening yang terbentuk baik pada kultur
bakteri yang ditambahkan ekstrak propolis
100% maupun yang komersil pada
konsentrasi 6.25% dengan diameter zona
bening untuk ekstrak propolis 12.617% dan
diameter propolis komersil 13.038% untuk
bakteri uji E. coli (Gambar 5) dengan
efektifitas nya 96.770% (Lampiran 5). Hal
ini menandakan bahwa zat aktif yang

terkandung baik dalam propolis 100% dan
propolis komersil memiliki kemampuan
menghambat bakteri.
Perbandingan Daya hambat Antara
Ekstrak Propolis dan Ampisilin 10
mg/mL
Ampisilin adalah kontrol positif yang
digunakan pada penelitian ini. Ampisilin
berspektum yang luas. Pada tingkat molekul,
ampisilin menyerang nukleofil dari gugus
hidroksil serin enzim transpeptidase pada
karbonil karbon cincin bete-laktam yang
bermuatan positif dan akan menghambat
biosintesis peptidoglikan. Ampisilin juga
mampu menghambat bakteri Gram negatif
maupun Gram positif dan bekerja
menghambat sintesis dinding sel bakteri
(Siswandono & Soekardjo 1995).
Mekanisme kerja antibakteri ampisilin
yaitu menghambat pembentukan dinding sel
bakteri dengan mencegah bergabungnya
asam N-asetil muramat ke dalam struktur
peptidoglikan yang menyebabkan dinding
sel lemah dan pecah karena tidak dapat
menahan tekanan dari sitoplasma sehingga
sel akan pecah dan bakteri akan mati..
Mekanisme kerja yang spesifik yang
dimiliki
ampisilin
tersebut
yang
menyebabkan ampisilin memiliki daya
antibakteri yang besar dan bersifat
bakteriosidal dan berspektrum luas.

Gambar 6 Perbandingan zona bening
ekstrak propolis dengan ampisilin
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan, zona bening yang terbentuk
antara ekstrak propolis dengan ampisilin
pada konsentrasi 6.25% tidak terlalu
berbeda. Dengan diameter zona bening
untuk ekstrak propolis 12.228 mm dan
diameter zona bening ampisilin 12.587%
(Gambar 6). Efektifitasnya 97.147% untuk
S. mutans (Lampiran 5). Hal ini menandakan
bahwa ekstrak propolis juga mempunyai
aktivitas antibakteri. Tetapi, zona bening
yang terbentuk, masih menunjukan zona

bening ampisilin 10 mg/mL lebih besar
dibandingkan dengan zona bening ekstrak
propolis.
Potensi Propolis dalam Menghambat
Pertumbuhan Bakteri
Konsentrasi yang digunakan pada metode
ini adalah pada KHTM 6,25%. Penentuan
konsentrasi Hambat Tumbuh Minimum
dilakukan untuk mengetahui konsentrasi
terendah dari antibakteri pada ekstrak
propolis yang masih dapat menghambat
pertumbuhan bakteri uji.
Metode hitungan cawan adalah metode
kuantitatif yang didasarkan pada bahwa
setiap sel yang dapat hidup di dalam larutan
sampel akan berkembang menjadi satu
koloni. Tiap bakteri memiliki sensitifitas
terhadap antibakteri yang berbeda. Semakin
sedikit jumlah koloni bakteri yang terbentuk
menunjukan bahwa ekstrak propolis
memiliki potensi antibakteri.
Kultur bakteri yang yang mengandung
akuades sebagai kontrol negatif yaitu yang
tidak mempunyai aktivitas antibakteri, dapat
ditumbuhi bakteri paling banyak karena
tidak
ada
senyawa
yang
mampu
menghambat bakteri dalam akuades. Kultur
bakteri yang mengandung ampisilin,
ditumbuhi dengan koloni sedikit, hal ini di
karenakan ampisilin adalah sebagai kontrol
positif dan telah terbukti sebagai antibakteri.
Kultur bakteri yang mengandung ekstrak
propolis ditumbuhi sedikit koloni. Tetapi
koloni yang terbentuk masih lebih banyak
dibandingkan
dengan
kultur
yang
mengandung ampisilin. Hal ini sesuai
dengan analisis yang menggunakan zona
bening, yang memperlihatkan zona bening
yang terbentuk pada ampisilin lebih besar
dibandingkan zona bening ekstrak propolis.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Ekstrak ini memberikan efek positif
terhadap 2 bakteri uji, Streptococus mutans,
Escheria coli. Ekstrak propolis mengandung
senyawa alkoloid, tanin, flavonoid, saponin,
streoid dan minyak atsiri. Rendemen yang
dihasilkan pada ekstrak propolis ini adalah
1.62%. Konsentrasi Tumbuh Hambat
Minimum (KHTM) setiap bakteri uji adalah
6,25% dengan diameter zona bening 6.108
untuk S .mutans dan 8.683 mm untuk E. coli.

Saran
Sebagai saran perlu dilakukan penelitian
lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme
kerja antibakteri dari propolis. Perlu juga
dilakukan perlakuan optimasi metode
ekstraksi propolis dari A. melifera untuk
meningkatkan rendemen ekstrak propolis
sehingga diharapkan aktivitas antibakterinya
meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.

2006.
Bee
propolis.
http://www/droperbee/info/propolis
.htm [ 10 Mei 2010].

Atlas RM. 1997. Principles of Microbiology.
Ed ke-2. Iowa: WNC Brown.
Dharmayanti
NLP,
sulistyowati
E,
Tejolaksono MN, Presetya R. 2000.
Efektifitas pemberian propolis
lebah dan royal jelly pada abses
yang disebabkan Stapylococus
aureus. Berita Biologi 5: 41-48
Fardiaz S. 1989. Mikrobiologi Pangan.
Bogor: PAU pangan dan Gizi,
Institut Pertanian Bogor.
Hadioetomo. 1990. Mikrobiologi Dasar
dalam Praktek. Jakarta: Gramedia.
Harbone HB. 1987. Metode Fitokimia I. Ed
ke-2, Padmawinat K, penerjemah;
bandung: ITB. Terjemahan dari
Phytochemical Methode.
Koo H et al. 2002. Effects of compounds
found in propolis on Streptococus
mutans
grownth
and
on
glucosyltranferase
activity
Antimicrob Agents Chemother 46:
1302-1309.
Hudayanti M. 2004. Aktivitas antibakteri
rimpang temulawak ( Curcuma
xanthoriza roxb) [skripsi]. Bogor:
Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan
Alam,
Institut
Pertanian Bogor.
Lay W, Hastowo S. 1992. Mikrobiologi.
Jakarta: Rajawali.
Nelli. 2004. Waktu pencarian serbuk sari
lebah pekerja Trigona (Apidae:

POTENSI PROPOLIS LEBAH MADU APIS MELIFERA spp
SEBAGAI BAHAN ANTIBAKTERI

GITA AGUSTRINA

DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011

bening ampisilin 10 mg/mL lebih besar
dibandingkan dengan zona bening ekstrak
propolis.
Potensi Propolis dalam Menghambat
Pertumbuhan Bakteri
Konsentrasi yang digunakan pada metode
ini adalah pada KHTM 6,25%. Penentuan
konsentrasi Hambat Tumbuh Minimum
dilakukan untuk mengetahui konsentrasi
terendah dari antibakteri pada ekstrak
propolis yang masih dapat menghambat
pertumbuhan bakteri uji.
Metode hitungan cawan adalah metode
kuantitatif yang didasarkan pada bahwa
setiap sel yang dapat hidup di dalam larutan
sampel akan berkembang menjadi satu
koloni. Tiap bakteri memiliki sensitifitas
terhadap antibakteri yang berbeda. Semakin
sedikit jumlah koloni bakteri yang terbentuk
menunjukan bahwa ekstrak propolis
memiliki potensi antibakteri.
Kultur bakteri yang yang mengandung
akuades sebagai kontrol negatif yaitu yang
tidak mempunyai aktivitas antibakteri, dapat
ditumbuhi bakteri paling banyak karena
tidak
ada
senyawa
yang
mampu
menghambat bakteri dalam akuades. Kultur
bakteri yang mengandung ampisilin,
ditumbuhi dengan koloni sedikit, hal ini di
karenakan ampisilin adalah sebagai kontrol
positif dan telah terbukti sebagai antibakteri.
Kultur bakteri yang mengandung ekstrak
propolis ditumbuhi sedikit koloni. Tetapi
koloni yang terbentuk masih lebih banyak
dibandingkan
dengan
kultur
yang
mengandung ampisilin. Hal ini sesuai
dengan analisis yang menggunakan zona
bening, yang memperlihatkan zona bening
yang terbentuk pada ampisilin lebih besar
dibandingkan zona bening ekstrak propolis.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Ekstrak ini memberikan efek positif
terhadap 2 bakteri uji, Streptococus mutans,
Escheria coli. Ekstrak propolis mengandung
senyawa alkoloid, tanin, flavonoid, saponin,
streoid dan minyak atsiri. Rendemen yang
dihasilkan pada ekstrak propolis ini adalah
1.62%. Konsentrasi Tumbuh Hambat
Minimum (KHTM) setiap bakteri uji adalah
6,25% dengan diameter zona bening 6.108
untuk S .mutans dan 8.683 mm untuk E. coli.

Saran
Sebagai saran perlu dilakukan penelitian
lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme
kerja antibakteri dari propolis. Perlu juga
dilakukan perlakuan optimasi metode
ekstraksi propolis dari A. melifera untuk
meningkatkan rendemen ekstrak propolis
sehingga diharapkan aktivitas antibakterinya
meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.

2006.
Bee
propolis.
http://www/droperbee/info/propolis
.htm [ 10 Mei 2010].

Atlas RM. 1997. Principles of Microbiology.
Ed ke-2. Iowa: WNC Brown.
Dharmayanti
NLP,
sulistyowati
E,
Tejolaksono MN, Presetya R. 2000.
Efektifitas pemberian propolis
lebah dan royal jelly pada abses
yang disebabkan Stapylococus
aureus. Berita Biologi 5: 41-48
Fardiaz S. 1989. Mikrobiologi Pangan.
Bogor: PAU pangan dan Gizi,
Institut Pertanian Bogor.
Hadioetomo. 1990. Mikrobiologi Dasar
dalam Praktek. Jakarta: Gramedia.
Harbone HB. 1987. Metode Fitokimia I. Ed
ke-2, Padmawinat K, penerjemah;
bandung: ITB. Terjemahan dari
Phytochemical Methode.
Koo H et al. 2002. Effects of compounds
found in propolis on Streptococus
mutans
grownth
and
on
glucosyltranferase
activity
Antimicrob Agents Chemother 46:
1302-1309.
Hudayanti M. 2004. Aktivitas antibakteri
rimpang temulawak ( Curcuma
xanthoriza roxb) [skripsi]. Bogor:
Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan
Alam,
Institut
Pertanian Bogor.
Lay W, Hastowo S. 1992. Mikrobiologi.
Jakarta: Rajawali.
Nelli. 2004. Waktu pencarian serbuk sari
lebah pekerja Trigona (Apidae:

Hymenoptera) [skripsi]. Bogor:
Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan
Alam,
Institut
Pertanian Bogor.
Pelczar MJ, Chan ESC. 1988. Dasar- dasar
Mikrobiologi 2. Ratna SH dkk,
penerjemah: Jakarta: UI Pr.
Terjemahan dari: Elements of
Microbiology.
Perum Perhutani Unit Jawa Timur. 1986.
Peningkatan
kesejahteraan
masyarakat melalui pelebahan. Di
dalam: Pembudidayaan Lebah
madu
untuk
Peningkatan
kesejahteraan
masyarakat.
Prosiding Lokakarya; Sukabumi,
20-22 Mei 1986. Jakarta: Perum
perhutani. Hlm 293-302.
Pusat Pelebahan Apriari Pramuka. 2003.
Lebah madu: Cara Beternak dan
pemanfaatan. Jakarta: Penebar
Swadaya
Sihombing DTH. 1997. Ilmu Ternak Lebah
madu. Yogyakarta: gajah mada
Univ Pr.
Singh S. 1962. Beekeeping in India. New
Delhi:
Indian
Council
of
Agricultural Research.
Siswandono, Soekarhjo B. 1995. Kimia
medisinal. Surabaya: Airlangga
Univ. Pr.
Sumopastowo RM, Supapto RA. 1980.
Beternak Lebah madu Modern.
Jakarta: Bharatara Karya Aksara.
Suwanda O. 1986. Pengolahan produksi
lebah madu dan pemasarannya. Di
dalam: Pembudidayaan Lebah
Madu
untuk
Peningkatan
Kesejahteraan
Masyarakat.
Prosiding Lokakarya, Sukabumi,

20-22 Mei 1986. Jakarta: Perum
Perhutani. Hlm 173-180.
Winingsih W.2004. Kediaman lebah sebagai
antibiotik dan antikanker.
Yahya H. 1999. Keajaiban lebah madu.
http//harunyahya.com/indo/artikel/0
06.htm [18 jan 2006].
Yahya H. 2004. Lebah madu pembuat
sarang
yang
sempurna.
http//harunyahya.com/indo/buku/le
bah madu2.htm [18 Jan 2006].
Yulia R. 2006. Kandungan tanin dan potensi
antibakteri Streptococus mutans
daun teh var. Assamica pada
berbagai
tahap
pengolahan.
[skripsi]. Bogor Program Biokimia
Fakultas matematika dan Ilmu
Pengetahuan
Alam.
Institut
Pertanian Bogor.
Yuramen, Eryanti Y, Nurbalatif. 2002. Uji
aktifitas antimikroba minyak atsiri
dan ekstrak metanol lengkuaas
(Alpinia
galanga).
[terhubung
berkala].
http://www.unri.ac.id/jurnal_natur/v
ol4/yuharmen.pdf [16 agus 2006]
Zuhud EAM, Rahayu WP, Wijaya H, Sari
PP. 2001. Aktivitas antimikroba
ekstrak
kedawung
(Parkia
roxburghii G. Don) terhadap
bakteri patogen. Jur teknol dan
industri pangan 12: 6-12

POTENSI PROPOLIS LEBAH MADU APIS MELIFERA spp
SEBAGAI BAHAN ANTIBAKTERI

GITA AGUSTRINA

DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011

ABSTRAK
GITA AGUSTRINA. Potensi Propolis Lebah Madu Apis melifera spp Sebagai
Bahan Antibakteri. Dibimbing oleh I MADE ARTIKA dan SURYANI.
Propolis diketahui memiliki aktivitas antimikrob sehingga dapat melawan
berbagai penyakit dari berbagai macam mikroba. Mengkonsumsi propolis
diketahui tidak memberikan dampak resistensi. Penelitian ini bertujuan untuk
mendapatkan informasi aktivitas antibakteri dari propolis lebah madu Apis
melifera terhadap 2 bakteri uji standar (S. mutans. E. coli). Konsentrasi propolis
yang diujikan yaitu 100%, 50%, 25%, 12,5%, 6.25%, 3.13% dan dibandingkan
dengan propolis komersil, ampisilin (kontrol positif) dan akuades (kontrol
negatif). Parameter yang diamati adalah terbentuknya zona bening dan jumlah
koloni yang terbentuk dari uji hitungan cawan. Dari berbagai konsentrasi tersebut
didapatkan bahwa propolis dari lebah madu A. melifera dapat menghambat
aktivitas antibakteri pada Konsentrasi Hambat Tumbuh Minimum (KHTM)
6.25%. Didapatkan efektifitas propolis A. melifera terhadap propolis komersil
adalah 105.595% untuk S. mutans dan 96.770% untuk E. coli. Efektifitas terhadap
ampisiln pada bakteri S. mutans 97.147% dan E. coli 98.670%.
Kata kunci : Propolis, antibakteri, Streptococcus mutans, Escherichia. coli

ABSTRACT
GITA AGUSTRINA. Potency of Propolis Apis melifera spp as Antibacterial
Material. Under the direction of I MADE ARTIKA and SURYANI.
Propolis is known to have antimicrobial activity which can counter many
diseases of various kinds of microbes. Also propolis consumption are known not
to give any resistance effect. This study aimed to obtain information on the
antibacterial activity of propolis Apis melifera spp against to standard test bacteria
(S. mutans. E. coli). Propolis concentration tested is 100%, 50%, 25%, 12.5%,
6.25%, 3.13% and compared with commercial propolis, ampicillin (positive
control) and distilled water (negative control). The parameters were the formation
of clear zone and the number of colonies formed from the test plate count.
Observing from the various propolis concentrations above, the propolis A.
melifera can inhibit the antibacterial activity on Minimum Growing Inhibitory
Concentration (KHTM) at 6.25% concentration. The research carried out for this
study obtained propolis an A. melifera effectivity is 105,595% compared to
commercial propolis against S. mutans, and 96.770% for E. coli. The other hand
propolis an A. melifera effectivity compared to ampicillin is 97.147% against S.
mutans and 98.670% against E. Coli.
Key words: Propolis, antibacterial agent, Streptococcus mutans, Escherichia coli.

POTENSI PROPOLIS LEBAH MADU APIS MELIFERA spp
SEBAGAI BAHAN ANTIBAKTERI

GITA AGUSTRINA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Departemen Biokimia

DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011

Judul : Potensi Propolis Lebah Madu Apis melifera spp Sebagai Bahan
Antibakteri
Nama : Gita Agustrina
NIM : G44103019

Disetujui
Komisi Pembimbing

Dr.Ir. I Made Artika, M. App. Sc.
Ketua

Dr. Suryani, M.Sc
Anggota

Diketahui

Dr.Ir. I Made Artika, M. App. Sc.
Ketua Departemen Biokimia

Tanggal lulus:

PRAKATA
Bismillahirrahmaanirrahiim
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Judul
yang dipilih dalam penelitian adalah Potensi Propolis Lebah Madu Apis melifera
spp sebagai bahan antibakteri.
Terima kasih kepada Dr. Ir. I Made Artika, M App. Sc. selaku
pembimbing utama dan Dr. Suryani, M.Sc selaku pembimbing kedua atas arahan,
bimbingan, saran, serta dorongan semangat yang diberikan. Ucapan terima kasih
penulis tujukan kepada bapak Biswardi (ayah), ibu Felsofriati, adik (Putri
Wulandari dan Wido Mandala), dan uda Feri Susandi serta keluarga yang telah
memberikan dukungan moril, doa dan kasih sayangnya. Penulis juga
mengucapkan terimakasih kepada seluruh staff di Laboratorium Biokimia yang
telah membantu penulis selama penelitian ini. Terima kasih juga penulis
sampaikan kepada teman-teman di Laboratorium Biokimia dan teman- teman
Biokimia 40 khususnya Ni Putu Ayu Saraswati atas dukungan dan doanya.
Penulis menyadari penulisan karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
dari berbagai pihak. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bogor, Januari 2011

Gita Agustrina

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Limbanang, Padang pada tanggal 3 Agustus 1985
dari ayah Biswardi dan ibu Felsofriati. Penulis merupakan putri pertama dari tiga
bersaudara.
Tahun 2003 penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas
Negeri 1 Harau dan pada tahun yang sama melanjutkan studi ke Institut Pertanian
Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama mengikuti
perkuliahan penulis pernah menjadi staf Departemen Sumberdaya Manusia
Imasika (Ikatan Mahasiswa Kimia) dan staff kewirausahaan di himpunan profesi
Biokimia CREBs (Community of Research and Education in Biochemistry).
Penulis juga aktif di organisasi daerah IPMM (Ikatan Pelajar mahasiswa Minang)
dan IKMP (Ikatan Pelajar Mahasiswa Payakumbuh). Penulis melakukan Praktik
Lapangan di Laboratorium Biokimia Mikroba Bidang Mikrobiologi, Pusat
Penelitian Biologi, LIPI kota Bogor dari bulan Juli sampai Agustus 2006, dengan
judul laporan ilmiah Analisis Kualitatif dan Kuantitatif Aktivitas Actinomycetes
pada Kitinase.

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... ix
PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
TINJAUAN PUSTAKA
Propolis ...................................................................................................... 1
Antibakteri.................................................................................................. 2
Bakteri uji ...................................................................................................... 3
Streptococus mutans .............................................................................. 3
Escheria coli............................................................................................ 3
BAHAN DAN METODE
Alat dan Bahan ........................................................................................... 4
Metode Penelitian ....................................................................................... 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Rendemen Ekstrak Propolis........................................................................
Hasil Analisis Fitokimia .............................................................................
Penentuan Konsentrasi Hambat Tumbuh Minimum ..................................
Perbandingan Aktivitas Ekstrak Propolis terhadap Aktivitas Propolis
Komersial ...................................................................................................
Perbandingan Aktivitas Ekstrak Propolis dan Ampisilin 10 mg/mL ...........
Potensi Propolis dalam Menghambat Pertumbuhan Bakteri ........................

5
5
6
7
7
8

SIMPULAN DAN SARAN ................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 8
LAMPIRAN ......................................................................................................... 10

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Streptococus mutans ......................................................................................... 3
2 Escheria coli...................................................................................................... 3
3 Uji KHTM pada S. mutans ................................................................................ 6
4 Uji KHTM pada E. coli ..................................................................................... 6
5 Perbandingan zona bening ekstrak propolis dan propolis komersil .................... 7
6 Perbandingan zona bening ekstrak propolis dan ampisilin............ .................... 7

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Tahapan penelitian ........................................................................................... 11
2 Tahapan uji aktivitas antibakteri ...................................................................... 12
3 Tahapan peremajaan kultur bakteri .................................................................. 12
4 Data rendemen ektrak propolis ........................................................................ 13
5 Efektifitas antibakteri ekstrak propolis ............................................................ 13
6 Konsentrasi Hambat Tumbuh Minimum S.mutans .......................................... 14
7 Konsentrasi Hambat Tumbuh Minimum E.coli ............................................... 14
8 Aktivitas antibakteri metode Hitungan Cawan ................................................ 15

PENDAHULUAN
Indonesia telah dikenal memiliki
berbagai jenis lebah lokal. Salah satu lebah
lokal yang dikenal masyarakat adalah jenis
Apis melifera spp. Lebah Apis melifera
dipelihara masyarakat secara terbatas dalam
tempat- tempat pengembangan lebah. Lebah
Apis melifera menghasilkan lebih banyak
madu dibandingkan dengan lebah lokal jenis
lain seperti Trigona spp, tapi menghasilkan
lebih sedikit propolis (Singh 1962).
Penelitian terhadap lebah madu Trigona
sudah banyak dilakukan dibandingkan pada
lebah madu Apis melifera spp. Hal tersebut
yang mendasari dilakukan penelitian
antibakteri propolis terhadap Apis melifera
spp.
Propolis merupakan salah satu produk
alami lebah madu yang banyak manfaatnya.
Khasiat propolis yang dihasilkan lebah
sudah banyak dikenal.. Beberapa penemuan
dan penelitian memberikan informasi bahwa
propolis bersifat sebagai antimikrob,
antibakteri, antivirus dan anti fungi. Bagi
lebah sendiri, propolis digunakan untuk
menambal retak dan menutup celah sarang,
melindungi telur dari kebusukan serta
mensterilkan makanannya.
Propolis merupakan alternatif baru bahan
yang dapat digunakan sebagai antibiotik.
Kandungan kimia propolis bergantung pada
tumbuhan sekitarnya, musim pengambilan
dan letak geografis tempat pengambilan.
Sarang lebah yang digunakan pada
penelitian ini adalah sarang lebah yang
berada pada daerah madu pramuka
wiladatika cibubur.
Penyedian obat untuk tujuan kesehatan
sangat
penting. Salah satu obat yang
digunakan adalah antibiotik. Penggunaan
antibiotik
secara
berlebihan
dapat
menimbulkan masalah resistensi, oleh
karena itu dipilih alternatif pengobatan dari
produk-produk
alami
yang
jarang
menimbulkan resistensi. Kelebihan propolis
sebagai obat alami dibandingkan dengan
bahan sintetik adalah lebih aman, tidak
menimbulkan resitensi, serta efek samping
yang kecil, selain itu propolis sebagai
antibiotik memiliki selektivitas tinggi
(Winingsih 2004).
Penelitian
ini
bertujuan
untuk
mendapatkan informasi aktivitas antibakteri
dari propolis lebah madu Apis melifera
terhadap 2 jenis bakteri uji standar S. mutan
dan E .coli serta menentukan Konsentrasi
Tumbuh Hambat Minimum (KHTM) ekstrak

propolisnya. Hipotesis penelitian ini adalah
bahwa ekstrak propolis dari lebah madu Apis
malifera bersifat sebagai antibakteri. Hasil
penelitian diharapkan bisa memberikan
informasi ilmiah mengenai aktivitas
antibakteri dari lebah madu Apis malifera.

TINJAUAN PUSTAKA
Propolis
Propolis
adalah resin lengket yang
dikumpulkan oleh lebah madu yang
digunakan sebagai lem untuk sarangnya.
Lebah mengumpulkan bahan ini dari pucuk
daun yang muda, kulit kayu, dan dari bagian
tumbuhan lain (Gojmerac 1983).
Kata
propolis berasal dari bahasa Yunani, yaitu
“pro” yang artinya sebelum atau pertahanan
dan “ polis” artinya kota atau sarang lebah.
Jadi, propolis adalah pertahanan kota atau
disebut juga sebagai sistem pertahanan pada
sarang lebah. Karena sifatnya yang lengket
seperti lem, propolis disebut juga sebagai
bee-glue ( Anonim 2009).
Propolis lebah madu bersifat anti bakteri
yang membunuh semua kuman penyakit
yang masuk ke sarang lebah. Biasanya
propolis digunakan oleh lebah pekerja untuk
melapisi bagian dalam rongga sarang dan
mengurangi ukuran pintu masuk sarang. Hal
tersebut bertujuan untuk menggunakan efek
antibakteri dan antifungi propolis sehingga
melindungi koloninya dari penyakit.
Propolis sering disebut dengan Russian
penicillin karena terkait dengan penelitian
intensif para ilmuwan Rusia pada lebah
pekerja. Propolis merupakan antimikroba
yang kuat yang melawan berbagai infeksi
bakteri, fungi, bahkan bakteri Streptococus
sp telah menunjukkan reaksi yang sensitif
terhadap propolis (Draper’s Super Bee
Apriaries 2007). Karena kemampuan
antimikrobanya, propolis disebut “antibiotik
alami”.
Senyawa aktif yang memberikan efek
antibakteri adalah pinochembrin, galangin,
asam kafeat, dan asam ferulat. Senyawa
antifunginya
adalah
pinochembrin,
pinobanksin, asam kafeat, benzil ester,
sakuranetin, dan pterostilbene. Zat aktif
yang diketahui bersifat antibiotik adalah
asam ferulat. Zat ini efektif terhadap bakteri
gram positif dan negatif. Asam ferulat juga
berfungsi dalam proses pembekuan darah
sehingga
bisa
dimanfaatkan
untuk
mengobati luka dan dalam bentuk salep
(Winingsih 2004).

Secara kimia, propolis sangat kompleks
dan kaya akan senyawa asam benzoat, asam
kafeat, asam sinamat dan asam fenolat.
Propolis juga mengandung flavonoid yang
sangat tinggi sehingga propolis bewarna
kuning sampai coklat tua, bahkan ada yang
transparan. Pada temperatur di bawah 15 0C,
propolis keras dan rapuh, tapi kembali lebih
lengket pada temperatur yang lebih tinggi
(25- 45 0C). Propolis umumnya meleleh pada
temperatur 60- 69 0C dan beberapa sampel
mempunyai titik leleh di atas 100 0C (Woo
2004).
Bahan pelarut yang sering digunakan
untuk mengekstrak propolis adalah etanol,
eter, glikol, dan air. Beberapa pelarut yang
bervariasi sering digunakan untuk ekstraksi
yang bertujuan untuk menganalisis sifat
kimia dan unsur-unsur yang terdapat di
dalam propolis. Banyak dari komponen
bakterisidal dalam propolis dapat larut di
dalam alkohol atau air (Woo 2004).
Propolis adalah antibiotik alami yang
aman untuk digunakan dibandingkan dengan
bahan sintetik lainnya. Kelebihannya adalah
lebih aman serta efek samping yang kecil.
Satu satu efek samping yang terjadi dan
itupun jarang terjadi adalah alergi. Selain itu
propolis juga memiliki selektivitas tinggi
yang tidak hanya membunuh penyebab
penyakit. (Winingsih 2004).
Antibakteri
Antibakteri adalah obat atau senyawa
kimia yang digunakan untuk membasmi
bakteri, khususnya bakteri yang bersifat
merugikan manusia. Beberapa istilah yang
digunakan untuk menjelaskan proses
pembunuhan bakteri yaitu germisid,
bakterisida,
bakteriostatik,
antiseptik,
desinfektan (Pelczar dan Chan, 1988).
Beberapa jenis senyawa yang mempunyai
aktivitas antibakteri adalah sodium benzoat,
senyawa fenol, asam-asam organik asam
lemak rantai medium dan esternya, sorbet,
sulfur dioksida dan sulfit, nitrit, senyawa
kolagen dan surfakt