Analisis Kualitas Pohon di Beberapa Jalur Hijau Kota Pematangsiantar

TINJAUAN PUSTAKA
Ruang Terbuka Hijau
Ruang terbuka hijau adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok,
yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik
yang

tumbuh

secara

alamiah

maupun

yang

sengaja

ditanam

(Pedoman dan Pemanfaatan RTH di kawasan Perkotaan, 2008).

Dalam ketentuan Intruksi Menteri dalam negeri no 14 tahun 1988 tentang
Ruang terbuka hijau di wilayah perkotaan, Ruang Terbuka Hijau Kota (RTHK)
merupakan titik berat dari ruang terbuka kota yang diwujudkan dalam bentuk
taman, jalur hijau, hutan kota, lapangan dan pekarangan. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa RTHK adalah ruang-ruang yang terdapat dalam kota baik berupa
koridor/ jalur maupun area/penghubung/tempat pemberhentian dimana unsur hijau
atau vegetasi yang alami dan sifat ruang yang terbuka lebih dominan (Hakim,
2002)
Ruang Terbuka Hijau (RTH) memiliki fungsi sebagai berikut:
A. Fungsi utama (intrinsik) yaitu:
1) Fungsi ekologis yaitu memberi jaminan pengadaan RTH menjadi
bagian dari sistem sirkulasi udara (paru-paru kota)
2) Pengatur iklim mikro agar sistem sirkulasi udara dan air secara alami
dapat berlangsung lancar
3) Sebagai peneduh
4) Penghasil oksigen
5) Penyerap air
6) Penyerap polutan dari media udara, air dan tanah
6


7) Penahan angin
B. Fungsi tambahan (ekstrinsik) yaitu:
1) Fungsi sosial dan budaya yang menggambarkan ekspresi budaya lokal
2) Merupakan media komunikasi warga kota
3) Tempat rekreasi
4) Wadah dan objek pendidikan, penelitian, dan pelatihan dalam mempelajari
alam
C. Fungsi ekonomi yaitu :
1) Sumber produk yang dapat dijual, seperti tanaman bunga, buah, daun,
sayur mayur
2) Bisa menjadi bagian dari usaha pertanian, perkebunan, kehutanan dan lainlain.
D. Fungsi estetika yaitu :
1) Meningkatkan kenyamanan, memperindah lingkungan kota baik dari skala
mikro seperti halaman rumah, lingkungan permukimam, maupun makro
yaitu lansekap kota secara keseluruhan
2) Menstimulasi kreativitas dan produktivitas warga kota
3) Pembentuk faktor keindahan arsitektural
4) Menciptakan suasana serasi dan seimbang antara area terbangun dan tidak
terbangun.
Dalam suatu wilayah perkotaan, empat fungsi utama diatas dapat dikombinasikan

sesuai dengan kebutuhan, kepentingan, dan keberlanjutan kota seperti
perlindungan

tata

air,

keseimbangan

ekologi

dan

konservasi

(Pedoman dan Pemanfaatan RTH di kawasan Perkotaan, 2008).

7

hayati


Dalam Irwan (2008) mengelompokkan ruang terbuka hijau berdasarkan
bentuk, yaitu sebagai berikut :
1. Jalur yaitu komunitas vegetasinya tumbuh mengikuti jalur bentukan alam
(seperti pantai, sungai dan lembah) dan bentukan manusia (seperti jalan dan
saluran).
2. Menyebar yaitu komunitas vegetasinya tumbuh menyebar berupa rumpun atau
gerombol kecil seperti yang tumbuh di pekarangan atau halaman-halaman
bangunan maupun yang ditanam pada lahan sisa dan median jalan.
3. Bergerombol atau menumpuk yaitu komunitas vegetasinya terkonsentrasi di
suatu tempat dengan paling sedikit 100 pohon dengan jarak tanam rapat tidak
beraturan yang tumbuh seperti bentukan hutan alam.
Jalur Hijau
Green belt atau jalur hijau adalah pemisah fisik daerah perkotaan dan
pedesaan yang berupa zona bebas bangunan atau ruang terbuka hijau yang berada
di sekeliling luar kawasan perkotaan atau daerah pusat aktifitas/kegiatan yang
menimbulkan polusi (Anggraeni, 2005).Menurut peraturan Menteri Pekerjaan
Umum tentang Pedoman dan Pemanfaatan RTH di kawasan Perkotaan (2008)
Jalur hijau adalah jalur penempatan tanaman serta elemen lansekap lainnya yang
terletak di dalam ruang milik jalan (RUMIJA) maupun di dalam ruang

pengawasan jalan (RUWASJA).Sering disebut jalur hijau karena dominasi elemen
lansekapnya adalah tanaman yang pada umumnya berwarna hijau.
Penyebab kurangnya luasan jalur hijau area di kota-kota besar secara
umum adalah: 1) industrialisasi, 2) pembangunan ekonomi yang tidak terencana
dengan

baik,

3)

tidak

adanya

mekanisme

8

kontrol


yang

baik

untuk

mempertahankan jalur hijau dan 4) daya dukung lingkungan yang sudah
berkurang memperburuk kondisi perkotaan (Basri, 2009).
Untuk jalur hijau jalan, RTH dapat disediakan dengan penempatan
tanaman antara 20–30% dari ruang milik jalan (rumija) sesuai dengan kelas jalan.
Untuk menentukan pemilihan jenis tanaman, perlu memperhatikan dua hal, yaitu
fungsi tanaman dan persyaratan penempatannya. Disarankan agar dipilih jenis
tanaman khas daerah setempat, yang disukai oleh burung-burung, serta tingkat
evapotranspirasi rendah (Tutur, 2011).
Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan RTH di Kawasan Perkotaan (2008)
menyebutkan bahwa sabuk hijau atau jalur hijau merupakan RTH yang berfungsi
sebagai daerah penyangga dan untuk membatasi perkembangan suatu penggunaan
lahan (batas kota, pemisah kawasan, dan lain-lain) atau membatasi aktivitas satu
dengan aktivitas lainnya agar tidak saling mengganggu, serta pengamanan dari
faktor lingkungan sekitarnya.

Jalur hijau unsur utamanya berupa vegetasi yang secara alamiah berfungsi
sebagai pembersih atmosfir dengan menyerap polutan yang berupa gas dan
partikel melalui daunnya. Vegetasi berfungsi sebagai filter hidup yang
menurunkan tingkat polusi dengan mengabsorbsi, detoksifikasi, akumulasi dan
atau mengatur metabolisme di udara sehingga kualitas udara dapat meningkat
dengan pelepasan oksigen di udara (Shannigrahi et al,2003).
Menurut Direktorat Jenderal Bina Marga (1996) tentang tata cara
perencanaan teknik lansekap jalan nomor 033/t/bm/1996, pemilihan jenis tanaman
ditentukan oleh kondisi iklim habitat dan areal dimana tanaman tersebut akan
diletakkan dengan memperhatikan ketentuan geometrik jalan dan fungsi tanaman.

9

Menurut bentuknya, tanaman dapat merupakan tanaman pohon, tanaman perdu
atau semak dan tanaman penutup permukaan tanah. Persyaratan utama yang perlu
diperhatikan dalam memilih jenis tanaman lansekap jalan antara lain :perakaran
tidak merusak konstruksi jalan, mudah dalam melakukan perawatan, batang atau
percabangan tidak mudah patah, daun tidak mudah rontok atau gugur.
Usaha untuk menurunkan tingkat polusi dan meningkatkan kualitas hidup
masyarakat adalah dengan upaya green belt development.Green belt development

merupakan solusi yang tepat karena secara ekonomi dan teknologi layak
dikembangkan.Upaya ini dibagi menjadi 2 solusi yaitu berdasarkan parameter
biofisik dan sosial ekonomi. Parameter biofisik yang dimaksud disini adalah
bagaimana pengembangan green belt yang ideal dan bermanfaat optimum untuk
suatu kota dari segi spesies tanaman, tinggi tanaman, lebar green belt dan jarak
green belt dari pusat pencemar (Basri, 2009).
Persyaratan untuk pohon peneduh jalan menurut Departemen Kehutanan
(1992) adalah sebagai berikut :
a) Mudah tumbuh pada tanah yang padat
b) Tidak memilki akar yang besar di permukaan tanah
c) Tanah tahan terhadap hembusan angin yang kuat
d) Dahan dan ranting tidak mudah patah
e) Pohon tidak mudah tumbang
f) Buah tidak terlalu besar
g) Serasah yang dihasilkan sedikit
h) Tahan terhadap pencemar dari kendaraan motor dan industri
i) Luka akibat benturan mobil mudah sembuh

10


j) Cukup teduh, tetapi tidak terlalu gelap
k) Kompatibel dengan tanaman lain
l) Daun, bunga, buah, batang dan percabangannya secara keseluruhannya
indah
Pohon angsana (Pterocarpus indicus Willd) dan pohon Glodokan
(Polyalthia longifolia Bent & Hook. F) merupakan jenis tanaman yang banyak
digunakan sebagai tanaman peneduh jalan. Hal ini dikarenakan kedua jenis
tanaman tersebut memiliki akar yang dapat bertahan terhadap kerusakan yang
disebabkan oleh getaran kendaraan, mudah tumbuh di daerah panas dan tahan
terhadap angin sehingga cocok digunakan sebagai tanaman peneduh jalan yang
akan dapat menyerap unsur pencemaran (Antari dan Sundra, 2002).
Beberapa jenis tanaman pelindung yang biasa ditanam di sisi kanan kiri
jalan ataupun ditengah terbagi menjadi 3 bagian yaitu jenis pohon besar, jenis
pohon sedang dan jenis pohon kecil. Jenis pohon besar yaitu kenari
(Canarium vulgare), mahoni (Swietenia mahagoni), angsana (Pterocarpus
indicus), palem raja (Oreodoxa regia), saga (Adenanthera pavoninna), asam jawa
(Tamarindus indica) dan bungur (Lagestroemia londonii). Jenis pohon sedang
yaitu glodokan (Polyalthia longifolia), tanjung (Mimusops elengi), cemara kipas
(Thuja occidentalis) dan biola cantik (Ficus lyrata). Sedangkan jenis pohon kecil
yaitu palem merah (Cryrtostachys lakka), palem botol (Mascarena lagenicaulis),

palem putri (Vitsia merini) dan pinang (Areca catechu) (Nazaruddin, 1996).
Sedangkan menurut Permen PU nomor 05/prt/m/2008, fungsi dan kriteria
vegetasi RTH jalur jalan dibagi menjadi beberapa fungsi dengan kriteria vegetasi
sebagai berikut :

11

1) Vegetasi peneduh :
a. Ditempatkan pada jalur tanaman (minimal 1,5 m dari tepi median)
b. Percabangan 2 m di atas tanah
c. Bentuk percabangan batang tidak merunduk
d. Bermassa daun padat
e. Berasal dari perbanyakan biji
f. Ditanam secara berbaris
g. Tidak mudah tumbang.
2) Vegetasi penyerap polusi udara :
a. Terdiri dari pohon, perdu atau semak
b. Memiliki kegunaan untuk menyerap udara
c. Jarak tanam rapat
d. Bermassa daun padat.

3) Vegetasi peredam kebisingan :
a. Terdiri dari pohon, perdu atau semak
b. Membentuk massa
c. Bermassa daun rapat
d. Berbagai bentuk tajuk.
4) Vegetasi pemecah angin :
a. Tanaman tinggi, perdu atau semak
b. Bermassa daun padat
c. Ditanam berbaris atau membentuk massa
d. Jarak tanam rapat < 3 m.
5) Vegetasi penahan silau lampu kendaraan :

12

a. Tanaman perdu atau semak
b. Ditanam rapat
c. Ketinggian 1,5 m
d. Bermassa daun padat
Menurut Dahlan (2004) persyaratan penting dalam pemilihan jenis pohon
pelindung jalan diantaranya adalah faktor keamanan bagi pemakai jalan. Tajuk
pohon memberikan naungan yang sempurna tapi tidak terlalu teduh, agar tidak
mengganggu lalu lintas.Tanaman yang tumbuh di tepi jalan harus tergolong dalam
jenis tanaman yang mempunyai batang dan percabangan kuat, tidak mudah patah
serta memiliki kelenturan yang cukup, sehingga pada saat tertiup angin yang kuat,
tanaman tidak patah jatuh menimpa pemakai jalan.Tanaman juga tidak mudah
roboh, karena memiliki perakaran yang kuat serta akarnya menghujam masuk ke
dalam tanah, tidak menyebar di atas permukaan tanah saja.Fungsi tanaman
pelindung antara lain sebagai paru-paru kota karena tumbuhan itu menghasilkan
gas oksigen yang dibutuhkan oleh semua makhluk hidup, sebagai penyerap
gas/partikel beracun untuk mengurangi pencemaran udara, sebagai peredam
kebisingan dan sebagai habitat burung.
Jenis tanaman yang akan ditanam pada jalur hijau sebaiknya tidak hanya
mempunyai satu manfaat, melainkan ada manfaat lain yaitu dari aspek
ekologis,aspek estetika, aspek keselamatan dan aspek kenyamanan.Bagian dari
tanaman yang menjadi pertimbangan pemanfaatannyaadalah dari organ (batang,
daun, buah, bunga dan perakaranya sertasifat perkembangannya. Sebagai contoh,
dari tajuk, bunga dan daundapat menimbulkan kesan keindahan (estetika), dari
beberapa bungayang mengeluarkan aroma segar dan warna yang menarik, batang

13

dandaun dapat bermanfaat sebagai peneduh, pembatas, penghalangangin,
penghalang silau dari lampu kendaraan dan cahaya matahari (Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum, 2012)
Kualitas Pohon
Untuk menjaga peran pohon sebagai pohon pelindung dan peneduh jalan
dilakukan usaha perawatan. Usaha perawatan diperlukan untuk pohon seperti:
membersihkan lubang luka tersebut dengan mengecat untuk memperbaiki
penampilan pohon dan menutup khususnya terhadap kambium yang terbuka,
membuang jaringan kayu yang telah mati dan yang dapat menjadi sarang
berkembangnya sumber penyakit. Menyediakan permukaan yang kuat untuk
jaringan

kalus

baru

guna

merangsang

penyembuhan

luka

dan

dapat

menghilangkan tempat bersarangnya hama dari sumber penularan hama sehingga
penularan penyakit tidak dapar berkembang dan menyebar ( Dahlan, 1992).
Menurut Pedoman dan Pemanfaatan RTH di kawasan perkotaan (2008)
Kriteria pemilihan vegetasi untuk jalur hijau ini adalah sebagai berikut:
a) Peredam kebisingan : untuk fungsi ini dipilih penanaman dengan
vegetasi berdaun rapat. Pemilihan vegetasi berdaun rapat berukuran
relatif besar dan tebal dapat meredam kebisingan lebih baik
b) Ameliorasi iklim mikro : tumbuhan berukuran tinggi dengan luasan
area yang cukup dapat mengurangi efek pemanasan yang diakibatkan
oleh radiasi energi matahari
c) Penapis cahaya silau : peletakan tanaman yang diatur sedemikian rupa
sehingga dapat mengurangi dan menyerap cahaya
d) Mengatasi penggenangan

14

Pada pohon berdaun lebar seperti angsana, glodokan, kerai payung dan
kenari – ketidakseimbangan antara beban batang, tajuk dan ukuran tajuk dengan
kemampuan menopang akar merupakan kelemahan struktural yang umum terjadi.
Kelemahan lain adalah mudah busuknya bagian dalam batang yang menjalar ke
dahan atau ranting dan terkadang kelainan ini tidak terlihat dari luar. Pada pohon
berdaun jarum seperti pinus dan cemara , kelemahan struktural biasanya terjadi
pada pangkal akar dan daerah perakaran (Pramukanto, 2007).
Penelitian

yang

dilakukan

Wonorahardjo

et

al

(2007)

menyatakanpengendalian iklim mikro kota dapat dilakukan dengan vegetasi dan
infrastruktur lainnya seperti jalan, lapangan terbuka dll. Hasil penelitian
didapatkan bahwa vegetasi berupa pohon sangat berpengaruh positif terhadap
lingkungan termalnya dalam hal laju penurunan temperatur udara dan temperatur
udara rata-rata.Dengan demikian berubahnya lingkungan termal tidak dapat
dianggap sebagai fenomena pemanasan global saja, karena terbukti dalam skala
lingkungan mikro (kawasan kota) aspek karakteristik fisik permukaan seperti
kualitas vegetasi dan tutupan lahan sangat berpengaruh pada temperatur udara
sekitar perkotaan.
Penelitian yang dilakukan Manik (2011) menyatakan bahwa pepohonan
yang ada di jalur hijau di lokasi penelitian memiliki kualitas yang sangat bagus
dari segi kesehatan, karena hanya sedikit pohon yang dijumpai dalam keadaan
tidak sehat. Tetapi dari segi teknis kualitas pohon sangat buruk karena banyak
pepohonan dikawasan jalur hijau tersebut yang mengganggu pondasi trotoar
karena akar pohon menembus badan trotoar, disamping itu jarak tanaman juga
tidak efektif karena kita melihat tajuk antar pepohonan sangat mengganggu

15

keberadaan kabel listrik dan kabel telepon serta menimpa jalan, sehingga
pepohonan di lima kawasan jalur hijau yang dilakukan penelitian penanamannya
kurang efektif dan tidak mengindahkan nilai estetika lingkungan.
Peraturan Pemerintah no 63 tahun 2002 pasal 15 ayat (2), menawarkan
bentuk-bentuk hutan kota, yaitu : jalur, mengelompok atau menyebar. Lalu diatur
dalam pasal 8 ayat (2) menyatakan luas hutan kota dalam suatu hamparan yang
kompak paling sedikit 0,25 Ha. Kaitanyya dengan pasal 15 ayat (2) untuk
keperluan ameliorasi iklim mikro, sebaiknya menekankan pada bentuk jalur dan
menyebar dan menghindari bentuk mengelompok. Jika bentuk mengelompok
tersebut berada dalam suatu hamparan kompak yang luas, tentu hal ini tidak
efektif dan tidak efisien. Tidak efektif karena tidak mengayom seluruh kota, dan
tidak efisien karena sebagian vegetasi tidak berperan maksimal dalam
mendinginkan areal diluarnya.
Pemeliharaan Tanaman pada Jalur Hijau
Salah satu contoh upaya yang baik untuk mengembalikan kualitas dan
kuantitas penghijauan kota yang dapat diterapkan di lingkungan permukiman
adalah beberapa kebijaksanaan perencanaan oleh pemerintah Kota. Pada kawasan
terbangun kota, harus disediakan ruang terbuka hijau yang cukup yaitu untuk
kawasan yang padat, minimum disediakan area 10% dari total luas kawasan.
Untuk kawasan yang kepadatan bangunannya sedang harus disediakan Ruang
Terbuka Hijau minimum 15% dari luas kawasan. Sedang kawasan yangkepadatan
bangunannya rendah harus disediakan Ruang Terbuka Hijau minimum 20%
terhadap luas kawasan secara keseluruhan (Irwan, 2007).

16

Dahlan (2004) menyatakan hal-hal yang perlu diperhatikan pada
pemeliharaan pohon di hutan kota adalah sebagai berikut :
1. Mengganti atau menebang pohon yang sudah tua atau mati. Sebaiknya sebelum
pohon itu menjadi tua, sudah disiapkan pohon penggantinya.
2. Perencanaan dan keterpaduan yang baik antar instansi pemerintah. Hal ini
perlu diperhatikan sungguh-sungguh agar tanaman tidak mengganggu fasilitas
atau instalasi yang sudah ada (telepon, listrik, air minum maupun saluran
drainase) dan sebaiknya pemasangan dan pemeliharaan fasilitas atau instalasi
tidak mengganggu hutan kota.
3. Upaya-upaya pemeliharaan seperti pemupukan, pengairan, pemberantasan
hama dan penyakit serta gulma perlu dilakukan untuk meningkatkan
pertumbuhan tanaman.
4. Penggemburan tanah perlu dilakukan agar akar dapat tumbuh lebih baik.
5. Pemasangan beton dan penopang tanah di sekeliling perakaran perlu dilakukan
agar akar yang muncul keluar dapat ditutupi.
6. Tumbuhan yang tanahnya terancam longsor pada salah satu bidangnya agar
dipasangi dinding penopang.
7. Pemangkasan perlu dilakukan dengan tujuan untuk membang bagian dahan
atau ranting tertentu, mengendalikan pertumbuhan tinggi pohon, membuang
bagian yang terkena penyakit, untuk keselamatan para pengguna jalan maupun
fasilitas disekitarnya dan untuk memberikan kesempatan bagi pohon lain untuk
tumbuh lebih baik.
8. Pohon-pohon yang harus dihilangkan adalah pohon-pohon yang memenuhi
kriteria sebagai berikut : mati, membahayakan, saling berhimpitan, sebagian

17

besar bagian pohon terkena penyakit dan dapat mengancam pohon lain, pohonpohon yang tingkat ancamannya tinggi terhadap bangunan maupun saluran
drainase, jalan dan trotoar serta kabel listrik dan telepon.
Pohon-pohon yang terdapat luka pada batang akibat pemasangan reklame,
spanduk, paku dan lain-lain dapat dilakukan upaya-upaya tertentu. Menurut Haller
(1986) dalam Dahlan (1992) menyatakan usaha perawatan terhadap lubang luka
dapat dilakukan dengan cara membuang jaringan kayu yang mati dan rusak yang
dapat menjadi sumber penyakit serta membersihkan dan mengecat luka khususnya
terhadap kambium yang terbuka.
Penyiraman

dilakukan

untuk

menjaga

tanaman

agar

tidak

matikekeringan.Penyiraman dilakukan setiap hari pada musim kemaraupada pagi
hari pukul 06.00 - 09.00 dan sore hari pukul 15.00 - 18.00.Siraman tidak boleh
terlalu keras sehingga media tanam dan tanamantidak terganggu, dan dilakukan
merata pada seluruh tanaman. Airyang dipergunakan untuk menyiram tanaman
harus bebas dari segalakotoran minyak, zat kimia atau lainnya yang dapat
mengganggupertumbuhan tanaman dan temperatur air antara 150 - 250
Celcius(Peraturan Menteri Pekerjaan Umum, 2012).
Pendangiran dan penyiangan merupakan pekerjaan penggemburantanah
dan pembersihan tanaman rumput liar di sekitar tanaman,pendangiran dan
penyiangan dilakukan minimal 1 (satu) bulan sekaliagar tanah teraerasi dan
memudahkan pertumbuhan akar sehinggatanaman menjadi kokoh.Tumbuhan liar
harus dicabut sampai keperakarannya dan penggemburan tanahnya harus
dilaksanakansecara hati-hati agar tidak merusak perakaran tanaman.Pekerjaan ini
tidak perlu dilakukan apabila:Tanaman mempunyai perakaran dalam, terutama

18

jenis pohon dan pada lokasi yang curam (lereng) karena pekerjaan tersebut
dapatmenyebabkan terjadinya erosi(Peraturan Menteri Pekerjaan Umum, 2012).
Pemangkasan dilakukan untuk mengendalikan pertumbuhan tanamanyang
sudah tidak teratur dan mengganggu lingkungan/pandanganbebas pemakai jalan,
serta mempertahankan bentuk/dimensi ukurantanaman.Pemangkasan terhadap
tanaman perdu/semak dilakukanmiring (45°) dan rata agar air hujan tidak
tergenang pada batang yangbaru dipotong.Sedangkan rumput dipangkas dengan
batas ketebalantidak lebih dari 5 cm dari permukaan tanah.
Pemangkasan pada pemeliharaan rutin dilakukan bertujuan untuk :
a. Untuk mengendalikan pertumbuhan tanaman yang sudah tidakteratur dan
mengganggu lingkungan/penglihatan pemakaijalan.
b. Untuk menjaga kesehatan tanaman bila ada daun, atau ranting yang
terkena penyakit, jamur atau parasit lainnya, perlu segeradipangkas agar
tidak meluas ke bagian tanaman lainnya.
c. Untuk menghilangkan dahan/ranting yang tua/rusak dan mati.
d. Untuk mempertahankan bentuk atau dimensi dan ukurantanaman.
e. Untuk mengurangi penguapan pada musim kemarau panjangsehingga
tanaman tidak mati kekeringan (dilakukan pada akhirmusim hujan).
f. Untuk mengurangi jumlah daun sehingga dahan tidak patahpada musim
hujan.
g. Untuk menjaga pertumbuhan tanaman dengan baik, waktupemangkasan
perlu diatur dengan tepat yaitu:
i.

setelah musim berbunga/berbuah

ii.

pada akhir musim hujan

19

iii.

untuk membuat bentuk pohon/tanaman yang ideal seperti yang
rencanakan pemangkasan harus dilakukan pada saat tanaman
sedang berdaun lebat.

(Peraturan Menteri Pekerjaan Umum, 2012).
Pemupukan
sekalimenggunakan

tanaman
pupuk

dilakukan
anorganik

minimal
atau

1

pupuk

(satu)

bulan

organik/pupuk

kandang.Penaburan pupuk dilakukan pada tanah yang sudah didangir sedalam0,15
– 0,20 m di sekeliling batang pohon selebar diameter tajuktanaman. Cara lain
pemupukan dengan pupuk anorganik yaitucampuran pupuk dengan air yang
kemudian disiramkan di sekelilingperakaran tanaman, sedangkan untuk memupuk
daun disemprotkanpada daun(Peraturan Menteri Pekerjaan Umum, 2012).
Pencegahan dan pemberantasan hama atau penyakit tanamandiperlukan
untuk menjaga agar tanaman tidak terserang olehhama/penyakit yaitu dengan
penyemprotan

pestisida

ke

arah

batang,daun

serta

semua

percabangan.Penyemprotan tidak boleh dilakukan di bawah sinar matahari
yangterik,

karena

dapat

menyebabkan

terbakarnya

daun.Usahakan

agarpenyemprotan merata pada seluruh bagian tanaman. Untuk penggantian
tanaman, tanaman yang perlu diganti adalah tanaman yang sudah mati atau rusak
serta terkena seranganhama yang parah sehingga dapat menular ketanaman
lain(Peraturan Menteri Pekerjaan Umum, 2012).

20