Sistem Pengadaan Secara Elektronik E-Procurement

7. Menghindari dan mencegah penyalah gunaan wewenang danatau kolusi dengan tujuan keuntungan pribadi atau golongan atau pihak lain yang secara langsung atau tidak langsung merugikan negara; 8. Tidak menerima, tidak menawarkan atau tidak menjanjikan untuk member atau menerima hadiah, imbalan, komisi, rabat dan berupa apa saja dari atau kepada siapapun yang diketahui atau patut diduga berkaitan dengan pengadaan.

2.4 Sistem Pengadaan Secara Elektronik E-Procurement

2.4.1 Pengertian E-Procurement Pada prinsipnya e-Procurement merupakan sistem pengadaan atau pembelian barang dan jasa yang dilakukan secara elektronik melalui internet. Sistem tersebut selain mengefisienkan proses pengadaan barang dan jasa juga merupakan cara yang efektif dan transparan serta bisa memangkas biaya secara signifikan. Menurut Perpres No 70 Tahun 2012 pengadaan elektronik atau e- Procurement adalah pengadaan barangjasa yang dilaksanakan dengan menggunakan teknologi informasi dan transaksi elektronik sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Konsep dasar implementasi e-Procurement yang pertama adalah menghilangkan kontak langsung antara panitia pengadaan dengan peserta lelang, dan antara peserta dengan peserta lainnya. Kedua, semua reason atau alasan kuat dari panitia untuk menggugurkan peserta lelang harus dapat diakses oleh publik di situs e-Procurement. Ketiga, dokumen pemilihan penyedia barangjasa harus dapat diakses oleh publik di situs e-Procurement. World Bank Group merumuskan sebuah definisi berlapis tiga dari e- Procurement dari segi pemerintahan Electronic Government Procurement, e-GP dalam e-GP: Tingkat pertama menyatakan bahwa e-GP adalah penggunaan teknologi informasi dan komunikasi khususnya internet oleh pemerintahan- pemerintahan dalam melaksanakan hubungan pengadaan dengan para pemasok untuk memperoleh barang, karya-karya, dan layanan konsultasi yang dibutuhkan oleh sektor publik. Definisi tingkat kedua dan ketiga membuat perbedaan tipis antara e-Tendering dengan e-Purchasing. Diterapkan proses e-Procurement diharapkan akan menjadi solusi yang tepat. E-Procurement sendiri adalah proses yang memanfaatkan teknologi informasi yang didalamnya mengandung nilai-nilai transparansi, efisiensi, keterbukaan. Penerapan nantinya, tidak hanya dilingkungan pemerintah pusat, melainkan juga instansi dan pemerintah daerah, provinsi, kota, kabupaten diikuti dengan puluhan ribu unit kerja di bawahnya. 2.4.2 Tujuan E-Procurement Harapan besar dari rakyat terhadap kesuksesan e-Procurement harus benar- benar terwujud. Untuk itulah pentingn ya usaha pengembangan 27ias27m, prosedur dan standarisasi agar penerapan e-Procurement 27ias optimal dan sesuai dengan tuntutan jaman. Tujuan utama dari penerapan e-Procurement adalah penghematan keuangan secara signifikan serta membuat kondisi pengadaan barang dan jasa menjadi lebih bersih dan bebas dari berbagai kecurangan. Berdasarkan Perpres Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Secara Elektronik Pasal 107, Pengadaan BarangJasa Pemerintah secara elektronik bertujuan untuk: a. Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas; b. Meningkatkan akses pasar dan persaingan usaha yang sehat; c. Memperbaiki tingkat efisiensi proses Pengadaan; d. Mendukung proses monitoring dan audit; dan e. Memenuhi kebutuhan akses informasi yang real time. 2.4.3 Manfaat E-Procurement a. Pelaksanaan pengadaan barang atau jasa dapat berjalan secara transparan, adil, dan persaingan sehat. b. Masyarakat luas dapat berperan aktif dalam pelaksanaan pelelangan dan mempermudah masyarakat dalam memperoleh informasi. c. Tidak terjadi pengadaan barang atau jasa yang bernuansa KKN, karena semua peserta pengadaan barang atau jasa dapat saling mengawasi. d. Tercapainya mutu produk, waktu pelaksanaan, pemanfaatan dana, sumber daya manusia, teknologi dalam pelaksanaannya. e. Mereduksi tenaga sumber daya manusia, menghemat biaya penyelenggaraan pelelangan, dan mengoptimalkan waktu pelaksanaan pelelangan. 2.4.4 Tahapan E-Procurement Pelaksaan e-Procurement perlu dilakukan secara bertahap guna penerapan yang semakin baik. Masih berdasarkan Perpres Nomor 54 Tahun 2010 , tahapan pelaksanaan e-Procurement dibagi dalam empat tahap, sebagai berikut. a. Penayangan Informasi Satuan Kerja yang terdiri dari informasi umum dan paket pekerjaan. b. Pelaksanaan Copy to Internet CTI. Copy To Internet adalah penayangan informasi, proses, dan hasil pengadaan barang dan jasa. Pada tahap ini,belum ada transaksi elektronik yang terjadi. c. Pelaksanaan semi e-Procurement. Pelaksanaan e-Procurement secara partial semi e-Procurement adalah kegiatan pengadaan barang dan jasa yang sebagian prosesnya dilakukan melalui media internet secara interaktif antara peserta lelang dengan panitia lelang. Sebagian lagi dilakukan secara konvensional. Dalam tahap ini sudah ada transaksi elektronik yang secara selektif sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang- undangan yang berlaku. d. Pelaksanaan Full e-Procurement full e-Procurement adalah proses pengadaan barang dan jasa yang dilakukan dengan transaksi secara penuh melalui media internet. Namun, dalam pelaksanaannya full e- Procurement belum dapat dilakukan di Indonesia.

2.5 Evaluasi Penawaran Dalam E-Procurement