a. Evaluasi Semu Peseudo Evaluation
Evaluasi semu adalah pendekatan yang mengunakan metode-metode deskriptif untuk menghasilkan informasi yang valid dan dapat dipercaya
mengenai hasil kebijakan, tanpa untuk berusaha menanyakan tentang manfaat atau nilai dari hasil-hasi tersebut terhadap individu, kelompok,
atau masyarakat secara keseluruhan. b.
Evaluasi Formal Formal Evaluation Evaluasi formal adalah pendekatan yang mengunakan metode deskriptif
untuk menghasilkan informasi yang valid dan cepat dipercaya mengenai hasil-hasil kebijakan tetapi mengevaluasi hasil tersebut atas dasar tujuan
program kebijakan yang telah diumumkan secara formal oleh pembuat kebijakan dan administrator program.
c.
Evaluasi Keputusan Teoritis Decision Theoretic Evaluation Evaluasi keputusan teoritis adalah
pendekatan yang mengunakan metode- metode deskriptif untuk menghasilkan informasi yang dapat dipertangung
jawabkan dan valid mengenai hasil-hasil kebijakan yang secara eksplisit dinilai oleh berbagai macam pelaku kebijakan.
2.3 Pengadaan Barang dan Jasa
2.3.1 Pengertian Pengaaan Barang dan Jasa Pemerintah Menurut Perpres Nomor 70 Tahun 2012 yang dimaksud pengadaan adalah
kegiatan memperoleh BarangJasa oleh KementrianLembagaDaerahInstansi KLDI lainnya yang prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai
diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh BarangJasa. Dana yang dipergunakan untuk memperoleh barangjasa oleh KLDI adalah Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara APBN danatau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD.
Menurut Agus Kuncoro sesuai dengan Perpres Nomor 70 Tahun 2012 pengadaan barangjasa dalam dibagi menjadi 4 empat kelompok, yaitu
1. Barang
Barang adalah setiap benda baik berwujud maupun tidak berwujud, bergerak maupun tidak bergerak, yang dapat diperdagangkan, dipakai,
dipergunakan atau dimanfaatkan oleh Pengguna Barang. Meliputi namun tidak terbatas pada bahan baku, barang setangah jadi, barang jadiperalatan
dan mahluk hidup. 2.
Pekerjaan Konstruksi Pekerjaaan konstruksi adalah pekerjaan yang berhubungan dengan
pelaksanaan konstruksi bangunan atau pembuatan wujud fisik lainnya. a.
Pelaksanaan konstruksi bangunan meliputi keseluruhan atau sebagian rangkaian
kegiatan pelaksanaan
yang mencakup
pekerjaan arsitektural, sipil, mekanikal, elektrikal dan tata lingkungan, masing-
masing beserta kelengkapannya untuk mewujudkan suatu bangunan. b.
Pembuatan wujud fisik lainnya meliputi keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan pelaksanaan yang mencakup pekerjaan untuk
mewujudkan selain bangunan, antara lain namun tidak terbatas pada: 1
Konstruksi bangunan kapal, pesawat atau kendaraan tempur; 2
Pekerjaan yang berhubungan dengan persiapan lahan, penggalian danatau penataan lahan landscaping;
3 Perakitan atau instalasi komponen pabrikasi;
4 Penghancuran demolition dan pembersihan removal;
5 Reboisasi.
3. Jasa Konsultasi
Jasa konsultasi adalah jasa layanan professional yang membutuhkan keahlian tertentu diberbagai bidang keilmuan yang mengutamakan adanya
olah pikir brainware. Jasa konsultasi meliputi, namun tidak terbatas pada:
a. Jasa rekayasa engineering;
b. Jasa perencanaan planning, perancangan design, pengawasan
supervision untuk pekerjaan konstruksi;
c. Jasa perencanaan planning, perancangan design, pengawasan
supervision untuk pekerjaan selain konstruksi, seperti transportasi, pendidikan, kesehatan, kehutanan, perikanan, kelautan, lingkungan
hidup, kedirgantaraan,
pengembangan usaha,
perdagangan, pengembangan SDM, pariwisata, pos dan telekomunikasi, pertanian,
perindustrian, energi; d.
Jasa kehlian profesi, seperti jasa penasehatan, jasa penilaian, jasa pendampingan, bantuan teknis, konsultan manajemen, konsultan
hukum; e.
Pekerjaan survei yang membutuhkan telaah tenaga ahli. 4.
Jasa Lainnya Jasa lainnya adalah jasa yang membutuhkan kemampuan tertentu yang
mengutamakan ketrampilan skillware dalam suatu sistem tata kelola yang telah dikenal luas di dunia usaha untuk menyelesaikan suatu
pekerjaan atau segala pekerjaan danatau penyediaan jasa selain jasa konsultasi, jasa pelaksanaan konstruksi, dan pengadaan barang.
2.3.2 Prinsip Pengadaan Barang dan Jasa Pengadaan barangjasa sebagai pelaksanaan dari kekuasaan penggunaan
anggaran harus menghasilkan barangjasa yang dapat dipertanggung jawabkan kepada masyarakat dari segi administrasi, teknis maupun harga. Oleh karena itu
proses pengadaan barangjasa dilaksanakan dengan prinsip: 1.
Efisien, pengadaan harus menggunakan dana dan daya minimum untuk mencapai kualitas dan sasaran dalam waktu;
2. Efektif, pengadaan harus sesuai dengan kebutuhan dan sasaran;
3. Transparan, semua ketentuan dan informasi mengenai pengadaan bersifat
jelas dan dapat diketahui secara luas oleh penyedia barangjasa serta oleh masyarakat;
4. Terbuka, pengadaan dapat diikuti oleh semua penyedia barangjasa yang
memenuhi persyaratan dan kriteria berdasarkan prosedur;
5. Bersaing, persaingan yang sehat diantara sebanyak mungkin penyedia
barangjasa yang setara dan memenuhi persyaratan, sehingga dapat diperoleh barangjasa yang ditawarkan secara kompetitif dan tidak ada
intervensi yang mengganggu terciptanya mekanisme pasar dalam proses pengadaan;
6. Adiltidak diskriminatif, memberi perlakuan yang sama bagi semua calon
penyedia barangjasa dan tidak mengarah untuk keuntungan pihak tertentu; 7.
Akuntabel, pelaksanaan pengadaan harus sesuai dengan aturan dan ketentuan yang terkait dengan pengadaan barangjasa sehingga dapat
dipertanggung jawabkan. 2.3.3 Etika Pengadaan Barang dan Jasa
Dalam bukunya, Agus Kuncoro menjelaskan bahwa para pihak yang terkait dengan pelaksanaan proses pengadaan barangjasa harus mematuhi etika sebagai
berikut: 1.
Melaksanakan tugas secara tertib, disertai rasa tanggung jawab untuk mencapai sasaran, kelancaran dan ketepatan tercapainya tujuan pengadaan;
2. Bekerja secara professional dan mandiri, serta menjaga kerahasiaan
dokumen pengadaan yang menurut sifatnya harus dirahasiakan untuk mencegah terjadinya penyimpangan dalam pengadaan;
3. Tidak saling mempengaruhi baik langsung ataupun tidak langsung yang
berakibat terjadinya persaingan tidak sehat; 4.
Menerima dan bertanggung jawab atas segala keputusan yang ditetapkan sesuai dengan kesepakatan tertulis para pihak;
5. Menghindari dan mencegah terjadinya pertentangan kepentingan para
pihak terkait, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam proses pengadaan;
6. Menghindari dan mencegah terjadinya pemborosan dan kebocoran
keuangan negara dalam pengadaan;
7. Menghindari dan mencegah penyalah gunaan wewenang danatau kolusi
dengan tujuan keuntungan pribadi atau golongan atau pihak lain yang secara langsung atau tidak langsung merugikan negara;
8. Tidak menerima, tidak menawarkan atau tidak menjanjikan untuk member
atau menerima hadiah, imbalan, komisi, rabat dan berupa apa saja dari atau kepada siapapun yang diketahui atau patut diduga berkaitan dengan
pengadaan.
2.4 Sistem Pengadaan Secara Elektronik E-Procurement