Hubungan Stres dengan Penyakit

3 Penyesuaian Diri dengan Hilangnya Pasangan Hilangnya pasangan baik karena kematian maupun perceraian menimbulkan banyak masalah penyesuaian diri bagi pria dan wanita usia madya Hurlock, 1980:359. Wanita cenderung lebih sulit untuk melakukan penyesuaian diri ketika kehilangan pasangan. Dorongan seksual yang tidak terpenuhi dan masalah ekonomi yang tidak dapat terelakan karena mata pencaharian keluarga semakin mendorong perasaan frustasi pada wanita. 4 Penyesuaian Diri dengan Ambang Masa pensiun Pria dan wanita pada usia madya harus menyesuaikan diri dengan mas pensiun yang akan segera datang. Menurut Hurlock 1980:362 masalah penyesuaian yang paling serius dan paling umum dalam masa pensiun adalah yang berhubungan dengan anggota keluarga. Penyesuaian dalam mendekati masa pensiun akan lebih sulit bagi pria. Kesulitan tersebut akan bertambah jika perilaku keluarga tidak menyenangkan. 5 Penyesuaian Diri dengan Ambang Usia Lanjut Baik pria maupun wanita pada usia madya cenderung merasa ketakutan dengan usia lanjut sehingga mengakibatkan munculnya perasaan tidak tenang. Tidak memadainya persiapan diri untuk melakukan penyesuaian semasa usia lanjut nantinya menyebabkan banyak dari pria dan wanita usia madya yang menghadapi usia tua sebagai salah satu periode hidup yang mengecewakan. Perlu diingat bahwa perubahan hidup dapat menjadi sumber stres apabila perubahan hidup tersebut menuntut seseorang untuk menyesuaikan diri Nevid et al., 2003. Jadi secara langsung tugas-tugas perkembangan pra lansia yang menuntut untuk dilakukannya beberapa penyesuaian, dapat digolongkan sebagai stresor yang menyebabkan stres pada pra lansia.

2.4 Hubungan Stres dengan Penyakit

Menurut Nevid et al. 2003 selain menurunkan kemampuan seseorang untuk menyesuaikan diri sumber-sumber psikologis dari stres juga mempengaruhi tingkat kesehatan seseorang. Terjadi peningkatan risiko untuk terkena penyakit fisik mulai dari gangguan pencernaan hingga penyakit jantung pada seseorang yang mengalami stres Cohen et al., 1985 dalam Nevid et al., 2003. Terdapat beberapa teori yang mengkaitkan stres dengan penyakit. 2.4.1 Teori Biologis Respon biologi merupakan bagian dari respon yang sehat dan rutin terhadap stres Nevid et al., 2005:284. Respon biologis terhadap stres yang diaktifkan terus menerus atau proses counter regulatory yang tidak mengembalikan sistem tubuh ke kondisi sebelum stres dalam waktu yang cepat mengakibatkan terjadinya kerusakan fisiologis. Gangguan psikofisiologis pada kelemahan organ-organ tertentu, aktivitas sistem-sistem organ tertentu yang berlebihan ketika merespon stres, serta efek pemaparan pada hormon-hormon stres atau perubahan sistem imun akibat stres diatribusikan beberapa pendekatan biologis Nevid et al.,2005:284. a. Teori Kelemahan Somatik Somatic Weakness Theory Faktor-faktor genetik, penyakit yang pernah diderita sebelumnya, diet dan sejenisnya merupakan penyebab sistem organ tertentu melemah dan tidak memiliki daya tahan terhadap stres. Kelemahan yang terjadi pada organ tubuh tertentu menghubungkan antara stres dengan gangguan psikofisiologis Nevid et al. , 2005: 284. b. Teori Reaksi Spesifik Spesific Reaction Theory Respon otonomik terhadap stres bersifat individual pada setiap orang. Berdasarkan teori ini, respon indvidu terhadap stres memiliki ciri khas masing- masing. Menurut Nevid et al. 2005:285 sistem tubuh yang paling responsif berpeluang lebih besar untuk mengalami gangguan psikofisiologis. c. Allostasis and Allostatic Load Theories Menurut Nevid et al., 2005 allostatic load adalah keharusan tubuh untuk terus menerus beradaptasi. Teori ini menekankan bahwa tubuh akan menanggung akibat apabila harus terus menerus beradaptasi dengan stres. Katekolamin seperti epinefrin dilepaskan dari saraf dan medulla adrenalin pada saat kondisi stres, sehingga memicu kortikotropin dari pituitari untuk melepaskan kortisol dari korteks kelenjar adrenalin Nevid et al.,2005:285. Kematian sel-sel dalam hipoccampus merupakan efek langsung pada otak akibat level kortisol yang tinggi, sedangkan pada jangka panjang dapat mengakibatkan seseorang menjadi mudah terkena efek stres. Individu memiliki cara yang berbeda-beda dalam menunjukkan beban alostatik McEwen Seeman, 1998 dalam Nevid et al., 2005:285. 2.4.2 Teori Psikologis Teori psikologis yang mengkaitkan stres dengan penyakit antara lain sebagai berikut: a. Teori Psikoanalisis Konflik-konflik tertentu dan kondisi emosional negatif merupakan pemicu terjadinya gangguan psikofisiologis. Menurut Alexander 1950 dalam Nevid et al. 2005:288 kondisi emosinal yan tidak disadari dan spesifik terhadap suatu gangguan mengakibatkan gangguan psikofisiologis. b. Faktor-Faktor Kognitif dan Behavioral Menurt Nevid et al. 2005:288 emosi-emosi negatif seperti kekecewaan, penyesalan, dan kekhawatiran mengakibtakan sistem biologis tubuh menjadi tegang dan tubuh selalu dalam kondisi darurat. Level kognisi pada seseorang yang muncul melalui proses evolusi berpotensi menciptakan pikiran negatif dan menimbulkan perubahan fisik yang tidak diinginkan menjadi lebih lama.

2.5 Hubungan Stres dengan Demensia