Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

4 1. Israel tidak boleh melakukan tindakan yang mengurangi kepercayaan seperti deportasi, menyerang sipil, menyita atau membongkar rumah dan properti masyarakat Palestina sebagai tindakan hukuman untuk memfasilitasi pembangunan Israel; Israel juga tidak boleh menghancurkan institusi dan infrastruktur Palestina; Israel harus menaati kesepakatan the Tenet Work Plan. 2. Untuk menunjukkan keamanan yang komprehensif ke depan, pasukan Israel harus meninggalkan area pendudukan sejak 28 September 2000 dan Israel-Palestina harus mengembalikan status quo sebelum 28 September 2000. Pasukan keamanan Palestina harus pindah ke tempat yang sudah ditinggalkan pasukan Israel. Pemimpin USSC diutus langsung oleh kementerian luar negeri Amerika Serikat state.gov. USSC dipimpin langsung oleh Letnan Jendral Kipward pada Maret 2005 hingga Desember 2005. Lalu Letnan Jendral Keith Dayton menggantikan Kipward pada 2005-2010. Pada 2010, Moeller memimpin USSC dan digantikan Paul Bushong pada 2012 Maannews.net. Sasaran USSC adalah mereformasi dan merestrukturisasi Palestinian Authority Security Force , melatih personil polisi, dan meningkatkan akuntabilitas dan transparansi aparat. Selain itu, USSC hadir untuk menjaga rakyat Palestina dari konflik internal, membangun pertahanan untuk menjaga rakyatnya, dan upaya persiapan membangun sebuah negara Bedein, 2009: 4. Hal tersebut senada dengan pernyataan Keith Dayton, Letnan Jendral USSC yang menjabat pada tahun 2005 Washington Institute, 2009: 8 bahwa USSC ditujukan untuk membangun negara Palestina yang mampu menyediakan 5 keselamatan dan keamanan untuk rakyat Palestina. Pasukan keamanan internal yang dididik melalui USSC bertanggungjawab untuk menegakkan hukum dan aturan, menghargai HAM, dan bukan untuk melawan Israel. USSC memiliki misi yang terdiri dari tiga poin, diantaranya memfasilitasi kerjasama Palestina dan Israel dan memastikan kapabilitas Palestinian Authority Security Force PASF tidak mengancam Israel; memimpin dan mengkoordinasikan bantuan internasional untuk PASF dari Amerika Serikat dan donor internasional; membantu Palestinian Authority PA untuk memperbaiki dan memprofesionalkan keamanan dengan melatih dan melengkapi PASF untuk Palestinian Obligations dalam Roadmap Obligations Government Accountability Office , 2010: 11. Untuk menjalankan misi USSC, lembaga yang bermarkas di Jerusalem ini juga mendapatkan bantuan keamanan dari beberapa negara, yakni, Yordania dan Uni Eropa. Bantuan yang diberikan Yordania berupa fasilitas pelatihan pasukan Palestina yang dilakukan di Jordania Public Security Directorate JSPD Government Accountability Office, 2010: 3. Bantuan lain untuk USSC dikutip dalam Bedein 2009: 5 berasal dari Uni Eropa melalui European Union Police Coordinating Office for Palestinian Police Support EUPOL COPPS yang berkontribusi dalam sektor pelatihan pasukan keamanan internal Palestina. Amerika Serikat sendiri mengalokasikan dana sekitar 392 juta dolar untuk melatih dan mengembangkan Palestinian Authority Security Forces untuk tahun 2007 hingga 2010. Walaupun begitu, Amerika Serikat tetap memastikan bahwa bantuan keamanan yang disediakannya tidak digunakan oleh individu atau kelompok yang terlibat dengan aktivitas teroris Holland, 2010: 3. 6 Kebijakan luar negeri Amerika Serikat melalui USSC merupakan pembahasan yang menarik untuk diteliti karena bantuan keamanan Amerika Serikat untuk Palestina diberikan berdasarkan kepentingan nasional Amerika Serikat. Penelitian ini bertujuan untuk memahami apa kepentingan nasional Amerika Serikat melalui kebijakan luar negerinya dengan mendirikan USSC. Untuk itu, penelitian ini mengambil judul: Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat Melalui United States Security Coordinator USSC Terhadap Palestina pada Tahun 2005-2012.

B. Pertanyaan Penelitian

Adapun pertanyaan yang muncul pada penelitian ini yaitu

1. Bagaimana efektivitas kebijakan luar negeri Amerika Serikat

melalui United States Security Coordinator USSC?

C. Kerangka Pemikiran

Untuk menganalisa serta menjawab pertanyaan penelitian atas masalah kebijakan luar negeri Amerika Serikat melalui USSC terhadap Palestina tahun 2005-2012, penelitian ini menggunakan perspektif realisme, teori kebijakan luar negeri, konsep kepentingan nasional, dan konsep bantuan luar negeri. Perspektif dan konsep digunakan untuk lebih memahami fenomena dan data-data yang ada. Teori merupakan rangkaian konsep yang saling berhubungan dan digunakan untuk menjelaskan fenomena tertentu. Lalu konsep merupakan sebuah kata yang melambangkan gagasan Mas’oed, 1990. 7

1. Perspektif Realisme

Asumsi realisme menurut Carr dikutip dalam Burchill dan Linklater 2009: 97 meyakini bahwa tatanan internasional dibentuk oleh realitas kekuatan global. Aktor kekuatan yang berdaulat untuk mengejar kepentingan internasionalnya adalah negara. Sehingga, tidak ada kedaulatan di atas negara yang dapat memaksakan hukumnya pada suatu negara. Kondisi ini menjadikan tatanan internasional bersifat anarki, sehingga muncul kompetisi antarnegara Steans dan Pettiford, 2009: 46. Menurut Jackson dan Sorensen 2005: 89, agar dapat berkompetisi dalam tatanan internasional yang anarki, negara membutuhkan dominasi dan keamanan nasional. Lebih lanjut, Steans dan Pettiford 2009: 58-59 menjelaskan argumen- argumen pokok realisme yakni pertama, pada hakikatnya negara, layaknya manusia adalah makhluk yang bertingkah-laku mementingkan diri sendiri. Kedua, negara adalah aktor utama dalam hubungan internasional dan kebijakan luar negerinya dimotivasi oleh kepentingan nasionalnya. Ketiga, kekuasaan menjadi kunci untuk memahami tingkah laku internasional dan negara. Keempat, hubungan internasional merupakan ranah yang penuh dengan konflik karena adanya benturan-benturan kepentingan antar negara.

2. Teori Kebijakan Luar Negeri

Kebijakan luar negeri menurut Holsti 1992: 82 berupa seperangkat ide atau tindakan yang dibuat oleh pembuat kebijakan untuk memecahkan masalah atau mendorong beberapa perubahan dalam kebijakan, tingkah laku atau tindakan dari negara lain, aktor-aktor non negara, atau ekonomi internasional. Selanjutnya, Pratt 1955: 1 menjelaskan bahwa kebijakan luar negeri adalah tentang pilihan, 8 tujuan, dan nilai yang diinginkan masyarakat dan perlindungan yang ingin dilakukan dari ancaman. Selanjutnya, Holsti 1992: 271-285 menjelaskan bahwa kebijakan luar negeri dipengaruhi dua faktor, yaitu internal dan eksternal. Faktor internal terdiri dari kondisi sosio-ekonomi, karakteristik geografi dan topografi, atribut nasional, struktur dan filosofi pemerintah, opini publik, dan birokrasi. Sedangkan faktor eksternal terdiri dari struktur sistem internasional, struktur perekonomian dunia, tujuan dan tindakan aktor lain, masalah regional dan global serta hukum internasional dan opini dunia. Pratt 1965: 3 membahas lebih spesifik mengenai sasaran kebijakan luar negeri Amerika Serikat. Pertama, keamanan perbatasan nasional yang independen; kedua, memperluas perbatasan untuk kepentingan keamanan, navigasi, perdagangan, ruang untuk tumbuhnya populasi, dan menyebarkan demokrasi; ketiga, mempromosikan dan melindungi hak dan kepentingan warga Amerika dalam perdagangan, investasi di luar negeri, dalam keadaan damai, dan perang; keempat, memelihara netralitas dan perdamaian; kelima, menjaga balance of power .

3. Konsep Kepentingan Nasional

Penelitian ini akan menjabarkan mengenai konsep kepentingan nasional dan kebijakan luar negeri. Terdapat beberapa pendapat mengenai konsep kepentingan nasional. Menurut Morgenthau yang dikutip dalam Mas’oed 1990: 162-163, kepentingan nasional merupakan upaya negara untuk membentuk dan mempertahankan kekuasaan serta mengendalikan negara lain melalui paksaan atau kerjasama. Untuk mempertahankan kekuasaan, kepentingan nasional sebuah 9 negara tidak didasarkan pada alasan yang utopis seperti moral, legal, dan ideologis. Selain itu, menurut Holsti 1987: 176, kepentingan nasional merupakan tujuan nasional suatu bangsa yang akan diraih dalam jangka waktu tertentu. Tujuan nasional suatu bangsa menurut Prakash Chandra 1979: 81-82 didasarkan pada lima faktor, diantaranya mempertahankan kedaulatan negara, mewujudkan kepentingan ekonomi, melindungi prestise nasional dan membangun kekuatan nasional, memelihara keamanan nasional, serta mewujudkan tatanan dunia. Morgenthau 1907: 132-133 menjelaskan bahwa melalui kepentingan nasional timbul kewajiban negara untuk melindungi negaranya secara fisik, politik, dan budaya. Melindungi negara secara fisik meliputi perlindungan terhadap integritas teritorial dan kedaulatan negara. Perlindungan politik yaitu memelihara eksistensi sistem politik yang berlangsung. Terakhir, melindungi budaya dengan cara mempertahankan etnis, agama, bahasa, nilai sejarah, dan tradisi negara. Lebih lanjut, Mas’oed 1990: 173-174 membagi kepentingan nasional dalam beberapa kategori. Diantaranya konsep kepentingan nasional aspirasional, operasional, dan eksplanatori dan polemik. Pada tingkat aspirasional, kepentingan nasional masih berupa tujuan ideal yang ingin dicapai sebuah negara. Sehingga kebijaksanaan belum dilaksanakan. Lalu pada tingkat operasional, kepentingan nasional mengacu pada kebijaksanaan yang sedang dan telah dilaksanakan. Ketiga, tingkat eksplanatori dan polemik digunakan untuk menjelaskan, mengevaluasi, dan merasionalisasi serta mengkritik politik luar negeri. Konsep ini