Prevalensi Penderita Hepatitis B Serta Faktor Risiko Terjadinya Hepatitis B di Hospital Universiti Sains Malaysia Tahun 2008-2009

(1)

PREVALENSI PENDERITA HEPATITIS B

SERTA FAKTOR RISIKO TERJADINYA HEPATITIS B

DI HOSPITAL UNIVERSITI SAINS MALAYSIA

TAHUN 2008-2009

Oleh :

MOHAMAD MASYKURIN BIN MAFAUZY

070100416


(2)

PREVALENSI PENDERITA HEPATITIS B

SERTA FAKTOR RISIKO TERJADINYA HEPATITIS B

DI HOSPITAL UNIVERSITI SAINS MALAYSIA

TAHUN 2008-2009

KARYA TULIS ILMIAH

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh :

MOHAMAD MASYKURIN BIN MAFAUZY

070100416

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Prevalensi Penderita Hepatitis B Serta Faktor Risiko Terjadinya Hepatitis B di Hospital Universiti Sains Malaysia Tahun 2008-2009

Nama : Mohamad Masykurin Bin Mafauzy NIM : 070100416

Pembimbing Penguji I

(dr. Tetty Aman Nasution, M.Med.Sc.) NIP : 197001091997022001 NIP : 197008191999032001

Penguji II

(dr. Rina Amelia, M.A.R.S.) NIP : 197604202003122002

Medan, 24 November 2010 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara


(4)

ABSTRAK

Hepatitis B adalah merupakan penyakit hati yang disebabkan oleh infeksi virus Hepatitis B (HBV). Infeksi dari HBV dapat menyebabkan peradangan hati akut atau kronis yang dapat berlanjut menjadi sirosis hati atau kanker hati. Hepatitis B telah menyebabkan hampir 600 000 orang mengalami kecacatan dan sekitar 31 000 kematian setiap tahun di Asia tenggara. Hepatitis B tersebar melalui sumber penularan secara vertikal maupun horizontal. Penularan secara vertikal terjadi dari ibu yang mengidap Hepatitis B kepada yaitu pada saat persalinan atau segera setelah persalinan. Secara horizontal, dapat terjadi akibat penggunaan alat suntik yang terkontaminasi, tindik telinga, tusuk jarum, transfusi darah, perkongsian pisau cukur dan sikat gigi serta melakukan hubungan seksual dengan penderita Hepatitis B.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi Hepatitis B dan faktor risiko terjadinya Hepatitis B di Hospital Universiti Sains Malaysia.

Penelitian ini dilakukan dengan menelusuri rekam medis pasien yang mencakup bilangan penderita yang didiagnosis menderita Hepatitis B dan faktor risiko terjadinya Hepatitis B pada tahun 2008 hingga 2009.

Hasil menunjukkan prevalensi Hepatitis B pada tahun 2008 adalah 6,0% manakala pada tahun 2009 adalah 4,6%. Faktor risiko terjadinya Hepatitis B tertinggi pada tahun 2008 dan 2009 adalah disebabkan penggunaan jarum suntik yang terkontaminasi yaitu 13,9% dan 14,0% manakala paling rendah adalah disebabkan terkena tusukan jarum yaitu 2,6% dan 1,2%.

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa prevalensi Hepatitis B di Hospital Universiti Sains Malaysia mengalami penurunan dari tahun 2008 hingga 2009. Faktor risiko tertinggi terjadinya Hepatitis B adalah disebabkan dari penggunaan jarum suntik yang terkontaminasi.


(5)

ABSTRACT

Hepatitis B is a liver disease caused by infection with Hepatitis B Virus (HBV). Infection from HBV can cause acute or chronic liver inflammation that can progress to cirrhosis or liver cancer. Hepatitis B has caused nearly 600 000 people experiencing disability and around 31 000 deaths each year in Southeast Asia. Hepatitis B is spread through the transmission source vertically or horizontally. Vertical transmission occurs from mothers who suffered from Hepatitis B to babies who are born during delivery or shortly after childbirth. Horizontally, can occur due to the use of contaminated syringes, ear piercing, blood transfusion, sharing razors and toothbrushes as well as having sexual relations with people with Hepatitis B.

The purpose of this study was to determine the prevalence of Hepatitis B and Hepatitis B risk factors in Hospital Universiti Sains Malaysia.

This research was conducted by searching the medical records of patients that includes the number of patients diagnosed with Hepatitis B and Hepatitis B risk factors in 2008 and 2009.

Results showed the prevalence of Hepatitis B in 2008 was 6.0% while in the 2009 was 4.6%. The highest risk factors of Hepatitis B in 2008 and 2009 was due to the use of contaminated needles 13.9% and 14.0% respectively while the lowest is due to exposed to puncture needle 2.6% and 1.2% respectively.

From this research we can conclude that the prevalence of Hepatitis B in Hospital Universiti Sains Malaysia has decreased from 2008 to 2009. The highest risk factors of Hepatitis B is caused from the use of contaminated needles.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang atas segala rahmat dan kurniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul, “Prevalensi Penderita Hepatitis B Serta Faktor Risiko Terjadinya Hepatitis B di Hospital Universiti Sains Malaysia Tahun 2008-2009. Karya Tulis Ilmiah ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini tidak terlepas dari keterbatasan penulis karena itu penulis tetap mengharapkan saran dan kritik yang membangun yang dapat menyempurnakan Karya Tulis Ilmiah ini.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yaitu dr. Tetty Aman Nasution yang telah membimbing penulis dalam menyiapkan Karya Tulis Ilmiah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dosen-dosen Ilmu Kesehatan Komunitas yang sudah membimbing penulis selama perkuliahan, serta keluarga dan teman-teman yang telah membantu dan mendukung penulis dalam menyiapkan Karya Tulis Ilmiah ini.

Demikian Karya Tulis Ilmiah ini disampaikan, semoga dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Desember 2010


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN .……...………...….. i

ABSTRAK... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR GAMBAR... viii

DAFTAR LAMPIRAN... ix

BAB 1 PENDAHULUAN ..……...………...…………...………. 1

1.1.Latar Belakang ………...………...… 1

1.2.Rumusan Masalah ………...……….. 3

1.3.Tujuan Penelitian ………...……..………... 3

1.4.Manfaat Penelitian ………...………..………. 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA …...……….…...……... 5

2.1. Hati ... 5

2.2. Hepatitis ... 6

2.3. Hepatitis B ... 6

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL ……... 15

3.1. Kerangka Konsep Penelitian ………..…...………..…... 15

3.2. Defenisi Operasional …………...………...………. 15

3.3. Cara Ukur ………. 16

3.4. Alat Ukur ………... 16

3.5. Hasil Ukur ………. 16

3.6. Skala Pengukuran ………..… 16

BAB 4 METODE PENELITIAN ………...……...…………...…... 17


(8)

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 19

5.1. Hasil Penelitian... 19

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian... 19

5.1.2. Karakteristik Individu... 19

5.2. Hasil Analisis Data... 20

5.2.1. Angka kejadian Hepatitis B... 20

5.2.2. Faktor Risiko Terjadinya Hepatitis B... 21

5.3. Pembahasan... 22

5.3.1 Angka Kejadian Hepatitis B... 22

5.3.2 Faktor risiko terjadinya Hepatitis B... 24

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan... 26

6.2. Saran... 26

DAFTAR PUSTAKA ………..……….……... 28 LAMPIRAN


(9)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Interpretasi hasil tes darah Hepatitis B (serologis) 12

5.1 Hasil Pemeriksaan Darah Terhadap Hepatitis B 20

Tahun 2008

5.2 Hasil Pemeriksaan Darah Terhadap Hepatitis B 20

Tahun 2009

5.3 Faktor Risiko Terjadinya Hepatitis B Tahun 2008 21


(10)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Paparan distribusi dari infeksi HBV kronis


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

- Lampiran I Daftar Riwayat Hidup


(12)

ABSTRAK

Hepatitis B adalah merupakan penyakit hati yang disebabkan oleh infeksi virus Hepatitis B (HBV). Infeksi dari HBV dapat menyebabkan peradangan hati akut atau kronis yang dapat berlanjut menjadi sirosis hati atau kanker hati. Hepatitis B telah menyebabkan hampir 600 000 orang mengalami kecacatan dan sekitar 31 000 kematian setiap tahun di Asia tenggara. Hepatitis B tersebar melalui sumber penularan secara vertikal maupun horizontal. Penularan secara vertikal terjadi dari ibu yang mengidap Hepatitis B kepada yaitu pada saat persalinan atau segera setelah persalinan. Secara horizontal, dapat terjadi akibat penggunaan alat suntik yang terkontaminasi, tindik telinga, tusuk jarum, transfusi darah, perkongsian pisau cukur dan sikat gigi serta melakukan hubungan seksual dengan penderita Hepatitis B.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi Hepatitis B dan faktor risiko terjadinya Hepatitis B di Hospital Universiti Sains Malaysia.

Penelitian ini dilakukan dengan menelusuri rekam medis pasien yang mencakup bilangan penderita yang didiagnosis menderita Hepatitis B dan faktor risiko terjadinya Hepatitis B pada tahun 2008 hingga 2009.

Hasil menunjukkan prevalensi Hepatitis B pada tahun 2008 adalah 6,0% manakala pada tahun 2009 adalah 4,6%. Faktor risiko terjadinya Hepatitis B tertinggi pada tahun 2008 dan 2009 adalah disebabkan penggunaan jarum suntik yang terkontaminasi yaitu 13,9% dan 14,0% manakala paling rendah adalah disebabkan terkena tusukan jarum yaitu 2,6% dan 1,2%.

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa prevalensi Hepatitis B di Hospital Universiti Sains Malaysia mengalami penurunan dari tahun 2008 hingga 2009. Faktor risiko tertinggi terjadinya Hepatitis B adalah disebabkan dari penggunaan jarum suntik yang terkontaminasi.


(13)

ABSTRACT

Hepatitis B is a liver disease caused by infection with Hepatitis B Virus (HBV). Infection from HBV can cause acute or chronic liver inflammation that can progress to cirrhosis or liver cancer. Hepatitis B has caused nearly 600 000 people experiencing disability and around 31 000 deaths each year in Southeast Asia. Hepatitis B is spread through the transmission source vertically or horizontally. Vertical transmission occurs from mothers who suffered from Hepatitis B to babies who are born during delivery or shortly after childbirth. Horizontally, can occur due to the use of contaminated syringes, ear piercing, blood transfusion, sharing razors and toothbrushes as well as having sexual relations with people with Hepatitis B.

The purpose of this study was to determine the prevalence of Hepatitis B and Hepatitis B risk factors in Hospital Universiti Sains Malaysia.

This research was conducted by searching the medical records of patients that includes the number of patients diagnosed with Hepatitis B and Hepatitis B risk factors in 2008 and 2009.

Results showed the prevalence of Hepatitis B in 2008 was 6.0% while in the 2009 was 4.6%. The highest risk factors of Hepatitis B in 2008 and 2009 was due to the use of contaminated needles 13.9% and 14.0% respectively while the lowest is due to exposed to puncture needle 2.6% and 1.2% respectively.

From this research we can conclude that the prevalence of Hepatitis B in Hospital Universiti Sains Malaysia has decreased from 2008 to 2009. The highest risk factors of Hepatitis B is caused from the use of contaminated needles.


(14)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Hepatitis B diakui sebagai masalah kesehatan masyarakat yang utama di kebanyakan negara di dunia terutama di negara-negara berkembang di Asia Timur, Asia Tenggara, Afrika dan Pasifik (Lopez CG, 1985). Menurut Laporan Kesehatan Dunia tahun 2000, diperkirakan bahwa infeksi HBV telah menyebabkan hampir 600 000 orang mengalami kecacatan dalam kehidupan dan sekitar 31 000 kematian setiap tahun di Asia Tenggara (Tandon BN, 1996).

Hepatitis B menjadi perhatian umum disebabkan penyakit ini boleh menyebabkan infeksi yang kronis, sirosis hati dan hepatocellular karsinoma (Lee, 1997). Infeksi HBV dilaporkan menyebabkan 70% kasus Hepatitis kronis dan

80% dari kasus sirosis hati (Dhir V et al., 1997). Menurut fakta dari World Health

Organization (WHO) tahun 2000, dari 2 milyar penduduk yang telah terinfeksi HBV, lebih dari 350 juta menderita infeksi kronis. Penderita yang menderita infeksi kronis ini berisiko tinggi terhadap kematian akibat dari sirosis hati dan kanker hati, penyakit yang membunuh sekitar 1 juta orang setiap tahun (WHO, 2000).

Diperkirakan 400 juta orang di seluruh dunia adalah merupakan pembawa HBV (Lee, 1997). Di daerah hiperendemik yang meliputi kebanyakan negara di Asia dan Afrika, antigen permukaan Hepatitis B (HBsAg) bervariasi sekitar 8%-20%. Sebaliknya, jumlah pembawa HBsAg di sebagian besar Amerika Utara, Australia dan Eropa rendah yaitu sekitar 0,1%-0,5% (Lopez CG, 1978).


(15)

Prevalensi HBV sangat bervariasi di berbagai bagian dunia, dengan kejadian yang jauh lebih tinggi di bagian Timur daripada di bagian Barat dunia (WHO, 2001). Daerah prevalensi tertinggi telah tercatat di Asia Tenggara, China dan Afrika (Lee, 1997). Sekitar 100 juta pembawa yang merupakan 75% dari pembawa HBV di dunia tinggal di Asia dan berasal dari China (Tandon, 1997).

Berbagai faktor risiko yang menyebabkan terjadinya Hepatitis B. Di Indonesia, faktor risiko penularan dari 32 orang anti-HBs positif terbanyak melalui pencabutan gigi yaitu sebanyak 29 orang (90,6%) diikuti dengan pernah tertusuk jarum tidak steril sebanyak 18 orang (56,2%). Hanya 3 (9,3%) dari 32 orang pernah menderita Hepatitis B sebelumnya. Pada 1 orang dengan HBsAg positif, faktor risiko penularan melalui tertusuk jarum tidak steril, pengobatan akupuntur, cabut gigi, dan ada anggota keluarga serumah yang pernah menderita Hepatitis B. Faktor risiko penularan terbanyak pada tenaga kesehatan di Pekanbaru adalah melalui cabut gigi dan tertusuk jarum bekas atau jarum tidak steril (Rina et al., 2009).

Di Malaysia, jumlah pembawa HBsAg dilaporkan bervariasi dari 1%-10% (Lopez CG, 1985). Tingkat kejadian yang berbeda juga dilaporkan daripada 5% di Malaysia Barat hingga 13% di Sabah dan Sarawak (P. K. Das, 1991). Di Malaysia, satu tes telah dilakukan pada 17 048 relawan yang sehat dan hasilnya

menunjukkan 5,24% adalah seropositif HBsAg (Merican et al., 2000).Tingkat

kejadian HBV di Malaysia adalah 12,19 per 100.000 penduduk pada tahun 2001 (Kementerian Kesehatan Malaysia, 2001). Diperkirakan hampir 2,4 juta penduduk Malaysia adalah pembawa HBV dan selanjutnya merupakan sumber penularan utama kepada komunitas di sekitarnya (Malaysian Liver Foundation, 2005).


(16)

1.2.1. Rumusan Masalah

Adapun masalah yang dirumuskan adalah sebagai berikut :

1. Berapakah prevalensi penderita Hepatitis B di Hospital Universiti Sains Malaysia pada 1 Januari 2008 - 31 Desember 2009 ?

2. Apakah faktor risiko terjadinya Hepatitis B di Hospital Universiti Sains Malaysia ?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui prevalensi Hepatitis B dan faktor risiko terjadinya Hepatitis B di Hospital Universiti Sains Malaysia pada 1 Januari 2008 - 31 Desember 2009

1.3.2. Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui jumlah pasien yang positif menderita Hepatitis

B di Hospital Universiti Sains Malaysia


(17)

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk :

1. Sebagai informasi kepada petugas di Hospital Universiti Sains

Malaysia, Kelantan tentang jumlah kasus Hepatitis B yang dijumpai di hospital berkenaan.

2. Sebagai informasi kepada peneliti dan orang awam mengenai

faktor risiko terjadinya Hepatitis B.

3. Menerapkan dan mengembangkan ilmu yang telah didapatkan


(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hati

Hati adalah organ intestinal terbesar dengan berat rata-rata 1500 gram pada badan orang dewasa dan merupakan pusat metabolisme tubuh dengan fungsi sangat kompleks yang menempati sebagian besar kuadran kanan atas abdomen. Batas atas hati berada sejajar dengan ruangan interkostal V kanan dan batas bawah menyerong ke atas dari iga IX kanan ke iga VIII kiri. Permukaan posterior hati berbentuk cekung dan terdapat celah transversal sepanjang 5 cm dari sistem porta hepatis. Omentum minor terdapat mulai dari sistem porta yang mengandung arteri hepatica, vena porta dan duktus koledokus.

Sistem porta terletak didepan vena kava dan dibalik kandung empedu. Permukaan anterior yang cembung dibagi menjadi 2 lobus oleh adanya perlekatan ligamentum falsiform yaitu lobus kiri dan lobus kanan yang berukuran kira-kira 2 kali lobus kiri. Hati terbagi 8 segmen dengan fungsi yang berbeda (Keith L.

Moore et al., 1999)

Hati adalah organ vital yang memiliki banyak fungsi. Ini termasuk berperan dalam sistem kekebalan tubuh, produksi faktor-faktor pembekuan darah, produksi tubuh, tempat metabolisme obat-obatan serta tempat untuk mengeliminasi zat-zat beracun.


(19)

2.2. Hepatitis

Hepatitis berarti peradangan pada hati yang disebabkan oleh sekelompok virus yang mempengaruhi hati, kelainan pada sistem imun tubuh, alkohol,

obat-obatan tertentu dan juga zat-zat yang bersifat racun (Mohamad El Mortada et al.,

2010). Jenis Hepatitis yang paling umum adalah Hepatitis A, Hepatitis B, dan Hepatitis C. Hepatitis yang disebabkan oleh virus adalah penyebab utama kejadian kanker hati dan alasan yang paling umum untuk transplantasi hati (CDC, 2009).

2.3. Hepatitis B

Hepatitis B adalah suatu penyakit B virus (HBV). Hepatitis B dapat menyebabkan peradangan hati akut atau kronis yang pada sebagian kecil kasus dapat berlanjut menjadi sirosis hati atau


(20)

HBV adalah merupakan etiologi bagi kedua-dua Hepatitis B akut dan kronis. HBV pertama kali dijumpai pada tahun 1965 oleh Blumberg dan awalnya disebut

sebagai “Australia antigen” (Blumberg et al., 1965). Baru kemudian antigen ini

dikenal sebagai antigen permukaan Virus Hepatitis B atau HBsAg. Pada tahun 1970, Dane berhasil mengisolasi suatu partikel lengkap dan melihat dengan

mikroskop elektron lalu kemudian dikenal sebagai partikel Dane (Dane et al.,

1970).

HBV termasuk dalam genus Orthohepadnavirus dari keluarga

Hepadnaviridae, yang terkait dengan urutan besar virus Retroid (Kann et al.,

1998). HBV tergolong dalam kelompok virus DNA, yang berarti bahwa bahan terutama di dalam hati namun juga dijumpai di dalam darah dan cairan tubuh tertentu. HBV terdiri dari partikel inti (bagian tengah) dan dikelilingi oleh sebuah amplop (mantel luar). Inti terdiri dari DNA dan inti berisi antigen permukaan (HBsAg). Antigen ini hadir dalam darah dan merupakan tanda-tanda yang digunakan dalam diagnosis dan evaluasi pasien yang diduga

infeksi HBV (Mohamad El Mortada et al., 2010). Masa inkubasi virus ini adalah

rata-rata 90 hari, tetapi dapat bervariasi dari 30 sampai 180 hari. HBV dapat dideteksi 30-60 hari setelah infeksi dan dapat menetap untuk beberapa tahun (WHO, 2008).

HBV bereplikasi di dalam sel hati, tetapi virus itu sendiri bukan penyebab langsung kerusakan pada hati. Sebaliknya, kehadiran virus tersebut memicu infeksi. Respon kekebalan ini menyebabkan peradangan dan dapat merusak fungsi hati. Oleh karena itu, ada keseimbangan antara perlindungan dan efek merusak


(21)

Infeksi HBV kebanyakannya diperoleh pada usia dini di negara-negara berkembang. Namun, HBV juga dapat menular secara hubungan seksual baik hubungan heteroseksual maupun homoseksual dan merupakan penyebab utama

penularan pada orang dewasa (Kane M et al., 1993). Hepatitis B menyebar

terutama secara parenteral yaitu melalui kontak sesama manusia dan saat kelahiran. Individu yang berisiko tinggi adalah pengguna narkoba, anak-anak dari

ibu yang menderita Hepatitis B dan pasien hemodialisis (Margolis HS et al.,

1991).

Hepatitis B tersebar terutama oleh pajanan terhadap darah yang terinfeksi atau cairan tubuh. Pada individu yang terinfeksi, virus dapat ditemukan dalam darah, melalui makanan, air, atau kontak biasa. Penderita Hepatitis B bisa terjadi pada setiap orang dari semua golongan umur. Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan HBV ini menular. Secara vertikal, cara penularan terjadi dari ibu yang mengidap Hepatitis B kepada atau segera setelah persalinan. Secara horizontal, dapat terjadi akibat penggunaan alat suntik yang terkontaminasi, tindik telinga, tusuk jarum, transfusi darah, penggunaan pisau cukur dan sikat gigi secara bersama-sama serta hubungan seksual dengan penderita. Sebagai antisipasi, biasanya darah-darah yang diterima dari pendonor akan di tes terlebih dulu apakah darah yang diterima reaktif terhadap Hepatitis B perlu ditakuti. Dari hasil pemeriksaan ada riwayat pernah terkena dan sekarang sudah kebal, atau bahkan virusnya sudah tidak ada. Bagi pasangan yang hendak menikah, tidak ada salahnya untuk memeriksakan pasangannya untuk mencegah penularan penyakit ini (Mohamad El


(22)

suntik, berhubungan kelamin dengan seorang yang terinfeksi tanpa menggunakan kondom dan penularan kepada bayi pada saat lahir dari ibu yang terinfeksi.

Kelompok orang yang menghadapi risiko infeksi termasuk pasangan seks orang yang terinfeksi, pengguna narkoba suntik, bayi yang dilahirkan oleh wanita yang terinfeksi, orang yang mempunyai banyak pasangan seks, pria yang berhubungan kelamin dengan pria, pasien hemodialisis, petugas kesehatan dan anak yang dilahirkan di negara dengan angka tinggi infeksi hepatitis B (NSW Health, 2007)

Hepatitis B diklasifikasikan sebagai Hepatitis B akut dan Hepatitis B kronis. Hepatitis B akut adalah penyakit periode yang terjadi selama empat bulan setelah memperoleh virus. Hanya 30% sampai 50% dari orang dewasa menunjukkan gejala signifikan selama infeksi akut. Gejala-gejala awal mungkin non-spesifik, termasuk adalah seperti kelelahan, mata menguning), air kencing berwarna gelap dan sakit di

Kebanyakan bayi dan anak-anak yang terkena infeksi virus Hepatitis B akut tidak menunjukkan gejala. Hal ini disebabkan sistem kekebalan tubuh mereka tidak mampu untuk melawan virus tersebut. Akibatnya, risiko bayi yang terinfeksi Hepatitis B berkembang menjadi infeksi yang kronis lebih besar dari 95%. Sebaliknya, hanya 5% dari orang dewasa yang menderita Hepatitis B akut

berkembang menjadi Hepatitis B kronis (Mohamad El Mortada et al., 2010).

Hepatitis B kronis adalah infeksi HBV yang persisten selama lebih dari 6

bulan (Ganem D et al., 2004). Pada 15%-40% pasien yang menderita Hepatitis B

kronis akan berkembang menjadi sirosis hati dan hepatoseluler karsinoma

(Aggarwal R et al., 2004). Penderita Hepatitis B kronis berisiko tinggi untuk

berkembang menjadi sirosis hati dan karsinoma hepatoseluler. Diperkirakan bahwa sekitar 12% dari pasien dengan infeksi HBV kronis berkembang menjadi sirosis setiap tahun. Perkembangan sirosis dan kanker hati adalah merupakan hasil


(23)

Pemeriksaan laboratorium untuk pasien Hepatitis B kronis termasuk liver

function test, marker HBV, serum DNA HBV, alpha-feto protein dan

ultrasonografi hati. Pemeriksaan laboratorium mungkin normal pada penderita Hepatitis B kronis, tetapi banyak penderita dengan Hepatitis B kronis ringan hingga sedang terjadi peningkatan aminotransferases (Marsano LS, 2003). Di Malaysia, skrining untuk kanker hati dianjurkan untuk pembawa Hepatitis B lebih dari 40 tahun dan pembawa Hepatitis B kurang dari 40 tahun dengan minimal dua faktor risiko. Faktor risiko termasuk riwayat keluarga dengan kanker hati, infeksi Hepatitis C, sirosis hati, hemochromatosis, dan peminum alkohol kronis (Kementerian Kesehatan Malaysia, 1999).

Penderita dengan Hepatitis B kronis mengalami gejala sebanding dengan tingkat kelainan pada fungsi-fungsi hati. Tanda-tanda dan gejala Hepatitis B kronis sangat bervariasi tergantung pada tingkat keparahan kerusakan hati. Kebanyakan individu dengan Hepatitis B kronis tetap bebas dari gejala selama bertahun-tahun. Selama waktu ini, hasil tes darah penderita Hepatitis B kronis biasanya normal atau hanya sedikit tidak normal. Beberapa penderita dapat dilihat gejala peradangan yang memburuk, menempatkan mereka pada kelompok yang

berisiko mengalami sirosis (Mohamad El Mortada et al., 2010).

Kemungkinan infeksi HBV berkembang menjadi infeksi kronis tergantung pada usia di mana seseorang terinfeksi. Anak-anak yang terinfeksi HBV paling banyak berkembang menjadi infeksi kronis. Sekitar 90% bayi yang terinfeksi HBV selama tahun pertama kehidupan berkembang menjadi infeksi kronis, 30% sampai 50% anak-anak terinfeksi antara usia satu sampai empat tahun berkembang menjadi infeksi kronis. Sekitar 25% dari orang dewasa yang menjadi


(24)

Ada 3 kemungkinan respon kekebalan yang diberikan oleh tubuh terhadap virus Hepatitis B pasca periode akut. Kemungkinan pertama, jika respon kekebalan tubuh adekuat maka virus akan dieliminasi dan pasien akan sembuh. Kedua, jika respon kekebalan tubuh lemah maka pasien tersebut akan menjadi

pembawa inaktif. Ketiga, jika tanggapan tubuh bersifat intermediate (antara dua

hal di atas) maka

Suharjo et al, 2006).

Hepatitis B kronis ditandai dengan HBsAg positif (> 6 bulan) di dalam serum, tingginya kadar DNA HBV, dan berlangsungnya proses nekroinflamasi kronis hati. Pembawa HBsAg inaktif diartikan sebagai infeksi HBV persisten tanpa nekroinflamasi. Sedangkan Hepatitis B kronis eksaserbasi adalah keadaan klinis yang ditandai dengan peningkatan intermiten alanine aminotransferase (ALT) lebih dari 10 kali batas atas nilai normal.

Diagnosis Hepatitis B kronis didasarkan pada pemeriksaan serologi, petanda virologi, biokimiawi dan unt dan DNA HBV. Pemeriksaan virologi dilakukan untuk mengukur jumlah DNA HBV di dalam darah. Ia adalah sangat penting karena dapat menggambarkan tingkat replikasi keputusan terapi adalah kadar ALT. Peningkatan kadar ALT menggambarkan adanya aktivitas kroinflamasi. Oleh karena itu pemeriksaan ini dipertimbangkan sebagai prediksi gambaran histologi. Pasien dengan kadar ALT yang menunjukkan proses nekroinflamasi yang lebih berat dibandingkan pada ALT yang normal. Pasien dengan kadar ALT normal memiliki respon serologi yang kurang baik pada terapi antiviral.

Oleh sebab itu pasien dengan kadar ALT normal dipertimbangkan untuk tidak diterapi, kecuali bila hasil pemeriksaan histologi menunjukkan proses nekroinflamasi aktif. Sedangkan tujuan pemeriksaan histologi adalah untuk menilai tingkat kerusakan hati, menyingkirkan diagnosis penyakit hati lain,


(25)

Tabel 2.1 Interpretasi hasil tes darah Hepatitis B (serologis). Marker Interpretasi

HBsAg Terpapar terhadap HBV. Positif pada infeksi akut atau

kronis

Anti-HBs antibodi Kekebalan yang diperoleh melalui infeksi alami atau imunisasi

HBeAg Marker yang menunjukkan seseorang sedang mengalami

infeksi. Menunjukkan virus sedang aktif bereplikasi Anti-HBe antibodi Menunjukkan rendahnya tingkat replikasi virus Anti-HBc IgM

antibody

Infeksi dalam 6 bulan sebelumnya

Anti-HBc IgG antibodi

Riwayat infeksi HBV atau infeksi HBV kronis

Hep B DNA >105

copies /mL

Replikasi virus yang cepat

(sumber : Loh KY et al., 2006)

Tidak ada pengobatan khusus untuk Hepatitis B akut. Perawatan ini ditujukan untuk kenyamanan dan menjaga keseimbangan nutrisi yang memadai, termasuk penggantian cairan yang hilang dari muntah dan diare. Hepatitis B kronis dapat diobati dengan obat-obatan, termasuk interferon dan agen anti virus, yang dapat membantu beberapa pasien. Biaya pengobatan bisa mencapai ribuan dolar per tahun dan tidak tersedia untuk kebanyakan pasien di negara berkembang. Saat ini


(26)

Kanker hati hampir selalu fatal, dan sering terjadi pada orang yang berada pada usia produktif yang masih memiliki tanggung jawab keluarga. Di negara-negara berkembang, kebanyakan orang dengan kanker hati mati dalam waktu beberapa bulan setelah di diagnosis. Di negara-negara berpendapatan tinggi, operasi dan kemoterapi dapat memperpanjang hidup beberapa pasien sampai beberapa tahun. Pasien dengan sirosis hati biasanya dilakukan transplantasi hati (WHO, 2008).

Di antara semua strategi yang direkomendasikan untuk pencegahan infeksi Hepatitis B, vaksinasi adalah yang paling penting. Vaksin Hepatitis B rekombinan tersedia di sebagian besar klinik di Malaysia. Jadwal vaksinasi primer terdiri dari

tiga dosis vaksin intramuskular (Kao JH et al., 2002). Menurut Kementerian

Kesehatan Malaysia dalam program imunisasi anak, semua bayi harus diberi dosis pertama vaksin Hepatitis B pada saat lahir, diikuti oleh dosis kedua pada bulan pertama dan dosis ketiga pada bulan kelima. Vaksin ini sangat aman dan memiliki efek samping yang sangat sedikit. Efek samping yang umum adalah nyeri di tempat suntikan (3% -29%) dan peningkatan suhu tubuh > 37,7 ° C (1% -6%).

Semua orang dewasa yang berisiko tinggi terkena infeksi HBV seperti pekerja perawatan kesehatan, staf unit transfusi darah, pekerja kesehatan masyarakat, pasien yang memerlukan transfusi darah atau produk darah, pasien hemodialisis, pria homoseksual dan pengguna narkoba suntikan harus divaksinasi. Pengujian untuk titer antibodi permukaan Hepatitis B harus dilakukan

6-8 minggu setelah mendapat dosis vaksinasi terakhir (Lim V et al, 2003).

Perlindungan setelah vaksinasi bertahan selama 10-15 tahun. Setelah 15 tahun sejak vaksinasi terakhir, pasien disarankan untuk mendapatkan dosis

booster (Kao JH et al., 2002).Tingkat antibodi harus mencapai 100mIU/mL atau

lebih untuk mendapat perlindungan dari infeksi. Mereka yang memiliki tingkat antibodi antara 10-100mIU/mL dianggap rentan terhadap infeksi dan harus


(27)

Sebagai langkah pencegahan, semua bayi harus menerima vaksin Hepatitis B. Vaksin dapat diberikan secara tiga atau empat dosis terpisah, sebagai bagian dari jadwal imunisasi rutin yang ada. Di daerah di mana penyebaran HBV umum secara ibu ke bayi, dosis pertama vaksin harus diberikan sesegera mungkin setelah lahir yaitu dalam waktu 24 jam setelah kelahiran. Pemberian vaksin yang lengkap dapat menghasilkan antibodi yang mempertahankan tubuh dari serangan virus pada lebih dari 95% bayi, anak-anak dan dewasa muda. Setelah usia 40 tahun, perlindungan dari hasil vaksinasi pertama menurun di bawah 90%. Pada usia 60 tahun, antibodi yang dihasilkan pada orang yang mengambil vaksinasi hanya memproteksi dalam 65% sampai 75% dari serangan virus. Perlindungan bertahan minimal 20 tahun sampai seumur hidup.

Semua anak dan remaja berusia kurang dari 18 tahun dan sebelumnya tidak pernah divaksinasi harus menerima vaksin. Orang-orang dalam kelompok risiko tinggi juga harus divaksinasi, termasuk orang dengan risiko tinggi dalam melakukan hubungan seksual, ahli keluarga yang pernah kontak dengan orang yang terinfeksi HBV, pengguna narkoba suntik, orang yang sering membutuhkan darah atau produk darah, penerima transplantasi organ, orang dengan pekerjaan mereka di risiko tinggi infeksi HBV, termasuk pekerja kesehatan dan wisatawan internasional ke negara-negara dengan tingkat tinggi HBV.

Vaksin ini memiliki catatan keamanan dan efektivitas yang luar biasa. Sejak 1982, lebih dari satu milyar dosis vaksin Hepatitis B telah digunakan di seluruh dunia. Di kebanyakan negara dimana 8%-15% tingkat kejadian anak-anak dengan infeksi HBV yang berkembang menjadi infeksi kronis, vaksinasi telah mengurangi tingkat infeksi kronis sehingga kurang dari 1% dikalangan anak-anak


(28)

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :

Prevalensi Penderita Hepatitis B Faktor risiko Hepatitis B

3.2 Definisi Operasional

Prevalensi penderita Hepatitis B adalah bilangan penderita yang positif menderita Hepatitis B dibandingkan dengan kesemua penderita Hepatitis. Diagnosa penyakit Hepatitis B ditegakkan apabila sampel darah pasien positif terhadap HBsAg. Kesemua sampel darah pasien penderita Hepatitis yang dikirim untuk pemeriksaan terhadap Hepatitis B dimasukkan sebagai subjek penelitian. Jumlah sampel darah pasien yang positif terhadap HBsAg adalah pasien yang positif menderita Hepatitis B manakala sampel darah pasien negatif terhadap HBsAg tidak menderita penyakit Hepatitis B.

Faktor risiko Hepatitis B adalah penyebab apa saja yang didapat dari pasien sehingga pasien menderita Hepatitis B. Faktor risiko ini dilihat dari penelusuran rekam medis melalui pertanyaan dokter terhadap pasien berkenaan dengan riwayat penularan Hepatitis B. Dua cara penularan Hepatitis B yaitu secara vertikal dan horizontal dimasukkan sebagai faktor risiko terjadinya Hepatitis B yang diteliti dalam penelitian ini. Penularan secara vertikal terjadi melaui ibu ke anak manakala penularan secara horizontal terjadi melalui terkena darah atau produk darah yang telah terkontaminasi oleh HBV.


(29)

3.3 Cara Ukur

Melalui penelusuran rekam medis, diambil data mencakup bilangan penderita yang didiagnosa menderita Hepatitis B dan faktor risiko terjadinya Hepatitis B di Hospital Universiti Sains Malaysia pada 1 Januari 2008- 31 Desember 2009.

3.4 Alat Ukur

Rekam medis 3.5 Hasil Ukur

Hasil ukur dalam penelitian ini adalah bilangan penderita yang didiagnosa menderita Hepatitis B dan faktor risiko terjadinya Hepatitis B di Hospital Universiti Sains Malaysia pada 1 Januari 2008-31 Desember 2009.

3.6 Skala Pengukuran


(30)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan secara deskriptif retrospektif yang menggunakan data sekunder yang tercatat di bagian rekam medik di Hospital Universiti Sains Malaysia, Kelantan bermula 1 Januari 2008 - 31 Desember 2009.

4.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan di makmal mikrobiologi dan parasitologi perubatan Hospital Universiti Sains Malaysia, Kelantan sepanjang bulan Oktober 2010. Hospital Universiti Sains Malaysia, Kelantan adalah merupakan hospital utama dan terbesar di Kelantan, mempunyai fasilitas yang lengkap, dan mempunyai sistem penyimpanan rekam medis yang sistematis. Hal ini menjadi tujuan utama pemilihan tempat penelitian.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian adalah semua penderita Hepatitis di Hospital Univerisiti Sains Malaysia, Kelantan bermula dari 1 Januari 2008 - 31 Desember 2009. Sedangkan sampel penelitian ini adalah pasien yang positif menderita Hepatitis B. 4.4. Teknik Pengumpulan Data

Data dikumpulkan melalui hasil penelusuran rekam medis yang mencakup bilangan penderita yang didiagnosis menderita Hepatitis B dan faktor risiko terjadinya Hepatitis B bermula 1 Januari 2008 - 31 Desember 2009.


(31)

4.5. Pengolahan dan Analisis Data

Perhitungan prevalensi pada penelitian ini dilakukan dengan analisis statistik. Gambaran faktor risiko pada penelitian ini dipaparkan menggunakan tabel dengan bantuan komputer program SPSS.


(32)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan di salah sebuah hospital yang berada di Kota Bharu, Kelantan, yaitu Hospital Universiti Sains Malaysia. Pengumpulan data penelitian dilaksanakan sepanjang bulan Oktober 2010.

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Hospital Universiti Sains Malaysia terletak di Kubang Kerian, Kota Bharu, Kelantan. Ia adalah merupakan kampus kesihatan dari Universiti Sains Malaysia yang berpusat di Pulau Pinang. Hospital Universiti Sains Malaysia adalah hospital yang terbesar dan utama di negeri Kelantan dan mempunyai fasilitas yang lengkap. Penelitian di lakukan di makmal mikrobiologi dan parasitologi perubatan Pusat Pengajian Sains Perubatan (PPSP) Hospital Universiti Sains Malaysia. Makmal ini adalah merupakan tempat penerimaan sampel yang dikirim untuk dilakukan pemeriksaan.

5.1.2. Karekteristik Individu

Sejumlah 11,474 sampel darah dikirim ke makmal mikrobiologi dan parasitologi perubatan Hospital Universiti Sains Malaysia untuk dilakukan pemeriksaan terhadap Hepatitis B sepanjang tahun 2008 dan 2009. Dari sejumlah sampel tersebut, 5888 sampel dikirim pada tahun 2008 dan 5586 sampel dikirim pada tahun 2009.


(33)

5.2. Hasil Analisa Data

5.2.1. Angka Kejadian Hepatitis B

Tabel 5.1.

Hasil Pemeriksaan Darah Terhadap Hepatitis B Tahun 2008

Hepatitis B F %

Positif (+) 353 6,0

Negatif (-) 5535 94,0

Total 5888 100,0

Tabel 5.2.

Hasil Pemeriksaan Darah Terhadap Hepatitis B Tahun 2009

Hepatitis B F %

Positif (+) 257 4,6

Negatif (-) 5329 95,4

Total 5586 100,0

Jumlah sampel darah yang dikirim ke makmal mikrobiologi dan parasitologi perubatan Hospital Universiti Sains Malaysia untuk dilakukan


(34)

5.2.2. Faktor Risiko Terjadinya Hepatitis B

Tabel 5.3.

Faktor Risiko Terjadinya Hepatitis B

Tahun 2008

Faktor Risiko F %

Ibu ke anak 15 4,2

Penggunaan jarum suntik Transfusi darah Tusukan jarum 49 27 9 13,9 7,6 2,5

Tidak ditemuka n 253 71,7

Total 353 100,0

Tabel 5.4.

Faktor Risiko Terjadinya Hepatitis B Tahun 2009

Faktor Risiko F %

Ibu ke anak 11 4,3

Penggunaan jarum suntik Transfusi darah

Tusukan jarum Tidak ditemuka n

36 24 3 183 14,0 9,3 1,2 71,2


(35)

Faktor risiko terjadinya Hepatitis B di Hospital Universiti Sains Malaysia di analisa daripada sampel yang positif terhadap Hepatitis B. Pada tahun 2008, dari 353 orang yang positif terhadap Hepatitis B, 15 orang (4,2%) tertular secara vertikal yaitu dari ibu ke anak, 49 orang (13,9%) tertular melalui penggunaan jarum suntik secara bersama-sama, 27 orang (7,6%) tertular melalui transfusi darah dan 9 orang (2,5%) melalui tusukan jarum. Selebihnya 253 orang (71,7%) tidak ditemukan data mengenai faktor risiko mereka.

Pada tahun 2009 pula, dari 257 orang yang positif terhadap Hepatitis B, 11 orang (4,3%) tertular secara vertikal, 36 orang (14,0%) melalui penggunaan jarum suntik secara bersama-sama, 24 orang (9,3%) tertular melalui transfusi darah dan 3 orang (1,2%) melalui tusukan jarum. Selebihnya 183 orang (71,2%) tidak ditemukan data mengenai faktor risiko mereka.

5.3. Pembahasan

5.3.1. Angka Kejadian Hepatitis B

Berdasarkan sampel darah yang dikirim ke makmal mikrobiologi dan parasitologi perubatan Hospital Universiti Sains Malaysia, jumlah penderita yang positif terhadap Hepatitis B pada tahun 2008 adalah seramai 353 orang (6,0%) manakala pada tahun 2009 pula adalah seramai 257 orang (4,6%). Penelitian yang

sama telah dilakukan oleh et al (1986) menunjukkan angka

kejadian Hepatitis B di daerah pedalaman Filipina sebesar 3,3 %. Penelitian yang

sama juga di Iran oleh Mohammad Reza Zali et al (1996) menunjukkan angka

kejadian Hepatitis B sebesar 3.9%. Penelitian yang sama juga telah dilakukan oleh

et al (1999) di Amerika menunjukkan angka kejadian Hepatitis B


(36)

sedang manakala Filipina berada di kelompok negara dengan tingkat endemisitas yang tinggi.

Di negara-negara maju seperti Amerika dan negara-negara di Eropah, tingkat endemisatas Hepatitis B masih lagi tinggi karena upaya pemerintah untuk membasmi penularan Hepatitis B dengan cara menggalakan masyarakat melakukan skrining serta pengetahuan dan kesadaran masyarakat yang tinggi terhadap penyakit Hepatitis B menyebabkan banyak kasus-kasus Hepatitis B dijumpai di negara mereka.

Di negara-negara membangun dan miskin, tingkat endemisitas Hepatitis B yang masih rendah mungkin disebabkan upaya pemerintah untuk menggalakan masyarakatnya melakukan skrining terhadap Hepatitis B yang masih rendah sehinggakan banyak kasus-kasus Hepatitis B tidak dijumpai di negara-negara tersebut. Selain itu, tingkat endemisitas di negara-negara yang membangun dan miskin yang tinggi juga menggambarkan upaya pemerintah untuk melakukan tindakan pencegahan penyebaran Hepatitis B yang masih rendah. Selain itu, tingkat pengetahuan dan kesadaran masyarakat yang rendah terhadap penularan penyakit Hepatitis B di negara tersebut juga menyebabkan mengapa tingkat endemisitas Hepatitis B di negara tersebut masih tinggi.

Di Malaysia, upaya pencegahan penyebaran Hepatitis B yang dijalankan oleh kerajaan melalui iklan-iklan di media cetak, elektronik dan pengedaran brosur-brosur menyebabkan kesadaran masyarakat terhadap Hepatitis B semakin meningkat. Tingkat kesadaran masyarakat yang meningkat ini menyebabkan ramai di antara penduduk setempat datang ke rumah sakit untuk melakukan skrining terhadap Hepatitis B. Tindakan bijak oleh pemerintah ditambah dengan kesadaran masyarakat yang tinggi terhadap penyakit Hepatitis B menyebabkan terjadi penurunan tingkat kejadian Hepatitis B pada tahun 2008 dibandingkan tahun 2009.


(37)

5.3.2. Faktor Risiko Terjadinya Hepatitis B

Faktor risiko terjadinya Hepatitis B di Hospital Universiti Sains Malaysia yang paling tinggi pada tahun 2008 adalah pasien yang menggunakan jarum suntik yang terkontaminasi yaitu sebanyak 49 orang (13,9%) manakala paling rendah adalah melalui tusukan jarum yaitu sebanyak 9 orang (2,6%). Faktor risiko yang paling tinggi pada tahun 2009 pula adalah pasien yang menggunakan jarum suntik yang terkontaminasi yaitu sebanyak 36 orang (14,0) manakala paling rendah adalah melalui tusukan jarum yaitu 3 orang (1,2%).

Penelitian yang sama dilakukan oleh S. Nwokediuko (2010) di Nigeria untuk melihat faktor risiko Hepatitis B di Nigeria. Hasil penelitian itu menunjukkan faktor risiko Hepatitis B paling tinggi didapatkan melalui penggunaan alat suntik yang terkontaminasi (48%), hubungan seksual dengan penderita Hepatitis B (38,7%), pembuatan tatu (31,6%), perkongsian pisau cukur (26,6%), perkongsian sikat gigi (23,7%) dan riwayat tindakan uvulectomy (23,7%). Lain-lain adalah riwayat jaundice (18,8%), riwayat keluarga dengan penyakit hati (18,6 %), riwayat transfusi darah (9,1%), terpapar dari pekerjaan yang tinggi risiko (5,3%) dan penggunan obat intravenous (4,4%).

Faktor risiko penyebaran Hepatitis B melalui penggunaan jarum suntik yang terkontaminasi adalah tertinggi pada tahun 2008 dan 2009 karena negeri Kelantan adalah merupakan salah satu negeri yang tertinggi pengguna narkoba suntik di Malaysia. Jumlah penghuni di pusat pemulihan untuk pengguna narkoba di negeri Kelantan juga sudah melewati kapasitas maksimal. Hal ini menyebabkan mengapa penularan Hepatitis B melalui penggunaan jarum suntik yang terkontaminasi adalah paling tinggi ni negeri Kelantan.


(38)

mewajibkan pemakaian sarung tangan menyebabkan penularan Hepatitis B melalui tusukan jarum sangat minimal.

Kendala yang terjadi saat pengambilan data untuk melihat faktor risiko terjadinya Hepatitis B di Hospital Universiti Sains Malaysia adalah kebanyakan rekam medis yang dikirim ke makmal mikrobiologi dan parasitologi perubatan tidak dinyatakan riwayat mendapatkan penyakit Hepatitis B tersebut. Kebanyakan alasan untuk dilakukan pemeriksaan terhadap Hepatitis B adalah untuk tujuan skrining dan pasien yang sudah didiagnosa dengan lymphoma, kejadian jaundice yang berulang dan penyakit hati kronik seperti sirosis hati dan kanker hati.


(39)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai prevalensi Hepatitis B dan faktor risiko terjadinya Hepatitis B di Hospital Universiti Sains Malaysia, dapat disimpulkan bahwa angka kejadian Hepatitis B di hospital berkenaan adalah sebanyak 353 orang (6.0%) pada tahun 2008 manakala pada tahun 2009 adalah sebanyak 257 orang (4,6%).

Faktor risiko terjadinya Hepatitis B tertinggi pada tahun 2008 adalah disebabkan oleh penggunaan jarum suntik yang terkontaminasi yaitu sebanyak 49 orang (13,9%) manakala paling rendah adalah disebabkan terkena tusukan jarum yaitu sebanyak 9 orang (2,6%). Faktor risiko terjadinya Hepatitis B tertinggi pada tahun 2009 adalah disebabkan oleh penggunaan jarum suntik yang terkontaminasi yaitu sebanyak 36 orang (14,0%) manakala paling rendah adalah disebabkan terkena tusukan jarum yaitu sebanyak 3 orang (1,2%).

6.2. Saran

Dari hasil penelitian yang didapat, maka muncul beberapa saran dari peneliti, yaitu :

1. Kepada petugas medis di Hospital Universiti Sains Malaysia, diharapkan

agar rekam medis dicatat dengan tulisan yang jelas dan segala temuan dan tindakan serta riwayat pasien dicatat dengan baik di rekam medis untuk


(40)

3. Kepada masyarakat umum, diharapkan dapat mengetahui tentang faktor risiko penyebaran Hepatitis B dan melakukan tindakan pencegahan dan skrining untuk mengelak penyebaran penyakit kepada orang lain.

4. Kepada penderita Hepatitis B, diharapkan dapat mengetehui tentang

bahaya penyakit Hepatitis B serta mengambil pengobatan dan melakukan upaya pencegahan supaya tidak tertular kepada masyarakat yang sihat


(41)

DAFTAR PUSTAKA

Aggarwal R, Ranjan P, 2004. Preventing and treating hepatitis B infection.

Dalam: Loh Keng Yin, Kew Siang Tong. 2006. Hepatitis B Infection:

What The Primary Care Doctors Should Know. Malaysian Family

Physician 2006; Volume 1, Number 1

Centers for Disease Control and Prevention, 2010. Hepatitis. Available from:

Dhir V, Mohandas KM, 1997. Epidemiology of digestive tract cancers in India III.

Dalam: A Risbud, S Mehendale, S Basu, S Kulkarni, A Walimbe, V

Arankalle, et al., 2002. Prevalence and incidence of hepatitis B virus

infection in STD clinic attendees in Pune, India. Sex Transm Infect

2002;78:169–173

Ganem D, Prince AM, 2004. Hepatitis B virus infection. Dalam: Loh Keng Yin,

Kew Siang Tong. 2006. Hepatitis B Infection: What The Primary Care

Doctors Should Know. Malaysian Family Physician 2006; Volume 1,

Number 1

Hembing, 2006. Mencegah & Mengatasi Hepatitis dengan Herbal. Available

from:


(42)

Kane M, Clements J, Hu D, 1993. Hepatitis B. Dalam: A Risbud, S Mehendale, S

Basu, S Kulkarni, A Walimbe, V Arankalle, et al., 2002. Prevalence and

incidence of hepatitis B virus infection in STD clinic attendees in Pune,

India. Sex Transm Infect 2002;78:169–173

Kao JH, Chen DS, 2002. Global control of hepatitis B virus infection. Dalam: Loh

Keng Yin, Kew Siang Tong. 2006. Hepatitis B Infection: What The

Primary Care Doctors Should Know. Malaysian Family Physician 2006;

Volume 1, Number 1

Keith L. Moore, Arthur F. Dalley II, 1999. Clinically Oriented Anatomy 4th

Edition. USA: Williams & Wilkins.

Lee WM, 1997. Hepatitis B virus infection. Dalam: Loh Keng Yin, Kew Siang

Tong. 2006. Hepatitis B Infection: What The Primary Care Doctors

Should Know. Malaysian Family Physician 2006; Volume 1, Number 1

Liaw YF, Leung N, Guan R, et al., 2005. Asian-Pacific consensus statement on

the management of chronic hepatitis B: a 2005 update. Dalam: Loh Keng

Yin, Kew Siang Tong. 2006. Hepatitis B Infection: What The Primary

Care Doctors Should Know. Malaysian Family Physician 2006; Volume 1,

Number 1

Lim V, et al., 2003. Clinical Practice Guideline on Adult Vaccination. Dalam:

Loh Keng Yin, Kew Siang Tong. 2006. Hepatitis B Infection: What The

Primary Care Doctors Should Know. Malaysian Family Physician 2006;


(43)

Lin KW, Kirchner JT, 2004. Hepatitis B. Dalam: Loh Keng Yin, Kew Siang

Tong. 2006. Hepatitis B Infection: What The Primary Care Doctors

Should Know. Malaysian Family Physician 2006; 1(1):8-10

Loh Keng Yin, Kew Siang Tong. 2006. Hepatitis B Infection: What The Primary

Care Doctors Should Know. Malaysian Family Physician 2006; Volume 1,

Number 1

Lopez CG, 1985. Epidemiology of persistent hepatitis B infection. Dalam:

Sook-Fan YAP. 1994. Chronic hepatitis B infection in Malaysians. Malaysian J

Pathol 1994; 16(1): 3 – h

Lopez CG, Doraisamy C, Govindasamy S, 1978. Prevalence of hepatitis B infection as determined by third generation tests in the Malaysian

population. Dalam: Sook-Fan YAP. 1994. Chronic hepatitis B infection in

Malaysians. Malaysian J Pathol 1994; 16(1): 3 – 4

Malaysian Liver Foundation, 2005. Hepatitis B: Fact sheet for doctors. Available

from:

Margolis HS, Alter MJ, Hadier SC, 1991. Hepatitis B: evolving epidemiology and

implications for control. Dalam: Sanjeev Kumar Sharma, Nitin Saini,

Yogesh Chwla. 2005. Hepatitis B Virus: Inactive carriers. Virology


(44)

Prevalence of Hepatitis B Virus Infection in the United

States.

Ministry of Health Malaysia, 1999. Consensus on the screening for hepatocellular

carcinoma and its treatment. Dalam: Loh Keng Yin, Kew Siang Tong.

2006. Hepatitis B Infection: What The Primary Care Doctors Should

Know. Malaysian Family Physician 2006; Volume 1, Number 1

Mohamad El Mortada, Mary Nettleman, 2010. Hepatitis B (HBV). Available

from: April 2010]

Mohammad Reza Zali, Kazem Mohammad,Ashkan Farhadi, Mohammad Reza

Masjedi, Ali Zargar, Azita Nowroozi. Epidemiology of Hepatitis B in the

Islamic Republic of Iran. Eastern Mediterranean Health Journal; Volume

2, Issue 2, 1996, Page 290-298

P. K. Das, 1991. Prospek Pembasmi Infeksi Virus Hepatitis B di Malaysia.

Available from:

April 2010]

Tandon BN, 1996. Dimensions and issues of HBV control in India. Dalam: A

Risbud, S Mehendale, S Basu, S Kulkarni, A Walimbe, V Arankalle, et al.,

2002. Prevalence and incidence of hepatitis B virus infection in STD clinic

attendees in Pune, India. Sex Transm Infect 2002;78:169–173

Sheila K. West, Augusto L. Lingao, Ernesto O. Domingo, Doris Raymundo, Ben

Caragay. Incidence and Prevalence of Hepatitis B. Am. J. Epidemiol.


(45)

Sylvester Chuks Nwokediuko. Risk Factors For Hepatitis B Virus Transmission

In Nigerians. The Internet Journal of Gastroenterology.2010 Volume 10

Number 1

World Health Organization, 2008. Hepatitis B. Available from:

2010]


(1)

3. Kepada masyarakat umum, diharapkan dapat mengetahui tentang faktor risiko penyebaran Hepatitis B dan melakukan tindakan pencegahan dan skrining untuk mengelak penyebaran penyakit kepada orang lain.

4. Kepada penderita Hepatitis B, diharapkan dapat mengetehui tentang bahaya penyakit Hepatitis B serta mengambil pengobatan dan melakukan upaya pencegahan supaya tidak tertular kepada masyarakat yang sihat


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Aggarwal R, Ranjan P, 2004. Preventing and treating hepatitis B infection. Dalam: Loh Keng Yin, Kew Siang Tong. 2006. Hepatitis B Infection: What The Primary Care Doctors Should Know. Malaysian Family Physician 2006; Volume 1, Number 1

Centers for Disease Control and Prevention, 2010. Hepatitis. Available from:

Dhir V, Mohandas KM, 1997. Epidemiology of digestive tract cancers in India III. Dalam: A Risbud, S Mehendale, S Basu, S Kulkarni, A Walimbe, V Arankalle, et al., 2002. Prevalence and incidence of hepatitis B virus infection in STD clinic attendees in Pune, India. Sex Transm Infect 2002;78:169–173

Ganem D, Prince AM, 2004. Hepatitis B virus infection. Dalam: Loh Keng Yin, Kew Siang Tong. 2006. Hepatitis B Infection: What The Primary Care Doctors Should Know. Malaysian Family Physician 2006; Volume 1, Number 1

Hembing, 2006. Mencegah & Mengatasi Hepatitis dengan Herbal. Available from:

JB Suharjo, B Cahyono, 2006. Diagnosis dan Manajemen Hepatitis B Kronis. Available from:

[Accessed 22 April 2010].


(3)

Kane M, Clements J, Hu D, 1993. Hepatitis B. Dalam: A Risbud, S Mehendale, S Basu, S Kulkarni, A Walimbe, V Arankalle, et al., 2002. Prevalence and incidence of hepatitis B virus infection in STD clinic attendees in Pune, India. Sex Transm Infect 2002;78:169–173

Kao JH, Chen DS, 2002. Global control of hepatitis B virus infection. Dalam: Loh Keng Yin, Kew Siang Tong. 2006. Hepatitis B Infection: What The Primary Care Doctors Should Know. Malaysian Family Physician 2006; Volume 1, Number 1

Keith L. Moore, Arthur F. Dalley II, 1999. Clinically Oriented Anatomy 4th Edition. USA: Williams & Wilkins.

Lee WM, 1997. Hepatitis B virus infection. Dalam: Loh Keng Yin, Kew Siang Tong. 2006. Hepatitis B Infection: What The Primary Care Doctors Should Know. Malaysian Family Physician 2006; Volume 1, Number 1 Liaw YF, Leung N, Guan R, et al., 2005. Asian-Pacific consensus statement on

the management of chronic hepatitis B: a 2005 update. Dalam: Loh Keng Yin, Kew Siang Tong. 2006. Hepatitis B Infection: What The Primary Care Doctors Should Know. Malaysian Family Physician 2006; Volume 1, Number 1

Lim V, et al., 2003. Clinical Practice Guideline on Adult Vaccination. Dalam: Loh Keng Yin, Kew Siang Tong. 2006. Hepatitis B Infection: What The Primary Care Doctors Should Know. Malaysian Family Physician 2006; Volume 1, Number 1


(4)

Lin KW, Kirchner JT, 2004. Hepatitis B. Dalam: Loh Keng Yin, Kew Siang Tong. 2006. Hepatitis B Infection: What The Primary Care Doctors Should Know. Malaysian Family Physician 2006; 1(1):8-10

Loh Keng Yin, Kew Siang Tong. 2006. Hepatitis B Infection: What The Primary Care Doctors Should Know. Malaysian Family Physician 2006; Volume 1, Number 1

Lopez CG, 1985. Epidemiology of persistent hepatitis B infection. Dalam: Sook-Fan YAP. 1994. Chronic hepatitis B infection in Malaysians. Malaysian J Pathol 1994; 16(1): 3 – h

Lopez CG, Doraisamy C, Govindasamy S, 1978. Prevalence of hepatitis B infection as determined by third generation tests in the Malaysian

population. Dalam: Sook-Fan YAP. 1994. Chronic hepatitis B infection in Malaysians. Malaysian J Pathol 1994; 16(1): 3 – 4

Malaysian Liver Foundation, 2005. Hepatitis B: Fact sheet for doctors. Available from:

Margolis HS, Alter MJ, Hadier SC, 1991. Hepatitis B: evolving epidemiology and implications for control. Dalam: Sanjeev Kumar Sharma, Nitin Saini, Yogesh Chwla. 2005. Hepatitis B Virus: Inactive carriers. Virology Journal 2005, 2:82 doi:10.1186/1743-422X-2-82

Marsano LS, 2003. Hepatitis. Dalam: Loh Keng Yin, Kew Siang Tong. 2006. Hepatitis B Infection: What The Primary Care Doctors Should Know. Malaysian Family Physician 2006; Volume 1, Number 1


(5)

Prevalence of Hepatitis B Virus Infection in the United States.

Ministry of Health Malaysia, 1999. Consensus on the screening for hepatocellular carcinoma and its treatment. Dalam: Loh Keng Yin, Kew Siang Tong. 2006. Hepatitis B Infection: What The Primary Care Doctors Should Know. Malaysian Family Physician 2006; Volume 1, Number 1

Mohamad El Mortada, Mary Nettleman, 2010. Hepatitis B (HBV). Available from: April 2010]

Mohammad Reza Zali, Kazem Mohammad,Ashkan Farhadi, Mohammad Reza Masjedi, Ali Zargar, Azita Nowroozi. Epidemiology of Hepatitis B in the Islamic Republic of Iran. Eastern Mediterranean Health Journal; Volume 2, Issue 2, 1996, Page 290-298

P. K. Das, 1991. Prospek Pembasmi Infeksi Virus Hepatitis B di Malaysia. Available from:

April 2010]

Tandon BN, 1996. Dimensions and issues of HBV control in India. Dalam: A Risbud, S Mehendale, S Basu, S Kulkarni, A Walimbe, V Arankalle, et al., 2002. Prevalence and incidence of hepatitis B virus infection in STD clinic attendees in Pune, India. Sex Transm Infect 2002;78:169–173

Sheila K. West, Augusto L. Lingao, Ernesto O. Domingo, Doris Raymundo, Ben Caragay. Incidence and Prevalence of Hepatitis B. Am. J. Epidemiol. (1986) 123 (4):681-689


(6)

Sylvester Chuks Nwokediuko. Risk Factors For Hepatitis B Virus Transmission In Nigerians. The Internet Journal of Gastroenterology.2010 Volume 10 Number 1

World Health Organization, 2008. Hepatitis B. Available from:

2010]