Karakteristik Penyakit Hepatitis B Kronik pada Pasien Rawat Jalan di RSUP HAM Medan pada Januari 2012 sampai Desember 2013

(1)

KARAKTERISTIK PENYAKIT HEPATITIS B KRONIK PADA PASIEN RAWAT JALAN DI POLI PENYAKIT DALAM RSUP HAJI

ADAM MALIK MEDAN PADA JANUARI 2012 SAMPAI DESEMBER 2013

Oleh :

MAYA SARI ARITONANG NIM : 110 100 273

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(2)

KARAKTERISTIK PENYAKIT HEPATITIS B KRONIK PADA PASIEN RAWAT JALAN DI POLI PENYAKIT DALAM RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN PADA JANUARI 2012 SAMPAI DESEMBER 2013

“Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran”

Oleh :

MAYA SARI ARITONANG NIM : 110 100 273

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Karakteristik Penyakit Hepatitis B Kronik pada Pasien Rawat Jalan di RSUP HAM Medan pada Januari 2012 sampai Desember 2013

Nama : Maya Sari Aritonang NIM : 110100273

Pembimbing Penguji I

dr. Taufik Sungkar, M.Ked(PD), Sp.PD dr. Syah Mirsa Warli, Sp.U NIP. 19791017 200912 1 002 NIP. 19650505 199503 1 001

Penguji II

dr. Sri Wahyuni P, Sp. KK (K) Fins DV NIP. 19691223 199903 2 001

Medan, Januari 2015 Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH NIP. 19540220 198011 1 001


(4)

ABSTRAK

Hepatitis virus adalah suatu infeksi sistemik yang terutama memperngaruhi hati. Dan dikatakan kronis apabila hepatitis yang tetap bertahan selama lebih dari 6 bulan. Sekitar 5% dari populasi dunia mempunyai infeksi HBV kronis dan merupakan penyebab utama hepatitis kronis, sirosis, dan karsinoma hepatoseluler diseluruh dunia. Berdasarkan hal tersebutlah maka dilakukan penelitian mengenai karakteristik penyakit hepatitis B kronik di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan pada Januari 2012 sampai Desember 2013.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain cross sectional yang dilakukan di Instalasi Rekam Medik RSUP HAM Medan. Pengumpulan data dilakukan dengan metode analisis pada 42 data rekam medis yang lengkap pada pasien hepatitis B kronik pada Januari 2012 sampai Desember 2013 yang dipilih dengan metode total sampling. Hal- hal yang dapat dianalisis pada rekam medis hepatitis B kronik antara lain sosiodemografi, HBeAg, HBV DNA, SGOT/SGPT, Pengobatan dan Respon.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hepatitis B kronik di RSUP HAM Medan paling sering terjadi pada jenis kelamin laki- laki, dengan rentang usia 46 – 55 tahun, sering terjadi pada pasien dengan pekerjaan PNS, paling banyak berasal dari luar medan dan status pernikahan pasien paling banyak adalah yang sudah menikah. Dan dilihat dari HBeAg, pasien dengan HBeAg (-) adalah yang terbanyak, indikasi pengobatan dapat dilihat berdasarkan HBV DNA dan SGOT/SGPT, dan mendapatkan complete respon dari pengobatan yang diberikan yaitu golongan telbivudine.


(5)

ABSTRACT

Viral hepatitis is a systemic infection that mainly affect the liver. And said if chronic hepatitis which persisted for more than 6 months. Approximately 5% of the world population have chronic HBV infection and a major cause of chronic hepatitis, cirrhosis, and hepatocellular carcinoma worldwide. Based on the data then we do research on the characteristics of chronic hepatitis B in the General Hospital Haji Adam Malik in January 2012 until December 2013.

This research is a descriptive cross-sectional design conducted in the Installation of Medical Record in the General Hospital Haji Adam Malik. Data collected by the method of analysis in 42 complete medical records of patients with chronic hepatitis B in January 2012 to December 2013 were selected with a total sampling method. Things that can be analyzed in the medical records of chronic hepatitis B among other sociodemographic, HBeAg, HBV DNA, SGOT/SGPT, the treatment, and the response.

These results indicate that chronic hepatitis B in the Adam Malik Hospital of the most common in male gender, age range 46-55 years, often occurs in patients with PNS, mostly from outside Medan and marital status of patients at most is married. And views of HBeAg, patients with HBeAg (-) is the most, the indication for therapy based on HBV DNA and SGOT/SGPT, and get a complete response to treatment given that telbivudine group.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji serta syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena oleh kasih dan berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal karya tulis ilmiah ini, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sarjana kedokteran Program Studi Pendidikan Dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Dalam proses penyelesaian proposal karya tulis ilmiah ini, banyak bimbingan dan arahan yang penulis peroleh dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi- tingginya kepada:

1. Prof. Dr. Gontar A. Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukam penelitian.

2. dr. Taufik Sungkar, M.Ked (PD), Sp.PD, selaku dosen pembimbing penulis, terima kasih atas waktu, perhatian, kesabaran serta masukan yang diberikan kepada penulis untuk menyelesaikan proposal penelitian ini.

3. Seluruh dosen yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama masa pendidikan.

4. Kedua orang tua penulis dr. Toga Aritonang dan Rita F.L. Simarmata, S.E, yang selalu memberikan doa dan dukungan berupa materi maupun moril, yang selalu memberi semangat dan arahan dalam bersikap dalam proses menyelesaikan proposal penelitian ini.

5. Kepada ketiga adik penulis Ayu, Pangeran dan Alberta, yang selalu memberikan penghiburan dan selalu mendukung penulis selama proses penyelesaian proposal penelitian ini.

6. Kepada teman sekelompok bimbingan penelitian, Ulima Maria yang selalu memotivasi penulis selama proses bimbingan dengan dokter pembimbing.


(7)

7. Teman- teman sesama bimbingan penelitian di Fakultas Kedokteran dan teman- teman penulis lainnya, yang selalu hadir dalam memberi bantuan berupa saran, kritik, penghiburan, semangat dan motivasi selama proses penyusunan penelitian ini.

8. Kepada semua instansi yang telah banyak membantu dan memberi kemudahan RSUP H Adam Malik Medan, Perpustakaan FK USU, dan Perpustakaan Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis. Oleh karena itu, segala saran dan kritik sangat diharapkan demi kemajuan kualitas penelitian ini.

Akhir kata, penulis mengharapkan agar penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada semua orang untuk pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam dunia kesehatan dan kedokteran.

Medan, 30 Mei 2014

Maya Sari Aritonang (NIM: 110 100 273)


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACK ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... .... x

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 2

1.3. Tujuan Penelitian ... 2

1.3.1. Tujuan Umum ... 2

1.3.2. Tujuan Khusus ... 2

1.4. Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1. Definisi Hepatitis ... 4

2.2. Anatomi dan Fisiologi Hati ... 4

2.2.1. Anatomi Hati ... 4

2.2.2. Fisiologi Hati ... .. 5

2.3. Definisi Hepatitis B ... 6

2.4. Hepatitis B Kronik ... 6

2.4.1. Definisi ... 6

2.4.2. Patogenesis ... 7

2.5. Epidemiologi ... 8

2.6. Serologi Penanda VHB ... 9

2.7. Diagnosis ... 11

2.8. Vaksinasi ... 13

2.9. Penularan ... 16

2.9.1. Penularan Secara Horizontal ... 16

2.9.2. Penularan Secara Vertikal ... 17

2.10. Penatalaksanaan ... 17

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 20

3.1. Kerangka Konsep ... 20

3.2 Definisi Operasional ... 20

3.2.1. Hepatitis B Kronik ... 21

3.2.2. Sosiodemografi ... 21

3.2.2.1. Usia ... 21


(9)

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 24

4.1. Metode Penelitian ... 24

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 24

4.2.1. Lokasi Penelitian ... 24

4.2.2. Waktu Penelitian ... 24

4.3. Populasi dan Sampel ... 24

4.3.1. Populasi ... 24

4.3.2. Sampel ... 25

4.4. Metode Pengumpulan ... 25

4.5. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 25

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 26

5.1. Hasil Penelitian ... 26

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 26

5.1.2. Deskripsi Data Penelitian ... 26

5.1.2.1. Karakteristik Pada Pasien Hepatitis B Kronik.. 27

5.2. Pembahasan ... 30

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 34

6.1. Kesimpulan ... 34

6.2. Saran ... 35

DAFTAR PUSTAKA ... 36 LAMPIRAN


(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.2. Perjalanan Penyakit Hepatitis B Kronik ... 7

Gambar 2.3. Epidemiologi Hepatitis B Kronik ... 9

Gambar 2.4. Algoritma Penatalaksanaan Hepatitis B Kronik ... 19

Gambar 3.1. Kerangka Konsep ... 20


(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Evaluation of Patients with Chronic VHB Infection ... 11

Tabel 2.2. Kriteria Diagnosis Infeksi VHB ... 13

Tabel 2.4. Rekomendasi Terapi Hepatitis B ... 18

Tabel 3.1. Variabel dan Definisi Operasional Penelitian ... 22

Tabel 5.1. Distribusi Karakteristik Dasar ... 27

Tabel 5.2. Gambaran HBeAg ... 28

Tabel 5.3. Gambaran HBV DNA/ viral load ... 29

Tabel 5.4. Gambaran Enzim Transferase ... 29

Tabel 5.5. Distribusi Pengobatan ... 30


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Daftar Riwayat Hidup Lampiran 2 : Data Induk

Lampiran 3 : Output Data

Lampiran 4 : Surat Izin Penelitian Lampiran 5 : Ethical Clearence Lampiran 6 : Kegiatan Bimbingan


(13)

ABSTRAK

Hepatitis virus adalah suatu infeksi sistemik yang terutama memperngaruhi hati. Dan dikatakan kronis apabila hepatitis yang tetap bertahan selama lebih dari 6 bulan. Sekitar 5% dari populasi dunia mempunyai infeksi HBV kronis dan merupakan penyebab utama hepatitis kronis, sirosis, dan karsinoma hepatoseluler diseluruh dunia. Berdasarkan hal tersebutlah maka dilakukan penelitian mengenai karakteristik penyakit hepatitis B kronik di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan pada Januari 2012 sampai Desember 2013.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain cross sectional yang dilakukan di Instalasi Rekam Medik RSUP HAM Medan. Pengumpulan data dilakukan dengan metode analisis pada 42 data rekam medis yang lengkap pada pasien hepatitis B kronik pada Januari 2012 sampai Desember 2013 yang dipilih dengan metode total sampling. Hal- hal yang dapat dianalisis pada rekam medis hepatitis B kronik antara lain sosiodemografi, HBeAg, HBV DNA, SGOT/SGPT, Pengobatan dan Respon.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hepatitis B kronik di RSUP HAM Medan paling sering terjadi pada jenis kelamin laki- laki, dengan rentang usia 46 – 55 tahun, sering terjadi pada pasien dengan pekerjaan PNS, paling banyak berasal dari luar medan dan status pernikahan pasien paling banyak adalah yang sudah menikah. Dan dilihat dari HBeAg, pasien dengan HBeAg (-) adalah yang terbanyak, indikasi pengobatan dapat dilihat berdasarkan HBV DNA dan SGOT/SGPT, dan mendapatkan complete respon dari pengobatan yang diberikan yaitu golongan telbivudine.


(14)

ABSTRACT

Viral hepatitis is a systemic infection that mainly affect the liver. And said if chronic hepatitis which persisted for more than 6 months. Approximately 5% of the world population have chronic HBV infection and a major cause of chronic hepatitis, cirrhosis, and hepatocellular carcinoma worldwide. Based on the data then we do research on the characteristics of chronic hepatitis B in the General Hospital Haji Adam Malik in January 2012 until December 2013.

This research is a descriptive cross-sectional design conducted in the Installation of Medical Record in the General Hospital Haji Adam Malik. Data collected by the method of analysis in 42 complete medical records of patients with chronic hepatitis B in January 2012 to December 2013 were selected with a total sampling method. Things that can be analyzed in the medical records of chronic hepatitis B among other sociodemographic, HBeAg, HBV DNA, SGOT/SGPT, the treatment, and the response.

These results indicate that chronic hepatitis B in the Adam Malik Hospital of the most common in male gender, age range 46-55 years, often occurs in patients with PNS, mostly from outside Medan and marital status of patients at most is married. And views of HBeAg, patients with HBeAg (-) is the most, the indication for therapy based on HBV DNA and SGOT/SGPT, and get a complete response to treatment given that telbivudine group.


(15)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik yang dominan menyerang hati. Hampir semua kasus hepatitis virus akut disebabkan oleh salah satu dari lima jenis virus yaitu: virus hepatitis A (VHA), virus hepatitis B (VHB), virus hepatitis C (VHC), virus hepatitis D (VHD) dan virus hepatitis E (VHE). Jenis lain yang ditularkan pascatransfusi seperti hepatitis G dan virus TT telah dapat diidentifikasi, akan tetapi tidak menyebabkan hepatitis. (Sanityoso, 2009)

Hepatitis B menduduki urutan pertama dalam hal jumlah penderita. Namun demikian hanya sedikit orang saja yang mengetahui tentang penyakit ini (Misnadiarly, 2007). Infeksi VHB merupakan masalah kesehatan yang serius di banyak dunia. VHB menginfeksi lebih dari 350 juta orang diseluruh dunia. Diperkirakan 500.000-1.000.000 orang meninggal setiap tahun dari penyakit hati terkaitVHB (WHO, 2010).

Infeksi Virus Hepatitis B (VHB) adalah suatu masalah kesehatan utama di dunia pada umumnya dan Indonesia pada khususnya. Diperkirakan bahwa sepertiga populasi dunia pernah terpajan virus ini dan 350-400 juta diantaranya merupakan pengidap hepatitis B (PPHI, 2012).

Sekitar 5% dari populasi dunia mempunyai infeksi VHB kronik yang mempunyai komplikasi hepatitis kronis, sirosis hati dan karsinoma hepatoseluler diseluruh dunia. Sekitar 10% adalah kronis pembawa virus, yang merupakan hasil transmisi neonatus ataupun penularan dari satu orang ke orang lainnya (horizontal) (WHO, 2002).

Hepatitis B kronik adalah adanya persistensi virus hepatitis B (VHB) lebih dari 6 bulan yang masih disertai dengan viremia. 75% dari 300 juta individu di Asia merupakan individu HBsAg positif menetap di seluruh dunia. Dan sebagian besar


(16)

penderita hepatitis B kronik mendapatkan infeksi pada masa perinatal. Kebanyakan penderita ini tidak mengalami keluhan ataupun gejala yang berarti sampi akhirnya terjadi penyakit hati kronis (Soemoharjo, 2009).

Gambaran klinis hepatitis B kronik sangat bervariasi. Banyak kasus tidak didapatkan keluhan maupun gejala dan pemerikaan tes faal hati hasilnya normal (IPD,2009).

Berdasarkan status HBeAg, hepatitis B kronik dikelompokkan menjadi hepatitis B kronik HBeAg positif dan hepatitis B kronik HBeAg negatif. Hepatitis B kronik HBeAg negatif dengan konsentasi DNA VHB tinggi merupakan indikasi terapi antivirus (Soemohardjo, 2009).

Belum adanya ditemukan penelitian mengenai karakteristik hepatitis B kronik di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2012-2013. Oleh karena itu, berdasarkan uraian data diatas maka perlu dilakukan penelitian karakteristik penyakit hepatitis B kronik di RSUP Haji Adam Malik Medan sejak Januari 2012- Desember 2013.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah "Bagaimana Karakteristik Penyakit Hepatitis B Kronik pada Pasien Rawat Jalan di Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan Januari 2012-Desember 2013?”

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui karakteristik penyakit hepatitis B kronik pada pasien rawat jalan di Rumah Sakit Haji Adam Malik periode Januari 2012 s/d Desember 2013.


(17)

a. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita hepatitis B kronik berdasarkan sosiodemografi yang meliputi umur, jenis kelamin, suku, agama, pekerjaan, status pernikahan dan tempat tinggal.

b. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita hepatitis B kronik berdasarkan jenis/ golongan hepatitis B kronik.

c. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita hepatitis B kronik berdasarkan kadar viral load/ HBV DNA.

d. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita hepatitis B kronik berdasarkan jenis pengobatan.

e. Untuk mengetahui distribusi proporsi indikasi pengobatan pada penderita hepatitis B kronik berdasarkan nilai enzim transferase.

f. Untuk mengetahui distribusi proporsi repon pengobatan yang diberikan pada penderita hepatitis B kronik.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk:

1. Memberikan gambaran dari karakteristik pasien hepatitis B kronik di poli penyakit dalam RSUP Haji Adam Malik Medan.

2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi statistik penyakit heptitis B kronik pada Januari 2012 hingga Desember 2013 di RSUP Haji Adam Malik Medan.

3. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber bacaan atau referensi bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan hepatitis B kronik.

4. Sebagai sarana bagi penulis untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan mengenai hepatitis B kronik.


(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Hepatitis

Hepatitis adalah peradangan pada hati yang disebabkan oleh beberapa etiologi. Etiologi yang menyebabkan peradangan hati ini antara lain berupa virus, kelainan sistem imun tubuh, alkohol, obat-obatan tertentu dan juga za- zat yang bersifat racun (Schmidt, 2010).

2.2. Anatomi dan Fisiologi Hati

2.2.1. Anatomi Hati

Hati merupakan organ terbesar yang terletak disebelah kanan atas rongga perut. Beratnya 1.500 gram, 2%-2,5% berat badan orang dewasa yang normal. Hati kaya akan persediaan darah sehingga pada kondisi yang sehat berwarna merah tua. Hati dibagi menjadi 2 lobus yaitu lobus kanan dan lobus kiri. Kedua lobus ini dipisahkan oleh ligamen falsiformis. Lobus kanan hati mempunyai 3 bagian utama yaitu: lobus kanan atas, lobus kuadratus, dan lobus kaudatus. Lobus kanan lebih besar dibandingkan lobus kirinya (Sloane,2004).

Hati menerima darah dari 2 sumber: (Sherwood, 2011)

a. Darah arteri, yang menyediakan O2 bagi hati dan mengandung metabolit

darah untuk diproses oleh hati, disalurkan oleh arteri hepatika.

b. Darah vena yang berasal dari saluran cerna dibawa oleh vena porta hepatika ke hati untuk pemrosesan dan penyimpanan nutrien yang baru diserap. Didalam hati, vena porta kembali bercabang-cabang menjadi anyaman kapiler (sinusoid hati) untuk memungkinan terjadinya pertukaran antara darah dan


(19)

hepatosit sebelum darah mengalir ke dalam vena hepatika, yang kemudian menyatu dengan vena kava inferior.

2.2.2. Fisiologi Hati

Hati dipandang sebagai pabrik biokimia utama tubuh. Perannya dalam sistem penceranaan adalah untuk sekresi garam empedu, yang membantu pencernaan dan penyerapan lemak. Hati juga melakukan berbagai fungsi yang tidak berkaitan dengan pencernaan (Sherwood, 2011). Fungsi utama hati yang tidak berkaitan dengan pencernaan, sebagai berikut:

a. Untuk Metabolisme

Metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein. Bergantung kepada kebutuhan tubuh. Ketiganya dapat saling dibentuk.

b. Untuk Penyimpanan Zat

Seperti mineral (Cu, Fe) serta vitamin larut lemak (Vit. A, D, E, dan K), glikogen dan berbagai racun yang tidak dapat dikeluarkan dari tubuh seperti, peptisida DDT.

c. Untuk Detoksifikasi

Hati melakukkan inaktivasi hormon dan menguraikan zat sisa tubuh yang toksin dan obat.

d. Untuk Fagositosis

Fagositosis mikroorganisme, sel darah merah, dan sel darah putih yang sudah tua maupun rusak.

e. Untuk Sekresi

Hati memproduksi empedu yang berperan dalam emulsifikasi dan absorbsi lemak (Sloane, 2004).

f. Pengaktifan Vit. D

Pengaktifan vit. D dilakukan hati bersama dengan ginjal. g. Fungsi Vaskular


(20)

Membentuk protein plasma, termasuk protein yang dibutuhkan untuk pembekuan darah dan yang untuk menganggkut hormon steroid dan tiroid serta kolesterol dalam darah (Sherwood, 2011)

2.3. Definisi Hepatitis B

Hepatitis B adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh virus hepatitis B (VHB), anggota famili Hepadnavirus yang menyebabkan peradangan hati yang akut ataupun kronik dan pada sebagian kecil kasus mengalami komplikasi berupa sirosis hati atau kanker hati (Selvaraju, 2012).

2.4. Hepatitis B Kronik

2.4.1. Definisi

Pada saat ini definisi hepatitis B kronik adalah adanya persistensi virus hepatitis B (VHB) yang menetap lebih dari 6 bulan. Sehingga istilah carrier sehat tidak lagi dianjurkan untuk digunakan (Soemohardjo,2009).

Hepatitis B kronik adalah masalah klinis utama di seluruh dunia. Hal ini sangat penting di kawasan Asia-Pasifik dimana prevalensi infeksi HBV tinggi, termasuk Indonesia, yang termasuk hepatitis B daerah endemik sedang sampai tinggi (Juniastuti, 2014).

2.4.2. Patogenesis

Hepatitis B kronik terjadi karena reaksi immunologik pasien terhadap virus hepatitis B kurang sempurna, sehingga memungkinkan terjadi koeksistensi dengan virus hepatitis B. Pada koeksistensi ini HBsAg akan muncul pada masa awal dan titernya akan naik mencapai angka yang sangat tinggi, tetapi serologi HBsAg ini akan tetap positif sampai berbulan-bulan, bahkan seumur hidup. Kira-kira 10% penderita hepatitis B akut akan mengalami keadaan ini.


(21)

Gambar 2.2 Perjalanan Penyakit Hepatitis B Kronik

(Sumber : JRSM, 2004)

Fase infeksi dari keadaan ini terdiri atas 2 fase, yaitu infeksi kronis dan fase pengidap HBsAg tanpa gejala.

a. Fase Infeksi Kronis

Dalam fase ini penderita tidak menunjukkan gejala atau hanya mengalami keluhan ringan. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan kenaikan enzim amino transferase 5- 10 kali dari normal, HBsAg yang menurun, HBeAg dan DNA virus hepatitis B tetap positif. Fase ini akan berlangsung selama satu sampai puluhan


(22)

tahun. Dan sebagian penderita akan mengalami kompikasi berupa sirosis hati, hepatoma bahkan meninggal karena kegagalan fungsi hati.

b. Fase HBsAg tanpa gejala

Diawali dengan kelainan biokimia dan hilangnya gejala klinis. Pemeriksaan kadar enzim amino transferase normal, HBsAg tetap atau menurun, HBeAg serta DNA virus hepatitis B akan negatif. Fase ini umumnya berlangsung seumur hidup. Keadaan ini terjadi pada 10% dari penderita yang terinfeksi pada masa dewasa (Handri,2012).

2.5. Epidemiologi

Diperkirakan bahwa sepertiga populasi dunia pernah terpajan virus ini dan 350-400 juta diantaranya merupakan pengidap hepatitis B.Prevalensi yang lebih tinggi didapatkan di negara berkembang, termasuk Indonesia. Di Indonesia, angka pengidap hepatitis B pada populasi sehat diperkirakan mencapai 4.0-20.3%, dengan proporsi pengidap di luar Pulau Jawa lebih tinggi daripada di Pulau Jawa.Secara genotip, virus hepatitis B di Indonesia kebanyakan merupakan virus dengan genotip B (66%) (CDC,2013)

Sekitar 2 miliar penduduk di seluruh dunia pernah terinfeksi dengan virus hepatitis B dan 600.000 penduduk meninggal setiap tahun oleh komplikasi dari hepatitis B serta lebih dari 240 juta menderita infeksi hati yang kronik (WHO, 2012).

Tahun 2007, Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menunjukkan dari 10.391 serum yang diperiksa, prevalensi HBsAg positif 9,4% yang berarti 1dari 10 juta penduduk Indonesia pernah terinfeksi hepatitis B. Hal ini menyebabkan Indonesia digolongkan sebagai negara dengan kategori endemisitas sedang sampai tinggi (Depkes RI, 2013).

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa prevalensi HBsAg ditemukan lebih tinggi dari 10% di luar Pulau Jawa, yaitu Pulau Sumatera, Pulau Bali dan


(23)

Irian Jaya. Ini dapat dimengerti karena Indonesia memiliki daerah yang sangat luas, dengan perilaku dan budaya yang berbeda-beda (Sulaiman, 1997).

Gambar 2.3 Epidemiologi Hepatitis B Kronik (Sumber: CDC, 2013)

2.6. Serologi Penanda VHB

Berbagai macam pertanda serologik yang bermakna, dan maknanya:

1. HbsAg (Hepatitis B Surface Antigen)

Suatu protein yang merupakan selubung luar partikel VHB. HBsAg yang positif menunjukkan bahwa pada saat itu yang bersangkutan mengidap infeksi VHB.

2. Anti-HBs

Antibodi terhadap HbsAg. Antibodi ini muncul setelah HBsAg hilang. Anti-HBs positif menunjukkan bahwa individu yang bersangkutan telah kebal terhadap infeksi VHB baik yang terjadi setelah suatu infeksi VHB alami atau setelah dilakukan vaksinasi Hepatitis B.


(24)

Antibodi terhadap protein core. Antibodi ini muncul pada semua kasus dengan infeksi VHB pada saat ini atau infeksi pada masa yang lalu. Anti-HBc muncul pada Hepatitis Akut, sehingga IgM anti-HBc nya akan positif untuk memperkuat diagnosis. Namun bisa kembali menjadi positif pada hepatitis kronik dengan reaktivasi, IgM anti-HBc tidak dapat dipakai untuk membedakan hepatitis akut dengan kronik secara mutlak.

4. HBeAg

Suatu protein nonstruktural dari VHB yang disekresikan kedalam darah dan merupakan produk gen precore dan gen core. Positifnya HBeAg merupakan petunjuk adanya replikasi VHB yang tinggi dari seorang individu HbsAg positif.

5. Anti-Hbe

Antibodi yang timbul terhadap HBeAg pada infeksi VHB tipe liar. Positifnya menunjukkan bahwa VHB ada dalam fase nonreplikatif. Anti-HBe hilang setelah beberapa bulan atau tahun.

6. DNA VHB

Positifnya DNA VHB dalam serum menunjukkan adanya partikel VHB yang utuh dalam tubuh penderita. DNA VHB adalah jumlah virus yang paling peka (viral load). Pengukuran DNA VHB secara kuantitatif memegang peran yang sangat penting untuk menentukan tinggat replikasi VHB, menentukan indikasi terapi antiviral dan menilai hasil terapi (Cahyono, 2009).

2.7. Diagnosis

Evaluasiawal pasien dengan VHB kronis harus mencakup riwayat menyeluruh dan pemeriksaan fisik, dengan penekanan khusus pada faktor-faktor risiko untuk


(25)

riwayat terinfeksi, penggunaan alkohol, dan riwayat keluarga dari infeksi VHB dan kanker hati. Uji laboratorium harus mencakup penilaian penyakit hati, penanda replikasi VHB, dan tes untuk koinfeksi denganVHC, VHD, atau HIV pada mereka yang berisiko (Anna et al., 2009).

Tabel 2.1. Evaluation of Patients with Chronic HBV Infection Initial evaluation

1. History and physical examination 2. Family History of liver disease, HCC

3. Laboratory tests to assess liver disease—complete blood counts with platelets, hepatic panel, and prothrombin time

4. Tests for VHB replication—HBeAg/anti-HBe, VHB DNA

5. Tests to rule out viral coinfections—anti-VHC, anti-VHD (in persons fromcountries where VHD infection is common and in those with history of injection drug use), and anti-HIV in those at risk

6. Tests to screen for HCC–AFP at baseline and, in high risk patients, ultrasound

7. Consider liver biopsy to grade and stage liver disease - for patients who meet criteria for chronic hepatitis

(Sumber asli: Anna dkk, 2009) Diagnosis infeksi hepatitis B kronis didasarkan pada pemeriksaan serologi, petanda virologi, biokimiawi dan histologi. Secara serologi pemeriksaan yang dianjurkan untuk diagnosis dan evaluasi infeksi hepatitis B kronis adalah : HBsAg, HBeAg, anti HBe dan VHB DNA (Suharjo, 2006)

Hepatitis B kronik mempunyai gambaran klinis yang bervariasi. Pada beberapa kasus tidak didapatkan keluhan maupun gejala, dan pemeriksaan fungsi hati normal. Namun sebagian lagi didapatkan hepatomegali bahkan splenomegali atau tanda- tanda penyakit hati kronis lainnya, seperti eritema palmaris dan spider nevi. Ditemukan kenaikan konsentrasi ALT (Alanine aminotransferase) walaupun tidak selalu didapatkan (Soemohardjo,2009).


(26)

Peningkatan aminotransferase selama hepatitis B akut bervariasi dari / kenaikan moderat ringan 3 - sampai 10 kali lipat peningkatan mencolok dari > 100 kali lipat.Yang terakhir ini tidak selalu berarti prognosis yang buruk.Konsentrasi ALT biasanya lebih tinggi dari aspartate aminotransferase (AST) konsentrasi.Konsentrasi bilirubin meningkat pada kebanyakan pasien dengan infeksi HBV akut.Ikterus klinis bermanifestasi pada 50% orang dewasa dengan konsentrasi bilirubin dari > 51,3 umol / L (3,0 mg / dL).Konsentrasi hingga 513 umol / L (30,0 mg / dL) dapat terjadi.Sedikit kenaikan alkaline phosphatase juga terlihat.Pada pasien yang dapat berkembang menjadi gagal hati fulminan, penurunan cepat dalam ALT dan AST dapat menyesatkan satu ke menyimpulkan bahwa infeksi hati yang menyelesaikan padahal hilangnya hepatosit terjadi.Kenaikan berkelanjutan dalam konsentrasi aminotransferase untuk > 6 bulan dianggap sebagai indikasi hepatitis kronis (Gitlin, 2011).

Manifestasi klinis hepatitis B kronik secara sederhana dikelompokkan menjadi 2 yaitu:

1. Hepatitis B kronik aktif. Dimana HBsAg positif dengan DNA VHB lebih dari 105 kopi/ml, dan didapatkan kenaikan konsentrasi ALT. Menurut status HBeAg pasien dikelempokkan menjadi hepatitis B kronik HBeAg positif dan hepatitis B kronik HBeAg negatif.

2. Hepatitis B kronik inaktif. HBsAg positif, DNA VHB rendah yaitu kurang dari 105 kopi/ml, dan konsentrasi ALT noral dan tidak ada didapati keluhan. Pada hepatitis B kronik inaktif sulit dibedakan antara hepatitis B kronik HBeAg negatif dengan VHB inaktif (Soemohardjo,2009).


(27)

Kriteria Diagnosis Infeksi VHB

Hepatitis B Kronik

1. HBsAg seropositif > 6 bulan

2. DNA VHB serum >20.000 IU/mL (nilai yang lebih rendah 2000-20.000 IU/mL ditemukan pada HBeAg negatif)

3. Peningkatan ALT yang presisten maupun intermiten

4. Biopsi hati yang menunjukkan hepatitis kronik dengan derajat nekroinflamasi sedang sampai berat

Pengidap Inaktif

1. HBsAg seropositif > 6 bulan

2. HBeAg (-), anti HBe (+)

3. ALT serum dalam batas normal

4. DNA VHB <2000-20000 IU/mL

5. Biopsi hati yang tidak menunjukkan inflamasi yang dominan

Resolved Hepatitis Infection

1. Riwayat infeksi Hepatitis B, atau adanya anti-HBc dalam darah

2. HBsAg (-)

3. DNA VHB serum yang tidak terdeteksi

4. ALT serum dalam batas normal

(Sumber asli: PPHI, 2012)

2.8. Vaksin Hepatitis

Cara terbaik untuk mencegah hepatitis B adalah dengan mendapatkan vaksin hepatitis B. Vaksin hepatitis B yang aman dan efektif dan biasanya diberikan 3-4 suntikan selama 6 bulan. Semua anak harus mendapatkan vaksin hepatitis B pada saat lahir dan menyelesaikan vaksin hingga usia 6-18 bulan. Vaksin dianjurkan untuk semua bayi sehingga mereka akan terhindar dari penyakit serius. Bayi dan anak- anak berada pada resiko yang lebih besar untuk


(28)

mengembangkan hepatitis B akut menjadi infeksi hepatitis B kronis, namun vaksin mampu mencegahnya. Pemberian vaksin hepatitis B menunjukkan perlindungan terhadap infeksi hepatitis B akut dan kronis, gejala berlangsung selama ≥ 22 tahun (Sarah dkk, 2013).

Saat ini dikenal 3 type vaksin yaitu (Lubis, 2004):

1. Human Plasma Derived

Vaksin ini berasal dari plasma. Dalam pemberiannya tidak ditemukan efek samping yang berarti.

2. Recombinant

DNA recombinan vaccine, merupakan HBsAg yang dimurnikan dimana komposisinya sama dengan human plasma derived yang berasal dari plasma.

3. Polypeptide

Vaksin ini masih dalam tahap ekperimental dan penggunaannya belum ditetapkan. Semua anak- anak dan remaja yang berusia kurang dari 18 tahun dan belum divaksinasi sebelumnya harus divaksin jika mereka tinggal di negara-negara dimana ada endemisitas rendah atau menengah. Kelompok berisiko tingga dapat memperoleh infeksi dan mereka juga harus divaksinasi. Mereka termasuk (WHO, 2013):

• Orang yang sering membutuhkan donor darah atau pasien dialisis. • Penerima transplantasi organ padat.

• Orang magang di penjara

• Pengguna narkoba

• Rumah tangga dan kontak seksual orang dengan infeksi VHB kronis. • Orang dengan beberapa mitra seksual, serta petugas kesehatan dan orang lain yang mungkin terkena darah dan produk darah melalui pekerjaan mereka. • Wisatawan yang belum menyelesaikan seri vaksinasi hepatitis B mereka harus ditawarkan vaksin sebelum berangkat ke daerah endemis.


(29)

Ada 2 cara penularan infeksi VHB yaitu penularan secara horizontal (dari pengidap hepatitis kepada individu yang masih rentan) dan secara vertikal (ibu hamil kepada bayi) (Soemohardjo, 2008).

2.9.1. Penularan Secara Horizontal

Dapat melalui kulit ataupun selaput lendir a. Melalui Kulit

Penularan melalui kulita bisa disebabkan oleh karena adanya tusukan yang jelas (penularan (parenteral), misalnya suntikan, transfusi darah, tatto atau pemberian produk yang berasal dari darah. Ada pula yang disebabkan tanpa tusukan yang jelas, misalnya bahan infektif melalui goresan dan radang pada kulit.

b. Melalui Selaput Lendir

Selaput lendir yang diduga manjadi jalan masuk VHB kedalam tubuh adalah selaput lendir mulut, hidung, mata dan kelamin. Penularan melalui selaput lendir mulut dapat terjadi pada mereka yang sariawan maupun selaput lendir mulut terluka. Melalui selaput lendir kelamin dapat terjadi akibat hubungan seksual dengan pasangan yang mengandung HBsAg positif yang bersifat infeksius (Ali, 1995).

2.9.2. Secara Vertikal

Terjadi pada masa sebelum kelahiran maupun prenatal, selama persalinan atau perinatal dan setela persalinan atau postnatal. Bayi yang tertular VHB secara vertikal mendapat penularan pada masa perinatal yaitu saat proses persalinan (Ali, 1995).

2.10. Penatalaksanaan Hepatitis B Kronik

Tujuan pengobatan VHB ini adalah untuk mencehag atau menghentikan radang hati (liver injury) dengan menekan replikasi virus atau menghilangkan injeksi. Titik akhir dalam pengobatan hepatitis B adalah hilangnya bertanda replikasi virus yang aktif secara menetep (Sudoyo, 2006).

Tidak semua pasien dengan infeksi VHB kronis perlumendapatkan terapi antiviral. Pemberian antiviral pada pasien hepatitis kronis tanpa pertimbangan


(30)

yang benar hanya akan merugikan pasien, baik dari aspek biaya, keberhasilan terapi, dan resiko resistensi obat (Cahyono, 2008).

Banyak obat antiviral yang telah dicoba untuk mengobati hepatitis B tapi belum ada yang memuaskan. Saat ini yang dianggap paling baik hasil adalah interferon dan lamivudin.

• Interferon, diberikan secara intensif 3 kali seminggu. Lamanya minimal 4-6 bulan. Keberhasilannya 40%-50%. Efek sampingnya mengganggu dan harganya sangat mahal. Ada jenis interferon kerja panjang yang bisa diberikan cukup 1 kali seminggu, yaitu Peggylated Interferon.

• Lamivudin, diberikan per oral, efek sampingnya sedikit. Diberikan bersama dengan interferon atau dosis tunggal (Hilman dkk, 2010).

Tabel 2.3 Rekomendasi Terapi Hepatitis B

HBeAg HBV DNA

(>105copies/ml)

ALT Strategi Pengobatan

+ + ≤ 2 x ULN Efikasi terhadap terapi rendah Observasi, terapi bila ALT meningkat

+ + > 2x ULN -Mulai terapi dengan : interferon

alfa, lamivudin atau adefovir -End point terapi : serokonversi HBeAg dan timbulnya anti HBe Durasi terapi :

i)Interferon selama 16 minggu ii)Lamivudin minimal 1 tahun, lanjutkan 3-6 bulan setelah terjadi serokonversi HBeAg


(31)

-Bila tidak memberikan respon/ada kontraindikasi, interferon diganti lamivudin / adefovir

-Bila resisten terhadap lamivudin, berikan adefovir

- + >2x ULN -Mulai terapi dengan : interferon

alfa, lamivudin atau adefovir. Interferon atau adefovir dipilih mengingat kebutuhan perlunya terapi jangka panjang

-End point terapi : normalisasi kadar ALT dan HBV DNA (pemeriksaan PCR) tidak terdeteksi

-Durasi terapi :

·Interferon selama satu tahun ·Lamivudin selama > 1 tahun ·Adefovir selama > 1 tahun -Bila tidak memberikan respon/ ada kontraindikasi interferon diganti lamivudin / adefovir

-Bila resisten terhadap lamivudin, berikan adefovir

- - 1- >2x ULN Tidak Perlu Terapi

+/- terdeteksi Sirosis Hati -Terkompensasi : lamivudin atau

adefovir

-Dekompensasi : lamivudin (atau adefovir), interferon kontraindikasi, transplantasi hati


(32)

(Sumber diterjemahkan: Lok, McMahon, 2009)

+/- Tidak terdektsi Sirosis Hati -Terkompensasi : observasi -Dekompensasi : rujuk ke pusat transplantasi hati


(33)

Gambar 2.3 Algoritma Penatalaksanaan Hepatitis B Kronik (Sumber asli: Anna dkk,2009)


(34)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian diatas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:

Gambar 3.1. Kerangka Konsep

3.2. Definisi Operasional

3.2.1. Hepatitis B Kronik

Hepatitis B kronik adalah pasien yang dinyatakan hepatitis B sudah lebih dari 6 (enam) bulan pada pasien dengan usia diatas atau sama dengan 18 tahun yang dicatat pada rekam medik dan sedang menjalani rawat jalan di poli penyakit dalam RSUP Haji Adam Malik Medan pada Januari 2012 – Desember 2013.

3.2.2. Sosiodemografi

Sosiodemografi adalah keterangan yang menunjukkan spesifikasi pribadi dari pasien dan hubungan sosialnya di lingkungan masyarakat, yang meliputi usia, jenis kelamin, suku, agama, pekerjaan, status perkawinan dan tempat tinggal.

Karakteristik:

1. Sosiodemografi 2. Golongan Hepatitis

B Kronik

3. Viral Load (DNA VHB)

4. Indikasi Terapi 5. Jenis Terapi 6. Respon Terapi Hepatitis B Kronik


(35)

3.2.2.1. Usia

Lama hidup si penderita hepatitis B kronik yang dihitung sejak bulan dan tahun kelahirannya hingga si pasien datang ke rumah sakit. Usia yang menjadi hasil ukur penelitian ini adalah usia dimulai dari 18 tahun. Perhitungan bulan kelahiran si pasien memakasi sistem penggenapan, dimana 1-10 bulan digenapkan menjadi 0 tahun dan 10-12 bulan digenapkan menjadi 1 tahun.

3.2.2.2. Tempat Tinggal

Alamat tinggal atau daerah si pasien tinggal. Tempat tinggal ini dibagi menjadi pasien yang berasal dari Kota Medan dan Luar Medan. Berasal dari Kota Medan artinya semua pasien yang datang berobat ke RSUP Haji Malik Medan masih berasal dari seluruh Kecamatan yang ada di Kota Medan. Sedangkan Luar Medan, semua pasien yang datang berobat dari luar Kecamatan yang ada di Kota Medan.

Tabel 3.1. Variabel dan Definisi Operasional Penelitian Variabel Definisi

Operasional

Cara Ukur Alat Ukur

Hasil Ukur Skala

Ukur

Umur Lama hidup si

penderita hepatitis B kronik yang dihitung bedasarkan tahun kelahiran pasien hingga dinyatakan sebagai pasien hepatitis B kronik Menganalisis rekam medik Rekam Medis

18 – 25 tahun 26 – 35 tahun 36 – 45 tahun 46 – 55 tahun 56 – 65 tahun >65 tahun


(36)

Jenis Kelamin Jenis kelamin pasien hepatitis B kroni Analisis rekam medik Rekam medik Laki-laki Perempuan Nominal

Pekerjaan Aktivitas utama yang dilakukan pasien hepatitis B kronik Analisi rekam medis Rekam medis -Ibu Rumah Tangga (IRT) -Petani -Pensiunan -Wiraswasta -Pegawai -Negri Sipil (PNS) -Pelajar/ Mahasiswa Nominal Status pernikahan Status pernikahan pasien hepatitis B kronik Analisis rekam medis Rekam medis -Sudah menikah -Belum menikah -Pernah menikah (janda/duda) Nominal Tempat tinggal Alamat tempat tinggal pasien hepatitis B kronis Analisis rekam medis Rekam medis -Medan -Luar Medan Nominal Golongan Hepatitis B Kronik Penggolongan hepatitis B kronik pada pasien hepatitis B kronik berdasarkan Analisis rekam medis Rekam medis -HBeAg (+) -HBeAg (-) Nominal


(37)

HBeAg

Viral Load Kadar atau

jumlah virus yang terdapat pada darah pasien hepatitis B kronik Analisis rekam medis Rekam medis HBeAg(+) ->105 kopi/ml -<105kopi/ml HBeAg(-) ->104 kopi/ml -<104 kopi/ml

Ordinal Indikasi terapi berdasarkan SGOT/SGPT Indikasi terapi berdasarkan gambaran enzim transaminase pada pasien hepatitis B kronik Analisis rekam medis Rekam medis SGOT/SGPT -Normal ->2-5x ULN -≥5x ULN

Ordinal Jenis pengobatan Penatalaksanaan yang diberikan dokter kepada pasien hepatitis B kronik. Analisis rekam medis Rekam medis -Imunomodulasi -Anti Viral Nominal Respon pengobatan Hasil/ perubahan HBV DNA (viral load) pasien hepatitis B kronik setelah mendapatkan pengobatan/ penatalaksanaan. Analisis rekam medis Rekam medis -complete respone -unrespone Ordinal


(38)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif karena bertujuan untuk menggambarkan suatu fenomena yang ditemukan berkitan dengan karakteristik penyakit hepatitis B kronik yang dirawat jalan di RSUP Haji Adam Malik Medan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain cross sectional (potong melintang) dimana hanya dilakukan satu kali pengambilan sampel dan tidak ada prosedur tindak lanjut atau follow up.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

4.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di RSUP Haji Adam Malik Medan pada instalasi rekam medik.

4.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2014- Desember 2014.

4.3. Populasi dan Sampel

4.3.1 Populasi

Populasi target pada penelitian ini adalah rekam medik pasien dengan hepatitis B kronik yang berusia diatas 18 tahun. Sedangkan Populasi terjangkau penelitian ini adalah pasien dengan hepatitis B kronik yang datang berobat ke poli penyakit dalam RSUP Haji Adam Malik Medan sejak Januari 2012 – Desember 2013.


(39)

4.3.2. Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah rekam medik pasien yang menjadi populasi terjangkau, yaitu pasien hepatitis B kronik yang berobat ke poli penyakit dalam RSUP Haji Adam Malik Medan sejak Januari 2012 – Desember 2013.

4.4. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yaitu berupa rekam medik pasien hepatitis B kronik yang dirawat jalan di RSUP Haji Adam Malik Medan pada Poli Penyakit Dalam dimana hal yang diperlukan dalam penelitian ini akan dicatat dan diuraikan berdasarkan kebutuhan peneliti.

Gambar 4.1. Bagan kerangka operasional

4.5. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan bantuan program komputer. Yang nantinnya akan disajikan dalam bentuk tabel.

Rekam Medik Pasien

RSUP Haji Adam Malik

Hasil Laboratorium

Karakteristik: 1. Sosiodemografi 2. Golongan Hepatitis B

Kronik

3. Viral Load (DNA VHB) 4. Jenis Pengobatan

5. Indikasi Pengobatan 6. Respon Pengobatan


(40)

BAB 5

HASIL PENELITI AN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah di Rumah Sakit Pusat Haji Adam Malik Medan. Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik terletak di Jalan Bunga Lau No. 17 KM.12 Kecamatan Medan Tuntungan, Kotamadya Medan, Provinsi Sumatera Utara.

Sesuai dengan SK Menkes No. 335/Menkes/SK/VII/1990 Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik merupakan rumah sakit kelas A. Dan sesuai dengan SK Menkes No. 502/Menkes/SK/IX/1991, Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik juga sebagai pusat rujukan wilayah pembangunan A yang meliputi Provinsi Sumatera Utara, Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, dan Riau.

Penelitian ini dilakukan di Instalasi Rekam Medik Rumah Sakita Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, yang berada di lantai satu gedung Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

5.1.2. Deskripsi Data Penelitian

Data penelitian yang digunakan adalah data sekunder, yaitu berupa data yang berasal dari rekam medis penderita Hepatitis B Kronik yang berisi data pribadi pasien dan hasil pemeriksaan laboratorium dari Hepatitis B Kronik di Instalasi Rekam Medik Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Data yang diambil berada pada kurun waktu 2 tahun, yaitu dari 1 Januari 2012 sampai 31 Desember 2013.

Jumlah data keseluruhan adalah 72 data rekam medis, namun hanya 42 data rekam medis lengkap yang berisi data berupa data pribadi pasien yaitu umur, jenis kelamin, status pernikahan, pekerjaan dan alamat tinggal, disertai dengan hasil pemeriksaan HBeAg, HBV DNA (viral load), SGOT/SGPT serta jenis obat yang diberikan sebagai terapi.


(41)

5.1.2.1. Karakteristik Pada Pasien Hepatitis B Kronik di RSUP HAM Medan.

Karakteristik dasar pada pasien hepatitisB kronik di RSUP HAM Medan dibagi atas beberapa variabel yaitu berupa jenis kelamin, usia, pekerjaan, tempat tinggal, dan status pernikahan. Distribusi karakteristik dasar pasien hepatitis B kronik di RSUP HAM Medan pada tahun 2012 sampai 2013 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.1. Distribusi Karakteristik Dasar Pasien Hepatitis B Kronik di RSUP HAM Medan

Variabel Frekuensi (n=42) Persen (%=100)

1. Jenis Kelamin

Pria 31 73,8

Wanita 11 26,2

2. Usia

17 – 25 tahun 4 9,5

26 – 35 tahun 4 9,5

36 – 45 tahun 12 28,6

46 – 55 tahun 14 33,3

56 – 65 tahun 6 14,3

66 – 75 tahun 2 4,8

3. Pekerjaan

IRT 1 2,4

Mahasiswa 2 4,8

Pegawai Negri Sipil 22 52,4

Pegawai Swasta 3 7,1

Pensiunan 4 9,5

Petani 2 4,8


(42)

Wiraswasta 5 11,9

4. S. Pernikahan

Menikah 35 83,3

Belum Menikah 6 14,3

Janda/Duda 1 2,4

5. Tempat Tinggal

Luar Medan 22 52,4

Medan 20 47,5

Berdasarkan tabel 5.1., didapati bahwa jumlah jumlah pasien hepatitis B kronik di RSUP HAM Medan yang memiliki data rekam medik yang lengkap adalah sebanyak 42 kasus.

Pada tabel 5.1., berdasarkan penggolongan jenis kelamin didapati bahwa pasien dengan jenis kelamin laki- laki adalah jumlah yang terbanyak yaitu sebanyak 31 kasus (73,8%). Sedangkan berdasarkan usia, kelompok dengan usia 46 – 55 tahun adalah yang terbanyak, yaitu sebanyak 14 kasus (33,3%) dengan rata- rata usia +/- 44,8 (std.deviasi 11,244). Berdasarkan jenis pekerjaannya, yang terbanyak adalah pekerjaan PNS yaitu sebanyak 22 kasus (52,4%). Berdasarkan tempat tinggal, pasien yang berasal dari luar Medan adalah yang terbanyak yaitu sebanyak 22 kasus (52,4%). Sedangkan berdasarkan status pernikahan, pasien yang sudah menikah adalah yang terbanyak yaitu sebanyak 35 kasus (83,3%).

Tabel 5.2. Gambaran Hepatitis B Kronik Berdasarkan Antigen Hbe (HBeAg) Di RSUP HAM Medan

HBeAg Frekuensi (n=42) Persen (%=100)

HBeAg (-) 25 59,5

HBeAg (+) 17 40,5

Berdasarkan tabel 5.2., didapati bahwa berdasarkan gambaran antigen Hbe (HBeAg) pada pasien hepatitis B kronik di RSUP HAM Medan yang terbanyak adalah pasien dengan HBeAg (-) yaitu sebanyak 25 kasus (59,5%).


(43)

Tabel 5.3. Gambaran Kadar Viral Load (HBV DNA) Pada Pasien Hepatitis B Kronik di RSUP HAM Medan

HBV DNA Frekuensi Persen

HBeAg (-) 25 100

< 104 9 36

104 16 64

HBeAg (+) 17 100

< 105 6 35,3

≥ 105

11 64,7

Berdasarkan tabel 5.3., didapati bahwa gambaran kadar viral load pada pasien hepatitis B kronik di RSUP HAM yang terbanyak pada HBeAg (-) adalah HBV DNA ≥10 4 sebanyak 16 kasus (64%) dan pada HBeAg (+) adalah HBV DNA ≥105 yaitu sebanyak 10 kasus (58,8%).

Tabel 5.4. Gambaran Hepatitis B Kronik Berdasarkan Enzim Transaminase

SGOT/SGPT Frekuensi (n=24) Persentase (%=100)

SGOT

Normal 36 85,7

2 – 5 ULN 5 11,9

≥ 5 ULN 1 2,4

SGPT

Normal 34 81

2 – 5 ULN 7 16,7

≥ 5 ULN 1 2,4

Berdasarkan tabel 5.4., didapati bahwa pada pasien hepatitis B kronik di RSUP HAM Medan SGOT terbanyak adalah dengan kadar normal, yaitu sebanyak 36 kasus (85,7%) dan SGPT terbanyak adalah dengan kadar normal, yaitu sebanyak 34 kasus (81%).


(44)

Tabel 5.5. Distribusi Pasien Hepatitis B Kronik Berdasarkan Pengobatan

Pengobatan Frekuensi (n=42) Persen (%=100)

Adefovir dipivoxil 5 11,9

Curcuma 3 7,1

Lamivudin 1 2,4

Pegylated interferon 1 2,4

Telbivudine 32 76,2

Berdasarkan tabel 5.5., pengobatan terbanyak yang diberikan kepada pasien hepatitis B kronik di RSUP HAM Medan adalah golongan telbivudine yaitu sebanyak 32 kasus (76,2%).

Tabel 5.6. Respon Terapi Pada Pasien Hepatitis B Kronik di RSUP HAM Medan

Respon Frekuensi (n=42) Persen (%=100)

Complete Respon 23 54,8

Unrespon 19 45,2

Berdasarkan tabel 5.6., complete respon adalah respon yang paling banyak didapati pada pasien heptitis B kronik di RSUP HAM Medan yaitu sebanyak 23 kasus (54,8%).

5.2. Pembahasan

Dari penelitian tentang karakteristik hepatitis B kronik di RSUP HAM Medan pada Januari 2012 – Desember 2013 ini ditemukan bahwa mayoritas penderita hepatitis B kronik adalah laki- laki. Hal serupa juga ditemui pada penelitian yang dilakukan oleh Yan Zeng et al. (2014) di China, dimana dari 623 pasien yang menjadi sample penelitian terdapat 456 pasien yang berjenis kelamin laki- laki (72,2%). Dan hasil yang tidak jauh berbeda di temui pada penelitian yang dilakukan Yilmaz et al. (2014) dimana pada penelitian mereka dari 77 sample terdapat 40 sample berjenis kelamin laki- laki (52%). Menurut penelitian Elisabet (2008), pria lebih cenderung menderita infeksi hepatitis B dibandingkan wanita, hal ini diakibatkan oleh perbedaan perilaku dan gaya hidup


(45)

antara wanita dan pria. Seperti penularan melalui tatto, homoseksual, pemakaian narkoba, sering terjadi pada kaum pria. Selain itu kesadaran berobat pria lebih rendah dibandingkan wanita.

Berdasarkan usia, pada penelitian ini didapati bahwa usia terbanyak yang menjadi penderita hepatitis B kronik di RSUP HAM Medan adalah kelompok usia 46 – 55 tahun dengan rata- rata usia 44,8. Hal yang tidak jauh berbeda didapati pada penelitian Ridruejo (2014) dimana pada penelitian ini didapati rata- rata usia sample adalah ± 44 dengan rentang usia 35 – 54 tahun. Namun rata- rata usia yang berbeda didapati pada penelitian yang dilakukan oleh Lester (2014) di Australia, dimana pada penelitian tersebut didapati rata- rata usia adalah ±37 dari 40 total sample, menurutnya hal ini dipengaruhi oleh gaya hidup yang sering mengkonsumsi alkohol pada usia tersebut.

Berdasarkan jenis pekerjaannya, pekerjaan sebagai PNS (Pegawai Negri Sipil) adalah yang terbanyak yang ditemukan pada penelitian ini. Namun hingga saat ini belum ada penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan variable yang dilakukan pada penelitian ini.

Begitupun berdasarkan tempat tinggal dimana kasus terbanyak dijumpai pada penelitian ini berasal dari luar Medan. Belum ada penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan hal ini. Namun hal ini tidak bisa dijadikan patokan, sebab menurut lokasi tempat penelitian hal ini bisa saja terjadi mengingat RSUP HAM Medan merupakan rumah sakit pusat rujukan wilayah Pembangunan A, yang meliputi beberapa kota diluar Medan seperti kota di Nanggroe Aceh Darussalam, kota- kota di Sumatera Barat dan Riau.

Berdasarkan status pernikahan, pada penilitian ini didapati bahwa yang terbanyak adalah pasien dengan status sudah menikah, namun belum ada ditemukan penelitian yang serupa sebelumnya yang dapat menjelaskan mengapa hal ini dapat terjadi.

Pada penelitian ini dapati bahwa kasus hepatitis B kronik dengan HBeAg (-) adalah yang terbanyak. Hal yang sama juga ditemukan pada penelitian yang dilakukan oleh Simeon et al. (2014), dimana pada penelitian ini ditemukan terdapat 94,5% pasien hepatitis B kronik dengan HBeAg (-) dari 2200 pasien


(46)

hepatitis B kronik yang diteliti. Namun beda halnya dengan yang ditemukan pada penelitian yang dilakukan oleh Hong (2014) di China, dimana pada penelitian tersebut didapati bahwa pasien dengan HBeAg (+) adalah yang terbanyak dibandingkan dengan HBeAg (-) (58,1% vs 41,9%). Menurut Simeon et al. (2014), perbedaan prevalensi berdasarkan HBeAg ini ditentukan juga oleh lokasi penelitian apakah lokasi penelitian merupakan lokasi dengan endemitas tinggi atau lokasi dengan endemitas rendah. Penelitian ini dilakukan di RSUP HAM Medan, dimana pada Tong et al. (2011), ditemukan bahwa Indoneia merupakan daerah dengan endemitas yang masih tergolong rendah dibandingkan dengan negara- negara lain disekitar Asia Tenggara.

Pada penelitian ini, berdasarkan kadar viral load (HBV DNA) terdapat 16 kasus dengan HBeAg(-) yang akan mendapatkan terapi dan biopsi hati, seperti yang dikemukakan oleh Lok dan McMahon (2009) dimana pada guideline tersebut terdapat logaritma penatalaksanaan hepatitis B kronik pasien dengan HBeAg (-) , ALT >2 ULN dan HBV DNA ≥20.000 (≥10 4) dikatakan dilakukan pemberian terapi lanjutan dan pilihan melakukan biopsi hati. Dan terdapat 10 kasus dengan HBeAg(+) pada kasus ini yang terindikasi untuk mendapatkan terapi lanjutan ataupun melakukan pemeriksaan lanjutan. Menurut Tong et al. (2011) pasien dengan HBeAg (+) dan kadar HBV DNAnya berada pada tingkat 105 – 108 kopi/mL dianjurkan untuk melakukan biopsi hati dan pada biopsi hati tersebut akan terlihat nekroinflamasi yang masih aktif yang sangat memungkinkan terjadinya fibrosis hati sehingga diperlukan terapi lanjutan untuk mencegah terjadinya fibrosis tersebut.

Berdasarkan IPD (2009), nilai normal dari SGOT/SGPT adalah 5-40/ 5-35 IU/I, meningkat sesuai inflamasi, atau nekrosis hati. Menurut Tong et al. (2011), nilai SGOT/SGPT diatas normal adalah salah satu indikasi pemberian antiviral, dan juga harus melihat status HBeAg dan HBV DNA. Namun menurut Yadav et al,.(2014) pada penelitiannya di India mengatakan bahwa nilai normal dan nilai batas atas dari SGOT/SGPT berbeda- beda, tergantung pada informasi dan metodologi yang dipakai. Pada penelitian ini nilai batas atas yang dipakai adalah berdasarkan guideline yang dipublikasikan oleh Lok dan McMahn (2009), dimana


(47)

nilai batas atas yang dipakai sebagai rekomendasi terapi dan follow up adalah >2x ULN. Dan berdasarkan guideline tersebut maka pada penelitian ini terdapat 6 kasus berdasarkan nilai SGOT dan 8 kasus berdasarkan nilai SGPT yang terindikasi untuk mendapatkan terapi lanjutan maupun follow up.

Berdasarkan pemberian terapi, terapi dengan menggunakan telbivudine adalah yang terbanyak dan memberikan lebih banyak respon yang complete pada penelitian di RSUP HAM Medan pada Januari 2012 – Desember 2013. Hal ini sesuai dengan hasil yang telah diteliti oleh Lung Lai et al. (2007), yang mengatakan bahwa pada pasien HBeAg (+) dan HBeAg (-), telbivudine lebih unggul dibanding lamivudine (75,3% vs 67,0%) sehubungan dengan penurunan rata-rata jumlah salinan HBV DNA dari awal, proporsi pasien dengan penurunan DNA HBV ke tingkat tidak terdeteksi dengan uji polymerase - chain - reaksi , dan pengembangan resistensi terhadap obat tersebut. Perbedaan tampak jelas pada minggu ke 12, dan bertahan selama 52 minggu. Dan menurut Liang et al. ( 2014), dalam penelitian yang mereka lakukan di China mengatakan bahwa telbivudine tidak hanya mengurangi kadar serum HBV DNA, ALT dan AST tetapi juga mengoreksi gangguan fungsi kekebalan pada pasien hepatitis B kronik. Ada kemungkinan bahwa telbivudine menghambat replikasi HBV sehingga mengurangi peradangan terkait HBV.


(48)

BAB 6

Kesimpulan Dan Saran

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh, maka kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penderita hepatitis B kronik terbanyak di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan pada tahun 2012 sampai 2013 adalah berjenis kelamin laki- laki, yaitu sebanyak 31 orang.

2. Berdasarkan kelompok usia, kelompok usia 46 – 55 tahun adalah yang paling banyak pada penderita hepatitis B kronik di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan yaitu sebanyak 14 orang.

3. PNS (Pegawai Negri Sipil) adalalah pekerjaan yang paling banyak yang lakoni oleh penderita hepatitis B kronik di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan yaitu sebanyak 22 orang.

4. Berdasarkan tempat tinggal, penderita hepatitis B kronik di Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan terbanyak berasal dari luar Medan yaitu sebanyak 22 orang.

5. Penderita hepatitis B kronik dengan satus sudah menikah adalah yang terbanyak di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan yaitu sebanyak 35 orang.

6. Penderita hepatitis B kronik di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan berdasarkan HBeAg, yang terbanyak adalah penderita dengan HBeAg (-) yaitu sebanyak 25 orang.

7. HBV DNA/ viral load HBeAg (-) yang mendapatkan indikasi terapi lanjutan adalah sebanyak 16 kasus. Sedangkan HBV DNA/ viral load HBeAg (+) yang mendapatkan indikasi terapi lanjutan adalah sebanyak 10 kasus.

8. Indikasi terapi berdasarkan nilai SGOT/SGPT pada penelitian ini adalah sebanyak 6 kasus berdasarkan nilai SGOT dan 8 kasus berdasarkan nilai SGPT.


(49)

9. Pengobatan terbanyak yang diterima oleh penderita hepatitis B kronik di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan adalah pemberian obat golongan Telbivudine yaitu sebanyak 32 kasus.

10. Sebanyak 23 orang penderita hepatitis B kronik di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan mengalami complete respon sekaligus respon yang terbanyak yang dialami oleh penderita hepatitis B kronik.

6.2. Saran

Berdasarkan hasil yang didapat pada penelitian yang telah dilakukan maka dapat dikemukan beberapa saran sebagai berikut:

1. Rekam Medis sebagai sumber data pemelitian sebaiknya lebih lengkap dalam melampirkan pelaporan pemeriksaan, hasil pemeriksaan dan follow up yang dilakukan serta lebih spesifi dalam pengklasifikasian serta mencatat informasi- informasi penting lainnya, sehingga memudahkan dalam pengolahan data.

2. Daftar nomor rekam medis yang berada di rekam medis sebaiknya disamakan dengan nomor rekam medis yang berada di komputer data rekam medis agar lebih mudah dalam pengolahan data dan menghitung prevalensi kejadian suatu penyakit.

3. Pengobatan dengan telbivudine pada penderita hepatitis B kronik cukup memberikan respon yang baik, namun masih perlu dilakukan penelitian yang berkesinambungan mengenai pengobatan dengan telbivudine tersebut sebagai langkah untuk memberikan pengobatan yang lebih baik kepada penderita hepatitis B kronik.

4. Masyarakat sebaiknya menerima informasi yang baik mengenai penyakit ini agar masyarakat menjadi lebih peduli untuk memeriksakann diri ke dokter, mengingat gejala hepatitis B kronik ini adalah gejala klasik yang sering diabaikan oleh masyarakat.


(50)

DAFTAR PUSTAKA

Ali S., dkk., 1995. Virus Hepatitis A sampai E di Indonesia. Yayasan Penerbit Ikatan Dokter Indonesia. Jakarta.

Anna, S. F. Brian, J. McMahon.2009. Chronic Hepatitis B: Update 2009.

Available from:

Mei 2014].

Cindy, M.Weinbaum, Williamm, Lans. 2011. Recommendation of Persons with Chronic Hepatitis B Virus Infection. Available from:

13 Mei 2014]

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2010. Lembar Fakta Hepatitis. Pusat Komunikasi Publik. Sekretariat Jenderal Kementrian Kesehatan Republik

Indonesia. Available from :

Franco, E., et al., 2012. Hepatitis B: Epidemiology and Prevention in Developing Countries. World Journal of Hepatology, Vol.4: 74-80.

Handri I., 2004, Karakteristik Penderita Hepatitis B Rawat Inap di Rawat Inap di RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu Tahun 1999-2003. Available from:

2014].

Hilman, K. 2010. Penatalaksanaan Hepatitis B Kronik. Available from: cls.maranatha.edu/khusus/ojs/index.php/jurnal-kedokteran/article/.../pdf [Accesed: 15 Mei 2014].

Jacques, Jean dkk. 2013. Occupational exposure to blood, hepatitis B vaccine knowledge and uptake among medical students in Cameroon. Available


(51)

Lindseth, Glendan N. 2012. Gangguan Hati, Kandung Empedu, dan Pankreas. In: Price, Sylvia A.,ed. Patofisiologi Konsep Klinis Proses- proses Penyakit. Penerbit Buku Kedokteran (ECG). Jakarta. Page: 472-76

Lubis, Chairuddin P.2010. Imunisasi Hepatitis B Manfaat Dan Kegunaannya Dalam Keluarga. Available from:

2014].

Lung Lai, Ching., et al., 2007. Telbivudine versus Lamivudine in Patients with

Chronic Hepatitis B. Available from

Desember 2014].

Liang, Ma. 2013. Treatment with Telbivudine Positively Regulates Antiviral Immune Profile in Chinese Patient with Chronic Hepatitis B. Available

from:

05 Desember 2014.

Misnadiarly. 2007. Mengenal, Menanggulangi, Mencegah, dan Mengobati Penyakit Hati (Liver). Pustaka Khas Populer. Jakarta.

Notoatmodjo, S.2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Panggabean, Elisabeth. 2010. Karakteristik Penderita Hepatitis B Rawat Inap di

RSUD Rantau Prapat Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2006-2009.

Available from

[Accesed, 19 Mei 2014].

Reena, Mahajan dkk.2009. Use of the International Classification of Disesase, 9th revision, coding in identifying chronic hepatitis B virus infection in health system data: implications national surveillance. Available from:

[Accesed: 18 Mei 2014].

Ridruejo, Ezequiel. 2014. Treatment of chronic hepatitis B in clinical practice with entecavir of tenovir. Available from:


(52)

Sanityoso, A., 2009. Hepatitis Virus Akut. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing. Page: 644-661.

Schillie, Sarah dkk. 2013. CDC Guidance for Evaluating Health-Care Personnel for Hepatitis B Virus Protection and for Administering Postexposure

Management. Available from:

23 Mei 2014].

Seluaraju, Rathiruba. 2012. Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Status Imunisasi Hepatitis B Pada Mahasiswa Setambuk 2007 Dan 2010 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tahun 2011. Available

from:

Mei 2014].

Sherwood, Lauralee. 2011. Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sistem 6th ed. Penerbit Buku Kedokteran (ECG). Jakarta.

Situmorang, Sahat. 2009. Pengaruh Pentoxifylline Terhadap Perubahan Skor Forns Penderita Hepatitis B Kronis Penelitian Di Bagian /Smf Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran USU/RS H Adam Malik Medan

Februari 2008- Juni 2008. Available from:

2014].

Schimidt A, Weber O, Kaufmann SHE.2010. Comparative Hepatitis Jerman.

Available from

Simeon, M.G., et al.,2014. Seroepidemiology of chronic hepatitis B and C in the French Caribbean Islan of Guadeloupe. Available from:

[Accesed: 05

Desember 2014].

Soehardmojo, Soewignjo. 2009. Hepatitis B Kronik. In: Sudoyo dkk, ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing. Page: 653-60. Suharjo, J.B., 2006. Diagnosis dan Manajemen Hepatitis B Kronis. Available


(53)

Tong, J.M., et al., 2011. The Management of Chronic Hepatitis B in Asian

Americans. Available from:

02 Desember 2014]

Wah, C.P., et al., 2012. Awareness and Knowledge of Hepatitis B Infection and Prevention and The Use of Hepatitis B Vaccination in the Hong Kong Adult Chinese Population. Chinese Medical Journal, 125 (3): 422-427. World Health Organization, 2011. Health Care Worker Safety . Available from:

[Accesed 22 Mei 2014].

World Health Organization, 2009. Global Control of Hepatitis B Virus: does treatment-induced antigenic change affect immunization. Available from:

Mei 2014].

World Health Organization, 2011. Hepatitis B. Available from:

World Health Organization, 2012. Hepatitis B. Available from:

2014].

Yadav, Dharamveer.,et al., 2012. Establishment of Reference Interval for Liver Specific Biochemical Parameters in Apparently Healthy North Indian

Population. Available from:

Desember 2014].

Yan Zeng, Lin., et al., 2014. Hepatitis B surface antigen levels during natural history of chronic hepatitis B: A Chinese perspective study. Available

from:


(54)

Yilmaz, Baris., et al.,2014. The utility of thrombopoietin in predicting liver fibrosis ini chronic hepatitis B. Available from:

Desember 2014].

Zhu, H.M., et al., 2014. Liver Stiffness Measurement-Based Scoring System for Significant Inflammation Related to Chronic Hepatitis B. Available from:


(55)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Maya Sari Aritonang

Tempat/Tanggal Lahir: Medan, 11 Mei 1993

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jalan Abdul Hakim No. 17A, Tj.Sari Pasar 1, Medan

Riwayat Pendidikan :

1. Lulus SD Taman Siswa Medan (2005)

2. Lulus SMP Putri Cahaya Medan (2008)

3. Lulus SMA St. Thomas 2 Medan (2011)

Riwayat Organisasi :

1. Anggota Seksi Doa Perayaan Natal FK USU 2011

2. Anggota Seksi Dana Perayaan Paskah FK USU 2012

3. Anggota Seksi Dana Perayaan Natal FK USU 2012

4. Anggota Seksi Dana Perayaan Paskah FK USU 2013

5. Anggota Seksi Transportasi Pengabdian Masyarakat Mahasiswa Kristen FK USU 2013

6. Anggota Seksi Publikasi Medical Futsal League FK USU 2013

7. Anggota Seksi Transportasi Perayaan Natal FK USU 2013

8. Anggota Seksi Transportasi Pengabdian Masyarakat Mahasiswa Kristen FK USU 2014


(56)

DATA INDUK

No. Usia JK Pekerjaan S. Pernikahan T. Tinggal HBeAg HBV DNA Pengobatan SGOT/SGPT Respon

1 19 L Mahasiswa

Belum

Menikah Siantar + 17 x 107 Sebivo 51/61 Complete

2 23 L P. Swasta

Belum

Menikah Medan - 3,21 x 102 Curcuma 14/24 Un

3 24 L PNS

Belum

Menikah Medan + 1,5 x 104 Hepsera 17/25 Un

4 25 L Mahasiswa

Belum

Menikah Medan - 4,1 x 108 Sebivo 21/22 Un

5 31 L TNI/POLRI Menikah D. Serdang - 2,24 x 102 Curcuma 13/14 Complete

6 33 L Petani Menikah Simalungun + 3,12 x 106 Sebivo 100/157 Complete

7 34 L PNS Menikah Aceh + 2,4 x 105 Sebivo 45/43 Complete

8 34 P PNS Menikah Medan + 4,5 x 106 Sebivo 50,36/92 Un

9 37 L PNS Menikah D. Serdang - 5,33 x 10 Sebivo 46/59 Complete

10 38 L Wiraswasta

Belum

Menikah Medan - 2,26 x 107 Sebivo 32/50 Un

11 39 L Wiraswasta Menikah Aceh - 98,9 Sebivo 10/13. Complete

12 41 L PNS Menikah Aceh - 2,12 x 106 Sebivo 21/24 Complete

13 41 P PNS Menikah Siantar - 2,32 x 103 Sebivo 24/25 Complete

14 42 L PNS Menikah Siantar + 4,3 x 104 Sebivo 39/74 Complete

15 42 L Wiraswasta Menikah Simalungun - 3,25 x 103 Sebivo 18/20 Un

16 42 L PNS Menikah L. Batu - 9,66 x 103 Sebivo 12/10. Complete

17 43 L PNS Menikah Aceh + 1,06 x 107 Sebivo 145/70 Complete

18 43 L PNS Menikah Aceh + 8,83 x 105 Sebivo 33/48 Un

19 43 P PNS Menikah Medan - 3,51 x 107 Sebivo 29/32 Complete

20 44 P PNS Menikah Siantar - 1,21 x 105 Sebivo 13/12. Un

21 46 P IRT Menikah Aceh + 3,36 x 103 Sebivo 73/53 Un

22 46 L TNI/POLRI Menikah Sibolga + 1,67 x 102 Sebivo 46/36 Complete

23 47 L PNS Menikah Medan + 1,76 x 103 Sebivo 21/22 Un

24 47 L P. Swasta Menikah Medan - 3,49 x 106 Sebivo 18/22 Complete

25 47 P PNS Menikah Medan - 2,82 x 106 Sebivo 32/30 Complete

26 48 L PNS Menikah Medan - 4,81 x 102 Sebivo 75/52 Un

27 48 L Wiraswasta Menikah Aceh - 1,68 x 105 Sebivo 39/43 Complete

28 48 P PNS

Belum

Menikah Medan - 9,72 x 104 Sebivo 21/24 Un

29 49 L TNI/POLRI Menikah Binjai + 1,59 x 108 Inj. Pegasys 19/21 Complete

30 49 P PNS Menikah Medan - 8,17 x 107 Hepsera 116/93 Complete

31 49 P PNS Menikah Medan - 1,21 x 105 Sebivo 27/28 Complete

32 49 L PNS Menikah Aceh - 1,22 x 107 Sebivo 23/31 Un

33 50 L TNI/POLRI Menikah Medan + 5,76 x 107 Sebivo 27/27 Un

34 53 P Petani Menikah K.Karo - 1,86 x 105 Sebivo 20/21 Complete


(57)

36 58 L Pensiunan Menikah Sibolga - 6,48 x 106 Hepsera 103/80 Complete

37 59 L PNS Menikah Medan + 7,64 x 103 Hepsera 17/18 Un

38 59 L PNS Menikah Medan - 2,34 x 104 Lamivudin 202/213 Complete

39 59 L PNS Menikah Medan + 3,93 x 104 HCT 25/21 Complete

40 59 L Pensiunan Menikah Medan - 2,22 x 106 Sebivo 30/30 Un

41 66 P Pensiunan Janda Tj. Balai + 3,22 x 105 Sebivo 18/18 Complete


(58)

OUTPUT DATA HASIL PENELITIAN

Frekuensi data penelitian

Usia

Frequency Percent Valid Percent umulative Percent

Valid

17-25 4 9,5 9,5 9,5

26-35 4 9,5 9,5 19,0

36-45 12 28,6 28,6 47,6

46-55 14 33,3 33,3 81,0

56-65 6 14,3 14,3 95,2

66-75 2 4,8 4,8 100,0

Total 42 100,0 100,0

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent umulative Percent

Valid

laki-laki 31 73,8 73,8 73,8

perempuan 11 26,2 26,2 100,0

Total 42 100,0 100,0

Pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent umulative Percent

Valid

PNS 22 52,4 52,4 52,4

Wiraswasta 5 11,9 11,9 64,3

Pegawai Swasta 3 7,1 7,1 71,4

TNI/POLRI 4 9,5 9,5 81,0

Mahasiswa 2 4,8 4,8 85,7

Pensiunan 3 7,1 7,1 92,9

IRT 1 2,4 2,4 95,2

Petani 2 4,8 4,8 100,0


(59)

Status Pernikahan

Frequency Percent Valid Percent umulative Percent

Valid

Menikah 35 83,3 83,3 83,3

belum menikah 6 14,3 14,3 97,6

janda 1 2,4 2,4 100,0

Total 42 100,0 100,0

Alamat

Frequency Percent Valid Percent umulative Percent

Valid

medan 20 47,6 47,6 47,6

luar medan 22 52,4 52,4 100,0

Total 42 100,0 100,0

HBVDNA HBeAg(+)

Frequency Percent Valid Percent umulative Percent

Valid

< 105 6 35,3 35,3 35,3

≥ 105

11 64,7 64,7 100,0

Total 17 100,0 100,0

HBVDNA HBeAg(-)

Frequency Percent Valid Percent umulative Percent

Valid

<104 9 36,0 36,0 36,0

≥ 104 16 64,0 64,0 100,0


(60)

SGOT

Frequency Percent Valid Percent umulative Percent

Valid

Normal 36 85,7 85,7 85,7

> 2-5ULN 5 11,9 11,9 97,6

≥ 5 ULN 1 2,4 2,4 100,0

Total 42 100,0 100,0

SGPT

Frequency Percent Valid Percent umulative Percent

Valid

Normal 34 81,0 81,0 81,0

>2-5 ULN 7 16,7 16,7 97,6

 5 ULN 1 2,4 2,4 100,0

Total 42 100,0 100,0

Obat

Frequency Percent Valid Percent umulative Percent

d

telbivudine 32 76,2 76,2 76,2

adefovir dipivoxil 5 11,9 11,9 88,1

curcuma 3 7,1 7,1 95,2

pegylated interferon 1 2,4 2,4 97,6

lamivudin 1 2,4 2,4 100,0

Total 42 100,0 100,0

Respon

Frequency Percent Valid Percent umulative Percent

Valid

CompleteR 23 54,8 54,8 54,8

UnR 19 45,2 45,2 100,0


(61)

(1)

DATA INDUK

No. Usia JK Pekerjaan S. Pernikahan T. Tinggal HBeAg HBV DNA Pengobatan SGOT/SGPT Respon 1 19 L Mahasiswa

Belum

Menikah Siantar + 17 x 107 Sebivo 51/61 Complete 2 23 L P. Swasta

Belum

Menikah Medan - 3,21 x 102 Curcuma 14/24 Un 3 24 L PNS

Belum

Menikah Medan + 1,5 x 104 Hepsera 17/25 Un 4 25 L Mahasiswa

Belum

Menikah Medan - 4,1 x 108 Sebivo 21/22 Un 5 31 L TNI/POLRI Menikah D. Serdang - 2,24 x 102 Curcuma 13/14 Complete 6 33 L Petani Menikah Simalungun + 3,12 x 106 Sebivo 100/157 Complete 7 34 L PNS Menikah Aceh + 2,4 x 105 Sebivo 45/43 Complete 8 34 P PNS Menikah Medan + 4,5 x 106 Sebivo 50,36/92 Un 9 37 L PNS Menikah D. Serdang - 5,33 x 10 Sebivo 46/59 Complete 10 38 L Wiraswasta

Belum

Menikah Medan - 2,26 x 107 Sebivo 32/50 Un 11 39 L Wiraswasta Menikah Aceh - 98,9 Sebivo 10/13. Complete 12 41 L PNS Menikah Aceh - 2,12 x 106 Sebivo 21/24 Complete 13 41 P PNS Menikah Siantar - 2,32 x 103 Sebivo 24/25 Complete 14 42 L PNS Menikah Siantar + 4,3 x 104 Sebivo 39/74 Complete 15 42 L Wiraswasta Menikah Simalungun - 3,25 x 103 Sebivo 18/20 Un 16 42 L PNS Menikah L. Batu - 9,66 x 103 Sebivo 12/10. Complete 17 43 L PNS Menikah Aceh + 1,06 x 107 Sebivo 145/70 Complete 18 43 L PNS Menikah Aceh + 8,83 x 105 Sebivo 33/48 Un 19 43 P PNS Menikah Medan - 3,51 x 107 Sebivo 29/32 Complete 20 44 P PNS Menikah Siantar - 1,21 x 105 Sebivo 13/12. Un 21 46 P IRT Menikah Aceh + 3,36 x 103 Sebivo 73/53 Un 22 46 L TNI/POLRI Menikah Sibolga + 1,67 x 102 Sebivo 46/36 Complete 23 47 L PNS Menikah Medan + 1,76 x 103 Sebivo 21/22 Un 24 47 L P. Swasta Menikah Medan - 3,49 x 106 Sebivo 18/22 Complete 25 47 P PNS Menikah Medan - 2,82 x 106 Sebivo 32/30 Complete 26 48 L PNS Menikah Medan - 4,81 x 102 Sebivo 75/52 Un 27 48 L Wiraswasta Menikah Aceh - 1,68 x 105 Sebivo 39/43 Complete 28 48 P PNS

Belum

Menikah Medan - 9,72 x 104 Sebivo 21/24 Un 29 49 L TNI/POLRI Menikah Binjai + 1,59 x 108 Inj. Pegasys 19/21 Complete 30 49 P PNS Menikah Medan - 8,17 x 107 Hepsera 116/93 Complete 31 49 P PNS Menikah Medan - 1,21 x 105 Sebivo 27/28 Complete 32 49 L PNS Menikah Aceh - 1,22 x 107 Sebivo 23/31 Un 33 50 L TNI/POLRI Menikah Medan + 5,76 x 107 Sebivo 27/27 Un 34 53 P Petani Menikah K.Karo - 1,86 x 105 Sebivo 20/21 Complete 35 58 L Wiraswasta Menikah Medan + 3,37 x 107 Sebivo 35/38 Un


(2)

36 58 L Pensiunan Menikah Sibolga - 6,48 x 106 Hepsera 103/80 Complete 37 59 L PNS Menikah Medan + 7,64 x 103 Hepsera 17/18 Un 38 59 L PNS Menikah Medan - 2,34 x 104 Lamivudin 202/213 Complete 39 59 L PNS Menikah Medan + 3,93 x 104 HCT 25/21 Complete 40 59 L Pensiunan Menikah Medan - 2,22 x 106 Sebivo 30/30 Un 41 66 P Pensiunan Janda Tj. Balai + 3,22 x 105 Sebivo 18/18 Complete 42 69 L P. Swasta Menikah Balige - 5,72 x 103 Curcuma 21/21 Un


(3)

OUTPUT DATA HASIL PENELITIAN

Frekuensi data penelitian

Usia Frequency Percent Valid Percent umulative Percent

Valid

17-25 4 9,5 9,5 9,5

26-35 4 9,5 9,5 19,0

36-45 12 28,6 28,6 47,6 46-55 14 33,3 33,3 81,0

56-65 6 14,3 14,3 95,2

66-75 2 4,8 4,8 100,0

Total 42 100,0 100,0

Jenis Kelamin Frequency Percent Valid Percent umulative Percent

Valid

laki-laki 31 73,8 73,8 73,8 perempuan 11 26,2 26,2 100,0

Total 42 100,0 100,0

Pekerjaan Frequency Percent Valid Percent umulative Percent

Valid

PNS 22 52,4 52,4 52,4

Wiraswasta 5 11,9 11,9 64,3 Pegawai Swasta 3 7,1 7,1 71,4

TNI/POLRI 4 9,5 9,5 81,0

Mahasiswa 2 4,8 4,8 85,7

Pensiunan 3 7,1 7,1 92,9

IRT 1 2,4 2,4 95,2

Petani 2 4,8 4,8 100,0


(4)

Status Pernikahan

Frequency Percent Valid Percent umulative Percent

Valid

Menikah 35 83,3 83,3 83,3 belum menikah 6 14,3 14,3 97,6

janda 1 2,4 2,4 100,0

Total 42 100,0 100,0

Alamat

Frequency Percent Valid Percent umulative Percent

Valid

medan 20 47,6 47,6 47,6

luar medan 22 52,4 52,4 100,0 Total 42 100,0 100,0

HBVDNA HBeAg(+)

Frequency Percent Valid Percent umulative Percent

Valid

< 105 6 35,3 35,3 35,3

≥ 105 11 64,7 64,7 100,0 Total 17 100,0 100,0

HBVDNA HBeAg(-)

Frequency Percent Valid Percent umulative Percent

Valid

<104 9 36,0 36,0 36,0

≥ 104 16 64,0 64,0 100,0 Total 25 100,0 100,0


(5)

SGOT

Frequency Percent Valid Percent umulative Percent

Valid

Normal 36 85,7 85,7 85,7 > 2-5ULN 5 11,9 11,9 97,6

≥ 5 ULN 1 2,4 2,4 100,0

Total 42 100,0 100,0

SGPT

Frequency Percent Valid Percent umulative Percent

Valid

Normal 34 81,0 81,0 81,0 >2-5 ULN 7 16,7 16,7 97,6

 5 ULN 1 2,4 2,4 100,0 Total 42 100,0 100,0

Obat

Frequency Percent Valid Percent umulative Percent

d

telbivudine 32 76,2 76,2 76,2 adefovir dipivoxil 5 11,9 11,9 88,1

curcuma 3 7,1 7,1 95,2

pegylated interferon 1 2,4 2,4 97,6 lamivudin 1 2,4 2,4 100,0

Total 42 100,0 100,0

Respon

Frequency Percent Valid Percent umulative Percent

Valid

CompleteR 23 54,8 54,8 54,8

UnR 19 45,2 45,2 100,0


(6)