Pengetahuan Responden Faktor-faktor yang berhubungan dengan persepsi masyarakat mengenai filariasis di RW 03 desa Cimanggis

Selain itu, penelitian yang dilakukan Garjito et all tahun 2013 di Provinsi Sulawesi Tengah juga menunjukkan bahwa sebagian besar responden sudah mengetahui mengenai penyakit filariasis sebesar 71,5. Individu yang memiliki pengetahuan ataupun wawasan yang tinggi adalah individu yang pandai sehingga akan lebih memperhatikan permasalahan yangtimbul di lingkungannya. Dengan demikian dapat diharapkan bahwa semakin tinggi pengetahuan maupun wawasan individu dalam masyarakat maka akan semakin baik dalam mempersepsikan sesuatu yang terjadi di lingkungannya.

C. Persepsi Masyarakat

Penelitian ini membagi persepsi masyarakat menjadi 4 bagian yaitu persepsi kerentanan, persepsi keseriusan, persepsi manfaat dan persepsi hambatan. Berdasarkan hasil penelitian sebagaian besar masyarakat menganggap dirinya rentan terhadap penyakit filariasis dengan jumlah 65,6. Hasil tersebut lebih kecil jika dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan Santhi 2012 menunjukkan bahwa sebesar 88,9 responden memiliki persepsi kerentanan mengenai penyakit Filariasis. Hasil yang lebih kecil tersebut dapat disebabkan karena perbedaan jumlah responden dimana pada penelitian ini lebih sedikit yaitu berjumlah 90 responden, sedangkan pada penelitian sebelumnya berjumlah 107 responden. Individu yang memiliki persepsi positif terhadap kerentanan akan melakukan tindakan untuk mencegah agar tidak terkena filariasis dengan cara meminum obat filariasis. Hal tersebut terbukti dengan sebagain besar masyarakat sudah meminum obat pencegahan filariasis Masyarakat mayoritas memiliki persepsi positif terhadap keseriusan penyakit filariasis yaitu sebesar 76,7. Hasil tersebut lebih sedikit jika dibandingkan dengan hasil penelitian yang dilakukan Santhi 2012 sebesar 88,5 responden memiliki persepsi keseriusan terhadap penyakit filariasis, namun jika dibandingkan dengan hasil penelitian Ogbonnaya dan Okeibunor 2005 menunjukkan bahwa sebesar 51,3 mengatakan bahwa filariasis dan hidrokel adalah penyakit yang sangat serius. Semakin masyarakat berpersepsi serius dan parah terhadap suatu penyakit yang diderita maka semakin besar pula untuk mencari tindakan pencegahannya. Masyarakat akan mengubah perilaku mereka berdasarkan persepsi ancaman yang berasal dari ancaman keparahan suatu penyakit. Persepsi masyarakat mengenai manfaat pengobatan sebagian besar positif dengan nilai 66,7. Hasil tersbut lebih kecil jika dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan Santhi 2012 menunjukkan bahwa sebesar 89,1 masyarakat memiliki persepsi terhadap manfaat minum obat pencegahan filariasis. Penelitian yang dilakukan Oktarina 2010 yaitu ada hubungan antara persepsi manfaat responden dengan praktek minum obat pencegahan filariasis.Masyarakat yang merasakan manfaat pencegahan filariasis akan melakukan cara untuk menurunkan peluang mereka untuk terkena penyakit tersebut yaitu dengan minum obat pencegahan filariasis. Akan tetapi jika masyarakat berpersepsi manfaat yang dirasakan kecil dari suatu tindakan pencegahan penyakit maka kemungkinan tindakan yang dilakukan untuk pencegahan akan semakin kecil. Mayoritas mayarakat memiliki persepsi positif terhadap hambatan untuk minum obat pencegahan filariasis yaitu sebesar 55,6.Penelitian yang dilakukan Astuti, et all 2013 menunjukkan bahwa pada responden yang menghabiskan obat pencegahan filariasis sebanyak 90, sedangkan 78,3 nya menyatakan merasa ada keluhan setelah minum obat, keluhan yang dinyatakan responden adalah merasa pusing sebesar 65,13, kemudian diikuti oleh mual sebesar 29,61 dan ngantuk 28,95. Sebagian responden menyatakan bahwa keluhan dirasakan ketika mengkonsumsi obat pencegahan pada periode awal atau tahun pertama dan kedua kegiatan POMP.