Basaloid Squamous Cell Carcinoma

Gambar 10.Undifferentiated Carcinoma terdiri sel-sel yang tumbuh membentuk gambaran syncytial yang difus Schmincke type. Dikutip dari: Rosai J. Rosai and Ackermans Surgical Pathology,Volume one, Ninth Edition, Philadelphia: Mosby, 2004. Pemeriksaan yang teliti dari inti sel tumor dapat membedakan antara karsinoma nasofaring dan large cell malignant lymphoma, dimana inti dari karsinoma nasofaring memiliki gambaran vesikular, dengan pinggir inti yang rata dan berjumlah satu, dengan anak inti yang jelas berwarna eosinophil. Inti dari malignant lymphoma biasanya pinggirnya lebih iregular, khromatin kasar dan anak inti lebih kecil dan berwarna basofilik atau amphofilik. Terkadang undifferentiated memiliki sel-sel dengan bentuk oval atau spindle 12 .

2.10.2.4. Basaloid Squamous Cell Carcinoma

Bentuk mikroskopis lain yang jarang dijumpai adalah basaloid squamous cell carcinoma 5,12 . Tipe ini memiliki dua komponen yaitu sel-sel basaloid dan sel-sel squamous. Sel-sel basaloid berukuran kecil dengan inti hiperkhromatin dan tidak dijumpai anak inti dan sitoplasma sedikit. Tumbuh dalam pola solid dengan konfigurasi lobular dan pada beberapa kasus dijumpai adanya peripheral Universitas Sumatera Utara palisading. Komponen sel-sel squamous dapat in situ atau invasif. Batas antara komponen basaloid dan squamous jelas 5 . Gambar 11. Basaloid Squamous Cell Carcinoma pada nasofaring.Sel-sel basaloid menunjukkan festoonin growth pattern, sel-sel basaloid berselang-seling dengan squamous differentiaton. Dikutip dari: Barnes L. Eveson JW. Reichart P. Sidrasky D. Pathology and Genetic Head and Neck Tumours. Lyon: IARC Press, 2003. 2.11.Staging Klinik Penentuan stadium dilakukan berdasarkan atas kesepakatan antara UICC Union Internationale Centre Cancer dan AJCC Americant Joint Committe on Cancer. Untuk karsinoma nasofaring pembagian TNM adalah sebagai berikut : T menggambarkan keadaan tumor primer, besar dan perluasannya T1 : Tumor terbatas pada nasofaring T2 : Tumor meluas ke orofaring dan atau fossa nasal T2a : Tanpa perluasan ke parafaring T2b : Dengan perluasan ke parafaring T3 : Invasi ke struktur tulang dan atau sinus paranasal Universitas Sumatera Utara T4 :Tumor meluas ke intrakranial dan atau mengenai syaraf otak, fossa infratemporal, hipofaring atau orbita N menggambarkan keadaaan kelenjar limfe regional N0 : Tidak ada pembesaran kelenjar N1 : Terdapat pembesaran kelenjar ipsilateral 6 cm N2 : Terdapat pembesaran kelenjar bilateral 6 cm N3 : Terdapat pembesaran kelenjar 6 cm atau ekstensi ke supraklavikula M menggambarkan metastase jauh M0 : Tidak ada metastase jauh M1 : Terdapat metastase jauh Berdasarkan TNM tersebut diatas, stadium penyakit dapat ditentukan : Stadium I : T1, N0, M0 Stadium IIA : T2a, N0, M0 Stadium IIB : T1, N1, M0, T2a, N1, M0 atau T2B, N0-1, M0 Stadium III : T1-2, N2, M0 atau T3, N0-2, M0 Stadium IVA: T4, N0-2, M0 Stadium IVB: Tiap T, N3, M0 StadiumIV C: Tiap T, Tiap N, M1 1,5,17 Universitas Sumatera Utara 2.12.Imunohistokimia Marker untuk karsinoma nasofaring meliputi cytokeratin 56, 8, 13 dan 19, pancytokeratin EA1EA3, p53, p63, epidermal growth factor receptor EGFR, Vascular endothelial growth factor VEGF, EBV, proliferating cell nuclear antigen, Ki-67 dan c-erB2, Cathepsin L 2,5,11,12,22,23 . Gambar 12.Nonkeratinizing Squamous Cell Carcinoma, imunoreaktif terhadap pancytokeratin pada epitel permukaan dan pada kelompokan sel pada stroma. Dikutip dari: Barnes L. Eveson JW. Reichart P. Sidrasky D. Pathology and Genetic Head and Neck Tumours. Lyon: IARC Press, 2003. Gambar 13. Nonkeratinizing Squamous Cell Carcinoma, imunoreaktif terhadap cytokertin dan biasanya memberikan gambaran “meshwork”. Dikutip dari: Barnes L. Eveson JW. Reichart P. Sidrasky D. Pathology and Genetic Head and Neck Tumours. Lyon: IARC Press, 2003. Universitas Sumatera Utara Pada sebagian besar kasus karsinoma nasofaring imunoreaktif terhadap p63, marker untuk sel basal yang secara normal mewarnai sel basal dan sel parabasal pada bagian bawah epitel squamous 5 . Gambar 14. Karsinoma nasofaring, baik bagian sel-sel karsinoma dan sel basal imunoreaktif terhadap p63 5 . Dikutip dari: Barnes L. Eveson JW. Reichart P. Sidrasky D. Pathology and Genetic Head and Neck Tumours. Lyon: IARC Press, 2003. Penelitian yang dilakukan oleh Chua et al dan Leong et al menunjukkan ekspresi dari EGFR meningkat pada karsinoma nasofaring. Dijumpai pada pada fase II pada penelitian dari cetuximab yang dikombinasikan dengan carboplatin. Respon keseluruhan 17 dan parsial respon atau penyakit yang stabil 66. EGFR dapat menjadi target yang viabel untuk penelitian selanjutnya 12 . Vascular endothelial growth factor VEGF merupakan faktor angiogenik. Guang-wu et al melaporkan bahwa VEGF diekspresikan pada 10 pada nasofaring normal, 40 pada pasien dengan tumor jinak nasofaring dan 80 pada karsinma nasofaring. Juga dilaporkan bahwa ekspresi VEGF lebih tinggi pada pasien karsinoma nasofaring lanjut 11 . EBV DNA merupakan marker untuk memonitor dan dan memprediksi hasil pengobatan pada pasien karsinoma nasofaring lanjut. Pada tahun 2003, Lin et al melaporkan penelitian pada 99 pasien dengan stadium III dan IV yang diterapi Universitas Sumatera Utara dengan kemoterapi neoadjuvan yang diikuti dengan radiasi. 94 pasien, termasuk seluruh pasien dengan metastase, dijumpai EBV DNA pada plasma, dan tidak dijumpai EBV DNA pada kontrol. Imunoterapi berdasarkan EBV latent membrane protein pada penelitian sebelumnya 11 . Gambar 15. Pewarnaan imunohistokimia untuk EBER pada nasopharyngeal carcinoma. Dikutip dari: Rosai J. Rosai and Ackermans Surgical Pathology,Volume one, Ninth Edition, Philadelphia: Mosby, 2004. Xu et al menyatakan karsinoma nasofaring positif terhadap pewarnaan dengan cathepsin L. Cathepsin merupakan lysosomal hydrolase yang menghancurkan protein pada lisosom pada pH asam, dan terdiri dari beberapa kelas, seperti cathepsin A, B, C, D, H, L. Dari subtipe cathepsin ini, cathepsin L, yang juga diketahui berperan seperti MEP major excreted protein, dilaporkan lebih poten dibandingkan kelas lain cathepsin dalam menghancurkan komponen matrik ekstraselular. Cauhan et al, melaporkan kanker secara umum mengekspresikan level cathepsin L yang tinggi dibandingkan dengan jaringan normal, termasuk tumor ginjal, testikular, paru-paru, payudara, ovarium, kolon, adrenal, kandung kemih, prostat dan tiroid. Ekspresi protein cathepsin L dijumpai di sitoplasma sel-sel tumor dan pada matrik ekstraselular disekitar lesi. Pewarnaan imunohistokimia memperlihatkan pewarnaan yang luas sampai berupa titik-titik. Universitas Sumatera Utara Overekspresi protein dijumpai pada 47 jaringan tumor primer dan 89 pada metastase pada jaringan kelenjar getah bening leher. Sebagian besar literatur menyatakan bahwa cathepsin L berperan dalam invasi tumor dan metastasis. Sehingga, cathepsin L memiliki konstribusi pada metastasis karsinoma nasofaring dan dapat digunakan sebagai biomarker yang potensial untuk prognosis karsinoma nasofaring 23 . a b Gambar 16. a dan b overekspresi cathepsin L pada karsinoma nasofaring dan metastase pada kelenjar getah bening. Dikutip dari: Xu, X. Et al Expression of cathepsin L in nasopharyngeal carcinoma and its clinical significance, Experimental Oncology, Volume 31, June, 2009 2.13.Penatalaksanaan Pengobatan standar dengan menggunakan radioterapi, dengan angka ketahan hidup sekitar 50-70, tetapi beberapa penulis menganjurkan untuk mengkombinasikan dengan kemoterapi 7,13,16 . Undifferentiated carcinoma lebih radiosensitif sedangkan non keratinizing squamous cell carcinoma merupakan yang paling tidak radiosensitif 13 . Universitas Sumatera Utara 2.14.Prognosis Angka ketahanan hidup dipengaruhi oleh usia lebih baik pada pasien usia muda, staging klinik dan lokasi dari metatase regional lebih baik pada yang homolateral dibandingkan pada metastase kontralateral dan metastase yang terbatas pada leher atas dibandingkan dari leher bawah 13 . Studi terakhir dengan menggunakan TNM Staging System menunjukkan 5 years survival rate untuk stage I 98, stage II A-B 95, stage III 86, dan stage IV A-B 73 6 . Secara mikroskopis, prognosis lebih buruk pada keratinizing squamous cell carcinoma dibandingkan dengan yang lainnya. Untuk non keratinizing squamous cell carcinoma, prognosis buruk bila dijumpai : 1.Anaplasia dan atau plemorfism. 2.Proliferasi sel yang tinggi dihitung dari mitotik atau dengan proliferasi yang dihubungkan dengan marker imunohistokimia . 3.Sedikitnya jumlah sel radang limfosit. 4.Tingginya densitas dari S-100 protein yang positif untuk sel-sel dendritik. 5.Dijumpai banyak pembuluh darah kecil. 6.Dijumpai ekspresi c-erb B-2 12 . Universitas Sumatera Utara

BAB 3 BAHAN DAN METODA

3.1. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian bersifat deskriptif.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Sentra Diagnostik Patologi Anatomi FK USU, Instalasi Patologi Anatomi RS. H. Adam Malik Medan, Laboratorium Patologi Anatomi RS. Pirngadi Medan, sejumlah rumah sakit dan laboratorium swasta di Medan. Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2010 sampai Maret 2010 meliputi studi kepustakaan, pengumpulan data dan penulisan laporan penelitian. 3.3. Subjek Penelitian 3.3.1. Populasi Populasi penelitian ini adalah semua penderita karsinoma nasofaring di Laboratorium Patologi Anatomi Kota Medan tahun 2009.

3.3.2. Sampel

Semua data penderita yang di lakukan pemeriksaan histopatologi biopsi nasofaring dengan diagnosa karsinoma nasofaring di Sentra Diagnostik Patologi Anatomi FK USU, Instalasi Patologi Anatomi RS. H. Adam Malik Medan, Universitas Sumatera Utara