Latar Belakang APLIKASI BIOINSEKTISIDA UNTUK PENGENDALIAN HAMA Spodoptera litura, Helicoverpa spp., Cyrtopeltis tennuis PADA TANAMAN TEMBAKAU

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tembakau merupakan salah satu komoditas unggulan di Indonesia dan merupakan bahan baku dalam pembuatan rokok. Tembakau dan industri hasil tembakau mampu menyediakan lapangan pekerjaan secara langsung maupun tidak langsung yang meliputi petani tembakau, petani cengkeh, pekerja pabrik rokok, pedagang eceran dan asongan, serta sektor lembaga keuangan, percetakan, dan transportasi Maulida dan Suryawijaya, 2010. Budidaya tanaman tembakau saat ini semakin berkembang. Perkembangan tersebut dapat dilihat dari semakin banyaknya petani yang semakin tertarik dengan usaha tanaman tembakau. Penyebab dari meningkatnya petani tembakau ini adalah semakin banyaknya perusahaan rokok atau perusahaan lain yang menggunakan bahan baku tembakau. Setiap petani bersaing dalam mendapatkan perhatian dari perusahaan rokok agar hasil atau produksi tembakaunya dapat digunakan menjadi bahan baku produksi rokok. Pertumbuhan tanaman tembakau tidak lepas dari organisme pengganggu yang menyebabkan kerusakan pada tanaman tembakau sehingga dapat menurunkan kualitas dan hasil dari tanaman tembakau. Tembakau memiliki beberapa organisme pengganggu hama tanaman yang sangat merugikan, antara lain Helicoverpa spp. dan Spodoptera litura dari jenis ulat serta Cyrtopeltis tenuis dari jenis kutu daun Bambang, 1998. Helicoverpa spp. dan S. litura merupakan hama utama yang banyak merugikan tanaman tembakau karena menyebabkan 30-40 penurunan hasil produksi Amir, 2009. Kedua hama tersebut menyerang terutama pada fase larva karena pada fase ini Helicoverpa spp. dan S. litura banyak membutuhkan makanan untuk membentuk pupa. Helicoverpa spp. terdiri dari 2 jenis, yaitu H. assulta Genn. dan H. armigera Hubner. Setiawan, 2008. Selain ulat, terdapat hama dari jenis kutu-kutuan, yaitu C. tenuis yang juga merupakan hama tanaman tembakau karena menyerang tanaman pada bagian daun yang merupakan hasil produksi utama dari tanaman tembakau Windy, 2012. Pengendalian hama tanaman tembakau umumnya menggunakan pestisida sintetik dan diiringi dengan penggunaan dosis yang tidak tepat. Penggunaan pestisida sintetik dapat menimbulkan berbagai masalah baik bagi lingkungan maupun manusia Fauzi dkk., 2014. Untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh pestisida sintetik, maka dibutuhkan Sistem Pengendalian Hama Terpadu PHT yang lebih efektif, ramah lingkungan dan tidak berbahaya bagi manusia. Pada sistem PHT digunakan berbagai macam pengendalian salah satunya adalah pengendalian biologi. Pengendalian biologi merupakan pengendalian yang dilakukan dengan memanfaatkan beberapa mikroorganisme atau makroorganisme untuk mengendalikan hama pada tanaman Arifin, 2011. Bioinsektisida merupakan salah satu pengendalian biologi yang dapat dilakukan untuk memelihara tanaman dan lingkungan. Bioinsektisida dapat terbuat dari mikroorganisme seperti cendawan, bakteri, virus, dan nematoda. Keunggulan yang diperoleh dari penggunaan bioinsektisida ini adalah mampu mengendalikan hama pada tanaman seperti pestisida sintetik, tetapi lebih ramah lingkungan dan tidak meninggalkan residu yang membahayakan tanaman, manusia maupun lingkungan Sjam dkk., 2011. Mikroorganisme yang dapat digunakan dalam mengendalikan hama antara lain, 1 Beauveria bassiana merupakan cendawan entomopatogen yang ada di dalam tanah, 2 Bacillus thuringiensis merupakan bakteri pengendali hama serangga yang spesifik inang sehingga tidak menganggu serangga lain dan 3 nematoda entomopatogen merupakan patogen serangga. Hasil penelitian Yusuf dkk. 2011, menyatakan bahwa penggunaan cendawan B. bassiana memiliki efektivitas hampir 70 dalam mengendalikan hama kutu daun pada tanaman krisan. Penelitian lain dari Tarigan dkk. 2013, menunjukkan bahwa penggunaan B. thuringiensis memiliki tingkat mortalitas mencapai 100 pada hama ulat. Sedangkan penelitian dari Khairunnisa dkk. 2014, menyatakan bahwa NEP dapat menyebabkan mortalitas sebesar 85-100 pada hama penggerek pucuk kelapa sawit dalam waktu 144 hari setelah aplikasi. Untuk mengetahui pengaruh bioinsektisida yang efektif dalam mengendalikan hama Spodoptera litura, Helicoverpa sp., Cyrtopeltis tenuis tanaman tembakau, maka dilakukan penelitian dengan judul “Aplikasi Bioinsektisida untuk Pengendalian Hama Spodoptera litura, Helicoverpa spp., Cyrtopeltis tenuis Tanaman Tembakau”.

1.2 Rumusan Masalah