5
membawa dampak positif atau negatif, melihat propaganda tentang terorisme Islam yang ada didalamnya.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah memfokuskan pada seberapa besar muatan prosentase propaganda Amerika Serikat tentang
terorisme Islam yang terdapat dalam film Zero Dark Thirty. C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar muatan prosentase propaganda Amerika serikat tentang terorisme Islam yg terdapat
dalam film Zero Dark Thirty.
D. Kegunaan penelitian 1. Kegunaan Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi akademis khususnya kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik tentang Analisis Isi
propaganda Amerika Serikat yang berguna bagi peneliti maupun pihak-pihak yang berkepentingan untuk mengembangkan dan menyempurnakan lebih lanjut
hasil temuan penelitian pada masalah yang sama.
2. Kegunaan Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dan informasi kepada pembaca dalam menangkap bentuk-bentuk propaganda dalam film sesuai
dengan teori yang ada, serta menambah referensi bagi penelitan-penelitian berikutnya yang sejenis, agar bisa dijadikan referensi bagi penelitiannya.
6
E. Tinjauan Pustaka E.1. Propaganda
Sejumlah ahli komunikasi memiliki pendapat berbeda mengenai propaganda. Sebagian mengatakan komunikasi persuasif pada hakikatnya
adalah propagandistik, sementara yang lain berpendapat bahwa hanya pesan- pesan yang tidak jujur saja yang bisa dimasukan dalam pengertian propaganda.
Menurut Lasswell 1972, propaganda itu bukan bom juga bukan roti, melainkan kata-kata, gambar, lagu-lagu, parade, dan banyak sarana lain yang
tipikal untuk membuat propaganda. Propaganda semata-mata merupakan kontrol opini yang dilakukan melalui simbol-simbol yang mempunyai arti atau
yang menyampaikan pendapat yang konkret dan akurat melaui gambar- gambar, sebuah cerita, rumor, dan bentuk lain informasi lain yang bisa
digunakan dalam komunikasi sosial. Bagi Lasswell, propaganda mengandalkan simbol-simbol untuk mencapai tujuan dalam manipulasi sikap kolektif. Alat-
alat komunikasi massa memperluas jangkuan propaganda dan memungkinkan untuk membentuk sikap banyak individu secara serentak. Shoelhi, 2012 : 36
Coulumbis dan Wolfe 1987 : 184 dalam buku berjudul Introduction to International relations : power and Justice, menjelaskan bahwa propaganda
merupakan salah satu metode standar yang digunakan negara untuk mengamankan, memelihara, dan menerapkan kekuasaan dalam rangka
memajukan kepentian nasional. Sementara itu menurut Garth S. Jowett dan Victoria O‟Donnell 1982 propaganda adalah upaya yang dilakukan secara
sengaja dan sistematis intuk membentuk persepsi, memanipulasi pikiran, dan
7
mengarahkan kelakuan orang banyak untuk mendapatkan reaksi yang diinginkan penyebar propaganda.
Dengan mengutip pendapat Heinz Dietrich Fischer dan John Calhoun Merril, F. Rahmadi dalam bukunya Public Relations dalam teori dan praktek
1995, menyatakan bahwa pengertian Propaganda adalah informasi yang berisikan doktrin, opini ataupun pernyataan resmi dari pemerintah. Propaganda
adalah suatu kegiatan komunikasi dengan teknik tertentu. Lebih lanjut, propaganda bisa diartikan sebagai kegiatan komunikasi untuk mengontrol sikap
dan tingkah laku manusia demi kesamaan dalam suatu pendapat atau cita-cita. Propaganda adalah suatu penyebaran pesan yang terlebih dahulu telah
direncanakan secara seksama untuk mengubah sikap, pandangan, pendapat dan tingkah laku dari komunikan target propaganda sesuai dengan pola yang telah
ditetapkan oleh komunikator propagandis. Sastropoetro, 1991: 34. Propaganda merupakan proses penyampaian pesan secara persuasif dari
komunikator kepada komunikan dengan tujuan khusus, yaitu perubahan pada diri komunikan sesuai dengan kehendak komunikator.
Propaganda dapat dipelajari dari berbagai aspek komunikasi. Jenis propaganda cukup banyak, tergantung dari sudut mana kita melihat. Wiliam E.
Daugherty dan Morris Janowitzs seperti di kutip Onong Uchjana Effendi 1994 : 164-165, menyatakan bahwa propaganda dapat dikualifikasikan dalam
beberapa kategori. Menurut Robert Cole 1996 : 18-22 dalam bukunya Propaganda in the Twentieth Century War and Politics, dan juga dalam
Encyclopedia of Propaganda 1998, dijelaskan bahwa propaganda dapat dipelajari dengan memperhatikan aspek sumber ,metode, sistem, sifat, jenis
8
kegiatan, bentuk komunikasi yang dipilih, dan wilayah. Menurut Mohammad Shoelhi 2012 : 42-45 dalam bukunya Propaganda Dalam Komunikasi
Internasional, dapat dikelompokan sebagai berikut: a.
Menurut Sumbernya 1.
Propaganda tertutup Concealed propaganda , sumber propaganda ini tertutup sehingga orang tidak tahu siapa sumbernya.
2. Propaganda terbuka Revealed propaganda , sumber propaganda ini
disebutkan dengan jelas dan secara terbuka. 3.
Propaganda tertunda Delayed propaganda , sumber propaganda ini mulanya dirahasiakan, tetapi pada akhirnya akan terbuka dan jelas.
b. Menurut Metodenya
1. Coercive propaganda, yaitu propaganda yang dilancarkan dengan
metode ancaman atau bahasa kekerasan. Propaganda ini hampir mirip dengan propaganda by the deed. Kendati demikian dalam
metode koersif, masih menggunakan lambang-lambang komunikasi yang menimbulkan ketegangan jiwa takut, seram, jijik
2. Persuasive propaganda, propaganda jenis ini menggunakan metode
penyampaian pesan-pesan yang menimbulkan rasa tertarik sehingga target propaganda senang dan rela melakukan sesuatu.
c. Menurut Sistemnya
1. Symbolic interaction propaganda, yaitu propaganda yang
menggunakan simbol – simbol.
9
2. Propaganda by the deed, yaitu propaganda yang menggunakan
perbuatan nyata untutk memaksa target menerima pesan dan melakukan tindakan sebagaimana yang dikehendaki.
d. Menurut Sifatnya
1. White propaganda, yaitu propaganda putih yang dilakukan secara
jujur, benar, sportif. Isi pesan yang disampaikan serta sumbernya jelas.
2. Black propaganda, yaitu propaganda hitam yang dilancarkan secara
licik sebagai senjata taktis untuk menipu, penuh kepalsuan, tidak jujur, tidak mengenal etika dan cenderung berfikir sepihak.
Propaganda ini tidak menunjukan sumber yang sebenarnya, bahkan kerap juga menuduh sumber lain yang melakukan kegiatan tersebut.
3. Grey propaganda, yaitu propaganda abu-abu yang dilakukan oleh
kelompok atau sumber yang tidak jelas. Biasanya isinya menimbulkan keraguan, untuk mengacaukan pikiran orang, adu
domba, intrik, dan gosip. Propaganda ini memang sengaja dirancang seperti ini agar masyarakat ragu atas sesuatu persoalan yang tengah
berkembang. 4.
Rational propaganda atau propaganda rasional, yaitu propaganda yang mengungkap dengan jelas sumbernya dan tujuannyapun
dijelaskan secara rasional. e.
Menurut Jenis Kegiatannya 1.
Propaganda dagang meliputi iklan, peragaan display, pertunjukan show, presentasi, pawai, pameran expo.
10
2. Propaganda politik menyangkut penyebaran doktrin, penyebaran
keyakinan politik tertentu. 3.
Propaganda perang, yang termasuk dalam jenis propaganda ini: war- mongering
atau propaganda
yang menghembus-hembuskan
semangat perang; defamatory atau propaganda yang merusak nama baik kepala negarapemerintah; subversive, yaitu propaganda yang
bertujuan merusak atau merongrong kekuatan atau kewibawaan suatu negara dari dalam agar negara tersebut hancur; dan
psycholigical warfare psy-warsykewar atau perang urat syaraf, yaitu propaganda yang menampilkan gertakan atau pengerahan
kekuatan sebagai bentuk ancaman agresi untuk menakut –nakuti
pihak lawan. 4.
Propaganda budaya biasanya dilancarkan dalam bentuk kegiatan pameran seni dan budaya, pertunjukan film, pementasan senitari,
pertukaran misi-misi kebudayaan, pagelaran temuan atau inovasi ilmu pengetahuan.
5. Propaganda agama, meliputi penyebaran keyakinan ajaran agama
kerap juga dilakukan dalam bentuk khotbah dan ceramah akbar, pertemuan agama, pagelaran kegiatan keagamaan secara besar
besaran dan terbuka, tabligh akbar, serta pementasan drama bernafaskan islam.
f.
Menurut Bentuk Komunikasi Massa
1. Propaganda vertikal adalah propaganda yang dilancarkan dengan
menggunakn berbagai macam sarana media massa. Propaganda ini
11
lazim juga disebut propaganda fasilitas yang menimbulkan dampak
hierarkis dari pemimpin pendapat hingga masyarakat awam.
2. Propaganda agiatif adalah propaganda yang dilancarkan dengan
menggunakan berbagai alat komunikasi massa untuk mengacaukan kepentingan
umum, kemudian
memaksa massa
mengikuti kepentingan tertentu dengan menampilkan ancaman, kemudian
membangkitkan ketakutan
dan kebencian
sehingga target
propaganda memberikan pengorbanan yang sebesar-besarnya untuk mencapai suatu tujuan atau mewujudkan cita-cita.
g. Menurut Bentuk Komunikasi Interpersonal
1. Propaganda horizontal adalah propaganda yang ditempuh melalui
komunikasi interpersonal ataukomunikasi organisasi, dengn target individu individu tertentu dan selanjutnya menjadikan massa sebagai
keseluruhan targetnya. 2.
Propaganda integratif adalah propaganda yang di tempuh melalui komunikasi interpersonal dengan target orang-orang tertentu dalam
rangka penanaman doktrin, kemudian target yang sudah kuat mengikuti doktrin melancarkan propaganda pada target tertentu
lainnya, dan seterusnya. h.
Menurut Wilayahnya 1.
Propaganda regional 2.
Propaganda nasional 3.
Propaganda internasional
12
E.2. Tujuan Propaganda
Tujuan propaganda adalah untuk mengubah alam pikir kognitif dan membangkitkan emosi para targetnya. Propaganda kerap digunakan sebagai
sarana untuk „memenangkan peperangan di luar medan perang‟. Dalam konteks ini, hal terpenting adalah desain propaganda senganja dirancang untuk
memberikan informasi yang berdaya pengaruh kuat saat menerpa target yang mendengar atau melihatnya. Pada pokoknya propaganda dilancarkan untuk
mempengaruhi pikiran, perasaan, serta tidakan massa dimanapun, baik di negara sendiri maupun di negara lain, baik negara lawan maupun negara
kawan. Menurut Mohammad Shoelhi 2012 : 50-51 dalam bukunya
Propaganda Dalam Komunikasi Internasional, dalam perspektif komunikasi internasional, propaganda kerap dilancarkan untuk mencapai sejumlah tujuan :
a. Untuk menanamkan gagasan ke dalam benak masyarakat negara lain
atau masyarakat internasional secara keseluruhan. Tujuan ini mencakup penguatan dan perluasan dukungan dari negara lain, mempertajam atau
mengubah sikap dan cara pandang terhadap suatu gagasan atau kebijakan luar negeri tertentu.
b. Untuk memperlemah atau bahkan menggagalkan kebijakan atau
program nasional yangsedang ditempuh negara lawan atau negara tidak bersahabat atau kelompok lain.
c. Untuk mencapai tujuan eksklusif terbatas dan berjangka pendek.
d. Untuk tujuan lebih luas dan strategis yang mencakup penguatan serta
perluasan dukungan dari rakyat dan pemerintah negara sahabat untuk
13
melaksanakan gagasan tertentu atau untuk mengahadapi lawan yang dibenci.
E.3. Teknik Propaganda
Seperti halnya komunikasi, propaganda juga sangat membutuhkan teknik guna mencapai sasaran dan tujuannya. Sebab dengan menggunakan
tehnik yang tepat akan menghasilkan capaian yang optimal. Berikut beberapa tehnik propaganda menurut Nurudin 2001: 29.
a. Name Calling Penggunaan nama ejekan
Dalam teknik ini propagandis memberikal label buruk kepada seseorang penjulukan, lembaga atau gagasan dengan simbol emosional negatif
dalam propagandanya. b.
Glittering Generality Penggunaan kata-kata muluk Sebagai kebalikan dari name calling, teknik glittering generalitas
menggunakan kata-kata yang memiliki kekuatan positif untuk membuat massa setuju, menerima dan mendukung tanpa memeriksa bukti-bukti.
c. Transfer Pengalihan
Merupakan visualisasi konsep untuk mengalihkan karakter tertentu kepada suatu pihak.
d. Testimonials Pengutipan
Digunakan untuk meminta dukungan seseorang yang berstatus tinggi untuk mengesahkan dan memperkuat tindakannya dengan pengakuan
atau kesaksian orang tersebut.
14
e. Plain Folk Perendahan diri
Teknik plain folk merupakan salah satu teknik propaganda yang menggunakan pendekatan untuk menunjukan bahwa sang propagandis
rendah hati dan mempunyai empati dengan penduduk pada umumnya. f.
Card Stacking Menimbang-nimbangpenumpukan fakta Teknik card stacking adalah suatu teknik pengalihan dan pemanfaatan
fakta atau kebohongan, ilustrasi atau penyimpangan, serta pernyataan logis atau tidak logis untuk memberikan kasus terbaik atau terburuk
pada suatu gagasan, program, orang atau produk. g.
Bandwagon Seruan Mengikuti Pihak Mayoritas Teknik bandwagon berisi imbauan kepada khalayak untuk bergabung
ke dalam kelompoknya karena kelompoknya memiliki tujuan yang baik dan menyenangkan.
h. Using All Forms of Persuasions Membujuk
Teknik fear aroundsing adalah cara propaganda untuk mendapatkan dukungan dari target massa dengan menimbulkan emosi negatif,
khususnya ketakutan.
E.4. Film Sebagai Media Komunikasi Massa
Film merupakan salah satu bentuk dari media massa. Film juga merupakan bagian dari budaya karena film adalah karya, cipta, dan karsa yang
merupakan media komunikasi pandang dan dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video, piringan
video, dan atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk,
15
jenis dan ukuran, melalui proses kimiawi, proses elektronika, atau proses lainnya, dengan atau tanpa suara yang dapat dipertunjukkan dan atau
ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik, elektronik dan atau lainnya. Film merupakan keterpaduan antara berbagai unsur sastra, teater, seni rupa,
teknologi dan sarana publikasi. Media komunikasi film mudah menyajikan suatu hiburan daripada bentuk komunikasi lainnya Marselli Sumarno, 1996 :
96-98. Hal ini dapat dilihat dari sifatnya yang menitikberatkan pada etika dan estetika. Tujuan khalayak dalam menonton film adalah untuk mencari hiburan.
Namun di dalam tayangan film sendiri terkadang masih juga dijumpai fungsi informatif maupun deduksi, bahkan persuasif.
E.5. Jenis-Jenis Film
Film merupakan media komunikasi yang terbentuk dari kombinasi antara penyampaian pesan melalui gambar bergerak yang dihasilkan dari
pemanfaatan teknologi kamera, pencahayaan, warna dan suara. Unsur tersebut dibuat dengan latar belakang alur cerita yang mengandung pesan yang akan
sampaikan oleh sutradara. Kombinasi pesan tersebut disampaikan sutradara melalui gambar, dialog, suara, warna, sudut pengambilan dan musik. Adegan
dirangkai satu sama lain berserta lambang – lambang yang di pergunakan,
sehingga pesan dapat dipahami oleh khalayak penonton. Menurut Undang
– Undang Republik Indonesia Nomor. 8 tahun 1992 tentang Perfilman, bab 1 pasal 1, menyebutkan bahwa,” Film adalah karya cipta
dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita
video, dan atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk,
16
jenis, dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik, atau proses lainnya, dengan atau tanpa suara yang dapat dipertunjukkan dan atau
ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik, elektronik,dan atau lainnya. Sedang Undang-Undang Perfilman penjelasan tentang pasal 1 angka 1 Undang-
Undang Perfilman, menentukan ada 3 tiga jenis film yang termasuk dalam film sebagai media komunikasi massa pandang dengar audio visual. Pertama
film tersebut dibuat dari bahan baku pita seluloid melalui proses kimia yang lazim disebut film. Kedua, film yang dibuat dengan bahan pita video atau
piringan video melalui proses elektronik, yang lazim disebut rekaman video. Ketiga, film yang dibuat dengan bahan baku atau melalui proses lainnya
sebagai hasil perkembangan teknologi, yang dikelompokkan sebagai media
komunikasi massa pandang dengar E.6. Penokohan Dalam Film
Seperti halnya plot pada unsur film di atas, penokohan atau disebut juga perwatakan dalam film termasuk unsur intrinsik dalam sebuah karya maupun
sastra. Tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita rekaan sehingga peristiwa itu menjalin satu cerita, sedangkan penokohan adalah cara
sastrawan menampilkan tokoh Aminuddin, 1984:85. Tokoh dalam karya film selalu mempunyai sikap, sifat, tingkah laku, atau watak-watak tertentu.
Pemberian watak pada tokoh suatu karya disebut perwatakan.
17
Ditinjau dari peranan dan ketelibatan dalam cerita, tokoh dapat dibedakan atas :
1. Tokoh primerutama
2. Tokoh skunderbawahan
3. Tokoh komplementertokoh tambahan
Dilihat dari perkembangan kepribadian tokoh, tokoh dapat dibedakan atas :
1. Tokoh dinamis adalah tokoh yang kepribadiannya selalu
berkembang. Sebagai contoh, tokoh yang semula jujur, karena terpengaruh oleh temannya yang serakah, akhirnya menjadi tokoh
yang tidak jujur. Tokoh ini menjadi jujur kembali setelah ia sadar bahwa dengan tidak jujur penyakit jantungnya menjadi parah.
2. Tokoh statis adalah tokoh yang mempunyai kepribadian tetap.
Bila dilihat dari masalah yang dihadapi tokoh, dapat dibedakan atas Aminuddin, 1984:91-92 :
1. Tokoh yang mempunyai karakter sederhana adalah tokoh yang
hanya mempunyai karakter seragam atau tunggal. 2.
Tokoh yang mempunyai karakter kompleks adalah tokoh yang mempunyai karakter beraneka ragam kepribadian, misalnya tokoh
yang di mata masyarakat dikenal sebagai orang yang dermawan. Pembela kaum miskin, berusaha mengentaskan kemiskinan,
ternyata ia juga menjadi Bandar judi.
18
Dilihat dari watak yang dimiliki oleh tokoh, dapat dibedakan atas tokoh protagonis dan tokoh antagonis Aminuddin, 1984:85.
1. Tokoh Protagonis adalah tokoh yang wataknya disukai pembacanya.
Biasanya, watak tokoh semacam ini adalah watak yang baik danpositif, seperti dermawan, jujur, rendah hati, pembela, cerdik,
pandai, mandiri, dan setia kawan. Dalam kehidupan sehari-hari, jarang ada orang yang mempunyai watak yang seluruhnya baik.
Selain kebaikan, orang mempunyai kelemahan. Oleh karena itu, ada juga watak protagonis yang menggambarkan dua sisi kepribadian
yang berbeda. Sebagai contoh, ada tokoh yang mempunyai profesi sebagai pencuri. Ia memang jahat, tetapi ia begitu sayang kepada
anak dan istrinya sehingga anak dan istrinya juga begitu sayang kepadanya. Contoh berikutnya bisa kita lihat, misalnya, pada tokoh
yang dikenal masyarakat sebagai orang yang pelit, padahal dia adalah pemilik panti asuhan itu. Ia berbuat seakan-akan pelit untuk
menutupi kedermawanannya. Ia takut tidak ikhlas dalam beramal saleh.
2. Tokoh Antagonis adalah tokoh yang wataknya dibenci pembacanya.
Tokoh ini biasanya digambarkan sebagai tokoh yang berwatak buruk dan negatif, seperti pendendam, culas, pembohong, menghalalkan
segala cara, sombong, iri, suka pamer, dan ambisius. Meskipun demikian, ada juga tokoh-tokoh antagonis yang bercampur dengan
sifat-sifat yang baik. Contohnya, tokoh yang jujur, tetapi dengan
19
kejujurannya itu justru mencelakakan temannya; tokoh yang setia kepada negara, padahal negaranya adalah negara penebar kejahatan
di dunia; tokoh yang memegang teguh janji, tetapi janji itu diucapkan pada orang yang salah dan berakibat fatal.
E.7. Film Sebagai Alat Propaganda
Film merupakan media unik karena mereproduksi gambar, gerakan, dan suara seperti halnya dalam kehidupan nyata. Bahkan film juga menghadirkan
teknologi-teknologi yang pada saat ini belum ditemukan, di sinilah kekuatan riset film digunakan. Tidak seperti bentuk seni lainnya, film menghasilkan rasa
kedekatan, kemampuan film untuk menciptakan ilusi kehidupan dan realitas, pandangan baru, seperti budaya yang belum dikenal pada suatu tempat. Dengan
kata lain film dianggap sebagai penggambaran akurat dari kehidupan. Film adalah alat propaganda yang efektif karena mereka membangun
ikon visual realitas historis dan kesadaran. Menentukan sikap masyarakat dari waktu mereka menggambarkan atau di mana mereka difilmkan, memobilisasi
orang untuk tujuan bersama, atau membawa perhatian pada penyebab yang tidak diketahui. Film politik dan sejarah mewakili pengaruh dan menciptakan
kesadaran historis, serta mampu mendistorsi peristiwa membuatnya menjadi media persuasif yang belum tentu bisa dipercaya. Shoelhi 2012 : 157-158
Dalam kiprah perfilman hollywood banyak film yang memanipulasi representasinya sepe
rti kemenangan Amerika atas Vietnam dalam film „Rambo II‟ atau film Genre Post – Vietnam lainnya.
20
Dalam komunikasi faktor media menuduki peran yang sangat penting dalam proses penyebaran pesan, bahkan bisa dikatakan efektif atau tidak,
tersebar luas atau tidak bergantung pada ketepatan memilih media tersebut. Di era modern ini film masih menjadi media propaganda terbaik karena film
memiliki beberapa kelebihan dibandingkan media lainnya. John A. Broadwin dan V.R. Berghahn 1996 , dalam bukunya The
Triump Of Propaganda, mengutip pernyataan Fritz Hippler bahwa “dibandingkan dengan seni lain, film mampu menimbulkan dampak psikologis
dan propagandik yang abadi dan pengaruhnya sangat kuat karena efeknya tidak hanya melekat pada pikiran, tetapi pada emosi dan bersifat visual bertahan
lebih lama daripada pengaruh yang dapat dicapai oleh ajaran gereja atau sekolah, buku, surat kabar,atau radio. Shoelhi, 2012 : 165
E.8. Terorisme
Terorisme dapat dapat diartikan sebagai serangan fahamideologi terkoordinasi yang dilancarkan oleh kelompok tertentu dengan maksud
membangkitkan perasaan teror terhadap sekelompok masyarakat. Menurut Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Perpu Nomor 1 tahun 2002
dalam Perspektif Hukum Pidana, terorisme mempunyai tujuan untuk membuat orang lain merasa ketakutan, sehingga dapat menarik perhatian masyarakat
luas. Biasanya perbuatan teror ini digunakan apabila tidak ada jalan lain yang dapat ditempuh untuk melaksanakan kehendaknya. Terorisme digunakan
sebagai senjata psikologis untuk menciptakan suasana panik, tidak menentu serta menciptakan ketidakpercayaan masyarakat terhadap kemampuan
21
pemerintah dalam mengamankan stabilitas negara. Istilah terorisme juga sering disebut dengan gerakan separatis.
Segala bentuk tindakan kekerasan untuk tujuan politis atau untuk memaksa sebuah pemerintah untuk melakukan sesuatu, khususnya untuk
menciptakan ketakutan dalam sebuah komunitas masyarakat. Terorisme di dunia bukanlah merupakan hal baru, terutama sejak
terjadinya peristiwa World Trade Center WTC di New York, Amerika Serikat pada tanggal 11 September 2001
, dikenal sebagai “September Kelabu”, yang memakan 3000 korban. Serangan dilakukan melalui udara, tidak
menggunakan pesawat tempur, melainkan menggunakan pesawat komersil milik perusahaan Amerika sendiri, sehingga tidak tertangkap oleh radar
Amerika Serikat. Tiga pesawat komersil milik Amerika Serikat dibajak, dua di antaranya ditabrakkan ke menara kembar Twin Towers World Trade Centre dan
gedung Pentagon. CIA dan Washington menyatakan bahwa serangan yang dilakukan pada tanggal 11 Septermber 2001 tersebut merupakan tindakan
terorisme yang dilakukan oleh kelompok Al-Qaeda, yang dipimpin oleh Osama Bin Laden.
E.9. Analisis Isi
Banyak ahli yang mendefinisikan analisis isi. Analisis isi menurut Barelson Bulaeng, 2004:164 analisis isi merupakan suatu teknik penelitian
yang obyektif, sistematik dan menggambarkan secara kuantitatif isi-isi pernyataan suatu komunikasi. Analisis isi yang bersifat sistematik, berarti isi
yang hendak di analisa sebaiknya diseleksi secara gamblang dan sesuai dengan aturan yang berlaku. Maksudnya adalah, pemilihan sample harus mengikuti
22
prosedur yang tepat dan masing-masing item harus memiliki kesempatan yang sama untuk dilibatkan dalam analisa. Analisis isi bersifat obyektif maksudnya
adalah cara pandang pribadi dan yang mungkin ditimbulkan oleh peneliti tetapi tidak boleh masuk kedalam temuan penelitian. Bila terjadi duplikasi yang
dilakukan oleh peneliti, maka hasil analisis tersebut akan sulit untuk menghasilkan kesimpulan yang sama.
F. Definisi Konseptual F.1. Propaganda