PROPAGANDA AMERIKA SERIKAT TENTANG TERORISME ISLAM MELALUI MEDIA FILM (Analisis Isi Film Zero Dark Thirty Karya Kathryn Bigelow)
PROPAGANDA AMERIKA SERIKAT TENTANG
TERORISME ISLAM MELALUI MEDIA FILM
(Analisis Isi pada Film Zero Dark Thirty, Karya Kathryn Bigelow)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang
Sebagai Persyaratan untuk Mendapatkan Gelar Sarjana (S-1)
Oleh : Ferdian Firdaus NIM: 08220377
Dosen Pembimbing : 1. Nasrullah, M.Si
2. Nurudin, M.Si
JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
(2)
i
PROPAGANDA AMERIKA SERIKAT TENTANG TERORISME ISLAM MELALUI MEDIA FILM
(Analisis Isi Film Zero Dark Thirty Karya Kathryn Bigelow)
Oleh :
FERDIAN FIRDAUS 08220377
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Strata Satu (S-1)
JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
(3)
ii
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI
Nama : Ferdian Firdaus NIM : 08220377
Jurusan : Ilmu Komunikasi Konsentrasi : Audio Visual
Fakultas : Ilmu Sosial dan Politik Judul Skripsi :
PROPAGANDA AMERIKA SERIKAT TENTANG TERORISME ISLAM
MELALUI MEDIA FILM (Analisis Isi pada Film Zero Dark Thirty, Karya Kathryn Bigelow).
(4)
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Nama : Ferdian Firdaus
NIM : 08220377
Jurusan : Ilmu Komunikasi
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Judul Skripsi : Propaganda Amerika Serikat Tentang Terorisme Islam Melalui Media Film
(Analisis Isi Film Zero Dark Thirty Karya Kathryn Bigelow)
Telah dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi
Fakultas Imu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang
Dan dinyatakan LULUS Pada Hari : Sabtu
Tanggal : 5 Juli 2014
(5)
iv
PERNYATAAN ORISINALITAS
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Ferdian Firdaus
Tempat, Tanggal lahir : Malang, 31 Maret 1989
NIM : 08220377
Jurusan : Ilmu Komunikasi
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Menyatakan bahwa karya ilmiah (Skripsi) dengan judul :
PROPAGANDA AMERIKA SERIKAT TENTANG TERORISME ISLAM MELALUI MEDIA FILM (Analisis Isi pada Film Zero Dark Thirty, Karya Kathryn Bigelow).
Adalah bukan karya tulis ilmiah orang lain, baik sebagian ataupun seluruhnya, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah saya sebutkan sumbernya dengan benar.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benar nya dan apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapatkan sanksi yang berlaku.
(6)
v
BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI
Nama : Ferdian Firdaus NIM : 08220377
Jurusan : Ilmu Komunikasi Konsentrasi : Audio Visual
Fakultas : Ilmu Sosial dan Politik Judul Skripsi :
PROPAGANDA AMERIKA SERIKAT TENTANG TERORISME ISLAM
MELALUI MEDIA FILM (Analisis Isi pada Film Zero Dark Thirty, Karya Kathryn Bigelow).
Pembimbing :
1. Nasrullah, M.Si 2. Nurudin, M.Si Kronologi Bimbingan :
(7)
(8)
vii ABSTRAKSI FERDIAN FIRDAUS, 08220377
PROPAGANDA AMERIKA SERIKAT TENTANG TERORISME ISLAM MELALUI MEDIA FILM (Analisis Isi Film Zero Dark Thirty Karya Kathryn Bigelow)
Dosen Pembimbing: Nasrullah, M.Si dan Nurudin, M.Si
Kata kunci: Propaganda, Terorisme, Film, Analisis Isi
Film bisa menjadi media propaganda yang sangat efektif. Menurut Harold D Lasswell dalam tulisannya Propaganda Techniquein The World War (1927) mengatakan propaganda adalah semata-mata control opini yang dilakukan melalui simbol-simbol yang mempunyai arti, atau menyampaikan pendapat yang kongkrit dan akurat melalui sebuah cerita, gambar-gambar, rumor dan bentuk-bentuk yang lain..
Maraknya film produksi Amerika yang yang mempunyai setting di timur tengah, bertemakan terorisme Islam dan juga based on true story, menjadikan film ini layak diteliti untuk mengetahui seberapa besar teknik propaganda yang ada dalam film Zero Dark Thirty yang disutradarai oleh Kathryn Bigelow. Bagaimana sutradara Amerika dalam mengemas konten terorisme yang dilakukan oleh orang Islam agar audiens bisa menerima pesan yang ingin disampaikan film ini.
Metodologi yang digunakan adalah analisis isi dengan perangkat statistik deskriptif, dan unit analisis berupa adegan (scene) sebagai bagian penting dari sebuah film, dengan struktur katagori terdiri dari Pakistan sebagai tokoh antagonis, serta teknik propaganda yang terdiri dari name calling, card stacking, gliterring generalities, plain folk, testimonial, dan using all forms of persuasion. Penelitian ini menggunakan satuan ukur durasi perdetik kemunculan tiap kategorisasi dalam setiap scene di film Zero Dark Thirty. Dari uji reliabilitas dan validitas menggunakan rumus Holsty dan Scott, menunjukan bahwa dari 12 kategori propaganda, telah memenuhi tingkat validitas yakni di atas 0,75 dan rata-rata mencapai nilai tingkat validitas sebesar 1.
Berdasarkan analisis isi yang telah dilakukan, maka dapat diketahui bahwa kemunculan kategorisasi dalam film Zero Dark Thirty adalah sebanyak 53 scene (1568 detik) dari keseluruhan 223 scene (9420 detik). Dengan mengetahui jumlah tersebut, dapat diketahui bahwa Pakistan dalam film ini berperan sebagai tokoh antagonis, di mana Pakistan merupakan sarang teroris dan pelaku tindakan terorisme.
(9)
viii ABSTRACT FERDIAN FIRDAUS, 08220377
THE USA PROPAGANDA ABOUT ISLAMIC TERORISM TROUGH FILM MEDIA (Film Content Analysis Zero Dark Thirty By Kathryn Bigelow)
Adviser: Nasrullah, M.Si and Nurudin, M.Si
Key words: Propaganda, Terorism, Film, Content Analysis
Film can be very efective propaganda media. Propaganda that inserted by propagandist in the film could be very insteresting because the package of based on true story film. Especially many terorism activities that be held in middle east countries by Islamic people, certainly, USA take advantage from the moment like this as a material to propagandize the audiece in order to reach their goals.
The formulation of problem is how much amount of percentage of propaganda in Zero Dark Thirty directed by Kathryn Bigelow. With the research purpose to count the frequency of the emergence category consisting of the antagonist, the protagonist and propaganda techniques on Zero Dark Thirty and then describe it in presentation that include still photo with explanation.
This research use content analysis method with statistical descriptive device. The purpose of this content analysis to presentate messaging framework accurately. This research use scene analysis unit as an important part of the film, with the category structure which is antagonist-protagonist characterization consisting of Pakistan is the terorist nest, Pakistan as an actor of terorism action, Humiliate behavior people of Pakistan by the American, American as a victim of terorism action, American as a hero of terorism action, USA as a country that uphold tolerance, and propaganda techniques consisting of Name Calling, Card Stacking, Gliterring Generalities, Plain Folk, Testimonial, and Using All Forms of Persuasion. This research use per-second duration unit of measure the emergence each of categorization in each scene in the film of Zero Dark Thirty. The reliability test and validation that use The Holsty and Scott formula, show that from 12 category of propaganda, has fulfilled the validation level that is above 0,75 and the average reach validation level value in the amount of 1.
Based on content analysis that has been done, and from coding process, researcher can conclude that the emergence of categorization in Zero Dark Thirty is 53 scenes (1568 seconds) from the entire 223 scenes or 9420 seconds. By knowing the total amount, we can say that Pakistan, in this movie role as a bad guy, or the antagonist, whereas Pakistan is the one who did terorism and Pakistan as headquarter of terorist.
(10)
ix
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb.
Alhamdulillahirabbil‘aalamin,
Puji syukur kehadirat Allah SWT sang penguasa alam raya, salam sejahtera
bagi junjungan Nabi Muhammad SAW, karena hanya atas rahmat serta hidayah-Nya
sehingga skripsi ini bisa terselesaikan juga.
Skripsi ini disusun selain sebagai persyaratan untuk mendapatkan gelar
Sarjana (S-1), juga dengan maksud untuk memberikan referensi dan penjelasan
kepada para akademisi khususnya mahasiswa jurusan ilmu komunikasi, para praktisi
yang bergerak di bidang film, serta para penikmat film tentang propaganda yang
terkandung dalam sebuah film.
Melalui skripsi ini, penulis ingin memaparkan propaganda yang dimunculkan
dalam film Zero Dark Thirty karya Kathryn Bigelow. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode analisis isi yang memiliki fungsi tepat untuk mengurai
serta mengukur seberapa besarnya teknik propaganda dan pengkarakteran dalam
pesan komunikasi lewat film.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak menghadapi tantangan dan
kesulitan yang mana dukungan dan kemurahan hati yang telah diberikan oleh
berbagai pihaklah, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, oleh karena itu
pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Rektor Universitas Muhammadiyah Malang, Bapak Dr. H. Muhadjir Effendy,
MAP dan seluruh pembantu rektor UMM.
2. Bapak Drs. Asep Nurjaman, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
(11)
x
3. Bapak Nasrullah, M.Si selaku pembimbing I dan Bapak Nurudin, M.Si selaku
pembimbing II atas kesabaran serta kesediaan waktu mengarahkan dan
membimbing dalam penelitian ini.
4. Bapak Sugeng Winarno M.A. selaku dosen wali yang mendukung serta
memberi pengarahan sejak awal perkuliahan hingga selesainya skripsi ini.
5. Seluruh dosen Ilmu Komunikasi UMM atas ilmu-ilmu bermanfaat yang telah
diberikan selama ini.
6. Ayahanda Moch. Nurman dan Ibunda Aniatul Hadiati yang senantiasa mengiringi dengan do’a, kasih sayang, nasehat, dukungan, biaya, dorongan dan perhatian yang tidak pernah berhenti baik sebelum maupun sesudah
penulis menyelesaikan skripsi ini, serta Mbak Dian Nurmayasari, Mas M.
Hamdi dan Dik Amalia Nur Hiadayati yang selalu memberi semangat dan
bantuannya.
7. Keluarga Boyrain Pictures, 15 orang saudara seperjuangan, terimakasih atas
ilmu, pengalaman, dan dukungannya sampai saya menyelesaikan skripsi ini.
8. Alm. Om Sumadiman atas dukungan dan bantuan beliau saya bisa masuk
Universitas Muhammadiyah Malang kampus yang saya cintai ini.
9. Saudara, sahabat, orang dekat dan teman-teman Wahyu Ferbrian, Teguh Dwi
Handoyo, Oktafia Mayangsari, Norma Ayu, Ayu Puritamy, Nimas Saraswati,
Kak Rosi, semua teman-teman YGS, serta Mainstream Net yang telah
memberikan dukungan dan semangat pada penulis untuk menyelesaikan
skripsi ini serta menemani penulis disaat senang maupun sedih. Terima kasih
teman-teman untuk semua cerita, pengalaman, keseruan, dan hari indah yang
(12)
xi
10.Dan semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu-persatu, atas bantuan
dan dukungannya dalam menyelesaikan penelitian ini.
Peneliti menyadari apa yang telah ditulis masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kepada para pembaca dengan segala kerendahan hati penulis akan
menyambut baik setiap saran dan kritik untuk perbaikan skripsi ini.
Semoga Allah SWT memberikan berkah dan rahmat-Nya pada kita semua,
Aamiin.
(13)
xii DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ... ii
LEMBAR PENGESAHAN ... iii
PERNYATAAN ORISINALITAS ... iv
BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI ... v
ABSTRAKSI ... vii
ABSTRACT ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xv
I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. TujuanPenelitian ... 5
D. Kegunaan Penelitian ... 5
E. Tinjauan Pustaka ... 5
1. Propaganda ... 6
2. Tujuan Propaganda... 12
. 3. Teknik Propaganda... 13
(14)
xiii
. 5. Jenis-Jenis Film ... 15
6 Penokohan Dalam Film ... 20
. 7. Film Sebagai Alat Propaganda ... 23
8. Terorisme ... 24
9. Analisis Isi ... 25
II. GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN ... 38
A. Sinopsis Film Zero Dark Thirty ... 38
B. Biografi Kathryn Bigelow ... 43
C. Para Pemain Film Zero Dark Thirty ... 45
D. Tim Produksi Film ... 51
E. Penghargaan Film Zero Dark Thirty ... 62
III. PENYAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN ... 66
A. Penyajian dan Analisis Data ... 66
1. Pakistan Merupakan Sarang Teroris ... 72
. 2. Pakistan Sebagai Pelaku Tindakan Terorisme ... 74
3. Tindakan Yang Merendahkan Orang Pakistan Oleh Pihak Amerika ... 75
. 4. Amerika Serikat Sebagai Korban Tindakan Terorisme ... 77
5. Amerika Serikat Sebagai Pahlawan Terhadap Tindakan Terorisme 79 . 6. Amerika Serikat Sebagai Negara Yang Menjunjung Tinggi Toleransi ... 81
7. Teknik Propaganda Name Calling ... 82
. 8. Teknik Propaganda Card Stacking... 84
(15)
xiv
. 10. Teknik Propaganda Plain Folk ... 86
11. Teknik Propaganda Testimony ... 87
. 12. Teknik Propaganda Using All Form of Persuasion ... 89
B. Uji ReliabilitasPeneliti dan Koder I ... 90
IV. PENUTUP ... 94
A. Kesimpulan ... 94
B. Saran ... 95
LAMPIRAN
(16)
xv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Lembar Coding ... 32
Tabel 2. Lembar Distribusi Frekuensi ... 34
Tabel 3. Propaganda (per detik) Dalam Film Zero Dark Thirty ... 67
Tabel 4. Jumlah Frekuensi Munculnya Kategorisasi Tiap Scene ... 69
Tabel 5. Frekuensi Kategorisasi (durasi per detik) ... 70
(17)
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Aminuddin. 1984. Pengantar Memahami Unsur-Unsur Dalam Karya Sastra. Malang: FPBS IKIP
Effendy, Onong Uchjana. 1993. Televisi Siaran Teori dan Praktek. Bandung: Bandar Maju
Krippendorff , Klaus. 1991. Analisis isi : Pengantar teori dan Metodologi. Jakarta: Rajawali Pers
Kriyantono, Rachmat. 2006. Teknik Praktis Riset Komunikasi Disertai Contoh Praktis Riset Media, Public Relations, Adverstising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Martono, Nanang. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif: Analisis Isi dan Analisis Sekunder. Jakarta: Rajawali Pers
Nurudin. 2001. Komunikasi Propaganda. Bandung : PT Rosda Karya
Nurudin. 2003. Komunikasi Massa. Malang: Cespur
Rakhmat, Jalaluddin. 2002. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Shoelhi, Mohammad. 2012. Propaganda Dalam Komunikasi Internasional. Bandung: Simbiosa Rekatama Media
(18)
Non Buku :
http://www.tempo.co/read/news/2013/02/25/111463658/Zero-Dark-Penyiksaan-dan-Perburuan-dalam-Gelap. Diakses 5 Oktober 2013 pukul 17:25
http://www.bbc.co.uk/indonesia/majalah/2013/02/130224_hiburan_zerodarkthirty.shtml. Diakses 5 Oktober 2013 pukul 17:55
http://worldnews.nbcnews.com/_news/2013/02/21/17004297-zero-dark-thirty-unofficially-banned-in-pakistan?lite. Diakses 15 September 2013 pukul 02:30
http://www.imdb.com/title/tt1790885/awards?ref_=tt_awd. Diakses 4 November 2013 pukul 15:30
http://www.imdb.com/title/tt1790885/fullcredits?ref_=tt_cl_sm#cast. Diakses 4 November 2013 pukul 19:25
http://www.imdb.com/name/nm0000941/bio?ref_=nm_ov_bio_sm. Diakses 4 November 2013 pukul 23:10
http://www.imdb.com/name/nm0000941/awards?ref_=nm_awd. Diakses 5 November 2013 pukul 02:25
(19)
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Media massa saat ini semakin berkembang dan keberadaannya pun
tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat. Media massa merupakan
sumber informasi bagi masyarakat yang sangat dibutuhkan saat ini. Media
massa memiliki kemampuan untuk menimbulkan keserempakan
(simultaneity) pada pihak khalayak dalam menerima pesan yang disebarkan. Pesan yang disampaikan oleh media massa, melalui majalah, koran, tabloid,
buku, televisi, radio, internet dan film diterima secara serempak oleh khalayak
luas yang berjumlah ribuan, bahkan hingga puluhan juta. (Effendy, 1993 : 24)
Propaganda merupakan salah satu teknik dalam berkomunikasi, kita
mungkin sering mendengar istilah propaganda, dalam dunia politik familiar
dengan kata-kata ini, dunia kerja, bahkan dalam kehidupan kita sehari-hari,
mulai dari koran yang kita baca, iklan-iklan ditelevisi bahkan film.
Menurut Harold D Lasswell dalam tulisannya Propaganda Techniquein The World War (1927) mengatakan propaganda adalah semata-mata kontrol opini yang dilakukan melalui simbol-simbol yang mempunyai arti, atau
menyampaikan pendapat yang kongkrit dan akurat melalui sebuah cerita,
gambar-gambar, rumor dan bentuk-bentuk yang lain. Dalam bukunya yang lain Laswell juga mengatakan bahwa “Propaganda” adalah teknik untuk
(20)
2
mempengaruhi kegiatan manusia dengan memanipulasikan representasinya.
(Nurudin, 2001: 10)
Sejarah dunia juga mencatat bahwa propaganda telah memberikan
pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan bangsanya. Salah satu
propaganda yang cukup fenomenal adalah propaganda tentang fasisme kekuatan
Ras Aria yang disebarkan oleh tokoh Nazi Jerman yang cukup fenomena yakni
Adolf Hitler. Yang mana dalam propagandanya Nazi menyatakan bahwa Ras
Aria adalah ras yang murni dan yang paling berkuasa. Sehingga dengan
munculnya propaganda tersebut banyak bangsa Yahudi yang tinggal di wilayah
Jerman khususnya pada masa itu harus dibunuh, dimana dalam operasi oleh
tentara Nazi disebut sebagai operasi “pembersihan”.
Propaganda di Indonesia juga dilakukan dengan cara-cara yang lain
seperti hampir selama 32 tahun masa pemerintahan Orde baru kita mengenal
sosok presiden Soeharto sebagai Bapak Pembangunan. Sebutan bapak
pembangunan secara langsung tertanam dalam benak warga Indonesia bahwa
Soeharto merupakan orang yang cukup memiliki andil yang besar dalam
pekemnbangan pembangunan di Indonesia, dalam kurun 32 tahun masa
pemerintahanya.
Dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi, propaganda
muncul dengan bentuk-bentuk lain, yang tidak hanya bertujuan untuk politik dan
kekuasaan, propaganda juga muncul dengan tujuan menarik keuntungan,
simpati, dukungan dll. Hal ini didukung adanya media jejaring sosial seperti
twitter, facebook, path dan instagram. Media jejaring sosial seperti itu terbukti mampu mempengaruhi jutaan orang dalam waktu yang hampir bersamaan.
(21)
3
Semua itu mengambarkan bahwa media massa berperan besar terhadap
penyebaran propaganda kepada khalayak.
Namun, semakin kritisnya masyarakat dengan isu-isu politik yang
berkembang, film propaganda bukan hanya dibuat untuk kepentingan politik
semata. Film-film propaganda juga dibuat sebagai media protes terhadap
kebijakan pemerintah Amerika Serikat ataupun sengaja untuk menyudutkan
pihak tertentu. Pasca tragedi WTC 11 September 2001 yang disebut-sebut
sebagai awal hubungan antara terorisme dengan agama Islam. Besarnya
kebencian masyarakat dunia terhadap agama Islam bisa jadi disebabkan karena
adanya film yang menunjukkan kekerasan umat Islam, teror-teror yang
dilakukan oleh umat islam. Film tersebut berjudul Zero Dark Thirty. Film ini mengangkat tema penangkapan orang yang paling dicari intelejen Amerika
Serikat yaitu Osama Bin Laden, pemimpin Al-Qaeda dengan metode introgasi,
penyadapan, penyamaran, dan penyerangan yang dilakukan oleh CIA (Central Intelligence Agency).
Peneliti memilih film Zero Dark Thirty karya Kathryn Bigelow untuk diteliti karena peneliti melihat adanya propaganda Amerika Serikat yang
terdapat didalamnya, kontroversi kekerasan pada salah satu metode yang
dilakukan oleh agen CIA yaitu kekerasan dalam motode introgasi, selain itu
film ini juga dicekal di negara Pakistan karena beberapa konten film yang
dianggap mempermalukan negara Pakistan di samping film ini mendapat
banyak penghargaan dari Academy Award sehingga film Zero Dark Thirty ini layak untuk diteliti.
(22)
4
Film Zero Dark Thirty yang disutradari Kathryn Bigelow memenangkan total 1 oscar, 58 award, dan 78 nominasi. Dari ke-tujuh puluh delapan nominasi tersebut, Zero Dark Thirty berhasil meraih Best Motion Picture, Best Actress, Best Director, Best Drama, Best Sound Editing, Best Original Screenplay, dan masih banyak nominasi dan award lainnya. (http://www.imdb.com/tittle/tt1790885)
Dalam banyak hal yang dimunculkan film Zero Dark Thirty ini, seperti potret warga negara Pakistan khususnya masyarakat Abbotabbad. Militer
Pakistan pun ditampilkan dalam beberapa adegan dalam film ini.
Mark Boal dan Bigelow sebagai penulis ingin menggambarkan
ketegangan saat penangkapan Osama Bin Laden. Didramatisasi dengan
kebuntuan para Agen CIA dalam mengorek informasi dari tahanannya. Ammar
al-Baluchi, seorang tahanan yang diduga kurir Osama Bin Laden, diintrogasi
selama 45 menit dari film yang berdurasi total 157 menit tersebut. Ammar
disiksa dengan cara diikat dan dipukuli, kepalanya disiram berliter-liter air
dengan wajah ditutupi kain, ditelenjangi di depan wanita, dimasukkan peti
seukuran keranjang bayi.
Peneliti melakukan pengamatan secara intensif dan melakukan
perhitungan propaganda Amerika Serikat yang dimunculkan dalam film Zero Dark Thirty, kemudian menganalisanya dengan kategori yang ditentukan. Pembaca akan dapat mengetahui propaganda seperti apa yang terdapat dalam
film Zero Dark Thirty ini. Selain itu, pembaca juga dapat mengetahui pesan apa yang ingin disampaikan film ini. Apakah pesan anti kekerasan, ataukah
(23)
5
membawa dampak positif atau negatif, melihat propaganda tentang terorisme
Islam yang ada didalamnya.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah memfokuskan pada
seberapa besar muatan (prosentase) propaganda Amerika Serikat tentang
terorisme Islam yang terdapat dalam film Zero Dark Thirty.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar muatan
(prosentase) propaganda Amerika serikat tentang terorisme Islam yg terdapat
dalam film Zero Dark Thirty.
D. Kegunaan penelitian 1. Kegunaan Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi akademis
khususnya kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik tentang Analisis Isi
propaganda Amerika Serikat yang berguna bagi peneliti maupun pihak-pihak
yang berkepentingan untuk mengembangkan dan menyempurnakan lebih lanjut
hasil temuan penelitian pada masalah yang sama.
2. Kegunaan Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dan informasi kepada
pembaca dalam menangkap bentuk-bentuk propaganda dalam film sesuai
dengan teori yang ada, serta menambah referensi bagi penelitan-penelitian
(24)
6
E. Tinjauan Pustaka E.1. Propaganda
Sejumlah ahli komunikasi memiliki pendapat berbeda mengenai
propaganda. Sebagian mengatakan komunikasi persuasif pada hakikatnya
adalah propagandistik, sementara yang lain berpendapat bahwa hanya
pesan-pesan yang tidak jujur saja yang bisa dimasukan dalam pengertian propaganda.
Menurut Lasswell (1972), propaganda itu bukan bom juga bukan roti,
melainkan kata-kata, gambar, lagu-lagu, parade, dan banyak sarana lain yang
tipikal untuk membuat propaganda. Propaganda semata-mata merupakan
kontrol opini yang dilakukan melalui simbol-simbol yang mempunyai arti atau
yang menyampaikan pendapat yang konkret dan akurat melaui
gambar-gambar, sebuah cerita, rumor, dan bentuk lain informasi lain yang bisa
digunakan dalam komunikasi sosial. Bagi Lasswell, propaganda mengandalkan
simbol-simbol untuk mencapai tujuan dalam manipulasi sikap kolektif.
Alat-alat komunikasi massa memperluas jangkuan propaganda dan memungkinkan
untuk membentuk sikap banyak individu secara serentak. (Shoelhi, 2012 : 36)
Coulumbis dan Wolfe (1987 : 184 ) dalam buku berjudul Introduction to International relations : power and Justice, menjelaskan bahwa propaganda merupakan salah satu metode standar yang digunakan negara untuk
mengamankan, memelihara, dan menerapkan kekuasaan dalam rangka
memajukan kepentian nasional. Sementara itu menurut Garth S. Jowett dan Victoria O‟Donnell (1982) propaganda adalah upaya yang dilakukan secara sengaja dan sistematis intuk membentuk persepsi, memanipulasi pikiran, dan
(25)
7
mengarahkan kelakuan orang banyak untuk mendapatkan reaksi yang
diinginkan penyebar propaganda.
Dengan mengutip pendapat Heinz Dietrich Fischer dan John Calhoun
Merril, F. Rahmadi dalam bukunya Public Relations dalam teori dan praktek (1995), menyatakan bahwa pengertian Propaganda adalah informasi yang
berisikan doktrin, opini ataupun pernyataan resmi dari pemerintah. Propaganda
adalah suatu kegiatan komunikasi dengan teknik tertentu. Lebih lanjut,
propaganda bisa diartikan sebagai kegiatan komunikasi untuk mengontrol sikap
dan tingkah laku manusia demi kesamaan dalam suatu pendapat atau cita-cita.
Propaganda adalah suatu penyebaran pesan yang terlebih dahulu telah
direncanakan secara seksama untuk mengubah sikap, pandangan, pendapat dan
tingkah laku dari komunikan (target propaganda) sesuai dengan pola yang telah
ditetapkan oleh komunikator (propagandis). (Sastropoetro, 1991: 34).
Propaganda merupakan proses penyampaian pesan secara persuasif dari
komunikator kepada komunikan dengan tujuan khusus, yaitu perubahan pada
diri komunikan sesuai dengan kehendak komunikator.
Propaganda dapat dipelajari dari berbagai aspek komunikasi. Jenis
propaganda cukup banyak, tergantung dari sudut mana kita melihat. Wiliam E.
Daugherty dan Morris Janowitzs seperti di kutip Onong Uchjana Effendi (1994
: 164-165), menyatakan bahwa propaganda dapat dikualifikasikan dalam
beberapa kategori. Menurut Robert Cole (1996 : 18-22) dalam bukunya
Propaganda in the Twentieth Century War and Politics, dan juga dalam Encyclopedia of Propaganda (1998), dijelaskan bahwa propaganda dapat dipelajari dengan memperhatikan aspek sumber ,metode, sistem, sifat, jenis
(26)
8
kegiatan, bentuk komunikasi yang dipilih, dan wilayah. Menurut Mohammad
Shoelhi (2012 : 42-45) dalam bukunya Propaganda Dalam Komunikasi Internasional, dapat dikelompokan sebagai berikut:
a. Menurut Sumbernya
1. Propaganda tertutup (Concealed propaganda ), sumber propaganda ini tertutup sehingga orang tidak tahu siapa sumbernya.
2. Propaganda terbuka ( Revealed propaganda ), sumber propaganda ini disebutkan dengan jelas dan secara terbuka.
3. Propaganda tertunda ( Delayed propaganda ), sumber propaganda ini mulanya dirahasiakan, tetapi pada akhirnya akan terbuka dan jelas.
b. Menurut Metodenya
1. Coercive propaganda, yaitu propaganda yang dilancarkan dengan metode ancaman atau bahasa kekerasan. Propaganda ini hampir
mirip dengan propaganda by the deed. Kendati demikian dalam metode koersif, masih menggunakan lambang-lambang komunikasi
yang menimbulkan ketegangan jiwa (takut, seram, jijik)
2. Persuasive propaganda, propaganda jenis ini menggunakan metode penyampaian pesan-pesan yang menimbulkan rasa tertarik sehingga
target propaganda senang dan rela melakukan sesuatu.
c. Menurut Sistemnya
1. Symbolic interaction propaganda, yaitu propaganda yang menggunakan simbol – simbol.
(27)
9
2. Propaganda by the deed, yaitu propaganda yang menggunakan perbuatan nyata untutk memaksa target menerima pesan dan
melakukan tindakan sebagaimana yang dikehendaki.
d. Menurut Sifatnya
1. White propaganda, yaitu propaganda putih yang dilakukan secara jujur, benar, sportif. Isi pesan yang disampaikan serta sumbernya
jelas.
2. Black propaganda, yaitu propaganda hitam yang dilancarkan secara licik sebagai senjata taktis untuk menipu, penuh kepalsuan, tidak
jujur, tidak mengenal etika dan cenderung berfikir sepihak.
Propaganda ini tidak menunjukan sumber yang sebenarnya, bahkan
kerap juga menuduh sumber lain yang melakukan kegiatan tersebut.
3. Grey propaganda, yaitu propaganda abu-abu yang dilakukan oleh kelompok atau sumber yang tidak jelas. Biasanya isinya
menimbulkan keraguan, untuk mengacaukan pikiran orang, adu
domba, intrik, dan gosip. Propaganda ini memang sengaja dirancang
seperti ini agar masyarakat ragu atas sesuatu persoalan yang tengah
berkembang.
4. Rational propaganda atau propaganda rasional, yaitu propaganda yang mengungkap dengan jelas sumbernya dan tujuannyapun
dijelaskan secara rasional.
e. Menurut Jenis Kegiatannya
1. Propaganda dagang meliputi iklan, peragaan (display), pertunjukan (show), presentasi, pawai, pameran (expo).
(28)
10
2. Propaganda politik menyangkut penyebaran doktrin, penyebaran
keyakinan politik tertentu.
3. Propaganda perang, yang termasuk dalam jenis propaganda ini: war-mongering atau propaganda yang menghembus-hembuskan semangat perang; defamatory atau propaganda yang merusak nama baik kepala negara/pemerintah; subversive, yaitu propaganda yang bertujuan merusak atau merongrong kekuatan atau kewibawaan
suatu negara dari dalam agar negara tersebut hancur; dan
psycholigical warfare (psy-war/sykewar) atau perang urat syaraf, yaitu propaganda yang menampilkan gertakan atau pengerahan
kekuatan sebagai bentuk ancaman agresi untuk menakut–nakuti pihak lawan.
4. Propaganda budaya biasanya dilancarkan dalam bentuk kegiatan
pameran seni dan budaya, pertunjukan film, pementasan seni/tari,
pertukaran misi-misi kebudayaan, pagelaran temuan atau inovasi
ilmu pengetahuan.
5. Propaganda agama, meliputi penyebaran keyakinan ajaran agama
kerap juga dilakukan dalam bentuk khotbah dan ceramah akbar,
pertemuan agama, pagelaran kegiatan keagamaan secara besar
besaran dan terbuka, tabligh akbar, serta pementasan drama
bernafaskan islam.
f. Menurut Bentuk Komunikasi Massa
1. Propaganda vertikal adalah propaganda yang dilancarkan dengan
(29)
11
lazim juga disebut propaganda fasilitas yang menimbulkan dampak
hierarkis dari pemimpin pendapat hingga masyarakat awam.
2. Propaganda agiatif adalah propaganda yang dilancarkan dengan
menggunakan berbagai alat komunikasi massa untuk mengacaukan
kepentingan umum, kemudian memaksa massa mengikuti
kepentingan tertentu dengan menampilkan ancaman, kemudian
membangkitkan ketakutan dan kebencian sehingga target
propaganda memberikan pengorbanan yang sebesar-besarnya untuk
mencapai suatu tujuan atau mewujudkan cita-cita.
g. Menurut Bentuk Komunikasi Interpersonal
1. Propaganda horizontal adalah propaganda yang ditempuh melalui
komunikasi interpersonal ataukomunikasi organisasi, dengn target
individu individu tertentu dan selanjutnya menjadikan massa sebagai
keseluruhan targetnya.
2. Propaganda integratif adalah propaganda yang di tempuh melalui
komunikasi interpersonal dengan target orang-orang tertentu dalam
rangka penanaman doktrin, kemudian target yang sudah kuat
mengikuti doktrin melancarkan propaganda pada target tertentu
lainnya, dan seterusnya.
h. Menurut Wilayahnya
1. Propaganda regional
2. Propaganda nasional
(30)
12
E.2. Tujuan Propaganda
Tujuan propaganda adalah untuk mengubah alam pikir kognitif dan
membangkitkan emosi para targetnya. Propaganda kerap digunakan sebagai sarana untuk „memenangkan peperangan di luar medan perang‟. Dalam konteks ini, hal terpenting adalah desain propaganda senganja dirancang untuk
memberikan informasi yang berdaya pengaruh kuat saat menerpa target yang
mendengar atau melihatnya. Pada pokoknya propaganda dilancarkan untuk
mempengaruhi pikiran, perasaan, serta tidakan massa dimanapun, baik di
negara sendiri maupun di negara lain, baik negara lawan maupun negara
kawan.
Menurut Mohammad Shoelhi (2012 : 50-51) dalam bukunya
Propaganda Dalam Komunikasi Internasional, dalam perspektif komunikasi internasional, propaganda kerap dilancarkan untuk mencapai sejumlah tujuan :
a. Untuk menanamkan gagasan ke dalam benak masyarakat negara lain
atau masyarakat internasional secara keseluruhan. Tujuan ini mencakup
penguatan dan perluasan dukungan dari negara lain, mempertajam atau
mengubah sikap dan cara pandang terhadap suatu gagasan atau
kebijakan luar negeri tertentu.
b. Untuk memperlemah atau bahkan menggagalkan kebijakan atau
program nasional yangsedang ditempuh negara lawan atau negara tidak
bersahabat atau kelompok lain.
c. Untuk mencapai tujuan eksklusif (terbatas) dan berjangka pendek.
d. Untuk tujuan lebih luas dan strategis yang mencakup penguatan serta
(31)
13
melaksanakan gagasan tertentu atau untuk mengahadapi lawan yang
dibenci.
E.3. Teknik Propaganda
Seperti halnya komunikasi, propaganda juga sangat membutuhkan
teknik guna mencapai sasaran dan tujuannya. Sebab dengan menggunakan
tehnik yang tepat akan menghasilkan capaian yang optimal. Berikut beberapa
tehnik propaganda menurut Nurudin (2001: 29).
a. Name Calling (Penggunaan nama ejekan)
Dalam teknik ini propagandis memberikal label buruk kepada seseorang
(penjulukan), lembaga atau gagasan dengan simbol emosional (negatif)
dalam propagandanya.
b. Glittering Generality (Penggunaan kata-kata muluk)
Sebagai kebalikan dari name calling, teknik glittering generalitas menggunakan kata-kata yang memiliki kekuatan positif untuk membuat
massa setuju, menerima dan mendukung tanpa memeriksa bukti-bukti.
c. Transfer (Pengalihan)
Merupakan visualisasi konsep untuk mengalihkan karakter tertentu
kepada suatu pihak.
d. Testimonials (Pengutipan)
Digunakan untuk meminta dukungan seseorang yang berstatus tinggi
untuk mengesahkan dan memperkuat tindakannya dengan pengakuan
(32)
14
e. Plain Folk (Perendahan diri)
Teknik plain folk merupakan salah satu teknik propaganda yang menggunakan pendekatan untuk menunjukan bahwa sang propagandis
rendah hati dan mempunyai empati dengan penduduk pada umumnya.
f. Card Stacking (Menimbang-nimbang/penumpukan fakta)
Teknik card stacking adalah suatu teknik pengalihan dan pemanfaatan fakta atau kebohongan, ilustrasi atau penyimpangan, serta pernyataan
logis atau tidak logis untuk memberikan kasus terbaik atau terburuk
pada suatu gagasan, program, orang atau produk.
g. Bandwagon (Seruan Mengikuti Pihak Mayoritas)
Teknik bandwagon berisi imbauan kepada khalayak untuk bergabung ke dalam kelompoknya karena kelompoknya memiliki tujuan yang baik
dan menyenangkan.
h. Using All Forms of Persuasions (Membujuk)
Teknik fear aroundsing adalah cara propaganda untuk mendapatkan dukungan dari target massa dengan menimbulkan emosi negatif,
khususnya ketakutan.
E.4. Film Sebagai Media Komunikasi Massa
Film merupakan salah satu bentuk dari media massa. Film juga
merupakan bagian dari budaya karena film adalah karya, cipta, dan karsa yang
merupakan media komunikasi pandang dan dengar yang dibuat berdasarkan
asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video, piringan
(33)
15
jenis dan ukuran, melalui proses kimiawi, proses elektronika, atau proses
lainnya, dengan atau tanpa suara yang dapat dipertunjukkan dan atau
ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik, elektronik dan atau lainnya. Film
merupakan keterpaduan antara berbagai unsur sastra, teater, seni rupa,
teknologi dan sarana publikasi. Media komunikasi film mudah menyajikan
suatu hiburan daripada bentuk komunikasi lainnya (Marselli Sumarno, 1996 :
96-98). Hal ini dapat dilihat dari sifatnya yang menitikberatkan pada etika dan
estetika. Tujuan khalayak dalam menonton film adalah untuk mencari hiburan.
Namun di dalam tayangan film sendiri terkadang masih juga dijumpai fungsi
informatif maupun deduksi, bahkan persuasif.
E.5. Jenis-Jenis Film
Film merupakan media komunikasi yang terbentuk dari kombinasi
antara penyampaian pesan melalui gambar bergerak yang dihasilkan dari
pemanfaatan teknologi kamera, pencahayaan, warna dan suara. Unsur tersebut
dibuat dengan latar belakang alur cerita yang mengandung pesan yang akan
sampaikan oleh sutradara. Kombinasi pesan tersebut disampaikan sutradara
melalui gambar, dialog, suara, warna, sudut pengambilan dan musik. Adegan
dirangkai satu sama lain berserta lambang – lambang yang di pergunakan, sehingga pesan dapat dipahami oleh khalayak penonton.
Menurut Undang – Undang Republik Indonesia Nomor. 8 tahun 1992 tentang Perfilman, bab 1 pasal 1, menyebutkan bahwa,” Film adalah karya cipta dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang dengar yang
dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita
(34)
16
jenis, dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik, atau proses
lainnya, dengan atau tanpa suara yang dapat dipertunjukkan dan/ atau
ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik, elektronik,dan atau lainnya.
Sedang Undang Perfilman penjelasan tentang pasal 1 angka 1
Undang-Undang Perfilman, menentukan ada 3 (tiga) jenis film yang termasuk dalam
film sebagai media komunikasi massa pandang dengar (audio visual). Pertama
film tersebut dibuat dari bahan baku pita seluloid melalui proses kimia yang
lazim disebut film. Kedua, film yang dibuat dengan bahan pita video atau
piringan video melalui proses elektronik, yang lazim disebut rekaman video.
Ketiga, film yang dibuat dengan bahan baku atau melalui proses lainnya
sebagai hasil perkembangan teknologi, yang dikelompokkan sebagai media
komunikasi massa pandang dengar
E.6. Penokohan Dalam Film
Seperti halnya plot pada unsur film di atas, penokohan atau disebut juga
perwatakan dalam film termasuk unsur intrinsik dalam sebuah karya maupun
sastra. Tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita rekaan
sehingga peristiwa itu menjalin satu cerita, sedangkan penokohan adalah cara
sastrawan menampilkan tokoh (Aminuddin, 1984:85). Tokoh dalam karya film
selalu mempunyai sikap, sifat, tingkah laku, atau watak-watak tertentu.
(35)
17
Ditinjau dari peranan dan ketelibatan dalam cerita, tokoh dapat
dibedakan atas :
1. Tokoh primer/utama
2. Tokoh skunder/bawahan
3. Tokoh komplementer/tokoh tambahan
Dilihat dari perkembangan kepribadian tokoh, tokoh dapat dibedakan
atas :
1. Tokoh dinamis adalah tokoh yang kepribadiannya selalu
berkembang. Sebagai contoh, tokoh yang semula jujur, karena
terpengaruh oleh temannya yang serakah, akhirnya menjadi tokoh
yang tidak jujur. Tokoh ini menjadi jujur kembali setelah ia sadar
bahwa dengan tidak jujur penyakit jantungnya menjadi parah.
2. Tokoh statis adalah tokoh yang mempunyai kepribadian tetap.
Bila dilihat dari masalah yang dihadapi tokoh, dapat dibedakan atas
(Aminuddin, 1984:91-92) :
1. Tokoh yang mempunyai karakter sederhana adalah tokoh yang
hanya mempunyai karakter seragam atau tunggal.
2. Tokoh yang mempunyai karakter kompleks adalah tokoh yang
mempunyai karakter beraneka ragam kepribadian, misalnya tokoh
yang di mata masyarakat dikenal sebagai orang yang dermawan.
Pembela kaum miskin, berusaha mengentaskan kemiskinan,
(36)
18
Dilihat dari watak yang dimiliki oleh tokoh, dapat dibedakan atas tokoh
protagonis dan tokoh antagonis (Aminuddin, 1984:85).
1. Tokoh Protagonis adalah tokoh yang wataknya disukai pembacanya.
Biasanya, watak tokoh semacam ini adalah watak yang baik
danpositif, seperti dermawan, jujur, rendah hati, pembela, cerdik,
pandai, mandiri, dan setia kawan. Dalam kehidupan sehari-hari,
jarang ada orang yang mempunyai watak yang seluruhnya baik.
Selain kebaikan, orang mempunyai kelemahan. Oleh karena itu, ada
juga watak protagonis yang menggambarkan dua sisi kepribadian
yang berbeda. Sebagai contoh, ada tokoh yang mempunyai profesi
sebagai pencuri. Ia memang jahat, tetapi ia begitu sayang kepada
anak dan istrinya sehingga anak dan istrinya juga begitu sayang
kepadanya. Contoh berikutnya bisa kita lihat, misalnya, pada tokoh
yang dikenal masyarakat sebagai orang yang pelit, padahal dia
adalah pemilik panti asuhan itu. Ia berbuat seakan-akan pelit untuk
menutupi kedermawanannya. Ia takut tidak ikhlas dalam beramal
saleh.
2. Tokoh Antagonis adalah tokoh yang wataknya dibenci pembacanya.
Tokoh ini biasanya digambarkan sebagai tokoh yang berwatak buruk
dan negatif, seperti pendendam, culas, pembohong, menghalalkan
segala cara, sombong, iri, suka pamer, dan ambisius. Meskipun
demikian, ada juga tokoh-tokoh antagonis yang bercampur dengan
(37)
19
kejujurannya itu justru mencelakakan temannya; tokoh yang setia
kepada negara, padahal negaranya adalah negara penebar kejahatan
di dunia; tokoh yang memegang teguh janji, tetapi janji itu
diucapkan pada orang yang salah dan berakibat fatal.
E.7. Film Sebagai Alat Propaganda
Film merupakan media unik karena mereproduksi gambar, gerakan, dan
suara seperti halnya dalam kehidupan nyata. Bahkan film juga menghadirkan
teknologi-teknologi yang pada saat ini belum ditemukan, di sinilah kekuatan
riset film digunakan. Tidak seperti bentuk seni lainnya, film menghasilkan rasa
kedekatan, kemampuan film untuk menciptakan ilusi kehidupan dan realitas,
pandangan baru, seperti budaya yang belum dikenal pada suatu tempat. Dengan
kata lain film dianggap sebagai penggambaran akurat dari kehidupan.
Film adalah alat propaganda yang efektif karena mereka membangun
ikon visual realitas historis dan kesadaran. Menentukan sikap masyarakat dari
waktu mereka menggambarkan atau di mana mereka difilmkan, memobilisasi
orang untuk tujuan bersama, atau membawa perhatian pada penyebab yang
tidak diketahui. Film politik dan sejarah mewakili pengaruh dan menciptakan
kesadaran historis, serta mampu mendistorsi peristiwa membuatnya menjadi
media persuasif yang belum tentu bisa dipercaya. (Shoelhi 2012 : 157-158)
Dalam kiprah perfilman hollywood banyak film yang memanipulasi
representasinya seperti kemenangan Amerika atas Vietnam dalam film „Rambo II‟ atau film Genre Post – Vietnam lainnya.
(38)
20
Dalam komunikasi faktor media menuduki peran yang sangat penting
dalam proses penyebaran pesan, bahkan bisa dikatakan efektif atau tidak,
tersebar luas atau tidak bergantung pada ketepatan memilih media tersebut. Di
era modern ini film masih menjadi media propaganda terbaik karena film
memiliki beberapa kelebihan dibandingkan media lainnya.
John A. Broadwin dan V.R. Berghahn (1996) , dalam bukunya The Triump Of Propaganda, mengutip pernyataan Fritz Hippler bahwa “dibandingkan dengan seni lain, film mampu menimbulkan dampak psikologis dan propagandik yang abadi dan pengaruhnya sangat kuat karena efeknya tidak
hanya melekat pada pikiran, tetapi pada emosi dan bersifat visual bertahan
lebih lama daripada pengaruh yang dapat dicapai oleh ajaran gereja atau
sekolah, buku, surat kabar,atau radio. (Shoelhi, 2012 : 165)
E.8. Terorisme
Terorisme dapat dapat diartikan sebagai serangan (faham/ideologi)
terkoordinasi yang dilancarkan oleh kelompok tertentu dengan maksud
membangkitkan perasaan teror terhadap sekelompok masyarakat. Menurut
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu) Nomor 1 tahun 2002
dalam Perspektif Hukum Pidana, terorisme mempunyai tujuan untuk membuat
orang lain merasa ketakutan, sehingga dapat menarik perhatian masyarakat
luas. Biasanya perbuatan teror ini digunakan apabila tidak ada jalan lain yang
dapat ditempuh untuk melaksanakan kehendaknya. Terorisme digunakan
sebagai senjata psikologis untuk menciptakan suasana panik, tidak menentu
(39)
21
pemerintah dalam mengamankan stabilitas negara. Istilah terorisme juga sering
disebut dengan gerakan separatis.
Segala bentuk tindakan kekerasan untuk tujuan politis atau untuk
memaksa sebuah pemerintah untuk melakukan sesuatu, khususnya untuk
menciptakan ketakutan dalam sebuah komunitas masyarakat.
Terorisme di dunia bukanlah merupakan hal baru, terutama sejak
terjadinya peristiwa World Trade Center (WTC) di New York, Amerika
Serikat pada tanggal 11 September 2001, dikenal sebagai “September Kelabu”, yang memakan 3000 korban. Serangan dilakukan melalui udara, tidak
menggunakan pesawat tempur, melainkan menggunakan pesawat komersil
milik perusahaan Amerika sendiri, sehingga tidak tertangkap oleh radar
Amerika Serikat. Tiga pesawat komersil milik Amerika Serikat dibajak, dua di
antaranya ditabrakkan ke menara kembar Twin Towers World Trade Centre dan gedung Pentagon. CIA dan Washington menyatakan bahwa serangan yang
dilakukan pada tanggal 11 Septermber 2001 tersebut merupakan tindakan
terorisme yang dilakukan oleh kelompok Al-Qaeda, yang dipimpin oleh Osama
Bin Laden.
E.9. Analisis Isi
Banyak ahli yang mendefinisikan analisis isi. Analisis isi menurut
Barelson (Bulaeng, 2004:164) analisis isi merupakan suatu teknik penelitian
yang obyektif, sistematik dan menggambarkan secara kuantitatif isi-isi
pernyataan suatu komunikasi. Analisis isi yang bersifat sistematik, berarti isi
yang hendak di analisa sebaiknya diseleksi secara gamblang dan sesuai dengan
(40)
22
prosedur yang tepat dan masing-masing item harus memiliki kesempatan yang
sama untuk dilibatkan dalam analisa. Analisis isi bersifat obyektif maksudnya
adalah cara pandang pribadi dan yang mungkin ditimbulkan oleh peneliti tetapi
tidak boleh masuk kedalam temuan penelitian. Bila terjadi duplikasi yang
dilakukan oleh peneliti, maka hasil analisis tersebut akan sulit untuk
menghasilkan kesimpulan yang sama.
F. Definisi Konseptual F.1. Propaganda
Propaganda merupakan suatu kegiatan provokasi untuk mempengaruhi
audiens dengan menyerang alam bawah sadar mereka dengan cara menunjukan
kata-kata atau gambar-gambar yang mengancam atau menjatuhkan citra target
propagandanya untuk tujuan tertentu. Teknik propaganda yag dilakukan yaitu,
Name Calling, Card Stacking, Gliterring Generalities, Plain Folk, Testimony, dan Using All Form of Persuasion.
F.2. Film
Film adalah gambar bergerak yang terdapat unsur audio dan visual
dimana didalamnya ditampilkan berbagai realitas kehidupan oleh karena itu
film memiliki kekuatan untuk mencapai berbagai aspek kehidupan baik sosial,
politik, agama dan budaya yang merupakan suatu bentuk komunikasi. Film
yang didalamnya mengandung unsur pesan yang disampaikan oleh pembuatnya
dapat berupa pengetahuan, hiburan, informasi, nasehat, ataupun propaganda
(41)
23
F.3. Penokohan
Watak yang dimiliki oleh tokoh dalam film, yakni antagonis (jahat) dan
protagonis (baik). Penokohan atau perwatakan ini bisa digunakan untuk
penggambaran suatu tokoh dalam film apakah tokoh itu berperan sebagai
pahlawan atau penjahat.
F.4. Terorisme
Merupakan serangan dari kelompok tertentu yang terkoordinasi dengan
tujuan membangkitkan perasaan takut terhadap korban. Terorisme digunakan
sebagai senjata psikologis untuk menciptakan suasana panik, tidak menentu
serta menciptakan ketidakpercayaan masyarakat terhadap kemampuan
pemerintah dalam mengamankan stabilitas negara. Istilah terorisme juga sering
disebut dengan gerakan separatis.
G. Metode Penelitian G.1. Jenis Penelitian
Metode yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah
analisis isi, dengan pendekatan Kuantitatif. Alasan menggunakan analisis isi
karena akan memperoleh suatu hasil atau pemahaman terhadap berbagai isi
pesan komunikasi yang disampaikan oleh media massa atau sumber informasi
yang lain secara objektif dan sistematis. Analisis isi bisa diartikan sebagai
metode untuk menganalisis semua bentuk komunikasi: Surat kabar, buku,
puisi, lagu, cerita rakyat, lukisan, pidato dan sebagainya (Rakhmat,2002:89).
Analisis isi bersifat kuantitatif, dengan menggunakan perangkat statistik
sebagai analisis, hal ini dapat mempermudah penelitian dalam membuat
(42)
24
G.2. Ruang Lingkup Penelitian
Yang menjadi ruang lingkup penelitian ini adalah film berjudul Zero Dark Thirty yang berdurasi 157 menit yang disutradarai oleh Kathryn Bigelow yang difokuskan pada tiap scene yang berupa adegan, dimana setiap scene
akan diambil dan kemudian dikategorikan dalam analisis mengenai
propaganda Amerika Serikat terhadap terorisme Islam berdasarkan
kategorisasi yang telah di tentukan.
G.3. Unit Analisis
Penelitian ini diarahkan pada setiap scene atau adegan yang
mengandung tema propaganda dalam kemunculan pesan yang terdapat dalam
film Zero Dark Thirty. Film ini berdurasi 157 menit. Dalam hal ini penelitian dapat difokuskan pada unsur-unsur audio dan visual yang berupa tindakan atau
perbuatan (purpose action) dengan satuan ukur frekuensi kemunculan per detik setiap sub kategori dari akting dan dialog dalam setiap scene yang
mengandung tema propaganda. Frekuensi absolut menjelaskan tentang jumlah
kejadian yang ditemukan dalam sampel.
G.4. Satuan Ukur
Satuan ukur dalam penelitian ini adalah per detik kemunculan scene
yang memakai teknik propaganda yang terdapat dalam tiap scene seluruh tayangan film Zero Dark Thirty karya Kathryn Bigelow.
G.5. Struktur Kategori
Dalam penelitian ini peneliti mengkategorikan terorisme Islam sebagai
alat propaganda Amerika Serikat dengan tujuan mempengaruhi audiens agar
(43)
25
berhubungan erat dengan atau bahkan sebagai pelaku terorisme, dengan kata
lain Pakistan dalam film ini merupakan tokoh antagonis. Sebaliknya, film ini
menginginkan audiens memandang Amerika Serikat sebagai pahlawan atau
tokoh protagonis dalam memerangi terorisme. Selain itu dalam pengkategorian
juga dapat disertakan teknik propaganda.
G.5.1. Pakistan Sebagai Tokoh Antagonis
1. Pakistan (yang mayoritas masyarakatnya bergama Islam) merupakan
sarang teroris dengan indikator adegan tersebut menunjukan :
a. Perencanaan kegiatan terorisme (pemboman) yang dilakukan oleh
sekelompok orang pakistan.
b. Kelompok tersebut menggunakan atribut yang menunjukan
mereka adalah orang Islam.
2. Pakistan sebagai pelaku tindakan terorisme, dengan indikator :
a. Sekelompok orang pakistan melakukan penyerangan,
penyergapan, penembakan dan pemboman terhadap pihak
Amerika Serikat.
b. Kelompok tersebut menggunakan atribut yang menunjukan
mereka adalah orang Islam.
3. Orang Pakistan Sebagai Tawanan Teroris Amerika.
a. Orang Pakistan yang dijadikan tawanan oleh Amerika, dan
diinterogasi untuk mengumpulkan informasi.
(44)
26
G.5.2. Teknik Propaganda 1. Name Calling
Menggunakan ide atau label yang buruk, bertujuan agar audiens
menolak dan menyangsikan ide tertentu tanpa mengoreksinya atau
memeriksanya terlebih dahulu.
Indikatornya :
a. Umpatan atau ejekan oleh Amerika kepada Pakistan.
b. Penyebutan julukan untuk orang Pakistan atau teroris.
2. Card Stacking
Seleksi dan kegunaan fakta atau kepalsuan, ilustrasi atau kebingungan
dan masuk akal atau tidak masuk akal suatu pernyataan agar
memberikan kemungkinan terburuk atau terbaik untuk suatu gagasan,
program, manusia dan barang.
Indikatornya :
a. Pernyataan Amerika yang memojokan Pakistan.
b. Terdapat kata-kata yang mendukung pernyataan tertentu beserta
bukti.
3. Gliterring Generalities
Mengasosiasikan sesuatu dengan suatu ”kata bijak” yang digunakan untuk membuat kita menerima dan menyetujui hal itu tanpa
memerikasanya telebih dahulu.
Indikatornya :
a. Memakai kata-kata pengandaian atau berlebihan termasuk
(45)
27
b. Menggunakan kata asosiasi atau muluk agar audiens bisa langsung
menerima.
4. Plain Folk
Memberikan identifikasi terhadap suatu ide, beranggapan Amerika
adalah pihak yang rendah hati dan memiliki empati pada penduduk
setempat atau rakyat Pakistan.
Indikatornya :
a. Amerika menggunakan bahasa yang digunakan oleh masyarakat
sekitar yang mayoritas beragama Islam.
b. Amerika berpakaian seperti layaknya penduduk sekitar, sebagai
cara agar masyarakat bisa menerima Amerika.
5. Testimony
Propaganda yang berisi perkataan manusia yang dihormati atau
dibenci bahwa ide atau program tersebut adalah baik atau buruk. Bisa
juga disebut dukungan seseorang yang berstatus tinggi untuk
mengesahkan dan memperkuat tindakannya.
Indikatornya :
a. Amerika mempunyai seseorang yang berpengaruh agar idenya
disetujui, orang tesebut pihak berwenang atau orang yang
berjabatan tinggi.
6. Using All Forms of Persuasion
Teknik yang dilakukan untuk membujuk orang lain dengan rayuan,
iming-iming, dan himbauan.
(46)
28
G.6. Teknik Pengumpulan Data
Langkah pertama yang dilakukan dalam mengumpulkan data dalam
penelitian ini adalah melihat dan mengamati film Zero Dark Thirty karya Kathryn Bigelow untuk memperoleh data berupa scene yang memakai teknik
propaganda. Selanjutnya untuk mempermudah pengkategorian, maka dibuat
lembar coding per kategori seperti contoh di bawah, kemudian dari data-data
tersebut di atas dilakukan analisa deskriptif, dimana peneliti memberikan
penjelasan deskriptif mengenai propaganda dalam film Zero Dark Thirty. Tabel 1
Lembar Coding
No Scene
Antagonis - Protagonis
Teknik Propaganda
1 2
a b c a b c 3 4 5 6 7 8
Penilaian ke dalam lembar coding menggunakan tanda centang ( √ ) untuk tiap scene yang terdapat unsur propaganda di dalamnya seperti yang
terdapat pada struktur kategori. Sendangkan tanda minus ( - ) digunakan untuk
penilaian bagi scene yang tidak sesuai dengan unsur propaganda seperti yang
(47)
29
G.7. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah
menggunakan teknik analisis distribusi frekuensi. Alat analisis ini digunakan
dengan tujuan untuk mengetahui frekuensi kemunculan masing-masing
kategori. Dalam penerapannya, data berupa setiap isi pesan yang terdapat
dalam film Zero Dark Thirty dimasukkan ke dalam kategorisasi yang telah ditetapkan. Data tersebut kemudian dianalisis menggunakan tabel distribusi
frekuensi untuk mengetahui frekuensi kemuculan dari setiap kategori tema
penelitian.
Tabel 2
Lembar Distribusi Frekuensi
Kategorisasi
Frekuensi Kemunculan
∑ % Pakistan sebagai tokoh antagonis
Pakistan merupakan sarang teroris Pakistan sebagai sarang teroris
Orang Pakistan Sebagai Tawanan Teroris Amerika Teknik Propaganda
Name Calling Card Stacking
Glittering Generalities Plain Folk
Testimony
(48)
30
G.8. Teknik Reliabilitas Data
Untuk menghasilkan data yang akurat dan dapat di pertanggung
jawabkan, maka perlu di adakan uji reliabilitas terhadap kategorisasi yang
telah ditetapkan, agar kategorisasi tersebut tetap terjaga reliabilitasnya.
Teknisnya, peneliti menunjuk orang lain (orang lain tersebut disebut dengan
koder) untuk melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan peneliti, yaitu
memasukkan data kedalam kategori yang telah ditetapkan. Orang yang
ditunjuk sebagai koder harus memiliki latar akademik yang sama dengan
peneliti sehingga mampu memahami konsep-konsep peneliti dalam membuat
kategorisasi yang di maksud. Paling tidak, peneliti telah memberi penjelasan
kepada koder yang dipilih mengenai kategorisasi yang telah ditetapkan.
Reliabilitas antar koder salah satunya dapat dihitung menggunakan
rumus Ole R. Holsty (1969), yang digunakan untuk menentukan reliabilitas
data nominal. Hasil dan perhitungan ini kemudian diletakkan dalam term presentase kesepakatan. Rumus Holsty adalah sebagai berikut :
CR =
2 1
2 N N
M
+
Keterangan:
CR : Coefisien Reliability
M : Jumlah coding yang disepakati oleh peneliti dan dua orang
coder.
N1 : Total jumlah coding dari peneliti 1
(49)
31
Hasil ini kemudian menurut Scott dikembangkan dalam index of reliability yang bukan hanya mengoreksi dalam suatu kelompok kategori, tetapi juga kemungkinan frekwensi yang timbul atau memperkuat hasil
reliabilitas digunakan rumus Scott yaitu:
Pi
=
% Observed Agreement - % Expected Agreement 1 - % Expected AgreementKeterangan :
Pi : Nilai Keterhandalan
ObserervedAgreement : Nilai CR
ExpectedAgreement : Jumlah persetujuan yang diharapkan karena
peluang
Meski belum ada standar reliabilitas yang mutlak namun menurut
Wimmer dan Dominick, ambang penerimaan yang sering digunakan adalah
0,75 untuk menggunakan Pi. Jika kesesuaian antar penyusun kode tidak
mencapai 0,75 maka kategorisasi operasional mungkin perlu dibuat lebih
(1)
26 G.5.2. Teknik Propaganda
1. Name Calling
Menggunakan ide atau label yang buruk, bertujuan agar audiens menolak dan menyangsikan ide tertentu tanpa mengoreksinya atau memeriksanya terlebih dahulu.
Indikatornya :
a. Umpatan atau ejekan oleh Amerika kepada Pakistan. b. Penyebutan julukan untuk orang Pakistan atau teroris. 2. Card Stacking
Seleksi dan kegunaan fakta atau kepalsuan, ilustrasi atau kebingungan dan masuk akal atau tidak masuk akal suatu pernyataan agar memberikan kemungkinan terburuk atau terbaik untuk suatu gagasan, program, manusia dan barang.
Indikatornya :
a. Pernyataan Amerika yang memojokan Pakistan.
b. Terdapat kata-kata yang mendukung pernyataan tertentu beserta bukti.
3. Gliterring Generalities
Mengasosiasikan sesuatu dengan suatu ”kata bijak” yang digunakan untuk membuat kita menerima dan menyetujui hal itu tanpa memerikasanya telebih dahulu.
Indikatornya :
a. Memakai kata-kata pengandaian atau berlebihan termasuk pengandaian agama dan Tuhan.
(2)
27
b. Menggunakan kata asosiasi atau muluk agar audiens bisa langsung menerima.
4. Plain Folk
Memberikan identifikasi terhadap suatu ide, beranggapan Amerika adalah pihak yang rendah hati dan memiliki empati pada penduduk setempat atau rakyat Pakistan.
Indikatornya :
a. Amerika menggunakan bahasa yang digunakan oleh masyarakat sekitar yang mayoritas beragama Islam.
b. Amerika berpakaian seperti layaknya penduduk sekitar, sebagai cara agar masyarakat bisa menerima Amerika.
5. Testimony
Propaganda yang berisi perkataan manusia yang dihormati atau dibenci bahwa ide atau program tersebut adalah baik atau buruk. Bisa juga disebut dukungan seseorang yang berstatus tinggi untuk mengesahkan dan memperkuat tindakannya.
Indikatornya :
a. Amerika mempunyai seseorang yang berpengaruh agar idenya disetujui, orang tesebut pihak berwenang atau orang yang berjabatan tinggi.
6. Using All Forms of Persuasion
Teknik yang dilakukan untuk membujuk orang lain dengan rayuan, iming-iming, dan himbauan.
(3)
28 G.6. Teknik Pengumpulan Data
Langkah pertama yang dilakukan dalam mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah melihat dan mengamati film Zero Dark Thirty karya Kathryn Bigelow untuk memperoleh data berupa scene yang memakai teknik propaganda. Selanjutnya untuk mempermudah pengkategorian, maka dibuat lembar coding per kategori seperti contoh di bawah, kemudian dari data-data tersebut di atas dilakukan analisa deskriptif, dimana peneliti memberikan penjelasan deskriptif mengenai propaganda dalam film Zero Dark Thirty.
Tabel 1 Lembar Coding
No Scene
Antagonis - Protagonis
Teknik Propaganda
1 2
a b c a b c 3 4 5 6 7 8
Penilaian ke dalam lembar coding menggunakan tanda centang ( √ ) untuk tiap scene yang terdapat unsur propaganda di dalamnya seperti yang terdapat pada struktur kategori. Sendangkan tanda minus ( - ) digunakan untuk penilaian bagi scene yang tidak sesuai dengan unsur propaganda seperti yang terdapat pada struktur kategori.
(4)
29 G.7. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik analisis distribusi frekuensi. Alat analisis ini digunakan dengan tujuan untuk mengetahui frekuensi kemunculan masing-masing kategori. Dalam penerapannya, data berupa setiap isi pesan yang terdapat dalam film Zero Dark Thirty dimasukkan ke dalam kategorisasi yang telah ditetapkan. Data tersebut kemudian dianalisis menggunakan tabel distribusi frekuensi untuk mengetahui frekuensi kemuculan dari setiap kategori tema penelitian.
Tabel 2
Lembar Distribusi Frekuensi
Kategorisasi
Frekuensi Kemunculan
∑ %
Pakistan sebagai tokoh antagonis Pakistan merupakan sarang teroris Pakistan sebagai sarang teroris
Orang Pakistan Sebagai Tawanan Teroris Amerika Teknik Propaganda
Name Calling Card Stacking
Glittering Generalities Plain Folk
Testimony
(5)
30 G.8. Teknik Reliabilitas Data
Untuk menghasilkan data yang akurat dan dapat di pertanggung jawabkan, maka perlu di adakan uji reliabilitas terhadap kategorisasi yang telah ditetapkan, agar kategorisasi tersebut tetap terjaga reliabilitasnya. Teknisnya, peneliti menunjuk orang lain (orang lain tersebut disebut dengan koder) untuk melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan peneliti, yaitu memasukkan data kedalam kategori yang telah ditetapkan. Orang yang ditunjuk sebagai koder harus memiliki latar akademik yang sama dengan peneliti sehingga mampu memahami konsep-konsep peneliti dalam membuat kategorisasi yang di maksud. Paling tidak, peneliti telah memberi penjelasan kepada koder yang dipilih mengenai kategorisasi yang telah ditetapkan.
Reliabilitas antar koder salah satunya dapat dihitung menggunakan rumus Ole R. Holsty (1969), yang digunakan untuk menentukan reliabilitas data nominal. Hasil dan perhitungan ini kemudian diletakkan dalam term presentase kesepakatan. Rumus Holsty adalah sebagai berikut :
CR =
2 1
2
N N
M +
Keterangan:
CR : Coefisien Reliability
M : Jumlah coding yang disepakati oleh peneliti dan dua orang coder.
N1 : Total jumlah coding dari peneliti 1 N2 : Total jumlah coding dari peneliti 2
(6)
31
Hasil ini kemudian menurut Scott dikembangkan dalam index of reliability yang bukan hanya mengoreksi dalam suatu kelompok kategori, tetapi juga kemungkinan frekwensi yang timbul atau memperkuat hasil reliabilitas digunakan rumus Scott yaitu:
Pi
=
% Observed Agreement - % Expected Agreement 1 - % Expected AgreementKeterangan :
Pi : Nilai Keterhandalan ObserervedAgreement : Nilai CR
ExpectedAgreement : Jumlah persetujuan yang diharapkan karena peluang
Meski belum ada standar reliabilitas yang mutlak namun menurut Wimmer dan Dominick, ambang penerimaan yang sering digunakan adalah 0,75 untuk menggunakan Pi. Jika kesesuaian antar penyusun kode tidak mencapai 0,75 maka kategorisasi operasional mungkin perlu dibuat lebih spesifik lagi.