Ellysa Nyowita : Pengawasan Kredit Modal Kerja dengan Menggunakan metode Pasif pada PT. Panin Bank, tbk, Cabang Medan, 2007.
USU Repository © 2009
3 Kredit atas dasar plafon terikat, adalah kredit yang diberikan
dengan jumlah dan jangka waktu tertentu dengan tujuan untuk dipergunakan sebagai tambahan modal kerja bagi suatu unit
produksi atas dasar penilaian kapasitas produksikebutuhan modal kerja dimana maksimum kredit yang diberikan terikat kepada
kapasitas produksi normal dan atau realisasi penjualan.
4 Kredit atas dasar plafon terbuka, adalah kredit untuk kebutuhan
modal kerja dimana maksimum kredit yang diberikan tidak terikat kepada kapasitas produksi normal atau realisasi penjualan.
5 Kredit atas dasar penurunan plafon secara berangsur aflopend
plafond, adalah kredit yang diberikan kepada nasabah yang pelunasannya harus dilaksanakan secara berangsur sesuai dengan
jadwal pelunasan yang telah disetujuiditentukan oleh bank.
f. Jenis Kredit Berdasarkan Bentuk 1
Cash Loan, adalah pinjaman uang tunai yang diberikan bank kepada nasabahnya sehingga dengan pemberian fasilitas ini, bank
telah menyediakan dana fresh money yang dapat digunakan oleh nasabah berdasarkan ketentuan yang ada dalam perjanjian kredit.
2 Non Cash Loan, adalah fasilitas yang diberikan bank kepada
nasabahnya, tetapi atas fasilitas ini belum mau mengeluarkan uang tunai.
g. Jenis Kredit Berdasarkan Sumber Dana 1
Kredit dengan dana bank sendiri 2
Kredit dengan dana bersama-sama dengan bank lain sindikasi, konsorsium
3 Kredit dengan dana dari luar negeri.
h. Jenis Kredit Berdasarkan Wewenang Pemutusan Berdasarkan wewenang putusannya, kredit dibedakan atas wewenang
kantor cabang dan wewenang kantor pusat kepala divisi, direksi wilayah. i. Jenis Kredit Berdasarkan Sifat Fasilitas
1 Committed Facility, adalah suatu fasilitas yang secara hukum, bank
berkewajiban untuk memenuhinya sesuai dengan yang diperjanjikan kecuali terjadi suatu peristiwa yang memberi hak
kepada pihak bank untuk menarik kembalimenangguhkan fasilitas tersebut sesuai dengan surat atau dokumen lainnya.
2 Uncommitted Facility, adalah suatu fasilitas yang secara hukum,
bank tidak mempunyai kewajiban untuk memenuhinya sesuai dengan yang telah diperjanjikan.
j. Kredit Berdasarkan Akad 1
Pinjaman dengan akad kredit, adalah pinjaman yang disertai dengan suatu perjanjian kredit secara tertulis antara bank dengan
nasabah, yang antara lain mengatur besarnya plafon kredit, suku bunga, jangka waktu, jaminan, cara pelunasan, dan sebagainya.
2 Pinjaman tanpa akad kredit, adalah pinjaman yang tidak disertai
suatu perjanjian tertulis.
3. Tujuan dan Fungsi Kredit
Ellysa Nyowita : Pengawasan Kredit Modal Kerja dengan Menggunakan metode Pasif pada PT. Panin Bank, tbk, Cabang Medan, 2007.
USU Repository © 2009
Rival dan Veithzal 2006 : 6 mengatakan bahwa “pada dasarnya terdapat dua fungsi yang saling berkaitan dari kredit, yaitu profitability dan safety.”
Profitability yaitu, tujuan untuk memperoleh hasil dari kredit berupa keuntungan dari bunga yang harus dibayar nasabah. Sedangkan safety merupakan keamanan dari
prestasi atau fasilitas yang diberikan harus benar-benar terjamin sehingga tujuan profitability dapat tercapai tanpa hambatan yang berarti.
Tjoekam 1999:3 mengatakan bahwa “dalam perkreditan melibatkan beberapa pihak yaitu : kreditur bank, debitur penerima kredit, otorita moneter
pemerintah dan masyarakat pada umumnya.
Kasmir 2002 : 35 , adapun tujuan pemberian suatu kredit adalah : a.
Turut menyukseskan program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan.
b. Meningkatkan aktivitas perusahaan agar dapat menjalankan fungsinya
guna menjamin terpenuhinya kebutuhan masyarakat. c.
Memperoleh laba agar kelangsungan hidup perusahaan terjamin dan dapat memperluas usahanya.
Secara luas, kredit juga mempunyai fungsi : a.
Untuk meningkatkan daya guna uang b.
Untuk meningkatkan peredaran lalu lintas uang c.
Untuk meningkatkan daya guna barang d.
Untuk meningkatkan perdaran barang e.
Sebagai stabilisator ekonomi f.
Untuk meningkatkan kegairahan berusaha g.
Untuk meningkatkan pemerataan pendapatan h.
Untuk meningkatkan hubungan internasional.
4. Jaminan Kredit Modal Kerja
Ellysa Nyowita : Pengawasan Kredit Modal Kerja dengan Menggunakan metode Pasif pada PT. Panin Bank, tbk, Cabang Medan, 2007.
USU Repository © 2009
Berdasarkan Undang-Undang No. 141967 tentang Pokok Perbankan, pasal 24 ayat 1: “ Bank umum tidak memberikan kredit tanpa jaminan kepada siapapun.”
Pemberian kredit tanpa adanya jaminan fisik tidak lazim di Indonesia. Di sebagian Negara maju, pemberian kredit tanpa jaminan fisik adalah sesuatu hal yang
lazim. Kredit seperti ini pada umumnya diberikan kepada perusahaan-perusahaan multinasional dengan memiliki kemampuan finansial yang kuat. Sebenarnya penilaian
tentang jaminan fisik timbul apabila keadaan perusahaan kurang kuatkurang baik dan keyakinan bank akan muncul bilamana perusahaan bersangkutan dapat menyediakan
sejumlah jaminan fisik yang bagi bank dapat dianggap menjamin kepentingannya. Di Indonesia, setia pemberian kredit harus disertai dengan jaminan fisik yang
jumlah dan nilainya harus dapat menjamin jumlah kredit, bilamana terjadi suatu kemacetan nantinya. Jaminan kredit tersebut dikenal dengan nama agunan.
Kasmir 2002 : 57 , suatu jaminan kredit dapat berupa: 1.
Jaminan barang-barang Jaminan berupa barang yang dapat dilakukan dengan barang bergerak
maupun barang tidak bergerak. Barang-barang tidak bergerak seperti : tanah, bangunan dan sebagainya, sedangkan barang-barang bergerak,
misalnya : kendaraan, barang dagangan, dan lain-lain.
2. Jaminan berupa surat-surat berharga, seperti : surat deposito, wesel,
sertifikat bank, dan obligasi-obligasi pemerintah. 3.
Jaminan orang avalistborghtocht, yaitu atas pemberian kredit kepada seseorang yang dijamin oleh orang lain artinya jika terjadi kemacetan atas
kredit tersebut maka orang yang menjamin itulah yang menanggung resikonya. Seseorang yang bertindak sebagai penjamin harus telah dikenal
dengan baik oleh bank baik dari segi bonafiditas usaha maupun pribadinya.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penilaian jaminanagunan adalah sebagai berikut :
a. Jumlah dan nilainya
Ellysa Nyowita : Pengawasan Kredit Modal Kerja dengan Menggunakan metode Pasif pada PT. Panin Bank, tbk, Cabang Medan, 2007.
USU Repository © 2009
Jumlah dan nilai agunan kredit harus dapat menjamin kepentingan bank bila terjadi suatu kemacetan kredit sehingga jaminan tersebut terpaksa
dicairkandikonversikan menjadi uang. Setiap bank menentukan sendiri nilai dari jaminannya. Biasanya jaminan yang ada dinilai sedemikian rupa dan harus berada
diatas jumlah kredit yang diberikan ditambah dengan suatu jumlah atau persentase tertentu. Untuk menjamin kepentingan bank, sebaiknya nilai jaminan kredit adalah
minimal sebesar 125 dari jumlah kredit. Dapat pula jaminan tersebut nilainya melebihi persentase diatas, misalnya 150 atau 200.
b. Status kepemilikan Status kepemilikan sangat penting untuk diperhaitkan. Harus diketahui dengan
jelas bahwasannya jaminan tersebut benar-benar milik dari si penerima kredit, harus ada surat kuasa atau surat pernyataan dari si pemilik untuk bersedia harta
miliknya dijaminkan si penerima kredit kepada bank. Selain itu diperhatikan pula tentang kelengkapan bukti-bukti penilaian berupa surat yang sah dan keterangan
lain yang meyakinkan tentang buktistatus kepemilikan barang jaminan tersebut. c. Daya tahan dan marketability
Agunan kredit berupa barang, sesuai dengan umur dan tekhnisnya berbeda-beda dalam daya tahan dan marketability. Diperhatikan apakah barang-barang tersebut
rusak atau tahan lama, minimal selama kredit berjalan, misalnya rumah. Bila rumah yang dijaminkan dalam keadaan tidak baik, atau rusak, tentu marketability
adalah kekuatan barang jaminan itu untuk dijualdipasarkan. Bila marketability- nya lemah tentu nilainya akan turun.
d. Cara-cara pengikatan
Ellysa Nyowita : Pengawasan Kredit Modal Kerja dengan Menggunakan metode Pasif pada PT. Panin Bank, tbk, Cabang Medan, 2007.
USU Repository © 2009
Cara pengikatan barang jaminan sangat penting untuk diperhatikan oleh pejabat- pejabat bank, sesuai dengan ketentuan hokum yang berlaku. Bagi barang-barang
bergerak, pengikatan dilakukan dengan cara gadai pands-overeenkomst sebagaimana diatur dalam buku II Bab 20 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
atau dengan cara penyerahan hak milik berdasarkan F.E.O Fiduciare Eigendoms Overdracht yang berdasarkan yurisprudensi pengikatannya dikategorikan sebagai
gadai. Bagi barang-barang tidak bergerak, pengikatan jamina dilakukan dengan akte hipotik, dimana tata cara dan prosedurnya diatur dalam buku II Bab 21 Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata. Dalam perbankan di Indonesia, lazim digunakan pengikatan dengan cara
F.E.O, yaitu pengikatan barang-barang tidak bergerak berdasarkan kepercayaan F.E.O ini disertai suatu daftar barang-barang yang diserahkan dan dengan
suatusurat kuasa untuk menjual barang jaminan tersebut kepada bank. Dalam hal ini bank harus berhati-hati dan benar-benar meyakini bonafiditas calon debitur,
sehingga berhasil tidaknya bentuk jaminan dengan cara F.E.O ini sepenuhnya tergantung dari bonafiditas debitur dan itikad baik dari debitur itu sendiri.
C. Kriteria Pemberian Kredit Modal Kerja Secara Umum