Tahap  pertama  daripada  pengerjaan  adalah  akuisisi  data,  yakni  membaca  citra  kata
tulisan  tangan  Katakana  yang  telah  dikumpulkan  dan  dipindai.  Tahap  kedua  yakni pemrosesan  citra  yang  telah  dikumpulkan  menjadi  satu  kesatuan  yang  seragam  agar
sesuai  untuk  tahap  selanjutnya.  Tahap  ketiga  yakni  ekstraksi  fitur,  dimana  digunakan Diagonal Based Feature Extraction untuk mengekstrak nilai fitur daripada tiap citra yang
akan  digunakan  sebagai  masukan  bagi  jaringan  saraf  tiruan.  Tahap  keempat  adalah pelatihan  dan  pengujian  menggunakan  Recurrent  Neural  Network,  dimana  akan  didapat
keluaran daripada pelatihan dan pengujian citra oleh jaringan saraf tiruan.
3.1 Data yang Digunakan
Data sampel yang digunakan adalah 46 huruf Katakana yang ditulis di kertas berukuran A4  dengan  menggunakan  spidol  tinta  warna  hitam.  Data  sampel  dikumpulkan  dari  13
orang partisipan yang mengerti menuliskan huruf Katakana. Cara penulisan data sampel dalam  pengerjaannya  yaitu  10  orang  menuliskan  46  huruf  Katakana  sebanyak  1  kali.
Adapun  perbandingan  yang  digunakan  yaitu  10  orang  menuliskan  46  huruf  Katakana sebanyak  1  kali  untuk  digunakan  sebagai  data  latih,  dan  3  orang  menuliskan  46  huruf
Katakana  sebanyak  1  kali  untuk  digunakan  sebagai  data  uji.  Total  data  sampel  yang digunakan adalah 460 citra data sampel yang digunakan sebagai data latih dan 138 citra
data  sampel  yang  digunakan  sebagai  data  uji.  Contoh  penulisan  huruf  Katakana  dapat dilihat pada gambar 3.2
Gambar 3.2 Contoh Penulisan Huruf Katakana Data  sampel  yang  telah  dikumpulkan  kemudian  akan  dipindai  melalui  scanner  agar
bisa  di  proses  melalui  komputer.  Data  sampel  yang  diolah  berupa  data  citra  yang
Universitas Sumatera Utara
formatnya  diubah  menjadi  JPEG.  Kemudian  data  citra  akan  diproses  melalui  langkah prapengolahan citra.
3.2 Analisis Sistem
3.2.1 Prapengolahan citra  Image Processing Data  citra  akan  diproses  melalui  prapengolahan  citra.  Tahap  prapengolahan  citra  dapat
dilihat pada gambar 3.3
normal
grayscalling
resizing
normalisasi
thinning
Gambar 3.3 Tahapan Prapengolahan Citra
Universitas Sumatera Utara
Tahap  pertama  dalam  pengolahan  citra  adalah  mengubah  citra  warna  menjadi  citra keabuan.  Tahap  selanjutnya  adalah  mengubah  ukuran  citra  menjadi  sama  atau  seragam
yakni menjadi ukuran 60 x 90 pixel. Citra yg telah di resizing dan normalisasi kemudian akan mengalami proses thinning yang bertujuan untuk mendapatkan kerangka dari objek
kata yang dimana citra hasil dari thinning akan digunakan untuk ekstraksi fitur. Ekstraksi fitur yang digunakan setelah proses prapengolahan citra adalah Diagonal Based Featured
Extraction.
3.2.1.1 Proses pembentukan citra keabuan  Grayscalling
Tahap pertama dalam melakukan prapengolahan citra yaitu proses mengubah citra warna menjadi citra keabuan. Proses grayscale dilakukan dengan cara mengambil semua piksel
pada  gambar  kemudian  warna  tiap  piksel  akan  diambil  informasi  mengenai  tiga  warna dasar  yaitu  merah,  hijau,  dan  biru  RGB,  dimana  ketiga  warna  dasar  ini  akan
dijumlahkan kemudian dibagi tiga sehingga akan didapatkan nilai rata-rata. Nilai rata-rata inilah  yang  akan  dipakai  untuk  memberikan  warna  piksel  pada  gambar  sehinggal  warna
akan  menjadi  keabuan  grayscale,  tiga  warna  dasar  dari  sebuah  piksel  akan  di  set menjadi nilai rata-rata  Santi, 2011 . Proses mengubah citra warna RGB menjadi citra
keabuan grayscale dapat dihitung dengan rumus : grayscale = 0.299R + 0,587G + 0,114B.......... 1
atau grayscale = 0,333R + 0,333G + 0,333B.......... 2
Perhitungan  nilai  grayscale  yang  sebenarnya  adalah  menggunakan  persamaan  yang pertama.  Untuk  lebih  mudah  digunakan  untuk  perhitungan  manual  dan  mudah  diingat
digunakan persamaan yang kedua. Hasil citra grayscalling dapat dilihat pada gambar 3.4
Gambar 3.4 Hasil citra grayscalling
Universitas Sumatera Utara
3.2.1.2 Resizing Setelah didapat citra hasil dari grayscalling, kemudian citra akan diubah ukurannya sesuai
dengan  standar  pengenalan  dari  proses  prapengolahan  citra.  Tujuan  dari  resizing  dalam prapengolahan  citra  ini  adalah  untuk  mengubah  resolusi  atau  ukuran  vertikal  dan
horizontal  dari  suatu  citra  tersebut.  Adapun  pada  proses  prapengolahan  citra  ini,  semua citra  diseragamkan  menjadi  150  x  150  piksel  dengan  tujuan  agar  memudahkan
pemrosesan dari prapengolahan citra. Hasil citra resizing dapat dilihat pada gambar 3.5
Gambar 3.5 Hasil citra resizing
3.2.1.3 Normalisasi Normalisasi  adalah  suatu  bagian  dari  koreksi  radiometrik,  yaitu  untuk  menghilangkan
perbedaan  antara  dua  atau  lebih  citra  yang  berbeda  waktu  atau  lokasi  dengan  mengaju pada  satu  citra  yang  dianggap  paling  baik  dan  benar.  Dengan  kata  lain  fungsi  dari
normalisasi  adalah  untuk  mendapatkan  data  dengan  mean  nol  dan  standar  deviasi  sama dengan  satu.  Pada  proses  prapengolahan  citra  ini,  normalisasi  bertujuan  untuk
menyeragamkan  nilai  piksel  dari  setiap  citra  menjadi  satu  standar  untuk  di  ekstraksi dalam tahap ekstraksi fitur. Hasil citra normalisasi dapat dilihat pada gambar 3.6
Gambar 3.6 Hasil citra normalisasi
3.2.1.4 Thinning Setelah  mengalami  proses  normalisasi,  kemudian  data  citra  akan  masuk  dalam  tahap
Thinning.  Thinning  adalah  suatu  operasi  morfologi  yang  digunakan  untuk  menghapus piksel  foreground  yang  terpilih  dari  gambar  biner.  Biasanya  digunakan  untuk  proses
Universitas Sumatera Utara
mencari tulang dari sebuah objek  Skeletonization. Thinning bertujuan untuk mereduksi ukuran dari suatu image dengan tetap mempertahankan nilai atau karakteristik dari image
tersebut.  Proses  nya  yaitu  menggunakan  nilai  baru  bagi  tiap  piksel  dihasilkan  dari  nilai piksel pada iterasi sebelumnya. Hasil citra thinning dapat dilihat pada gambar 3.7
Gambar 3.7 Hasil citra thinning
3.2.2 Ekstraksi Fitur
Setelah  dilakukan  proses  prapengolahan  citra,  kemudian  dilakukan  tahap  ekstraksi  fitur. Ekstraksi  fitur  yang  digunakan  adalah  Diagonal  Based  Extraction  Featured.  Ekstraksi
fitur  dilakukan  bertujuan  untuk  mendapatkan  nilai  fitur  sebagai  masukan  bagi  lapis masukan  Recurrent  Neural  Network.  Diagonal  Based  Feature  Extraction  adalah  proses
untuk  mengenali  karakter  tulisan  dengan  metode  offline  di  dalam  pengerjaannya Pradeep,  et.al,  2011.  Setiap  citra  karakter  berukuran  60  x  90  piksel  kemudian  dibagi
menjadi 54 zona yang sama, dan masing – masing zona berukuran 10 x 10 piksel. Fitur yang akan di ekstraksi dari setiap zona piksel dengan bergerak secara diagonal
dari tiap zona yang masing – masing berukuran 10 x 10 piksel. Setiap zona memiliki 19 garis  diagonal  dan  foreground  pixel  yang  ada  disetiap  baris  diagonal  dan  dijumlahkan
untuk  mendapatkan  sub-fitur  tunggal.  Kemudian,  nilai  dari  19  sub-fitur  ini  dibagi  rata untuk  mendapatkan  satu  nilai  fitur  dan  ditempatkan  di  zona  yang  sesuai.  Prosedur  ini
dilakukan  berulang  secara  berurutan  di  semua  zona.  Apabila  ada  suatu  zona  yang  garis diagonal nya bernilai kosong, maka nilai fitur yang sesuai dengan zona tersebut adalah 0.
Proses  ekstraksi  fitur  menggunakan  metode  diagonal  based  feature  extraction  dapat dijelaskan melalui alur pada gambar 3.8
Universitas Sumatera Utara
Bagi citra menjadi 6 kolom dan 9 baris dengan ukuran setiap
zona 10 x 10 piksel Hitung histogram
diagonal setiap zona
Hitung rata – rata histogram setiap
zona
Hitung rata – rata zona per kolom
Hitung rata – rata zona per baris
Nilai fitur = rata – rata histogram zona, rata – rata
zona per baris, rata – rata zona per kolom
Gambar 3.8  Diagram Ekstraksi Fitur Diagonal Based Feature Extraction
Adapun penjelasan dari diagram pada gambar 3.8 adalah sebagai berikut : 5.  Hitung  histogram  diagonal  setiap  zona.  Histogram  diagonal  adalah  banyaknya
piksel  hitam  setiap  diagonal  pada  satu  zona.  Setiap  zona  memiliki  19  nilai histogram  diagonal  yang  disebut  Histds,  dimana  1  ≤  d  ≤  19.  Secara  jelas  dapat
dilihat pada gambar 3.9
Gambar 3.9  Histogram Diagonal Zona Pradeep et al. 2011
Universitas Sumatera Utara
6.  Hitung  nilai  fitur  setiap  zona,  yaitu  rata-rata  histogram  setiap  zona,  disebut  Zn dimana 1 ≤ n ≤ 54.
Zn = 19
7.  Hitung rata-rata zona setiap baris, disebut Bi, dimana 1 ≤ i ≤ 9. Bi =
6 Baris 1 = Z1+Z2+Z3+Z4+Z5+Z6 6
Baris 2 = Z7+Z8+Z9+Z10+Z11+Z12 6 Baris 3 = Z13+Z14+Z15+Z16+Z17+Z18 6
Baris 4 = Z19+Z20+Z21+Z22+Z23+Z24 6 Baris 5 = Z25+Z26+Z27+Z28+Z29+Z30 6
Baris 6 = Z31+Z32+Z33+Z34+Z35+Z36 6 Baris 7 = Z37+Z38+Z39+Z40+Z41+Z42 6
Baris 8 = Z43+Z44+Z45+Z46+Z47+Z48 6 Baris 9 = Z49+Z50+Z51+Z52+Z53+Z56 6
8.  Hitung rata-rata zona setiap kolom, disebut Kj, dimana 1 ≤ j ≤ 6 Kj =
9 Kolom 1 = Z1+Z7+Z13+Z19+Z25+Z31+Z37+Z43+Z49 9
Kolom 2 = Z2+Z8+Z14+Z20+Z26+Z32+Z38+Z44+Z50 9 Kolom 3 = Z3+Z9+Z15+Z21+Z27+Z33+Z39+Z45+Z51 9
Kolom 4 = Z4+Z10+Z16+Z22+Z28+Z34+Z40+Z46+Z52 9 Kolom 5 = Z5+Z11+Z17+Z23+Z29+Z35+Z41+Z47+Z53 9
Kolom 6 = Z6+Z12+Z18+Z24+Z30+Z36+Z42+Z48+Z54 9
3.2.3  Recurrent Neural Network Pada bagian ini akan dijabarkan proses mengklasifikasi citra tulisan yang
sudah di ekstraksi nilai fiturnya dengan menggunakan Recurrent Neural
Universitas Sumatera Utara
Network. Adapun diagram alur dari Recurrent Neural Network  yang telah dibuat dapat dilihat pada gambar 3.10
start
Input masukan
Input state vektor
Hitung bobot dari input masukan
Hitung bobot dari input masukan
Hitung nilai sigmoid ø danᵟ Hitung keluaran jaringan
If error input ≠error state vector
stop
yes
no
Gambar 3.10  Diagram alur Recurrent Neural Network
Penjelasan dari gambar 3.10 adalah sebagai berikut :
1.  Input masukan berupa akusisi citra dari tahapan prapengolahan citra dan sudah
diambil nilai fitur ekstraksinya
2.  Input state vector. State Vector berupa target yang ingin dicapai dari citra latih dan citra uji. Melakukan perhitungan  state vector dapat dihitung dengan rumus :
xk n
3.  Melakukan perhitungan nilai bobot dari input masukan, dengan rumus :
Universitas Sumatera Utara
4.  Melakukan perhitungan nilai hidden layer, dengan rumus :
5.  Melakukan perhitungan nilai ø dan ơ dengan menggunakan fungsi sigmoid, adapaun fungsi sigmoid yang digunakan adalah :
6.  Menentukan nilai keluaran jaringan, dengan rumus :
3.3 Perancangan Sistem
3.3.1  Use case diagram Use  case  diagram  digunakan  untuk  menggambarkan  fungsionalitas  dan  fitur-fitur  yang
ada  pada  sistem  berdasarkan  perspektif  dari  user.  Use  case  juga  menggambarkan bagaimana  user  berinteraksi  dengan  sistem  dan  mendefinisikan  langkah-langkah  yang
dilakukan  user  untuk  menyelesaikan  suatu  tugas  Pressman,  2010.  Use  case  diagram dari sistem yang akan dibuat dapat dilihat pada gambar 3.11
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3.11 Use case diagram
3.3.2  Use case spesification Use case specification merupakan perkembangan dari use case diagram untuk setiap use
case.  Use  case  specification  menjelaskan  detail  bagaimana  sebuah  use  case  berkerja. Berikut  ini  adalah  use  case  specification  pada  table  3.1  dari  sistem  yang  akan  dibangun
berdasarkan use case diagram pada gambar 3.11.
Tabel 3.1 Use Case Spesikasi untuk Use Case Cari Citra
Nama use case Cari Citra
Aktor User
Deskripsi Use case ini digunakan oleh user untuk mengambil
data  citra  tulisan  tangan  Jepang  jenis  huruf Katakana.
Pre condition User telah berada pada halaman utama sistem.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.1 Use Case Spesikasi untuk Use Case Cari Citra lanjutan
Characteristic of activation Eksekusi dapat dilakukan oleh siapapun
Basic flow -  User mengklik menu cari citra.
-  Sistem akan menampilkan tempat penyimpanan citra.
-  User  memilih  citra  yang  akan  diproses  pada sistem.
-  Use case ini berakhir ketika sistem telah selesai menampilkan citra yang telah dipilih oleh user.
Post condition Pada  use  case  ini  user  dapat  melakukan  pencarian
citra tulisan tangan Jepang jenis huruf Katakana. Limitations
-
Tabel 3.2 Use Case Spesikasi untuk Use Case Proses Citra
Nama use case Proses Citra
Aktor User
Deskripsi Use case ini digunakan oleh user untuk memproses
citra  tulisan  tangan  Jepang  jenis  huruf  Katakana yang  telah  dipilih  oleh  user  dan  telah  ditampilkan
pada sistem. Pre condition
Semua  jenis  user  dapat  mengakses  use  case  ini tanpa syarat apapun
Characteristic of activation Eksekusi dapat dilakukan oleh siapapun
Basic flow -  User mengklik menu image processing.
-  Sistem  akan  melakukan  tahapan  preprocessing citra dan feature extraction.
-  Sistem  akan  melakukan  proses  pelatihan  citra untuk pengenalan jenis huruf
Universitas Sumatera Utara
-  Use case ini berakhir ketika sistem telah selesai menampilkan  citra  akhir  yang  beserta  dengan
hasil pengenalan huruf Post condition
Pada  use  case  ini  user  dapat  melihat  hasil pengenalan jenis huruf pada sistem.
Limitations -
3.3.3  Diagram aktivasi aplikasi Diagram  aktivasi  dari  aplikasi  menggambarkan  urutan  aktivitas  dalam  aplikasi  yang
sedang  dirancang.  Dengan  adanya  diagram  aktivasi  dapat  membantu  memahami  proses rancangan aplikasi secara keseluruhan. Diagram aktivasi yang peneliti buat menampilkan
aktivitas dalam aplikasi yang dapat dilihat pada gambar 3.12
user
Pilih citra
Menampilkan tempat penyimpanan citra
Pilih citra yang ingin di uji Menampilkan citra yang
telah dipilih
Gambar 3.12 Diagram Aktivasi untuk Mencari Citra
Pada  Gambar  3.12,  jika  user  ingin  mencari  citra  tulisan  tangan  Jepang  jenis  huruf Katakana  maka  dapat  dilakukan  dengan  memilih  menu  cari  citra  kemudian  sistem  akan
menampilkan  halaman  tempat  penyimpanan  citra.  Setelah  user  memilih  citra  yang
Universitas Sumatera Utara
diinginkan maka sistem akan menampilkan citra tersebut pada tempat yang telah tersedia pada halaman sistem utama.
user
Pilih proses citra
Melakukan proses image processing, feature extraction,
dan klasifikasi
Menampilkan hasil pengenalan
Gambar 3.13 Diagram Aktivasi untuk Proses Citra
Pada Gambar 3.13, jika user ingin melakukan pemorsesan citra yang telah dipilih maka dapat dilkukan dengan memilih menu proses citra kemudian sistem akan memproses citra
dengan melakukan tahapan preprocessing, feature extraction, dan klasifikasi. Setelah selesai melakukan tahapan tersebut, sistem akan menampilkan hasil akhir pemorsesan
citra.
3.3.4  Perancangan antarmuka aplikasi
Antarmuka  sistem  dari  aplikasi  dirancang  untuk  memudahkan  user  dalam  menggunakan
aplikasi yang telah dibangun.
Antarmuka  sistem  merupakan  sebuah  alur  komunikai  antara  user  dengan  sistem. Dengan  kata  lain  antarmuka  sistem  digunakan  sebagai  media  antara  user  dan  komputer
agar  dapat  berinteraksi  satu  sama  lain.  Sehingga  user  dapat  lebih  mudah  mengerti  dan menggunakan  sistem  tersebut.  Disini  akan  dijabarkan  tentang  rancangan  halaman  dan
Universitas Sumatera Utara
menu  pada  sistem  yang  akan  dibuat.  Berikut  adalah  gambar  rancangan  dasar  antarmuka dari aplikasi identifikasi tulisan Jepang huruf Katakana
1.  Rancangan Halaman Awal Halaman  awal  merupakan  halaman  untuk  memulai  aplikasi.  Untuk  masuk  kehalaman
utama maka user diharuskan untuk menekan tombol start application. Adapun rancangan yang dibuat seperti pada gambar 3.14
Gambar 3.14 Rancangan Halaman Awal
Keterangan : A  = Tampilan judul pada halaman awal aplikasi
B = Tombol untuk memulai aplikasi
2.  Rancangan Halaman Utama Halaman  ini  merupakan  halaman  utama  aplikasi.  Pada  halaman  ini  user  dapat
melakukan  proses  indentifikasi  tulisan  Jepang  huruf  Katakana.  Adapun  rancangan yang dibuat seperti pada gambar 3.15
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3.15 Rancangan Halaman Utama
Keterangan : C =  Tempat tampilan citra yang dipilih untuk diproses
D =  Tempat tampilan citra yang sudah diproses E =  Tombol untuk memilih citra
F =  Tombol untuk melakukan proses pada citra G =  Hasil output dari proses pengenalan citra
H =  Tombol untuk melakukan proses pengenalan citra
Universitas Sumatera Utara
BAB 4
IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM
Pada bab ini akan dijelaskan pengimplementasian metode Recurrent Neural Network pada aplikasi pengenalan tulisan Jepang huruf Katakana. Kemudian dilakukan pengujian
terhadap sistem yang telah dibangun.
4.1 Kebutuhan Sistem