Simposium Nasional Akuntansi XIX, Lampung, 2016
9
Dimana : Y
= Pelaksanaan Sharia Compliance a
= Konstanta b
1
,b
2
=Koefisien Regresi X1
= Kompetensi X2
= Independensi
4. Hasil
4.1 Uji Instrumen
Sebelum melakukan uji sesungguhnya dilakukan uji instrumen terlebih dahulu. Uji instrumen merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid dan realibel Sugiyono,
2012:122. Uji instrumen ini digunakan untuk mengetahui pernyataan dalam suatu kuesioner valid dan reliabel atau tidak. Untuk melakukan uji instrumen digunakan tehnik belah dua
split half method.
Item variabel dibagi menjadi dua, yaitu belahan pertama dan belahan kedua lalu dikelompokkan dalam item positif dan item negatif. Pada tahap pertama penyebaran kuesioner yang
telah diisi oleh responden diseleksi terlebih dahulu karena jika terdapat pernyataan yang tidak valid maka pernyataan tersebut harus diganti atau dihapus. Dalam penentuan layak atau tidaknya suatu item
yang akan digunakan diuji signifikan pada taraf 0,05 dan uji statistik
cronbach alpha
0,60. Setelah diperoleh hasil pengujian data dilanjutkan dengan perbaikan kuesioner. Selanjutnya
penyebaran kuesioner tahap kedua kepada auditor yang tidak menjadi responden tahap pertama. Setelah diperoleh hasil pengujian data tahap kedua, berdasarkan hasil uji instrumen yang telah
dilakukan maka seluruh pernyataan dapat dinyatakan valid dan realibel sehingga dapat dilakukan uji sesungguhnya Contoh angket, lihat lampiran 1.
Simposium Nasional Akuntansi XIX, Lampung, 2016
10
4.2 Hasil Uji Penelitian 4.2.1 Uji Kualitas Data
Berdasarkan hasil uji kualitas data yaitu uji validitas dan uji reliabilitas terhadap seluruh instrumen penelitian, maka dapat dinyatakan bahwa seluruh instrument penelitian tersebut telah valid
dan realibel.
4.2.1.1 Uji Asumsi Klasik
a. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas digunakan untuk menguji apakah didalam model regresi linear ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas Ghozali, 2012. Adapun hasil uji multikolinearitas
menunjukan bahwa nilai tolerance dan VIF
Variance Inflation Factor
variabel kompetensi sebesar 0,686 dan 1,459, variabel Independensi sebesar 0,686 dan 1,459. Ghozali 2012
berpendapat bahwa gejala multikolinearitas terjadi apabila nilai tolerance 0,10 atau sama dengan nilai VIF 10. Dengan demikan dapat dikatakan dalam penelitian ini tidak terjadi multikolinearitas.
b. Uji Heterokedasitas
Uji heterokedasitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain Ghozali, 2012. Berdasarkan
grafik
scatterplot
menunjukan bahwa titik-titik tersebar secara acak tidak berpola baik diatas maupun dibawah angka 0 nol pada sumbu Y. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa model
persamaan regresi yang digunakan dalam penelitian ini telah memenuhi asumsi homoskedasitas atau tidak terjadi heterokedasitas.
c. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Berdasarkan grafik histogram dan grafik normal P-Plot
menunjukan bahwa grafik histogram memberikan pola distribusi yang mendekati normal. Sedangkan pada grafik normal P-Plot terlihat titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal, serta
arah penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Kedua grafik tersebut menunjukkan bahwa model regresi layak dipakai karena memenuhi asumsi normalitasnya.
d. Uji Autokorelasi
Simposium Nasional Akuntansi XIX, Lampung, 2016
11
Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik autokorelasi, yaitu korelasi yang terjadi antara residual pada suatu pengamatan dengan pengamatan
lain pada model regresi. Berdasarkan hasil tabel
Durbin Watson
menunjukan nilai DW sebesar 1,270, berarti tidak ada autokorelasi dari data di atas, di mana DW berada di antara -4DW+4
yaitu 1,270.
4.3 Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik analisis linier berganda yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen dan variabel dependen pada
taraf signifikasi 0,05. a.
Uji F. Dari uji ANOVA atau F test didapat nilai F hitung, yaitu sebesar 7.153 dengan probabilitas 0.003.Karena probabilitas jauh lebih kecil dari 0.05 yaitu 0.003 0.05, maka dapat disimpulkan
bahwa kompetensi X
1
dan independensi X
2
berpengaruh secara simultan terhadap pelaksanaan
sharia compliance.
b. Uji Koefisien Determinasi R
2
. Dari hasil olah data menunjukan
Adjusted R Square
sebesar 0,291 atau 29,1. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa variabel kompetensi dan
independensi dapat menjelaskan pelaksanan
sharia compliance
sebesar 29,1, sedangkan sisanya 70,9 dijelaskan oleh variabel lain di luar variabel penelitian.
c. Uji t. Pada pengujian hipotesis pengaruh kompetensi X
1
terhadap pelaksanaan
sharia compliance
dinyatakan terdapat pengaruh yang signifikan antara kompetensi terhadap pelaksanaan
sharia compliance
. Hal ini karena variabel kompetensi mempunyai nilai sig 0.001 kurang dari 0.05 0.001 0.05 maka Ha diterima dan Ho ditolak. Sehingga dapat disimpulkan
terdapat pengaruh yang signifikan antara kompetensi X
1
terhadap pelaksanaan
sharia compliance
Y. Pada pengujian hipotesis pengaruh independensi X
2
terhadap pelaksanaan
sharia compliance
dinyatakan terdapat pengaruh yang signifikan antara independensi terhadap pelaksanaan
sharia compliance
. Hal ini karena variabel independensi mempunyai nilai sig 0.016 kurang dari 0.05 0.016 0.05 maka Ha diterima dan Ho ditolak. Sehingga dapat disimpulkan
Simposium Nasional Akuntansi XIX, Lampung, 2016
12
terdapat pengaruh yang signifikan antara independensi X
2
terhadap pelaksanaan
sharia compliance
Y. Tabel 2
Hasil Uji t
Variabel Β
t-hitung Signifikasi
Konstanta -16.357
-1.531 0.137
Kompetensi 0.340
3.740 0.001
Independensi 0.355
2.566 0.016
R 0.582
Koefisien DeterminasiAdj. R
2
0.291 F-hitung
7.153 Signifikasi
0.000
Persamaan yang digunakan untuk analisis regresi berganda adalah sebagai berikut : Y = a + b
1
X
1
+ b
2
X
2
+ e Y = -16.357 + 0.340X
1
+ 0.355X
2
Keterangan : Y
= Pelaksanaan
Sharia Compliance
a = Konstanta
b
1
,b
2
=Koefisien Regresi X
1
= Kompetensi X
2
= Independensi
Persamaan regresi tersebut dapat diinterpretasikan sebagai berikut: Nilai konstanta a sebesar -16.357 dapat diartikan bahwa jika kompetensi X
1
dan independensi X
2
yang dimiliki auditor nilainya adalah 0, maka pelaksanaan
sharia compliance
Y nilainya adalah -16.357 akan menghasilkan pelaksanaan
sharia compliance
yang rendah. Nilai koefisien variabel kompetensi X
1
sebesar 0.340, artinya jika variabel kompetensi X
1
mengalami kenaikan sebesar 1, maka pelaksanaan
sharia compliance
Y akan mengalami peningkatan sebesar
Simposium Nasional Akuntansi XIX, Lampung, 2016
13
0.340. Koefisien bernilai positif artinya terjadi terjadi hubungan positif antara kompetensi X
1
dengan pelaksanaan
sharia compliance
. Meningkatnya kompetensi yang dimiliki auditor maka akan diikuti dengan peningkatan pelaksanaan
sharia compliance
yang baik pada Lembaga Keuangan Syariah LKS. Nilai koefisien variabel independensi X
2
sebesar 0.355, artinya jika variabel independensi X
2
mengalami kenaikan sebesar 1, maka pelaksanaan
sharia compliance
Y akan mengalami peningkatan sebesar 0.355. Koefisien bernilai positif artinya terjadi terjadi hubungan
positif antara independensi X
2
dengan pelaksanaan
sharia compliance
. Meningkatnya independensi auditor maka akan diikuti dengan peningkatan pelaksanaan
sharia compliance
yang baik pada Lembaga Keuangan Syariah LKS.
4.3 Pembahasan 4.3.1 Hubungan antara Kompetensi, Independensi dan Pelaksanaan Sharia Compliance
Variabel kompetensi dan independensi memiliki pengaruh secara simultan dengan pelaksanaan
sharia compliance
karena memiliki nilai signifikan dari taraf signifikan, yakni 0.003 0.05. Kompetensi dan independensi auditor menjadi pengaruh yang relatif kecil
terhadap terlaksana dengan baik atau tidaknya pelaksanaan
sharia compliance
di Lembaga Keuangan Syariah LKS. Hal ini ditunjukan pada hasil uji determinasi yang melihat dari
variabel kompetensi dan independensi pengaruh pelaksanaan
sharia compliance
. Walaupun pengaruh kompetensi dan independensi pada pelaksanaan
sharia compliance
kecil R
2
sebesar 29,1 , namun hasil penelitian empirik mendukung pendapat Rahman 2008, Yaacob 2012, dan Haniffa 2010 yang mengatakan bahwa audit eksternal semestinya
dilakukan oleh seorang yang kompeten dan independen.
4.3.2 Pengaruh Kompetensi pada Pelaksanaan Sharia Compliance
Meningkatnya kompetensi yang dimiliki auditor maka akan diikuti dengan peningkatan pelaksanaan
sharia compliance
di LKS. Hasil penelitian ini sesuai dengan temuan
Simposium Nasional Akuntansi XIX, Lampung, 2016
14 Jumhardhani 2011 yang menyimpulkan bahwa meningkatnya kualitas auditor akan diikuti
peningkatan kualitas audit berbasis
sharia compliance
. Auditor yang mengaudit LKS harus
mempunyai kapasitas dan kompetensi dalam bidang akuntansi dan audit syariah Baehaqi, 2014; Yaacob, 2012.
Untuk meyakinkan bahwa seluruh kegiatan yang dilakukan oleh suatu lembaga keuangan syariah tidak bertentangan dengan ketentuan syariah Harahap, 2002. Hal
ini di dukung oleh standar auditing AAOIFI yang mengatakan bahwa auditor harus menyampaikan opini atas laporan keuangan sesuai dengan aturan dan prinsip Islam serta
standar akuntansi.
4.3.2 Pengaruh Independensi pada Pelaksanaan Sharia Compliance
Hubungan ini memperlihatkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara independensi terhadap pelaksanaan
sharia compliance
. Hal tersebut mendukung harapan Haniffa 2010 yang menyatakan bahwa auditor sebagai mekanisme eksternal dalam memonitor kepatuhan, harus
independen dalam membuat
judgement
yang berkaitan dengan kepatuhan syariah. Hal ini juga mendukung harapan Yaacob 2012 yang mengatakan bahwa integritas auditor dalam LKS harus
dianggap cukup independen oleh para stakeholder keuangan Islam. Oleh karena itu auditor dalam LKS tidak boleh sangat bergantung atau mengikuti saran dari penasihat syariat atau DPS agar
manfaat penuh dari audit dalam LKS dapat direalisasikan jika auditor benar-benar independen.
5. Penutup