Pengaruh Independensi dan Kompetensi Auditor terhadap Hasil Opini Auditor

(1)

PENGARUH INDEPENDENSI DAN KOMPETENSI

AUDITOR TERHADAP HASIL OPINI AUDITOR

(Studi Empiris pada Badan Pemeriksa Keuangan Republik

Indonesia

(BPK RI) Perwakilan Provinsi Jawa Tengah)

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Universitas Negeri Semarang

Oleh

Antonius Iwan Prasetianto NIM. 7250406028

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2011


(2)

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh Pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian skripsi pada:

Hari :

Tanggal :

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Fachrurrozie, M.Si Bestari Dwi Handayani, SE, M.Si NIP. 196206231989011001 NIP. 197905022006042001

Mengetahui, Ketua Jurusan Akuntansi

Drs. Fachrurrozie, M.Si NIP. 196206231989011001


(3)

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang pada:

Hari : Kamis

Tanggal : 4 Agustus 2011

Penguji Skripsi

Maylia Pramono Sari, S.E. M.Si. Akt NIP.198005032005012001

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Fachrurrozie, M.Si Bestari Dwi Handayani, SE. M.Si. Akt NIP. 196206231989011001 NIP. 197905022006042001

Mengetahui, Dekan Fakultas Ekonomi

Drs. S. Martono, M.Si NIP. 196603081899011001


(4)

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian maupun seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Apabila dikemudian hari terbukti skripsi ini adalah hasil jiplakan dari karya tulis orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Semarang, Juli 2011 Penulis

Antonius Iwan Prasetianto NIM. 7250406028


(5)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

 Omnia tempus habent (penulis).

 Semakin banyak kamu memberi, semakin banyak pula yang akan kamu terima (penulis).

 Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku (Filipi 4.13).

PERSEMBAHAN

Atas limpahan berkat, rahmat dan karunia Allah Bapa Yang Maha Kuasa, Skripsi ini kupersembahkan kepada:

 Alamamater Universitas Negeri Semarang.

 Bapak, Ibu serta adik-adik yang tercinta, terimakasih atas

dukungan, kasih sayang, kesabaran dan do’anya selama

ini.

 Teman-teman Akuntansi S1 angkatan 2006 atas semangat dan kebersamaannya.

 Maria Sri Asmi yang selalu memberikan dukungan, semangat, bantuan serta doa.

 Sahabat-sahabatku yang tergabung dalam Unit Kegiatan Kerohanian Katholik atas semua pelajaran yang berguna selama ini.

 Saudara-saudaraku yang tergabung dalam basecamp

“Kresna Kili-kili” atas dukungan, semangat serta kebersamaannya selalu.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Bapa Yang Maha Kuasa atas segala limpahan berkat, rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Independensi dan Kompetensi Auditor terhadap Hasil Opini Auditor (Studi Empiris pada BPK RI Perwakilan

Provinsi Jawa Tengah)” tepat pada waktunya.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan dukungan, bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat dilupakan begitu saja. Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. H. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si, Rektor Universitas Negeri Semarang atas kesempatan yang telah diberikan kepada penulis untuk menyelesaikan studi Strata 1 di Universitas Negeri Semarang.

2. Drs. S. Martono, M.Si, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan ijin melaksanakan penelitian dalam penyusunan skripsi ini.

3. Drs. Fachrurrozie, M.Si, Ketua Jurusan Akuntansi yang telah memberikan kemudahan administrasi dalam perijinan pelaksanaan penelitian.

4. Drs. Fachrurrozie, M.Si, Pembimbing Skripsi I yang dengan penuh kesabaran dan ketelitian telah memberikan bimbingan, masukan dan pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.


(7)

5. Bestari Dwi Handayani, S.E, M.Si, Pembimbing Skripsi II yang dengan penuh kesabaran dan ketelitian telah memberikan bimbingan, masukan dan pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Pimpinan BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Tengah yang telah memberikan ijin dan kemudahan untuk melakukan penelitian.

7. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang atas ilmu pengetahuan, pengalaman serta bimbingannya selama ini.

8. Keluargaku di basecamp “Kresna Kili-kili” dalam UK3 yang selama ini telah banyak memberikan bantuan, semangat, kebersamaan dan motivasinya. 9. Teman-teman Akuntansi S1 Reguler angkatan 2006 atas kebersamaan,

semangat, bantuan serta doa-doanya selama ini.

10.Semua pihak tanpa terkecuali yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Semoga Allah Yang Maha Baik memberi balasan yang setimpal atas semua kebaikan yang diberikan. Penulis juga sadar bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, karena kesempunaan hanyalah milik Allah Yang Kekal. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun penulis harapkan untuk perbaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan sebagai acuan peneliti selanjutnya.

Semarang, Juli 2011 Penulis


(8)

SARI

Prasetianto, Antonius Iwan. 2011. Pengaruh Independensi dan Kompetensi

Auditor terhadap Hasil Opini Auditor. Skripsi. Jurusan Akuntansi, Fakultas

Ekonomi. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I. Drs. Fachrurrozie, M.Si. Pembimbing II. Bestari Dwi Handayani, S.E, M.Si.

Kata Kunci: Hasil Opini Auditor, Independensi Auditor, Kompetensi Auditor

Hasil opini auditor merupakan suatu pendapat yang diberikan oleh auditor tentang kewajaran dalam penyajian laporan keuangan perusahaan tempat auditor melakukan audit. Hasil opini seorang auditor ditentukan dua hal, yaitu independensi dan kompetensi auditor. Auditor yang memiliki tingkat independensi yang tinggi berarti tidak mempunyai kepentingan pribadi dalam pelaksanaan tugasnya, yang bertentangan dengan prinsip integritas dan objektivitas. Sedangkan auditor yang kompeten adalah auditor yang memiliki pengetahuan serta pengalaman yang cukup dibidang audit. Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah adakah pengaruh independensi dan kompetensi auditor secara parsial dan simultan terhadap hasil opini auditor pada BPK RI perwakilan Jawa Tengah. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui bukti empiris pengaruh independensi dan kompetensi auditor secara parsial dan simultan terhadap hasil opini auditor.

Populasi dalam penelitian ini adalah auditor pada Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) perwakilan Provinsi Jawa Tengah yang berjumlah 135 orang, sedangkan pengambilan sampel menggunakan metode

proportional random sampling. Pengumpulan data menggunakan metode

kuesioner dan dokumentasi. Adapun pengujian hipotesis menggunakan analisis regresi berganda dengan bantuan program SPSS.

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa secara parsial dan simultan independensi dan kompetensi auditor berpengaruh signifikan terhadap hasil opini auditor. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa independensi dan kompetensi auditor mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap hasil opini auditor. Oleh karena itu, auditor disarankan untuk tetap konsisten dengan sikap independen dan kompetensinya sehingga hasil opini yang dikeluarkan dapat lebih maksimal.

Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa independensi dan kompetensi auditor berpengaruh signifikan terhadap hasil opini auditor, baik secara parsial maupun simultan. Masukan yang penting bagi peneliti selanjutnya adalah dapat menambah pendalaman tentang proses audit dalam menghasilkan opini yang baik, dapat menambah atau menggunakan variabel-variabel lain yang lebih luas dan spesifik.


(9)

ABSTRACT

Prasetianto, Anthony Iwan. 2011. Auditor independence and competence influence on results of Auditors Opinion. Thesis. Accounting Department, Faculty of Economics. State University of Semarang. Supervising I. Drs. Fachrurrozie, M.Sc. Supervising II. Bestari Dwi Handayani, S.E, M.Sc.

Keyword: Results of Opinion Auditor, Auditor Independence, Auditor Competence

The results of the auditors opinion is an opinion given by the auditor about the fairness of presentation of financial statements of the company auditor to audit. The results of an auditor's opinion is determined two things: independence and competence of auditors. Auditors who have a high level of independence means not having a personal interest in the execution of his duty, contrary to the principles of integrity and objectivity. While a competent auditor is the auditor who has sufficient knowledge and experience in the field of auditing. The problems examined in this study was there any influence of auditor independence and competence of partially and simultaneously to the auditor's opinion on RI CPC Central Java representation. The purpose of this study was to determine the influence of empirical evidence of auditor independence and competence of partially and simultaneously to the auditor's opinion.

The population in this study were the auditors in the Republic of Indonesia Supreme Audit Board (BPK RI) representative of Central Java province, amounting to 135 people, while sampling using proportional random sampling method. Collecting data using questionnaires and documentation methods. As for testing the hypothesis using multiple regression analysis with SPSS.

The results of hypothesis testing showed that the partial and simultaneous independence and competence of auditors significantly influence the opinion of the auditor. Based on the results of this study can be concluded that the independence and competence of auditors have a significant influence on the auditor's opinion. Therefore, auditors are advised to remain consistent with an independent attitude and competence so that the opinion is issued can get more leverage.

Based on these results, it can be concluded that the independence and competence of auditors significantly influence the opinion of the auditor, either partially or simultaneously. Important input for further research is that it can add to the deepening of the audit process in producing a good opinion, can add or use other variables are more extensive and specific.


(10)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Persetujuan Pembimbing ... ii

Pengesahan kelulusan ... iii

Pernyataan Keaslian Tulisan ... iv

Motto dan Persembahan... v

Kata Pengantar ... vi

Sari ... viii

Abstract ... ix

Daftar Isi ... x

Daftar Tabel ... xiv

Daftar Gambar ... xv

Daftar Lampiran ... xvi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian... 7

BAB II LANDASAN TEORI PENELITIAN 2.1 Hasil Opini Auditor ... 9

2.2 Independensi Auditor ... 16


(11)

2.2.1 Lama Hubungan dengan Klien (Audit Tenure) ... 18

2.2.2 Tekanan dari Klien... 19

2.2.3 Telaah dari Rekan Auditor ... 20

2.3 Kompetensi Auditor ... 21

2.3.1 Pengetahuan ... 23

2.3.2 Pengalaman ... 24

2.4 Penelitian Terdahulu... 25

2.5 Pengaruh Independensi Auditor terhadap Hasil Opini Auditor ... 27

2.6 Pengaruh Kompetensi Auditor terhadap Hasil Opini Auditor ... 27

2.7 Kerangka Berpikir ... 29

2.8 Perumusan Hipotesis ... 31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian ... 32

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian... 32

3.3 Variabel Penelitian ... 34

3.1.1 Variabel Dependen (Variabel Terikat) ... 34

3.1.2 Variabel Independen (Variabel Bebas) ... 35

3.4 Jenis dan Sumber Data ... 39

3.5 Metode Pengumpulan Data ... 40

3.6 Pengukuran Variabel ... 41

3.7 Uji Instrumen ... 42

3.7.1 Validitas ... 42

3.7.2 Reliabilitas ... 43


(12)

3.8 Metode Analisis Data ... 44

3.8.1 Analisis Deskriptif ... 45

3.8.2 Uji Normalitas ... 47

3.8.3 Uji Asumsi Klasik... 47

3.8.3.1 Uji Multikolinearitas ... 48

3.8.3.2 Uji Heteroskedastisitas ... 48

3.8.4 Pengujian Hipotesis ... 49

3.8.4.1 Analisis regresi Berganda ... 49

3.8.4.2 Uji Parsial (Uji t) ... 49

3.8.4.3 Uji Simultan (Uji F) ... 50

3.8.4.4 Koefisien Determinasi Parsial (r2) ... 51

3.8.4.5 Koefisien Determinasi Simultan (R2) ... 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Objek Penelitian ... 52

4.2 Tingkat Pengembalian Kuesioner ... 52

4.3 Analisis Data ... 53

4.3.1 Analisis Deskriptif Responden ... 53

4.3.2 Deskripsi Variabel Penelitian ... 55

4.3.2.1 Deskripsi Independensi Auditor ... 55

4.3.2.2 Deskripsi Kompetensi Auditor ... 57

4.3.2.3 Deskripsi Hasil Opini Auditor... 59

4.3.3 Uji Normalitas ... 61

4.3.4 Uji Asumsi Klasik... 63


(13)

4.3.4.1 Uji Multikolinieritas ... 63

4.3.4.2 Uji Heteroskedastisitas ... 64

4.3.5 Pengujian Hipotesis ... 66

4.3.5.1 Analisis Regresi Berganda ... 66

4.3.5.2Uji Parsial (Uji t) ... 67

4.3.5.3 Uji Simultan (Uji F) ... 69

4.3.5.4 Koefisien Determinasi Parsial ... 70

4.3.5.5 Koefisien Determinasi Simultan ... 70

4.4 Pembahasan ... 71

4.4.1 Pengaruh Independensi Auditor terhadap Hasil Opini Auditor 71 4.4.2 Pengaruh Kompetensi Auditor terhadap Hasil Opini Auditor 73 4.4.3 Pengaruh Independensi dan Kompetensi Auditor terhadap Hasil Opini Auditor ... 74

BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan... 77

5.2 Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA ... 79

LAMPIRAN... 81


(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jumlah sampel ... 34

Tabel 3.2 Hasil uji validitas ... 43

Tabel 3.3 Hasil uji reliabilitas ... 44

Tabel 3.4 Kategori independensi auditor ... 46

Tabel 3.5 Kategori kompetensi auditor ... 46

Tabel 3.6 Kategori hasil opini auditor ... 47

Tabel 4.1 Sampel dan tingkat pengembalian ... 52

Tabel 4.2 Demografi responden... 54

Tabel 4.3 Deskriptif independensi auditor ... 55

Tabel 4.4 Distribusi independensi auditor ... 56

Tabel 4.5 Deskriptif kompetensi auditor ... 57

Tabel 4.6 Distribusi kompetensi auditor ... 58

Tabel 4.7 Deskriptif hasil opini auditor ... 59

Tabel 4.8 Distribusi hasil opini auditor ... 60

Tabel 4.9 Hasil uji kolmogorov-smirnov... 62

Tabel 4.10 Hasil uji multikolinearitas ... 63

Tabel 4.11 Hasil uji glestjer ... 65

Tabel 4.12 Model summary regresi ... 67

Tabel 4.13 Koefisien regresi ... 68

Tabel 4.14 Anova ... 69

Tabel 4.15 Hasil pengujian hipotesis keseluruhan ... 71 xiv


(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka berpikir ... 30 Gambar 4.1 Histogram uji normalitas ... 61 Gambar 4.2 Hasil uji heteroskedastisitas ... 64


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Ringkasan Penelitian Terdahulu ... 82

Lampiran 2 Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 83

Lampiran 3 Kuesioner Penelitian... 84

Lampiran 4 Tabulasi Penelitian Validitas dan Reliabilitas ... 91

Lampiran 5 Tabulasi Variabel ... 93

Lampiran 6 Analisis Deskriptif ... 96

Lampiran 7 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 97

Lampiran 8 Uji Normalitas ... 103

Lampiran 9 Uji Multikolinearitas ... 104

Lampiran 10 Uji Heteroskedastisitas dan Uji Glestjer ... 105

Lampiran 11 Pengujian Hipotesis ... 106

Lampiran 12 Surat Ijin Survey Pendahuluan ... 107

Lampiran 13 Surat Ijin Penelitian ... 108

Lampiran 14 Surat Telah Melaksanakan Penelitian ... 109


(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Seiring berjalannya waktu, dunia semakin berkembang begitu pesatnya. Dimana-mana terjadi persaingan dan kompetisi yang ketat. Hal ini juga menjadi pemicu setiap perusahaan untuk bersaing satu dengan yang lain menjadi yang terbaik, dengan mempersiapkan informasi yang tepat dan berguna bagi setiap pihak yang berkepentingan dengan perusahaan. Salah satu media yang digunakan adalah dengan menyusun sebuah laporan keuangan. Laporan keuangan disusun berdasar dari catatan-catatan di dalam akuntansi sebagai sumbernya. Penyusunan laporan keuangan dimaksudkan untuk memberikan informasi tentang hasil usaha, posisi finansial dan berbagai faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan posisi finansial kepada berbagai pihak yang berkepentingan dengan eksistensi perusahaan, seperti: para pemilik atau pemegang saham, direksi dan atau manajemen dalam perusahaan, dan para kreditur perusahaan. Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan harus ada 4 (empat) karakteristik kualitatif pokok, yaitu: dapat dipahami, relevan, andal, dan dapat diperbandingkan (IAI 2002).

Bukan pekerjaan yang mudah memberikan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan secara relevan, andal, dapat dipahami, dan dapat diperbandingkan. Ada beberapa hal yang menjadi kendala untuk bisa


(18)

mencapai itu, salah satunya adalah kemampuan dan tanggung jawab manajemen. Menyusun suatu laporan keuangan yang relevan, andal, dapat dipahami, dan dapat diperbandingkan sudah menjadi tuntutan yang harus dipenuhi oleh pihak manajemen, agar bisa memberikan informasi selengkap-lengkapnya menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dalam perusahaan tersebut. Oleh karena itu, pihak manajemen perusahaan mengambil salah satu kebijakan yaitu dengan melakukan pemeriksaan laporan keuangan perusahaan oleh auditor.

Dalam bidang auditing, jasa yang diberikan oleh Akuntan Publik (AP) adalah melakukan audit terhadap laporan keuangan perusahaan dan memberikan pendapat (opini) apakah laporan keuangan perusahaan telah disajikan secara wajar sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang telah ditetapkan oleh IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) atau belum. Laporan keuangan perusahaan yang telah diaudit akan dipakai oleh berbagai pihak yang berkepentingan (pimpinan perusahaan, pemegang saham, pemerintah, kreditur, dan karyawan) dalam pengambilan keputusan. Oleh karena itu, audit harus dilakukan dengan sebaik-baiknya (Yusuf, 2009).

Seorang Akuntan Publik dalam melaksanakan tugasnya harus berdasarkan pada standar yang telah ditetapkan, yaitu Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) dari Ikatan Akuntan Indonesia, secara khusus mengenai standar pekerjaan lapangan. Standar pekerjaan lapangan


(19)

mengatur mengenai prosedur dalam penyelesaian pekerjaan lapangan, seperti adanya perencanaan atas aktivitas yang akan dilakukan, pemahaman yang memadai atas pengendalian intern dan pengumpulan bukti-bukti kompeten yang diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan pertanyaan, dan konfirmasi sebagai dasar untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan. Seorang akuntan publik juga dituntut untuk dapat mempertahankan kepercayaan dari klien dan para pemakai laporan keuangan di luar perusahaan, sehingga dapat menghasilkan opini auditor yang tepat dan dapat dipercaya oleh para pemakai laporan keuangan.

Bertambah banyaknya auditor, maka akan terjadi persaingan yang ketat pula diantara mereka. Dalam pelaksanaan praktik jasa auditing, sebagian masyarakat masih ada yang meragukan tingkat skeptisisme profesional yang dimiliki oleh para auditor yang kemudian berdampak pada keraguan masyarakat terhadap pemberian opini akuntan publik (Suraida, 2005).

Hasil opini auditor merupakan suatu pendapat yang diberikan oleh auditor tentang kewajaran dalam penyajian laporan keuangan perusahaan tempat auditor melakukan audit. Opini yang paling baik adalah wajar tanpa pengecualian (Unqualified Opinion). Opini ini akan diberikan ketika auditor merasa yakin, berdasarkan bukti-bukti audit yang dikumpulkan, laporan keuangan perusahaan telah bebas dari kesalahan-kesalahan atau kekeliruan yang sifatnya material.


(20)

Begitu pentingnya opini yang diberikan oleh auditor bagi suatu perusahaan, maka auditor harus mempunyai kompetensi yang baik untuk mengumpulkan dan menganalisa bukti-bukti audit, sehingga bisa memberikan opini yang tepat. Pengalaman juga merupakan faktor pendukung ketepatan opini yang dihasilkan auditor. Seorang auditor yang mempunyai pengalaman lebih banyak dalam pemeriksaan laporan keuangan tentu memiliki beraneka ragam penemuan dalam setiap pemeriksaannya, seperti indikasi kecurangan, ketidaklengkapan dokumen, manipulasi data, serta berbagai kasus yang melibatkan pihak internal perusahaan. Dengan demikian, auditor dapat lebih peka terhadap hal-hal yang bersifat merusak ketepatan opini yang diberikan pada pemeriksaan-pemeriksaan berikutnya (Yuant, 2008).

Barnes dan Huan (1993) dalam Tamtomo (2008) menyebutkan bahwa pemberian opini tergantung pada faktor independensi dan kompetensi auditor. Auditor yang memiliki tingkat independensi yang tinggi berarti tidak mempunyai kepentingan pribadi dalam pelaksanaan tugasnya, yang bertentangan dengan prinsip integritas dan objektivitas. Sedangkan auditor yang kompeten adalah auditor yang memiliki pengetahuan serta pengalaman yang cukup dibidang audit.

Independensi dan kompetensi auditor dapat mempengaruhi hasil opini yang akan diberikan auditor. Dengan memiliki tingkat independensi yang tinggi, auditor dapat mengungkap kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh klien, sehingga mampu memberikan opini yang tepat.


(21)

Begitu pula dengan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki auditor dapat menjadikan auditor lebih mudah dalam melakukan pekerjaan audit.

Arus globalisasi yang semakin kuat dalam beberapa tahun terakhir ini memberikan arti yang cukup besar bagi profesi akuntan, terlebih bagi para auditor. Tantangan, kesempatan, dan pertumbuhan yang besar selalu berjalan beriringan. Permintaan akuntan yang andal dan auditor berintegritas tinggi mengalami kenaikan yang cukup drastis. Hal ini disebabkan karena bursa saham menggelembung tinggi kemudian berlanjut dengan penciptaan kekayaan diatas kertas yang tidak terduga.

Musim semi tahun 2000 dan musim gugur 2001 gelembung bursa saham sempat pecah. Terungkap bahwa eksekutif puncak Enron, raksasa energi yang berpusat di Huston, Texas telah menipu investor secara curang menggelembungkan profitabilitas perusahaan. Pada saat penjualan kembali, tampak bahwa Arthur Anderson, kantor akuntan publik yang mengaudit perusahaan Enron telah kehilangan objektivitasnya dalam mengevaluasi metode akuntansi Enron. Tidak adanya independensi diduga keras karena Andersen bertindak baik sebagai auditor internal maupun eksternal dan fakta bahwa Andersen dibayar puluhan juta dolar atas jasa konsultasi yang dipisah yang jumlahnya melebihi biaya atas audit eksternal. Sehingga para investor merasa tertipu dan menganggap laporan auditan yang dikeluarkan oleh KAP Arthur Anderson tidak berkualitas (Yusuf, 2009).


(22)

Kejadian-kejadian selama beberapa tahun terakhir telah mengingatkan kita akan pentingnya peran akuntansi dan audit dalam masyarakat. Kita yakin bahwa dengan adanya kejadian-kejadian tersebut kita telah diingatkan bahwa independensi dan kompetensi auditor harus kembali mengakar, sehingga profesi ini akan lebih kuat lagi dan akan dinilai lebih tinggi.

Penelitian yang dilakukan oleh Knapp (1985) dalam Mayangsari (2003) mengatakan bahwa pemberian pendapat audit dipengaruhi oleh kemampuan auditor untuk tetap bersikap independen meskipun mendapat tekanan dari pihak klien atau manajemen. Sedangkan Pany dan Reckers (1980) dalam Yusuf (2009) menemukan bahwa independensi auditor dipengaruhi oleh ukuran klien dan pemberian hadiah. Sedangkan Gusti dan Ali (2006) menyatakan bahwa etika, pengalaman, dan keahlian auditor memiliki hubungan yang tidak signifikan dengan ketepatan pemberian opini auditor.

Berdasarkan uraian dan beberapa penelitian sebelumnya terdapat perbedaan hasil penelitian dan indikator variabel mengenai pengaruh independensi dan kompetensi auditor terhadap hasil opini auditor, sehingga penelitian lebih lanjut terhadap masalah ini masih perlu dilakukan. Peneliti ingin meneliti apakah terdapat pengaruh antara opini auditor dengan independensi dan kompetensi auditor pada Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) perwakilan provinsi Jawa Tengah. Untuk itulah dalam penelitian ini mengangkat judul


(23)

Pengaruh Independensi dan Kompetensi Auditor terhadap Hasil Opini Auditor (Studi empiris pada Badan Pemeriksa Keuangan

Republik Indonesia (BPK RI) Perwakilan Provinsi Jawa Tengah)”.

1.2Rumusan Masalah

1. Apakah independensi auditor berpengaruh terhadap hasil opini auditor? 2. Apakah kompetensi auditor berpengaruh terhadap hasil opini auditor? 3. Apakah secara simultan independensi dan kompetensi auditor

berpengaruh terhadap hasil opini auditor?

1.3Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bukti empiris pengaruh independensi dan kompetensi auditor secara parsial terhadap hasil opini auditor.

2. Untuk mengetahui bukti empiris pengaruh independensi dan kompetensi auditor secara simultan terhadap hasil opini auditor.

1.4Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Melalui penelitian ini, peneliti mencoba memberikan bukti empiris mengenai pengaruh independensi dan kompetensi auditor terhadap hasil opini auditor.


(24)

b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan memberikan sumbangan secara konseptual bagi peneliti sejenis maupun civitas akademika yang lain dalam rangka mengembangkan ilmu pengetahuan dalam dunia pendidikan.

2. Manfaat Praktis

a. Penelitian ini bisa digunakan sebagai masukan bagi pimpinan Badan Pengawas Keuangan Republik Indonesia wakil Jawa Tengah dalam rangka menjaga dan meningkatkan kualitas kerja.

b. Penelitian ini bisa digunakan sebagai bahan evaluasi bagi para auditor sehingga dapat meningkatkan kualitas kerjanya.


(25)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Hasil Opini Auditor

Opini auditor merupakan pendapat yang diberikan oleh auditor tentang kewajaran penyajian laporan keuangan perusahaan tempat auditor melakukan audit. Ikatan Akuntan Indonesia (1994 : SA seksi 504, paragraf

01) menyatakan bahwa: “Laporan audit harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan secara jelas. Dalam semua hal, jika nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, laporan audit harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan auditor, jika ada, dan tingkat tanggung jawab auditor yang

bersangkutan.” Sedangkan Menurut Panduan Manajemen Pemeriksaan (BPK RI, 2008) dalam Ariyanto (2008) yang dimaksud dengan opini adalah pendapat yang dikeluarkan pemeriksa terhadap laporan keuangan entitas yang diperiksa.

Menurut Mulyadi (2002) dalam Solikah (2007), jenis-jenis opini yang lazim diberikan oleh auditor ketika mengaudit sebuah laporan keuangan diantaranya adalah:


(26)

a) Pendapat wajar tanpa pengecualian (Unqualified Opinion).

Dengan pendapat wajar tanpa pengecualian, auditor menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia.

b) Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa yang ditambahkan dalam laporan audit bentuk baku (Unqualified Opinion with

Explanatory Language).

Dalam keadaan tertentu, auditor menambahkan suatu paragraf penjelas (atau bahasa penjelas yang lain) dalam laporan audit, meskipun tidak mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian atas laporan keuangan keuangan auditan. Paragraf penjelas dicantumkan setelah paragraf pendapat.

c) Pendapat wajar dengan pengecualian (Qualified Opinion).

Pendapat wajar dengan pengecualian diberikan apabila auditee menyajikan secara wajar laporan keuangan, dalam semua hal yang material sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia, kecuali untuk dampak hal-hal yang dikecualikan.

d) Pendapat tidak wajar (Adverse Opinion).

Pendapat tidak wajar diberikan oleh auditor apabila laporan keuangan auditee tidak menyajikan secara wajar laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum.


(27)

e) Pernyataan tidak memberikan pendapat (Disclaimer).

Auditor menyatakan tidak memberikan pendapat jika ia tidak melaksanakan audit yang berlingkup memadai untuk memungkinkan auditor memberikan pendapat atas laporan keuangan. Pendapat ini juga diberikan apabila ia dalam kondisi tidak independen dalam hubungannya dengan klien.

Masing-masing opini diberikan sesuai dengan kriteria tertentu yang diketemukan selama proses audit.

Pendapat auditor yang dituangkan dalam laporan audit paling umum adalah laporan audit standar yang unqualified, yang sering disebut juga dengan laporan standar bentuk pendek. Bentuk laporan yang seperti ini akan digunakan apabila mengalami keadaan seperti berikut ini:

1. Bukti audit yang dibutuhkan telah terkumpul secara mencukupi dan auditor telah menjalankan tugasnya sedemikian rupa, sehingga dia dapat memastikan bahwa ketiga standar pelaksanaan kerja lapangan telah ditaati;

2. Ketiga standar umum telah diikuti sepenuhnya dalam perikatan kerja;

3. Laporan keuangan yang diaudit disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum yang berlaku di Indonesia yang diterapkan pula secara konsisten pada laporan-laporan sebelumnya. Demikian pula penjelasan yang mencukupi telah disertakan pada catatan kaki dan bagian-bagian lain dari laporan keuangan;


(28)

4. Tidak terdapat ketidakpastian yang cukup berarti (no material

uncertainties) mengenai perkembangan dimasa mendatang yang

tidak dapat diperkirakan sebelumnya atau dipecahkan secara memuaskan.

Ada satu pendapat lagi yang merupakan modifikasi dari pendapat wajar tanpa pengecualian, yaitu pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan yang ditambahkan dalam laporan audit bentuk baku. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan yang ditambahkan dalam laporan audit bentuk baku ini akan diberikan ketika mengalami keadaan tertentu yang mengharuskan auditor menambahkan paragraf penjelasan (atau bahasa penjelasan lain) dalam laporan audit, meskipun tidak mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian yang dinyatakan oleh auditor. Keadaan yang dimaksud diantaranya:

a) Pendapat wajar sebagian didasarkan atas laporan auditor independen lain,

b) Untuk mencegah agar laporan keuangan tidak menyesatkan karena keadaan-keadaan yang luar biasa, laporan keuangan disajikan menyimpang dari suatu prinsip akuntansi berterima umum yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia,

c) Jika terdapat kondisi dan peristiwa yang semula menyebabkan auditor yakin tentang adanya kesanksian mengenai kelangsungan hidup entitas, namun setelah mempertimbangkan rencana manajemen auditor berkesimpulan bahwa rencana manajemen


(29)

tersebut dapat secara efektif dilaksanakan dan pengungkapan mengenai hal itu telah memadai,

d) Diantara dua periode akuntansi terdapat suatu perubahan material dalam penggunaan prinsip akuntansi berterima umum atau dalam metode penerapannya,

e) Keadaan tertentu yang berhubungan dengan laporan audit atas laporan keuangan komparatif,

f) Data keuangan kuartalan tertentu yang diharuskan oleh Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) namun tidak disajikan atau tidak direview,

g) Informasi tambahan yang diharuskan oleh Ikatan Akuntan Indonesia Dewan Standar Akuntan Keuangan telah dihilangkan, yang penyajiannya menyimpang jauh dari pedoman yang dikeluarkan oleh Dewan tersebut, dan auditor tidak dapat melengkapi prosedur audit yang berkaitan dengan informasi tersebut, atau auditor tidak dapat menghilangkan keraguan yang besar apakah informasi tambahan tersebut sesuai dengan panduan yang dikeluarkan oleh Dewan tersebut, dan

h) Informasi lain dalam suatu dokumen yang berisi laporan keuangan yang diaudit secara material tidak konsisten dengan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan.

Penyimpangan dari pendapat wajar tanpa pengecualian (Unqualified


(30)

dalam hal pendapat wajar dengan pengecualian (Qualified Opinion). Dalam kondisi tertentu, mungkin memerlukan pendapat wajar dengan pengecualian (Qualified Opinion), dan atau tidak memberikan pendapat

(Disclaimer). Pendapat ini menyatakan bahwa laporan keuangan

menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum di Indonesia, kecuali untuk dampak hal yang berkaitan dengan yang dikecualikan. Pendapat seperti ini akan dinyatakan apabila:

a) Ketiadaan bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan terhadap lingkup audit yang mengakibatkan auditor berkesimpulan bahwa dia tidak dapat menyatakan pendapat wajar tanpa pengecualian dan dia berkesimpulan tidak menyatakan tidak memberikan pendapat;

b) Auditor yakin, atas dasar auditnya, bahwa laporan keuangan berisi penyimpangan dari prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia, yang berdampak material, dan dia berkesimpulan untuk tidak menyatakan pendapat tidak wajar.

Ada lima kondisi yang membutuhkan adanya penyimpangan dari laporan yang tanpa pengecualian (Unqualified Opinion), seperti:

1. Ruang Lingkup Audit Dibatasi.

Jika auditor tidak berhasil mengumpulkan bukti-bukti audit yang mencukupi untuk mempertimbangkan apakah laporan keuangan yang diperiksanya disusun sesuai dengan prinsip akuntansi


(31)

yang berterima umum di Indonesia, yang berarti bahwa ruang lingkup auditnya terbatas. Ada dua hal yang menjadi penyebab utama, yaitu pembatasan yang dipaksakan oleh klien dan yang disebabkan oleh keadaan di luar kekuasaan auditor maupun klien. 2. Laporan keuangan yang diperiksa tidak sesuai dengan prinsip

akuntansi yang diterima umum di Indonesia.

3. Prinsip akuntansi yang diterapkan dalam laporan keuangan tidak diterapkan secara konsisten.

Jika klien mengganti suatu perlakuan prinsip akuntansi dengan prinsip akuntansi yang lain, misalnya mengganti metode pencatatan persediaan dari First In First Out (FIFO) menjadi Last In First Out (LIFO), maka perubahan tersebut harus dinyatakan dalam laporan audit. Bahkan, jika penggunaan perubahan tersebut disetujui oleh auditor, pendapat unqualified tetap tidak dibenarkan.

4. Ada beberapa ketidakpastian yang material yang mempengaruhi laporan keuangan yang tidak dapat diperkirakan kelanjutannya pada saat laporan audit dibuat.

5. Auditor tidak independen.

Jika auditor tidak independen, sudah sngat jelas bahwa dia tidak diperkenankan memberikan pendapat wajar tanpa pengecualian. Masalah independen auditor diatur secara jelas dalam standar umum auditing.


(32)

2.2 Independensi Auditor

The CPA handbook menurut E.B. Wilcox dalam Alim, Hapsari, dan

Purwanti (2007), independensi adalah suatu standar auditing yang penting karena opini akuntan independen bertujuan untuk menambah kredibilitas laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen.

Dalam Kode Etik Akuntan tahun 1994 yang dikutip dari artikel Mayangsari (2003:6) disebutkan bahwa independensi adalah sikap yang diharapkan dari seorang auditor untuk tidak mempunyai kepentingan pribadi dalam pelaksanaan tugasnya, yang bertentangan dengan prinsip integritas dan objektivitas. Setiap akuntan harus memelihara integritas dan objektivitas dalam tugas profesionalnya dan setiap auditor harus independen dari semua kepentingan yang bertentangan atau pengaruh yang tidak layak. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa independensi merupakan sikap seseorang untuk bertindak jujur, tidak memihak, dan melaporkan temuan-temuan hanya berdasarkan bukti yang ada.

Berdasarkan Abdul Halim (2001:21) ada tiga aspek independensi seorang auditor, yaitu diantaranya adalah:

1) Independensi senyatanya (Independence in Act), yaitu auditor harus mempunyai kejujuran yang tinggi.

2) Independensi dalam penampilan (Independence in Appearance), yaitu pandangan dari pihak lain terhadap diri auditor sehubungan dengan pelaksanaan audit. Auditor harus menjaga kedudukannya


(33)

sedemikian rupa sehingga pihak lain akan mempercayai sikap independensi dan objektivitasnya.

3) Independensi dari sudut keahlian (Independence in Competence), yaitu berhubungan erat dengan kompetensi atau kemampuan auditor dalam melaksanakan dan menyelesaikan tugasnya.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Shockley (1981), ada empat faktor yang mempengaruhi independensi auditor, yaitu (1) Persaingan antar akuntan publik, (2) Pemberian jasa konsultasi manajemen kepada klien, (3) Ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP), dan (4) Lamanya hubungan audit.

Penelitian yang telah dilakukan oleh Supriyono (1988) dalam Christina (2007) diuraikan ada enam faktor yang mempengaruhi independensi auditor, yaitu (1) Ikatan kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan klien, (2) Jasa-jasa lainnya selain jasa audit, (3) Lamanya hubungan audit antara akuntan publik dengan klien, (4) Persaingan antar KAP, (5) Ukuran KAP, (6) Audit fee.

Lain halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Christina (2007) mengenai independensi auditor di Indonesia. Dalam penelitian ini diuraikan ada empat faktor yang mempengaruhi independensi auditor, yaitu: (1) Lama hubungan dengan klien, (2) Tekanan dari klien, (3) Telaah dari rekan auditor, (4) Pemberian jasa non audit.


(34)

Adapun dalam penelitian ini independensi auditor diukur melalui: lama hubungan dengan klien, tekanan dari klien, dan telaah dari rekan auditor.

2.2.1 Lama Hubungan dengan Klien (Audit Tenure)

Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan tentang jasa akuntan publik, masa kerja auditor dengan klien yang sama dibatasi hanya bisa dilakukan paling lama 3 tahun. Sedangkan untuk Kantor Akuntan Publik (KAP), masa kerja auditor boleh sampai 5 tahun. Tujuan dari adanya pembatasan ini agar hubungan auditor dengan klien tidak terlalu dekat, sehingga skandal akuntansi bisa dicegah.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Shockley (1980) dalam Supriyono (1988) yang ditulis oleh Christina (2007) menunjukkan bahwa lama hubungan dengan klien tidak berpengaruh terhadap rusaknya independensi auditor. Sebaliknya, Deis dan Giroux (1992) menemukan bahwa semakin lama hubungan auditor dengan klien, maka akan mempunyai potensi untuk menjadikan auditor puas pada apa yang telah dilakukan. Selain itu, dalam melakukan prosedur audit auditor bisa menjadi kurang tegas dan selalu tergantung pada pernyataan manajemen.

Supriyono (1988) menyatakan penjelasan perbedaan beberapa

penelitian hasil penelitian terdahulu sebagai berikut: “Penugasan audit

yang terlalu lama mungkin akan dapat mendorong akuntan publik kehilangan independensinya karena akuntan publik merasa puas, kurang inovasi, dan kurang ketat dalam melaksanakan prosedur audit. Begitu juga


(35)

dengan sebaliknya, penugasan audit yang lama akan memberi kemungkinan meningkatkan independensi karena akuntan publik sudah familiar, pekerjaan dapat dilaksanakan dengan efisien, serta akan lebih

tahan terhadap tekanan dari klien.”

2.2.2 Tekanan dari Klien

Keberhasilan dalam kinerja maupun operasi perusahaan menjadi tuntutan serta keinginan dari setiap manajemen perusahaan. Hal ini membuat auditor sering mengalami konflik kepentingan. Seringkali pihak manajemen perusahaan melakukan tekanan pada auditor sehingga laporan keuangan auditan yang dihasilkan sesuai dengan keinginan klien. Apabila auditor ingin mengikuti apa yang dikehendaki klien maka dia melanggar standar profesi yang ada. Akan tetapi sebaliknya, jika auditor tidak mengikuti apa yang dikehendaki klien, maka klien dapat menghentikan penugasan atau mengganti KAP auditornya.

Goldman dan Barley (1974) dalam Harhinto (2004) yang ditulis oleh Christina (2007) berpendapat bahwa usaha untuk mempengaruhi auditor melakukan tindakan yang melanggar standar profesi ada kemungkinan berhasil karena pada kondisi konflik ada kekuatan yang tidak seimbang antara auditor dengan kliennya. Klien dapat dengan mudah mengganti auditor KAP jika auditor tersebut tidak bersedia memenuhi keinginannya. Sementara auditor membutuhkan fee untuk memenuhi kebutuhannya.


(36)

Kemampuan seorang auditor dalam mengatasi tekanan yang datang dari klien sangat dipengaruhi oleh kondisi keuangan klien. Kondisi keuangan yang baik yang dimiliki oleh klien dapat memberikan fee audit yang cukup besar dan juga dapat memberikan fasilitas yang baik bagi auditor. Dalam situasi seperti ini terkadang auditor bisa menjadi kurang teliti dalam melakukan audit karena kepuasan yang telah ia dapat.

Dengan demikian, auditor memiliki posisi yang strategis, baik itu dari manajemen perusahaan maupun dari pemakai laporan keuangan. Pemakai laporan keuangan menaruh kepercayaan yang besar terhadap hasil pekerjaan auditor dalam mengaudit laporan keuangan (Christina, 2007).

Untuk dapat menghasilkan hasil opini yang baik, maka dalam menjalankan profesinya sebagai pemeriksa, seorang auditor harus berpedoman pada kode etik, standar profesi dan standar akuntansi keuangan yang berlaku di Indonesia. Setiap auditor harus mempertahankan integritas dan objektivitas dalam menjalankan tugasnya dengan bertindak jujur, tegas, adil, dan tanpa dipengaruhi tekanan atau permintaan dari pihak tertentu untuk memenuhi kepentingan pribadinya.

2.2.3 Telaah dari Rekan Auditor

Kejelasan informasi tentang adanya sistem pengendalian kualitas yang sesuai dengan standar profesi merupakan salah satu bentuk


(37)

pertanggung jawaban auditor terhadap klien dan masyarakat luas akan jasa yang diberikan.

Kelayakan desain sistem pengendalian kualitas dan kesesuaiannya dengan standar kualitas dalam pekerjaan akuntan publik dan operasi Kantor Akuntan Publik (KAP) perlu dimonitor dan di “audit”. Sebagai mekanisme monitoring, peer review dipersiapkan oleh auditor untuk meningkatkan kualitas jasa akuntansi dan audit. Peer review memberikan banyak manfaat, baik bagi klien, KAP yang direview maupun auditor yang terlibat. Manfaat yang diperoleh diantaranya mengurangi risiko litigation, memberikan pengalaman positif, mempertinggi moral pekerja, memberikan competitive edge, dan lebih meyakinkan klien atas kualitas jasa yang diberikan.

2.3 Kompetensi Auditor

Kompetensi menurut Lasmahadi (2002) dalam Alim, Hapsari, dan Purwanti (2007) didefinisikan sebagai aspek-aspek pribadi dari seorang pekerja yang memungkinkan dia untuk mencapai kinerja yang superior.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Murtanto (1998) dalam Mayangsari (2003) menunjukkan bahwa variabel kompetensi untuk auditor di Indonesia terdiri atas:

1. Pengetahuan, yang merupakan komponen penting dalam suatu kompetensi. Pengetahuan ini meliputi pengetahuan terhadap fakta-fakta, prosedur-prosedur dan pengalaman.


(38)

2. Ciri-ciri psikologi, seperti kemampuan berkomunikasi, kreativitas, kemampuan bekerja sama dengan orang lain.

Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan Bedard (1986) dalam Lastanti (2005), kompetensi diartikan sebagai seseorang yang memiliki pengetahuan dan ketrampilan prosedural yang luas yang ditunjukkan dalam pengalaman audit. Lain halnya dengan Trotter (1986) dalam Saifuddin (2004) yang menjelaskan bahwa seseorang yang berkompeten adalah orang yang dengan ketrampilannya mengerjakan pekerjaan dengan mudah, cepat, intuitif dan sangat jarang atau tidak pernah membuat kesalahan.

Berdasarkan uraian di atas bisa diambil kesimpulan bahwa kompetensi auditor adalah keahlian profesional yang dimiliki oleh auditor sebagai hasil dari pendidikan formal, ujian profesional maupun keikutsertaan dalam pelatihan, seminar, simposium dan lain-lain seprti:

1. Ujian CPA (Certified Public Accountant) untuk luar negeri dan ujian SAP (Sertifikat Akuntan Publik) untuk di Indonesia,

2. PPB (Pendidikan Profesi Berkelanjutan), 3. Pelatihan-pelatihan intern dan ekstern,

4. Keikutsertaan dalam seminar, simposium dan lain-lain.

Kompetensi auditor diukur melalui banyaknya ijasah/sertifikat yang dimiliki serta jumlah/banyaknya keikutsertaan yang bersangkutan dalam pelatihan-pelatihan, seminar atau simposium. Semakin banyak sertifikat yang dimiliki dan semakin sering mengikuti pelatihan atau


(39)

seminar/simposium diharapkan auditor yang bersangkutan akan semakin cakap dalam melaksanakan tugasnya.

De Angelo (1981) dalam artikel Kusharyanti (2002) bisa melihat kompetensi dari berbagai macam sudut pandang, diantaranya adalah sudut pandang auditor individual, audit tim dan Kantor Akuntan Publik (KAP). Dalam penelitian ini yang akan digunakan adalah kompetensi dari sudut pandang auditor individual, karena auditor merupakan subyek yang melakukan audit secara langsung dan berhubungan langsung dalam proses audit sehingga diperlukan kompetensi yang baik untuk menghasilkan audit yang berkualitas.

Berdasarkan konstruk yang dikemukakan oleh De Angelo (1981) dalam Christina (2007), kompetensi diproksikan dalam dua hal, yaitu pengetahuan dan pengalaman.

2.3.1 Pengetahuan

Dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) tahun 2001 mengenai standar umum, dijelaskan bahwa dalam melakukan audit, auditor harus memiliki keahlian dan struktur pengetahuan yang cukup.

Pengetahuan diukur dari seberapa tinggi pendidikan seorang auditor, dengan demikian auditor akan mempunyai semakin banyak pengetahuan mengenai bidang yang digelutinya, sehingga dapat mengetahui berbagai masalah secara lebih mendalam. Selain itu, auditor akan lebih mudah dalam mengikuti perkembangan yang semakin kompleks (Meinhard et.al, 1987 dalam Harhinto, 2004:35).


(40)

Menurut Kusharyanti (2003) dalam Christina (2007), secara umum terdapat 5 pengetahuan yang harus dimiliki oleh seorang auditor, diantaranya: (1) Pengetahuan pengauditan umum, (2) Pengetahuan area fungsional, (3) Pengetahuan mengenai isu-isu akuntansi yang paling baru, (4) Pengetahuan mengenai industri khusus, (5) Pengetahuan mengenai bisnis umum serta penyelesaian masalah.

2.3.2 Pengalaman

Menurut Knoers dan Haditono (1999) dalam Ananing (2006), pengalaman merupakan suatu proses pembelajaran dan pertambahan perkembangan potensi bertingkah laku, baik dari pendidikan formal maupun non formal, atau bisa diartikan sebagai suatu proses yang membawa seseorang kepada suatu pola tingkah laku yang lebih tinggi. Suatu pembelajaran juga mencakup perubahan yang relatif tepat dari perilaku yang diakibatkan pengalaman, pemahaman dan praktik.

Seorang auditor menjadi ahli diperoleh melalui pelatihan dan pengalaman. Auditor yang lebih berpengalaman akan memiliki skema yang lebih baik dalam mendefinisikan kekeliruan-kekeliruan daripada auditor yang kurang berpengalaman (Libby, 1991 dalam Hernadianto, 2002).

Auditor harus menjalani pelatihan yang cukup agar menjadi seorang auditor yang ahli. Pelatihan dapat berupa kegiatan-kegiatan seperti seminar, simposium, lokakarya, serta kegiatan penunjang ketrampilan


(41)

lainnya. Selain itu, kegiatan-kegiatan seperti pengarahan yang diberikan oleh auditor senior kepada auditor pemula (junior) juga bisa dianggap sebagai salah satu bentuk pelatihan karena kegiatan ini dapat meningkatkan kinerja auditor. Melalui program pelatihan dan praktek-praktek audit yang dilakukan, para auditor juga akan mengalami proses sosialisasi agar dapat menyesuaikan diri dengan perubahan situasi yang akan dia temui. Disamping itu, struktur pengetahuan auditor yang berkenaan dengan kekeliruan mungkin akan berkembang dengan adanya program pelatihan auditor ataupun dengan bertambahnya pengalaman auditor.

2.4Penelitian Terdahulu

Mayangsari et.al (2003) dalam penelitiannya mengenai keahlian audit, independensi, dan pendapat audit menunjukkan bahwa seorang auditor yang mempunyai keahlian audit dan independensi akan memberikan pendapat mengenai kelangsungan hidup perusahaan yang cenderung besar dibandingkan dengan yang hanya memiliki salah satu atau bahkan tidak mempunyai kedua karakteristik.

Dalam penelitian Suraida, et.al (2005) ditemukan bahwa etika, kompetensi, pengalaman audit dan risiko audit berpengaruh positif terhadap skeptisisme profesional auditor, baik secara parsial maupun secara simultan. Adapun etika, kompetensi, pengalaman audit, risiko audit dan skeptisisme profesional auditor juga mempunyai pengaruh positif


(42)

terhadap ketepatan pemberian opini akuntan publik, baik secara parsial maupun simultan. Hal yang serupa juga dikemukakan dalam penelitian Ananing, et.al (2006) bahwa pengalaman auditor secara parsial dan simultan mempunyai pengaruh positif terhadap keahlian auditor dalam bidang auditing.

Penelitian yang dilakukan oleh Solikah, Badingatus (2007) menemukan bahwa kondisi keuangan perusahaan berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini Going Concern. Begitu pula dengan opini audit tahun sebelumnya juga mempunyai pengaruh yang positif terhadap penerimaan opini Going Concern. Sedangkan pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini Going Concern.

Dalam penelitian Elfarini (2007) dan Yusuf (2009) menunjukkan bahwa kompetensi dan independensi auditor secara parsial dan simultan berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Begitu juga ditunjukkan dalam penelitian Alim, et.al (2007) bahwa kompetensi dan independensi auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Akan tetapi, dalam penelitian ini interaksi antara kompetensi dan etika auditor tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit. Sedangkan interaksi antara independensi auditor dengan etika auditor mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kualitas audit.


(43)

2.5Pengaruh Independensi Auditor terhadap Hasil Opini Auditor

Peraturan BPK No. 01, Tahun 2007 dalam penelitian Ariyanto (2008) tentang standar pemeriksaan keuangan negara (SPKN) disebutkan bahwa BPK RI harus dapat menjaga dan mempertahankan independensinya sedemikian rupa sehingga pendapat, simpulan, pertimbangan atau rekomendasi dari hasil pemeriksaan yang dilaksanakan tidak memihak dan dipandang tidak memihak oleh pihak mananpun.

Selanjutnya menurut SPKN dalam Pernyataan Standar Umum Kedua disebutkan bahwa dalam semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan pemeriksaan, organisasi pemeriksa dan pemeriksa, harus bebas dalam sikap mental dan penampilan dari gangguan pribadi, ekstern, dan organisasi yang dapat mempengaruhi independensinya (BPK RI, 2007:24). Sedangkan menurut penelitian Mayangsari (2003) menyatakan bahwa pendapat auditor yang ahli dan independen berbeda dengan auditor yang hanya memiliki satu karakter atau sama sekali tidak mempunyai karakter tersebut. Auditor yang ahli memiliki perbedaan perhatian terhadap jenis informasi yang digunakan sebagai dasar pemberian pendapat audit.

2.6Pengaruh Kompetensi Auditor terhadap Hasil Opini Auditor

Kompetensi yang dibutuhkan dalam melakukan audit adalah pengetahuan dan pengalaman. Auditor harus memiliki pengetahuan untuk memahami entitas yang diaudit, kemudian auditor juga harus memiliki pengalaman untuk dapat meningkatkan kinerjanya dalam proses audit.


(44)

Melalui program pelatihan dan praktek-praktek audit yang dilakukan, para auditor juga akan mengalami proses sosialisasi agar dapat menyesuaikan diri dengan perubahan situasi yang akan dia temui, bekerja sama dalam tim serta kemampuan dalam menganalisa permasalahan. Semakin tinggi kompetensi auditor akan semakin baik kualitas hasil opini yang diberikan (Christiawan (2002) dan Alim dkk. (2007)).

Sesuai dengan standar umum dalam Standar Profesional Akuntan Publik dalam Arens dkk. (2004) bahwa auditor diisyaratkan memiliki pengalaman kerja yang cukup dalam profesi yang ditekuninya, serta dituntut untuk memenuhi kualifikasi teknis dan berpengalaman dalam industri-industri yang mereka audit. Pengalaman memberikan dampak pada setiap keputusan yang diambil dalam pelaksanaan audit, sehingga diharapkan setiap keputusan yang diambil merupakan keputusan yang tepat. Dapat diambil kesimpulan bahwa semakin lama masa kerja yang dimiliki auditor maka auditor akan semakin baik dalam memberikan opini. Berdasarkan De Angelo (1981) dalam artikel Kusharyanti (2002) menyatakan bahwa auditor merupakan subyek yang melakukan audit secara langsung dan berhubungan langsung dalam proses audit sehingga diperlukan kompetensi yang baik untuk menghasilkan audit yang berkualitas.


(45)

2.7 Kerangka Berpikir

Suatu perusahaan tentu menginginkan auditor memberikan opini Wajar Tanpa Pengecualian atas laporan keuangannya. Willingham dan Charmichael (1997:351) berasumsi bahwa jenis opini diluar itu biasanya kurang diinginkan oleh manajemen klien dan tidak begitu bermanfaat bagi pengguna laporan keuangan. Manajemen perusahaan berusaha menghindari opini Wajar Dengan Pengecualian karena bisa mempengaruhi harga pasar saham perusahaan dan kompensasi yang diperoleh manajer (Chow dan Rice, 1982:327).

Seorang auditor juga menginginkan agar dapat mengekspresikan

Unqualified Opinion atas laporan keuangan yang diauditnya (Willingham

and Charmichael, 1997:351). Akan tetapi, penggunaan laporan audit standar yang Unqualified tidak mudah. Ada beberapa tahap yang harus diselesaikan auditor untuk mencapai hasil itu. Auditor juga harus memberikan opini sesuai dengan kriteria tertentu yang telah diketemukan selama proses audit. Sikap untuk tidak mempunyai kepentingan pribadi dalam pelaksanaan tugasnya, yang bertentangan dengan prinsip integritas dan objektivitas menjadi tuntutan untuk auditor. Selain itu, auditor juga dituntut memiliki keahlian profesional dalam melaksanakan tugasnya.

Penelitian hasil opini auditor dalam Suraida (2005) menyatakan bahwa kompetensi mempunyai pengaruh yang positif terhadap ketepatan pemberian opini. Begitu juga dengan independensi auditor yang sudah diatur secara jelas dalam standar umum auditing.


(46)

Berbagai macam penelitian mengenai hasil opini yang dikeluarkan auditor terdapat perbedaan-perbedaan mengenai faktor pembentuknya. Secara umum dapat disimpulkan bahwa untuk menghasilkan opini yang

Qualified, seorang akuntan publik yang bekerja dalam suatu tim audit

dituntut untuk memiliki independensi yang baik dan punya kompetensi yang memadai.

Berdasarkan logika dari paparan di atas, maka bisa dikembangkan suatu kerangka pemikiran atas penelitian ini, yaitu:

1. Pengaruh Independensi Auditor terhadap Hasil Opini Auditor. 2. Pengaruh Kompetensi Auditor terhadap Hasil Opini Auditor.

3. Pengaruh Independensi dan Kompetensi Auditor terhadap Hasil Opini Auditor.

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

H3

H1

H2

INDEPENDENSI

1. Lama hubungan dengan klien 2. Tekanan dari klien

3. Telaah dari rekan auditor

KOMPETENSI

1. Pengetahuan

2. Pengalaman

HASIL

OPINI

AUDITOR


(47)

2.8Perumusan Hipotesis

Menurut Arikunto (2006), hipotesis adalah suatu jawaban yang sifatnya hanya sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang sudah terkumpul. Berdasarkan pada kerangka pemikiran di atas, maka hipotesis penelitian ini disusun sebagai berikut: H1 : Independensi auditor berpengaruh positif terhadap hasil opini

auditor.

H2 : Kompetensi auditor berpengaruh positif terhadap hasil opini auditor. H3 : Independensi dan kompetensi auditor secara simultan berpengaruh


(48)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1Objek Penelitian

Objek penelitian dalam penelitian ini adalah auditor yang bekerja pada Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI). Penelitian ini dilakukan pada Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) perwakilan provinsi Jawa Tengah.

3.2Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah auditor yang bekerja pada Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) perwakilan provinsi Jawa Tengah yang telah terdaftar pada buku direktori tahun 2010. Auditor yang bekerja dalam satu kantor Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) perwakilan provinsi Jawa Tengah, yang beralamatkan di Jalan Tambak Aji Nomor 1 Semarang, sebanyak 135 orang yang terdiri dari auditor senior dan auditor junior.

Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah auditor junior dan auditor senior yang bekerja di Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) perwakilan provinsi Jawa Tengah. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan sampel imbangan (proportional random sampling). Proportional random

sampling merupakan teknik pengambilan sampel agar memperoleh sampel


(49)

yang representatif, dimana pengambilan subjek dari setiap strata atau setiap wilayah ditentukan seimbang atau sebanding dengan banyaknya subjek dalam masing-masing strata atau wilayah (Arikunto, 2006). Dalam penelitian ini menggunakan rumus Slovin untuk mengetahui jumlah sampel yang akan diambil, yaitu:

n = N

1 + N.e2 Keterangan:

n = Ukuran Sampel N = Ukuran Populasi

e = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih ditaksir atau digunakan. Peneliti memberikan kelonggaran ketidaktelitian pengambilan sampel sebesar 10% di dalam penelitian ini, karena kelonggaran yang kecil diharapkan kesalahan yang terjadi bisa semakin kecil. Sehingga, sampel yang diperoleh sebesar:

n = N 1 + N.e2 n = 135 1+135.(0,1)2 n = 135 1+(135.0,01) n = 135 1+1,35


(50)

n = 135 2,35

n = 57,45 dibulatkan ke atas menjadi 58

Maka, jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebesar 58 dari jumlah keseluruhan auditor yang bekerja di Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) sebesar 135 auditor. Kemudian, jumlah sampel terbagi lagi menjadi dua bagian, auditor senior dan auditor junior, yaitu masing-masing sebesar:

Auditor Senior Auditor Junior

n = 82 x 58 n = 53 x 58

135 135

n = 35 n = 23

Berdasarkan jumlah tersebut diatas terbagi menjadi sebagai berikut: Tabel 3.1

Jumlah Sampel

No. Auditor Populasi Jumlah

1. Auditor Senior 82 35

2. Auditor Junior 53 23

Jumlah 135 58

Sumber: Data yang diolah, 2011

3.3Variabel Penelitian

3.1.1 Variabel Dependen (Variabel Terikat)

Variabel dependen (terikat) dalam penelitian ini adalah Hasil Opini Auditor (Auditor’s Opinion).


(51)

Hasil opini auditor merupakan pendapat yang diberikan oleh auditor mengenai kewajaran penyajian dalam laporan keuangan perusahaan tempat auditor melakukan audit.

Pengukuran hasil opini auditor pada kantor Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) perwakilan provinsi Jawa Tengah menggunakan indikator sebagai berikut:

a. Melaporkan semua kesalahan klien,

b. Pemahaman terhadap sistem informasi klien, c. Komitmen yang kuat dalam menyelesaikan audit,

d. Berpedoman pada prinsip auditing dan prinsip akuntansi dalam melakukan pekerjaan lapangan,

e. Tidak percaya begitu saja terhadap pernyataan klien, f. Sikap hati-hati dalam pengambilan keputusan.

3.1.2 Variabel Independen (Variabel Bebas)

Variabel independen (bebas) dalam penelitian ini diantaranya adalah:

1. Independensi Auditor (Auditor’s Independence)

Dalam Kode Etik Akuntan Publik menyebutkan bahwa independensi adalah sikap yang diharapkan dari seorang akuntan publik untuk tidak mempunyai kepentingan pribadi dalam melaksanakan tugasnya yang bertentangan dengan prinsip integritas dan obyektivitas.


(52)

Proksi yang digunakan dalam independensi auditor ini diantaranya adalah:

a. Lama Hubungan dengan Klien (AuditTenure)

Berdasarkan keputusan Menteri Keuangan No.423/KMK.06/2002, masa kerja auditor dibatasi paling lama 3 tahun untuk klien yang sama di dalam jasa akuntan publik, dan untuk Kantor Akuntan Publik (KAP) bisa sampai 5 tahun. Dengan adanya pembatasan ini dimaksudkan agar auditor tidak terlalu dekat dengan klien, sehingga dapat mencegah terjadinya skandal akuntansi.

Lama hubungan dengan klien diukur dengan menggunakan indikator-indikator sebagai berikut:

(1) Memiliki hubungan dengan klien yang sama paling lama 3 tahun,

(2) Tetap bersifat independen dalam melakukan audit walaupun telah lama menjalin hubungan dengan klien,

(3) Semua kesalahan klien dilaporkan meskipun sudah lama menjalin hubungan dengan klien.

b. Tekanan dari Klien

Independensi berkurang dan hasil opini auditor bisa terpengaruh ketika mendapatkan tekanan dari klien, seperti tekanan emosional, tekanan personal maupun tekanan keuangan.


(53)

Indikator-indikator yang digunakan untuk mengetahui tekanan dari klien yang dapat mempengaruhi auditor dalam memberikan pendapat diantaranya sebagai berikut:

(1) Pemberian sanksi dan ancaman pergantian auditor dari klien, (2) Besar fee audit yang diberikan oleh klien,

(3) Fasilitas dari klien.

c. Telaah dari Rekan Auditor (Peer Review)

Telaah dari rekan auditor (peer review) merupakan sebuah mekanisme monitoring yang dipersiapkan oleh auditor agar bisa meningkatkan hasil opini auditor.

Seberapa besar pengaruh telaah dari rekan auditor bisa diukur menggunakan indikator-indikator sebagai berikut:

(1) Manfaat telaah dari rekan auditor, (2) Konsekuensi terhadap audit yang buruk. 2. Kompetensi Auditor (Auditor’s Competence)

Kompetensi auditor adalah auditor yang dengan pengetahuan dan pengalaman yang cukup dan eksplisit dapat melakukan audit secara obyektif, cermat dan saksama. Oleh karena itu, variabel kompetensi diproksikan dalam 2 sub variabel, yaitu pengetahuan dan pengalaman.


(54)

a. Pengetahuan

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengetahuan didefinisikan sebagai segala sesuatu yang diketahui berkenaan dengan hal tertentu.

Kusharyanti (2003:3) dalam Christina (2007:44) mengatakan bahwa untuk melakukan tugas pengauditan, auditor memerlukan pengetahuan pengauditan (secara umum dan khusus), pengetahuan mengenai bidang auditing dan akuntansi serta memahami industri klien.

Dalam penelitian ini, pengetahuan dijelaskan sebagai pengetahuan yang dimiliki auditor yang meliputi pengauditan, pengetahuan mengenai bidang auditing dan akuntansi, serta memahami industri klien. Oleh karena itu, indikator yang digunakan untuk mengukur pengetahuan auditor diantaranya adalah:

(1) Pendidikan formal yang sudah ditempuh, (2) Pelatihan, kursus dan keahlian khusus, (3) Pengetahuan akan industri klien,

(4) Pengetahuan akan Prinsip Akuntansi dan Standar Auditing, (5) Pengetahuan tentang kondisi perusahaan klien.

b. Pengalaman

Menurut Loeher (2002) pengalaman merupakan sebuah akumulasi gabungan dari semua yang diperoleh melalui


(55)

berhadapan dan berinteraksi secara berulang-ulang dengan sesama, benda alam, keadaan, gagasan, dan penginderaan.

Libby dan Frederick (1990) dalam Kusharyanti (2003) dalam Christina (2007) menemukan bahwa auditor yang lebih berpengalaman mempunyai pemahaman yang lebih baik atas laporan keuangan, sehingga keputusan yang diambil bisa lebih baik. Mereka juga lebih mampu memberikan penjelasan yang masuk akal atas kesalahan dalam laporan keuangan. Disamping itu, mereka juga dapat mengelompokkan kesalahan berdasarkan tujuan audit dan struktur dari sistem akuntansi yang mendasarinya.

Pengalaman diukur dengan menggunakan indikator berikut ini:

(1) Jenis perusahaan yang pernah diaudit, (2) Jumlah klien yang sudah diaudit, (3) Lama melakukan audit.

3.4Jenis dan Sumber Data

Menurut Arikunto (2006), data adalah segala fakta dan angka yang dapat dijadikan bahan untuk menyusun suatu informasi. Data yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya adalah:

1) Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari sumber atau tempat dimana penelitian akan dilakukan secara langsung


(56)

(Indriantoro dan Bambang supeno, 1999:65). Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari informasi yang diberikan responden dari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan (kuesioner) yang diberikan kepada fungsional auditor, yang bekerja pada Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) perwakilan Jawa Tengah. 2) Data Sekunder

Data sekunder merupakan sumber penelitian yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara (Indriantoro dan Bambang Supeno199,65). Sebagai suatu penelitian empiris, maka data sekunder dalampenelitian ini diperoleh dari artikel, jurnal, dan penelitian-penelitian terdahulu.

3.5Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya (Arikunto, 2006). Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan dua metode, yaitu: 1. Metode angket atau kuesioner

Angket atau kuesioner merupakan sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang dia ketahui (Arikunto, 2006). Kuesioner ini digunakan untuk memperoleh data tentang pribadi responden secara demografis dan untuk memperoleh


(57)

informasi dari responden atas pertanyaan-pertanyaan setiap variabel dalam penelitian.

2. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah sebuah metode pengumpulan data yang diperoleh dari barang-barang tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan lain sebagainya (Arikunto, 2006). Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data tentang jumlah auditor yang bekerja di Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) Perwakilan Jawa Tengah.

3.6Pengukuran Variabel

Pengukuran setiap variabel dalam penelitian ini menggunakan 5 poin skala likert dengan bobot sesuai dengan nomor urutnya, yaitu:

No. Keterangan Bobot

1. Sangat Tidak Setuju 1

2. Tidak Setuju 2

3. Netral atau Tidak Tahu 3

4. Setuju 4


(58)

3.7Uji Instrumen

3.7.1 Validitas

Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen penelitian. Suatu instrumen penelitian dikatakan valid atau sahih ketika mempunyai validitas yang tinggi, serta mampu menjadi ukuran atas apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari masing-masing variabel yang diteliti secara tepat. Sebaliknya, instrumen dikatakan kurang valid ketika mempunyai tingkat validitas yang rendah. Tinggi rendahnya validitas instrumen penelitian menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran awal tentang validitas yang dimaksud.

Pengujian tingkat validitas instrumen penelitian dilakukan dengan cara analisis faktor dan analisis butir. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan analisis butir untuk menguji validitas setiap butir soal, maka skor yang ada pada setiap butir soal dikorelasikan dengan skor total. Pengujian validitas yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan rumus korelasi product moment seperti yang telah dikemukakan Pearson.

Hasil perhitungan rxy dikonsultasikan pada tabel dengan taraf

kesalahan 5%, jika rxy > rtabel maka item soal tersebut valid. Akan tetapi

sebaliknya, jika harga rxy < rtabel maka dapat dikatakan bahwa item soal


(59)

Pengujian validitas instrumen dalam penelitian ini menggunakan SPSS. Berdasarkan pengujian validitas setiap item pertanyaan, maka diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas

No Independensi

Auditor Keterangan

Kompetensi

Auditor Keterangan

Hasil Opini Auditor

Keterangan

1 0.526 Valid 0.697 Valid 0.789 Valid

2 0.626 Valid 0.885 Valid 0.832 Valid

3 0.517 Valid 0.887 Valid 0.834 Valid

4 0.492 Valid 0.88 Valid 0.695 Valid

5 0.597 Valid 0.87 Valid 0.827 Valid

6 0.596 Valid 0.865 Valid 0.859 Valid

7 0.516 Valid 0.864 Valid

8 0.421 Valid 0.698 Valid

9 0.581 Valid 0.639 Valid

10 0.387 Valid Sumber: Lampiran 7 hal 97

Berdasarkan Tabel 3.2 dapat diketahui bahwa nilai rxy >rtabel (0.316),

maka pertanyaan dalam kuesioner ini dinyatakan valid.

3.7.2 Reliabilitas

Menurut Ghozali (2005) dalam Christina (2007), uji reliabilitas dimaksudkan untuk menguji konsistensi kuesioner dalam mengukur suatu konstrak yang sama atau stabilitas kuesioner jika digunakan dari waktu ke waktu. Apabila datanya memang benar sesuai dengan kenyataannya, maka berapa kali pun diambil, hasilnya akan tetap sama (Arikunto, 2006).


(60)

Reliabilitas instrumen dalam penelitian ini dihitung menggunakan pengujian CronbachAlpha untuk mengetahui apakah data yang digunakan dalam penelitian ini reliabel atau tidak.

Hasil pengujian reliabilitas ini menggunakan bantuan komputer program SPSS, yang mana dikatakan reliabel apabila nilai alpha lebih besar dari 0,6 (nilai standar).

Dalam penelitian ini pengujian reliabilitas diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 3.3 Hasil Uji Reliabilitas Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on

Standardized Items N of Items

.798 .801 3

Sumber: Lampiran 7 hal 102

Berdasarkan pengujian reliabilitas pada Tabel 3.3, maka ketiga variabel dinyatakan reliabel. Hal tersebut terbukti karena Nilai Cronbach’s

Alpha Based on Standardized Items variabel > 0.60.

3.8Metode Analisis Data

Analisa data merupakan suatu cara untuk mengolah data yang telah terkumpul kemudian dapat memberikan interpretasi, sehingga laporan yang diberikan mudah dipahami. Hasil dari pengolahan data ini digunakan untuk menjawab masalah yang telah dirumuskan. Dalam penelitian ini analisis data yang digunakan adalah sebagai berikut:


(61)

3.8.1 Analisis Deskriptif

Dalam penelitian ini, analisis deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran mengenai keadaan demografi responden. Gambaran tersebut meliputi jenis kelamin, umur, pendidikan, jabatan dan lama bekerja. Metode analisis deskriptif yang diterapkan dalam penelitian ini diolah dengan menggunakan bantuan komputer program SPSS.

Selain itu, analisis deskriptif dalam penelitian ini juga digunakan untuk menjelaskan masing-masing indikator dalam setiap variabel agar mudah memahaminya. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari Independensi Auditor (X1), Kompetensi Auditor (X2) dan Hasil Opini

Auditor (Y).

Distribusi dari masing-masing variabel diperoleh dengan menggunakan angket. Masing-masing indikator dalam setiap variabel yang berasal dari data dikumpulkan terlebih dahulu, kemudian diklasifikasikan dan diberi skor.

Kategori deskriptif variabel independensi auditor dibuat dengan menyusun perhitungan sebagai berikut:

1. Menetapkan jumlah maksimal = 5 x 10 = 50 2. Menetapkan jumlah minimal = 1 x 10 = 10 3. Menetapkan rentang = 50 – 10 = 40

4. Menetapkan interval = (40+1)/5 = 8,2 dibulatkan 8 Jenjang kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut:


(62)

Tabel 3.4

Kategori Independensi Auditor

No. Interval Kategori

1 10 – 18 Sangat Rendah

2 19 – 26 Rendah

3 27 – 34 Sedang

4 35 – 42 Tingi

5 43 – 50 Sangat Tinggi

Kategori deskriptif variabel kompetensi auditor dibuat dengan menyusun perhitungan sebagai berikut:

1. Menetapkan jumlah maksimal = 5 x 9 = 45 2. Menetapkan jumlah minimal = 1 x 9 = 9 3. Menetapkan rentang = 45 – 9 = 36

4. Menetapkan interval = 36/5 = 7,2 dibulatkan 7 Jenjang kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut:

Tabel 3.5

Kategori Kompetensi Auditor

No. Interval Kategori

1 9 – 16 Sangat Rendah

2 17 – 23 Rendah

3 24 – 31 Sedang

4 32 – 38 Tingi

5 39 – 45 Sangat Tinggi

Kategori deskriptif variabel hasil opini auditor dibuat dengan menyusun perhitungan sebagai berikut:

1. Menetapkan jumlah maksimal = 5 x 6 = 30 2. Menetapkan jumlah minimal = 1 x 6 = 6 3. Menetapkan rentang = 30 – 6 = 24


(63)

4. Menetapkan interval = 24/5 = 4,8 dibulatkan 5 Jenjang kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut:

Tabel 3.6

Kategori Hasil Opini Auditor

No. Interval Kategori

1 6 – 11 Sangat Rendah

2 12 – 16 Rendah

3 17 – 20 Sedang

4 21 – 25 Tingi

5 26 – 30 Sangat Tinggi

3.8.2 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel dependen dan independen keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak (Ghozali, 2005). Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Uji normalitas data pada penelitian ini menggunakan uji Kolmogrof-Smirnov dengan bantuan komputer program SPSS. Data pengambilan keputusan

berdasarkan probabilitas dimana jika probabilitas lebih besar dari 0,05 ( α

> 0,05), maka data dalam penelitian ini berdistribusi normal.

3.8.3 Uji Asumsi Klasik

Untuk memastikan bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini berdistribusi normal dan dalam model tidak mengandung multikolinearitas dan heteroskedastisitas, maka digunakanlah uji asumsi klasik sebagai berikut:


(64)

3.8.3.1 Uji Multikolinearitas

Pengujian ini dimaksudkan untuk mendeteksi adanya gejala korelasi antara variabel bebas yang satu dengan variabel bebas yang lain. Syarat berlakunya model regresi berganda adalah antar variabel bebasnya tidak memiliki hubungan sempurna atau mengandung multikolinearitas.

Deteksi terhadap adanya multikolinearitas adalah dengan melihat besaran VIF (Variance Inflation Factor) dan Tolerance melalui SPSS dan koefisien korelasi antar variabel bebas. Jika VIF > 0,1 maka variabel tersebut mempunyai persoalan multikolinearitas dengan variabel lainnya. Sedangkan apabila model regresi yang diperoleh VIF < 10, maka dalam model tersebut tidak terjadi multikolinearitas (Ghozali, 2005).

3.8.3.2 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, atau disebut homoskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak mengandung heterokedastisitas (Ghozali, 2005).

Untuk mengetahui gejala heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan mengamati Scatter Plot melalui SPSS antara prediksi variabel terikat dengan residualnya, dimana sumbu Y adalah Y yang diprediksi, dan sumbu X adalah residualnya ( Y prediksi – Y sesungguhnya). Model


(65)

yang bebas dari heteroskedastisitas memiliki grafik Scatter plot dengan pola titik menyebar diatas dan dibawah sumbu Y.

Agar lebih yakin tidak terjadi gejala heteroskedastisitas dalam penelitian ini, maka dilakukan uji Glestjer melalui SPSS. Model regresi yang bebas dari heteroskedastisitas memiliki taraf signifikansi lebih dari 0,05.

3.8.4 Pengujian Hipotesis

3.8.4.1 Analisis Regresi Berganda

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda, karena terdapat dua variabel bebas dan satu variabel terikat. Menurut Ghozali (2006), analisis regresi berganda digunakan untuk menguji hubungan antara satu variabel terikat (Y) dan satu atau lebih variabel bebas (X).

3.8.4.2 Uji Parsial (Uji t)

Uji Parsial merupakan suatu uji statistik untuk menunjukkan seberapa besar pengaruh variabel bebas (X) secara individual terhadap variabel terikat (Y). Uji t dilakukan dengan membandingkan nilai statistik antara t hitung dengan nilai kritis menurut tabel (t tabel). Nilai t tabel ditentukan

dengan tingkat signifikansi 5% dengan derajad kebebasan df = (n-k-1), dimana n adalah jumlah responden dan k adalah jumlah variabelnya.

Apabila nilai statistik t hitung menunjukkan nilai lebih besar (>)


(66)

berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen, berarti hipotesis diterima, atau sebaliknya apabila nilai statistik t hitung menunjukkan nilai

lebih kecil (<) dibandingkan dengan t tabel maka variabel independen secara

individual tidak mempengaruhi variabel dependen yang berarti hipotesis ditolak.

3.8.4.3 Uji Simultan (Uji F)

Uji Simultan merupakan suatu uji statistik yang digunakan untuk menunjukkan seberapa besar pengaruh antara variabel bebas (X) secara simultan (bersama-sama) terhadap variabel terikat (Y). Cara pengujiannya adalah sebagai berikut:

H0 : 0, tidak ada pengaruh signifikan antara variabel bebas

secara simultan terhadap variabel terikat Y (hasil opini auditor).

Ha : 0, ada pengaruh positif dan signifikan antara variabel bebas secara simultan terhadap variabel terikat Y (hasil opini auditor).

Apabila probabilitas lebih kecil dari taraf signifikan 5% maka H0

ditolak dan Ha diterima, artinya terdapat pengaruh signifikan dan positif antara semua variabel bebas secara simultan terhadap variabel terikatnya. Begitu juga sebaliknya, apabila probabilitas lebih besar dari taraf signifikansi 5% maka H0 diterima dan Ha ditolak, artinya tidak terdapat

pengaruh signifikan dan positif antara semua variabel bebas secara simultan terhadap variabel terikatnya.


(1)

3.

Hasil Opini Auditor

Correlations

P1 P2 P3 P4 P5 P6 Hasil_Opini_Auditor

P1 Pearson Correlation

1 .739** .746** .324* .454** .536** .789**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .044 .004 .000 .000

N 39 39 39 39 39 39 39

P2 Pearson Correlation

.739** 1 .838** .443** .480** .533** .832**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .005 .002 .000 .000

N 39 39 39 39 39 39 39

P3 Pearson Correlation

.746** .838** 1 .362* .573** .531** .834**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .023 .000 .000 .000

N 39 39 39 39 39 39 39

P4 Pearson Correlation

.324* .443** .362* 1 .587** .645** .695**

Sig. (2-tailed) .044 .005 .023 .000 .000 .000

N 39 39 39 39 39 39 39

P5 Pearson Correlation

.454** .480** .573** .587** 1 .899** .827**

Sig. (2-tailed) .004 .002 .000 .000 .000 .000


(2)

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

Cronbach's Alpha Based on

Standardized Items

N of Items

.798

.801

3

Correlation

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000

N 39 39 39 39 39 39 39

Hasil_Opini _Auditor

Pearson Correlation

.789** .832** .834** .695** .827** .859** 1

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000

N 39 39 39 39 39 39 39

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).


(3)

LAMPIRAN 8

Uji Normalitas

-2 -1 0 1 2 3

Regression Standardized Residual 0

2 4 6 8 10 12

Frequency

Mean = 4.35E-15 Std. Dev. = 0.973 N = 39

Dependent Variable: Hasil Opini Auditor Histogram

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

39 .0000000 3.73982474 .133 .133 -.091 .828 .500 N

Mean

Std. Deviation

Normal Param etersa, b

Abs olute Pos itive Negative Mos t Extrem e

Differences

Kolm ogorov-Sm irnov Z Asym p. Sig. (2-tailed)

Uns tandardized Res idual

Tes t distribution is Norm al. a.

Calculated from data. b.


(4)

Uji Multikolinearitas

Coefficientsa

6.059 7.721 .785 .438

.302 .095 .274 3.170 .003 .467 .833 1.200

.654 .077 .732 8.468 .000 .816 .833 1.200

(Constant) Independensi Kompetensi Model

1

B Std. Error Unstandardized

Coefficients

Beta Standardized

Coefficients

t Sig. Partial

Correlations

Tolerance VIF Collinearity Statistics

Dependent Variable: Hasil Opini Auditor a.


(5)

LAMPIRAN 10

: Uji Heteroskedastisitas dan Uji Glestjer

Uji Heteroskesdastisitas

Uji Glestjer

-2 -1 0 1 2 3

Regression Standardized Predicted Value -2

-1 0 1 2 3

Regre

ssi

on St

udenti

zed

Res

idual

Dependent Variable: Hasil Opini Auditor Scatterplot

Coefficients

a

.595

5.106

.116

.908

.029

.063

.082

.453

.653

-.001

.051

-.004

-.020

.984

(Constant)

Independensi

Kompetensi

Model

1

B

Std. Error

Unstandardized

Coefficients

Beta

Standardized

Coefficients

t

Sig.

Dependent Variable: |e|

a.


(6)

Uji Regresi

Uji Signifikansi Parsial

Uji Signifikansi Simultan

Model Summaryb

.881a .776 .763 3.84230 62.241 2 36 .000

Model 1

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of

the Estimate F Change df1 df2

Sig. F Change Change Statistics

Predictors: (Constant), Kompetensi, Independensi a.

Dependent Variable: Hasil Opini Auditor b.

Coefficientsa

6.059 7.721 .785 .438

.302 .095 .274 3.170 .003 .467 .833 1.200

.654 .077 .732 8.468 .000 .816 .833 1.200

(Cons tant) Independens i Kompetens i Model

1

B Std. Error

Uns tandardized Coefficients

Beta Standardized

Coefficients

t Sig. Partial

Correlations

Tolerance VIF

Collinearity Statistics

Dependent Variable: Has il Opini Auditor a.

ANOVAb

1837.752 2 918.876 62.241 .000a

531.479 36 14.763

2369.231 38 Regress ion Res idual Total Model 1 Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), Kompetensi, Independens i a.

Dependent Variable: Hasil Opini Auditor b.