Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas audit internal dalam mewujudkan good corporate governance

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EFEKTIVITAS AUDIT INTERNAL DALAM MEWUJUDKAN GOOD CORPORATE

GOVERNANCE

Oleh:

LATIF

Oleh:

LATIFA AGUSTIN NIM: 205082000266

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

ANALISIS FAKTOR-FAKOR YANG MEMPENGARUHI EFEKTIVITAS AUDIT INTERNAL DALAM MEWUJUDKAN GOOD CORPORATE

GOVERNANCE

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:

LATIFA AGUSTIN NIM: 205082000266

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Ahmad Rodoni Rahmawati., SE., MM NIP. 196902032001121003 NIP. 197708142006042003

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(3)

Hari ini Senin, Tanggal 16 Bulan Agustus Tahun Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Latifa Agustin NIM:205082000266

dengan judul Skripsi

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI EFEKTIVITAS AUDIT INTERNAL DALAM MEWUJUDKAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE”. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, Agustus 2010

Tim Penguji Ujian Komprehensif

Rahmawati., SE., MM Yulianti., SE., M.Si

Ketua Sekretaris

Prof. Dr. Abdul Hamid., MS

Penguji Ahli

     


(4)

Hari ini Jumat Tanggal 17 September Tahun Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan Ujian Skripsi atas nama Latifa Agustin NIM: 205082000266 dengan judul Skripsi

“ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EFEKTIVITAS AUDIT INTERNAL DALAM MEWUJUDKAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE”. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 17 September 2010

Tim Penguji Ujian Skripsi

Prof. Dr. Ahmad Rodoni Rahmawati., SE., MM

Penguji I Penguji II

Yusro Rahma, SE., M.Si Dr. Yahya Hamja, MM

Penguji Ahli I Penguji Ahli II


(5)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

IDENTITAS PRIBADI

Nama : Latifa Agustin

Tempat & Tanggal Lahir : Jakarta, 29 Agustus 1986

Alamat : Jl. Sunan Giri No. 78 Rt/Rw 02/02

Pondok Bahar Karang Tengah Tangerang

Telepon : (021) 55746097/085691864066

PENDIDIKAN

TK Pertiwi Brebes Tahun 1991-1993

MI Muhammadiyah Brebes Tahun 1993-1999

SMP 1 Wanasari Brebes Tahun 1999-2002

MAN 1 Cipondoh Tangerang Tahun 2002-2005

S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2005-2010

LATAR BELAKANG KELUARGA

Ayah : Azminah Gustin

Ibu : Takiman

Alamat : Jl. Sunan Giri No. 78 Rt/Rw 02/02

Pondok Bahar Karang Tengah Tangerang


(6)

ABSTRACT

This study aims to examine the effect of audit competence and independence of the audit of the effectiveness of internal audit in achieving good corporate governance. In this study used primary data in the form of dissemination of the questionnaire conducted in Jakarta with the internal auditor respondents who worked in banking. determination of the samples was done using convenience sampling method. Questionnaire distributed amounted to 45 but again only 40 and 37 which can be processed. Analyzing the data for hypothesis testing was done by multiple regression.

The result of research indicates that audit competence, audit independence, and relationship between internal auditor have significantly influence to audit efectiveness in good corporate governance .

Key Words: Competence, independence, internal auditor, good corporate governance.

                           


(7)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan menguji pengaruh kompetensi audit dan independensi audit terhadap efektivitas audit internal dalam mewujudkan good corporate governance. Pada penelitian ini digunakan data primer dalam bentuk penyebaran kuesioner yang dilakukan di Jakarta dengan responden auditor internal yang bekerja pada perbankan. Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan metode convenience sampling. kuesioner yang disebarkan berjumlah 45 tetapi kembali hanya 40 dan yang bisa diolah 37. Penganalisaan data untuk pengujian hipotesis dilakukan dengan regresi berganda.

Hasil penelitian ini menemukan bahwa kompetensi audit dan independensi audit berpengaruh signifikan terhadap efektivitas peran audit internal dalam mewujudkan good corporate governance.

Kata kunci: Kompetensi, independensi, internal auditor, good corporate governance.


(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Robbill ’Aalamiin, segala puji dan syukur kepada sumber dari suara-suara hati yang bersifat mulia, sumber ilmu pengetahuan, sumber segala kebenaran, sang maha cahaya, penabur cahaya ilham, pilar nalar kebenaran dan kebaikan yang terindah, sang kekasih tercinta yang tak terbatas pencahayaan cinta-Nya, Allah SWT. Berkat limpahan taufik dan hidayah-Nya maka penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Shalawat serta salam teruntuk Nabi akhir zaman baginda Muhammad SAW, yang telah menyampaikan ajaran islam yang telah terbukti kebenarannya.

Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian syarat-syarat guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada:

1. Kedua orang tua serta nenekku yang telah memberikan semangat serta doa yang tiada henti-hentinya kepada penulis. Do’a yang kalian panjatkan dan kepercayaan yang kalian berikan disetiap langkahku. Semangat yang kalian berikan disetiap putus asa ku.

2. Terimakasih untuk kakakku dan kedua adikku yang telah memberikan warna begitu indah dalam hidupku.

3. Untuk Hambali terimakasih buat semuanya. Semua yang indah dan tak terlupakan. Semua jadi serba jadi manis karena ada kamu... tetap jadi kismis manis yach...

4. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Bapak Afif Sulfa, SE., Ak., M.Si selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Ibu Yessi Fitri SE., Ak., M.Si selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


(9)

7. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni selaku dosen Pembimbing Skripsi I yang telah bersedia meluangkan waktu, memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini.

8. Ibu Rahmawati SE., MM selaku dosen Pembimbing Skripsi II yang telah bersedia meluangkan waktu, memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini.

9. Dr. Yahya Hamja, MM, selaku dosen penguji ahli I yang telah memberikan masukan dalam proses ujian skripsi saya dengan penuh kesabaran.

10. Yusro Rahma, SE., M.Si, selaku dosen penguji ahli II yang telah memberikan

masukan dalam proses ujian skripsi saya dengan penuh kesabaran 11. Seluruh staf pengajar dan karyawan Universitas Islam Negeri yang telah

memberikan bantuan kepada penulis.

12. Teman-teman akuntansi B, ’wahyu’ thanks ya bantuannya dalam penyusunan skripsi ini, teman seperjuanganku ’muthe, veris, dewi dan adi’ dan semua teman-temanku di akuntansi B 2005, terimakasih atas silaturrahmi yang telah terjalin selama ini. Waktu yang telah kita lewati bersama akan menjadi kenangan tak terlupakan. Tetap semangat untuk kalian.

13. Rekan-rekan Akuntansi Audit, Akuntansi Manajemen dan Akuntansi Perpajakan angkatan 2005 yang telah memberikan dukungannya selama ini kepada penulis.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak.

Jakarta, Agustus 2010


(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ... ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ... iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ... iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... v

ABSTRACT ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas ... 8

1. Pengertian Efektivitas ... 8

B. Audit Intern ... 8

1. Definisi Audit Intern ... 11

2. Fungsi Audit Intern ... 12


(11)

4. Perbedaan Auditor Intern dengan Auditor Ekstern ... 15

C. Kompetensi Auditor ... 23

D. Independensi Auditor ... 27

F. Good Corporate Governance (GCG) ... 30

G. Keterkaitan antar Variabel ... 34

1. Kompetensi terhadap Efektivitas Audit Internal dalam Mewujudkan Good Corporate Governance... 34

2. Independensi terhadap Efektivitas Audit Internal dalam Mewujudkan Good Corporate Governance... 35

3. Kompetensi dan Independensi Audit terhadap Efektivitas Audit Internal dalam Mewujudkan Good Corporate Governance……….. .. 36

H. Penelitian Terdahulu ... 37

I. Model Penelitian ... 38

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ... 39

B. Metode Penentuan Sampel ... 39

C. Metode Pengumpulan Data ... 40

1. Data Primer ... 40

2. Data Sekunder ... 41

D. Metode Analisis Data ... 42

1. Statistik Deskriptif ... 42

2. Uji Kualitas Data ... 42

a. Uji Reliabilitas ... 42


(12)

3. Uji Asumsi Klasik ... 43

a. Uji Multikolonieritas ... 43

b. Uji Normalitas ... 44

c. Uji Heteroskedastisitas ... 45

4. Uji Hipotesis ... 45

a. Koefisien Determinasi ... 47

b. Uji Statistik t ... 47

c. Uji Statistik F ... 48

E. Operasional Variabel Penelitian ... 49

1. Efektivitas Audit Intern dalam Mewujudkan Good Corporate Governance ... 49

2. Kompetensi Audit ... 50

3. Independensi Audit ... 51

BAB IV. PENEMUAN DAN PEMBAHASAN A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitan ... 54

1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 54

2. Karakteristik Responden ... 55

B. Hasil Uji Instrumen Penelitian ... 56

1. Hasil Uji Kualitas Data ... 56

a. Hasil Uji Validitas ... 56

b. Hasil Uji Reliabilitas ... 60

2. Hasil Uji Asumsi Klasik ... 62

a. Hasil Uji Multikolonieritas ... 62

b. Hasil Uji Normalitas ... 62

c. Hasil Uji Heteroskedastisitas... 63

3. Hasil Uji Hipotesis ... 64

a. Hasil Koefisien Determinasi ... 64

b. Hasil Uji Statistik t ... 65

c. Hasil Uji Statistik F ... 68


(13)

BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan ... 71

B. Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 75


(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Keterangan Halaman

1.1 Perbedaan Auditor Intern dengan Auditor Ekstern 15

2.1 Hasil Penelitian Sebelumnya 37

3.1 Operasional Variabel Penelitian 52

4.1 Data Distribusi Sampel Penelitian 54

4.2 Data Sampel Penelitian 55

4.3 Deskripsi Responden 55

4.4 Hasil Uji Validitas Variabel Kompetensi Audit 57

4.5 Hasil Uji Validitas Variabel setelah Kompetensi Audit dikeluarkan

58

4.6 Hasil Uji Validitas Variabel Independensi Audit 58 4.7 Hasil Uji Validitas Variabel Good

CorporateGovernance

59

4.8 Hasil Uji Validitas Variabel setelah Good Corporate Governance (GCG) 2 dan 13 dikeluarkan

60

4.9 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Kompetensi Audit 60 4.10 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Independensi Audit 61 4.11 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Good Corporate

Governance

61

4.12 Hasil UjiMultikolonieritas 62

4.13 Hasil Uji Koefisien Determinasi 65

4.14 Hasil Uji Secara Individual (Uji Statistik t) 66


(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Keterangan Halaman

2.1 Perumusan Masalah 38

4.1 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik P-Plot 63


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Keterangan

1 Daftar Kuesioner Penelitian 2 Daftar Jawaban Responden 3 Hasil Uji Data SPSS


(17)

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Krisis ekonomi yang melanda Asia Timur dan Asia Tenggara, khususnya Indonesia yang dimulai pada pertengahan tahun 1987, isu mengenai Corporate Governance telah menjadi salah satu bahasan penting dalam rangka mendukung pemulihan ekonomi dan pertumbuhan perekonomian yang stabil di masa yang akan datang (Herwidayatmo, 2003:25). Beberapa dekade

terakhir, Corporate Governance menjadi topik bahasan penting para pelaku

usaha, akademisi, dan regulator. Tercermin dari pernyataan Presiden World Bank, James D. Wolfensohn:

“Bahwa bagi perekonomian dunia tata kelola perusahaan yang tepat (The proper governance of companies) sama krusialnya dengan tata kelola Negara yang tepat (The proper governing of countries). Bank Dunia juga menyadari bahwa Corporate Governance yang kuat akan menghasilkan kemajuan sosial yang baik”

Tidak berlebihan jika abad ke-19 disebut sebagai “century of the enterpreneur” setelah abad ke-20 merupakan “century of management” dan abad ke-21 disebut akan menjadi “century of governance” (Danu Febrianto, 2007:98). Organisasi dunia seperti Bank Dunia dan The Organization for economic Cooperation and Development (OECD) telah dikembangkan Principles of Corporate Governance yang dijadikan acuan oleh banyak Negara dalam menyusun pedoman Corporate Governance. Kajian OECD tersebut kemudian dirumuskan menjadi empat prinsip utama Good Corporate


(18)

Governance (GCG) yang berlaku universal, yaitu kewajaran (fairness),

keterbukaaan (transparency), akuntabilitas (accountability), dan pertanggung

jawaban (responsibility) (Akhmad Syakhroza, 2003:13)

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan sarana bagi pemerintah untuk melayani kesejahteraan rakyatnya. Berdasarkan peran tersebut, BUMN senantiasa diawasi pemerintah khususnya di bawah pengawasan Kementrian Badan Usaha Milik Negara mempunyai karakteristik khusus, tidak hanya menyangkut kepemilikannya oleh Negara tetapi juga peran yang diembannya sebagai pelaku bisnis yang melaksanakan fungsi komersial, dan sekaligus

sebagai “Agent of Development” yaitu sebagai lembaga yang bertujuan

mendukung pelaksanaan kegiatan pembangunan nasional, mempunyai kegiatan utama menghimpun dana (fanding), dan menyalurkan dana (lending) (Gusnardi, 2006:5)

Salah satu pihak yang terkait dalam pelaksanaan prinsip-prinsip GCG adalah Audit Intern. Audit Intern pada BUMN dilaksanakan guna membantu manajemen agar mereka dapat menjalankan tanggung jawabnya secara efektif dan efesien. Dengan adanya mekanisme Audit Intern, diharapkan manajemen dapat mencurahkan perhatiannya pada tugas pengelolaan, sedangkan tugas pengendalian sehari-hari atas perubahan milik Negara (BUMN) tersebut dapat dilaksanakan secara lebih intensif dan efektif tanpa mengurangi tanggung jawabnya. Hubungan Audit Intern dengan Good Corporate Governance di sebutkan oleh Organisasi Profesi Internal Auditor Indonesia yaitu: “Fungsi Internal Audit (Satuan Pemeriksaan Internal) yang efektif mampu


(19)

menawarkan sumbangan penting dalam meningkatkan proses Corporate Governance, pengelola risiko, dan pengendalian manajemen”. “Internal Auditor merupakan dukungan penting bagi komisaris, komite audit, direksi, dan manajemen senior dalam membentuk fondasi bagi pengembangan Corporate Governance”. Di Indonesia, kurang efektifnya pelaksanaan Corporate Governance merupakan akar permasalahan krisis ekonomi. Annual Report Bapepam tahun 2004 mencatat beberapa kasus sehubungan dengan tidak berperan dan sangat lemahnya Pengadilan Intern dan Audit Intern sehingga tidak mampu mendeteksi terjadinya kesalahan dalam tubuh perusahaan. Hal ini mengindikasikan perusahaan-perusahaan tersebut tidak dijalankan dengan prinsip tata kelola yang baik (Good Corporate Governance). Pengendalian Intern yang memadai harus dapat dipercaya, kepatuhan terhadap kebijakan, prosedur, hukum dan peraturan, pengamatan aset, pemanfaatan sumber daya secara ekonomis dan efisien, pencapaian tujuan yang ditetapkan (Gusnardi, 2006:11).

Baik buruknya Good Corporate governance BUMN di Indonesia memiliki keterkaitan dengan pelaksanaan Pengendalian Intern pada BUMN tersebut. Lingkungan pengendalian merupakan kondisi obyektif yang ada pada organisasi. Kondisi ini sebagian terbesar ditentukan oleh pimpinan organisasi, dimana lingkungan pengendalian meliputi nilai integritas dan etika, komitmen terhadap kompetensi, partisipasi dewan pengawas, filosofi manajemen dan gaya operasi, struktur organisasi, pelimpahan wewenang dan tanggung jawab, kebijaksanaan dan praktik sumber daya manusia (Arens et al, 2006:274).


(20)

Karena sangat mendasarnya komponen lingkungan pengendalian sebagai aspek Pengendalian Intern, jenis perusahaan merupakan salah satu aspek lingkungan pengendalian yang dapat memiliki keterkaitan dengan Good Corporate Governance BUMN. Dengan berfungsinya Pengendalian Intern dan Audit Intern serta terwujudnya transparansi, akuntabilitas, efisiensi, dan efektifitas maka terwujudlah prinsip Good Corporate Governance.

Menyadari pentingnya Good Governance sebagai salah satu agenda reformasi untuk merehabilitasi perekonomian nasional yang terpuruk akibat krisis ekonomi, maka sejak ditanda tanganinya Letter Of Intent pertama dengan IMF pada tanggal 31 Oktober 1997 Pemerintah telah mencanangkan rencana untuk memperbaiki praktek Governance di Indonesia yang dimulai dari sektor perbankan dan terus berlanjut ke sektor-sektor lain.

Penelitian yang akan dilakukan ini merupakan replikasi dari penelitian yang telah dilakukan oleh Herlianti Utami dan Puji Handayati (2007). Adapun yang membedakannya antara lain dalam hal:

1. Populasi penelitian

Pada penelitian ini populasi yang akan digunakan adalah auditor internal pada bank, sedangkan pada penelitian sebelumnya, populasi penelitian yang digunakan adalah Kantor Akuntan Publik yang berdomisili di Malang dan Surabaya.

2. Periode penelitian

Penelitian ini menggunakan data pada tahun 2010, sedangkan pada penelitian sebelumnya, data yang digunakan yaitu data dari tahun 2007.


(21)

3. Variabel penelitian

Variabel Independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah faktor kompetensi audit dan faktor independensi audit, sedangkan pada penelitian sebelumnya memasukan 4 variabel, yaitu variabel komposisi komite audit, variabel keberadaan pernyataan secara tertulis misi dan tugas komite audit, variabel kepemimpinan komite audit, dan variabel evaluasi kinerja.

Dari uraian yang telah dijelaskan di atas, berdasarkan tinjauan penulis terhadap peneliti sebelumnya, penulis tertarik untuk mengetahui Faktor-faktor yang mempengaruhi audit intern dalam mewujudkan GCG serta membahas peran Audit Internal perusahaan dalam mendukung pengembangan dan

implementasi Good Corporate Governance. Untuk itu penulis mencoba

menelitinya dalam bentuk skripsi yang berjudul, “Analisis Faktor-Faktor

Yang Mempengaruhi Efektivitas Audit Internal Dalam Mewujudkan Good Corporate Governance”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah kompetensi berpengaruh secara signifikan terhadap efektivitas

peran auditor internal dalam mewujudkan good corporate governance?

2. Apakah independensi berpengaruh secara signifikan terhadap efektivitas


(22)

3. Apakah kompetensi dan independensi berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap efektivitas peran auditor internal dalam mewujudkan good corporate governance?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas audit internal dalam mewujudkan good corporate governance adalah sebagai berikut:

1. Menguji pengaruh kompetensi terhadap efektivitas audit internal dalam

mewujudkan good corporate governance

2. Menguji pengaruh independensi terhadap efektivitas audit internal dalam

mewujudkan good corporate governance

3. Menguji pengaruh kompetensi dan independensi terhadap efektivitas audit

internal dalam mewujudkan good corporate governance

D. Manfaat Penelitian

1) Bagi Peneliti

a. Memunculkan kesadaran dan kepekaan terhadap isu-isu yang dihadapi

bisnis, dan profesi auditor.

b. Menambah pengetahuan dan wawasan bagi penulis berkaitan dengan

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas Audit Internal dalam mewujudkan Good Corporate Governance.


(23)

2) Bagi Perusahaan

a. Mendorong Perusahaan terutama personil yang ada di dalam Audit

Intern untuk mengenali dan peka terhadap permasalahan yang terjadi.

b. Praktek, implikasi dan penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan

mutu dari Audit Intern agar mampu menjalankan fungsinya dalam perusahaan.

c. Sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan yang

terkait dengan mewujudkan Good Corporate Governance dalam sebuah perusahaan.

3) Bagi Masyarakat

Sebagai sarana informasi tentang faktor-faktor auditor internal serta dapat menambah wawasan pada bidang akuntansi serta dapat dimanfaatkan sebagai salah satu sumber referensi bagi penelitian selanjutnya.


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Efektivitas

1. Pengertian Efektivitas

Menurut (Mardiasmo, 2004:132) mendefinisikan efektivitas

adalah:

“Pengertian efektivitas pada dasarnya berhubungan dengan pencapaian tujuan atau target kebijakan (hasil guna). Efektivitas merupakan hubungan antara keluaran dengan tujuan atau sasaran yang harus dicapai kegiatan operasional dikatakan efektif apabila proses kegiatan mencapai tujuan dan sasaran akhir kebijakan (Spending wisely) Indikator efektivitas menggambarkan jangkauanya akibatnya dan dampak (outcome) dari keluaran (output) program dalam mencapai tujuan program semakian besar kontribusi output yang dihasilkan terhadap pencapaian tujuan atau sasaran yang ditentukan, maka semakin efektif proses kerja suatu organisasi”.

Menurut (N. Anthony, 2004:14) mendefinisikan efektivitas:

“Efektivitas adalah hubungan antar output yang dihasilkan oleh pusat pertanggung jawaban dengan tujuan jangka pendek (objektivitas), semakin besar output yang dikontribusikan terhadap jangka pendek perusahaan, maka semakin efektiflah unit tersebut “.

Jadi, efektivitas adalah hubungan antar variabel satu dengan yang lainnya yang saling berkaitan dan berpengaruh untuk mencapai tujuan atau hasil akhir sasaran.

B. Audit Intern

1. Definisi Audit Intern

Pengertian menurut Institute of Internal Auditor dalam penelitian Muh. Arief Effendi (2006:1)

“Intern auditing is an independent, objective assurance and consulting activity designed to add value and improve an organization operations.


(25)

It help an organization accomplish its objective by bringing a systematic, disciplined approach to evaluate and improve the effectiveness of risk manajement, control and governance process” (Intern Auditing adalah suatu aktivitas independen, yang memberikan jaminan keyakinan serta konsultasi yang dirancang untuk memberikan suatu nilai tambah serta meningkatkan kegiatan operasi organisasi. Intern Auditing membantu organisasi dalam usaha mencapai tujuannya dengan cara memberikan suatu pendekatan disiplin yang sistematis untuk mengevaluasi dan meningkatkan keefektifan manajemen risiko, pengendalian dan proses pengaturan dan pengelolaan organisasi).

American Accounting Association mendefinisikan Audit Intern sebagai, “Proses sistematis untuk secara objektif memperoleh dan mengevaluasi asersi mengenai tindakan dan kejadian-kejadian ekonomis untuk meyakinkan derajat kesesuaian antara asersi ini dengan kriteria yang ditetapkan dan mengkomunikasikannya ke pengguna yang berkepentingan”. (Lawrence B. Sawyer, Mortimer A. Dittenhofer, James H.Scheiner, 2005:8)

Definisi tersebut ditujukan untuk menggambarkan proses yang dilakukan di semua jenis audit, tetapi istilah “tindakan dan kejadian ekonomi” mengarah pada aspek keuangan atau akuntansi. Audit intern sendiri dapat di definisikan sebagai “suatu fungsi penilaian independen yang dibentuk dalam suatu organisasi untuk mengkaji dan mengevaluasi aktivitas organisasi sebagai bentuk jasa yang diberikan bagi organisasi”. (Muh. Arief Effendi, 2006:1)

Dewan direksi Institute of Internal Auditors dalam Sawyer (2005:9-10) memberikan definisi:

“Audit internal adalah aktivitas independen, keyakinan objektif dan konsultasi yang dirancang untuk memberi nilai tambah dan meningkatkan operasi organisasi. Audit tersebut membantu organisasi mencapai tujuannya dengan menerapkan pendekatan yang sistematis dan berdisiplin untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas proses pengelolaan resiko, kecukupan kontrol, dan pengelolaan organisasi.”


(26)

Selain itu definisi untuk menggambarkan ruang lingkup audit internal modern dan tak terbatas adalah:

“Audit internal adalah sebuah penilaian yang sistematis dan objektif yang dilakukan auditor internal terhadap operasi dan kontrol yang berbeda-beda dalam organisasi untuk menentukan apakah (1) informasi keuangan dan operasi telah akurat dan dapat diandalkan; (2) resiko yang dihadapi perusahaan telah diidentifikasikan dan diminimalisasi; (3) peraturan eksternal serta kebijakan dan prosedur internal yang bisa diterima dan telah diikuti; (4) kriteria operasi yang memuaskan telah dipenuhi; (5) sumber daya telah digunakan secara efisien dan ekonomis; dan (6) tujuan organisasi telah dicapai secara efektif semua dilakukan dengan tujuan untuk dikonsultasikan dengan manajemen dan membantu anggota organisasi dalam menjalankan tanggung jawabnya secara efektif.”

“Istilah Intern Auditor terdiri dari dua kata yaitu internal (intern) dan auditing (audit). Bila di artikan secara sederhana adalah suatu audit yang dilakukan oleh pihak intern dalam arti oleh perusahaan dengan menggunakan pegawai perusahaan itu sendiri” (Sucipto, 2007:2)

Internal Audit adalah Pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan, baik terhadap laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan, maupun ketaatan terhadap kebijaksanaan manajemen puncak yang telah ditentukan dan ketaatan terhadap peraturan pemerintah dan ketentuan-ketentuan dari ikatan profesi yang berlaku. (Agoes, 2004:2)

Menurut Sawyer, et al (2003:10) mengartikan Audit Intern adalah sebuah penilaian yang sistematis dan objektif yang dilakukan auditor internal terhadap operasi dan kontrol yang berbeda-beda dalam organisasi untuk menentukan apakah:

a. Informasi keuangan dan operasi telah akurat dan dapat diandalkan

b. Resiko yang dihadapi perusahaan telah diidentifikasi dan


(27)

c. Peraturan eksternal serta kebijakan dan prosedur internal yang bisa diterima telah diikuti

d. Sumber daya telah digunakan secara efisien dan ekonomis

e. Tujuan organisasi telah dicapai secara efektif semua dilakukan dengan

tujuan untuk dikonsultasikan dengan manajemen dan membantu anggota organisasi dalam menjalankan tanggung jawab secara efektif.

Menurut Assegaf (2001:233) pengertian Internal Auditing adalah: “Pemerikasaan yang dilakukan oleh auditor internal yang merupakan karyawan perusahaan tersebut, untuk menilai dan mendapatkan bukti ketaatan terhadap kebijaksanaan perusahaan, keyakinan pelaksanaan pengendalian intern yang baik, menghindari penyimpangan, mengungkapkan penyelewengan serta meningkatkan efisiensi operasional perusahaan. Internal Auditing pada umumnya di anggap sebagai bagian dari sistem pengendalian intern (internal control)”.

Jadi, auditor Internal memberikan informasi yang diperlukan manajer atau dewan direksi dalam menjalankan tanggung jawab mereka secara efektif. Audit internal bertindak sebagai penilai independen untuk menelaah operasional perusahaan dengan mengukur dan mengevaluasi sistem kontrol secara efisien dan efektivitas terhadap kinerja perusahaan.

2. Fungsi Audit Intern

Fungsi audit Internal menurut Hiro Tugiman (2000:11):

“Fungsi audit internal adalah suatu fungsi penilaian bebas dalam suatu organisasi, guna menelaah atau mempelajari dan menilai kegiatan-kegiatan perusahaan untuk memberikan saran-saran kepada manajemen, agar tanggung jawab dapat dilaksanakan secara efektif”.

Tanggung jawab auditor internal menurut Amin Widjaja Tunggal (2000:21) adalah sebagai berikut:


(28)

a. Tanggung jawab direktur audit internal adalah merupakan program audit internal perusahaan. Direktur audit internal mengarahkan personil dan aktivitas-aktivitas departemen audit internal, juga menyiapkan rencana tahunan untuk pemeriksaan semua unit perusahaan dan menyajikan program yang telah dibuat untuk persetujuan.

b. Tanggung jawab auditing supervisor adalah membantu direktur audit

internal dalam mengkoordinasi usaha auditing dengan auditor independen agar memberikan cakupan audit yang sesuai tanpa duplikasi usaha.

c. Tanggung jawab senior adalah menerima program audit dan instruksi

untuk era audit yang ditugaskan dari auditing supervisor. Senior auditor memimpin staf auditor dalam pekerjaan laporan audit.

d. Tanggung jawab staf auditor adalah melaksanakan tugas audit pada

suatu lokasi audit.

Di dalam Standar Profesi Audit Internal (2004), ruang lingkup audit internal adalah sebagai berikut:

Fungsi audit internal melakukan evaluasi dan memberikan kontribusi terhadap peningkatan proses pengelolaan resiko, pengendalian dan governance dengan menggunakan pendekatan yang sistematis, teratur dan menyeluruh.


(29)

a. Pengelolaan risiko

Fungsi audit internal harus membantu organisasi dengan cara mengevaluasi resiko signifikan dan memberikan kontribusi terhadap peningkatan pengelolaan dan memberikan kontribusi terhadap peningkatan pengelolaan resiko dan sistem pengendalian intern.

b. Pengendalian

Fungsi audit internal harus membantu organisasi dengan cara mengidentifikasi dan mengevaluasi resiko signifikan dan memberikan kontribusi terhadap peningkatan pengelolaan resiko dan sistem pengendalian intern.

1) Efektivitas dan efisiensi kegiatan operasi.

2) Keandalan informasi.

3) Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku.

4) Pengaman aset organisasi.

c. Proses governance

Fungsi audit internal harus menilai dan memberikan rekomendasi yang sesuai untuk meningkatkan proses governance dalam mencapai tujuan-tujuan berikut:

1) Mengembangkan etika dan nilai-nilai yang memadai dalam

organisasi.

2) Memastikan pengelolaan kinerja organisasi yang efektif dan


(30)

3) Secara efektif mengkomunikasikan resiko dan pengendalian kepada unit-unit yang tepat di dalam organisasi.

4) Secara efektif mengkoordinasikan kegiatan dari dan

mengkomunikasikan informasi di antara pimpinan, dewan pengawas, auditor internal dan eksternal serta manajemen.

Lebih lanjut penulis lain menyebutkan bahwa fungsi Auditor Intern adalah:

a. Menentukan baik tidaknya internal auditor dengan memperhatikan

pemisahan fungsi dan apakah prinsip akuntansi benar-benar telah dilaksanakan

b. Bertanggung jawab dan menentukan apakah pelaksanaannya mentaati

peraturan, rencana dan prosedur yang telah ditentukan sampai menilai apakah hal-hal tersebut perlu diperbaiki atau tidak

c. Memverifikasi dan menilai tingkat kepercayaan terhadap sistem

akuntansi (accounting system) dan pelaporan

d. Menilai kehematan, efisiensi dan efektivitas kegiatan

e. Melaporkan secara obyektif apa yang diketahuinya kepada manajemen

disertai rekomendasi perbaikannya (Sucipto, 2007:4)

3. Misi dan Peran Auditor Intern

Auditor Intern memberikan informasi yang diperlukan manajer dalam menjalankan tanggung jawab mereka secara efektif. Auditor Intern bertindak sebagai penilai independen untuk menelaah operasionalnya


(31)

perusahaan dengan mengukur dan mengevaluasi kecukupan kontrol serta efisiensi dan efektivitas kinerja perusahaan. Auditor Intern memiliki peranan yang penting dalam semua hal yang berkaitan dengan pengelolaan perusahaan dan risiko-risiko terkait dalam menjalankan usaha.

4. Perbedaan Auditor Intern dengan Auditor Ekstern Tabel 1.1.

Perbedaan Auditor Intern dengan Auditor Ekstern

Auditor Intern Auditor Ekstren

a. Merupakan karyawan

perusahaan, atau bisa saja merupakan entitas independen.

b. Melayani kebutuhan organisasi,

meskipun fungsinya harus dikelola oleh perusahaan.

c. Fokus pada kejadian-kejadian

di masa depan dengan mengevaluasi kontrol yang dirancang untuk meyakinkan pencapaian tujuan organisasi.

d. Langsung berkaitan dengan

pencegahan kecurangan dalam segala bentuknya atau

perluasan dalam setiap aktivitas yang ditelaah.

e. Independen terhadap aktivitas

yang diaudit, tetapi siap sedia untuk menanggapi kebutuhan dan keinginan dari semua tingkatan manajemen.

f. Menelaah aktivitas secara

terus-menerus

a. Merupakan orang yang

independen di luar perusahaan.

b. Melayani pihak ketiga yang

memerlukan informasi keuangan yang dapat diandalkan.

c. Fokus pada ketepatan dan

kemudahan pemahaman dari kejadian-kejadian masa lalu yang dinyatakan dalam laporan keuangan.

d. Sekali-kali memperhatikan

pencegahan dan pendeteksian kecurangan secara umum, namun akan memberikan perhatian lebih bila kecurangan tersebut akan mempengaruhi laporan keuangan secara material.

e. Independen terhadap

manajemen dan dewan direksi baik dalam kenyataan maupun secara mental.

f. Menelaah catatan-catatan

yang mendukung laporan keuangan secara periodik, biasanya setahun sekali.

Sumber : (Lawrence B. Sawyer, Mortimer A. Dittenhofer, James H. Scheiner, (2005:8)


(32)

Menurut sawyer, et al (2003:10) teknik-teknik audit internal terdiri dari 6 tahap pendekatan, diantaranya :

1) Penentuan risiko

Penentuan risiko (risk assessment) merupakan hal penting bagi manajemen dan auditor internal. Auditor internal harus memiliki pemahaman mengenai proses penentuan resiko dan sarana yang digunakan untuk melakukannya. Selain itu, auditor internal harus memasukkan hasil penentuan risiko kedalam program audit untuk memastikan bahwa pengendalian yang dibutuhkan memang survei pendahuluan diterapkan untuk mengurangi resiko. Resiko audit terdiri atas:

a) Risiko bawaan (inherent risk) adalah kerentanan suatu asersi atas

terjadinya salah saji material, dengan mengasumsikan bahwa tidak ada kebijakan atau prosedur struktur pengendalian internal terkait yang ditetapkan.

b) Risiko pengendalian (control risk) adalah risiko bahwa salah saji

material yang bisa terjadi pada suatu asersi tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh struktur, kebijakan atau prosedur pengendalian internal suatu entitas. Resiko ini ditentukan saat mengevaluasi pengendalian dan strategi entitas yang diaudit.

c) Risiko deteksi (detection risk) adalah risiko bahwa auditor tidak

dapat mendeteksi salah saji material yang terdapat pada suatu asersi.


(33)

2) Survei pendahuluan

Survei pendahuluan berguna untuk memperoleh gambaran lebih dahulu mengenai aktifitas yang akan direview dimana seorang auditor bisa mendapatkan keadaan perusahaan secara umum baik kekuatan maupun kelemahannya. Terdapat 6 langkah dasar dalam melakukan survei pendahuluan, yaitu :

a) Melakukan studi awal

Studi awal yang dilakukan mencakup penelahaan atas kerja tahun sebelumnya, temuan-temuan audit, bagan, organisasi dan dokumen-dokumen yang akan membantu untuk lebih memahami subjek audit.

b) Mendokumentasikan

Auditor akan melakukan beberapa langkah yang akan mengarah pada pertemuan awal antara auditor dengan manajer klien, seperti pembuatan daftar pengingat dan daftar isi untuk kertas kerja dan pembuatan kuesioner untuk wawancara dan diskusi dengan manajer klien.

c) Bertemu klien

Pertemuan auditor dengan manajer klien memberi peluang bagi auditor untuk menjelaskan tujuan dan pendekatan audit yang akan dijelaskan. Pada kesempatan ini, auditor menjelaskan tujuan, sasaran dan standar operasi serta mengenali gaya manajemen yang diterapkan.


(34)

d) Mendapatkan informasi. Informasi yang diperlukan dapat diklasifikasikan ke dalam 4 fungsi dasar manajemen, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian.

e) Mengamati

Pengamatan yang dilakukan dimaksudkan untuk memperoleh gambaran lebih nyata mengenai kegiatan yang direview. Observasi dapat memberikan gambaran dan kesan tersendiri atas aktivitas yang diamati.

f) Membuat bagan alir

Bagan alir dapat menjadi alat yang berguna bagi semua auditor. Bagan alir memberikan gambaran sistem dan merupakan sarana untuk menganalisis operasi yang kompleks.

g) Melaporkan

Jika hasil-hasil survei kemudian membutuhkan audit, ringkasan audit seharusnya mencakup langkah-langkah audit yang disarankan dan rasional. Auditor juga harus mengidentifikasi aktivitas-aktivitas yang tidak akan diaudit dan menjelaskan alasannya. Estimasi awal untuk waktu dan kebutuhan sumber daya harus dilakukan, bersama dengan target tanggal pekerjaan lapangan dan fase pelaporan.

3) Program audit

Program audit merupakan alat yang menghubungkan survei pendahuluan dengan pekerjaan lapangan. Auditor internal harus


(35)

menyiapkan program audit segera setelah survei pendahuluan program audit harus menunjukkan lingkup pekerjaan audit. Program tersebut harus memperjelas hal-hal apa yang akan tercakup dalam audit dan yang tidak.

Program audit harus mencakup estimasi waktu yang dibutuhkan untuk melakukan setiap segmen audit. Estimasi ini memang merupakan estimasi awal, tetapi membantu penanggung jawab audit dan supervisor audit mengontrol dan menelaah kemajuan audit, penyesuaian-penyesuaian terhadap estimasi mungkin dilakukan, sesuai kemajuan audit, jika keadaan berbeda dari yang diantisipasi.

4) Pekerjaan lapangan

Pekerjaan lapangan merupakan suatu proses sistematis untuk mendapatkan keyakinan dengan mengumpulkan bukti mengenai kegiatan suatu aktivitas operasi, termasuk pula penilaian atas bukti yang terkumpul dan temuan yang didapat, apakah operasi dilaksanakan sesuai standar yang telah ditetapkan.

Tujuan pekerjaan lapangan adalah untuk melengkapi prosedur audit yang tertuang dalam audit program, dalam rangka mencapai tujuan audit.

Auditor dapat mencapai tujuan audit melalui proses yang disebut pengujian. Pengujian dilaksanakan dengan memilih beberapa transaksi sebagai sampel untuk direview. Tujuannya untuk untuk memberikan


(36)

auditor suatu dasar opini untuk pembentukan opini audit. Langkah-langkah pengujian pokok adalah :

a) Penentuan standar

b) Perumusan populasi

c) Pemilihan sampel transaksi

d) Pengujian atas transaksi yang telah dipilih

Pada prinsipnya terdapat dua jenis bukti, yaitu bukti hukum dan bukti audit. Bukti hukum dan bukti audit memiliki banyak kesamaan. Keduanya memiliki tujuan yang sama untuk memberikan bukti, yang mendorong keyakinan tentang kebenaran atau kesalahan setiap pernyataan atas suatu masalah. Namun bukti hukum sangat mengandalkan pengakuan lisan, sedang bukti audit lebih mengandalkan bukti-bukti dokumen.

5) Temuan Audit

Selama pelaksanaan pekerjaan, Auditor Intern mengidentifikasi akan kondisi-kondisi yang membutuhkan tindakan perbaikan. Penyimpangan-penyimpangan dari norma-norma atau kriteria yang dapat diterima disebut temuan audit (audit findings).

Beberapa kelemahan (temuan) bersifat kecil dan tidak membutuhkan perhatian manajemen. Semua temuan audit yang dilaporkan haruslah:


(37)

b) Didokumentasikan dengan fakta, bukan opini, dan dengan bukti yang memadai, kompeten, dan relevan

c) Secara objektif dibuat tanpa bias atau prasangka

d) Relevan dengan masalah-masalah yang ada

e) Cukup meyakinkan untuk memaksa dilakukannya tindakan untuk

memperbaiki kondisi-kondisi yang mengandung kelemahan.

Dalam temuan audit ini auditor memberikan rekomendasi kepada manajemen. Rekomendasi menggambarkan tindakan yang mungkin dipertimbangkan manajemen untuk memperbaiki kondisi-kondisi yang salah, dan untuk memperkuat kelemahan dalam sistem kontrol. Mengidentifikasi kondisi yang tidak memuaskan adalah tanggung jawab audit. Sedangkan memperbaikinya adalah tanggung jawab manajemen. Lebih disukai Auditor Intern mengusulkan metode tindakan perbaikan untuk pertimbangan manajemen.

Saran yang paling memuaskan untuk menyelesaikan temuan audit adalah membahasnya dengan manajemen operasional sebelum laporan audit tertulis diterbitkan. Pada saat itu harus dicapai kesepakatan mengenai fakta-fakta dan beberapa tindakan perbaikan untuk memperbaiki kekurangan.

6) Kertas Kerja

Kertas kerja (working paper) berisi catatan informasi yang diperoleh dan analisis yang dilakukan selama proses audit. Kertas kerja


(38)

disiapkan sejak auditor memulai pekerjaannya hingga auditor menelaah tindakan perbaikan dan mengakhiri proyek audit.

Kertas kerja berisi dokumentasi atas langkah-langkah berikut ini dalam proses audit:

a) Rencana audit, termasuk program audit.

b) Pemeriksaan dan evaluasi kecukupan dan efektivitas sistem kontrol

internal.

c) Prosedur-prosedur audit yang dilakukan, informasi yang diperoleh,

dan kesimpulan yang dicapai.

d) Penelaahan kertas kerja.

e) Laporan audit.

f) Tindak lanjut dari tindakan perbaikan.

Audit intern menyiapkan kertas kerja untuk beberapa tujuan yang berbeda, yaitu:

a) Untuk mendukung laporan audit.

b) Untuk menyimpan informasi yang diperoleh melalui tanya jawab,

penelaahan instruksi dan arahan, analisis sistem dan proses, pengamatan kondisi, dan pemeriksaan transaksi.

c) Untuk mengidentifikasi dan mendokumentasikan temuan-temuan

audit, mengumpulkan bukti yang diperlukan untuk menentukan terjadi dan luasnya kondisi-kondisi yang mengandung kelemahan


(39)

e) Untuk memberi dukungan dan bukti untuk masalah-masalah yang melibatkan kecurangan, tuntutan hukum, dan klaim asuransi.

f) Untuk menjadi sarana bagi auditor ekstern dalam mengevaluasi

pekerjaan Audit Intern dan kemudian menggunakannya dalam penilaian audit ekstern atas sistem kontrol internal organisasi.

g) Menjadi latar belakang dan data referensi untuk penelaahan

selanjutnya.

h) Untuk membantu memfasilitasi penelaahan. Baik auditor ekstern

atau konsultan perlu mengevaluasi aktivitas Audit Intern.

i) Menjadi bagian dokumentasi.

C. Kompetensi Auditor

Menurut Webster’s Ninth Collegiate Dictionary (1983) dalam Rani Widyastuti (2009:21) kompetensi atau keahlian adalah keterampilan dari seorang ahli.

Robert A. Roe (2001) mengemukakan definisi dari kompetensi yaitu: “Competence is definined as the ability to adequately perform a task, duty of role. Competence integrates knowledge, skills, personal values and attitudes. Competence builds on knowledge and skills and is acquired through work experience and learning by doing.”

Berdasarkan definisi di atas kompetensi dapat digambarkan sebagai kemampuan untuk melaksanakan suatu tugas, peran atau tugas, kemampuan mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan-keterampilan, sikap-sikap, dan nilai-nilai pribadi, dan kemampuan untuk membangun pengetahuan dan


(40)

keterampilan yang didasarkan pada pengalaman dan pembelajaran yang dilakukan.

Menurut Mahrissa Kusumamelati (2007:18) kompetensi dapat diartikan sebagai kemampuan, keterampilan, kecakapan, pengetahuan, pemahaman, dan wawasan seseorang terhadap suatu bidang. Secara awam kompetensi juga dapat diartikan sebagai tingkat latar belakang pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang yang mungkin akan dapat memberikan pengaruh terhadap orang itu sendiri dalam menjalankan tugasnya.

Kualifikasi audit internal menurut Amin W. Tunggal (2000:22-27) antara lain :

1. Audit Internal harus memiliki pendidikan dan latihan yang memadai

karena Audit berhubungan dengan analisis dan pertimbangan. Oleh karena itu, Audit Internal harus mengerti catatan keuangan dan Akuntansi sehingga dapat memverifikasi dan menganalisis dengan baik.

2. Selain pendidikan dan pelatihan seorang Auditor Internal juga harus

berpengalaman dibidangnya. Apabila ia seorang Auditor yang baru, ia harus dibimbing oleh Auditor yang kompeten.

Seorang Auditor dikatakan memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

a) Auditor Internal harus tertarik dan ingin mengetahui semua operasi,

selain itu juga harus mempunyai perhatian terhadap prestasi dan persoalan karyawan perusahaan mulai dari tingkat bawah sampai tingkat atas.


(41)

c) Auditor Internal harus memandang suatu kesalahan sebagai sesuatu yang harus diselesaikan dan kesalahan yang telah dibuat sebisa mungkin harus bisa dihindari.

d) Auditor Internal menelaah semua pengaruh yang terjadi terhadap

Profitabilitas dan Efesiensi kegiatan perusahaan.

e) Mempertimbangkan Audit sebagai mitra, karena tujuan dari Audit

Internal bukanlah mengkritik tetapi untuk meningkatkan operasi perusahaan.

f) Seorang Auditor Internal harus mempunyai ide-ide cemerlang untuk

membangun organisasi.

Konsorsium organisasi Profesi Audit Internal (2004:9), menyatakan bahwa penugasan harus dilaksanakan dengan memperhatikan keahlian dan kecermatan profesional.

1. Keahlian

Ada lima komponen-komponen keahlian seperti yang dikemukakan oleh Abdolmohammadi, Searfoss, dan Seanteau (1992) dalam Rani Widyastuti (2009) yaitu:

a) Komponen Pengetahuan

Merupakan komponen penting dalam suatu keahlian. Komponen-kompunen pengetahuan meliputi pengetahuan terhadap fakta, prosedur, dan pengalaman.


(42)

Komponen ini meliputi kemampuan di dalam berkomunikasi, kreativitas, kerjasama, dan percaya pada keahlian.

c) Kemampuan Berpikir

Kemampuan ini merupakan kemampuan untuk mengakumulasi dan mengolah informasi. Beberapa karakteristik yang dapat dimasukan ke dalam unsur kemampuan berpikir seperti kemampuan untuk beradaptasi pada situasi baru dan abigius, keamampuan untuk memfokuskan pada fakta-fakta relevan dan kemampuan untuk mengabaikan fakta yang tidak relevan, dan kemampuan untuk menghindari tekanan.

d) Strategi Penentuan Keputusan

Kemampuan seorang dalam membuat keputusan secara sistematis baik formal maupun informal akan membantu dalam mengatasi keterbatasan manusia.

e) Analisis Tugas

Banyak dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman dan analisis tugas ini akan mempunyai pengaruh terhadap penentuan keputusan. Audit Internal harus memiliki keahlian, ketrampilan dan kompetensi yang dibutuhkan untuk melaksanakan tanggung jawab perorangan.

2. Kecermatan Profesional

Auditor Internal harus menerapkan kecermatan dan layaknya dilakukan oleh seorang Auditor internal yang bijaksana dan kompeten, dengan mempertimbangkan ruang lingkup penugasan, di antaranya


(43)

kompleksitas dan materialitas yang dicakup dalam penugasan, kecukupan dan Efektifitas manajemen resiko, pengendalian dan proses governance, biaya dan manfaat penggunaan sumber daya dalam penugasan, penggunaan teknik-teknik Audit berbasis komputer dan teknik-teknik analisis lainnya.

Menurut Mahrisa Kusumamelati (2008), audit internal yang kompeten dapat dilihat dari:

a. Sumber daya manusia yang dimiliki oleh audit internal merupakan

orang-orang yang memiliki pengetahuan yang memadai dan pengalaman dibidang audit.

b. Setiap orang yang menjadi seorang auditor internal diwajibkan untuk

mengembangkan diri melalui peningkatan-peningkatan pengetahuan di bidang audit, akuntasi dan bidang-bidang lainnya yang berkaitan dengan aktivitas perusahaan.

c. Setiap staf audit internal diwajibkan untuk mengikuti pelatihan

pendidikan keahlian dalam bidang audit internal.

D. Independensi Auditor

Independensi merupakan standar umum nomor dua dari tiga standar auditing yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yang menyatakan bahwa dalam semua yang berhubungan dengan perikatan, independensi dan sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.


(44)

Berdasarkan ketentuan yang dimuat dalam Pernyataan Standar Audit (PSA) No. 04 (SA Seksi 220), standar ini mengharuskan auditor bersikap independen, artinya tidak mudah dipengaruhi, karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum, dalam hal ini dibedakan dengan auditor yang berpraktik sebagai auditor intern. Dengan demikian, ia tidak memihak kepada kepentingan siapapun, sebab sebagaimanapun sempurnanya keahlian teknis yang ia miliki, ia akan kehilangan sikap tidak memihak yang justru sangat penting untuk mempertahankan kebebasan berpendapatnya.

The Indonesian Institite of Corporate Governance (IIGC) dalam Forum for Good Corporate Governance (2001:8) menyebutkan bahwa independensi profesional adalah suatu bentuk sikap mental yang sulit untuk dapat dikendalikan karena berhubungan dengan integritas seseorang. Melakukan fit and proper test terhadap kandidat yang akan menduduki jabatan tertentu di perusahaan merupakan salah satu usaha mengetahui independensi profesional. Akan tetapi, integritas independensi seseorang lebih ditentukan oleh apa yang sebenarnya diyakininya dan dilaksanakannya dalam kenyataan (in fact) dan bukan oleh apa yang terlihat (in appereance).

Auditor Intern yang professional harus memiliki independensi objektif, tidak bias, dan tidak dibatasi, serta melaporkan masalah apa adanya, bukan melaporkan sesuai keinginan eksekutif atau lembaga. Audit Intern harus bebas dari hambatan dalam melaksanakan auditnya. Hanya dengan begitu Auditor Intern bisa disebut melaksanakan audit professional.


(45)

Seperti yang dikemukakan IIA (1999:97), sebagai berikut :

“ Internal auditor should Be independent of the objective of the activities they audit. Internal auditors are independen when they carry out their work freely and objectively. Independence permits internal auditor to render to impartial and unbiased judgments and essential to the proper conduct of audits. It is achieved throught organization status and objectivity.” (Independensi memungkinkan auditor internal dapat melakukan pekerjaan secara bebas dan objektif juga dapat membuat pertimbangan penting secara netral dan tidak menyimpang. Independensi dapat dicapai melalui status organisasi dan objektifitas).

Menurut Hiro Tugiman (2003:16), status organisasi dan objektifitasnya harus memenuhi beberapa kriteria, yaitu :

a. Status Organisasi

Status organisasi adalah kedudukam formal dalam organisasi secara keseluruhan. Status organisasi auditor internal haruslah memberikan keleluasaan tanggung jawab yang diberikan kepadanya, dan memberikan dukungan dari manajemen sehingga mereka dapat bekerjasama dengan pihak yang diperiksa dan dapat menyelesaikan pekerjaannya secara bebas dari berbagai campur tangan pihak lain. Dalam melaksanakan audit agar pelaksanaan audit internal memadai maka seorang audit internal harus mempunyai independensi yang tinggi dan bertindak secara objektif.

b. Objektifitas

Objektifitas adalah sikap mental yang independen yang harus dikembangkan oleh auditor internal dalam melaksanakan pemeriksaannya. Auditor tidak boleh menempatkan penilaian sehubungan dengan pemeriksaan yang dilakukan secara lebih rendah dibandingkan dengan penilaian yang dilakukan oleh pihak lain atau menilai sesuatu


(46)

berdasarkan penilaian orang lain. Para pemeriksa internal haruslah melakukan tugasnya secara objektif. Independensi merupakan standar umum nomor dua dari tiga standar auditing yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yang menyatakan bahwa dalam semua yang berhubungan dengan perikatan, independensi dan sikap mental harus dipertahankan oleh auditor. Berdasarkan ketentuan yang dimuat dalam Pernyataan Standar Audit (PSA) No. 04 (SA Seksi 220), standar ini mengharuskan auditor bersikap independen, artinya tidak mudah dipengaruhi, karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum, dalam hal ini dibedakan dengan auditor yang berpraktik sebagai auditor intern. Dengan demikian, ia tidak memihak kepada kepentingan siapapun, sebab sebagaimanapun sempurnanya keahlian teknis yang ia miliki, ia akan kehilangan sikap tidak memihak yang justru sangat penting untuk mempertahankan kebebasan berpendapatnya.

E. Good Corporate Governance (GCG)

Akhmad Syakhroza (2003:14) mendefinisikan Corporate Governance sebagai berikut:

“Corporate Governance adalah suatu sistem yang dipakai “Board” untuk mengarahkan dan mengendalikan serta mengawasi (directing, controlling, and supervising) pengelolaan sumber daya organisasi secara efisien, efektif, ekonomis, dan produkif (E3P) dengan prinsip-prinsip transparan, accountable, responsible, independent, dan fairness (TARIF) dalam rangka mencapai tujuan organisasi”.


(47)

Definisi corporate governance menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia (2001:1) dalam publikasi yang pertamanya mempergunakan definisi Cadbury Committee, yaitu:

"Seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan."

Selanjutnya Finance Committee On Corporate Governance Malaysia

mendefinisikan,

“Corporate Governance sebagai proses dan struktur yang digunakan untuk mengarahkan dan mengelola bisnis dan akuntabilitas perusahaan. Adapun tujuan akhirnya adalah meningkatkan kemakmuran pemegang saham dalam jangka panjang, dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders lainnya. Definisi ini menekankan bahwa sebaik apapun suatu struktur Corporate Governance namun jika prosesnya tidak berjalan sebagaimana mestinya maka tujuan akhir melindungi kepentingan pemegang saham dan stakeholders tidak akan pernah tercapai” (Herwidayatmo, 2000:25)

Corporate governance mempunyai tujuan untuk menciptakan nilai tambah bagi pihak yang berkepentingan (stakeholders). Secara lebih rinci terminologi corporate governance dapat digunakan untuk menjelaskan peranan dan perilaku dari dewan direksi, dewan komisaris, pengelola perusahaan, dan pemegang saham (Forum for Corporate Governance, 2001:1).

Jadi, Corporate Governance merupakan proses yang diterapkan dalam

menjalankan suatu perusahaan, dengan tujuan utama meningkatkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang, dengan memperhatikan kepentingan stakeholders lainnya. Jadi yang dimaksud dengan stakeholder lainnya adalah pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan, yaitu bagian internal


(48)

dan eksternal perusahaan seperti kreditor, karyawan, pemasok, pelanggan, pemerintah dan masyarakat.

Good corporate governance pada lembaga keuangan, khususnya bank memiliki keunikan bila dibandingkan good corporate governance pada lembaga keuangan non-bank. Hal ini lebih disebabkan oleh kehadiran deposan sebagai suatu kelompok stakeholders yang kepentingannya harus diakomodir dan dijaga. Corporate governance merupakan suatu konsepsi yang secara riil dijabarkan dalam bentuk ketentuan/peraturan yang dibuat oleh lembaga otoritas, norma-norma dan etika yang dikembangkan oleh asosiasi industri dan diadopsi oleh pelaku industri, serta lembaga-lembaga yang terkait dengan tugas dan peran yang jelas untuk mendorong disiplin, dan melaksanakan

fungsi check and balance. Sejumlah perangkat dasar yang diperlukan untuk

pembentukan good corporate governance pada perbankan antara lain: sistem

pengendalian intern, manajemen risiko, ketentuan yang mengarah pada peningkatan keterbukaan informasi, sistem akuntansi, dan audit ekstern. Ditinjau secara yuridis bank bertanggung jawab kepada banyak pihak (stakeholders). Pihak dimaksud antara lain terdiri dari nasabah penabung, pemegang saham, investor obligasi, bank koresponden, regulator, pegawai perseroan, pemasok serta masyarakat dan lingkungan. Dengan demikian penerapan good corporate governance merupakan suatu kebutuhan bagi setiap bank (Sekar Ayu, 2009).

Di dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/33/PBI 2009 ruang lingkup pelaksanaan good corporate governance adalah:


(49)

a. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab dewan komisaris dan direksi.

b. Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan.

c. Penerapan fungsi kepatuhan, audit intern dan audit ekstern.

d. Kelengkapan dan pelaksanaan tugas audit intern dan satuan kerja yang

menjalankan fungsi pengandalian intern, mengidentifikasi dan mengevaluasi resiko signifikan dan memberikan kontribusi terhadap peningkatan pengelolaan resiko.

1. Prinsip-prinsip dasar Good Corporate Governance

a. Transparansi (transparency), yaitu keterbukaan dalam mengemukakan

informasi yang material dan relevan serta keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan. Dalam mewujudkan transparansi ini sendiri, perusahaan harus menyediakan informasi yang cukup, akurat, dan tepat waktu kepada berbagai pihak yang berkepentingan dengan perusahaan tersebut. Selanjutnya jika prinsip transparansi dilaksanakan dengan baik dan tepat, akan dimungkinkan terhindarnya benturan kepentingan (conflict of interest) berbagai pihak dalam manajemen.

b. Akuntabilitas (accountability) yaitu kejelasan fungsi dan pelaksanaan

pertanggungjawaban organ bank sehingga pengelolaannya berjalan secara efektif. Bila prinsip accountability ini diterapkan secara efektif, maka ada kejelasan fungsi, hak, kewajiban, dan wewenang dan tanggungjawab antara pemegang saham, dewan komisaris serta direksi.


(50)

Dengan adanya kejelasan inilah maka perusahaan akan terhindar dari kondisi agency problem (benturan kepentingan peran).

c. Pertanggungjawaban (responsibility) yaitu kesesuaian pengelolaan

bank dengan peraturan perundang undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip pengelolaan bank yang sehat.

d. Independensi (independency) yaitu suatu keadaan dimana perusahaan

dikelola secara professional tanpa pengaruh/tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Untuk melancarkan pelaksanaan asas GCG, perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain.

e. Kewajaran (fairness) yaitu keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi

hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

F. Kerterkaitan antar variabel

1. Kompetensi terhadap Efektivitas Audit Internal dalam Mewujudkan Good Corporate Governance

Audit internal harus memiliki keahlian, ketrampilan dan kompetensi yang dibutuhkan untuk melaksanakan tanggung jawab perorangan. Menurut Mahrisa Kusumamelati (2008) dalam penelitiannya audit internal yang kompeten dapat dilihat dari Sumber daya manusia yang


(51)

dimiliki oleh audit internal merupakan orang-orang yang memiliki pengetahuan yang memadai dan pengalaman dibidang audit, Setiap orang yang menjadi seorang auditor internal diwajibkan untuk mengembangkan diri melalui peningkatan pengetahuan di bidang audit, akuntansi dan bidang-bidang lainnya yang berkaitan dengan aktivitas perusahaan. Pernyataan tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rizki Nurfajri (2009) yang menyatakan bahwa kompetensi berpengaruh signifikan terhadap efektivitas komite audit. Kompetensi dianggap merupakan faktor penting untuk menunjang tugas dari komite audit yang memiliki peranan strategis dalam pelaksanaan fungsi pengawasan dan pengendalian perusahaan secara efektif. Pengalaman dan pengetahuan di bidang keuangan, bisnis, akuntansi, maupun audit akan sangat

mempengaruhi keputusan yang dibuat oleh komite audit.  Dan dari

penelitian tersebut hasilnya kompetensi sangat berpengaruh terhadap efektivitas audit internal dalam mewujudkan Good Corporate Governance.

Ha1 = Kompetensi berpengaruh terhadap efektifitas audit internal dalam

mewujudkan good corporate governance

2. Independensi terhadap Efektivitas Audit Internal dalam Mewujudkan Good Corporate Governance

Independensi merupakan standar umum nomor dua dari tiga

standar auditing yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)


(52)

perikatan, independensi dan sikap mental harus dipertahankan oleh auditor, hal ini sesuai dengan pernyataan dalam Penelitian yang dilakukan oleh Mahrisa Kusumamelati (2008). Independensi juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi efektivitas komite audit (Rizki Nurfajri, 2009). Aspek independensi komite audit merupakan hal yang sering dipersoalkan. Dalam hal ini anggota komite audit dirangkap oleh orang yang memiliki kepentingan dengan perusahaan, jelas hal ini akan menjadi permasalahan, karena hal tersebut akan mengurangi kemandirian komite dalam menyatakan sikap atau pendapat. Independensi menjadi alasan utama untuk meme lihara integritas dan penilaian yang objektif dari

komite audit dalam laporan dan rekomendasi yang dibuat. Untuk itu dalam

melaksanakan audit agar pelaksanaan audit internal memadai maka seorang audit internal harus mempunyai independensi yang tinggi dan bertindak secara objektif. Dan dari penelitian tersebut hasilnya independensi sangat berpengaruh terhadap efektivitas audit internal dalam mewujudkan Good Corporate Governance.

Ha2 = Independensi berpengaruh terhadap efektifitas audit internal dalam

mewujudkan good corporate governance

3. Kompetensi dan Independensi Audit terhadap Efektivitas Audit Internal dalam Mewujudkan Good Corporate Governance

Kualifikasi audit internal menurut Amin W. Tunggal (2000:22-27) antara lain Audit Internal harus memiliki pendidikan dan latihan yang memadai karena Audit berhubungan dengan analisis dan pertimbangan.


(53)

Oleh karena itu, Audit Internal harus mengerti catatan keuangan dan Akuntansi sehingga dapat memverifikasi dan menganalisis dengan baik. Menurut Mahrisa Kusumamelati (2008) dalam penelitiannya audit internal yang kompeten dapat dilihat dari Sumber daya manusia yang dimiliki oleh audit internal merupakan orang-orang yang memiliki pengetahuan yang memadai dan pengalaman dibidang audit, Setiap orang yang menjadi seorang auditor internal diwajibkan untuk mengembangkan diri melalui peningkatan-peningkatan pengetahuan di bidang audit, akuntansi dan bidang-bidang lainnya yang berkaitan dengan aktivitas perusahaan. Audit intern dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya dituntut untuk selalu mempertahankan sikap independen karena setiap kali melaksanakan audit, audit internal berkewajiban untuk memberikan laporan mengenai pelaksanaan serta hasil auditnya kepada pimpinan dan audit internal tidak mudah dipengaruhi dan tidak dibenarkan memihak kepada kepentingan siapapun untuk mempertahankan kebebasan pendapatnya. Dan dari penelitian tersebut hasilnya kompetensi sangat berpengaruh terhadap efektivitas audit internal dalam mewujudkan Good Corporate Governance.

Ha3 = Kompetensi dan independensi berpengaruh terhadap efektifitas audit


(54)

G. Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1

Hasil Penelitian Sebelumnya

Peneliti Judul Perbedaan Persamaan Alat

analisis Hasil

Helianti Utami dan Puji Handayati (2007) Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas komite audit dalam mewujudkan tata kelola perusahaan yang baik. 1.Komposisi anggota komite audit. 2.Piagam komite audit dan pembagian tugas serta wewenang. 3.Kepemimpin Hubungan dengan internal auditor Regresi berganda Hubungan dengan internal auditor dan eksternal auditor kurang berpengaruh signifikan terhadap efektivitas komite audit. Resa Dewita Sari (2009) Pengaruh Audit Intern dan Pengendalian Intern terhadap Penerapan Good Corporate Governance (Studi kasus pada PT.BNI.Tbk Pengendalian Intern Implementasi Good Corporate Governance, Hubungan dengan internal auditor Regresi berganda Tidak ada pengaruh yang signifikan antara Audit Intern terhadap GCG, dan terdapat pengaruh yang signifikan antara Pengendalian Intern terhadap GCG Mahrisa Kusuma Melati Fungsi Audit Internal dalam Meningkatkan Good Corporate Governance Pelaksanaan audit internal dan laporan yang dihasilkan Kompetensi, independensi audit internal Regresi berganda Terdapat pengaruh yang signifikan antara fungsi audit internal dalam meningkatkan GCG


(55)

H. Kerangka Pemikiran

Variabel Independen Variabel Dependen

Standar Uji 1. Normalitas Data 2. Asumsi Klasik 3. Validitas 4. Reliabilitas 5. Uji Statistik t 6. Uji Statistik F

Efektivitas audit internal dalam mewujudkan Good Corporate Governance

Independensi Auditor Internal Kompetensi

Auditor Internal

Gambar 2.1. Kerangka Berfikir 1. Kompetensi berpengaruh positif

dan signifikan terhadap efektivitas audit internal dalam mewujudkan

good corporate governance

2. Independensi berpengaruh positif dan signifikan terhadap efektivitas audit internal dalam mewujudkan

good corporate governance

3. Kompetensi dan independensi berpengaruh positif dan signifikan terhadap efektivitas audit internal dalam mewujudkan good

corporate governance

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran


(56)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti pada penelitian ini adalah Deskriptif Kualitatif, yakni dengan cara menggambarkan atau menjelaskan secermat mungkin suatu hal dari data-data yang tersedia, setelah itu kemudian peneliti menganalisis data-data tersebut kedalam rumusan masalah yang akan dijadikan objek analisis oleh peneliti.

Penelitian ini dibatasi pada pengungkapan masalah yang akan dikaji oleh peneliti terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas audit internal dalam mewujudkan good corporate governance. Populasi penelitian ini adalah auditor internal pada perbankan di Jakarta.

B. Metode Penentuan Sampel

Pemilihan perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode convinience sampling. Menurut Hamid (2007:30) convenience sampling adalah istilah umum yang mencakup variasi luasnya prosedur pemilihan responden. Convenience sampling berarti unit sampel yang ditarik mudah dihubungi, tidak menyusahkan, mudah untuk mengukur, dan bersifat kooperatif.

Metode ini dipilih untuk menentukan sampel penelitian dengan pertimbangan calon responden yang dihubungi termasuk ke dalam bagian


(57)

objek penelitian atau sesuai dengan karakteristik populasi yang diinginkan yaitu pegawai yang bekerja di bagian internal audit pada bank yang terdapat di Jakarta. Para pegawai tersebut dipilih tanpa adanya kriteria-kriteria tertentu seperti tingkat pendidikan, lamanya bekarja, atau jabatan tertentu.

C. Metode Pengumpulan Data

Data merupakan suatu keterangan yang dapat memberikan gambaran tentang suatu keadaan atau persoalan. Data yang baik adalah data yang penuh dengan tingkat kepercayaan yang tinggi serta tepat waktu melalui penjajakan dalam observasi.

Menurut Sugiono (2008:139) bila dilihat dari sumber datanya maka pengumpulan data menggunakan sumber primer dan sumber sekunder.

“ Sumber primer adalah data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber data sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul, misal melalui orang lain atau melihat dokumen”.

Dalam pengumpulan data yang akan di analisis, penulis menggunakan beberapa metode pengumpulan data, yaitu:

1. Data Primer (Primery Data)

Data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara), berupa persepsi (opini, sikap, pengalaman) secara individual atau kelompok, hasil observasi suatu kejadian atau kegiatan, dan hasil pengujian. Adapun data primer yang penulis gunakan yaitu:


(58)

a. Kuesioner

Kuesioner merupakan penelitian dengan cara mengajukan daftar pertanyaan langsung kepada responden, yaitu Auditor Intern yang bekerja pada Perbankan yang ada di Jakarta. Skala yang digunakan adalah skala likert untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang tentang kejadian atau gejala sosial. Kuesioner ini terdiri dari dari 2 bagian, yaitu bagian A yang berisi pernyataan data dan keterangan pribadi responden, bagian B berisi pernyataan yang merupakan penjabaran dari operasional variabel untuk Audit Intern, dan Mewujudkan Good Corporate Governance (GCG).

b. Observasi

Penelitian ini dilakukan dengan observasi berupa pengamatan langsung dan pengambilan data objek penelitian.

2. Data Sekunder (Secondary Data)

Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara. Adapun data sekunder yang penulis pakai yaitu:

a. Riset kepustakaan

Penelitian kepustakaan dilakukan dengan cara mengumpulkan, membaca buku, literatur, catatan perkuliahan, artikel, jurnal dan data dari internet.


(59)

b. Teknik dokumentasi

Teknik dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengutip langsung data yang diperoleh dari lembaga (instansi) terkait, yang berhubungan dengan penelitian.

D. Metode Analisis Data

Metode analisis data menggunakan statistik deskriptif, uji kualitas data, uji asumsi klasik dan uji hipotesis.

1. Statistik Deskriptif

Statistik deskripstif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan skewness (kemencengan distribusi) (Imam Ghozali, 2005:19).

2. Uji Kualitas Data

Untuk melakukan uji kualitas data atas data primer ini, maka peneliti melakukan uji reliabilitas dan validitas.

a. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan tersebut konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Pengukuran reliabilitas dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu:


(60)

2) One Shot atau pengukuran sekali saja, pengukurannya hanya sekali dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan lain atau mengukur korelasi antar jawaban pertanyaan.

Untuk mengukur reliabilitas digunakan uji statistik Cronbach Alfa (α).

Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach’s Alfa > 0,60. Sedangkan, jika sebaliknya data tersebut dikatakan tidak reliabel (Imam Ghozali, 2005:41-42).

b. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau tidak suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada keusioner mampu mengungkapakan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Pengujian validitas ini menggunakan Pearson Correlation yaitu dengan cara menghitung korelasi antara nilai yang diperoleh dari pertanyaan-pertanyaan. Apabila Pearson Correlation yang didapat memiliki nilai di bawah 0,05 berarti data yang diperoleh adalah valid (Imam Ghozali, 2005:45).

3. Uji Asumsi Klasik

Untuk melakukan uji asumsi klasik atas data primer ini, maka peneliti melakukan uji multikolonieritas, uji normalitas dan uji heteroskedastisitas.

a. Uji Multikolonieritas

Pengujian multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat problem


(61)

multikoliniearitas (multiko). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Untuk mendeteksi adanya problem multiko, maka dapat dilakukan dengan melihat nilai Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF) serta besaran korelasi antar variabel independen.

Suatu model regresi dapat dikatakan bebas multiko jika mempunyai nilai VIF di sekitar angka 1 dan mempunyai angka tolerance mendekati 1, sedangkan jika dilihat dengan besaran korelasi antar variabel independen, maka suatu model regresi dapat dikatakan bebas multiko jika koefisien korelasi antar variabel independen haruslah lemah (dibawah 0,5). Jika korelasinya kuat, maka terjadi problem multiko (Singgih Santoso, 2000:203-206).

b. Uji Normalitas

Pengujian normalitas ini bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel dependen dan variabel independen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal. Cara mendeteksinya yaitu dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari garfik. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Sedangkan jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal, maka


(62)

model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas (Singgih Santoso, 2000:212-214).

c. Uji Heteroskedastisitas

Pengujian heterokedastisitas ini bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas. Jika varians berbeda, disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Cara mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas yaitu dengan melihat ada atau tidaknya pola tertentu pada grafik, dimana sumbu X adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah di studentized. Jika pola tertentu, seperti titik-titik (poin-poin) yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka telah terjadi heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Singgih Santoso, 2000:208-210).

4. Uji Hipotesis

regresi berganda. Model regresi berganda bertujuan untuk memprediksi Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan model besar variabel dependen dengan menggunakan data variabel


(63)

independen yang sudah diketahui besarnya (Singgih Santoso, 2000:163). Model regresi berganda umumnya digunakan untuk menguji pengaruh dua atau lebih variabel independen terhadap variabel dependen dengan skala pengukuran interval atau rasio dalam suatu persamaan linier (Nur Indriantoro dan Bambang Supomo, 2002:211). Analisis regresi linier berganda yang dilakukan dalam penelitian ini, dilakukan dengan memasukkan dua buah variabel independen yang terdiri atas kompetensi dan independensi auditor internal yang dilakukan serta satu variabel dependen yaitu dalam mewujudkan good corporate governance. Secara umum formulasi dari regresi berganda dapat ditulis sebagai berikut:

Y = a + b1 X1 + b2 X2 +e Keterangan:

Y = Efektivitas audit internal dalam mewujudkan

good corporate governance

a = Konstanta

b1b2b3 = Koefisien

X1 = Kompetensi audit internal

X2 = Independensi audit internal


(64)

Hipotesis:

Ha1: Kompetensi berpengaruh positif dan signifikan terhadap

efektivitas audit internal dalam mewujudkan good corporate governance.

Ha2: Independensi berpengaruh positif dan signifikan terhadap

efektivitas audit internal dalam mewujudkan good corporate governance.

Ha3 : Kompetensi dan independensi berpengaruh positif dan

signifikan terhadap efektivitas audit internal dalam mewujudkan good corporate governance.

Dalam uji hipotesis ini dilakukan melalui:

a. Koefisien Determinasi

Koefisien Determinasi (R²) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara 0 (nol) dan 1 (satu). Nilai R² yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Imam Ghozali, 2005: 83).

b. Uji Statistik t

Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas atau independen secara individual dalam menerangkan variasi


(65)

variabel dependen dan digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh masing-masing variabel independen secara individual terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikansi 0,05 (Imam Ghozali, 2005:84). Menurut Singgih Santoso (2000:168) dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:

1) Jika nilai probabilitas lebih besar dari 0,05, maka H0 diterima atau

Ha ditolak, ini berarti menyatakan bahwa variabel independen atau bebas tidak mempunyai pengaruh secara individual terhadap variabel dependen atau terikat.

2) Jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05, maka H0 ditolak atau

Ha diterima, ini berarti menyatakan bahwa variabel independen

atau bebas mempunyai pengaruh secara individual terhadap

variabel dependen atau terikat. 

c. Uji Statistik F

Uji statistik F menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat. Uji statistik F digunakan untuk mengetahui pengaruh semua variabel independen yang dimasukkan dalam model regresi secara bersama-sama terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikan 0,05 (Imam Ghozali, 2005:84).

Menurut Singgih Santoso (2000:120) dasar pengambilan keputusan


(66)

1) Jika nilai probabilitas lebih besar dari 0,05, maka H0 diterima atau Ha ditolak, ini berarti menyatakan bahwa semua variabel independen atau bebas tidak mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat.

2) Jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05, maka H0 ditolak atau

Ha diterima, ini berarti menyatakan bahwa semua variabel

independen atau bebas mempunyai pengaruh secara bersama-sama

terhadap variabel dependen atau terikat. 

E. Operasional Variabel Penelitian 1. Variabel Dependen

a. Efektivitas audit intern dalam mewujudkan good corporate governance (Y)

Variabel dependen efektivitas audit intern dalam mewujudkan good corporate governance adalah variabel dependen yang diukur dengan seberapa jauh audit intern ini melaksanakan fungsinya secara maksimal seperti disebutkan dalam Forum for Corporate Governance in Indonesia (2001). Indikatornya berupa pengawasan terhadap proses pelaporan keuangan, pemeriksaan terhadap laporan keuangan, pengawasan dan penilaian audit laporan keuangan, pengawasan terhadap proses manajeman resiko dan pengendalian, identifikasi resiko dan evaluasi resiko, pengawasan terhadap laporan auditor internal dan eksternal, mendorong manajemen melaksanakan


(67)

rekomendasi auditor eksternal dan internal, mengawasi proses corporate governance, memonitor kepatuhan perusahaan terhadap perundang-undangan yang berlaku, dan mengerti pokok persoalan yang mungkin dapat mempengaruhi kinerja perusahaan. Diduga variabel ini dipengaruhi oleh variabel-variabel independen. Variabel ini diukur dengan menggunakan skala likert 5 poin dari sangat tidak setuju (1), tidak setuju (2), kurang setuju (3), setuju (4) sampai sangat setuju (5).

b. Kompetensi audit (X1)

Kompetensi dapat diartikan sebagai kemampuan, untuk melaksanakan tugas, peran, kemampuan untuk mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan, kecakapan dan wawasan seseorang terhadap suatu bidang Robert A. Roe (2001). Indikator pengukuran kompetensi mengadopsi instrumen yang digunakan oleh Mahrissa Kusumamelati (2008) yaitu pengalaman di bidang bisnis maupun profesional, kemampuan dan pengalaman memimpin, latar belakang pendidikan akuntansi dan keuangan, pemahaman yang baik mengenai resiko dan control, kemampuan berkomunikasi yang baik, dan pengetahuan yang memadai tentang peraturan undang-undang di bidang pasar modal dan undang-undang yang terkait. Variabel ini diukur dengan menggunakan skala likert 5 poin dari tidak setuju (1), kurang setuju (2), netral (3), setuju (4) sampai sangat setuju (5).


(1)

Petunjuk Pengisian

1. Isilah semua nomor dalam kuesioner ini dengan member tanda silang (X) untuk setiap pertanyaan berisi satu jawaban dan jangan sampai ada yang terlewatkan.

2. Pilihlah jawaban untuk pertanyaan:

STS : Sangat Tidak Setuju (1) TS : Tidak Setuju (2)

R : Ragu-ragu apakah setuju atau tidak (3) S : Setuju (4)

SS : Sangat Setuju (5)

Bagian 1: Pertanyaan Umum

Nama Responden : ………..

Umur : ………..

Jenis Kelamin : Pria Wanita Jenjang Pendidikan : S1 S2 S3


(2)

Bagian II: Pertanyaan Tentang Kompetensi Audit

No Pertanyaan STS TS R S SS

1. Memiliki pengetahuan, keahlian dan kompetensi untuk melaksanakan tanggung jawab perorangan

2. Mampu berkomunikasi dan beradaptasi dengan cepat dengan lingkungan perusahaan

3. Auditor Intern cermat dan terampil dalam melakukan audit

4. Setiap staf Audit Intern mendapatkan sanksi jika pekerjaan yang dilaksanakan tidak sesuai dengan standar profesi yang berlaku

5. Auditor Intern memiliki kemampuan yang baik dalam mewujudkan good corporate governance

6. Staf Audit Intern telah dan lulus dalam menjalani pelatihan bidang audit intern lewat masa pendidikan (masa percobaan di perusahaan)

7. Auditor Intern memiliki pengalaman di bidang akuntansi

8. Mampu mengambil keputusan

9. Bagian Audit Intern memiliki pegawai yang berkualifikasi dalam berbagai disiplin ilmu untuk melaksanakan tanggung jawab pemeriksaan


(3)

Bagian III: Pertanyaan Tentang Independensi Audit

No Pertanyaan STS TS R S SS

1. Hubungan departemen Audit Intern dengan departemen yang diperiksa berlaku hanya pada saat dilakukan audit, bukan sebagai mitra dalam menyelesaikan tugas lainnya

2. Hasil pekerjaaan Auditor Intern ditinjau sebelum dilaporkan, dengan tujuan untuk memberikan jaminan bahwa pekerjaan audit intern telah dilaksanakan secara objektif

3. Auditor Intern bebas dari pengaruh manajemen

4. Auditor internal melakukan perencanaan mengenai sasaran jadwal pelaksanaan audit

5. Auditor internal menyusun prosedur dan kebijakan secara tertulis sebagai pedoman bagi staf auditor 6. Auditor internal melakukan evaluasi, pengawasan dan

pengontrolan dalam pelaksanaan good corporate governance

7. Bertindak sebagai penilai independen

8. Auditor Internal melakukan penilaian terhadap program-program yang telah berjalan untuk memastikan bahwa telah sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan

9. Dalam menjalankan tugasnya, Audit Intern tidak memeriksa kegiatan dimana mereka memiliki kewenangan atau tanggung jawab didalamnya


(4)

Bagian V: Pertanyaan Tentang Perwujudan Good Corporate Governance

Transparansi

No Pertanyaan STS TS R S SS

1. Perusahaan menempatkan laporan keuangan yang telah diaudit melalui internet dan informasi lainnya sebagai perluasan informasi

2. Nilai kualitas internal audit di perusahaan sangat baik 3. Pemeriksa laporan keuangan sesuai peraturan yang

berlaku di perusahaan

4. Perusahaan selalu menerbitkan laporan keuangan dan analisa manajemennya untuk dibagikan kepada para analisis

Akuntabilitas

No Pertanyaan STS TS R S SS

1. Perusahaan mempunyai pejabat khusus (semacam compliance officer) yang bertugas untuk memastikan bahwa Perusahaan tersebut sepenuhnya taat pada hukum dan aturan perundangan yang ada

2. Perusahaan memiliki kode etik dan tingkah laku yang tertulis

3. Pedoman kode etik didistribusikan kepada semua karyawan perusahaan untuk dipelajari dan dimengerti 4. Perusahaan memiliki pedoman Corporate Governance

yang tertuli dimana di dalamnya mengatur secara rinci mengenai pengungkapan (disclosure)


(5)

Pertanggungjawaban

No Pertanyaan STS TS R S SS

1. Internal Audit memonitor pertanggungjawaban Perusahaan pada peraturan yang berlaku 2. Manajemen Perusahaan ikut berperan dalam

menyeleksi karyawan baru

Independensi

No Pertanyaan STS TS R S SS

1. Pelaksanaan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Perusahaan dilaksanakan secara konsekuen dan konsisten untuk semua karyawan perusahaan 2. Perusahaan memiliki standar professional untuk

pegawainya

3. Perusahaan dikelola secara professional tanpa pengaruh/tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.


(6)

Kewajaran

No Pertanyaan STS TS R S SS

1. Kinerja karyawan sesuai dengan kode etik

2. Pelaporan yang di audit sesuai dengan standar yang ada

Keterbukaan

No Pertanyaan STS TS R S SS

1. Terdapat usaha untuk mendorong semua Pemegang saham untuk menghadiri, dan memberikan suaranya dalam RUPS

2. Terdapat waktu yang diberikan kepada pemegang saham untuk memeriksa laporan keuangan agar dapat menyiapkan pertanyaan dalam RUPS tahunan