30 Di dalam menyusun kesimpulan sementara ini guru dapat melatih anak-anak
dalam menyusun suatu kesimpulan sementara dalam proses penelitian sederhana yang dilakukan.
g. Meramalkan memprediksi.
Dengan ditemukannya gejala keteraturan, maka diharapkan siswa dapat meramalkan pola-pola berikutnya yang akan terjadi. Meramalkan sesuatu yang
akan terjadi bisa saja dilakukan dengan mengubah cara-cara pengamatan. Keterampilan meramalkan merupakan keterampilan yang penting dilakukan oleh
peneliti. Hal ini berkaitan dengan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi kemudian.
h. Menerapkanmengaplikasi.
Kegiatan yang dapat dilakukan pada tahap penerapan konsep diantaranya adalah menghubungkan konsep yang satu dengan yang lainnya, mencari konsep-konsep
yang berhubungan, membedakan konsep satu dengan konsep yang lainnya, membuat dan menggunakan tabel, membuat dan menggunakan grafik,
merancang dan membuat alat sederhana, mengaplikasikan konsep dalam kehidupan sehari-hari.
i. Mengkomunikasikan.
Keterampilan berkomunikasi sangat penting dimiliki oleh setiap orang, termasuk siswa. Hal ini berkaitan dengan proses penyampaian informasi atau data-data,
baik secara tertulis atau secara lisan. Bentuk komunikasi yang baik adalah yang dapat dipahami dan dimengerti oleh penerima informasi. Kegiatan yang termasuk
keterampilan berkomunikasi diantaranya menyajikan data dan informasi dalam bentuk lisan dan tulisan, menyajikan data dan informasi dalam bentuk model,
gambar, grafik, diagram tabel, dan lain-lain.
2. Penguasaan Konsep
Bloom dalam Sudjana, 2009: 46 berpendapat bahw a t ujuan pendidikan yang hendak dicapai dapat digolongkan at au dibedakan m enjadi t iga ranah, yait u ranah
kognit if, afekt if dan psikomot or. Dalam penguasaan konsep atau yang sering disebut juga ranah kognitif ini berkenaan dengan hasil belajar int elektual yang
terdir i dari enam aspek Anderson dan Krathw ohl, 2001 m erevisi ranah kognitif Bloom sebagai dim ensi proses kognit if, yaitu :
1 mengingat
Mengingat
remembering
terhadap konsep IPA termasuk tingkat ko gnitif tingkat yang paling rendah. Meskipun begitu tipe hasil belajar ini
menjadi prasyarat bagi tipe hasil belajar berikutnya. 2
memahami Kesanggupan memahami pengetahuan konsep, prinsip, hukum, teori
dalam IPA setingkat lebih tinggi daripada mengingat. Meskipun begitu tidaklah berarti bahwa ingatan terhadap pengetahuan tidak perlu
ditanyakan sebab untuk dapat memahami, tetapi perlu terlebih dahulu mengetahui atau mengenal.
3 menerapkan
31 menerapkan adalah penggunaan abstraksi pada situasi konkret atau
situasi khusus. Abstraksi bisa berupa ide, teori, atau petunjuk teknis. 4
menganalisis menganalisis adalah usaha memilih suatu keutuhan menjadi unsur-
unsur atau bagian-bagian sehingga jelas susunannya.
5 mengevaluasi
mengevaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin dilihat dari segi tujuan, cara bekerja, pemecahan, metode, dan
materil.
6 Kreasi
Kreasi merupakan penyatuan unsur-unsur atau bagian-bagian ke dalam bentuk menyeluruh.
3. Pembelajaran Tematik
Dew asa ini, para ahli pendidikan mulai m em unculkan kembali ide ket erpaduan dalam pem belajaran dengan m encipt akan berbagai m odel dengan
panduan rancangan pembelajaran yang t ersusun secara rinci dan jelas. Pem belajaran
t erpadu sangat
t erkait dengan
im plement asi paradigm a
konstruktivist ik dalam pengembangan kecerdasan m ultipel pada anak didik. M enurut Forgat y 1991, ada sepuluh m odel pengint egrasian kurikulum , m ulai
dari yang sangat berorient asi pada per-satuan m ata pelajaran hingga sangat berorientasi pada ket erpaduan m at a pelajaran bahkan di ant ara sisw a. M odel
pengintegrasian di dalam m at a pelajaran yang terpisah m eliputi: 1 m odel penggalan fragment ed, set iap m ata pelajaran disam paikan secara terpisah-pisah
dengan w akt unya sendiri-sendiri; 2 m odel ket erhubungan terkait connect ed, m asih berpusat pada m asing-m asing m at a pelajaran, namun m at eri suat u pelajaran
t ersebut dihubungkan dengan t opik ke topik, at au suat u konsep dengan konsep lainnya;3 m odelsarang nest ed, dalam m odel ini guru t et ap m em berikan m ateri
dalam m ata pelajarannya, namun sudah mempunyai t arget m ult i keteram pilan sebagai t ujuan pembelajaran yang harus dim iliki sisw anya.
Selanjut nya adalah model pembelajaran t erpadu di dalam lint as beberapa m ata pelajaran, m eliput i: 1 m odel sequenced, beberapa topik yang diat ur ulang
serta diurut kan agar dapat serupa sat u sam a lain; 2 m odel shared, dua m at a pelajaran yang sam a-sam a diajarkan dengan menggunakan konsep-konsep atau
ket eram pilan-keteram pilan yang t umpang tindih overlap; 3 m odel w ebbed, seringkali disebut m odel t erjala at au m odel tem at ik. Berangkat dari tem a yang
dibangun bersama-sam a ant ara guru dengan siswa, at as dasar beberapa topik pada beberapa m ata pelajaran yang berhubungan; 4 m odel t hreaded, pendekatan
m etakurikuler digunakan unt uk m encapai beberapa ket eram pilan dan t ingkatan logika para sisw a dengan berbagai m at a pelajaran; 5 m odel int egrat ed, guru
m asing-m asing m at a pelajaran bekerja sam a m elihat dan m em berikan topik-topik yang berkait an dan tumpang t indih.
32
M odel pembelajaran terpadu di dalam lint as peserta didik, m eliputi: 1 m odel imm ersed, berpusat untuk m engakomodasikan kebut uhan para sisw a, di
m ana m ereka akan m elihat apa yang dipelajarinya dari minat dan pengalam an m ereka sendiri; 2 m odel net w orked, seseorang yang m enggunakan m odel ini akan
m em buat jaringan kerja dengan orang-orang yang m em iliki keahlian unt uk m em bant u bagian dari pekerjaannya yang lebih bersifat im plem entatif. M ereka
akan bekerja secara terpadu sesuai dengan t opik pekerjaan yang m engikat m ereka. Relevan dengan pendapat Forgat y 1991, Joni 1996 m engemukakan
bahw a kemungkinan bent uk-bent uk implem entasi pembelajaran terpadu dapat dibayangkan sebagai suatu kont inum , suat u rentangan kadar ket erpaduan yang
dibatasi oleh 2 kut ub. Pada kutub yang satu, bent uk im plem entasinya adalah pengait an konseptual intra dan at au ant ar bidang studi yang t erjadi secara
spont an, dengan program kegiat an belajar-m engajar yang dilaksanakan secara sepenuhnya m engikut i kurikulum yang isinya m asih terkotak-kotak berdasarkan
bidang st udi sepert i yang t erdapat dalam kurikulum sekolah yang selam a ini berlaku.
Namun, m enurut Joni 1996, pem belajaran t erpadu yang kegiat an belajarnya t erorganisasikan secara lebih t erst rukt ur dapat terw ujud, apabila
kegiat an belajar-m engajar yang diselenggarakan it u secara lebih eksplisit bert olak dari tem a-t em a.
Dalam kajian ini, model yang digunakan adalah model t erjala m odel w ebbed at au yang biasa disebut m odel t em at ik, kar ena m enggunakan tem a dalam
m erencanakan pem belajaran. Pem belajaran t em at ik m erupakan suat u st rat egi pembelajaran yang m elibat kan beberapa m at a pelajaran unt uk m em berikan
pengalam an yang berm akna kepada sisw a. Keterpaduan dalam pembelajaran ini dapat dilihat dari aspek proses at au w aktu, aspek kurikulum , dan aspek belajar
m engajar. M enurut Forgaty 1991, m odel t em at ik berangkat dar i tem a yang dibangun
bersam a-sam a ant ara guru dengan sisw a, at as dasar beberapa topik pada beberapa m at a pelajaran yang berhubungan. Oleh sebab it u pem belajaran tematik m em iliki
peran pent ing karena m empunyai kelebihan-kelebihan di antaranya: 1 sisw a m udah m emusat kan perhat ian pada sat u t em a at au t opik t ert entu, 2 sisw a dapat
m em pelajari pengetahuan dan m engembangkan berbagai kompetensi m ata pelajaran dalam tem a yang sam a, 3 pem aham an terhadap materi pelajaran lebih
m endalam dan berkesan, 4 kom petensi berbahasa bisa dikem bangkan lebih baik dengan m engait kan m ata pelajaran lain dan pengalam an pribadi anak, 5 anak
lebih m erasakan m anfaat dan m akna belajar karena m ateri disajikan dalam konteks tem a yang jelas, anak lebih bergairah belajar karena m ereka bisa berkomunikasi
dalam situasi yang nyata m isalnya bert anya, bercerita, menulis surat dan sebagainya, unt uk m engembangkan ket eram pilan berbahasa, sekaligus unt uk
m em pelajari mata pelajaran lain, dan 7 guru dapat m enghem at w aktu karena m at a pelajaran yang disajikan secara t erpadu dapat dipersiapkan sekaligus dan
33
diberikan dalam 2 atau 3 kali pert em uan. Wakt u selebihnya dapat digunakan untuk kegiat an rem idial, pem antapan, dan pangayaan.
4. Metode Discovery