Profil Kewirausahaan Pengusaha Kecil Batik, Resiko Usaha dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketersediaan Pengusaha dalam Mengambil Resiko

LISTYA PUSPITASARI (NRP A07406024). Profil Kewirausahaan Pengusaha
Kecil Batik, Resiko Usaha dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesediaan
Pengusaha dalam Mengambil Resiko. Tahun 2000. Di bawah bimbingan NUNUNG
NURYARTONO.
Peranan industri kecil di Indonesia cukup besar mengingat jumlah tenaga
keja yang mampu diserap industri kecil pada tahun 1998 adalah 6.652.188 orang dan
nilai tambah yang dihasilkan adalah Rp 28.094.934 juta. Selain itu industri kecil juga
berperan dalam mendistribusikan pendapatan mengingat unit-unit usaha kecil tersebar
di seluruh wilayah Indonesia. Propinsi yang merniliki jumlah unit usaha kecil terbesar
adalah Propinsi Jawa Tengah.
Produk industri kecil di Jawa Tengah yang mempunyai potensi untuk
dikembangkan adalah batik karena batik merupakan salah satu produk kerajinan
tradisional khas Jawa Tengah yang memberikan kontribusi yang cukup besar dalam
ekspor non migas Jawa Tengah. Namun, kontribusi yang diberikan oleh industri ini
mengalami fluktuasi. Selain itu industri batik di daerah sentra produksi mengalami
pasang surut usaha yang cukup drastis. Kondisi tersebut mendorong dilakukannya
suatu penelitian untuk melihat potensi kewirausahaan para pengusaha kecil clan
tingkat resiko usaha dalam industri kecil batik.
Penelitian ini bertujuan untuk : mengetahui profil kewirausahaan pengusaha
kecil batik sutera di Kabupaten Pekalongan, menganalisa resiko usaha dalam industri
kecil batik di Kabupaten Pekalongan berdasarkan pendekatan kualitatif dan

kuantitatif dan menganalisa hubungan antara resiko usaha yang dihadapi oleh
pengusaha kecil batik menurut kesediaan pengusaha dalam mengambil resiko dan
profil kewirausahaan pengusaha. Selain itu penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi dan menganalisa faktor-faktor yang mempenganh kesediaan
pengusaha kecil industri batik dalam mengambil resiko.
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Gumawang dan Kemplong Kecamatan Wiradesa
Kabupaten Pekalongan Propinsi Jawa Tengah. Pemilihan sampel didasarkan dengan

metode cluster random sampling. Data primer dikumpulkan dengan metode
wawancara langsung dengan panduan kuisioner dan data sekunder dikumpulkan dari
BPS, depperindag, kantor desa dan perpustakaan terkait.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa profil kewirausahaan pengusaha kecil
batik sutera secara m u m sedang mengingat kemampuan pengusaha dalam unsurunsur indikator yang digunakan untuk melihat kewirausahaan pengusaha masih
bervariasi. Unsur kewirausahaan yang secara umum telah dimiliki dengan baik oleh
pengusaha kecil batik sutera adalah komitmen terhadap pekejaan, penetapan sasaran,
pencarian informasi dan kepercayaan din. Unsur kewirausahaan yang secara m u m
sedang adalah pencarian dan pemanfaatan peluang usaha, kemauan keras dalam
mencapai tujuan, kesediaan mengambil resiko, kebutuhan terhadap efisiensi dan
kualitas perencanaan dan pemantauan secara sistematis serta jalinan kerja dan
persuasi.

Berdasarkan hasil analisis resiko secara kualitatif terlihat bahwa resiko yang
dihadapi pengusaha kecil batik meliputi resiko produksi, penjualan produk dan harga.
Resiko produksi tejadi alabat kesalahan dalam proses pembatikan dan pewarnaan.
Resiko penjualan produk muncul karena pengusaha melakukan penjualan produk.
Kerugian tejadl ketika produk tidak terbayar sedangkan keuntungan diperoleh ketika
produk yang dijual pengusaha dibayar oleh konsumen. Resiko harga muncul karena
pengusaha tidak memiliki informasi yang cukup untuk meramal pasar dan
keterbatasan kemampuan pengusaha dalam mengendalikan pasar.
Sedangkan hasil analisis resiko secara kuantitatif menunjukkan bahwa
fluktuasi keuntungan yang diperoleh (resiko usaha) pengusaha dalam industri kecil
batik adalah Rp 28.196.032,09 per tahun. Resiko tersebut adalah 0,77 dari nilai
keuntungan yang diharapkan. Secara nominal, pengusaha kecil dalam industri batik
hams berani menanggung kemungkinan kemgian sebesar Rp 20.115.713,32 dalam
setiap periode.
Hubungan antara resiko yang dihadapi pengusaha dengan kesediaan
pengusaha dalam mengambil resiko adalah searah sebaliknya berlawanan dengan
kewirausahaan pengusaha. Artinya resiko usaha yang dihadapi pengusaha dengan

kesediaan mengambil resiko rendah adalah lebih kecil dibandingkan resiko yang
dihadapi pengusaha dengan kesediaan mengambil resiko sedang dan tinggi sedangkan

resiko usaha yang dihadapi pengusaha dengan profil kewirausahaan kurang adalah
lebih tinggi daripada resiko yang dihadapi pengusaha dengan profil sedang dan baik.
Hasil analisis regresi logistik ordinal yang dilakukan pada tiga variabel
kontinyu dan dua variabel dummy menunjukkan nilai statistik uji-G untuk model
adalah 34, 879 dengan nilai PVaI,= 0,0001. Ini berarti model yang hbentuk masih
dapat diterima atau paling sedikit ada satu variabel yang berpengaruh nyata terhadap
kesediaan pen--aha

kecil dalam mengambil resiko. Berdasarkan h a i l uji Wald pada

a=10% dapat diketahui bahwa terdapat tiga variabel di dalam model yang
memberikan pengaruh signifikan terhadap kesediaan pengusaha kecil dalam
mengambil resiko. Ketiga variabel tersebut adalah kurun waktu usaha (x,), umur (xz)
dan jumlah tanggungan (x3).
Nilai rasio odds "kurun waktu usaha" (XI)adalah sebesar 0,73. Artinya,
peningkatan nilai peubah xi sebesar 1 satuan akan menurunkan kecenderungan
kesehaan pengusaha kecil dalam mengambil resiko sebesar 0,73 dari kecenderungan
sebelumnya. Bertambahnya kurun waktu seorang pengusaha dalam menekuni usaha
batik sutera menyebabkan pengalaman yang diperoleh semalan banyak sehingga
pengusaha akan lebih berhati-hati dalam bertindak. Tindakan yang meninggalkan

kesan tidak menyenangkan bagi pengusaha umurnnya tidak dilakukan lagi di masamasa selanjutnya.
Nilai rasio odds "umur" ( x ~ )sebesar 0,88. Artinya, peningkatan satu satuan
variabel umur akan mengurangi kecenderungan kesediaan pengusaha untuk
mengambil resiko sebanyak O,88 dari kecenderungan sebelumnya. Bertambahnya
umur seorang pengusaha akan menyebabkan kekuatan fisik yang dimiliki menurun.
Selain itu, umur yang semakin tua menunjukkan tingkat kematangan jiwa seseorang.
Kematangan jiwa ini akan mendorong pengusaha untuk memperhatikan setiap
konsekuensi yang timbul dari altematif yang ada secara cennat dan memilih secara
hati-hati.
Nilai rasio odds "jumlah tanggungan" (x3) sebesar 0,19. Artinya, peningkatan

jumlah tanggungan sebanyak satu satuan akan menurunkqn kecenderungan kesediaan
pengusaha dalam mengambil resiko sebesar 0,19 kali dari kecenderungan
sebelumnya. Pengusaha yang memiliki jumlah tanggungan besar umumnya harus
menyediakan dana yang cukup besar untuk membiayai kehidupan keluarganya
sebaliknya pengusaha dengan jumlah tanggungan kecil cukup menyediakan dana
yang kecil. Akibatnya, pengusaha dengan jumlah tanggungan lebih kecil akan
memiliki sisa uang yang lebih besar untuk dinvetasikan kembali ke dalam usaha
batiknya sebagai tambahan modal keja. Penambahan modal keja tersebut secara
langsung akan meningkatkan volume produksi. Menurut Kadarsan (1992),

peningkatan volume produksi suatu perusahaan akan meningkatkan resiko yang
dhadapi perusahaan.
Peningkatkan kewirausahaan pengusaha kecil batik sutera dapat dilakukan
melalui proses pembagian ilrnu dan pengalaman pengusaha dengan profil
kewirausahaan baik kepada pengusaha dengan profil kewirausahaan sedang dan
kurang. Sedangkan resiko usaha dalam industri batik dapat diatasi dengan cara
menjalin kejasama antara pengusaha yang telah berpengalaman dengan pengusaha
yang masih baru dan peningkatan nilai seni batik melalui pengembangan wama dan
motif batik. Penelitian lebih lanjut mengenai preferensi konsumen terhadap batik
serta perbandingan resiko usaha sistem produksi pesanan dan sistem produksi
kontinyu &lam usaha batik diperlukan untuk menjadi dasar bagi pengembangan
industri kecil batik di masa yang akan datang.