Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pengusaha Industri Kecil Di Kabupaten Dairi

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PENDAPATAN PENGUSAHA INDUSTRI KECIL

DI KABUPATEN DAIRI

TESIS

Oleh

INSANUDDIN LINGGA

077018035/EP

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009

S

E K O L A H

P A

S C

A S A R JA


(2)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PENDAPATAN PENGUSAHA INDUSTRI KECIL

DI KABUPATEN DAIRI

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ilmu Ekonomi Pembangunan pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

INSANUDDIN LINGGA

077018035/EP

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009


(3)

Judul Tesis : ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PENGUSAHA INDUSTRI KECIL DI KABUPATEN DAIRI

Nama Mahasiswa : Insanuddin Lingga Nomor Pokok : 077018035

Program Studi : Ekonomi Pembangunan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr. Murni Daulay, M.Si) (Dr. Rahmanta, M.Si)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi Direktur

(Dr. Murni Daulay, M.Si) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., M.Sc)


(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 19 Agustus 2009

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Murni Daulay, M.Si Anggota : 1. Dr. Rahmanta,M.Si

2. Irsyad Lubis, M.Soc.Sc, Phd 3. Dr. Jonni Manurung, MS 4. Drs. Rahmad Sumanjaya, M.Si


(5)

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh modal, jumlah tenaga kerja, lama berusaha, tingkat pendidikan dan bantuan modal terhadap Pendapatan Pengusaha Industri Kecil di Kabupaten Dairi.

Pengumpulan data diperoleh dari data primer dan data skunder, data primer berupa angket sedangkan data sekunder berupa data Dairi Dalam Angka. Responden adalah pemilik Pengusaha Industri Kecil yang berjumlah 70 orang. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan metode Stratified Proporsional Random Sampling dengan beberapa pertimbangan kriteria Industri Kecil. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model ekonometrika dengan metode Ordinary Least Square (OLS).

Hasil analisis data diketahui bahwa terdapat 5 (lima) variabel independen (modal, tenaga kerja, lama berusaha, tingkat pendidikan dan bantuan modal) mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan Pengusaha Industri Kecil di Kabupaten Dairi.Variabel yang signifikan tersebut sebagai modal utama yang mengindikasikan adanya peningkatan pendapatan Pengusaha Industri Kecil. Keseluruhan variabel, signifikan mempengaruhi pendapatan Pengusaha Industri Kecil yaitu variabel modal, tenaga kerja, lama berusaha, pendidikan dan bantuan modal. Dilain pihak variabel bantuan usaha pengaruhnya masih rendah. Rendahnya pengaruh bantuan modal bagi pengusaha industri kecil tersebut sebagai indikasi, dimana variabel bantuan modal kurang menggerakkan variabel pendapatan Pengusaha Industri Kecil. Berdasarkan nilai total elastisitas untuk modal, tenaga kerja, lama berusaha, tingkat pendidikan dan bantuan modal mempunyai tingkat elastisitas di bawah 1 (0,95<1), sehingga fungsi pendapatan digolongkan dalam kondisi decreasing return to scale.

Kata kunci : Modal, Jumlah Tenaga Kerja, Lama Usaha, Tingkat Pendidikan, Bantuan Modal dan Pendapatan Pengusaha Industri Kecil.


(6)

ABSTRACT

This study aims to analyze the influence of capital, the amount of labor, the length of business, the level of education and additional capital to the income of the Small Scale Industry entrepreneur in Dairi regency.

The collected data has been gained from primary and secondary data, questionnaire as the primary data while Dairi Dalam Angka as the secondary data. The respondents are 70 Small Scale Industry Entrepreneur. The sampling method is the Proportional Stratified Random Sampling with some concerns in the Small Scale Industry criteria. This study used econometric model, Ordinary Least Square (OLS) method.

As the result of data analyses, there are 5 (five) independent variables (capital, the amount of labor, the length of business, the level of education and additional capital) that influence the income of the Small Scale Industry Entrepreneur in positive and significant ways. All variables significantly influence the income of the Small Scale Industry Entrepreneur they are capital, the amount of labor, the length of business, the level of education and additional capital. The impact of the additional capital variable is low. It indicates that the additional capital variable has less impact to the income variable Small Scale Industry Entrepreneur. Regarding to the total value of elasticity of capital, the amount of labor, the length of business, the level of education and additional capital has the lowest elasticity, under 1 (0,91<1), so that the income function is classified in decreasing return of scale condition. Keywords : Capital, The Amount of Labor, The Length of Business, The Level of

Education, Additional Capital and The Income of Small Scale Industry Enterpreneur.


(7)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahuwata’ala serta rahmat dan pertolongan-Nya sehingga penulis dapat mengikuti pendidikan dan perkuliahan pada Program Studi Magister Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, sampai dengan penyusunan tesis ini dengan judul : “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Industri Kecil di Kabupaten Dairi”.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak tidak mungkin tesis ini dapat terselesaikan, untuk itu perkenankan penulis memberikan penghargaan yang setinggi-tingginya dan mengucapkan terima kasih yang tulus kepada :

1. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc, Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Murni Daulay, M.Si, Ketua Program Studi Magister Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, sekaligus Ketua Komisi Pembimbing dengan penuh kearifan, kesabaran dan perhatian telah berkenan memberikan bimbingan kepada penulis sampai dengan selesainya tesis ini.

3. Bapak Dr. Rahmanta, M.Si, selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah memberikan tuntunan dan pengarahan dengan sabar dalam penyelesaian tesis ini.


(8)

4. Bapak Prof. Dr. Sya’ad Afifuddin, SE, M.Ec. selaku Sekretaris Program Studi Magister Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Irsyad Lubis, M.Soc.Sc, Phd, Dr. Jonni Manurung, MS, Drs Rahmad Sumanjaya, M.Si. selaku Dosen Penguji yang telah banyak memberikan masukan, pengarahan dan bimbingan sehingga tesis ini dapat terselesaikan dengan baik.

6. Bapak dan Ibu Dosen serta Pegawai Administrasi Program Studi Magister Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. 7. Terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada Ayahanda Nusin

Lingga dan Ibunda Sukut br. Kaloko dan juga Bapak Mertua H. Yusif Sadikin serta Almarhumah Ibu Mertua H. Fatonah yang senantiasa mendo’akan, memberikan semangat dan bantuan moril serta materil kepada penulis mulai dari masa studi sampai dengan penyelesaian penulisan tesis ini.

8. Teristimewa kepada istriku tercinta Nina Helpiana dengan setia dan penuh pengertian memberikan motivasi, dukungan dan do’a mulai dari studi hingga penyelesaian penulisan tesis ini.

9. Tak lupa penulis menyampaikan terima kasih kepada Adik- Adik saya Nusliasniati br Lingga S.Ag, Almarhumah Heriati br Lingga, S.Ag, Jukri Andri Lingga, Juliadi Lingga, SH dan Windra A. Lingga SE atas do’a dan dorongannya hingga selesainya penulisan tesis ini.


(9)

10.Juga ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada rekan-rekan PNS Kantor Camat Pegagan Hilir yang telah cukup memberikan bantuan, dorongan serta bantuan moril dan materil hingga selesainya penulisan tesis ini.

11.Teman-teman mahasiswa, khususnya angkatan XIII dan XIV Program Studi Magister Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Tak lupa penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan kepada penulis baik secara moril maupun materil.

Sebagai manusia biasa yang tidak terlepas dari kekurangan, keterbatasan dan kekhilafan penulis menyadari sepenuhnya bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan. Dalam rangka penyempurnaan tesis ini penulis sangat mengharapkan masukan dan kritik yang sifatnya membangun dan dapat dikembangkan dalam penelitian lebih lanjut. Akhirnya penulis berharap kiranya Allah Subhanahuwata’ala selalu memberikan anugerah-Nya kepada penulis, semua pihak dan selalu dalam lindungan-Nya…Amin.

Medan, 19 Agustus 2009 Penulis


(10)

RIWAYAT HIDUP

1. Nama : INSANUDDIN LINGGA 2. Tempat/Tanggal Lahir : Sidikalang, 12 Desember 1968 3. Jenis Kelamin : Laki-laki

4. Status : Kawin. 5. Agama : Islam.

6. Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil.

7. Alamat : Jl. Bougenville Nomor 61 Blok B Perumnas Simbara Permai Sidikalang Kabupaten Dairi.

8. Pendidikan :

a. SD : SD Inpres Bintang Sidikalang (1976-1982) b. SMP : SMP Negeri 2 Sidikalang (1983-1985) c. SMA : SMA Negeri 1 Sidikalang. (1986-1988)

d. D-3 : Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri Jatinangor

(1989-1992)

e. Strata 1 : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. (1996-1998)

f. Strata 2 : Program Studi Magister Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Medan. (2007-2009)

Medan, 19 Agustus 2009


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.4. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1. Konsep Pendapatan ... 10

2.2. Konsep Tabungan dan Investasi ... 14

2.3. Konsep Modal ... 15

2.4. Produksi dan Tingkat Pendapatan... 16

2.5. Konsep Pendidikan ... 21

2.6. Penelitian Sebelumnya ... 24

2.7. Kerangka Pemikiran ... 26

2.8. Hipotesis Penelitian ... 26

BAB III. METODE PENELITIAN ... 28

3.1. Lokasi Penelitian ... 28

3.2. Populasi dan Sampel ... 28

3.3. Sumber Data ... 32

3.4. Model Analisis ... 32

3.5. Definisi Operasional ... 34


(12)

3.7. Test Goodness of Fit ... 36

3.8. Uji Asumsi Klasik ... 36

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 40

4.1. Deskripsi Wilayah Penelitian ... 40

4.1.1 Demografi ... 40

4.1.2 Penduduk ... 41

4.1.3 Pendidikan... 42

4.1.4 Pertanian... 45

4.1.5 Industri ... 46

4.2. Karakteristik responden ... 48

4.2.1 Responden menurut jenis kelamin ... 48

4.2.2. Responden menurut umur/usia... 49

4.2.3 Responden menurut tingkat pendidikan... 49

4.2.4 Responden menurut jumlah tanggungan keluarga ... 50

4.3. Hasil Analisis Data dan Pembahasan... 52

4.3.1 Deskripsi data... 52

4.3.2 Uji statistik Hasil Estimasi Model ... 60

4.3.3 Uji Asumsi Klasik ... 68

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 72

5.1. Kesimpulan ... 72

5.2. Saran – Saran ... 73


(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1.1. Perkembangan Pengusaha Industri Kecil di Kabupaten Dairi

Tahun 2006-2007 ... 6

3.1. Jumlah Populasi Pengusaha Industri Kecil di Kabupaten Dairi Tahun 2007 ... 29

3.2. Kecamatan Yang Ditetapkan Menjadi Populasi ... 30

3.3. Distribusi Sampel Pengusaha Industri Kecil di Kabupaten Dairi Tahun 2007 ... 31

4.1 Modal Usaha ... 53

4.2 Tenaga kerja ... 54

4.3 Lama Berusaha... 55

4.4 Tingkat Pendidikan ... 56

4.5 Bantuan Modal ... 57

4.6 Pendapatan (Juta Rupiah)... 59

4.7 Hasil Uji Jarque-Bera ... 69

4.8 Hasil uji Ramsey... 69

4.9 Hasil Uji Multikolinieritas ... 70


(14)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Faktor-faktor Yang Mempengaruhi

Pendapatan Pengusaha Industri Kecil di Kabupaten Dairi ... 26

4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 48

4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur... 49

4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 50

4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan ... 51


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1 Hasil Regresi Berganda ... 80

2 Hasil Uji Normalitas (Jarque Bera/JB)………....…….. 81

3 Hasil Uji Linieritas (Ramsey Reset Test)………..…… 82

4 Hasil Uji Multikolinearitas... 83

5 Hasil Uji Heteroskedastisitas (Uji White)... 88


(16)

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh modal, jumlah tenaga kerja, lama berusaha, tingkat pendidikan dan bantuan modal terhadap Pendapatan Pengusaha Industri Kecil di Kabupaten Dairi.

Pengumpulan data diperoleh dari data primer dan data skunder, data primer berupa angket sedangkan data sekunder berupa data Dairi Dalam Angka. Responden adalah pemilik Pengusaha Industri Kecil yang berjumlah 70 orang. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan metode Stratified Proporsional Random Sampling dengan beberapa pertimbangan kriteria Industri Kecil. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model ekonometrika dengan metode Ordinary Least Square (OLS).

Hasil analisis data diketahui bahwa terdapat 5 (lima) variabel independen (modal, tenaga kerja, lama berusaha, tingkat pendidikan dan bantuan modal) mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan Pengusaha Industri Kecil di Kabupaten Dairi.Variabel yang signifikan tersebut sebagai modal utama yang mengindikasikan adanya peningkatan pendapatan Pengusaha Industri Kecil. Keseluruhan variabel, signifikan mempengaruhi pendapatan Pengusaha Industri Kecil yaitu variabel modal, tenaga kerja, lama berusaha, pendidikan dan bantuan modal. Dilain pihak variabel bantuan usaha pengaruhnya masih rendah. Rendahnya pengaruh bantuan modal bagi pengusaha industri kecil tersebut sebagai indikasi, dimana variabel bantuan modal kurang menggerakkan variabel pendapatan Pengusaha Industri Kecil. Berdasarkan nilai total elastisitas untuk modal, tenaga kerja, lama berusaha, tingkat pendidikan dan bantuan modal mempunyai tingkat elastisitas di bawah 1 (0,95<1), sehingga fungsi pendapatan digolongkan dalam kondisi decreasing return to scale.

Kata kunci : Modal, Jumlah Tenaga Kerja, Lama Usaha, Tingkat Pendidikan, Bantuan Modal dan Pendapatan Pengusaha Industri Kecil.


(17)

ABSTRACT

This study aims to analyze the influence of capital, the amount of labor, the length of business, the level of education and additional capital to the income of the Small Scale Industry entrepreneur in Dairi regency.

The collected data has been gained from primary and secondary data, questionnaire as the primary data while Dairi Dalam Angka as the secondary data. The respondents are 70 Small Scale Industry Entrepreneur. The sampling method is the Proportional Stratified Random Sampling with some concerns in the Small Scale Industry criteria. This study used econometric model, Ordinary Least Square (OLS) method.

As the result of data analyses, there are 5 (five) independent variables (capital, the amount of labor, the length of business, the level of education and additional capital) that influence the income of the Small Scale Industry Entrepreneur in positive and significant ways. All variables significantly influence the income of the Small Scale Industry Entrepreneur they are capital, the amount of labor, the length of business, the level of education and additional capital. The impact of the additional capital variable is low. It indicates that the additional capital variable has less impact to the income variable Small Scale Industry Entrepreneur. Regarding to the total value of elasticity of capital, the amount of labor, the length of business, the level of education and additional capital has the lowest elasticity, under 1 (0,91<1), so that the income function is classified in decreasing return of scale condition. Keywords : Capital, The Amount of Labor, The Length of Business, The Level of

Education, Additional Capital and The Income of Small Scale Industry Enterpreneur.


(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Badai krisis ekonomi yang mulai menerpa Indonesia pada medio 1997 telah melumpuhkan hampir semua sendi-sendi perekonomian dan bisnis Indonesia. Tidak terkecuali bisnis besar dan kecil pun juga merasakan dampak langsungnya, terbukti dengan ambruknya beberapa industri, ditutupnya operasi bank secara bersamaan. Krisis tersebut di Indonesia diakselerasi dengan jatuhnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sampai titik terendah, hingga memaksa sistem nilai tukar tetap menjadi tidak rasional. Sudah barang tentu, semua bentuk kewajiban yang berdenominasi dolar AS merasakan dampak yang paling buruk. Dampak berat krisis moneter yang sangat dirasakan oleh unit bisnis beraset milyaran hingga trilyunan rupiah tersebut ternyata hampir tidak dirasakan sektor Industri Kecil. Hal ini terutama antara lain disebabkan oleh tingginya para pengusaha Industri Kecil pada penggunaan bahan baku maupun permodalan. Selain itu, usaha mereka pada umumnya berbasis pada kebutuhan dasar masyarakat luas.

Melihat dari gejala ini, percepatan perbaikan ekonomi Indonesia dapat dilakukan dengan memperhatikan pengusaha Industri Kecil. Sayangnya, bank besar sampai saat ini masih menganaktirikan pengusaha Industri Kecil dalam pengucuran kredit produksi. Gambaran realisasi pengucuran kredit perbankan dan kebijakan Bank Indonesia yang semakin berpihak pada sektor Industri Kecil ternyata masih belum


(19)

sejalan dengan kenyataan yang ditunjukkan oleh hasil penelitian Kementrian KUKM dan BPS tahun 2003. Fenomena ini menarik untuk dielaborasi lebih dalam, karena fakta di lapangan pada tataran pelaksanaan yang masih belum sejalan dengan tataran kebijaksanaan dapat menjadi indikasi adanya kesalahan atau sesuatu yang kurang dalam mekanisme pelaksanaannya. Kesenjangan atau gap yang ada ini memang masih membuka peluang untuk mendorong banyak penelitian yang akan mendukung pada penemuan format kebijakan-kebijakan lebih lanjut dalam rangka API (Arsitektur Perbankan Indonesia) yang penjabaran konkritnya dalam bentuk rencana kegiatan akan dicapai dalam tahun 2011 mengatasi pengangguran dan kemiskinan. Lebih lanjut Sulaeman (2004) menyebutkan adanya beberapa isu kritis yang sering menghambat pertumbuhan ekonomi suatu negara, di antaranya adalah (1) tingginya pengangguran, (2) rendahnya investasi, dan (3) biaya ekonomi tinggi.

Pengusaha Industri Kecil terbukti masih banyak yang bertahan dalam kondisi krisis, hal tersebut sebagai bukti ketahanan Para pengusaha Industri Kecil yang perlu dikedepankan sebagai penggerak ekonomi utama. Oleh karena itu diperlukan berbagai upaya dan dukungan dari pemerintah dalam mengembangkan Para pengusaha Industri Kecil . Namun salah satu masalah utama dalam peningkatan pendapatan Pengusaha Industri Kecil yaitu kekurangan modal, skill, tenaga kerja, di samping peralatan atau teknologi dan juga pemasaran. Sehingga muncul pertanyaan yang paling esensial dari dampak permasalahan tersebut yaitu bagaimana sektor Industri Kecil dalam negeri dapat didorong menjadi sektor industri berskala besar sehingga memberikan tingkat pendapatan masyarakat yang tinggi pula. Pemerintah


(20)

secara konsisten telah melakukan berbagai upaya deregulasi sebagai upaya penyesuaian struktural dan restrukturisasi perekonomian.

Pembahasan tentang masalah pertumbuhan ekonomi dalam skala makro terkait erat dengan upaya pengembangan industri kecil. Sebagai salah satu agen pertumbuhan ekonomi, pengusaha Industri Kecil dinilai mempunyai potensi untuk memiliki kontribusi yang besar karena ketahanannya terhadap fluktuasi kondisi ekonomi. Namun demikian, di tengah banyaknya anggaran kredit yang tidak dapat disalurkan, sebagian besar pengusaha Industri Kecil masih terkendala pada masalah permodalan dan penyaluran kredit.

Pada umumnya daerah Kabupaten Dairi adalah potensi pertanian yang cukup luas dan sangat besar jumlah hasilnya sehingga mata pencaharian penduduk yang terutama adalah pertanian padi, palawija dan tanaman tahunan/bahan perdagangan ekspor antara lain :

a. Tanaman bahan makanan seperti padi, jagung, ketela rambat, ketela pohon, kacang tanah, kacang kedelai dan kacang hijau.

b. Tanaman sayur-sayuran seperti cabe, kentang, tomat, buncis, terung, bayam dan sayur-sayuran lainnya sangat baik di Kabupaten Dairi. Sedangkan tanaman bawang merah dan bawang putih di Kecamatan Silahisabungan yakni di Desa Silalahi II dan Desa Paropo yang terletak di pinggiran Danau Toba. c. Tanaman perdagangan bahan ekspor seperti kopi, kelapa, kemenyan, cengkeh,


(21)

sangat baik diusahakan serta mempunyai hasil yang cukup besar jumlahnya sehingga dapat mempengaruhi perekonomian masyarakat Kabupaten Dairi. d. Sebagai mata pencaharian tambahan juga diperoleh dari hasil hutan seperti

kayu pertukangan, damar, rotan.

e. Namun sebagian kecil penduduk juga memelihara ternak unggas, perikanan darat dengan tata cara pemeliharaan secara tradisional sehingga hanya merupakan penghasilan tambahan, dimana jumlahnya belum memenuhi standar nasional.

Kabupaten Dairi merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi sumber daya alam yang cukup baik bagi pengembangan Industri Kecil. Pada tahun 2006 di Kabupaten Dairi terdapat 333 unit pengusaha Industri Kecil, (data diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Dairi). Kebanyakan industri kecil tersebut bergerak di sektor industri Pengolahan. Berdasarkan banyaknya pengusaha Industri Kecil maka Kecamatan Sidikalang menempati posisi pertama sebanyak 167 unit, dimana jumlah ini mencapai 50,15 persen dari jumlah keseluruhan pengusaha Industri Kecil di Kabupaten Dairi. Sedangkan pada tahun 2007 terdapat 258 pengusaha Industri Kecil, terjadi penurunan yang cukup signifikan dari sisi jumlah yaitu sebesar 22, 52 % yang mana hal ini dapat mengakibatkan penurunan pendapatan pengusaha Industri Kecil itu sendiri maupun penyerapan tenaga kerja. Pengusaha Industri Kecil di atas menurut jenis kegiatannya terdiri dari berbagai industri seperti Pembuatan Roti, Lemon, Tukang Jahit, Tukang Mas, Gilingan Kopi, Bengkel Mobil, Bengkel Sepeda Motor,


(22)

Bengkel Sepeda, Pengupasan Bulu Ayam, Pembuatan Tahu, Tukang Tilam, Reparasi Radio dan Tukang Gigi yang masih terkonsentrasi di Kecamatan Sidikalang.

Fenomena yang terjadi berkaitan dengan pengembangan Industri Kecil seperti masih rendahnya pendapatan yang diperoleh oleh pelaku Industri Kecil di kecamatan Kabupaten Dairi masih banyak dijumpai, khususnya para pelaku Industri Kecil yang tersebar di kota Sidikalang. Hal ini sangat dimungkinkan terjadi karena pelaku Industri Kecil yang didominasi oleh keluarga masih belum menggunakan teknologi yang efisien dan efektif sehingga produk yang dihasilkan pun belum dapat mengimbangi produk-produk yang dihasilkan oleh sektor industri menengah ataupun besar. Potensi yang ada di Kabupaten Dairi seharusnya dikembangkan sehingga mampu meningkatkan pendapatan perkapita masyarakat, dimana rata-rata pendapatan perkapita Dairi tahun 2004, 2005 dan 2006 masing-masing hanya sebesar Rp. 7.928.545, Rp. 8.816.326 dan Rp. 9.538.398 per tahun (Sumatera Utara Dalam Angka 2007). Perkembangan pendapatan perkapita tersebut terkait dengan perkembangan Industri Kecil Dairi beberapa tahun terakhir.


(23)

Tabel. 1.1. Perkembangan Pengusaha Industri Kecil di Kabupaten Dairi Tahun 2006-2007 Jumlah Pengusaha IKM Jumlah Tenaga Kerja IKM No Kecamatan

2006 2007 2006 2007

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Sidikalang Sitinjo Berampu Parbuluan Sumbul Silahisabungan Silima Pungga-pungga Lae Parira Siempat Nempu Siempat Nempu Hulu Siempat Nempu Hilir Tigalingga Gunung Sitember Pegagan Hilir Tanah Pinem 167 4 - 8 40 - 31 2 29 2 25 21 - - 4 153 8 2 8 33 2 13 3 2 2 2 18 2 6 4 410 12 - 20 87 - 55 4 52 4 59 37 - - 8 425 52 6 14 95 5 24 8 4 5 12 69 4 9 8

Jumlah 333 258 748 740

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Dairi, 2008

Perkembangan pengusaha Industri Kecil serta jumlah tenaga kerja yang diserap beberapa tahun terakhir terus mengalami penurunan sehingga perlu digali potensi Industri Kecil agar mampu berkembang dan meningkatkan pendapatan masyarakat Kabupaten Dairi. Dilatarbelakangi oleh permasalahan mengenai upaya meningkatkan pendapatan Pengusaha Industri Kecil di Kabupaten Dairi serta hubungannya dengan pertumbuhan ekonomi daerah, hal tersebut di atas merupakan kajian yang menarik sehingga penulis tertarik untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan Pengusaha Industri Kecil di Kabupaten Dairi.


(24)

1.2 Perumusan Masalah

Sejalan dengan latar belakang yang telah disampaikan sebelumnya maka perumusan masalah penelitian tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi Pendapatan Pengusaha Industri Kecil di Kabupaten Dairi adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pengaruh Modal terhadap pendapatan Pengusaha Industri Kecil di

Kabupaten Dairi?

2. Bagaimana pengaruh Jumlah Tenaga kerja terhadap Pendapatan Pengusaha Industri Kecil di Kabupaten Dairi?

3. Bagaimana pengaruh Lama Berusaha terhadap pendapatan Pengusaha Industri Kecil di Kabupaten Dairi?

4. Bagaimana pengaruh Tingkat Pendidikan terhadap pendapatan Pengusaha Industri Kecil di Kabupaten Dairi?

5. Bagaimana pengaruh Bantuan Modal Pengusaha Industri Kecil terhadap pendapatan Pengusaha Industri Kecil di Kabupaten Dairi?

6. Bagaimana elastisitas modal, tenaga kerja, lama berusaha, tingkat pendidikan dan bantuan modal terhadap pendapatan Pengusaha Industri Kecil di Kabupaten Dairi.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini juga menggambarkan tentang upaya peningkatan pendapatan Pengusaha Industri Kecil melalui penelaahan terhadap determinannya yakni sebagai berikut :


(25)

1. Untuk menganalisis pengaruh Modal terhadap Pendapatan Pengusaha Industri Kecil di Kabupaten Dairi.

2. Untuk menganalisis pengaruh Jumlah Tenaga Kerja terhadap Pendapatan Pengusaha Industri Kecil di Kabupaten Dairi.

3. Untuk menganalisis pengaruh Lama Berusaha terhadap Pendapatan Pengusaha Industri Kecil di Kabupaten Dairi.

4. Untuk menganalisis pengaruh Tingkat Pendidikan terhadap Pendapatan Pengusaha Industri Kecil di Kabupaten Dairi.

5. Untuk menganalisis pengaruh Bantuan Modal Industri Kecil terhadap Pendapatan Pengusaha Industri Kecil di Kabupaten Dairi.

6. Untuk menganalisis elastisitas modal, tenaga kerja, lama berusaha, tingkat pendidikan dan bantuan modal terhadap Pendapatan Pengusaha Industri Kecil di Kabupaten Dairi.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai sumbangan pemikiran bagi pihak–pihak yang ingin mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi pendapatan Pengusaha Industri Kecil di Kabupaten Dairi pada Tahun 2007.

2. Sebagai masukan (input) bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Dairi dalam mengambil keputusan mengenai Rencana Pengembangan Industri Kecil di Kabupaten Dairi pada khususnya dan di Provinsi Sumatera Utara pada umumnya.


(26)

3. Sebagai bahan acuan atau referensi untuk penelitian selanjutnya terutama yang berminat meneliti masalah pengembangan dan peningkatan bidang Industri Kecil.


(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Pendapatan

Pendapatan dalam ilmu ekonomi didefinisikan sebagai hasil berupa uang atau hal materi lainnya yang dicapai dari penggunaan kekayaan atau jasa manusia bebas. Sedangkan pendapatan rumah tangga adalah total pendapatan dari setiap anggota rumah tangga dalam bentuk uang atau natura yang diperoleh baik sebagai gaji atau upah usaha rumah tangga atau sumber lain. Kondisi seseorang dapat diukur dengan menggunakan konsep pendapatan yang menunjukkan jumlah seluruh uang yang diterima oleh seseorang atau rumah tangga selama jangka waktu tertentu. (Samuelson dan Nordhaus, 2002).

Pendapatan adalah penerimaan bersih seseorang, baik berupa uang kontan maupun natura. Pendapatan atau juga disebut juga income dari seorang warga masyarakat adalah hasil penjualannya dari faktor-faktor produksi yang dimilikinya pada sektor produksi. Dan sektor produksi ini membeli faktor-faktor produksi tersebut untuk digunakan sebagai input proses produksi dengan harga yang berlaku dipasar faktor produksi. Harga faktor produksi dipasar faktor produksi (seperti halnya juga untuk barang-barang dipasar barang) ditentukan oleh tarik menarik, antara penawaran dan permintaan. Secara singkat pendapatan seorang warga masyarakat ditentukan oleh :


(28)

1. Hasil-hasil tabungannya di tahun-tahun yang lalu 2. Warisan atau pemberian

b. Harga per unit dari masing-masing faktor produksi. Harga-harga ini ditentukan oleh kekuatan penawaran dan permintaan di pasar faktor produksi. Penawaran dan permintaan dari masing-masing produksi ditentukan oleh faktor-faktor yang berbeda :

a. Tanah (termasuk didalamnya kekayaan-kekayaan yang terkandung didalam tanah, mineral, air dan sebagainya ) mempunyai penawaran yang dianggap tidak akan bertambah lagi. Sedangkan permintaan (demand) akan tanah biasanya menaik dari waktu ke waktu karena : (a) naiknya harga barang pertanian, (b) naiknya harga barang lainnya (mineral, barang-barang industri yang menggunakan bahan-bahan mentah dari tanah), (c) bertambahnya penduduk (yang membutuhkan tempat tinggal). Dengan demikian harga dari tanah akan menaik dengan cepat dari waktu ke waktu. b. Modal (sumber-sumber ekonomi ciptaan manusia) mempunyai penawaran

yang lebih elastis karena dari waktu ke waktu warga masyarakat menyisihkan sebagian dari penghasilannya untuk ditabung (saving) dan kemudian sektor produksi akan menggunakan dana tabungan ini untuk pabrik-pabrik baru, membeli mesin-mesin yaitu investasi. Karena adanya saving dan investasi, maka penawaran dari barang-barang modal dari waktu ke waktu bisa bertambah sedangkan permintaan akan barang-barang modal terutama sekali dipengaruhi oleh gerak permintaan akan barang-barang jadi. Bila harga


(29)

pakaian naik, maka permintaan akan mesin-mesin tenun, mesin jahit juga akan naik. Permintaan akan barang-barang jadi pada gilirannya dipengaruhi oleh dua faktor utama : (1) Pertumbuhan penduduk (yang membutuhkan tambahan baju, perumahan dan sebagainya). (2) Pertumbuhan pendapatan penduduk (yang dicerminkan oleh kenaikan pendapatan nasional atau GNP perkapita).

c. Tenaga Kerja mempunyai penawaran yang terus menerus menaik sejalan dengan pertumbuhan penduduk. Sedangkan permintaan akan tenaga kerja tergantung pada kenaikan permintaan akan barang jadi (seperti halnya dengan permintaan akan barang-barang modal. Disamping itu permintaan akan tenaga kerja dipengaruhi pula oleh kemajuan teknologi ini. Permintaan akan tenaga kerja tidak tumbuh secepat penawaran tenaga kerja (atau pertumbuhan penduduk) maka ada kecenderungan bagi upah (harga faktor produksi tenaga kerja) untuk semakin menurun.

d. Kepengusahaan (entrepreunership) merupakan faktor produksi yang paling sulit untuk dianalisis, karena faktor-faktor yang menentukan penawaran pun permintaannya sangat beraneka ragam (dan sering faktor-faktor ini diluar kemampuan ilmu ekonomi untuk menganalisis, misalnya : faktor-faktor motivasi lain dan sebagainya). Pada umumnya penawaran pada negara berkembang orang yang berjiwa enterpreuner masih sangat kecil. Inilah sebabnya penghasilan untuk pengusaha yang sukses juga cukup besar di negara tersebut. Cara yang banyak dilakukan adalah dengan tetap


(30)

mempertahankan hak milik perseorangan, dengan tujuan mengurangi ketidakmerataan distribusi pendapatan. Cara-cara yang bisa dilakukan oleh negara antara lain adalah :

1) Pajak progesif atas kekayaan atau penghasilan

2) Penyediaan kebutuhan hidup dasar (misalnya makanan pokok, pakaian, perumahan)

3) Penyediaan jasa-jasa yang berguna untuk umum oleh negara (misalnya rumah sakit, klinik)

4) Memperkecil pengangguran

5) Pendidikan yang murah dan merata

6) Berbagai kebijaksanaan yang menghilangkan hambatan-hambatan bagi mobilitas (baik vertikal maupun horizontal).

Dalam hal ini pendapatan juga bisa diartikan sebagai pendapatan bersih seseorang baik berupa uang atau natura. Secara umum pendapatan dapat digolongkan menjadi 3 (tiga) yaitu :

a. Gaji dan upah. Suatu imbalan yang diperoleh seseorang setelah melakukan suatu pekerjaan untuk orang lain, perusahaan swasta atau pemerintah.

b. Pendapatan dari kekayaan. Pendapatan dari usaha sendiri. Merupakan nilai total produksi dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan baik dalam bentuk uang atau lainnya, tenaga kerja keluarga dan nilai sewa kapital untuk sendiri tidak diperhitungkan.


(31)

c. Pendapatan dari sumber lain. Dalam hal ini pendapatan yang diperoleh tanpa mencurahkan tenaga kerja antara lain penerimaan dari pemerintah, asuransi pengangguran, menyewa aset, bunga bank serta sumbangan dalam bentuk lain. Tingkat pendapatan (income level) adalah tingkat hidup yang dapat dinikmati oleh seorang individu atau keluarga yang didasarkan atas penghasilan mereka atau sumber-sumber pendapatan lain. (Samuelson dan Nordhaus, 2002).

2.2 Konsep Tabungan dan Investasi

Tabungan sebagai sifat sosial yang buruk karena kelebihan tabungan menyebabkan berkurangnya permintaan agregat. Sekali lagi, gagasan ini tidak dapat diterapkan pada negara terbelakang karena tabungan merupakan obat mujarab bagi keterbelakangan ekonomi mereka. Pembentukan modal adalah kunci pembangunan ekonomi, dan pembentukan modal dimungkinkan melalui tabungan masyarakat yang meningkat. Berbeda dengan pandangan Keynes, negara terbelakang dapat berkembang dengan cara membatasi konsumsi dan meningkatkan tabungan. Bagi negara terbelakang, tabungan tidak merupakan hal yang buruk, tetapi merupakan sesuatu yang baik. (Jhingan, 2007)

Investasi membutuhkan suatu jumlah tertentu tabungan. Jumlah tabungan ini tidak mudah dicapai oleh negara terbelakang yang miskin karena sangat rendahnya tingkat pendapatan. Untuk mengatasi hal ini, maka ketika pendapatan meningkat sebagai peningkatan investasi, tingkat tabungan marginal di usahakan agar lebih


(32)

tinggi dari pada tingkat rata-rata tabungan. Tapi tidak ada satu negarapun yang pernah mempunyai tabungan marginal yang lebih tinggi dari pada tingkat rata-rata tabungan sebelumnya. (Jhingan, 2007)

2.3 Konsep Modal

Penanaman modal adalah investasi berupa aktiva tetap berwujud termasuk tanah yang digunakan untuk kegiatan utama usaha, baik untuk penanaman modal baru maupun perluasan dari usaha yang telah ada. Aktiva tetap berwujud adalah aktiva berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk diperjual belikan atau dipindah tangankan. Dalam membiayai kegiatan operasinya, perusahaan membutuhkan modal yang terdiri atas modal asing dan modal sendiri. Pengertian modal adalah hak atau bagian yang dimiliki perusahaan yang ditujukan dalam modal saham. Modal asing merupakan modal yang berasal dari pinjaman para kreditur, supplier, dan perbankan. Sedangkan modal sendiri merupakan modal yang berasal dari pihak perusahaan dari pemilik perusahaan (pemegang saham) maupun laba yang tidak bagi (laba ditahan). Di dalam memenuhi modal yang dibutuhkan tersebut perusahaan dapat menerbitkan dan menjual surat berharga berupa obligasi (modal pinjaman) dan saham (modal sendiri). Surat berharga tersebut dijual kepada para investor yang menginginkannya dimana perusahaan berkewajiban memberikan hasil (return) yang dikehendaki oleh investor tersebut.


(33)

Modal pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu modal aktif dan modal pasif. Modal aktif menunjukkan penggunaan dana yang tertera di sisi aktiva (aktiva lancar dan aktiva tetap) yaitu yang menggambarkan bentuk-bentuk dalam sebelah mana dana yang diperoleh perusahaan ditanamkan. Sedangkan modal pasif menunjukkan sumber dana yang tertera di sisi pasiva yang menggambarkan sumber-sumber dana dari mana diperoleh atau asal dana diperoleh. Modal pasif terdiri atas hutang jangka pendek, hutang jangka panjang dan modal sendiri.

Menurut Sawir (2001): “Modal kerja adalah keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan atau dapat pula dimaksudkan dana yang harus tersedia untuk membiayai kegiatan operasi perusahaan sehari-hari”. Menurut Gitosudarmo (2002) “Besarnya modal kerja adalah sejumlah dana yang tertanam dalam aktiva lancar yang benar-benar dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan atau sesudah dikurangi besarnya hutang lancar”. Sedangkan Riyanto (2002) mengemukakan : Modal adalah baik yang berupa barang – barang konkrit yang masih ada dalam rumah tangga perusahaan yang terdapat di neraca sebelah debet maupun berupa daya beli atau nilai tukar dari barang – barang itu yang ada di sebelah kredit. Jadi yang tercatat disebelah debet dari neraca disebut modal konkrit dan yang tercatat disebelah kredit disebut modal abstrak.

2.4 Produksi dan Tingkat Pendapatan

Setiap faktor produksi yang terdapat dalam perekonomian ada dimiliki oleh seseorang. Pemiliknya menjual faktor produksi tersebut kepada pengusaha dan


(34)

sebagai balas jasanya mereka akan memperoleh pendapatan. Tenaga kerja mendapat gaji dan upah, tanah memperoleh sewa, modal memperoleh bunga dan keahlian keusahawanan memperoleh keuntungan. Pendapatan yang diperoleh masing-masing jenis faktor produksi tersebut tergantung kepada harga dan jumlah masing-masing faktor produksi yang digunakan. Jumlah pendapatan yang diperoleh berbagai faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan sesuatu barang adalah sama dengan harga dari barang tersebut. (Sukirno, 2002).

Dalam proses produksi, perusahaan mengubah masukan (input), yang juga disebut sebagai faktor produksi (factors of production) termasuk segala sesuatunya yang harus digunakan perusahaan sebagai bagian dari proses produksi, menjadi keluaran (output). Misalnya sebuah pabrik roti menggunakan masukan yang mencakup tenaga kerja, bahan baku seperti; terigu, gula dan modal yang telah diinvestasikan untuk panggangan, mixer serta peralatan lain yang digunakan. Tentu saja setelah proses produksi berjalan akan menghasilkan produk berupa roti.

Menurut Pyndick (Salvatore, 2006) menjelaskan bahwa hubungan antara masukan pada proses produksi dan hasil keluaran dapat digambarkan melalui fungsi produksi. Fungsi ini menunjukkan keluaran Q yang dihasilkan suatu unit usaha untuk setiap kombinasi masukan tertentu. Untuk menyederhanakan fungsi tersebut dapat dituliskan sebagai berikut :

Q = f{K, L}... ... 2.1 Persamaan ini menghubungkan jumlah keluaran dari jumlah kedua masukan yakni modal dan tenaga kerja.


(35)

Cobb-Douglas adalah salah satu fungsi produksi yang paling sering digunakan dalam penelitian empiris. Fungsi ini juga meletakkan jumlah hasil produksi sebagai fungsi dari modal (capital) dengan faktor tenaga kerja (labour). Dengan demikian dapat pula dijelaskan bahwa hasil produksi dengan kuantitas atau jumlah tertentu akan menghasilkan taraf pendapatan tertentu pula. Secara sederhana fungsi produksi Cobb-Douglas tersebut dapat dituliskan sebagai berikut :

Q = ALαKβ ... 2.2 Dimana Q adalah output dan L dan K masing-masing adalah tenaga kerja dan barang modal. A, α (alpha) dan β (beta) adalah parameter-parameter positif yang dalam setiap kasus ditentukan oleh data. Semakin besar nilai A, barang teknologi semakin maju. Parameter α mengukur persentase kenaikan Q akibat adanya kenaikan satu persen L sementara K dipertahankan konstan. Demikian pula parameter β, mengukur persentase kenaikan Q akibat adanya kenaikan satu persen K sementara L dipertahankan konstan. Jadi, α dan β masing-masing merupakan elastisitas output dari modal dan tenaga kerja. Jika α + β = 1, maka terdapat tambahan hasil yang konstan atas skala produksi; jika α + β > 1 terdapat tambahan hasil yang meningkat atas skala produksi dan jika α + β < 1 maka artinya terdapat tambahan hasil yang menurun atas skala produksi. Pada fungsi produksi Cobb-Douglas (Salvatore, 2006).

Berdasarkan penjelasan fungsi produksi Cobb-Douglas di atas, dapat dirumuskan bahwa faktor-faktor penentu seperti tenaga kerja dan modal merupakan hal yang sangat penting diperhatikan terutama dalam upaya mendapatkan cerminan


(36)

tingkat pendapatan suatu usaha produksi seperti Industri Kecil. Ini berarti bahwa jumlah tenaga kerja serta modal peralatan yang merupakan input dalam kegiatan produksi Pengusaha Industri Kecil dapat memberikan beberapa kemungkinan tentang tingkat pendapatan yang mungkin diperoleh.

Selanjutnya, Widayat (2001) menjelaskan bahwa proses produksi pada umumnya membutuhkan berbagai macam faktor produksi, misalnya tenaga kerja, modal dan berbagai bahan mentah. Pada setiap proses produksi, faktor-faktor produksi tersebut digunakan dalam kombinasi tertentu. Misalnya dari faktor-faktor produksi yang digunakan itu input X1, penggunaan terus ditambah sedangkan input yang lain tetap, maka fungsi produksi dianggap tunduk pada hukum yang disebut The Law of Diminishing Returns. Hukum ini mengatakan bahwa : bila satu macam input penggunaannya terus ditambah sedang input-input yang lain penggunaannya tidak berubah, maka tambahan output yang dihasilkan dari setiap tambahan satu unit input yang ditambahkan tadi mula-mula menaik akan tetapi kemudian menurun bila input tersebut ditambah. Untuk selanjutnya, input yang berubah itu dinamakan input variabel. Tambahan output yang diperoleh karena adanya tambahan satu unit input tersebut dinamakan Marginal Physical Product (MPP), dari input tersebut dapat ditulis:

1 1

x Q MPPxn

∂ ∂ =

Kalau hubungan antara output dan input variabel digambarkan dalam suatu grafik maka akan didapat suatu kurva yang dinamakan kurva Total Physical Product


(37)

(TPP). Kurva Total Physical Product (TPP) ini didefinisikan sebagai kurva yang menunjukkan tingkat produksi total (Q) pada berbagai tingkat penggunaan input variabel dan input lainnya dianggap tetap, sehingga:

TPP = f (X1, X2, ... Xn)

Kurva lain yang dapat diturunkan dari kurva Total Physical Product (TPP) adalah kurva Marginal Physical Product (MPP) dan kurva Average Physical Product (APP). Kurva Marginal Physical Product (MPP) adalah kurva yang menunjukkan tambahan Total Physical Product (TPP) karena adanya tambahan penggunaan satu input variabel. Secara matematis dapat ditulis:

x x f x Q x TPP MPP ∂ ∂ = ∂ ∂ = ∂ ∂ = ( )

Kurva Average Physical Product (APP) adalah kurva yang menunjukkan hasil rata-rata per unit input variabel pada berbagai tingkat penggunaan input tersebut, dan ditulis secara matematis:

x

x

f

x

Q

x

TPP

APP

=

=

=

(

)

Hubungan antara Marginal Physical Product (MPP) dan Average Physical Product (APP) di atas selanjutnya dapat menjelaskan tentang elastisitas produksi. Mubyarto (2000) menyatakan bahwa dengan elastisitas produksi yang berbeda-beda, maka dapat diketahui apakah pendapatan tersebut dalam keadaan increasing atau decreasing. Apabila nilai elastisitas produksi lebih besar dari satu, bila produksi total menaik maka pendapatan ada pada daerah increasing, dan sebaliknya bila nilai


(38)

elastisitas produksi lebih besar dari nol tetapi lebih kecil dari satu, maka pendapatan tersebut ada pada daerah decreasing. Elastisitas produksi (Ep) adalah persentase perubahan dari output sebagai akibat dari persentase perubahan dari input. Ep ini dapat dituliskan melalui rumus sebagai berikut (Soekartawi, 2003):

Y X X Y Ep atau X

X Y

TPP

Ep / , .

ΔΔ = Δ

Δ =

Di mana : Y adalah hasil produksi (output) X adalah faktor produksi (input)

Karena ΔY⁄ΔX = MPP, dan YX = APP maka Ep = MPPAPP

Akan tetapi karena besarnya koefisien elastisitas produksi dapat diketahui dari hasil fungsi produksi Cobb Douglas (hasil analisis OLS) dan besarnya Average Physical Product (APP) dapat dihitung berdasarkan data yang tersedia, maka Marginal Physical Product (MPP) juga dapat dihitung dengan menggunakan koefisien elastisitas produksi sebagai berikut :

MPPxi = Ep (Y⁄Xi)

= ai (Y⁄Xi)

= ai . APP

2.5 Konsep Pendidikan

Pendidikan menekankan pada kemampuan yang harus dimiliki oleh lulusan suatu jenjang pendidikan. Kompetensi atau standar kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan


(39)

berpikir dan bertindak. Standar kompetensi yaitu batas dan arah kemampuan yang harus dimiliki dan dapat dilakukan siswa setelah mengikuti proses pembelajaran suatu mata pelajaran tertentu. Cakupan materi yang terkandung pada setiap standar kompetensi cukup luas terkait dengan konsep yang ada dalam suatu mata pelajaran. Pendidikan berbasis kompetensi ini berimplikasi terhadap pengembangan silabus dan sistem pengujian berbasis kemampuan dasar.

Notoatmodjo (2002) mengemukakan, Pendidikan pada umumnya berkaitan dengan mempersiapkan calon tenaga yang diperlukan oleh suatu Instansi atau organisasi, sedangkan pelatihan lebih berkaitan dengan peningkatan kemampuan atau keterampilan karyawan yang sudah menduduki suatu pekerjaan atau tugas tertentu. Dalam suatu pelatihan orientasi atau penekanannya pada tugas yang harus dilaksanakan (job orientation), sedangkan pendidikan lebih pada pengembangan kemampuan umum.

Sementara itu, pelatihan menurut Sunarto dan Sahedhy (2001), adalah proses sistematik pengubahan perilaku para karyawan dalam suatu arah guna meningkatkan tujuan organisasional. Dalam pelatihan diciptakan suatu lingkungan dimana para karyawan dapat memperoleh atau mempelajari sikap, kemampuan, keahlian, pengetahuan dan perilaku yang spesifik yang berkaitan dengan pekerjaan.

Selanjutnya Handoko (2000) berpendapat, pendidikan dilaksanakan untuk menutup gap antara kecakapan atau kemampuan karyawan dengan permintaan jabatan dan dengan adanya program pelatihan tersebut diharapkan dapat


(40)

meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja karyawan dalam mencapai sasaran-sasaran kerja yang telah ditetapkan.

Setiap standar kompetensi dijabarkan menjadi beberapa kemampuan dasar yang merupakan perincian lebih lanjut dari standar kompetensi tersebut. Perumusan kemampuan dasar, dapat menggunakan kata-kata kerja misalnya : menunjukkan, menghitung, menggambarkan, membedakan, mengidentifikasikan, menafsirkan, menerapkan, menggunakan, menentukan, menyusun, menyimpulkan, mengevaluasi, merumuskan, membuat, menganalisis, mensintesis dan sebagainya yang merupakan tingkah laku hasil belajar yang dapat diamati (observable) dan diukur (measurable).

Tingkat pendidikan adalah suatu proses jangka panjang yang menggunakan prosedur sistematis dan terorganisir, yang mana tenaga kerja manajerial mempelajari pengetahuan konsepsual dan teoritis untuk tujuan-tujuan umum. Konsekuensi dunia pendidikan dengan sektor ekonomi masyarakat Indonesia memiliki hubungan yang erat, di mana kedua komponen lembaga tersebut merupakan aset negara yang memerlukan pengelolan secara hati-hati dan cermat. Secara lebih khusus hubungannya menyangkut modal fisik, tenaga kerja dan kemajuan teknologi yang menjadi tiga faktor pokok sebagai masukan (input) dalam produksi pendapatan nasional. Semakin besar jumlah tenaga kerja (berarti laju pertumbuhan penduduk tinggi) semakin besar pendapatan nasional dan semakin tinggi pertumbuhan ekonomi.


(41)

2.6 Penelitian Sebelumnya

Penelitian sebelumnya yang menjadi referensi dalam penelitian ini yaitu : M. Fadly (2006) meneliti tentang Kajian Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi perkembangan Usaha Kecil dan Menengah di Sumatera Utara. Penelitian ini menggunakan variabel bebasnya kemampuan diri (usia dan pendidikan), penjualan, harga, modal usaha, desain, kemampuan bersaing dan jenis usaha. Hasil analisis data diketahui bahwa faktor yang paling mempengaruhi perkembangan Usaha Kecil dan Menengah yaitu pengadaan bahan baku, peningkatan skill tenaga kerja, stabilitas harga, jumlah produksi dan lama berusaha.

Syafrijal (2003) meneliti tentang Analisis faktor-fakor yang mempengaruhi pertumbuhan industri kecil di wilayah segitiga industri di Jawa Timur. Variabel bebas yang digunakan yaitu ketersediaan bahan baku, jumlah pekerja, ketrampilan, alat produksi (teknologi), modal sendiri, modal pinjaman, intensitas, manajemen dan intensitas promosi. Hasil pembahasan diketahui bahwa secara bersama-sama ketersediaan bahan baku, jumlah pekerja, ketrampilan, alat produksi (teknologi), modal sendiri, modal pinjaman, intensitas manajemen, intensitas promosi berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan industri kecil di wilayah segitiga industri di Jawa Timur.

Sasmita (2006), meneliti tentang Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usaha nelayan di Kabupaten Asahan. Variabel bebas yang digunakan yaitu modal kerja, tenaga kerja, waktu melaut dan pengalaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa modal kerja, tenaga kerja dan lama waktu melaut berpengaruh


(42)

positif dan signifikan terhadap peningkatan pendapatan nelayan di Kabupaten Asahan sedangkan pengalaman melaut berpengaruh positif tetapi tidak signifikan dan modal kerja yang paling signifikan pengaruhnya.

Rochaeni, R dan Lokolo E.M, (2006), meneliti tentang Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan ekonomi rumah tangga petani di Kelurahan Setugede Kota Bogor. Variabel bebas yaitu pengalaman, jenis kelamin, pengetahuan, keterampilan, jumlah tanggungan dan pendapatan kepala rumah tangga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu kerja lebih banyak ditujukan pada non usahatani karena pendapatan non usahatani lebih besar, kontribusi pendapatan rumah tangga petani dari usaha tani padi sebesar 27,29 %, dari non usaha tani 72,68 %.

Suryananto G. (2005), meneliti tentang Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan pedagang konveksi (studi kasus di Pasar Godean, Sleman, Yogyakarta), variabel bebas yang digunakan jam berdagang, modal dagang dan pengalaman berdagang. Hasil pembahasan diketahui secara bersama modal dagang, jam berdagang dan pengalaman berdagang sangat mempengaruhi pendapatan pedagang konveksi atau secara serentak berpengaruh positif terhadap pendapatan pedagang konveksi.


(43)

2.7 Kerangka Pemikiran

Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pengusaha Industri Kecil di Kabupaten Dairi

2.8 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, tinjauan kepustakaan dan dari berbagai hasil kajian empiris yang telah dilakukan peneliti-peneliti sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian ini sebagai berikut :

1. Modal berpengaruh positif terhadap Pendapatan Pengusaha Industri Kecil di Kabupaten Dairi, Ceteris Paribus.

2. Jumlah tenaga kerja berpengaruh positif terhadap Pendapatan Pengusaha Industri Kecil di Kabupaten Dairi, Ceteris Paribus.

Modal

Jumlah Tenaga Kerja

Lama Berusaha

Tingkat Pendidikan

Pendapatan Industri Kecil


(44)

3. Lama berusaha berpengaruh positif terhadap Pendapatan Pengusaha Industri Kecil di Kabupaten Dairi, Ceteris Paribus.

4. Tingkat pendidikan berpengaruh positif terhadap Pendapatan Pengusaha Industri Kecil di Kabupaten Dairi, Ceteris Paribus.

5. Bantuan Modal Pengusaha Industri Kecil berpengaruh positif terhadap Pendapatan Pengusaha Industri Kecil di Kabupaten Dairi, Ceteris Paribus. 6. Modal, jumlah tenaga kerja, lama berusaha, tingkat pendidikan dan

bantuan modal memiliki inelastis terhadap Pendapatan Pengusaha Industri Kecil di Kabupaten Dairi.


(45)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan Pengusaha Industri Kecil ini dilakukan di Kabupaten Dairi. Pemilihan lokasi tersebut berdasarkan karakter Pengusaha Industri Kecil di Kabupaten Dairi yang cukup banyak dan beragam jenisnya.

3.2 Populasi dan Sampel

Sugiyono (2003) menyatakan bahwa populasi adalah jumlah keseluruhan unit analisis yang akan diteliti yang mempunyai kuantitas (jumlah) dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Populasi penelitian ini meliputi keseluruhan Pengusaha Industri Kecil yang tersebar di kecamatan se-Kabupaten Dairi. Pengusaha Industri Kecil tersebut juga merupakan salah satu sektor formal yang memberikan tingkat pendapatan yang cukup baik bagi masyarakat di Kabupaten Dairi berjumlah 258 Pengusaha Industri Kecil pada tahun 2007.

Penentuan besarnya sampel dilakukan dengan penentuan populasi yang cukup banyak, kemudian disesuaikan dengan besarnya populasi yang ada di wilayah kecamatan dengan penentuan secara proporsional yaitu dari total populasi per


(46)

kecamatan dibagi dengan populasi kabupaten dikalikan dengan jumlah sampel kabupaten.

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan metode Stratified Proporsional Random Sampling dengan beberapa pertimbangan kriteria Pengusaha Industri Kecil yang berkaitan dengan penelitian ini. Kriteria tersebut adalah :

a. Pengusaha Industri Kecil yang minimal telah berdiri minimal 5 tahun terakhir. b. Pengusaha Industri Kecil yang telah memiliki izin dan terdaftar di Dinas

Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Dairi.

Sesuai dengan kriteria di atas, jumlah populasi Pengusaha Industri Kecil yang ada per kecamatan di Kabupaten Dairi dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 3.1. Jumlah Populasi Pengusaha Industri Kecil di Kabupaten Dairi Tahun 2007

No Nama Kecamatan Jumlah Populasi

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Sidikalang Sitinjo Berampu Parbuluan Sumbul Silahisabungan Silima Pungga-pungga Lae Parira Siempat Nempu Siempat Nempu Hulu Siempat Nempu Hilir Tigalingga Gunung Sitember Pegagan Hilir Tanah Pinem 153 8 2 8 33 2 13 3 2 2 2 18 2 6 4

Jumlah 258


(47)

Mengingat keterbatasan peneliti dalam hal waktu, pendanaan serta keterwakilan dan besaran jumlah populasi di kecamatan yang dapat mempengaruhi penelitian ini secara signifikan, maka ditentukan beberapa kecamatan yang memiliki populasi yang lebih banyak, yaitu :

Tabel 3.2. Kecamatan Yang Ditetapkan Menjadi Populasi No Nama Kecamatan Jumlah Populasi

1 2 3 4 5 6 7 Sidikalang Sitinjo Parbuluan Sumbul Silima Pungga-pungga Tigalingga Pegagan Hilir 153 8 8 33 13 18 6

Jumlah 239

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Dairi, 2008

Sugiyono (2003) : “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Cara pengambilan sampel dengan menggunakan rumus Slovin dalam Husein Umar (2008), sebagai berikut :

) (

1 Nxe2

N n

+ =

n = Ukuran sampel N = Ukuran populasi E = Tingkat kesalahan. Tingkat kesalahan ditetapkan 10%.


(48)

Berikut perhitungannya : ) 1 , 0 239 ( 1 239 2 x n + = ) 01 , 0 239 ( 1 239 x n + = 2,390 1 239 + = n 3,390 239 = n 50 , 70 =

n , dibulatkan menjadi 70 orang.

Jadi jumlah sampelnya sebanyak 70 responden.

Dalam penelitian ini akan ditentukan besaran sampel (sample size) yang diperoleh dengan teknik sampling yang telah disebutkan di atas. Adapun distribusi sampel size yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tabel 3.3. Distribusi Sampel Pengusaha Industri Kecil di Kabupaten Dairi Tahun 2007

No Nama Kecamatan Jumlah Populasi Jumlah Sampel 1 2 3 4 5 6 7 Sidikalang Sitinjo Parbuluan Sumbul Silima Pungga-pungga Tigalingga Pegagan Hilir 153 8 8 33 13 18 6 45 2 2 10 4 5 2

Jumlah 239 70


(49)

Jumlah sampel per kecamatan pada tabel di atas ditetapkan secara proporsional dengan cara sebagai berikut :

xn N Nkec nkec=

nkec : ukuran sampel kecamatan Nkec : ukuran populasi kecamatan N : ukuran populasi kabupaten n : ukuran sampel kabupaten

3.3 Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh dari sejumlah responden yang merupakan pelaku pada Industri Kecil di Kabupaten Dairi berdasarkan hasil kuesioner dan juga data sekunder berupa data Pengusaha Industri Kecil.

3.4 Model Analisis

Untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan Pengusaha Industri Kecil di Kabupaten Dairi digunakan persamaan regresi linier berganda (multiple lenear regression). Variabel terikat (dependent variable) dalam penelitian ini adalah Pendapatan Pengusaha Industri Kecil dan sebagai variabel bebas (independent variable) adalah modal, tingkat pendidikan, lama berusaha, jumlah


(50)

tenaga kerja dan bantuan modal. Untuk itu fungsi persamaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

Y = f { M, TK, LB, TP, BM } ... 1) Selanjutnya fungsi tersebut dispesifikasikan ke dalam model logaritma sebagai berikut :

Y =

α

0 +

α

1 M +

α

2 TK +

α

3 LB + α 4 TP + α 5 BM +

µ

...2)

Dimana :

Y = Pendapatan Pengusaha Industri Kecil (jutaan Rp/bln) M = Modal (jutaan Rp)

TK = Jumlah Tenaga Kerja (Orang) LB = Lama Berusaha (Tahun) TP = Tingkat Pendidikan (Tahun) BM = Bantuan Modal (Rp)

µ = Kesalahan Pengganggu

α

0,

α

1 ,

α

2

α

3 ,α 4 , α 5 = Koefisien Regresi

Koefisien regresi juga menyatakan nilai elastisitas pendapatan, di mana selanjutnya dapat dicari nilai Marginal Physical Product (MPP) dan Average Physical Product (APP) dan dapat diketahui pula pengaruh dari perubahan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi perubahan tingkat pendapatan. Menurut Gujarati (2003) jumlah koefisien regresi atau elastisitas produksi masing-masing variabel dapat menggambarkan keadaan-keadaan “return to scale”.


(51)

Jika jumlah koefisien regresi sama dengan 1 (satu), maka fungsi produksi tersebut berada pada keadaan constant return to scale yang artinya bahwa persentase penambahan input-input variabel tersebut akan menghasilkan persentase penambahan produksi yang sama. Selanjutnya jika jumlah koefisien regresi lebih besar daripada 1 (satu) maka fungsi produksi tersebut berada pada keadaan increasing return to scale yang artinya bahwa persentase penambahan input-input variabel tersebut akan menghasilkan persentase penambahan produksi yang lebih besar. Apabila jumlah koefisien regresi lebih kecil daripada 1 (satu), berarti fungsi produksi tersebut berada pada keadaan decreasing return to scale yang artinya bahwa persentase penambahan input-input variabel tersebut akan menghasilkan persentase penambahan produksi yang lebih kecil dibandingkan penambahan input.

3.5 Definisi Operasional

Untuk memudahkan pemahaman terhadap istilah dan variabel yang digunakan dalam penelitian ini perlu diberikan batasan operasional sebagai berikut :

1. Modal adalah sejumlah kekayaan, baik yang berupa barang–barang konkrit yang masih ada dalam rumah tangga termasuk harta tidak bergerak maupun berupa modal dasar yang ada dalam pembentukan Industri Kecil. Dalam penelitian ini ditetapkan dengan satuan Rupiah.

2. Jumlah tenaga kerja adalah keseluruhan individu yang bekerja pada Pengusaha Industri Kecil tersebut dan dinyatakan dalam orang.


(52)

3. Lama berusaha adalah lamanya waktu Pengusaha Industri Kecil tersebut beroperasi dinyatakan dalam dalam tahun.

4. Tingkat Pendidikan adalah lama Pendidikan Formal yang pernah diikuti oleh responden dinyatakan dalam dalam Tahun.

5. Bantuan Modal Pengusaha Industri Kecil merupakan sejumlah dana yang diterima untuk pengembangan usaha produktif dalam satuan rupiah.

6. Pendapatan Pengusaha Industri Kecil adalah jumlah seluruh uang yang diterima akibat aktivitas operasi Pengusaha Industri Kecil dalam waktu 1 bulan dan dinyatakan dalam satuan rupiah.

3.6 Metode Analisis

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan Metode Ordinary Least Square (OLS). Hal ini digunakan untuk melihat pengaruh Variabel Independen terhadap Variabel Dependen dalam penelitian ini. Dan sebagai alat analisis untuk mengolah data adalah dengan menggunakan program Eviews versi 5,1. Metode ini banyak digunakan karena ;

1. Pengestimasian parameter dengan menggunakan metode ini akan menghasilkan parameter yang bersifat optimum.

2. Perhitungan dengan menggunakan metode ini cukup mudah jika dibandingkan dengan metode ekonometrika yang lain dan metode ini tidak membutuhkan banyak data.


(53)

3. Metode Kuadrat Terkecil ini banyak digunakan secara luas dalam hubungan ekonomi dan banyak menghasilkan keputusan ekonomi yang baik. Dengan demikian metode ini banyak digunakan pada waktu mengestimasi hubungan dalam metode Ekonometrika.

4. Teknik-teknik dalam metode kuadrat terkecil sangat mudah dipahami. 5. Metode kuadrat Terkecil adalah komponen yang penting dalam

ekonometrika.

3.7 Test Goodness of Fit

Estimasi terhadap model dilakukan dengan menggunakan program statistik Eviews Versi 5,1. Koefisien yang dihasilkan dapat dilihat pada output regresi berdasarkan data yang dianalisis untuk kemudian diinterpretasikan serta dilihat signifikansi tiap-tiap variabel yang diteliti.

Pengujian statistik dilakukan dengan menggunakan uji statistik Uji-t (t-test) dan

Uji – F (F-test). Uji – t dimaksudkan untuk mengetahui signifikansi variabel secara

partial, sementara Uji – F mengetahui signifikansi statistik secara serentak, Uji R2 bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kekuatan variabel bebas menjelaskan variabel terikat.

3.8 Uji Asumsi Klasik

Ada beberapa permasalahan yang bisa terjadi dalam model regresi linier, yang secara statistik permasalahan tersebut dapat mengganggu model yang telah dilakukan,


(54)

bahkan dapat menyesatkan kesimpulan yang diambil dari persamaan yang terbentuk. Untuk itu maka perlu melakukan uji asumsi klasik, yang terdiri dari (Pratomo, 2008). 3.8.1 Uji Normalitas

Pengujian Normalitas Data bertujuan untuk mengetahui apakah suatu variabel normal atau tidak. Normal disini dalam arti mempunyai distribusi data yang normal. Normal atau tidaknya berdasar patokan distribusi normal dari data dengan mean dan standar deviasi yang sama. Data yang mempunyai distribusi yang normal merupakan salah satu syarat dilakukannya parametric-test.

Untuk data yang tidak mempunyai distribusi normal tentu saja analisisnya harus menggunakan non parametric test. Selain itu data yang mempunyai distribusi secara normal berarti mempunyai sebaran yang normal pula. Dengan profil data semacam ini maka data tersebut dianggap bisa mewakili populasi. Untuk mengetahui apakah data yang kita miliki normal atau tidak, secara kasat mata kita bisa melihat histogram dari data yang dimaksud, apakah membentuk kurva normal atau tidak. Tentu saja cara ini sangat subyektif.

Uji normalitas data yang digunakan di sini adalah uji Jarque Bera. Tahap uji Jarque Bera dengan menggunakan Eviews secara ringkas adalah sebagai berikut :

a. Formulasi hipotesis H0 : distribusi ut normal

HA : distribusi ut tidak normal

b. Menentukan tingkat signifikansi (a) c. Menentukan kriteria pengujian


(55)

H0 ditolak jika prob. JB £ a, H0diterima jika prob. JB > a .

d. Kesimpulan 3.8.2 Uji Linearitas

Uji linearitas digunakan untuk melihat apakah spesifikasi model yang digunakan sudah benar. Untuk menguji linearitas dalam penelitian ini digunakan uji Ramsey Reset (Ramsey Test), yaitu dengan membandingkan nilai F-hitung dengan F-tabel, dengan kriteria keputusan sebagai berikut :

1. Jika Fhitung > Ftabel, maka hipotesis yang menyatakan bahwa spesifikasi model yang digunakan dalam bentuk fungsi linear adalah benar, tidak ditolak.

2. Jika Fhitung < Ftabel, maka hipotesis yang menyatakan bahwa spesifikasi model yang digunakan dalam bentuk fungsi linear adalah benar, ditolak

3.8.3 Uji Multikolinieritas

Interpretasi persamaan regresi linier secara implisit bergantung pada asumsi bahwa variabel-variabel bebas dalam persamaan tersebut tidak saling berkorelasi. Jika dalam sebuah persamaan terdapat multikolinieritas akan menimbulkan beberapa akibat, untuk itu perlu pendeteksian multikolinieritas dengan besaran-besaran regresi yang di dapat, yakni :

1. Variasi besar (dari taksiran OLS)

2. Interval kepercayaan lebar (karena variasi besar maka standar error besar sehingga interval kepercayaan lebar).

3. Uji t (t-rasio) tidak signifikan, suatu variabel bebas yang signifikan baik secara substansi maupun secara statistik jika dibuat regresi sederhana,


(56)

bisa tidak signifikan karena variasi besar akibat kolinieritas. Bila standar error terlalu besar maka besar pula kemungkinan taksiran koefesien regresi (a1 – a4) tidak signifikan.

4. R2 tinggi tetapi tidak banyak variabel yang signifikan dari Uji t

5. Terkadang nilai taksiran koefesien yang didapat akan mempunyai nilai yang tidak sesuai dengan substansi, sehingga dapat menyesatkan interprestasi.

3.8.4 Uji Heterokedastisitas

Uji Heteroskedastisitas adalah variasi residual yang tidak sama untuk semua pengamatan. Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui terjadinya penyimpangan model karena varian gangguan berbeda antara satu observasi ke observasi yang lain. Dalam model regresi linier berganda juga harus bebas dari heteroskedastisitas. Dalam penelitian ini, digunakan metode uji white atau white’s general heteroscedasticity test (Gujarati, 2003).


(57)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Wilayah Penelitian 4.1.1 Demografi

Kabupaten Dairi sebagian besar terdiri dari dataran tinggi dan berbukit-bukit yang terletak antara 98000' – 98030' dan 2015'-30 00'LU. Sebagian besar tanahnya didapati gunung-gunung dan bukit-bukit dengan kemiringan bervariasi sehingga terjadi iklim hujan tropis. Kota Sidikalang adalah ibukota Kabupaten Dairi berada pada ketinggian 1.066 meter diatas permukaan laut.

Pada umumnya Kabupaten Dairi berada pada ketinggian rata-rata 700 s/d 1.250 m diatas permukaan laut. Sedangkan Kecamatan Tigalingga, Siempat Nempu dan Silima Pungga-Pungga terletak pada ketinggian antara 400 – 1.360 m diatas permukaan laut. Kecamatan Sumbul, Sidikalang, Parbuluan dan Tanah Pinem berada pada ketinggian 700- 1.600 meter diatas permukaan laut. Wilayah Kabupaten Dairi sebagian besar terdiri dari dataran tinggi yang bervariasi, dan sebagian besar merupakan pegunungan dan perbukitan.

Keadaan iklim Kabupaten Dairi pada umumnya beriklim subtropis pada daerah dengan ketinggian 400-1000 m diatas permukaan laut dan iklim dingin pada daerah ketinggian di atas 1000 m diatas permukaan laut.

Pertanian merupakan sektor utama yang mendukung perekonomian masyarakat Kabupaten Dairi, karena sebagian besar penduduknya adalah berusaha


(58)

pada sektor ini. Sektor pertanian memberikan kontribusi terbesar dalam Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Dairi, yaitu sebesar 70,08% (BPS Kabupaten Dairi, 2007: 302). Dalam pengelompokan sektor ekonomi, sektor pertanian terdiri dari subsektor tanaman pangan, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan.

4.1.2 Penduduk

Pada tahun 2006 jumlah penduduk di tiga kecamatan tersebut mencapai 67.977 jiwa (25,39 % dari jumlah penduduk kabupaten) dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 14.704 KK (23,84 %dari jumlah kepala keluarga kabupaten). Lebih dari 2 % diantaranya berusaha tani kopi arabika di samping kopi robusta, kemiri, nilam, gambir, karet, kakao, dan lain-lain. Total luas lahan perkebunan kopi arabika tahun 2006 di ketiga kecamatan tersebut mencapai 798 hektar (7,98 % dari luas perkebunan kopi arabika di kabupaten) dengan produktivitas 316,89 ton atau 33,69 % dari total produktivitas kopi arabika di kabupaten (BPS Kabupaten Dairi, 2007).

Data kependudukan yang di muat dalam publikasi ini merupakan hasil dari proyeksi penduduk keadaan akhir tahun 2006 dengan dasar hasil data Pendaftaran Pemilih dan Pendataan Penduduk Berkelanjutan (P4B) yang pelaksanaannya pada bulan April 2003. Penduduk Kabupaten Dairi keadaan 31 Desember 2006 berjumlah 267.629 jiwa dengan rasio jenis kelamin (sex ratio) sebesar 99,42 %.

Dari jumlah penduduk laki-laki dan perempuan dapat dihitung Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP). Pengambilan tahun dasar perhitungan laju


(59)

pertumbuhan penduduk (LPP) adalah tahun 2000 dimana pada tahun tersebut di lakukan sensus penduduk. LPP Kabupaten Dairi tahun 2006 sebesar 0,02 % (terjadin penurunan dibanding tahun 2000 sebesar 0,11 %). Kabupaten Dairi pada tahun 2006 mengadakan pemekaran terhadap desa/kelurahannya. Pemekaran desa/ kelurahan dan kecamatan yang pada prinsipnya bertujuan untuk mempercepat laju pembangunan sehingga beberapa desa/kelurahan dimekarkan. Jumlah desa/ kelurahan di Kabupaten Dairi tahun 2006 sebanyak 156 desa dengan luas wilayah 1.927,82 Km2 membuat tingkat kepadatan tertinggi terdapat di Kecamatan Sidikalang (622 jiwa/km2) dan Kecamatan Siempat Nempu (341 jiwa/km2). Sedangkan yang terendah adalah Kecamatan Tanah Pinem (45 jiwa/km2) dan Kecamatan Silahisabungan (61 jiwa/km2). Ditinjau dari sudut kelompok umur, penduduk Kabupaten Dairi tergolong dalam penduduk muda karena penduduk usia 0-14 tahun masih sebanyak 39,96 %, dimana 41,24 % untuk penduduk laki-laki dan 38,69 % untuk penduduk perempuan. Persentase penduduk usia muda tersebut merupakan beban yang sangat berarti bagi penduduk usia produktif (15-64 tahun), yang berjumlah 149.744 jiwa (55,95 %). 4.1.3 Pendidikan

Salah satu Sumber daya pembangunan adalah manusia, untuk dapat membentuk SDM yang handal diperlukan adanya peningkatan mutu pendidikan. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam mendukung proses perencanaan dan pelaksanaan pembangunan di segala bidang kehidupan masyarakat. Kualitas Sumber daya manusia sangat tergantung dari kualitas pendidikan yang pernah dikecapnya. Peningkatan kualitas Sumber daya manusia sudah merupakan kebutuhan yang


(60)

mendesak untuk menghadapi tantangan era komputerisasi dan informasi yang semakin canggih.

Upaya peningkatan kecerdasan dan keterampilan penduduk melalui proses pendidikan sangat tergantung pada sarana dan prasarana pendidikan yang tersedia yaitu gedung sekolah dan kualitas guru/tenaga pengajar . Kualitas dan kelengkapan sarana dan prasarana pendidikan ini akan mempengaruhi keberhasilan siswa pada era kurikulum berbasis kompetensi ini. Informasi berikut akan menyajikan keadaan pendidikan di Kabupaten Dairi mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai tingkat menengah atas. Jika diambil rata-rata untuk semua jenjang pendidikan, rasio murid/guru di Kabupaten Dairi tergolong relatif kecil yaitu 22 (dua puluh dua) murid per kelas. Angka yang relatif kecil ini akan memberi dampak positif bagi murid, yaitu dapat menyerap pelajaran dengan baik, karena guru dapat leluasa face to face untuk mengajar.

Sejenis penyegaran yang seharusnya diberikan pada guru, terutama yang mengajar ilmu pengetahuan yang sifatnya sangat mobile (berubah cepat). Hal ini diindikasi akan mengurangi tingkat kegagalan murid pada Ujian Akhir yang sifatnya Nasional (UAN). Karena terutama untuk tingkat pendidikan SMU merupakan tahap akhir untuk memasuki jenjang pendidikan Akademi/Universitas. Angka partisipasi kasar SD di peroleh dengan membagi jumlah murid SD dengan penduduk berusia 7-12 tahun .Indikator ini digunakan untuk mengetahui besarnya tingkat partisipasi sekolah (kotor) penduduk pada jenjang pendidikan SD.


(61)

Penghitungan sederhana dengan membagi distribusi umur 5 tahunan menjadi umur tunggal yang berjumlah sama menghasilkan angka kasar penduduk yang berusia 7-12 tahun penduduk pada usia ini di peroleh sebanyak 46.550 orang sedangkan jumlah murid SD keseluruhan sebanyak 46.510 orang dari jumlah tersebut di peroleh angka partisipasi kasar SD sebesar 99,91 % yang berarti sebesar 0,09 % anak usia 7-12 tahun tidak duduk di bangku sekolah dasar. Angka partisipasi kasar SLTP diperoleh dengan membagi jumlah murid SLTP dengan penduduk usia 13-15 tahun .Indikator ini digunakan untuk mengetahui besarnya tingkat partisipasi sekolah (kotor) penduduk pada jenjang pendidikan SLTP. Hal ini juga mengungkapkan kemampuan pendidikan SLTP dalam menyerap penduduk usia 13-15 tahun. Perhitungan seperti diatas menghasilkan angka kasar 92,80 % yang berarti sebesar 7,20 % penduduk usia SMP tidak duduk di bangku SMP, dengan jumlah murid SMP sebanyak 18.054 orang.

Peranan SMU Filial dalam menampung lulusan SMP yang tidak dapat melanjutkan pendidikannya keluar kecamatan karena didaerah tersebut tidak ada SMA sangat besar. SMU Filial yang terdapat di Kecamatan Siempat Nempu Hulu dan Siempat Nempu Hilir membantu peningkatan SDM penduduk. Dari 40 SMU (termasuk SMU Filial dan Madrasah Aliyah) tedapat 13.308 murid dan 922 orang guru. Dari sebanyak 13.308 orang murid SMA, 31,24 % diantaranya mengecap pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan. Hal ini menandakan minat murid dan orangtua sudah mengarah pada jenjang pendidikan yang siap pakai dan dapat berusaha secara mandiri.


(62)

4.1.4 Pertanian

Berdasarkan keadaan alam dan topografi Kabupaten Dairi maka sektor pertanian merupakan potensi terbesar mendukung perekonomian masyarakat. Hasil Pendaftaran Rumah Tangga Sensus Pertanian Tahun 2003 ( Angka Tetap ) terdapat 57.591 rumah tangga pertanian mencakup kegiatan bertani/berkebun, beternak ikan kolam, keramba maupun tambak, dan mengusahakan ternak/unggas. Persentase terbesar merupakan rumah tangga tani pengguna lahan sebesar 99,86 % dengan produksi jenis tanaman yaitu tanaman padi dan palawija, tanaman perkebunan rakyat dan hortikultura sebagai Sumber mata pencaharian penduduk yang utama. Dari tabel yang disajikan mengenai pertanian dalam publikasi ini dapat dilihat beberapa gambaran kasar potensi pertanian menurut jenis tanaman berdasarkan luas, jumlah produksi dan rata-rata hasil per hektar yang dapat dicapai. Produksi terbesar tanaman padi adalah padi sawah dengan jumlah produksi 63.615,67 ton pada tahun 2006. Dibandingkan dengan tahun 2004 terjadi penurunan sebesar 4,61 %. Penurunan produksi ini sebanding dengan menurunnya luas panen sekitar 0,52 % yaitu dari 14.013,69 hektar pada tahun 2004 turun menjadi 13.941,38 hektar pada tahun 2006. Hal ini terjadi karena adanya perubahan status lahan atau penggunaan lahan, dari lahan sawah berubah menjadi lahan tanaman palawija lainnya ataupun dijadikan tambak perikanan. Sedangkan produksi padi ladang tahun 2006 mengalami kenaikan sekitar 19,31 % yaitu 22.498,90 ton tahun 2004 naik menjadi 26.843,40 ton tahun 2006. Produksi tanaman palawija maupun hortikultura semusim secara keseluruhan mengalami penurunan bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Produksi


(63)

tanaman palawija yang mengalami penurunan pada tahun 2006, adalah Ubi Kayu dengan produksi sebesar 2.458,40 ton, Kacang Tanah sebesar 3.094,89 ton, Jagung 116.066,05 ton dan Tomat 1.243 ton. Produksi buah-buahan umumnya mengalami penurunan.

Ditinjau dari luas dan produksi tanaman perkebunan rakyat pada tahun 2006 dapat dilihat bahwa Kopi ( Robusta dan Arabika) memiliki luas lahan sebesar 20.306 hektar dengan Total produksi 11.806,94 ton. Pada tahun 2006 Produksi Kopi terbesar adalah Jenis Arabika. Produksi kopi Arabika sebesar 8.942,20 ton dengan luas lahan 9.997 hektar dan rata-rata/ha sebesar 894,49 Kg sedangkan Kopi Robusta sebesar 2.864,74 ton dengan luas lahan sebesar 10.309 hektar dan ratarata per hektar 277.89 Kg. Secara umum rata-rata produksi tanaman kopi Robusta tahun 2006 terjadi kenaikan dibandingkan tahun 2005 yaitu dari 249 Kg tahun 2005 naik menjadi 277.89 Kg tahun 2006, sedangkan rata produksi tanaman kopi Arabika tahun 2006 terjadi kenaikan dibandingkan tahun 2005 yaitu dari 781,92 Kg tahun 2005 naik menjadi 894,49 Kg tahun 2006.Berikutnya adalah tanaman Kemiri dengan luas lahan 3.689 Hektar dan Kemenyan seluas 213 Hektar. Sedangkan luas tanaman Karet, Kelapa, Kulit Manis ( Kayu Manis) dan Cengkeh berturut-turut adalah 176 Hektar, 542 Hektar, dan 360 Hektar.

4.1.5 Industri

Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi menjadi barang jadi dengan nilai tambah yang lebih tinggi untuk


(64)

penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaannya. Pembangunan industri pada hakekatnya selain untuk memenuhi kebutuhan pokok rakyat, adalah untuk menciptakan landasan yang kokoh dan kuat menuju tinggal landas, yaitu tercapainya struktur ekonomi yang seimbang, dimana terdapat kemampuan dan kekuatan industri yang maju serta didukung oleh kemampuan dan kukuatan pertanian yang tangguh. Pada tahun 2006 di Kabupaten Dairi terdapat 333 unit perusahaan Industri Kecil, (data diperoleh dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Dairi). Banyaknya perusahaan/usaha industri yang dimaksud adalah yang bergerak di sektor industri Pengolahan. Berdasarkan banyaknya perusahaan Industri Kecil maka Kecamatan Sidikalang menempati posisi pertama sebanyak 167 unit, dimana jumlah ini mencapai 50,15 % dari jumlah keseluruhan perusahaan industri Kecil diKabupaten Dairi. Sedangkan pada tahun 2007 terdapat 258 Pengusaha Industri Kecil, terjadi penurunan yang cukup signifikan dari sisi jumlah yaitu sebesar 22, 52 % yang mana hal ini dapat mengakibatkan penurunan pendapatan Pengusaha Industri Kecil itu sendiri maupun penyerapan tenaga kerja. Jenis Industri Kecil ini seperti pembuatan roti, Lemon, Tukang Jahit, Tukang Mas, Gilingan Kopi, Bengkel Mobil, Bengkel Sepeda Motor, Bengkel Sepeda, Perusahan Bulu Ayam, Pembuatan Tahun, Tukang Tilam, reparasi Radio dan Tukang Gigi masih terkonsentrasi di Kecamatan Sidikalang.


(1)

Lampiran 4 (Lanjutan)

Uji Multikolinearitas

Persamaan 5 : X4 =

β

1

+

β

2

lX

1

+

β

3

X

2

+

β

4

X

3

+

β

5

X

5

+ µ

Output persamaan 5

Dependent Variable: X4 Method: Least Squares Date: 07/15/09 Time: 08:31 Sample: 1 70

Included observations: 69

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 7.912889 1.303709 6.069519 0.0000 X1 0.079496 0.021676 3.667410 0.0005 X2 0.068205 0.234804 0.290477 0.7724 X3 -0.104555 0.085031 -1.229608 0.2233 X5 0.075930 0.028832 2.633499 0.0106 R-squared 0.248676 Mean dependent var 10.95652

Adjusted R-squared 0.201718 S.D. dependent var 3.431835 S.E. of regression 3.066228 Akaike info criterion 5.148478 Sum squared resid 601.7124 Schwarz criterion 5.310369 Log likelihood -172.6225 F-statistic 5.295745 Durbin-Watson stat 1.924300 Prob(F-statistic) 0.000952 Sumber : Output Eviews 5.1


(2)

Lampiran 4 (Lanjutan)

Uji Multikolinearitas

Persamaan 6 : X5 =

β

1

+

β

2

lX

1

+

β

3

X

2

+

β

4

X

3

+

β

5

X

4

+ µ

Output persamaan 6

Dependent Variable: X5 Method: Least Squares Date: 07/15/09 Time: 08:32 Sample: 1 70

Included observations: 69

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 6.407598 6.691202 0.957615 0.3419 X1 -0.087863 0.097580 -0.900422 0.3713 X2 -1.593758 0.946834 -1.683251 0.0972 X3 0.355537 0.351474 1.011559 0.3156 X4 1.287627 0.488942 2.633499 0.0106 R-squared 0.136041 Mean dependent var 16.69565

Adjusted R-squared 0.082043 S.D. dependent var 13.17898 S.E. of regression 12.62678 Akaike info criterion 7.979222 Sum squared resid 10203.88 Schwarz criterion 8.141113 Log likelihood -270.2831 F-statistic 2.519395 Durbin-Watson stat 1.760287 Prob(F-statistic) 0.049705 Sumber : Output Eviews 5.1


(3)

Lampiran 5. Hasil Uji Heteroskedastisitas (Uji White)

White Heteroskedasticity Test:

F-statistic 1.895763 Prob. F(10,58) 0.064211 Obs*R-squared 16.99736 Prob. Chi-Square(10) 0.074422

Test Equation:

Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 07/15/09 Time: 08:28 Sample: 1 70

Included observations: 69

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 3.985053 1.606449 2.480659 0.0160 X1 0.005821 0.043374 0.134215 0.8937 X1^2 4.99E-05 0.000528 0.094480 0.9251

X2 -0.335085 0.325364 -1.029877 0.3073 X2^2 0.028785 0.038155 0.754411 0.4537 X3 -0.042088 0.132044 -0.318742 0.7511 X3^2 0.004000 0.004442 0.900384 0.3716 X4 -0.492317 0.227486 -2.164163 0.0346 X4^2 0.019132 0.009729 1.966477 0.0540 X5 -0.056362 0.026004 -2.167407 0.0343 X5^2 0.001347 0.000592 2.275032 0.0266 R-squared 0.246339 Mean dependent var 0.601414

Adjusted R-squared 0.116397 S.D. dependent var 1.043049 S.E. of regression 0.980468 Akaike info criterion 2.943603 Sum squared resid 55.75638 Schwarz criterion 3.299765 Log likelihood -90.55430 F-statistic 1.895763 Durbin-Watson stat 2.122607 Prob(F-statistic) 0.064211 Sumber : Output Eviews 5.1


(4)

Lampiran 6. Data Tabulasi Variabel

N

Modal

(Jutaan

Rp.)

Jumlah

Tenaga

Kerja

Lama

Berusaha

Tingkat

Pendidikan

Bantuan

Modal

(Jutaan Rp.)

Pendapatan

(Jutaan

Rp.)

1 2 3 4 5

6

7

1 25 5

13 9

20

4,0

2 15 4

10 6

10

2,0

3 25 3

12 6

15

3,0

4 10 3

22 6

10

1,5

5 40 4

8 12

0

4,5

6 20 5

12 6

0

3,0

7 70 4

13 12

50

5,0

8 25 3

20 6

5

2,0

9 60 5

12 12

15

5,0

10 50 6

12 17

15

5,0

11 30 1

12 6

10

3,0

12 50 2

14 17

0

4.5

13 50 4

13 17

20

4.5

14 15 2

9 6

25

2.5

15 25 2

9 12

35

4,0

16 55 2

17 17

40

4.5

17 20 1

9 9

15

2.5

18 35 1

16 9

15

2,0

19 45 2

14 13

15

3,0

20 15 2

6 6

10

3,0

21 25 2

17 15

50

5,0

22 15 2

5 9

15

2,0

23 20 2

12 9

25

3,0

24 20 2

4 12

15

3,0

25 15 1

12 6

15

2,5

26 27 4

13 17

25

4,5


(5)

Lampiran 6 (Lanjutan)

1 2 3 4 5

6

7

33 15 1

4 12

10

3,0

34 70 2

15 12

35

5,0

35 40 2

6 12

10

4,0

36 25 2

9 12

0

3,0

37 65 2

14 12

15

5,0

38 60 8

14 12

0

4,0

39 60 2

5 13

15

4,0

40 35 2

9 17

0

4,0

41 55 4

15 13

35

7,0

42 50 4

15 12

15

5,0

43 35 4

17 12

0

4,0

44 60 6

22 12

0

7,0

45 55 2

13 6

0

6,0

46 60 7

15 12

0

5,0

47 40 6

15 12

0

5,0

48 55 2

9 12

20

4,0

49 35 5

25 12

10

5,0

50 50 4

11 12

10

4,0

51 50 3

18 9

15

5,0

52 40 3

14 12

12

5,0

53 20 7

20 12

15

5,0

54 35 2

9 12

0

4,0

55 45 2

25 12

15

6,0

56 55 7

18 12

15

5,6

57 47 2

15 9

10

4,5

58 20 6

21 6

15

5,0

59 20 5

21 9

25

5,0

60 60 6

12 17

30

6,0

61 15 2

12 9

0

3,0

62 15 7

17 6

15

5,0

63 50 7

12 6

15

5,0

64 55 3

17 12

20

4,0

65 15 2

9 9

0

2,0


(6)

Lampiran 6 (Lanjutan)

1 2 3 4 5

6

7

66 15 2

9 9

20 3,0

67 50 2

12 12

25 5,0

68 70 3

12 12

0 5,0

69 25 2

9 6

20 2,0

70 20 2

12 6

20 3,0

Total

2541,00 228,00

905,00

765,00

1152,00

285,00

Rata-rata

36,30 3,26

12,93

10,93

16,70

4,07

Max

70,00 8,00

25,00

17,00

50,00

7,00