2. KERANGKA KARAKTER KEPULAUAN
Inisiatif pengembangan konsep “Memantapkan Indonesia Sebagai Negara Maritim Yang Tangguh Gagasan Akademisi, Teknokrat dan Praktisi Demi
NKRI ” merupakan ide “brilian” yang harus didukung dalam berbagai
perspektif. Pada bagian ini, pertanyaan mendasar yang kemudian harus dijawab adalah “Apa saja substansi karakter kepulauan yang menjadi basis perwujudan
negara maritim ?”. Pertanyaan ini menjadi penting untuk membangun kerangka
karakter kepulauan sebagai arahan dalam pendekatan sistem pada pembangunan kemaritiman di Indonesia.
Dikursus tentang karakter kepulauan menghasilkan beberapa kata kunci, antara lain: 1 keterpencilan; 2 rentanitas pulau, termasuk sumberdaya dan
lingkungan; 3 orientasi dan ketergantungan kegiatan produktif pada sumberdaya dan lingkungan pesisir dan laut; 4 keanekaragaman sumberdaya
alam dan manusia; 5 eksistensi institusi lokal; 6 persoalan keamanan wilayah; 7 potensi pangan lokal; 8 keterbatasan teknologi; dan 9 kemiskinan.
Sembilan kata kunci ini merupakan basis pengembangan kerangka karakter kepulauan yang menjadi tujuan integrasi pembangunan maritim secara
berkelanjutan di Indonesia. Pertama
, keterpencilan wilayah kepulauan mengindikasikan lemahnya akses. Olehnya itu, karakter kepulauan pertama harus menjadi tujuan pembangunan
maritim di Indonesia adalah “Akses yang Kuat” Ak. Akses yang kuat untuk: 1
memanfaatkan sumberdaya alam di sekitarnya; 2 mendistribusikan produksi ke luar wilayah; 3 mengakses informasi; 4 mengakses ilmu pengetahuan dan
teknologi; 5 menarik investasi ke dalam wilayah. Kedua
, rentanitas pulau termasuk sumberdaya dan lingkungannya menunjukkan wilayah kepulauan harus memiliki karakter “Perlindungan” Pl. Pembangunan
maritim di Indonesia harus mempertimbangkan kesesuaian dan daya dukung wilayah, daya dukung pulau, daya dukung sumberdaya dan linkungannya.
Ketiga
, orientasi dan ketergantungan kegiatan ekonomi produktif yang dikembangkan masyarakat di negara maritim kepulauan ini masih banyak
yang difokuskan pada ekonomi daratan. Walaupun diversifikasi usaha harusnya dikembangkan di suatu wilayah, namun hendaknya fokus orientasi diarahkan
pada pemanfataan sumberdaya dan lingkungan pesisir dan laut. Dengan demikian kegiatan
“ekonomi produktif kepulauan” Epk harusnya berbasis pada wilayah pesisir dan laut secara berkelanjutan sustainable coastal and marine
economic based yang kemudian ditetapkan sebagai salah satu karakter kepulauan.
Karakter ketiga sangat ditentukan oleh kata kunci keempat, unggulan keanekaragaman sumberdaya, baik alam maupun manusia. Faktor ini menjadi
dasar untuk membentuk karakter “optimalisasi dan diversifikasi” Od
pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya.
Kelima , eksistensi institusi yang terkait dengan kehidupan masyarakat, dan
pelaku usaha maritim dan penentu kebijakan maritim. Hal ini menjadi kekuatan dalam mendukung pembangunan maritim secara berkelanjutan. Secara
konseptual, institusional haruslah dicermati dari dua perspektif: 1 sistem nilai; dan 2 organisasi. Oleh sebab itu,
“kekuatan institusi” Ins menjadi karakter kepulauan yang potensial untuk mendukung kebutuhan pembangunan kelautan
dan perikanan berbasis kearifan lokal. Keenam
, persoalan keamanan negara kepulauan yang menjadi kebutuhan pembangunan negara secara berkelanjutan. Dalam konteks ini, karakter
“kedaulatan negara” Kn menjadi basis keamanan penyelenggaraan pembangunan maritim di Indonesia.
Ketujuh
, potensi pangan lokal menjadi dasar untuk mendukung diversifikasi pangan daerah dan nasional. Potensi pangan lokal juga merupakan sumber
ekonomi negara kepulauan apabila dikembangkan dalam konteks peningkatan nilai tambah. Dengan demikian dapat ditetapkan karakter kepulauan dari aspek
pangan ini adalah “ketahanan pangan nasional” Kpn.
Kedelapan , keterbatasan teknologi menjadi masalah yang paling urgent untuk
negara kepulauan, terutama dalam mendukung optimalisasi pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya dan lingkungannya. Dengan demikian kebutuhan
mendasar untuk mendukung dinamika pembangunan maritim di negara kepulauan adalah
“inovasi Ino ilmu pengetahuan dan teknologi alternatif, akomodatif dan adaptif
”. Kesembilan
, kemiskinan merupakan masalah umum di negara kepulauan yang harus
dientas. Dukungan
terhadap pengentasan
kemiskinan adalah
pengembangan kegiatan ekonomi produktif yang disesuaikan dengan potensi lokal. Kebutuhan terhadap upaya peningkatan kapasitas ekonomi masyarakat
kepulauan menjadi kerangka dasar karakter kepulauan. Oleh sebab itu, rumusan karakter kepulauan yang terkait dengan masalah ini adalah
“kapasitas dan kelayakan ekonomi” Kke masyarakat kepulauan.
Model kerangka Karakter Kepulauan Kk yang dapat dirumuskan secara matematis dengan fungsional sesuai justifikasi tersebut, adalah:
.................................................... 1
Model karakter kepulauan ini menunjukkan bahwa secara “spasial” maupun
“temporal”, terdapat potensi terjadinya disparitas pada setiap komponen antar wilayah di dalam negara kepulauan. Langkah strategis untuk mereduksi
disparitas di negara kepulauan adalah membangun interaksi antar komponen sistem dalam pembangunan kelautan dan perikanan. Konsep dasar untuk
mereduksi
disparitas adalah “integrasi”.
3. PERANPERGURUAN TINGGI