63
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
Hasil penelitian dibagi atas empat bagian yaitu data demografi responden, kecerdasan spiritual berdasarkan teori Emmons, perilaku caring
responden berdasarkan sepuluh caractive factor dan mengidentifikasi apakah adanya hubungan antara kecerdasan spiritual dengan perilaku caring perawat
dalam pelayanan keperawatan di ruang rawat inap RS ST Elisabeth Medan pada bulan Nopember 2012.
5.1.1. Karakteristik Responden
Responden pada penelitian ini adalah perawat yang bertugas di lima ruang rawat inap RS ST Elisabeth Medan sejumlah 70 orang. Adapun karakteristik
responden dalam penelitian ini meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan, dan penghasilan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik responden rata-rata berusia 26 tahun. Dengan rentang usia adalah 23 dengan usia maksimum adalah
45 dan usia minimum adalah 22. Kemudian mayoritas responden adalah 92,9 perempuan dengan jumlah 65 orang. Pendidikan responden mayoritas adalah
88,6 Dilpoma dengan jumlah 62 orang. Mayoritas responden yang belum menikah adalah 68,6 yang berjumlah 48 orang, serta berpenghasilan
mayoritas diatas Rp.1.000.000,00 adalah 90,0 dengan jumlah 63 orang.
Universitas Sumatera Utara
64 Tabel 5.1 Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan responden di ruang
inap rawat di RS ST Elisabeth Medan pada bulan Nopember 2013 N=70
Karakteristik responden Frekuensi
Persentase Usia
22-26 47
67,1 27-32
13 18,6
33-37 5
7,1 38-45
5 7,1
Jenis kelamin Perempuan
65 92,9
Laki-laki 5
7,1
Pendidikan Diploma
62 88,6
Sarjana 8
11,4
Status Menikah
22 31,4
Belum menikah 48
68,6
Penghasilan Rp 1.000.000-2.000.000
63 90,0
3.000.000-5.000.000 7
10,0
Universitas Sumatera Utara
65
5.1.2 Kecerdasan Spiritual Responden
Berdasarkan hasil analisa data dari keseluruhan responden terhadap perawat di ruang rawat inap RS ST Elisabeth Medan maka diperoleh bahwa
kecerdasan spiritual perawat secara keseluruhan pada kelas interval 61-80 dengan frekuensi= 68 orang dan persentase= 97,1. Sehingga hasil yang didapatkan oleh
peneliti dalam arti baik. Dan total frekuensi yang diperoleh berkisar dari nilai 60 sampai dengan 80 adalah 70 dan persentasenya 100.
Tabel 5.2: Distribusi frekuensi dan persentase kecerdasan spiritual perawat di ruang rawat inap RS ST Elisabeth Medan
N=70
Kecerdasan Spiritual Frekuensi
Persentase
61-80 68
97,1 41-60
2 2,9
20-40
5.1.3 Perilaku Caring Responden
Berdasarkan hasil analisa data dari keseluruhan responden terhadap perawat di lima ruang rawat inap RS ST Elisabeth Medan maka diperoleh bahwa
perilaku caring perawat secara keseluruhan pada kelas interval 61-80 dengan frekuensi = 61 orang dan persentase = 87,1. Sehingga hasil yang didapatkan
oleh peneliti dalam arti baik. Dan total frekuensi yang diperoleh berkisar dari nilai 60 sampai dengan 80 adalah 70 dan persentasenya 100.
Universitas Sumatera Utara
66 Tabel 5.3:Distribusi frekuensi dan persentase perilaku caring perawat di ruang
rawat inap RS ST Elisabeth Medan N=70
Perilaku Caring
Frekuensi Persentase
61-80 61
87,1 41-60
9 12,9
20-40
5.1.4. Hubungan Kecerdasan Spiritual dengan Perilaku Caring Responden
Analisa hubungan kecerdasan spiritual dengan perilaku caring perawat diukur dengan menggunakan uji korelasi Pearson. Nilai diambil dari total skor
dari dua variabel sehingga hasil penelitian didapat koefisien korelasi r antara kecerdasan spiritual dengan perilaku caring perawat yaitu r = 0,465 dengan
sig2-tailed sebesar .000. Hal tersebut berarti bahwa terdapat hubungan antara kecerdasan spiritual dengan perilaku caring perawat dengan arah positif p0,05
bersifat searah, dan kekuatan hubungan r=0,465 sedang. Dengan demikian semakin baik kecerdasan spiritual sebagai variabel independen maka semakin
baik juga perilaku caring responden sebagai variabel dependen.
Universitas Sumatera Utara
67 Tabel 5.4: Hasil analisa hubungan kecerdasan spiritual dengan perilaku caring
perawat di ruang rawat inap RS ST Elisabeth Medan N=70
Variabel total skor
r sig2-tailed
Kecerdasan spiritual 5201
0.465 .000
Perilaku caring
4687
5.2. Pembahasan 5.2.1 Kecerdasan Spiritual Perawat di Ruang Rawat Inap RS ST Elisabeth
Medan
Hasil analisis deskriptif dari kecerdasan spiritual dari tabel menunjukkan bahwa kecerdasan spiritual responden mayoritas dalam katagori yang baik dan
tidak ada responden yang memiliki kecerdasan spiritual yang kurang. Hal tersebut karena seluruh responden adalah umat beragama yang bermayoritas beragama
Nasrani yang mengajarkan untuk tetap berdoa sebelum melakukan segala tindakan pelayanan keperawatan dan dasar kepada penghayatan kepada Tuhan
Yang Maha Esa. Hal tersebut senada diungkapkan Ahmad 2006 bahwa yang paling sempurna kecerdasan spiritual harus bersumber dari ajaran agama yang
dihayati seorang yang beragama sekaligus akan menjadi orang yang memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi. Sehingga Saifullah 2005 menyatakan bahwa
kecerdasan spiritual yang sejati merupakan kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai tidak saja terhadap manusia tetapi juga
kepada Tuhan.
Universitas Sumatera Utara
68 Kecerdasan spiritual SQ adalah suara hati Ilahiyah yang memotivasi
seseorang untuk berbuat atau tidak berbuat Soemanto, 1983. Demikian pula seperti yang dikemukakan oleh Zuhri Yosef, 2005 bahwa kecerdasan spiritual
adalah kecerdasan manusia yang digunakan untuk berhubungan dengan Tuhan. Asumsinya adalah jika seseorang memiliki hubungan dengan Tuhannya baik
maka bisa dipastikan hubungan dengan sesama manusia pun akan baik pula. Pengukuran kecerdasan spiritual mengungkap berbagai aspek yang mengacu pada
teori Emmons dikutip dari Saifullah, 2005 yang menjelaskan bahwa karakteristik orang yang cerdas secara spiritual adalah yang memiliki kemampuan
untuk mentransendensikan yang fisik dan material, kemampuan untuk mengalami tingkatan kesadaran yang memuncak, kemampuan untuk mensakralkan
pengalaman sehari-hari, kemampuan menggunakan sumber-sumber spiritual dalam menyelesaikan masalah untuk berbuat baik dan memiliki rasa kasih yang
tinggi pada sesama makhluk Tuhan.
5.2.2 Perilaku Caring Perawat di Ruang Rawat Inap RS ST Elisabeth Medan
Hasil analisis data perilaku caring perawat berdasarkan sepuluh caractive factor menurut Watson secara keseluruhan dapat dilihat dalam katagori yang baik
dan tidak ada responden yang memiliki perilaku caring yang kurang. Perilaku caring dengan mengacu pada pengembangan dari carative factor Watson 1979
dalam Poter dan Perry, 2009 yang mencakup membentuk sistem nilai humanistic-altruistic, menanamkan keyakinan dan harapan, mengembangkan
Universitas Sumatera Utara
69 sensitifitas untuk diri sendiri dan orang lain, membina hubungan saling percaya
dan saling bantu, meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negatif, menggunakan metode pemecahan masalah yang sistematis dalam
pengambilan keputusan, meningkatkan proses belajar mengajar interpersonal, menyediakan lingkungan yang mendukung, melindungi, memperbaiki mental dan
sosiokultural, membantu dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia serta mengembangkan faktor eksistensial-fenomenologis dan dimensi spiritual.
5.2.3 Hubungan Kecerdasan Spiritual dengan Perilaku Caring Perawat
dalam Pelayanan Keperawatan di Ruang Rawat Inap RS ST Elisabeth Medan
Hasil yang diperoleh dari uji hipotesis menunjukkan bahwa ada hubungannya positif dan tingkat hubungannya sedang antara kecerdasan spiritual
dengan perilaku caring perawat dalam pelayanan keperawatan di ruang rawat inap RS ST Elisabeth Medan. Hasil penelitian tersebut senada dengan penelitian
Rudyanto 2010 yang menunjukkan bahwa adanya hubungan yang positif antara kecerdasan spiritual dengan perilaku prososial perawat yaitu semakin tinggi
kecerdasan spiritual perawat maka semakin tinggi pula perilaku prososialnya dimana perilaku prososial adalah tindakan-tindakan yang dilakukan bertujuan
untuk menolong orang lain. Sehingga asumsi peneliti dapat dipastikan bahwa ternyata ada hubungan
perilaku caring perawat tidak hanya dipengaruhi oleh motivasi, namun juga
Universitas Sumatera Utara
70 dipengaruhi oleh kecerdasan dasar yang dimiliki setiap perawat. Kecerdasan
spiritual berkaitan dengan masalah makna, nilai, dan tujuan hidup manusia. Dalam kondisi yang sangat buruk dan tidak diharapkan, kecerdasan spiritual
mampu menuntun manusia untuk menemukan makna dan juga dapat menuntun manusia dalam meraih cita-citanya. Manusia dapat memberi makna melalui
berbagai macam keyakinan. Pencarian makna bagi perawat seharusnya mampu mengaitkan pemberian pelayanan keperawatan atas dasar ibadah kepada Tuhan
Yosef, 2005. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan kecerdasan spiritual berhubungan dengan perilaku caring perawat dengan arah hubungan yang positif
dimana semakin tinggi kecerdasan spiritual maka perilaku caring perawat semakin baik. Dan hipotesa penelitian dengan Ha dapat diterima.
Demikian pada penelitian yang dilakukan , tingkat hubungan yang sedang antara kecerdasan spiritual dengan perilaku caring responden terjadi dikarenakan
saat mengisi kuesioner, responden mempunyai banyak pekerjaan dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada klien bahkan kepada keluarga klien,
sehingga kurang berkosentrasi dalam mengisi kuesioner tersebut. Sehingga peneliti menjadi kesulitan dengan menunggu sangat lama responden untuk
mengisi kuesioner tersebut.
Universitas Sumatera Utara
71
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN