Pemberian Kompos dan Unsur Kelumit terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Gula Stevia Tanaman Stevia (Stevia rebaudiana Bertoni M.)

PEMBERIAN KOMPOS DAN UNSUR KELUMIT TERHADAP
PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN GULA STEVIA
TANAMAN STEVIA (Stevia rebaudiana Bertoni M.)

Oleh :
Lussana Rossita Dewi
G34101075

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2007

2

ABSTRAK
LUSSANA ROSSITA DEWI. Pemberian Kompos dan Unsur Kelumit terhadap
Pertumbuhan dan Kandungan Gula Stevia Tanaman Stevia (Stevia rebaudiana Bertoni M.).
Dibimbing oleh SULISTIJORINI dan DODIT HADIJAYA.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian kompos dan usur
kelumit terhadap pertumbuhan dan kandungan gula stevia pada tanaman Stevia rebaudiana

Bertoni M. Penelitian dilakukan di rumah kaca Program Studi Analisis Lingkungan FMIPA IPB.
Analisis tanah dan kompos di Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, sedangkan analisis
kandungan gula dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik, Jurusan Kimia FMIPA IPB. Penelitian
ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap yang terdiri dari 20 perlakuan dengan 3 ulangan.
Perlakuan yang digunakan adalah kombinasi kompos dengan dosis 0 kg, 0,5 kg, 1 kg, dan
1,5 kg, unsur kelumit (dosis 0 ppm, 25 ppm, dan 50 ppm), dan waktu penyemprotan (tanpa
disemprot, disemprot 3 hari sekali, dan disemprot 6 hari sekali). Peubah yang diamati meliputi
tinggi tanaman, jumlah daun, bobot basah dan kering akar, serta bobot basah dan kering tajuk.
Pengamatan dilakukan 4 hari sekali dimulai sejak tanaman berumur 1 minggu setelah tanam
sampai panen. Pengamatan bobot kering tajuk dan akar dilakukan satu kali pada saat pemanenan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian kompos berpengaruh nyata pada tinggi
tanaman, jumlah daun, bobot basah tajuk, bobot kering tajuk, bobot basah akar, dan bobot kering
akar. Konsentrasi unsur kelumit berpengaruh nyata pada tinggi tanaman, jumlah daun, dan bobot
basah tajuk. Sedangkan pada bobot kering tajuk dan bobot basah dan kering akar tidak
berpengaruh nyata. Waktu penyemprotan unsur kelumit berpengaruh nyata pada jumlah daun,
bobot basah dan kering tajuk, dan bobot basah akar. Untuk tinggi tanaman dan bobot kering akar
tidak berpengaruh nyata. Kandungan gula stevia pada stevia dengan perlakuan kombinasi pupuk
kandang dan unsur kelumit lebih tinggi daripada kontrol.

ABSTRACT

LUSSANA ROSSITA DEWI. Application of Compost and Trace Elements on Growth and
Stevia Sugar Content of Stevia Plant (Stevia rebaudiana Bertoni M.). Superwised by Sulistijorini
and Dodit Hadijaya.
The aims of this research was to study the effect of compost and trace elements on growth and
stevia sugar content of Stevia rebaudiana. The research was conducted in green house of
Enviromental Analysis FMIPA IPB. Soil and compost analysis was conducted in Research Center
for Soil and Agroclimate (PPTA), while sugar content analysis was conducted in Analytical
Chemistry laboratorium, Department of Chemistry, FMIPA IPB. The research was designed using
Complete Random Design (CRD) consist of 20 factors with 3 repeats. The factors given consist of
combination of 0, 0,5, 1, and 1,5 kg of compost, 0, 25, and 50 ppm of trace elements, and spraying
time, unsprayed, sprayed once every 3 days, and sprayed once every 6 days, respectively.
Observed variable includes plant height, number of leaves, fresh and dry weight of root and shoot.
The observation was conducted every 4 days, started from 1 week after planting up to harvest.
Observation of fresh and dry weight of root and shoot was conducted upon harvesting.
The result indicated that application of compost have significant influence on plant height,
number of leaves, fresh and dry weight of root and shoot. Concentration of trace elements showed
significant influence on plant height, number of leaves, and shoot fresh weight, but didn’t
influence on shoot dry weight and fresh and dry weight of root. Spraying time of trace elements
had significant influence on number of leaves, fresh and dry weight of shoot and root fresh weight,
but didn’t show significant influence on plant height and root dry weight. The content of stevia

sugar using treatment applications with compost and trace elements was higher compared to
control.

3

PEMBERIAN KOMPOS DAN UNSUR KELUMIT TERHADAP
PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN GULA STEVIA
TANAMAN STEVIA (Stevia rebaudiana Bertoni M.)

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor

Oleh :

Lussana Rossita Dewi
G34101075


DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2007

4

Judul : Pemberian Kompos dan Unsur Kelumit terhadap Pertumbuhan
dan Kandungan Gula Stevia Tanaman Stevia (Stevia rebaudiana
Bertoni M.)
Nama : Lussana Rossita Dewi
NIM

: G34101075

Menyetujui :

Pembimbing I

Pembimbing II,


Ir. Sulistijorini, MSi

Ir. D. Dodit Hadijaya

NIP 131851282

NIP 131878939

Mengetahui :

Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor

Dr. Drh. Hasim, DEA
NIP 131578806

Tanggal lulus :

5


RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sukoharjo pada tanggal 26 Desember 1982 sebagai anak bungsu dari dua
bersaudara dari pasangan Drs. Purwoto dan Nuratri Merduningsih.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri 2 Sukoharjo pada tahun 1995,
dilanjutkan ke SLTP Negeri 1 Sukoharjo pada tahun 1998, SMU Negeri 1 Sukoharjo pada tahun
2001, dan pada tahun yang sama diterima sebagai mahasiswa Departemen Biologi FMIPA IPB
melalui jalur Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN).
Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten praktikum mata kuliah Ekologi Dasar
pada tahun ajaran 2005/2006.
Organisasi yang pernah diikuti penulis antara lain, Bioworld Divisi Embedding dan Anggota
Himpunan Mahasiswa Biologi (Himabio). Penulis pernah melakukan praktik lapang dengan judul
“Deteksi hCG dalam Spesimen Urin untuk Tes Kehamilan di Laboratorium Klinik Rumah Sakit
Umum PMI Bogor“.

6

PRAKATA
Alhamdulillah, segala puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul Pemberian Kompos dan Unsur Kelumit

terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Gula Stevia Tanaman Stevia (Stevia rebaudiana Bertoni
M.).
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada ibu Ir. Sulistijorini, MSi dan bapak Ir. D.
Dodit Hadijaya selaku pembimbing atas segala bimbingan, dorongan, dan ilmu yang diberikan
serta kesabarannya selama penelitian berlangsung hingga tersusunnya tulisan ini. Terima kasih
kepada ibu Dr. Nisa Rachmania, MSi selaku penguji yang telah memberikan saran untuk
perbaikan skripsi ini.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu Ina, pak Endang, dan pak Joni atas bantuan
yang diberikan kepada penulis selama penelitian berlangsung.
Pada kesempatan ini pula penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada keluargaku
tercinta : bapak, ibu, kakakku M’Emmi dan M’Agus, keponakanku Bondan dan Nilam atas
perhatian, doa, dan kasih sayangnya. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada Nana, Vina,
Pi’i, Hijrah, Wandi, Bekti, Bahrelfi, teman-teman Biologi 38 lainnya, serta anak – anak CD 20 atas
bantuan dan saran yang diberikan kepada penulis.
Penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat dan memberikan inspirasi bagi
penelitian mendatang.

Bogor, November 2007
Lussana Rossita Dewi


7

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ............................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ vii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... ix
PENDAHULUAN
Latar Belakang ................................................................................................................... 1
Tujuan ................................................................................................................................. 2

BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian ...........................................................................................

2

Bahan dan Alat ..................................................................................................................


2

Metode Penelitian .............................................................................................................

2

Persiapan Tanam ........................................................................................................

2

Penanaman Bibit Stevia ............................................................................................

2

Penyemprotan Unsur Kelumit...................................................................................

2

Analisis Tanah dan Kompos ......................................................................................


2

Analisis Kandungan Gula ........................................................................................... 2
Rancangan Percobaan ................................................................................................. 3
Pengamatan ................................................................................................................. 3

HASIL
Dosis Kompos.............................................................................................................

3

Dosis Unsur Kelumit..................................................................................................

7

Waktu Penyemprotan..................................................................................................

8

Interaksi antara Kompos, Unsur Kelumit, dan Waktu Penyemprotan........................


11

Kandungan Gula Stevia .............................................................................................

11

PEMBAHASAN ............................................................................................... 12
SIMPULAN ...................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 14
LAMPIRAN ..................................................................................................... 16

8

DAFTAR TABEL
Halaman
1 Kombinasi perlakuan kompos, unsur kelumit, dan waktu penyemprotan ............................. 3
2 Pertumbuhan stevia yang ditanam pada media dengan perbedaan dosis kompos .................. 4
3 Pertumbuhan stevia yang ditanam pada media dengan perbedaan dosis
unsur kelumit .......................................................................................................................... 7
4 Pertumbuhan stevia yang ditanam pada media dengan perbedaan waktu penyemprotan
unsur kelumit ........................................................................................................................

9

5 Hasil uji lanjut interaksi antara kompos dan waktu penyemprotan........................................ 11
6 Hasil uji lanjut interaksi antara kompos dan unsur kelumit ................................................

11

7 Hasil uji lanjut interaksi antara kompos, unsur kelumit dan waktu penyemprotan...............

11

8 Hasil analisis kandungan gula ..............................................................................................

12

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Kurva pertumbuhan untuk tinggi tanaman pada dosis kompos (a) 0 kg, (b) 0,5 kg,
(c) 1 kg, dan (d) 1,5 kg .........................................................................................................

4

2 Kurva pertumbuhan untuk jumlah daun pada dosis kompos (a) 0 kg, (b) 0,5 kg,
(c) 1 kg, dan (d) 1,5 kg .........................................................................................................

5

3 Diagram batang bobot basah tajuk pada dosis kompos (a) 0 kg, (b) 0,5 kg,
(c) 1 kg, dan (d) 1,5 kg .........................................................................................................

5

4 Diagram batang bobot basah akar pada dosis kompos (a) 0 kg, (b) 0,5 kg,
(c) 1 kg, dan (d) 1,5 kg .........................................................................................................

6

5 Diagram batang bobot kering tajuk pada dosis kompos (a) 0 kg, (b) 0,5 kg,
(c) 1 kg, dan (d) 1,5 kg .........................................................................................................

6

6 Kurva pertumbuhan untuk tinggi tanaman dengan menggunakan dosis unsur kelumit
(a) 0 ppm, (b) 25 ppm, dan (c) 50 ppm .................................................................................

7

7 Kurva pertumbuhan untuk jumlah daun dengan menggunakan dosis unsur kelumit
(a) 0 ppm, (b) 25 ppm, dan (c) 50 ppm ...............................................................................

8

8 Diagram batang bobot basah tajuk dengan menggunakan dosis unsur kelumit
(a) 0 ppm, (b) 25 ppm, dan (c) 50 ppm ...............................................................................

8

9 Kurva pertumbuhan untuk jumlah daun dengan waktu penyemprotan unsur kelumit
(a) tanpa disemprot, (b) 3 hari sekali, dan (c) 6 hari sekali .................................................

9

10 Diagram batang bobot basah tajuk dengan waktu penyemprotan unsur kelumit
(a) tanpa disemprot, (b) 3 hari sekali, dan (c) 6 hari sekali ................................................

10

11 Diagram batang bobot basah akar dengan waktu penyemprotan unsur kelumit
(a) tanpa disemprot, (b) 3 hari sekali, dan (c) 6 hari sekali .................................................

10

9

12 Diagram batang bobot kering tajuk dengan waktu penyemprotan unsur kelumit
(a) tanpa disemprot, (b) 3 hari sekali, dan (c) 6 hari sekali .................................................

10

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Kandungan unsur mineral dalam larutan unsur kelumit yang digunakan
dalam perlakuan (dalam setiap 60 ml) .................................................................................... 17
2 Tabel sidik ragam tinggi tanaman .......................................................................................... 18
3 Tabel sidik ragam jumlah daun .............................................................................................. 18
4 Tabel sidik ragam bobot basah tajuk .....................................................................................

18

5 Tabel sidik ragam bobot kering tajuk .................................................................................... 19
6 Tabel sidik ragam bobot basah akar ......................................................................................

19

7 Tabel sidik ragam bobot kering akar .....................................................................................

19

8 Hasil analisis tanah ................................................................................................................

20

9 Hasil analisis kompos ............................................................................................................

20

10 Sifat tanah ...........................................................................................................................

21

2

PENDAHULUAN
Latar belakang
Bahan organik tanah merupakan
penimbunan sisa tumbuhan dan binatang
yang sebagian telah mengalami pelapukan.
Bahan
organik
bermanfaat
sebagai
granulator (memperbaiki struktur tanah),
menambah kemampuan tanah untuk
menahan unsur-unsur hara (Kapasitas Tukar
Kation tanah menjadi tinggi), sumber energi
bagi mikroorganisme, dan sumber unsur
hara N, P, K, unsur mikro, dan lain-lain.
Unsur-unsur hara esensial adalah unsur hara
yang sangat diperlukan oleh tanaman dan
fungsinya dalam tanaman tidak dapat
digantikan oleh unsur lain, sehingga bila
tidak terdapat dalam jumlah yang cukup
dalam tanah, tanaman tidak dapat tumbuh
dengan normal (Hardjowigeno 2003).
Kompos adalah bahan organik yang
berasal dari daun-daunan, jerami, rumputrumputan, dedak padi, dan sisa-sisa
tumbuhan lainnya serta kotoran ternak yang
telah mengalami pelapukan. Bahan organik
yang telah mengalami dekomposisi dengan
baik, bukan hanya memperkaya bahan
makanan untuk tanaman, namun juga
berperan besar terhadap perbaikan sifat-sifat
tanah. Pemberian kompos ke dalam tanah
merupakan salah satu cara yang dapat
dilakukan
untuk
mempertahankan
kesuburannya, sehingga tanaman akan
memberi hasil yang memuaskan (Wicaksono
1993).
Nutrisi yang diambil dari tanah dapat
dibagi menjadi tiga berdasarkan jumlah yang
diperlukan. Nutrisi pertama atau disebut
makronutrien terdiri atas : nitrogen, fosfor,
dan kalium. Nutrisi kedua (mikronutrien)
adalah belerang (S), kalsium (Ca), dan
magnesium (Mg). Nutrisi ketiga adalah
unsur kelumit atau trace elements. Nutrisi
ini dibutuhkan dalam jumlah sedikit oleh
tanaman. Unsur kelumit terdiri atas besi
(Fe), boron (B), seng (Zn), tembaga (Cu),
mangan (Mn), molibdenum (Mo), khlor
(Cl), kobalt (Co), selenium (Se), iodium (I),
fluor (F), nikel (Ni), silikon (Si), vanadium
(V), aluminium (Al), dan sodium (Na)
(Ignatief & Page 1958).
Unsur kelumit berfungsi membantu
menjaga produktifitas lahan, memperbaiki
kesuburan tanah yang telah hilang, dan
meningkatkan produksi panen (Sauchelli
1969). Penggunaan unsur kelumit sebagai
pupuk di Indonesia belum terlalu
berkembang seperti di negara lain, misalnya

di Amerika. Unsur kelumit pertama kali
ditemukan sebagai salah satu faktor penting
dalam produksi panen di Amerika
khususnya di Florida sekitar tahun 1920.
Semenjak itu, beberapa hasil penelitian dan
praktek di lapangan membuat penggunaan
unsur kelumit pada produksi jeruk, sayuran,
makanan ternak, dan beberapa hasil panen di
negara
Florida
meningkat
tajam
(Cunningham 1972).
Bahan pemanis adalah salah satu bahan
pangan yang keperluannya selalu meningkat
dari tahun ke tahun. Di samping gula tebu,
beberapa bahan pemanis sintetis seperti
sakarin dan natrium siklamat banyak
digunakan secara luas di Indonesia. Bahan
pemanis tersebut mempunyai tingkat
kemanisan yang jauh lebih tinggi daripada
gula tebu. Akan tetapi suatu penelitian di
Amerika pada tahun 1969 membuktikan
bahwa kedua bahan pemanis tersebut
bersifat dapat menyebabkan kanker,
sehingga pemakaiannya dibatasi dan diatur
sangat ketat (Darnoko & Atmawinata 1984).
Kenaikan jumlah penduduk di Indonesia
yang cukup besar mengakibatkan keperluan
gula tebu dan pemanis sintetis lain seperti
sakarin dan siklamat semakin meningkat.
Namun akhir-akhir ini banyak penduduk
Indonesia yang mengurangi penggunaan
gula tebu dan pemanis sintetis tersebut,
karena alasan kesehatan seperti kegemukan,
diabetes, dan karies gigi. Keadaan ini
mendorong dilakukannya penelitian ke arah
penemuan pemanis alami yang aman, rendah
atau tanpa kalori, dan murah harganya
(Atmawinata et al. 1984). Stevia muncul
sebagai salah satu bahan pemanis alami yang
mempunyai potensi tersebut.
Stevia (Stevia rebaudiana Bertoni M.)
merupakan tanaman terna yang tumbuh
tegak, memiliki banyak percabangan, dan
dapat mencapai ketinggian antara 60-90 cm.
Batang tanaman stevia berbentuk bulat
lonjong dan berbulu halus. Daun berbentuk
lonjong langsing sampai oval, bergerigi
halus, dan terletak berhadapan. Bunga stevia
merupakan bunga sempurna (hermafrodit)
dengan mahkota berbentuk tabung.
Perakaran tanaman stevia merupakan
akar serabut yang terbagi menjadi dua
bagian, yaitu perakaran halus dan perakaran
tebal. Tanaman ini memiliki daya regenerasi
yang kuat sehingga tahan terhadap
pemangkasan. Stevia dapat tumbuh dan
berproduksi dengan baik di daerah yang
mempunyai ketinggian antara 500-1000
meter dari permukaan laut (dpl), suhu udara

3

antara 140C-270C, curah hujan antara 16001850 mm/tahun. Tanaman ini menghendaki
tempat yang terbuka atau cukup mendapat
sinar matahari, dengan panjang penyinaran
lebih dari dua belas jam per hari (Rukmana
2003).
Tujuan
Penelitian
ini
bertujuan
untuk
mengetahui pengaruh pemberian kompos
dan unsur kelumit terhadap pertumbuhan
dan kandungan gula stevia pada tanaman S.
rebausidiana

BAHAN DAN METODE

Penyemprotan Unsur Kelumit. Dosis
unsur kelumit yang digunakan adalah 25 dan
50 ppm (part per million) yang disemprot
setiap 3 hari sekali dan 6 hari sekali. Sebagai
kontrol ada yang tidak dilakukan
penyemprotan unsur kelumit. Penghitungan
unsur kelumit untuk dosis 25 dan 50 ppm
ialah :
25
--------------- x 100 ml = 25 x 10-4 ml
1000000
50
-------------- x 100 ml = 50 x 10-4 ml
1000000

Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan dari bulan Maret
sampai November 2006 di rumah kaca
Program Studi Analisis Lingkungan FMIPA
IPB. Analisis tanah dan kompos dilakukan
di Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat,
Bogor, sedangkan analisis kandungan gula
di Laboratorium Kimia Analitik Departemen
Kimia FMIPA IPB.

Unsur kelumit yang telah dimasukkan dalam
botol semprot, disemprotkan pada daun
stevia pada pukul 07.00-10.00 pagi.

Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan yaitu kompos
yang berupa pupuk kotoran sapi, larutan
unsur kelumit ‘SYNERGY’ produksi PT
Sinergiplasindo
Dinamika,
Jakarta,
Indonesia
(komposisi
nutrisi
yang
terkandung di dalamnya terdapat pada
Lampiran 1), dan tanaman stevia klon BPP
72 yang berasal dari stek pucuk yang sama.
Alat yang digunakan meliputi polybag
ukuran 20x35 cm, botol semprot bervolume
100 ml, pipet 0,1 ml, gelas ukur 100 ml,
neraca analitik, oven, dan alat tulis.

Analisis Kandungan Gula. Analisis
kandungan gula dilakukan pada tanaman
dengan perlakuan K0T0, K2T2W1, K1T2W2.
Analisis dilakukan setelah penelitian. Daun
stevia yang akan dianalisis dikeringkan
dengan oven yang bersuhu 700C selama 4-6
jam.
Kandungan gula daun stevia dianalisis
dengan cara ekstraksi dengan sokletasi. 40 g
daun stevia yang telah dihaluskan, diekstrak
dalam soklet selama 8 jam dengan pelarut
methanol 100 % (CH3OH) kemudian cairan
ekstrak diuapkan dalam penguap vakum, dan
pada residu ditambahkan 175 ml air dan
dicuci 3 kali dalam tabung pemisah masingmasing dengan 25 ml khloroform. Fraksi
khloroform dipisahkan, sedangkan, fraksi air
diekstrak dengan butanol 95 % (C4H9OH) 3
kali masing-masing sebanyak 25 ml.
Kumpulan fraksi butanol diuapkan dalam
penguap vakum sampai terbentuk pasta,
kemudian dilarutkan dengan methanol 100
% panas, disaring, dan disimpan pada suhu
50C selama 24 jam. Kristal yang terbentuk
dicuci dengan methanol 100 %, kemudian
dikeringkan pada suhu 700C dan ditimbang
(Darnoko & Atmawinata 1984).

Metode Penelitian
Persiapan Tanam. Bahan tanaman
berupa stek stevia yang berumur satu bulan
dengan tinggi antara 10-20 cm. Untuk
persiapan media tanam, tanah dan kompos
yang
dicampurkan
secara
komposit
dimasukkan ke dalam polybag satu minggu
sebelum penanaman bibit stevia. Dosis
kompos yang digunakan sebagai campuran
dengan media tanah, yaitu : 0 kg, 0,5 kg, 1
kg, 1,5 kg, dan 2 kg.
Penanaman Bibit Stevia. Bibit stevia
yang telah siap tanam ditanam di dalam
polybag yang telah berisi campuran media
tanah dan kompos. Penyiraman dilakukan
setiap dua hari sekali.

Analisis Tanah dan Kompos. Analisis
tanah dan kompos meliputi unsur hara
makro (unsur C, N, P, K, Ca, dan Mg) dan
mikro (unsur Na dan Al) dilakukan pada
awal penelitian.

4

Rumus kandungan gula :
Bks + K - Bk
------------------ x 100 %
Bs

Keterangan :
Bks
= Bobot kertas saring.
K
= Kristal.
Bk
= Bobot kosong.
Bs
= Bobot sampel.

Tabel 1 Kombinasi perlakuan kompos, unsur kelumit, dan waktu penyemprotan
Faktor unsur kelumit (f2)
Dosis f2 (ppm)
T0
T1
T2
0
25
50
Waktu penyemprotan unsur kelumit (f3)
6 hari
3 hari
6 hari
3 hari
sekali
sekali (W1) sekali (W2) sekali (W1)
(W2)
K0
0
K0T0
K0T1W1
K0T1W2
K0T2W1
K0T2W2
K1
0.5
K1T0
K1T1W1
K1T1W2
K1T2W1
K1T2W2
1
K2
K2T0
K2T1W1
K2T1W2
K2T2W1
K2T2W2
K3
1.5
K3T0
K3T1W1
K3T1W2
K3T2W1
K3T2W2
Keterangan : K = kompos, T = unsur kelumit, W = waktu penyemprotan.
Faktor
kompos
(f1)

Dosis f1
(kg/polibag)

Rancangan Percobaan. Rancangan
Percobaan
yang
digunakan
adalah
Rancangan Acak Lengkap yang terdiri dari
20 perlakuan dengan 3 ulangan (Tabel 1).
Model
persamaan
matematika
yang
digunakan adalah sebagai berikut :
Yij = μ + τi + εij
Keterangan :
Yij = nilai pengamatan pada perlakuan ke-i
dan ulangan ke-j.
μ = rataan umum.
τi = pengaruh perlakuan ke-i (dosis
kompos, dosis unsur kelumit,
dan waktu penyemprotan).
εij = pengaruh acak pada perlakuan ke-i
dan ulangan ke – j.
i = 1, 2, 3, ............., 20
j = 1, 2, 3.
Pengolahan data menggunakan program
analysis of varian (ANOVA) untuk melihat
perbedaan antar perlakuan. Pengujian untuk
melihat sejauh mana perbedaan antar
perlakuan dilakukan dengan menggunakan
Uji Duncan Multiple Range Test (DMRT).
Pengamatan. Peubah yang diamati
meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, bobot
basah dan kering tajuk, dan bobot kering dan
basah akar. Pengamatan dilakukan 4 hari
sekali dimulai sejak tanaman berumur satu
minggu setelah tanam sampai panen.
Pengamatan bobot kering tajuk dan akar
dilakukan satu kali pada saat pemanenan,

yaitu dengan cara menimbang tajuk dan akar
tanaman yang telah dioven pada suhu 600C.

HASIL
Dosis Kompos
Analisis sidik ragam menunjukkan
bahwa konsentrasi kompos berpengaruh
nyata pada tinggi tanaman, jumlah daun,
bobot basah akar dan tajuk, dan bobot kering
tajuk (Tabel 2, Lampiran 2-7). Pada bobot
kering akar tidak berpengaruh nyata (Tabel
2, Lampiran 7).
Tanaman tertinggi dihasilkan pada
perlakuan dosis kompos 0,5 kg. Tinggi
tanaman pada dosis 0,5 kg tidak berbeda
nyata dengan tanaman pada dosis 1 kg dan
1,5 kg, tapi berbeda nyata dengan tanaman
pada dosis kompos 0 kg (Tabel 2).
Pertumbuhan tanaman tertinggi untuk tiap
dosis kompos diperoleh pada perlakuan
K0T2W1 (0 kg), K1T2W1 (0,5 kg), K2T2W1 (1
kg), dan K3T2W1 (1,5 kg) (Gambar 1).
Jumlah daun terbanyak dihasilkan pada
perlakuan dosis kompos 0,5 kg. Jumlah daun
pada dosis 0,5 kg tidak berbeda nyata
dengan tanaman pada dosis 1 kg, sedangkan
jumlah daun pada dosis 1,5 kg tidak berbeda
nyata dengan dosis 0 kg (Tabel 2). Pada
kurva pertumbuhan jumlah daun terbanyak
diperoleh perlakuan K0T2W1 (0 kg), K1T0
(0,5 kg), K2T0 (1 kg), dan K3T2W1 (1,5 kg)
(Gambar 2).

4

Bobot basah tajuk tertinggi dihasilkan
pada perlakuan dosis kompos 0,5 kg. Bobot
basah tajuk pada dosis 0,5 kg berbeda nyata
dengan bobot basah tajuk dosis 1kg, 1,5 kg,
dan 0 kg. Bobot basah tajuk pada dosis 1 kg
tidak berbeda nyata dengan tanaman pada
dosis 1,5 kg (Tabel 2). Bobot basah tajuk
tertinggi diperoleh perlakuan K0T0 (0 kg),
K1T2W2 (0,5 kg), K2T1W2 (1 kg), dan
K3T2W1 (1,5 kg) (Gambar 3).
Bobot basah akar tertinggi dihasilkan
pada perlakuan dosis kompos 0 kg. Bobot
basah akar pada dosis kompos 1,5 kg
berbeda nyata dengan dosis kompos lainnya

(Tabel 2). Bobot basah akar tertinggi
diperoleh perlakuan K0T1W2 (0 kg), K1T2W2
(0,5 kg), K2T2W2 (1 kg), dan K3T2W2 (1,5
kg) (Gambar 4).
Bobot kering tajuk tertinggi dihasilkan
pada perlakuan dosis kompos 1 kg. Bobot
kering tajuk pada dosis 1 kg tidak berbeda
nyata dengan bobot kering pada dosis 0,5
kg. Bobot kering tajuk pada dosis 0 kg tidak
berbeda nyata dengan bobot kering tajuk
pada dosis 1,5 kg (Tabel 2). Bobot kering
tajuk tertinggi diperoleh perlakuan K0T0 (0
kg), K1T2W2 (0,5 kg), K2T2W2 (1 kg),
K3T1W1 (1,5 kg) (Gambar 5).

Tabel 2 Pertumbuhan stevia yang ditanam pada media dengan perbedaan dosis kompos
Pertumbuhan Stevia
Bobot
Bobot
Bobot
Bobot
Kering
Basah
Basah
Kering
Akar
Akar
Tajuk
Tajuk
(gram)
(gram)
(gram)
(gram)
0,5
37.125a
61.169a
19.785a
6.1227ab
0.7467a
0.7100a
1
35.501ab
55.610ab
12.196b
6.5573a
0.6607a
0.6047a
1,5
34.886ab
41.479c
10.614bc 4.8600bc
0.6321b
0.5629a
0
31.530b
46.918bc
9.394c
4.3893c
0.7607a
0.7220a
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji Duncan
pada taraf 5%.
Tinggi
Tanaman
(cm)

Jumlah
Daun
(helai)

70

80

60

70

50

60

Tinggi (cm)

Tinggi (cm)

Dosis
Kompos
(kg)

40
30
20
10

50
40
30
20
10

0

0
1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

1

2

3

4

5

Pengamatan keK0T0W0

K0T0W1

K0T1W2

K0T2W1

K0T2W2

K1T0W0

K1T1W1

(a) 0 kg.

7

8

9

10

11

12

13

K1T1W2

K1T2W1

K1T2W2

(b) 0,5 kg.

70

80

60

70

50

60

Tinggi (cm)

Tinggi (cm)

6

Pengamatan ke-

40
30
20
10

50
40
30
20
10

0

0
1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

1

2

3

4

5

Pengamatan keK2T0W0

K2T1W1

K2T1W2

(c) 1 kg.

K2T2W1

6

7

8

9

10

11

12

13

Pengamatan keK2T2W2

K3T0W0

K3T1W1

K3T1W2

K3T2W1

K3T2W2

(d) 1,5 kg.

Gambar 1 Kurva pertumbuhan untuk tinggi tanaman pada dosis kompos (a) 0 kg, (b) 0,5 kg,
(c) 1 kg, dan (d) 1,5 kg.

5

100

70

Jumlah daun (helai)

Jumlah daun (helai)

80
60
50
40
30
20
10
0

80
60
40
20
0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

1

13

2

3

4

5

K0T0W0

K0T0W1

K0T1W2

K0T2W1

K0T2W2

K1T0W0

K1T1W1

(a) 0 kg.

Jumlah daun (helai)

Jumlah daun (helai)

80
60
40
20
0
2

3

4

5

6

7

K2T1W1

K2T1W2

8

K1T1W2

9

10

11

12

13

K1T2W1

K1T2W2

8

9

10

11

12

90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
1

13

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

Pengamatan ke-

Pengamatan keK2T0W0

7

(b) 0,5 kg.

100

1

6

Pengamatan ke-

Pengamatan ke-

K2T2W1

K2T2W2

K3T0W0

(c) 1 kg.

K3T1W1

K3T1W2

K3T2W1

K3T2W2

(d) 1,5 kg.

Gambar 2 Kurva pertumbuhan untuk jumlah daun pada dosis kompos (a) 0 kg, (b) 0,5 kg,
(c) 1 kg, dan (d) 1,5 kg.
45
Bobot basah tajuk (gram)

Bobot basah tajuk (gram)

25
20
15
10
5
0

40
35
30
25
20
15
10
5
0

K0T0

K0T1W1

K0T1W2

K0T2W1

K0T2W2

K1T0

K1T1W1

Perlakuan

K1T1W2

K1T2W1

K1T2W2

K3T2W1

K3T2W2

Perlakuan

(a) 0 kg.

(b) 0,5 kg.
30
Bobot basah tajuk (gram)

Bobot basah tajuk (gram )

20
18
16
14
12
10
8
6
4
2

25
20
15
10
5
0

0
K2T0

K2T1W1

K2T1W2
Perlakuan

(c) 1 kg.

K2T2W1

K2T2W2

K3T0

K3T1W1

K3T1W2
Perlakuan

(d) 1,5 kg.

Gambar 3 Diagram batang bobot basah tajuk pada dosis kompos (a) 0 kg, (b) 0,5 kg,
(c) 1 kg, dan (d) 1,5 kg.

6

1,6
1,4

Bobot basah akar (gram)

Bobot basah akar (gram)

1,4
1,2
1
0,8
0,6
0,4
0,2

1,2
1
0,8
0,6
0,4
0,2
0

0
K0T0

K0T1W1

K0T1W2

K0T2W1

K1T0

K0T2W2

K1T1W1

K1T1W2

K1T2W1

K1T2W2

Perlakuan

Perlakuan

(a) 0 kg.

(b) 0,5 kg.
1,2
Bobot basah akar (gram)

Bobot basah akar (gram)

1,4
1,2
1
0,8
0,6
0,4
0,2

1
0,8
0,6
0,4
0,2
0

0
K2T0

K2T1W1

K2T1W2

K2T2W1

-0,2

K2T2W2

K3T0

K3T1W1

K3T1W2

K3T2W1

K3T2W2

Perlakuan

Perlakuan

(c) 1 kg.

(d) 1,5 kg.

Gambar 4 Diagram batang bobot basah akar pada dosis kompos (a) 0 kg, (b) 0,5 kg,
(c) 1 kg, dan (d) 1,5 kg.

12

6
4
2
0
-2

K0T0

K0T1W1

K0T1W2

K0T2W1

K0T2W2

Bobot kering tajuk (gram)

14

8
Bobot kering tajuk (gram)

10

-4

10
8
6
4
2
0
K1T0

-6

K1T1W1

K1T1W2

Perlakuan

(a) 0 kg.

K1T2W2

(b) 0,5 kg.
16
Bobot kering tajuk (gram)

12
Bobot kering tajuk (gram)

K1T2W1

Perlakuan

10
8
6
4
2
0

14
12
10
8
6
4
2
0

K2T0

K2T1W1

K2T1W2
Perlakuan

(c) 1 kg.

K2T2W1

K2T2W2

K3T0

K3T1W1

K3T1W2

K3T2W1

K3T2W2

Perlakuan

(d) 1,5 kg.

Gambar 5 Diagram batang bobot kering tajuk pada dosis kompos (a) 0 kg, (b) 0,5 kg,
(c) 1 kg, dan (d) 1,5 kg.

Dosis Unsur Kelumit

7

Hasil analisis sidik ragam menunjukkan
bahwa dosis unsur kelumit berpengaruh
nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun,
dan bobot basah tajuk (Tabel 3, Lampiran 24). Pada bobot kering tajuk dan akar, serta
bobot basah akar, hasil analisis sidik ragam
memberikan hasil tidak berpengaruh nyata
(Tabel 3, Lampiran 5-7).
Tanaman tertinggi diperoleh pada dosis
unsur kelumit 50 ppm. Tinggi tanaman pada
dosis unsur kelumit 50 ppm tidak berbeda
nyata dengan tanaman pada dosis 0 ppm,
tapi berbeda nyata dengan dosis 25 ppm
(Tabel 3). Kurva pertumbuhan untuk tinggi
tanaman tertinggi dicapai oleh K1T0 (0
ppm), K3T1W2 (25 ppm), dan K1T2W2 (50
ppm) (Gambar 6).

Jumlah daun pada perlakuan 25 dan 50
ppm, tidak berbeda nyata masing-masing
sebesar 52.269 dan 46.943. Jumlah ini lebih
rendah dibandingkan perlakuan tanpa unsur
kelumit (Tabel 3). Jumlah daun terbanyak
diperoleh perlakuan K1T1W2 (25 ppm),
K1T2W2 (50 ppm), dan K1T0 (0 ppm)
(Gambar 7).
Bobot basah tajuk tertinggi dihasilkan
tanaman dengan dosis 50 ppm. Bobot basah
tajuk pada dosis 50 ppm tidak berbeda nyata
dengan bobot basah tajuk pada dosis 25 ppm
tetapi berbeda nyata dengan bobot basah
tajuk pada dosis 0 ppm (Tabel 3). Diagram
batang bobot basah tajuk tertinggi diperoleh
perlakuan K1T1W1 (25 ppm), K1T2W2 (50
ppm), dan K0T0 (0 ppm) (Gambar 8).

Tabel 3 Pertumbuhan stevia yang ditanam pada media dengan perbedaan dosis unsur kelumit
Dosis
unsur
kelumit
(ppm)

Pertumbuhan Stevia
Bobot
Bobot
Bobot
Bobot
Basah
Kering
Basah
Kering
Tajuk
Tajuk
Akar
Akar
(gram)
(gram)
(gram)
(gram)
0
34.761ab
59.553a
11.5227b
5.3227a
0.71727a
0.6582a
25
31.256b
52.269ab
12.5396ab
5.1863a
0.65375a
0.6046a
50
38.259a
46.943b
14.2304a
5.8775a
0.71625a
0.6950a
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji Duncan
pada taraf 5%.
Tinggi
Tanaman
(cm)

Jumlah
Daun
(helai)

60
Tinggi (cm)

Tinggi (cm)

50
40
30
20
10

80
70
60
50
40
30
20
10
0
1

0
1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

2

3

4

13

5

6

7

8

9

10

11

12

13

Pengamatan ke-

Pengamatan keK0T0W0

K1T0W0

K2T0W0

K3T0W0

(a) 0 ppm.

K0T2W1

K0T2W2

K1T2W1

K1T2W2

K2T2W1

K2T2W2

K3T2W1

K3T2W2

(c) 50 ppm.

70
Tinggi (cm)

60

Gambar 6 Kurva pertumbuhan untuk tinggi
tanaman dengan menggunakan
dosis unsur kelumit (a) 0 ppm,
(b) 25 ppm, dan (c) 50 ppm.

50
40
30
20
10
0
1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

Pengamatan keK0T1W1

K0T1W2

K1T1W1

K1T1W2

K2T1W1

K2T1W2

K3T1W1

K3T1W2

(b) 25 ppm.

13

8

25
Bobot basah tajuk (gram)

Jumlah daun (helai)

100
80
60
40
20
0
1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

20
15
10
5

13

0
K0T0

Pengamatan ke-

K1T0

K2T0

K3T0

Perlakuan

K0T0W0

K1T0W0

K2T0W0

K3T0W0

(a) 0 ppm.

(a) 0 ppm.
25

80
60
40
20
0
1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

Bobot basah tajuk (gram )

Jum lah daun (helai)

100

20
15
10
5
0

Pengamatan ke-

K0T1W1 K0T1W2 K1T1W1 K1T1W2 K2T1W1 K2T1W2 K3T1W1 K3T1W2

K0T1W1

K0T1W2

K1T1W1

K1T1W2

K2T1W1

K2T1W2

K3T1W1

K3T1W2

Perlakuan

(b) 25 ppm.

(b) 25 ppm.
B obot basah tajuk (gram )

40

Jumlah daun (helai)

100
80
60
40
20
0
1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

35
30
25
20
15
10
5
0
K0T2W1 K0T2W2 K1T2W1 K1T2W2 K2T2W1 K2T2W2 K3T2W1 K3T2W2

Pengamatan ke-

Perlakuan

K0T2W1

K0T2W2

K1T2W1

K1T2W2

K2T2W1

K2T2W2

K3T2W1

K3T2W2

(c) 50 ppm

(c) 50 ppm.
Gambar 7 Kurva pertumbuhan untuk jumlah
daun dengan menggunakan dosis
unsur kelumit (a) 0 ppm,
(b) 25 ppm, dan (c) 50 ppm.
Waktu Penyemprotan
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan
waktu penyemprotan tidak berpengaruh
nyata pada tinggi tanaman, jumlah daun, dan
bobot kering akar (Tabel 4, Lampiran 2, 3,
dan 7). Waktu penyemprotan unsur kelumit
berpengaruh nyata pada bobot basah akar
dan tajuk, dan bobot kering tajuk (Tabel 4,
Lampiran 4-6).
Jumlah daun yang terbentuk pada
perlakuan dengan waktu penyemprotan lebih
sedikit daripada tanpa penyemprotan unsur
kelumit. Jumlah daun pada waktu
penyemprotan 6 hari sekali tidak berbeda
nyata dengan tanaman pada waktu
penyemprotan 3 hari sekali, tetapi berbeda
nyata dengan tanaman yang tidak disemprot

Gambar 8 Diagram batang bobot basah tajuk
dengan menggunakan dosis unsur
kelumit (a) 0 ppm, (b) 25 ppm,
dan (c) 50 ppm.

unsur kelumit (Tabel 4). Kurva pertumbuhan
jumlah daun terbanyak diperoleh perlakuan
K3T2W1 (3 hari sekali), K1T2W2 (6 hari
sekali), dan K1T0 (tanpa disemprot) (Gambar
9).
Bobot basah tajuk tertinggi dihasilkan
tanaman pada waktu penyemprotan 3 hari
sekali. Bobot basah tajuk pada waktu
penyemprotan 6 hari sekali tidak berbeda
nyata dengan bobot basah tajuk tanpa
penyemprotan, tapi berbeda nyata dengan
bobot
basah
tajuk
dengan
waktu
penyemprotan 3 hari sekali (Tabel 4).
Diagram batang bobot basah tajuk tertinggi
diperoleh perlakuan K1T2W1 (3 hari sekali),
K1T2W2 (6 hari sekali), dan K0T0 (tanpa
disemprot) (Gambar 10).

9

Bobot basah akar tertinggi diperoleh
tanaman pada waktu penyemprotan 6 hari
sekali. Bobot basah akar pada waktu
penyemprotan 6 hari sekali tidak berbeda
nyata dengan bobot basah akar pada waktu
penyemprotan 3 hari sekali, tapi berbeda
nyata dengan bobot basah akar tanpa
penyemprotan unsur kelumit (Tabel 4).
Diagram batang bobot basah akar tertinggi
K1T0 (tanpa disemprot), K0T2W1 (3 hari
sekali), dan K2T2W2 (6 hari sekali) (Gambar
11).

Bobot kering tajuk tertinggi diperoleh
tanaman pada waktu penyemprotan 3 hari
sekali. Bobot kering tajuk dengan waktu
penyemprotan 3 hari sekali berbeda nyata
dengan bobot kering tajuk pada waktu
penyemprotan 6 hari sekali, tapi tidak
berbeda nyata dengan bobot kering tajuk
tanpa penyemprotan (Tabel 4). Pada waktu
penyemprotan 3 hari sekali, 6 hari sekali,
dan kontrol bobot kering tajuk tertinggi
masing-masing adalah perlakuan K3T1W1,
K1T2W1, dan K0T0 (Gambar 12).

Tabel 4 Pertumbuhan stevia yang ditanam pada media dengan perbedaan waktu penyemprotan
unsur kelumit
Waktu
Penyemprotan
(hari)

Pertumbuhan Stevia
Bobot
Bobot
Bobot
Bobot
Basah
Kering
Basah
Kering
Tajuk
Tajuk
Akar
Akar
(gram)
(gram)
(gram)
(gram)
0
34.761a
59.553a
11.5227b
5.3227ab
0.71727b
0.6582a
3
35.959a
51.318ab
15.1471a
6.1829a
0.60667ab 0.5700a
6
33.556a
47.895b
11.6229b
4.8808b
0.76333a
0.7296a
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji Duncan
pada taraf 5%.
Tinggi
Tanaman
(cm)

Jumlah
Daun
(helai)

100
Jum lah daun (helai)

Jumlah daun (helai)

100
80
60
40
20
0

80
60
40
20
0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

1

2

3

4

Pengamatan keK0T0W0

K1T0W0

5

6

7

8

9

10

11

12

13

Pengamatan ke-

K2T0W0

K3T0W0

(a) tanpa disemprot.

K0T1W2

K0T2W2

K1T1W2

K1T2W2

K2T1W2

K2T2W2

K3T1W2

K3T2W2

(c) 6 hari sekali.
Jum lah daun (helai)

100
80
60
40
20
0
1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

Pengamatan keK0T1W1

K0T2W1

K1T1W1

K1T2W1

K2T1W1

K2T2W1

K3T1W1

K3T2W1

(b) 3 hari sekali.

13

Gambar 9 Kurva pertumbuhan untuk jumlah
daun dengan waktu penyemprotan
unsur kelumit
(a) tanpa disemprot, (b) 3 hari
sekali, dan (c) 6 hari sekali.

10

1,6
1,4
B obot basah akar (gram )

Bobot basah tajuk (gram)

25
20
15
10
5
0
K0T0

K1T0

K2T0

K3T0

1,2
1
0,8
0,6
0,4
0,2
0
-0,2

K0T1W2 K1T1W2 K2T1W2 K3T1W2 K0T2W2 K1T2W2 K2T2W2 K3T2W2

Perlakuan

Perlakuan

(a) tanpa disemprot.

(c) 6 hari sekali.

Bobot basah tajuk (gram )

35

Gambar 11 Diagram batang bobot basah
akar dengan waktu
penyemprotan unsur kelumit
(a) tanpa disemprot, (b) 3 hari
sekali, dan (c) 6 hari sekali.

30
25
20
15
10
5
0
K0T1W1 K1T1W1 K2T1W1 K3T1W1 K0T2W1 K1T2W1 K2T2W1 K3T2W1

12
Bobot kering tajuk (gram)

Perlakuan

(b) 3 hari sekali.
Bobo t basah tajuk (gram )

40
35
30
25
20

10
8
6
4
2
0

15

K0T0

10

K1T0

K2T0

K3T0

Perlakuan

5
0

(a) tanpa disemprot.

K0T1W2 K1T1W2 K2T1W2 K3T1W2 K0T2W2 K1T2W2 K2T2W2 K3T2W2
Perlakuan

(c) 6 hari sekali.
Gambar 10 Diagram batang bobot basah
tajuk dengan waktu
penyemprotan unsur kelumit
(a) tanpa disemprot, (b) 3 hari
sekali, dan (c) 6 hari sekali.

B o b o t kerin g taju k (g ram )

16
14
12
10
8
6
4
2
0
K0T1W1 K1T1W1 K2T1W1 K3T1W1 K0T2W1 K1T2W1 K2T2W1 K3T2W1
Perlakuan

(b) 3 hari sekali.
14

0,8
0,6
0,4
0,2
0
K0T0

K1T0

K2T0

K3T0

-0,2
Perlakuan

B obot k e ring ta juk (gra m )

Bobot basah akar (gram)

1

12
10
8
6
4
2
0

(a) tanpa disemprot.
Bobot basah akar (gram )

K0T1W2 K1T1W2 K2T1W2 K3T1W2 K0T2W2 K1T2W2 K2T2W2 K3T2W2
Perlakuan

1,4
1,2

(c) 6 hari sekali.

1
0,8
0,6
0,4
0,2
0
K0T1W1 K1T1W1 K2T1W1 K3T1W1 K0T2W1 K1T2W1 K2T2W1 K3T2W1
Perlakuan

(b) 3 hari sekali.

Gambar 12 Diagram batang bobot kering
tajuk dengan waktu
penyemprotan unsur kelumit
(a) tanpa disemprot, (b) 3 hari
sekali, dan (c) 6 hari sekali.

11

Interaksi antara Kompos, Unsur Kelumit,
dan Waktu Penyemprotan
Hasil analisis sidik ragam interaksi
antara
dosis
kompos
dan
waktu
penyemprotan
memperlihatkan
bahwa
perlakuan K1W1 mempunyai hasil yang
berbeda nyata dengan perlakuan K3W1,
K0W0, dan K3W0. Perlakuan K2W1 tidak
berbeda nyata dengan K0W0, K2W0, dan
K2W2. K2W2 tidak berbeda nyata dengan
perlakuan K2W1, K1W0, dan K0W1.
Perlakuan K3W1 berbeda nyata dengan
K0W1, K3W2, K0W2, dan K3W0 (Tabel 5)
(Lampiran 4).
Untuk analisis sidik ragam interaksi
antara dosis kompos dan dosis unsur
kelumit, perlakuan K1T2 mempunyai hasil
berbeda nyata dengan perlakuan K0T0, K3T1,
K1T0, K2T2, K3T0, dan K0T2. Perlakuan K1T1
tidak berbeda nyata dengan K2T1, K2T0,
K3T2, dan K0T1. K2T1 tidak berbeda nyata
dengan K2T0, K3T2, K0T1, K3T1, K1T0, dan
K2T2. Perlakuan K3T1 berbeda nyata dengan
K3T0 dan K0T2 (Tabel 6) (Lampiran 4).
Analisis sidik ragam untuk interaksi
dosis kompos, dosis unsur kelumit, dan
waktu penyemprotan menunjukkan hasil
bahwa perlakuan K1T2W2 berbeda nyata
dengan perlakuan K3T2W1 dan K0T2W2.
Perlakuan K0T0W0 tidak berbeda nyata
dengan K2T1W2, K2T0W0, K0T1W1, dan
K2T1W1. K0T1W2 tidak berbeda nyata
dengan K2T2W1, K0T2W1, K3T0W0, K3T2W2,
dan K0T2W2. Perlakuan K1T1W1 berbeda
nyata dengan K2T2W2, K3T0W0, dan
K0T2W2. K0T1W2 tidak berbeda nyata
dengan K2T2W1, K0T2W1, dan K3T0W0,
sedangkan perlakuan K0T2W1 tidak berbeda
nyata dengan K3T0W0 dan K3T2W2 (Tabel 7)
(Lampiran 4).
Tabel 5 Hasil uji lanjut interaksi antara
kompos dan waktu penyemprotan
Interaksi
K1W1
K1W2
K3W1
K0W0
K2W0
K2W2
K2W1
K1W0
K0W1
K3W2
K0W2
K3W0

Bobot Basah Tajuk
24.147a
20.383a
16.333b
16.137b
13.947bc
12.917bcd
10.600cde
9.867cdef
9.508def
7.283efg
5.908fg
4.965g

Tabel 6 Hasil uji lanjut interaksi antara
kompos dan unsur kelumit
Interaksi
K1T2
K0T0
K1T1
K2T1
K2T0
K3T2
K0T1
K3T1
K1T0
K2T2
K3T0
K0T2

Bobot Basah Tajuk
29.533a
16.137b
14.997bc
14.000bcd
13.947cbd
13.417bcd
10.962cd
10.200d
9.867d
9.517d
4.965e
4.455e

Tabel 7 Hasil uji lanjut interaksi antara
kompos, unsur kelumit, dan waktu
penyemprotan
Interaksi
K1T2W2
K1T2W1
K3T2W1
K1T1W1
K0T0W0
K2T1W2
K2T0W0
K0T1W1
K2T1W1
K2T2W2
K1T1W2
K3T1W2
K3T1W1
K1T0W0
K0T1W2
K2T2W1
K0T2W1
K3T0W0
K3T2W2
K0T2W2

Bobot Basah Tajuk
30.167a
28.900a
22.633b
19.393bc
16.137cd
15.233cde
13.947def
12.773def
12.767def
10.600efg
10.600efg
10.367efgh
10.033efgh
9.867efgh
9.150fghi
8.433fghi
6.243ghij
4.965hij
4.200ij
2.667i

Kandungan Gula Stevia
Hasil analisis kandungan gula stevia
menunjukkan yang mempunyai kandungan
gula stevia tertinggi adalah tanaman stevia
dengan perlakuan K1T2W2, sedangkan
kandungan gula stevia terendah dicapai oleh
stevia dengan perlakuan K0T0 (Tabel 8).

12

Tabel 8 Hasil analisis kandungan gula
S

Bs (g)

Bk
(g)

K2T2W1

8.264
0
13.17
17
9.278
9

0.689
1
0.679
7
0.707
9

K1T2W2
K0T0

Bks
+K
(g)
0.795
6
0.921
3
0.803
7

Kg
(%)
1.29
1.83
1.03
2

Keterangan :
S = Sampel.
Bs = Bobot sampel.
Bk = Bobot kosong.
Bks = Bobot kertas saring.
K = Kristal.
Kg = Kandungan gula.

PEMBAHASAN
Pengaruh pemberian pupuk kandang dan
unsur kelumit terhadap tanaman stevia
(Stevia rebaudiana Bertoni M.) dapat dilihat
pada tinggi tanaman, jumlah daun, bobot
basah akar dan tajuk, dan bobot kering akar
dan tajuk. Dari hasil penelitian terlihat
bahwa stevia dengan konsentrasi kompos
0,5 kg mempunyai pertumbuhan yang paling
baik di antara konsentrasi kompos lain (0 kg,
1 kg, dan 1,5 kg). Hal ini diduga karena
konsentrasi
kompos
0,5
kg
telah
terdekomposisi sempurna dibandingkan
konsentrasi lainnya sehingga semua unsur
hara dapat terserap dan dapat meningkatkan
pertumbuhan tanaman. Asam-asam yang
dilepaskan sebagai akibat dekomposisi
bahan organik mempercepat pelapukan
mineral yang banyak mengandung basabasa, sehingga terbentuk unsur-unsur hara.
Unsur-unsur hara tanaman diserap oleh
tanaman dari tanah ke bagian atas tanaman
(Hardjowigeno 2003).
Unsur N, P, dan K yang terdapat pada
dan
K2O
tidak
nitrogen,
P2O5,
mempengaruhi tinggi tanaman dan jumlah
cabang, tetapi ketiga unsur tersebut
mempengaruhi bobot kering daun stevia
(Lee et al. 1980). Hasil analisis tanah
(Lampiran 8) dan kompos (Lampiran 9) bila
dibandingkan dengan kriteria sifat tanah
(Lampiran 10) terlihat bahwa kadar N pada
tanah tergolong rendah, sehingga unsur N
pada kompos yang mempengaruhi produksi
daun stevia. Kandungan P dan K dalam
tanah tergolong sedang, maka unsur P dan K
dalam kompos meningkatkan produksi daun.

Peranan utama nitrogen (N) bagi tanaman
ialah untuk merangsang pertumbuhan secara
keseluruhan, khususnya batang, cabang, dan
daun. Unsur fosfor (P) bagi tanaman
berguna untuk merangsang pertumbuhan
akar, khususnya akar benih dan tanaman
muda. Fungsi utama kalium (K) ialah
membantu pembentukan protein dan
karbohidrat. Kalium pun berperan dalam
memperkuat tubuh tanaman agar daun,
bunga, dan buah tidak mudah gugur (Lingga
& Marsono 2007). Penyerapan unsur N, P,
dan K naik secara signifikan sejalan dengan
peningkatan penggunaan pupuk (Chalapathi
1997).
Goenadi (1985) menyatakan penggunaan
pupuk kandang dapat meningkatkan tinggi
tanaman dan pembentukan daun, sehingga
dapat meningkatkan berat kering tanaman.
Data pertumbuhan tanaman pada konsentrasi
kompos yang berbeda, menunjukkan hasil
bahwa stevia pada kontrol (konsentrasi
kompos 0 kg) mempunyai pertumbuhan
yang lebih rendah daripada konsentrasi
kompos yang lain. Perlakuan pupuk kandang
pada media tanam tanaman stevia
menghasilkan pertumbuhan dan produksi
stevia yang lebih baik daripada perlakuan
tanpa pupuk kandang (Syukur 1996).
Unsur kelumit yang digunakan termasuk
dalam pupuk daun. Pupuk daun termasuk
pupuk anorganik yang cara pemberiannya ke
tanaman melalui penyemprotan ke daun.
Sebelum disemprotkan, umumnya pupuk
daun perlu diencerkan dengan konsentrasi
tertentu sesuai dosis yang dianjurkan oleh
tanaman (Lingga & Marsono 2007). Hasil
stevia pada konsentrasi unsur kelumit 50
ppm mempunyai pertumbuhan tanaman
yang lebih tinggi daripada konsentrasi unsur
kelumit lainnya. Unsur kelumit berperan
penting dalam metabolisme tanaman,
sehingga unsur kelumit mempengaruhi
pertumbuhan tanaman (Srivastava & Gupta
1996).
Rendahnya pertambahan jumlah daun
pada tanaman yang disemprot dengan unsur
kelumit dibandingkan kontrol, pada kontrol
kebutuhan akan nutrisi sudah terpenuhi oleh
kompos, sehingga tanpa unsur kelumit,
pertumbuhan
tanaman
lebih
baik
dibandingkan dengan stevia yang disemprot
unsur kelumit. Selain itu, unsur kelumit
yang disemprotkan pada tanaman stevia
tidak terserap sempurna, karena terbuang
lewat penguapan daun. Penyemprotan pupuk
daun saat sinar matahari sedang terik atau
suhu tinggi dapat menyebabkan air akan

13

cepat menguap dan pupuknya hanya
menempel pada permukaan daun (Lingga &
Marsono 2007). Penguapan daun terjadi
pada karena suhu pada waktu penyemprotan
berkisar antara 310C.
Bobot basah dan kering akar pada
tanaman stevia yang disemprot unsur
kelumit lebih rendah dibandingkan bobot
basah dan kering stevia yang tidak
disemprot unsur kelumit (kontrol). Hal ini
diduga karena unsur fosfat yang terdapat
dalam unsur kelumit dapat menahan
berkembangnya rambut akar. Kurangnya
unsur fosfat dalam tanaman, dapat
meningkatkan pertumbuhan rambut-rambut
akar (Jain et al. 2007).
Dari hasil analisis kandungan gula stevia
terlihat bahwa stevia dengan perlakuan
kombinasi pupuk kandang dan unsur kelumit
mempunyai kandungan gula stevia yang
lebih tinggi daripada stevia dengan
perlakuan tanpa pupuk kandang maupun
unsur kelumit. Media tanah gambut 100 %
yang mempunyai bahan organik tinggi dapat
meningkatkan kandungan gula stevia pada
daun stevia (Atmoko 2001).
Hasil
analisis
pupuk
kandang
memperlihatkan pupuk kandang mempunyai
kandungan K yang cukup tinggi. Unsur K
mempunyai peran dalam pembentukan pati
(Hardjowigeno 2003). Selain unsur K,
kandungan N yang rendah menyebabkan
pertumbuhan vegetatif rendah, sehingga
produksi daun menurun. Kandungan C
organik yang tinggi akan membentuk gula
yang tinggi, karena C akan mempengaruhi
proses fotosintesis. Hal tersebut yang
menyebabkan kandungan gula stevia lebih
tinggi pada stevia yang diberi pupuk
kandang daripada stevia tanpa perlakuan
apapun (kontrol). Beberapa unsur kelumit
(Lampiran 10) juga berperan dalam
pembentukan gula di dalam tanaman. Unsur
B (Boron) berperan dalam metabolisme dan
transportasi karbohidrat, Cu berperan
metabolisme karbohidrat, dan Zn (seng) juga
berperan dalam metabolisme karbohidrat
(Srivastava & Gupta 1996).
Stevia yang digunakan dalam penelitian
merupakan stevia klon BPP 72. Menurut
Rukmana (2003), hasil penelitian Balitbang
Pertanian menunjukkan bahwa dari seleksi
pendahuluan
pada
klon-klon
stevia
berproduksi tinggi telah menghasilkan klon
terbaik BPP 72.
Stevia klon BPP 72 mempunyai
deskripsi : 1) daun berbentuk belah ketupat,
mempunyai leher daun, terletak mendatar,

memiliki permukaan rata dan halus,
setengah bagiannya bergerigi, dan berwarna
hijau. 2) batang dan cabang tumbuh lurus,
berwarna hijau muda serta berbulu jarang
dan pendek. 3) produksi pertama terdiri atas
panen I (60 hari setelah tanam), panen II (45
hari setelah panen I), panen III (40 hari
setelah panen II), dan panen IV (35 hari
setelah panen III). 4) produksi daun kering
antara 4-5 ton/ha/tahun dengan kandungan
pemanis (steviosida + rebaudiosida A) 16,7
% terdiri atas steviosida 15,1 % dan
rebaudiosida 1,6 % (Rukmana 2003).
Stevia yang diberi perlakuan bahan
organik dan unsur kelumit mempunyai
kandungan gula stevia lebih tinggi daripada
kontrol. Meskipun gula stevia rasa manisnya
mirip dengan sukrosa, tetapi terdapat
perbedaan di antara keduanya. Di samping
rasa manis, gula stevia mempunyai rasa
langu dan sepat, lagipula pengaruh manisnya
terasa lebih lama dimulut dibandingkan
sukrosa, serta memberikan pasca rasa yang
tidak enak (Atmawinata et al. 1984).
Pemanis
stevia/gula
stevia
yang
merupakan ekstrak kasar dari daun stevia
terdiri atas delapan komponen
yaitu
stevioside, steviolbiolside, rebaudioside-A,
rebaudioside-B,
rebaudioside-C,
rebaudioside-D,
rebaudioside-E,
dan
dulcoside-A. Stevioside murni selain
mempunyai intensitas kemanisan sangat
tinggi, juga mempunyai rasa sepat dan
langu. Rasa sepat dan langu ini tidak
didapati pada rebaudioside-A, rebaudiosideD, dan rebaudioside-E. Ketiga komponen ini
ternyata lebih manis dari stevioside murni,
maka ekstrak kasar pemanis stevia lebih
disukai daripada stevioside murni. Tetapi
karena ekstrak kasar pemanis stevia
mengandung stevioside sekitar 70 persen,
maka sifat sepat dan langu tersebut masih
dapat dirasakan pada pemanis stevia
(Atmawinata et al. 1987).
Pengeringan merupakan salah satu tahap
pengolahan pasca panen daun stevia.
Kualitas daun stevia hasil pengeringan
sangat menentukan hasil a