Produksi Tanaman Stevia (Stevia rebaudiana Bertoni M)Dengan Perlakuan Setek Dan Auksin

STEVIA
ISSN No. 2087-6939 Vol. I No. 01-Januari 2011

Produksi Tanaman Stevia (Stevia rebaudiana Bertoni M) Dengan Perlakuan Setek Dan Auksin

Lisa Mawarni
Departemen Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian USU

ABSTRACT

The objective of this experiment is to investigate the influence of length of cuttings as the stevia plant material and concentration levels of IBA (indolyl-3-butyric acid) that are used to the production of stevia plant. Used two-factor factorial design arranged in randomized block design with 3 replications. The first factor is the length of cuttings that is 3 cm, 5 cm, 7 cm and 9 cm. The second factor is the concentration of IBA were 0, 300 ppm and 600 ppm.
Statistical analysis showed that differences in length of cuttings significantly affected plant height, leaf number and leaf dry weight. IBA concentration level was significantly different only on the number of roots. While the interaction of the two showed significant differences on plant height and leaf dry weight. Production of the stevia leaf dry weight was best obtained in treatment 5 cm long cuttings with IBA concentration of 600 ppm.

Keywords: stevia, the length of cuttings, Indolyl-3-butyric acid

Pendahuluan
Salah satu tanaman yang dapat menghasilkan pemanis alami adalah stevia (Stevia rebaudiana Bertoni M), yakni dari ekstrak daunnya. Di daerah asalnya Paraguay Amerika Selatan, penduduk asli (Indian) telah lama menggunakan tanaman ini sebagai bahan pemanis dan obat (Liz,1984). Tanaman ini termasuk suku Astereacea, tanaman tahunan, berbentuk perdu basah dengan tinggi 60-80 cm dan bercabang banyak. Tanaman stevia adalah tanaman hari pendek yang akan cepat berbunga bila panjang hari kurang dari 12 jam. Di Indonesia stevia tumbuh pada ketinggian antara 800-1500 m dpl, suhu udara 20-24oC, curah hujan 1500 - 3000 mm/tahun (Wardhana, 1986;

Wikipedia, 2008). Jenis tanah tempat asal tumbuhnya adalah terra-rosa dan latosol yang keduanya berkandungan fosfat rendah (Kawatani et.al, 1973). Stevia di Indonesia berasal dari Jepang dan Korea (Anonimus, 2008)
Melalui proses ekstraksi daun stevia kering dihasilkan kristal glikosida yang terdiri dari beberapa komponen yaitu steviosida, steviolbiosida dan rebaudiosida A-E. Keseluruhan komponen ini disebut gula stevia atau steviose. Rahasia kemanisan stevia terletak pada molekul kompleksnya yang disebut steviosida yang merupakan glikosida disusun dari glukosa, sophorose dan steviol. Komponen utama stevisioda memiliki 200-300 kali kemanisan dari sukrose


[1]

(gula tebu) bersifat rendah kalori dan

non karsiogenik (Tjasadihardja, 1982 ;

Atmawinata dkk, 1984). Sehingga

tanaman ini dikenal dengan nama daun

gula. Penelitian medis juga

menunjukkan manfaat dari stevia dalam

mengobati obesitas, tekanan darah,

mencegah dan melawan diabetes, dan

memiliki sifat anti-virus. Stevia lazim


berfungsi sebagai pemanis alami untuk

orang diet karbohidrat. Namun

keengganan beberapa negara

menggunakan stevia sebagai pemanis

alami yang aman dicurigai ada unsur

melindungi bisnis aspartam. Saat ini,

rebiana merupakan nama dagang paten

untuk gula stevia. Merupakan

kerjasama The Coca-Cola Company dan

Cargill, sebagai bahan aditif makanan di


USA sejak 2009. Sementara di Jepang

sudah lama digunakan. Stevia lebih

manis dari pada pemanis merek Equal.

Hanya terasa sedikit pahit bila terlalu

banyak (Maiti and Purohit, 2008)

Dirjen Perkebunan pada tahun 1984

pernah memproyeksikan bila produksi

stevia sebesar 2000 kg daun

kering/tahun/ha dengan kandungan

pemanis 3 - 7 % maka produksi 1


hektar

stevia/tahun

dapat

menggantikan 2,5 – 6 ha tebu.

Masalah yang menyangkut

budidaya tanaman ini diantaranya

adalah perbanyakan. Perbanyakan

tanaman stevia dapat dilakukan dengan

biji, setek batang, pembelahan rumpun

dan kultur jaringan (Farida, 1986).


Perbanyakan dengan setek menjadi

penting untuk mempertahankan klon

unggul secara mudah dan sederhana,

apabila bahan tanaman terbatas.

Tirtoboma (1983) mengemukakan

bahan tanaman yang terbaik untuk

bahan setek adalah bagian pucuk

sepanjang 4-6 ruas dengan tidak

dirompes dan potongan batang

dicelupkan terlebih dahulu ke dalam


STEVIA
ISSN No. 2087-6939 Vol. I No. 01-Januari 2011
larutan IBA 600 ppm. Di lapangan, setek yang berasal dari 4 sampai 6 ruas akan membentuk pertanaman yang sangat bervariasi. Maka perlu diteliti panjang setek yang terbaik dalam ukuran sentimeter sehingga menjamin pertanaman yang lebih seragam.
Dalam penyetekan tanaman stevia diperlukan kelembaban dan suhu yang tinggi yakni antara 87-97 % dan suhu 25-29 oC sehingga dilakukan penutupan dengan sungkup plastik dan naungan (Balai Informasi Pertanian Ciawi, 1982)
Persoalan paling utama dalam penyetekan adalah terbentuknya akar. Makin banyak akar yang terbentuk maka bibit yang diperoleh makin kuat (Harjadi, 1983).
Faktor-faktor yang mempengaruhi perakaran adalah : 1) faktor tanaman yang mencakup kondisi fisiologis dan umur dari tanaman induk, adanya tunas dan daun pada setek, kandungan bahan makanan setek, kandungan zat tumbuh dan pembentukan kalus, 2) kondisi lingkungan selama penyetekan seperti media perakaran, air, temperatur udara dan tanah, kelembaban dan cahaya, 3) faktor pelaksanaan seperti perlakuan sebelum pengambilan setek, waktu pengambilan, pelukaan setek, penggunaan zat tumbuh dan fungisida serta kebersihan dan pemeliharaan setek (Rochiman dan Harjadi, 1973; Hartmann dan Kester, 1983). Selanjutnya Hartmann dan Kester (1983) menyatakan bahwa pemberian auxin pada setek dapat mengakibatkan pengembangan dan pembelahan sel-sel cortex, phloem dan kambium sehingga lapisan sel sclerenchym akan rusak dan akar mudah menembus ke luar. Auxin alami yang paling umum adalah asam indolasetat (IAA). Auxin sintetis seperti NAA dan IBA terbukti lebih efektif daripada IAA, karena mereka tidak dirusak oleh IAA oksidase atau enzim

[2]

lain sehingga lebih bertahan lama (Salisbury & Ross, 1978).
Sehubungan dengan hal-hal di atas perlu diketahui pengaruh panjang setek dan konsentrasi IBA serta interaksi keduanya terhadap produksi tanaman stevia dimana produksi stevia umumnya dalam bentuk daun kering.
Bahan dan Metode
Percobaan dilakukan di Desa Suka Makmur, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang dengan ketinggian tempat 950 m dpl. Bahan tanaman yang digunakan berupa setek cabang stevia klon BPP 72 dengan ukuran sesuai perlakuan, IBA, tanah berupa top soil : pupuk kandang ayam = 3:1, Urea, TSP dan Z, polibag ukuran 28 x 20 cm (terlipat) dan pestisida Curater 3 G dan Dithane M-45. Alat yang digunakan alat-alat pertanian, sungkup plastik, alat tulis, gelas ukur, oven Memmert Tipe B 30, timbangan digital.
Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan dua faktor. Faktor pertama adalah panjang setek yaitu 3 cm, 5 cm, 7 cm dan 9 cm. Faktor kedua adalah konsentrasi IBA yaitu 0, 300 ppm dan 600 ppm. Potongan seteksetek diikat secukupnya kemudian dicelupkan bagian pangkalnya sesuai perlakuan selama 10 menit lalu dicelupkan sesaat pada larutan Dithane M-45 2 g/l air.
Ulangan ada 3 dimana tiap ulangan digunakan 3 polibag. Sehingga secara keseluruhan ada 12 x 3 x 3 = 108 polibag yang seluruhnya menjadi sampel yang diletakkan dalam sungkup. Pada hari ke-14 setelah tanam sungkup dibuka selama 2 jam pada pagi hari. Selanjutnya 4 jam pada hari ke-15, 6 jam pada hari ke-16 dan 8 jam pada hari ke-17. Mulai hari ke-18 sungkup dibuka seterusnya. Panen dilakukan saat

STEVIA
ISSN No. 2087-6939 Vol. I No. 01-Januari 2011

pertanaman 25% berbunga yang terjadi


pada hari ke-50 setelah tanam atau hari

ke-32 sejak sungkup dibuka. Parameter

yang diamati adalah jumlah

cabang/tanaman,

jumlah

daun/tanaman, jumlah akar/tanaman

dan berat kering daun (g/plot) setelah dioven 70oC selama 24 jam. Analisis

data dengan uji F dilanjutkan uji jarak

Duncan.

Hasil dan Pembahasan


Hasil pengamatan jumlah

cabang/tanaman,

jumlah

daun/tanaman, jumlah akar/tanaman,

berat kering daun (g/plot) dapat dilihat

pada Tabel 1 berikut.

Hasil analisis statistik dari data

menunjukkan bahwa perbedaan

panjang setek berpengaruh nyata

terhadap semua parameter. Tingkat


konsentrasi IBA hanya berbeda nyata

terhadap jumlah akar. Sedangkan

interaksi keduanya menunjukkan

perbedaan yang nyata terhadap tinggi

tanaman dan berat kering daun.

Dari data dapat dilihat bahwa

panjang setek 5 cm memberikan hasil

terbaik sedangkan panjang setek 3 cm

menunjukkan hasil terkecil. Hal ini

dimungkinkan karena panjang setek 5


cm adalah ukuran yang optimal dimana

bahan makanan yang dikandungnya

dapat

segera

membentuk

pertumbuhan. Sedangkan panjang setek

7 cm dan 9 cm lebih panjang sehingga

pembentukan akar tidak segera karena

setek masih banyak mengandung bahan

makanan.


[3]

STEVIA
ISSN No. 2087-6939 Vol. I No. 01-Januari 2011

Tabel 1. Pengaruh panjang setek dan konsentrasi IBA terhadap rata-rata tinggi tanaman umur 28 hari (cm), jumlah daun/tanaman, jumlah akar/tanaman, berat kering daun (g/plot)

Perlakuan

Tinggi

Jlh daun/ Jlh akar/ Brt

tanaman Tanaman tanaman kering

28 hari

daun (g/plot)

(cm)

Panjang setek

a 1 = 3 cm

20,87 c 53,56 b 17,76 c 1,66 c

a 2 = 5 cm

25,78 a 104,81 a 34,15 a 3,00 a

a 3 = 7 cm

24,76 b 83,37 a 29,30 b 2,41 ab

a 4 = 9 cm

24,95 ab 84,57 a 26,45 b 2,20 b

Konsentrasi IBA

b0 = 0 ppm 23,19 tn 76,83 t 17,82 a 2,25 tn

n

b1 = 300 ppm 24,14

82,78

28,61 b 2,23

b2 = 600 ppm 24,86

85,22

34,31 c 2,47

Kombinasi

a1b0

15,94 c 43,89 t 12,61 e 1,20 tn

n

a1b1

23,24 b 51,89

19,00 de 1,82

a1b2

23,35 ab 60,89

21,67 cd 1,96

a2b0

25,83 ab 102,22

24,67 cd 3,37

a2b1

23,78 ab 80,00

37,11 b 1,92

a2b2

27,72 a 131,22

46,22 a 3,69

a3b0

26,13 ab 86,34

15,56 a 2,45

a3b1

22,75 b 95,78

34,32 ba 2,63

a3b2

25,25 ab 68,00

38,00 ab 2,15

a4b0

24,72 ab 73,89

18,46 de 1,97

a4b1

27,22 a 99,45

29,56 be 2,55

a4b2

22,89 b 80,39

31,33 bc 2,09

Keterangan : Notasi yang berbeda pada satu kolom

menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5 %

Tinggi tanaman dari panjang setek 5 cm ternyata menjadi tidak berbeda nyata dengan tinggi tanaman yang berasal dari 7 cm dan 9 cm pada saat menjelang berbunga (28 hari). Artinya, dengan menggunakan panjang setek 5 cm pada akhirnya tinggi tanaman sama dengan panjang setek 7 dan 9 cm. Sehingga dapat disarankan penggunaan setek cukup 5 cm saja untuk menghemat bahan tanaman. Dari 4 sampai 6 ruas teratas bisa diperoleh setidaknya 2 setek.
Jumlah daun dan berat kering daun pada panjang setek 3 cm berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Jadi dapat dikatakan adanya hubungan antara tinggi tanaman, jumlah daun dan berat kering daun. Seperti yang disebutkan

Buana dan Gunadi (1985) bahwa pada

umumnya sampai batas tertentu makin

tinggi tanaman, makin banyak jumlah

daun sehingga makin tinggi pula berat

kering daun.

Tingkat konsentrasi IBA ternyata

hanya menambah jumlah akar atau

pertumbuhan ke bawah tetapi tidak

mempengaruhi

secara

nyata

pertumbuhan bagian atas tanaman.

Heddy (1996) menyebutkan konsentrasi

auksin yang merangsang pertumbuhan

akar akan sangat rendah untuk

merangsang pertumbuhan batang

demikian pula sebaliknya. Perlakuan

terbaik adalah konsentrasi IBA sebesar

600 ppm.

Interaksi antara perlakuan panjang

setek dan konsentrasi IBA menunjukkan

adanya perbedaan yang nyata terhadap

tinggi tanaman dan jumlah akar. Dapat

dilihat pula bahwa perlakuan a2b2

adalah perlakuan kombinasi yang

terbaik. Hal ini disebabkan panjang

setek 5 cm adalah yang terbaik dan

perlakuan konsentrasi IBA 600 ppm

adalah yang terbaik.

Panjang setek berhubungan dengan

bahan makanan yang dikandung

dimana bahan ini akan mempengaruhi

pertumbuhan tunas dan akar.

Sedangkan IBA merangsang

terbentuknya akar lebih banyak.

Hartmann dan Kester (1983)

menyatakan bahwa pertumbuhan tunas

yang baik menyebabkan pertumbuhan

daun juga baik sehingga proses

fotosintesa akan baik, akibatnya

karbohidrat yang dihasilkan lebih

banyak. Karbohidrat ini sebagian

digunakan untuk pembentukan akar

sehingga terbentuknya akar yang baik

menyebabkan penyerapan unsur hara

dan air akan lebih banyak sehingga

pertumbuhan tunas akan baik pula.

[4]

Kesimpulan dan Saran
Produksi stevia yakni berat kering daun yang terbaik diperoleh pada perlakuan panjang setek 5 cm dengan konsentrasi IBA 600 ppm. Maka dapat disarankan penggunaan setek cukup 5 cm saja untuk menghemat bahan tanaman. Dari 4 sampai 6 ruas teratas bisa diperoleh setidaknya 2 setek.

Daftar Pustaka

Atmawinata ,O, Tamzil Muhammad, Darnoko dan Soewarno T. Soekarto. 1984. Tingkat

Manisnya Gula Stevia Terhadap Sukrose, Menara Perkebunan 52(2): 52-56

Balai Informasi Pertanian Ciawi, 1982. Mengenal Pemanis Alami Stevia rebaudiana Bertoni M.

Buana, L dan DH.Goenadi, 1985. Studi

Tentang

Korelasi

Antara

Pertumbuhan Dan Produksi

Tanaman Stevia, Menara

Perkebunan 53(3):68-71

Dirjen Perkebunan Jakarta, 1984. Program Peningkatan Produksi Stevia di Masa Mendatang , Bahan untuk pertemuan Teknis Penelitian dan Pengembangan Stevia di Bogor

Farida, 1986. Menanam Stevia Manis,Trubus No.196/Thn.XVII 1 Maret 1986

Hartmann,HT and Dale E.Kester, 1983. Plant Propagation Principles and Practices, Prentice-Hall, Inc. Englewood Cliffs, New Jersey.

Harjadi, S.S. Agronomi, Jakarta

1983. Penerbit

Pengantar Gramedia

Heddy, S. 1986. Hormon Tumbuhan, Penerbit Rajawali Jakarta

STEVIA
ISSN No. 2087-6939 Vol. I No. 01-Januari 2011

Kawatani, T.Kaneki and Tanase T. 1973. Cultivation of Stevia rebaudiana Bertoni M., Japan Journal Tropical Agriculture 17(2): 125-130

Liz, 1984. Stevia atau Cae-he-he, Intisari Juni 1984

Maiti, RK and S.S. Purohit . 2008. Stevia a miracle plant for human health, Agrobios India

Salisbury, FB and Cleon W.Ross. 1978. Plant Physiology, Wadsworth PublishingCompany, Inc, Balmont, California

Tirtoboma . 1983. Konsep Pemikiran Tentang Budidaya Tanaman Stevia rebaudiana

Bertoni M. Pertemuan regular Staf Peneliti dan Teknis BPP Bogor, 4 Juni 1983

Tjasadihardja. 1982. Stevia rebaudiana Bertoni M, Sumber Daya Pemanis Baru, BPP Bogor Ceramah N0.13/1982.

Rochiman, K dan S.Setyati Harjadi.

1973.

Pembiakan Vegetatif,

Pengantar Agronomi Fakultas

Pertanian IPB

Wardhana. 1986. Stevia Sumber Bahan Pemanis Alami, Asri No.43: 1-31 Oktober 1986

Wikipedia, 2008. wikipedia+stevia

http://

[5]