cerita. Dalam KBBI, dijelaskan bahwa mitos adalah cerita suatu bangsa tentang asal-usul semesta alam, manusia dan bangsa itu sendiri.
Fiske dalam Wibowo, 2011: 17 menyatakan bahwa mitos adalah bagaimana kebudayaan menjelaskan atau memahami
beberapa aspek tentang realitas dan gejala alam. Mitos merupakan produk kelas sosial yang sudah mempunyai suatu
dominasi. Mitos primitif, misalnya mengenai hidup dan mati, manusia dan dewa. Sedangkan mitos masa kini misalnya
mengenai femininitas, maskulinitas, ilmu pengetahuan dan kesuksesan.
Mitos adalah suatu wahana dimana suatu ideologi terwujud. Mitos dapat berangkai menjadi mitologi yang memainkan peranan penting dalam kesatuan-
kesatuan budaya.
2.3 Landasan Teori
Dalam sebuah penelitian dibutuhkan teori yang menjadi landasan teori. Dalam penelitian ini diterapkan pisau analisis semiotik yang dikembangkan oleh
Roland Barthes.
2.3.1 Pengertian Umum Semiotik
Istilah semeiotics dilafalkan demikian diperkenalkan oleh Hippocrates Danesi,2010: 7, penemu ilmu medis Barat, seperti ilmu gejala-gejala. Gejala
menurut Hippocrates merupakan semeion bahasa Yunani untuk penunjuk mark atau tanda sign fisik.
Semiotik secara umum didefinisikan dengan produksi tanda-tanda dan simbol-simbol sebagai bagian dari sistem kode yang digunakan untuk
mengkomunikasikan informasi. Semiotik meliputi tanda-tanda visual dan verbal serta tactile dan olfactory semua tanda atau sinyal yang bisa diakses dan bisa
diterima oleh seluruh indera yang kita miliki ketika tanda-tanda tersebut membentuk sistem kode yang secara sistematis menyampaikan informasi atau
pesan secara tertulis di setiap kegiatan dan perilaku manusia.
Saussure dalam Sobur 2004: 12 mendefinisikan semiologi sebagai sebuah ilmu yang mengkaji kehidupan tanda-tanda di
tengah masyarakat, dan, dengan demikian menjadi bagian dari disiplin psikologi sosial. Tujuannya adalah untuk menunjukkan
bagaimana terbentuknya tanda-tanda beserta kaidah yang mengaturnya.
Dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa semiotik atau semiologi adalah studi tentang tanda dan cara tanda-tanda itu bekerja. Tanda pada dasarnya
akan mengisyaratkan suatu makna yang dapat dipahami oleh manusia yang menggunakannya. Bagaimana manusia menangkap sebuah makna tergantung
pada bagaimana manusia mengasosiasikan objek atau ide dengan tanda. Hal ini selaras dengan pendapat Charles Sander Pierce dalam Sobur, 2003:15 bahwa
semiotik sebagai “a relationship a many sign, an object, and a meaning…” suatu hubungan diantara tanda, objek, dan makna.
2.3.2 Tanda-Tanda Dalam Semiotik
Para ahli menempatkan sistem tanda dan makna sebagai gagasan pokok dalam semiotik.
Semiotik, menurut John Fiske mempunyai tiga bidang studi utama : 1.
Tanda itu sendiri. Hal ini terdiri atas studi tentang berbagai tanda yang berbeda, cara tanda-tanda yang berbeda itu dalam menyampaikan
makna, dan cara tanda-tanda itu terkait dengan manusia yang menggunakannya.
2. Kode atau sistem yang mengorganisasikan tanda. Studi ini mencakup
berbagai kode dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan suatu masyarakat atau budaya atau untuk mengeksploitasi selama
komunikasi yang tersedia untuk mentransmisikannya. 3.
Kebudayaan tempat kode dan tanda bekerja. Ini pada gilirannya bergantung pada penggunaa kode-kode dan tanda itu untuk keberadaan
dan bentuknya sendiri. Tanda merupakan sesuatu yang bersifat fisik dan bisa dipersepsi indra kita.
Tanda mengacu pada sesuatu di luar tanda tersebut dan bergantung pada pengamatan oleh penggunanya sehingga dapat dikatakan sebagai tanda.
Pierce dalam Fiske 1990: 62 melihat tanda, acuan, dan penggunaannya sebagai tiga titik dalam segitiga. Sedangkan Saussure mengatakan bahwa tanda
terdiri atas bentuk fisik plus konsep mental yang terkait. Konsep ini merupakan pemahaman atas realitas eksternal. Pierce juga menyebut tanda sebagai
representamen; bentuk fisik, konsep benda, dan gagasan diacunya sebagai objek.
Makna yang diperoleh dari sebuah tanda diistilahkan sebagai interpretan. Hal yang dirujuk oleh tanda, secara logis dikenal sebagai referen objek atau petanda.
Ada dua jenis referen: 1 referen konkrit, adalah referen yang dapat ditunjukkan hadir di dunia nyata, misalnya cat kucing dapat diindikasikan dengan menunjuk
seekor kucing, dan 2 referen abstrak, yaitu referen yang bersifat imajiner dan tidak dapat diindikasikan hanya dengan menunjuk pada suatu benda, salah satu
caranya adalah dengan membongkar akar-akar budaya dari setiap komponen tandanya.
Pierce membuat tiga kategori tanda yang masing-masing menujukkan hubugan yang berbeda di antara tanda dan objeknya atau apa yang diacunya,
yaitu : 1
Ikon adalah tanda yang memunculkan kembali benda atau realitas yang ditandainya, misalnya foto atau peta.
2 Indeks ada hubungan langsung antara tanda dan objeknya. Ia merupakan
tanda yang hubungan eksistensionalnya langsung dengan objeknya. Misalnya, asap adalah indeks api dan bersin adalah indeks flu.
3 Simbol adalah tanda yang memiliki hubungan dengan objeknya
berdasarkan konvensi, kesepakatan atau aturan kata-kata umumnya adalah simbol. Palang merah adalah simbol dan angka adalah simbol.
Ikonitas melimpah ruah dalam semua wilayah representasi manusia. Foto, potret, peta, angka Romawi seperti I, II, dan III adalah wujud ikonis yang
dirancang atau diciptakan agar mirip dengan sumber acuannya secara visual. Ikon juga memiliki fungsi sosial dalam cakupan yang sangat luas. Misalnya ditemukan
pada poster, pintu kamar mandi sebagai indikasi “pria” dan “wanita, dan
sebagainya. Ikon membuktikan bahwa persepsi manusia sangatlah tinggi terhadap pola-pola berulang dalam warna, bentuk, dimensi, gerakan, bunyi, rasa, dan
seterusnya. Sementara indeks membuktikan bahwa manusia juga memperhatikan pola berulang dalam hubungan serta sebab-akibat yang tidak pasti dalam waktu
dan ruang. Ada tiga jenis dasar indeks, yaitu:
1. Indeks ruang, yang mengacu pada lokasi spasial sebuah benda, makhluk,
dan peristiwa dalam hubungannya dengan pengguna tanda. Tanda yang dibuat dengan tangan seperti jari yang menunjuk, figure seperti anak
panah. 2.
Indeks Temporal, indeks ini menghubungkan benda-benda dari segi waktu, kata keterangan seperti sebelum, sesudah, sekarang, tanggal di kalender.
3. Indeks Persona. Indeks ini saling menghubungkan pihak-pihak yang ambil
bagian dalam sebuah situasi, kata ganti seperti aku, kau, atau ia. Sementara simbol mewakili sumber acuannya dalam cara yang konvensional yang
dibangun melalui kesepakatan sosial atau melalui saluran berupa tradisi historis.
2.3.3 Representasi dalam Semiotik