Kesalahan Teknik dan Kesalahan Penyinaran Film

d. Cacat pasien Beberapa pasien mungkin memerlukan bantuan selama prosedur radiografi karena kecacatan fisik atau mental, cedera atau kondisi medis, dengan keadaan seperti ini dibutuhkannya anggota keluarga atau wali untuk membantu dalam memegang pasien. Proteksi harus disediakan untuk pasien dan anggota keluarga yang menemani pasien selama proses pengambilan foto radiografi intraoral. Dokter gigi harus mempertimbangkan teknik yang digunakan sesuai dengan kondisi pasien misalnya, seorang pasien dengan penyakit Parkinson dapat lebih baik mentolerir radiografi intraoral yang memiliki pemaparan yang pendek dari pada panoramik yang membutuhkan posisi lebih rumit dan waktu pemaparan lebih lama. 11

2.3.2 Kesalahan Teknik dan Kesalahan Penyinaran Film

a. Gambaran yang tidak sesuai apikal hilang Kesalahan penempatan film dapat terlihatnya gambaran yang tidak sesuai pada area yang akan dilihat. Hal ini biasanya terjadi pada proyeksi molar ketika pasien tidak dapat mentoleransi saat film ditempatkan dalam rongga mulut. Struktur gambaran radiografi yang baik harus berdasarkan pada kriteria, dengan menggunakan kriteria yang menentukan mana gigi dan struktur sekitarnya dapat meminimalkan kesalahan. 11 Hilang apikal gigi merupakan salah satu kesalahan penempatan film penanggulangannya yaitu bila menggunakan pemegang reseptor, blok gigitan harus ditempatkan pada gigi yang menerima sinar-x dan bukan pada gigi antagonisnya. Jika blok gigitan ditempatkan pada gigi yang berlawanan dan pasien diwajibkan untuk menggigit reseptor, kemungkinan besar akan menyebabkan kesalahan penempatan film. Menempatkan reseptor lebih ke lingual dari gigi mandibula dan mengikuti lengkung langit-langit pada maksila akan membuat penempatan lebih mudah dan lebih nyaman untuk pasien. 11 b. Penempatan film terbalik Penempatan film terbalik dalam rongga mulut menyebabkan bukan film yang akan terpapar sumber radiasi, melainkan lempengan timah. Sinar-x akan dilemahkan Universitas Sumatera Utara oleh lempengan timah sebelum sinar sampai pada film. lempengan timah yang terpapar sinar x ini akan menghasilkan, efek herringbone atau efek diamond akan muncul pada film yang telah diproses. Kesalahan ini akan menghasilkan gambar yang terang dan menimbulkan keraguan saat proses identifikasi film, kesalahan penempatan film terbalik mungkin akan berkurang dengan reseptor digital khususnya sensor yang kaku atau rigid. 11 Gambar 5. Penempatan film terbalik. 11 c. Pembengkokan film Pembengkokan film dapat terjadi karena kelengkungan dari palatum atau lengkung lingual saat penempatan film. Film bersifat lentur dan tidak seharusnya menjadi bengkok, bila menggunakan film holder, lenturkan film terlebih dahulu sebelum dimasukan ke rongga mulut. Film yang terlalu besar memungkinkan pembengkokan dapat terjadi, tentukan film yang sesuai dengan gambaran radiografi yang diinginkan hal ini, akan menghasilkan sedikit kenyamanan pada pasien. 11 Film yang bengkok akan menyebabkan lipatan pada emulsi yang pada akhirnya berdampak pada kualitas gambar. Untuk mengatasi masalah pembengkokan film ini sebaiknya hati-hati dalam penanganan, penggunaan film yang lebih kecil, dan penempatan yang benar. 11 Universitas Sumatera Utara Gambar 6. Film bengkok . 11 d. Bidang oklusal miring Ketika film tidak tegak lurus dengan bidang oklusal, bidang oklusal akan tampak miring atau diagonal. Ketika pengambilan gambar radiografi bitewing, tepi atas film mungkin berkontak dengan gingival dibagian palatal atau palatum yang lengkung sehingga bidang oklusal akan terlihat miring. Untuk menghindari kesalahan ini film seharusnya ditempatkan lurus atau tegak lurus dengan bidang oklusal, atau film harus jauh dari gigi dan selalu menempatkan biteblock dalam kontak oklusal atau insisal gigi. 11 Gambar 7. Bidang oklusal yang miring. 11 Universitas Sumatera Utara e. Kesalahan angulasi vertikal Bila menggunakan teknik paralel dan film holder, angulasi vertikal ditentukan oleh perangkat film holder untuk memungkinkan sinar-x menjadi tegak lurus terhadap film dan gigi hal ini, penting untuk menempatkan film sejajar, sehingga memastikan angulasi vertikal secara tepat. Sebaliknya ketika menggunakan teknik bisekting, sinar yang tegak lurus terhadap bidang yang membagi sudut dibentuk oleh gigi dan reseptor. Kesalahan kesejajaran vertikal terjadi pada teknik bisekting dapat mengakibatkan pemanjangan atau pemendekan pada gambaran gigi dari yang sebenarnya. 11 f. Elongasi Elongasi atau pemanjangan gambaran gigi dari yang sebenarnya merupakan hasil dari angulasi yang terlalu kecil. 11,12 Ketika kesalahan angulasi vertikal terjadi pada teknik paralel, gambar bergerak dalam dimensi vertikal atas atau bawah pada film. 11 Untuk memperbaiki kesalahan ini operator harus meningkatkan angulasi vertikal, dengan cara untuk maksila angulasi positif harus ditingkatkan cone mengarah ke bawah, untuk mandibula angulasi negatif harus ditingkatkan cone mengarah ke atas. 11 Kesalahan ini bisa juga terjadi pada teknik bisekting yang disebabkan oleh sinar-x yang tegak lurus terhadap sumbu panjang gigi dibandingkan dengan sudut antara gigi dan film. 12 Gambar 8. Elongasi kiri, angulasi film tengah, penyinaran dengan angulasi yang kurang kanan. 11 Universitas Sumatera Utara g. Foreshortening Foreshortening atau pemendekan gambaran gigi dan jaringan pendukung dari yang sebenarnya disebabkan karena kesalahan angulasi vertikal yang terlalu besar. Untuk memperbaiki foreshortening ketika menggunakan teknik paralel, operator harus menurunkan angulasi vertikal pada maksila dan menurunkan angulasi vertikal pada mandibula. 11,12 Kesalahan seperti ini juga dapat terjadi ketika film tidak ditempatkan secara paralel terhadap panjang aksisi gigi. 11 Gambar 9. Pemendekan atau foreshortening kiri, sudut penerimaan tengah paparan sinar-x dengan angulasi yang terlalu besar. 11 h. Kesalahan angulasi horisontal Keselarasan horisontal yang tepat dari sinar-x akan menghasilkan gambaran ruang interproksimal sehingga dapat mengevaluasi karies dan penilaian tingkat tulang secara menyeluruh. Sinar-x harus ditujukan langsung antara permukaan gigi yang diinginkan agar dapat melihat permukaan interproksimalnya. Kesalahan angulasi horisontal akan menyebabkan gambar radiografi bergeser ke kanan atu ke kiri sehingga permukaan interproksimal menjadi tumpang tindih, untuk menentukan apakah angulasi horisontal salah atau tidak dapat dievaluasi sejauh mana tumpang tindih yang terjadi. 11 Ketika menggunakan film holder, kesalahan angulasi horisontal dapat terjadi karena penempatan film secara horisontal tidak tepat. Kesalahan ini dapat dihindari dengan menempatkan film sejajar dengan gigi sehingga sinar-x dapat berjalan langsung melewati kontak bidang. 11 Universitas Sumatera Utara Gambar 10. Kesalahan angulasi horisontal. 11 i. Kesalahan pemusatan sinar Pusat sinar-x harus melewati film dengan cara sinar-x diarahkan tegak lurus terhadap film, ketika keselarasan ini tidak diperhatikan, cone-cut dapat terjadi. Cone- cutting terlihat sebagai zona bening pada radiografi setelah diproses, karena kurangnya paparan sinar-x pada daerah yang terpotong. Ketika menggunakan digital imaging , cone-cut muncul sebagai daerah buram. 13 Bentuk cone-cutter gantung pada jenis kolimator yang digunakan ketika penyinaran film. Misalnya, jika lingkaran kolimator atau cone digunakan, cone-cute yang melengkung akan muncul, Con- cutting persegi akan terjadi bila menggunakan kolimator yang berbentuk persegi panjang. Untuk memperbaiki kesalahan ini, sinar harus dipusatkan kembali pada daerah yang tidak terpapar. 11 Gambar 11. Kesalahan pemusat sinar. 11 Universitas Sumatera Utara j. Pengaturan waktu Paparan yang salah bisa terjadi karena beberapa faktor, yang paling umum adalah tidak tepatnya pengaturan waktu. Pengaturan waktu adalah kesalahan yang paling mungkin terjadi karena sebagian besar unit telah menetapkan pengaturan miliampere dan votasenya kV, pengaturan waktu pada saat pemaparan harus didasarkan pada kecepatan film. 11 Pengaturan waktu pemaparan yang tidak tepat juga dapat terjadi karena evaluasi kondisi pasien yang tidak tepat. Operator menggunakan waktu yang lebih lama terhadap pasien yang memiliki postur tubuh tinggi dan besar serta waktu yang lebih sedikit untuk pasien yang memiliki postur tubuh kecil pendek dan anak-anak, sehingga kegagalan penyesuaian waktu akan menghasilkan gambar yang terlalu terang atau terlalu gelap. 11 k. Paparan yang lebih atau kurang Paparan yang kurang pada film akan menghasilkan gambaran dengan densitas yang rendah, kesalahan ini dapat disebabkan karena bertambahnya jarak antar objek dan sinar-x atau tidak menempatkan kepala tabung cukup dekat dengan wajah pasien. Jarak pemaparan dari kepala tabung ke wajah pasien sebaiknya tidak lebih dari 2 cm, gambaran yang kurang terang atau agak gelap dapat dihasilkan jika saklar paparan tidak diaktifkan dengan jangka waktu yang tepat atau operator menekan tombol paparan terlalu cepat. 11 l. Paparan ganda Hasil dari paparan ganda pada film akan mengakibatkan gambaran objek berlapis atau bertindih satu sama lain. Dampak lainnya adalah paparan radiasi yang diterima pasien akan meningkat. 11,12 Universitas Sumatera Utara Gambar 12. Paparan ganda. 11 m. Kesalahan objek Ketika prostesis removable yang ada dalam mulut ikut terpapar saat pengambilan gambaran radiografi, prosthesis tersebut akan muncul pada gambaran radiografi. Sebaiknya sebelum prosedur radiografi, operator meminta pasien untuk melepaskan prothesis yang terdapat pada rongga mulut, seperti gigi palsu parsial, gigi palsu lengkap, dan lainnya. Kacamata pasien dapat muncul dalam radiografi ketika pengambilan gambar dengan angulasi vertikal dan perhiasan pada wajah yang berada dijalur sinar-x juga harus dilepas untuk menghindari artefak yang tidak diinginkan. 11 Pelindung tiroid atau apron juga bisa terekam pada gambaran radiografi. Hal ini biasanya disebabkan karena pelindung tiroid dipasang terlalu tinggi atau longgar. 11 Gambar 13. Gigi tiruan sebagian lepasan kiri, cincin pada hidung tengah, pelindung tiroid kanan. 11 Universitas Sumatera Utara

2.3.3 Kesalahan dalam Processing Film

Dokumen yang terkait

Perbandingan Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik tentang Kesalahan dan Kegagalan dalam Pembuatan Radiografi Intraoral pada Fakultas Kedokteran Gigi pada Dua Provinsi di Indonesia

2 94 98

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Tentang Kesalahan Pembuatan Radiografi Intraoral Pada Salah Satu Fakultas Kedokteran Gigi Di Denpasar Bali

1 78 74

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Pada Salah Satu Fakultas Kedokteran Gigi Di Malaysia Terhadap Penggunaan Radiografi Kedokteran Gigi

3 25 47

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Pada Salah Satu Fakultas Kedokteran Gigi Di Malaysia Terhadap Penggunaan Radiografi Kedokteran Gigi

0 0 1

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik tentang Kesalahan dan Kegagalan Pembuatan Radiografi Intraoral pada Fakultas Kedokteran Gigi di Salah Satu Universitas di Jawa

0 0 14

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik tentang Kesalahan dan Kegagalan Pembuatan Radiografi Intraoral pada Fakultas Kedokteran Gigi di Salah Satu Universitas di Jawa

0 0 1

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik tentang Kesalahan dan Kegagalan Pembuatan Radiografi Intraoral pada Fakultas Kedokteran Gigi di Salah Satu Universitas di Jawa

0 0 3

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik tentang Kesalahan dan Kegagalan Pembuatan Radiografi Intraoral pada Fakultas Kedokteran Gigi di Salah Satu Universitas di Jawa

0 0 27

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik tentang Kesalahan dan Kegagalan Pembuatan Radiografi Intraoral pada Fakultas Kedokteran Gigi di Salah Satu Universitas di Jawa

0 0 2

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik tentang Kesalahan dan Kegagalan Pembuatan Radiografi Intraoral pada Fakultas Kedokteran Gigi di Salah Satu Universitas di Jawa

0 0 15