Gambar 2.1 Mekanisme biosintesis steroid sex .
19
Estron merupakan estrogen saat menopause, paling banyak diproduksi oleh adrenal- meskipun konversi perifer dari androstenedion meningkat
dua kali. Sebagian estron dan testosteron secara perifer mengalami konversi menjadi estradiol. Hentinya ovulasi menyebabkan penurunan
progesteron karena tidak adanya produksi dari korpus luteum lagi.
10
2.4 Disfungsi Seksual pada Wanita Masa Premenopause dan Pascamenopause
Disfungsi seksual secara luas didefinisikan oleh DSM-IV sebagai “sebuah gangguan dalam proses yang memiliki karakteristik siklus respon
seksual atau rasa sakit terkait dengan hubungan seksual. Disfungsi seksual pada perempuan sangat umum terjadi di Amerika Serikat, yang
mempengaruhi lebih dari 40 wanita berusia 18-59 tahun. Meskipun
Universitas Sumatera Utara
disfungsi seksual tampaknya lebih umum terjadi di wanita dibandingkan pria, penelitian mengenai gangguan seksual pada perempuan masih
sangat sedikit.
1
Philips NA membuat suatu bagan siklus disfungsi seksual pada wanita sebagai berikut :
20
Nyeri bersenggama
dysparunia, vaginismus
Penurunan kepuasanseksual
orgasm Penurunan
rangsanganseksual arousal
Penurunan keinginan
seksual desire
KEPUASAN
Gambar 2.2 : Siklus Disfungsi Seksual Pada Wanita.
20
Tahun 1999 Consensus Classification System sexual desire disorder membuat Klasifikasi disfungsi seksual pada wanita , yaitu :
13, 20
- Gangguan hasrat seksual - Gangguan orgasme
- Gangguan gairah seksual - Gangguan gairah seksual yang hipoaktif
- Gangguan aversi seksual
Universitas Sumatera Utara
- Gangguan nyeri seksual - Dyspareunia
- Vaginismus - Gangguan nyeri seksual nonkoitus
Penurunan dari estrogen, progesterone dan testosterone sangat berpengaruh terhadap fungsi seksual wanita. Dengan berkurangnya
estrogen dapat menyebabkan hilangnya lubrikasi dari vagina, dan vagina akan menipis dan memendek. Dimana hal ini akan menyebabkan
dispareunia. Pada wanita yang teratur dalam melakukan hubungan seksual, gejala ini akan berkurang. Bila keadaan diatas tersebut tidak di
terapi, maka akan menyebabkan rasa gatal dan panas pada vulva dan vagina,infeksi pada saluran kemih yang disebabkan karena peningkatan
Ph vagina yang menyebabkan berkembangnya bakteri koliform, dan inkontinensia uri stress inkontinensia maupun urge kontinensia.
Keringnya vagina, rasa sakit dan dispareunia terjadi pada 65 wanita pascamenopause.
17, 20
Terdapat bukti bahwa disfungsi seksual meningkat pada saat masa transisi menopause yaitu sebanyak 88, 33 prevalensi disfungsi
seksual pada penelitian saat ini konsisten dengan penelitian sebelumnya yang memperkirakan bahwa 27-31 wanita menjelang menopause
mengalami peningkatan gangguan seksual.
1,2,3
Wanita pada masa akhir
Universitas Sumatera Utara
transisi 2,4 kali lebih mungkin untuk mengalami disfungsi seksual dibandingkan wanita premenopause.
1
Pada penelitian cross sectional wanita berusia 44-55 tahun, Dennerstein et al 2001 menemukan bahwa 31 melaporkan penurunan
minat seksual,
khususnya responsivitas
seksual dari
periode premenopause ke akhir perimenopause. Selain itu, aspek lain fungsi
seksual seperti frekuensi hubungan seksual, libido, dispareunia vagina, dan masalah dengan pasangan juga diperburuk selama periode akhir
perimenopause ke paska menopause.
2
Domain disfungsi seksual yang memburuk selama masa transisi ke akhir transisi adalah keinginan, gairah, dan nyeri. Penemuan ini konsisten
dengan laporan sebelumnya dari penelitian longitudinal Australia yang mengamati puncak masalah seksual selama masa akhir transisi,
khususnya yang mempengaruhi libido, frekuensi seksual, perasaan positif terhadap pasangan, dan dispareunia.
21
Secara fisiologis, saat ini tidak jelas mengapa fungsi seksual menurun selama masa transisi menopause.
4,5
Hubungan antara kadar hormon reproduktif dan disfungsi seksual selama transisi menopause masih belum
jelas. Beberapa penelitian menyatakan bahwa terdapat penurunan kadar estrogen atau androgen, dimana penemuan ini tidak meyakinkan. Pada
penelitian saat ini, kadar DHEAS rata-rata lebih tinggi tampaknya menjadi pelindung terhadap terjadinya disfungsi seksual.
4
Artinya wanita dengan kadar paling rendah paling mungkin mengalami disfungsi seksual.
1
Gracia
Universitas Sumatera Utara
et al 2007 menunjukkan bahwa wanita dengan disfungsi seksual memiliki lebih dari dua kali kadar DHEAS dalam kuartil terendah. Dari
penelitian tersebut, tidak ditemukan kadar testosterone total rata-rata dan bebas, atau variabilitas dalam ukuran hormon reproduktif, dikaitkan
dengan disfungsi seksual.
1,3
Bersamaan dengan penurunan minat seksual, androgen yang bersirkulasi menurun selama tahun-tahun akhir reproduksi dengan kadar
androgen pada usia 45 tahun sekitar satu setengah dari wanita yang berusia 20-an.
1,6
DHEAS menunjukkan adanya perubahan yang serupa dengan androgen tetapi tampaknya lebih jelas berkaitan dengan
penurunan usia. Pada penelitian longitudinal, kadar E2 rendah secara signifikan dapat mengurangi keinginan seksual wanita dan tidak
mempengaruhi aktivitas seksualnya. Selain itu, juga ditemukan adanya hubungan negatif signifikan antara kadar E2 dan dispareunia.
6
Temuan hormon ini didukung oleh sebuah penelitian besar baru-baru ini diterbitkan di Australia. Mereka meneliti bahwa wanita yang berusia
lebih dari 45 tahun dengan penurunan skor responsivitas sreksual cenderung memiliki hampir lebih dari 4 kali kadar DHEAS di bawah 10
th
persentil dibandingkan wanita dengan skor responsivitas normal.
7
Dennerstein et al 2002 tidak menemukan adanya hubungan langsung antara skor suasana hati dan kadar hormon pada awal atau
akhir fase transisi menopause.
4
Penelitian cosar et al 2007 juga tidak menemukan adanya hubungan antara rendahnya skor kepuasan seksual
Universitas Sumatera Utara
dan rendahnya estradiol, kadar DHEAS 0,05 pada transisi menopause.
6
Lobo menunjukkan bahwa hasrat seksual meningkat pada wanita paska menopause yang diberi estrogen.
19
Dennerstein et al 2004 melaporkan bahwa sebagian transisi sosial seperti kehilangan atau
mendapatkan pasangan pada usia pertengahan, gangguan kesehatan berkaitan dengan usia memiliki efek samping atau positif terhadap fungsi
seksual wanita.
22
Berdasarkan hasil penelitian Cosar et al 2007 didapatkan bahwa kadar testosterone bebas juga berkorelasi dengan kepuasan seksual pada
wanita perimenopause. Mereka menemukan adanya penurunan kadar testosteron bebas minimal tetapi signifikan dalam periode 1 tahun. Skor
kepuasan seksual juga menurun minimal. Terdapat juga bukti dari double blind placebo controlled clinical trial menunjukkan bahwa androgen dapat
mempengaruhi fungsi seksual. Ditemukan bahwa testosterone memiliki efek positif lebih dari estrogen sendiri dalam fungsi seksual dan suasana
hati.
6
Gerber et al 2005 menunjukkan bahwa adanya penurunan kadar testosterone bebas yang tidak signifikan selama 5 tahun.
23
Gallichio et al 2007 juga menemukan bahwa kadar testosteron total dan bebas
terdapat lebih tinggi secara signifikan terkait dengan adanya hasrat untuk meningkatkan hubungan seksual pada wanita usia pertengahan.
8
Di samping itu, disfungsi seksual wanita tampaknya memiliki kerentanan genetik. Banyak faktor biologis, kognitif, emosional dan sosial
Universitas Sumatera Utara
tampaknya memiliki peranan dalam respon seksual.
1,8,13,24
. Dari penelitian Nobre 2006 disebutkan bahwa terdapat perbedaan respons emosional
terhadap pikiran automatik yang terjadi pada saat aktivitas seksual antara fungsi dan disfungsi seksual pada laki-laki dan wanita. Pria dengan
disfungsi seksual memiliki lebih banyak emosi sedih, dan ketakutan, dan kurangnya kepuasan dibandingkan pria tanpa gangguan seksual. Wanita
dengan disfungsi seksual memiliki lebih sedikit kepuasan dan kesenangan, dan lebih banyak kesedihan, rasa bersalah, dan amarah.
Adanya penelitian yang menyataka ’n bahwa emosi yang berkaitan dengan
afek depresi kesedihan, kekecewaan, kurangnya kesenangan sebagai lawan emosi negatif sebagian besar terkait dengan kecemasan adalah
berkorelasi kuat disfungsi seksual.
25
2.5. Efek Body Mass Index BMI Tehadap Fungsi Seksual Wanita