Pengaruh Tingkat Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Kompleksitas Pemerintah Daerah (Jumlah SKPD)terhadap kelemahan Pengendalian Intern pada Pemerintah Daerah (Studi Empiris Pada Pemerintah Daerah di Indonesia)

PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI
DAERAH (PAD) DAN KOMPLEKSITAS PEMERINTAH DAERAH
(JUMLAH SKPD) TERHADAP KELEMAHAN PENGENDALIAN
INTERN PADA PEMERINTAH DAERAH
(Studi Empiris Pada Pemerintah Daerah di Indonesia)

Oleh:
Titus Puspitasari
109082000121

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2013

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I.

IDENTITAS PRIBADI

1. Nama Lengkap

: Titus Puspitasari

2. Tempat, Tanggal Lahir

: Lamongan, 04 April 1991

3. Alamat

: Jl. Karangbinangun, RT. 05 / RW. 02 ,
Keputran, Kec. Deket, Kab. Lamongan.

II.

4. No. Ponsel

: 085648758408

5. Email


: titapuspitha4482@gmail.com

PENDIDIKAN FORMAL
1. SD Negeri Dinoyo II

Tahun 1997-2003

2. SMP Negeri 2 lamongan

Tahun 2003-2006

3. SMA Negeri 1 Lamongan

Tahun 2006-2009

4. S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tahun 2009-2013


III. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Anggota BEM Jurusan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta periode 2010-2011
2. Anggota BEM Fakultas UIN Syarif Hidayatullah Jakarta periode 20122013
3. Anggota LSO VOC Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta periode 2010-2011.
4. Team Rapai dance SEIS Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
5. Seminar Internasional oleh Social Trust Fund, “Shaping Islamic Tomorrow
Today: Towards A New Islamic Agenda for Human Development, Maqasid
Perspectives”, 21 Januari 2013.

v

6. Seminar oleh Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi DKI Jakarta, “Seminar
Peningkatan Pemahaman Ketertiban Umum Bagi Pelajar dan Mahasiswa’,
29 November 2010.
7. Seminar oleh Direktorat Jendral Pajak, “Potret Perpajakan Indonesia
Menuju Sistem Perpajakan yang Transparan”, 24 November 2011.
8. Seminar oleh PT. Zahir Internasional, “Workshop Komputer Akuntansi
dengan menggunakan Zahir Accounting Edisi Standar 5. 1”, 17 Maret

2012.
9. Seminar Nasional oleh Asuransi ACA, “Peran Asuransi dalam Era
Globalisasi” 20 Mei 2010.
10. Seminar oleh Komisi Pemberantasan Korupsi, “Talkshow Pemberantasan
Korupsi”, 9 September 2009.
IV. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah

: Timan

2. Tempat, Tanggal Lahir

: Lamongan, 16 Maret 1968

3. Ibu

: Umi Kalsum

4. Tempat, Tanggal Lahir


: Lamongan, 17 April 1970

5. Anak

: Pertama dari 2 bersaudara

vi

THE INFLUENCE OF ECONOMIC GROWTH RATE, LOCAL OWN SOURCE
REVENUE AND COMPLEXITY (NUMBER OF LOCAL GOVERNMENT
WORK UNIT) TO INTERNAL CONTROL WEAKNESS OF LOCAL
GOVERNMENT
(Empirical Study on Local Governments in Indonesia)

By: Titus Puspitasari

ABSTRACT

The purposed of the study was to test the influence of economic growth rate,
local own source revenue and complexity (number of local government work unit) to

internal control weakness of local government. Agency theory assumes that there
were many information asymetry between the agents (local government) who had
direct acces to information by the principals (the public). The existence of
information asymetry allowed the occurence of fraud or corruption by local
government.
This study used purposive sampling with 156 data from the financial
statements Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) in 2011 and
data from Badan Pusat Statistika (BPS). The result indicated that the economic
growth rate and local own source revenue had no significant influence on internal
control weakness. However, the complexity (the number of local government) had
significant influence on internal control weakness.

Keywords : Internal Control, Rate of Economic Growth, amount of revenue and
complexity.

vii

PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI
DAERAH (PAD) DAN KOMPLEKSITAS PEMERINTAH DAERAH
(JUMLAH SKPD) TERHADAP KELEMAHAN PENGENDALIAN INTERN

PADA PEMERINTAH DAERAH
(Studi Empiris Pada Pemerintah Daerah di Indonesia)

Oleh: Titus Puspitasari

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara kausalitas pengaruh tingkat
pertumbuhan ekonomi, Pendapatan Asli Daerah (PAD), kompleksitas Pemerintah
Daerah (jumlah SKPD) terhadap kelemahan pengendalian intern. Teori keagenan
beranggapan bahwa banyak terjadi information asymmetry antara pihak agent
(pemerintah daerah) yang mempunyai akses langsung terhadap informasi dengan
pihak principal (masyarakat). Adanya information asymmetry inilah yang
memungkinkan terjadinya penyelewengan atau korupsi oleh pemerintah daerah.
Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling dengan jumlah data
156 pemerintah daerah yang berasal dari hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan
Republik Indonesia (BPK RI) atas laporan keuangan pemerintah daerah tahun 2011
dan data dari Badan Pusat Statistika (BPS). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa
tingkat pertumbuhan ekonomi dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) tidak memiliki
pengaruh signifikan terhadap kelemahan pengendalian intern. Tetapi kompleksitas
pemerintah daerah dilihat dari jumlah SKPD memiliki pengaruh signifikan terhadap

tingkat kelemahan pengendalian intern.
Kata kunci: Pengendalian intern, pertumbuhan, PAD, SKPD

viii

KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Bismillahirrahmanirrahim.
Segala puji bagi Allah SWT, Ar-Rahman Ar-Rahim yang memberikan kasih
sayangnya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
baik. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang
telah membimbing umatnya menuju jalan kebenaran dengan agama Islam. Skripsi ini
disusun dalam rangka memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, bantuan, doa dan
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih yang mendalam kepada:
1.

Ayahanda Timan dan Ibunda Umi Kalsum dan Adikku Muhammad Ivan

Kurniawan yang selalu memberikan dukungan, perhatian, cinta dan kasih
sayang, dan doa yang selalu terucap tiada henti kepada penulis.

2.

Keluarga besar di Lamongan, Kresek, Telaga Bestari dan Sidoarjo yang selalu
mendoakan dan memberikan dukungan untuk kesuksesan penulis.

3.

Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4.

Ibu Rahmawati, SE., MM selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5.


Ibu Yessi Fitri, SE., Ak., M.Si selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6.

Bapak Dr. Amilin, SE., Ak., M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi I yang
telah bersedia meluangkan waktu untuk berdiskusi, memberikan pengarahan dan
bimbingan dalam penulisan skripsi ini.

ix

7.

Ibu Putriesti Mandasari, SP, M,Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi II yang
telah meluangkan waktu, mencurahkan perhatian, membimbing dan memberikan
pengarahan kepada penulis. Terima kasih atas semua saran yang Ibu berikan
selama ini.

8.


Seluruh dosen yang telah memberikan ilmu dan karyawan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah yang telah memberikan bantuan kepada penulis.

9.

Achmad Agus Heriyanto, terimakasih selama ini telah memberikan doa dan
dukungan penuh kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi sampai selesai.

10. Sahabatku Galih Ihsan, Adi Nugraha, Erick darmawan, Dini Utami, Imah astinia
dan siti aliyah Nur Khalishah yang selama ini berjuang bersama-sama dan
memberikan pertemanan yang istimewaa kepada penulis selama ini.
11. Sahabat seperjuanganku, Ira Robiah dan Nina Indriani dari awal kita kuliah
sampai saat ini selalu setia berjuang bersama-sama. Thank you so much.
12. Sahabat Accounting C’s Indescribable Democracy (ACID) yang berjuang dari
awal dengan suka duka yang tak mungkin terlupakan.
13. Sahabat yang dipertemukan dalam LSO Voice Of Comunication (VOC),
Rufiatun Nufus, Rika Fitrianti yang memberikan dukungan serta menghibur
penulis selama ini. Thanks guys.
14. Sahabat sekaligus teman sehari-hari dikosan kuning tercinta Arum Ganda
Wijayanti, Ifta Aulia, Nur Aprianti, Rosma Aliah, Annisa Nur Kusuma, Erika
yang selalu memberikan semangat, ilmu-ilmu yag bermanfaat dan kasih sayang
selama ini.
15. Sahabat SMA ku yang selama ini berbagi ilmu dan tetap menjaga tali
silaturrahmi Ulva navatilova menes, Dyah Nur Fitriana, Umu Nadziroh, Winda
Eka, Maslahatul Ummah, Mariyanti Nur, Siti Aisyah, Yuni Medya. Terimakasih
sudah menemani dan memberikan keceriaan di hari libur penulis.
16. Sahabat kecilku yang menjadi tempat curahan hati dari kecil sampai sekarang
Ernia wati, Erel Setia Hariani dan Ferry Angga.

x

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik
yang membangun dari berbagai pihak.

Jakarta, 25 April 2013

Titus Puspitasari

xi

DAFTAR ISI

Keterangan

Halaman

HALAMAN JUDUL ......................................................................................

i

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI .............................................

ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ............................

iii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH .....................

iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ......................................................................

v

ABSTRACT .....................................................................................................

vii

ABSTRAK .....................................................................................................

viii

KATA PENGANTAR ...................................................................................

ix

DAFTAR ISI ..................................................................................................

xii

DAFTAR TABEL ..........................................................................................

xvi

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................

xvii

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................

xviii

BAB I

BAB II

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .....................................................................

1

B. Perumusan Masalah .............................................................

8

C. Tujuan Penelitian .................................................................

8

D. Manfaat Penelitian ...............................................................

9

TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur..................................................................

xii

11

1. Teori Keagenan (Agency Theory) ...................................

11

2. Undang-undang Pemerintah Daerah ...............................

13

3. Pengendalian Intern .........................................................

19

4. Tujuan Pengendalian Internal .........................................

20

5. Komponen Pengendalian Internal ...................................

22

6. Prosedur Pengendalian Internal ......................................

24

7. Pemahaman Atas Pengendalian Internal .........................

29

8. Kelemahan Pegendalian Internal.....................................

31

9. Opini Audit .....................................................................

33

10. Pertumbuhan Ekonomi Pemerintah Daerah ...................

36

11. Pendapatan Asli Daerah (PAD) ......................................

42

12. Kompleksitas Pemerintah Daerah ..................................

45

13. Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD).........................

48

B. Penelitian Sebelumnya ..........................................................

49

C. Kerangka Berpikir .................................................................

57

D. Hipotesis Penelitian...............................................................

59

1. Tingkat Pertumbuhan Ekonomi PDRB Pemerintah Daerah
dengan Pengendalian Intern ............................................

59

2. Pendapatan Asli daerah (PAD) dengan Pengendalian Intern
.........................................................................................

60

3. Kompleksitas Pemerintah daerah dilihat dari jumlah SKPD
dengan Pengendalian Intern ............................................
xiii

61

BAB III

METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian ....................................................

64

B. Teknik Penentuan Populasi dan Sampel ..............................

64

C. Teknik Pengumpulan Data ...................................................

65

D. Teknik Analisis ....................................................................

66

1. Uji Statistik Deskriptif ...................................................

67

2. Uji Asumsi Klasik ...........................................................

68

a. Uji Normalitas ..........................................................

68

b. Uji Multikolinearitas ................................................

68

c. Uji Heterokendastisitas ............................................

69

3. Pengujian Hipotesis ........................................................

70

a. Uji Koefisien Determinasi (R2) .................................

71

b. Uji Signifikansi Simultan (Uji f) ...............................

71

c. Uji Signifikansi Paramater Individual (Uji t) ............

72

d. Analisis Regresi Berganda yang Terbentuk ..............

72

E. Operasional Variabel Penelitian ...........................................

74

1. Variabel Dependen (Y) ..................................................

74

2. Variabel Independen (X) .................................................

75

a. Pertumbuhan PDRB Pemerintah Daerah (X1) .........

75

b. Pendapatan Asli Daerah ..........................................

76

c. Kompleksitas Pemerintah Daerah .............................

76

xiv

BAB IV

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ......................................

78

1. Deskripsi Objek Penelitian ..............................................

78

2. Deskripsi Sampel Penelitian ...........................................

79

B. Hasil Uji analisis Data dan Pembahasan ...............................

85

1. Hasil Statistik Deskriptif .................................................

85

2. Hasil Uji Asumsi Klasik .................................................

87

a. Uji Normalitas ...........................................................

87

b. Uji Multikolinearitas .................................................

90

c. Uji Heterokedastisitas ...............................................

91

3. Hasil Uji Hipotesis Penelitian .........................................

93

a. Uji Koefisien Determinasi (R2) .................................

93

b. Uji Signifikansi Simultan (Uji f) ...............................

95

c. Uji Signifikansi Paramater Individual (Uji t) ............

96

d. Hasil Uji Hipotesis dan Pembahasan ........................

97

PENUTUP
A. Kesimpulan ...........................................................................

103

B. Implikasi ................................................................................

104

C. Keterbatasan ..........................................................................

106

D. Saran ......................................................................................

107

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................

108

LAMPIRAN ....................................................................................................

111

xv

DAFTAR TABEL

No.
1.1

Keterangan

Halaman

Kelompok Temuan Akibat Ketidakpatuhan terhadap Ketentuan Perundangundangan atas Pemeriksaan LKPD Semester I Tahun 2012 ................

4

2.2

Ringkasan Penelitian Terdahulu...........................................................

50

3.1

Oprasionalisasi Variabel Penelitian .....................................................

77

4.1

Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria .......................................

78

4.2

Nama Pemerintah Daerah Hasil Observasi ..........................................

79

4.3

Hasil Statistik Deskriptif ......................................................................

86

4.4

Hasil Uji Kolmogorov Smirnov ...........................................................

89

4.5

Hasil Uji Multikoloniearitas .................................................................

90

4.6

Hasil Uji Spearman’s rho .....................................................................

92

4.7

Hasil Adj R2 .........................................................................................

93

4.8

Hasil Uji F ............................................................................................

95

4.9

Hasil Uji t .............................................................................................

96

xvi

DAFTAR GAMBAR

No.

Keterangan

Halaman

2.1

Kerangka Berpikir ................................................................................

57

4.1

Hasil Uji Normalitas.............................................................................

88

4.2

Hasil Uji Heterokedastisitas .................................................................

81

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

No.
1.

2.

Keterangan

Halaman

Daftar Nama Pemerintah Daerah yang Terdaftar di Badan Pusat Statistika
(Dalam Juta) .........................................................................................

113

Hasil Output SPSS ...............................................................................

122

xviii

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengendalian internal dibuat untuk semua tindakan oleh sebuah
organisasi untuk memberikan keamanan terhadap assets dari pemborosan,
kecurangan dan ketidakefisienan penggunaan serta untuk meningkatkan
ketelitian dan tingkat kepercayaan dalam laporan keuangan. Oleh karena itu,
undang-undang di bidang keuangan negara membawa implikasi tentang perlunya
sistem pengelolaan keuangan negara yang lebih akuntabel dan transparan untuk
mencapai pengendalian internal yang memadai. Selain itu, pelaksanaan otonomi
daerah tidak hanya dapat dilihat dari seberapa besar daerah akan memperoleh
dana perimbangan, tetapi hal tersebut harus diimbangi dengan sejauh mana
instrumen atau sistem pengelolaan keuangan daerah mampu memberikan nuansa
manajemen keuangan yang lebih adil, rasional, transparan, partisipatif dan
bertanggungjawab untuk mewujudkan good governance.
Tuntutan dan kebutuhan era globalisasi, perwujudan kepemerintahan
yang baik (good governance), upaya pemulihan ekonomi nasional dan daerah
serta pemulihan kepercayaan yang baik secara lokal, nasional maupun
internasional terhadap pemerintah Indonesia, mengharuskan pemerintah untuk
mengambil langkah-langkah strategis dengan adanya pengendalian intern
(Sembiring, 2009).
1

Sejak reformasi pada tahun 1998 berbagai perubahan terjadi di Indonesia.
Perubahan tersebut tidak hanya dirasakan di pusat pemerintahan, tetapi juga di
daerah. Setelah terjadinya reformasi, sistem pemerintahan yang awalnya bersifat
terpusat mulai mengalami desentralisasi. Hal ini ditandai dengan dikeluarkannya
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah. Regulasi
tersebut menjadi landasan bagi pemberian otonomi daerah yang semakin besar
kepada daerah (Martani dan Zaelani, 2011).
Perubahan-perubahan mendasar pada awal reformasi pengelolaan
keuangan Negara berkaitan dengan: (a) sistem penganggaran; (b) struktur
anggaran; (c) peristilahan; (d) pengukuran kinerja; (e) konsep pusat-pusat
pertanggungjawaban; (f) desentralisasi; (g) standar an kebijakan akuntansi; dan
(h) perubahan sistem akuntansi keuangan ke sistem ganda (double entry) dengan
dasar pencatatan atas dasar kas yang mengarah pada basis akrual (cash basic
toward accrual). Oleh karena itu pemerintah terus melakukan berbagai upaya
perbaikan untuk meningkatkan pengelolaan keuangan negara/daerah untuk
memperkecil potensi kecurangan. Banyaknya pemerintahan daerah di Indonesia
dengan otonomi yang semakin besar, membuat pengawasan yang baik sangat
dibutuhkan agar tidak terjadi kecurangan (fraud). Kecurangan dalam organisasi
baik di sektor pemerintahan maupun di sektor swasta biasanya disebabkan oleh
lemahnya pengendalian intern.
Adanya peningkatan tuntutan masyarakat terhadap penyelenggaraan
pemerintahan yang baik (good governance government) mendorong pemerintah
2

pusat dan pemerintah daerah untuk menerapkan adanya pengendalian intern
dalam pemerintah daerah. Pengendalian intern dalam pemerintah daerah dapat
dilakukan dengan mengadakan pengawasan intern yang berfungsi untuk
melakukan penilaian independen atas pelaksanaan tugas dan fungsi instansi
pemerintah. Lingkup pengaturan pengawasan intern mencangkup kelembagaan,
lingkup tugas, kompetensi daya manusia, kode etik, standar audit, dan pelaporan.
Penelitian yang dilakukan Coe dan Curtis (1991) menemukan dari total
127 kasus kelemahan pengendalian intern di Carolina Utara AS sebagian besar
(42%) terjadi di lembaga pemerintah. Menurut Wilopo (2006) pengendalian
intern yang efektif mengurangi kecenderungan kecurangan dalam organisasi. Hal
ini senada dengan survei KPMG tahun 2006 dimana sebagian besar kecurangan
(38%) terdeteksi karena adanya pengendalian intern.
Data yang dikeluarkan Indonesian Corruption Watch (ICW) semester I
(Januari s/d Juli) 2012, ditemukan 285 kasus korupsi yang terjadi baik di tingkat
pusat maupun di tingkat daerah yang menyebabkan negara mengalami kerugian
sebesar Rp 1,22 triliun (ICW, Laporan semester I Tahun 2012). Sedangkan hasil
pemeriksaan atas laporan keuangan Semester I Tahun 2012 Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK) menemukan 5.036 kasus kelemahan SPI yang terdiri atas tiga
kelompok temuan yaitu kelemahan sistem pengendalian akuntansi dan pelaporan,
kelemahan sistem pengendalian pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja,
serta kelemahan struktur pengendalian intern. LKPD Semester I Tahun 2012 juga
menemukan adanya ketidakpatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan
3

sebanyak 6.904 kasus senilai Rp 7,011 triliun sebagaimana disajikan dalam tabel
1.1 berikut.
Tabel 1.1
Kelompok Temuan Akibat Ketidakpatuhan terhadap Ketentuan
Perundang-undangan atas Pemeriksaan LKPD Semester I Tahun 2012.
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Kelompok temuan
Kerugian Daerah
Potensi Kerugian Daerah
Kekurangan Penerimaan
Administrasi
Ketidakhematan/Pemborosan
Ketidakefisienan
Ketidakefektifan
Jumlah
Sumber: BPK RI (2012)

Jumlah Kasus
2.004
426
1.113
2.702
227
2
380
6.904

Nilai (juta Rp)
1.159.769
3.205.164
849.463
281.232
537
1.505.408
7.001.576

Hasil pemeriksaan BPK pada Semester I Tahun 2012, mengungkapkan
adanya ketidakpatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan sebanyak 6.904
kasus senilai Rp 7.001.576 juta. Sub Total 1 menunjukkan ketidakpatuhan yang
menyebabkan kerugian, potensi kerugian, dan kekurangan penerimaan sebanyak
3.543 kasus senilai Rp 5.214.397 juta. Rekomendasi BPK terhadap kasus
tersebut adalah penyetoran sejumlah uang kas Negara/daerah/perusahaan dan
atau penyerahan aset. Temuan BPK pada Semester I tahun 2012 dinyatakan
bahwa terhadap 426 LKPD Tahun 2012 (sekitar 81,30%) dari 524 pemerintah
daerah/provinsi/kabupaten/kota yang diperiksa, BPK hanya memberikan opini
Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) atas 67 entitas, opini Wajar Dengan
Pengecualian (WDP) atas 316 entitas, opini Tidak Wajar (TW) atas 5 entitas, dan
opini Tidak Memberikan Pendapat (TMP) sebanyak 38 entitas. Meskipun

4

terdapat kenaikan proporsi opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dan Wajar
Dengan Pengecualian (WDP) yang diikuti penurunan proporsi opini Tidak
Memberikan Pendapat (TMP), pemerintah daerah masih perlu meningkatkan
kualitas dalam menyajikan suatu laporan keuangan yang wajar. Penyajian suatu
laporan

keuangan

yang

wajar

merupakan

gambaran

dan

hasil

dari

pertanggungjawaban keuangan yang lebih baik.
Pengendalian intern memiliki peranan yang sangat penting bagi sebuah
organisasi, termasuk pemerintah daerah. Pemerintah daerah harus mampu
menjalankan pengendalian intern yang baik agar dapat memperoleh keyakinan
yang memadai dalam mencapai tujuan. Pasal 56 ayat 4 Undang-Undang Nomor 1
tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara menjelaskan bahwa pengelolaan
keuangan daerah harus didukung oleh sistem pengendalian intern yang memadai.
Pertumbuhan pemerintah daerah membuat setiap pemerintah daerah memiliki
karakteristik yang berbeda sehingga dapat mempengaruhi keberhasilan
implementasi sistem pengendalian intern. Oleh karena itu, penting untuk
mengatahui pengaruh tingkat pertumbuhan ekonomi, Pendapatan Asli Daerah
(PAD) dan kompleksitas Pemerintah Daerah terhadap kelemahan pengendalian
intern pada pemerintah daerah di Indonesia.
Petrovits, Shakespeare, dan Shih (2010) dalam penelitiannya menemukan
bahwa pengendalian intern yang lemah biasanya berhubungan dengan komitmen
yang kurang dalam pengendalian akuntansi. Berdasarkan hasil analisis statistik
peneliti menemukan bahwa kompleksitas (diukur dengan jumlah segmen operasi
5

dan translasi mata uang asing) dan profitabilitas (dilihat dari rasio return on
assets dan nilai cash from operation) berhubungan positif dengan kelemahan
material pengendalian intern.
Penelitian yang dilakukan Doyle, Ge, dan McVay (2007) ingin
memeriksa faktor determinan dari kelemahan pengendalian intern dalam
pelaporan keuangan. Sebanyak 779 perusahaan yang dijadikan sampel dalam
penelitian ini, peneliti menemukan bahwa perusahaan yang memiliki banyak
kelemahan pengendalian intern cenderung lebih kecil, lebih muda, lemah secara
keuangan, kompleks, sedang tumbuh dan dalam restrukturisasi.
Penelitian lain dilakukan Ashbaugh-Skife, Collins, dan Kinney (2007).
Berdasarkan hasil analisis ditemukan bahwa kompleksitas organisasi (jumlah
segmen usaha, penjualan dengan mata uang asing, dan jumlah persediaan)
berpengaruh positif terhadap masalah pengendalian intern. Begitu juga untuk
perubahan organisasi yang dilihat dari data merger dan akuisisi, pertumbuhan
dan restrukturisasi memiliki pengaruh positif.
Penelitian sejenis di Asia dilakukan oleh Zhang, Niu, dan Zheng (2009).
Banyak sekali perusahaan di China membangun sistem pegendalian intern yang
dikenal dengan Enterprise Internal Control Basic Standard (EICBS). Peneliti
menemukan bukti bahwa kualitas pengendalian intern berhubungan positif
dengan ukuran perusahaan, kondisi keuangan, Peneliti juga menemukan kualitas
pengendalian intern berhubungan negatif dengan control power dari pemegang
saham mayoritas dan tingkat desentralisasi.
6

Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan diatas, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian untuk melihat pengendalian intern dalam Pemerintah
Daerah. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti melakukan penelitian yang
berjudul “Pengaruh Tingkat Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli
Daerah (PAD) dan Kompleksitas Pemerintah Daerah (Jumlah SKPD)
Terhadap Kelemahan Pengendalian Intern Pada Pemerintah Daerah”.
Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Martani dan Zaelani (2011), yang meneliti mengenai “Pengaruh
ukuran,

pertumbuhan,

dan

kompleksitas

Pemerintah

Daerah

terhadap

pengendalian intern pemerintah daerah”. Adapun perbedaan penelitian ini dengan
penelitian sebelumnya adalah sebagai berikut:
1. Tahun pengamatan. Pada penelitian sebelumnya pengamatan dimulai dari
tahun 2008, sedangkan pada penelitian ini dilakukan pada tahun 2011.
2. Terdapat

perbedaan

variabel

independen.

Penelitian

sebelumnya

menggunakan tiga variabel independen yaitu ukuran Pemerintah Daerah,
pertumbuhan Pemerintah Daerah dan kompleksitas Pemerintah Daerah.
Sedangkan pada penelitian ini terdapat satu variabel independen yang berbeda
yaitu kompleksitas Pemerintah Daerah yang dilihat dari jumlah Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD). Dalam penelitian sebelumnya kompleksitas dapat
dilihat dari jumlah Kecamatan, PAD dan jumlah penduduk.

7

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan, maka dapat
diidentifikasikan masalah sebagai berikut:
1. Apakah tingkat pertumbuhan ekonomi Pemerintah Daerah memiliki pengaruh
terhadap kelemahan pengendalian intern Pemerintah Daerah?
2. Apakah PAD memiliki pengaruh terhadap kelemahan pengendalian intern
Pemerintah Daerah?
3. Apakah kompleksitas Pemerintah Daerah (jumlah SKPD) memiliki pengaruh
terhadap kelemahan pengendalian intern Pemerintah Daerah?
4. Apakah pertumbuhan ekonomi, PAD, kompleksitas Pemerintah Daerah
(jumlah SKPD) memiliki pengaruh terhadap kelemahan pengendalian intern
Pemerintah Daerah?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Pengaruh tingkat pertumbuhan ekonomi Pemerintah Daerah terhadap
kelemahan pengendalian intern Pemerintah Daerah.
2. Pengaruh PAD terhadap kelemahan pengendalian intern Pemerintah Daerah.
3. Pengaruh kompleksitas Pemerintah Daerah (jumlah SKPD) terhadap
kelemahan pengendalian intern Pemerintah Daerah.

8

4. Pengaruh tingkat pertumbuhan ekonomi, PAD dan kompleksitas Pemerintah
Daerah (jumlah SKPD) terhadap kelemahan pengendalian intern Pemerintah
Daerah.

D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Ilmu pengetahuan.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan untuk memperluas
pengetahuan mengenai mata kuliah internal audit dalam program studi
akuntansi di perguruan tinggi, serta untuk memperluas kajian mengenai
pengaruh tingkat pertumbuhan ekonomi, Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan
kompleksitas pemerintah daerah (jumlah SKPD) terhadap kelemahan
pengendalian intern pada pemerintah daerah;
2. Pemerintah Daerah.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pengembangan
pengendalian intern pada pemerintah daerah, dan meningkatkan kesadaran
pemerintah daerah akan pentingnya

pengendalian intern, serta sebagai

pertimbangan dalam pembuatan kebijakan untuk lebih meningkatkan
pengendalian intern pemerintah daerah;

9

3. Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya jurusan akuntansi.
Penelitian ini diharapkan dapat menambah studi literatur mengenai pengaruh
tingkat pertumbuhan ekonomi, Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan
kompleksitas pemerintah daerah (jumlah SKPD) terhadap kelemahan
pengendalian intern pada pemerintah daerah;
4. Penulis.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman mengenai pengaruh
tingkat pertumbuhan ekonomi, Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan
kompleksitas pemerintah daerah (jumlah SKPD) terhadap kelemahan
pengendalian intern pada pemerintah daerah;
5. Penelitian Selanjutnya.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang berarti, wawasan,
referensi tambahan, dan sebagai literatur untuk penelitian lebih lanjut
mengenai tema ini.

10

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Literatur
1. Teori Keagenan (Agency Theory)
Agency theory menyangkut hubungan kontraktual antara dua pihak
yaitu principal dan agent. Agency theory membahas tentang hubungan
keagenan dimana suatu pihak tertentu (principal) mendelegasikan pekerjaan
kepada pihak lain (agent) yang melakukan pekerjaan. Agency theory
memandang bahwa agent tidak dapat dipercaya untuk bertindak dengan
sebaik-baiknya bagi kepentingan principal (Tricker, 1984). Sedangkan
penelitian Fama dan Jensen (1983) menyatakan bahwa masalah agensi
dikendalikan oleh sistem pengambilan keputusan yang memisahkan fungsi
manajemen dan fungsi pengawasan. Pemisahan fungsi manajemen yang
melakukan perencanaan dan implementasi terhadap kebijakan perusahaan
serta fungsi pengendalian yang melakukan ratifikasi dan monitoring terhadap
keputusan penting dalam organisasi akan memunculkan konflik kepentingan
diantara pihak-pihak tersebut.
Diakui atau tidak di pemerintahan daerah terdapat hubungan dan
masalah keagenan (Halim dan Abdullah, 2005). Penelitian

Lane (2000)

menyatakan bahwa teori keagenan dapat diterapkan dalam organisasi publik
menyatakan bahwa negara demokrasi modern didasarkan pada serangkaian

11

11

hubungan prinsipal-agen. Teori keagenan memandang bahwa pemerintah
daerah sebagai agent bagi masyarakat (principal) akan bertindak dengan
penuh kesadaran bagi kepentingan mereka sendiri serta memandang bahwa
pemerintah daerah tidak dapat dipercaya untuk bertindak dengan sebaikbaiknya bagi kepentingan masyarakat. Agency theory beranggapan bahwa
banyak terjadi information asymmetry antara pihak agen (pemerintah) yang
mempunyai akses langsung terhadap informasi dengan pihak prinsipal
(masyarakat). Adanya information asymmetry inilah yang memungkinkan
terjadinya penyelewengan atau korupsi oleh agen. Sebagai konsekuensinya,
pemerintah daerah harus dapat meningkatkan pengendalian internalnya atas
kinerjanya sebagai mekanisme checks and balances agar dapat mengurangi
information asymmetry.
Berdasar agency theory pengelolaan pemerintah daerah harus diawasi
untuk memastikan bahwa pengelolaan dilakukan dengan penuh kepatuhan
kepada berbagai peraturan dan ketentuan yang berlaku. Meningkatnya
akuntabilitas pemerintah daerah informasi yang diterima masyarakat menjadi
lebih berimbang terhadap pemerintah daerah yang itu artinya information
asymmetry yang terjadi dapat berkurang. Kemungkinan untuk melakukan
korupsi menjadi lebih kecil dikarenakan semakin berkurangnya information
asymmetry.

12

2. Undang-Undang Pemerintah Daerah (UU No. 33 Tahun 2004)
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun
2004 tentang pemerintahan daerah menjelaskan bahwa pembentukan undangundang tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan
pemerintahan daerah (UU No.33 Tahun 2004) dimaksudkan untuk
mendukung pendanaan atas penyerahan urusan kepada pemerintahan daerah
yang diatur dalam undang-undang tentang pemerintahan daerah. Perimbangan
keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah mencakup
pembagian keuangan antara Pemerintah pusat dan Pemerintahan Daerah
secara proporsional, demokratis, adil dan transparan dengan memperhatikan
potensi, kondisi dan kebutuhan daerah.
Ada beberapa cakupan yang terdapat dalam UU No.33 Tahun 2004
yaitu antara lain:
a. Prinsip Kebijakan Perimbangan Keuangan.
Prinsip kebijakan perimbangan keuangan terdapat dalam pasal 2
dan pasal 3. Pelaksanaan perimbangan keuangan antara pemerintah pusat
dan daerah tersebut perlu memperhatikan kebutuhan pembiayaan bagi
pelaksanaan kewenangan yang menjadi tanggung jawab pemerintah pusat,
antara lain pembiayaan bagi politik luar negeri, pertahanan keamanan,
peradilan, pengelolaan moneter dan fiskal, agama, serta kewajiban
pengembalian pinjaman Pemerintah Pusat.

13

b. Dasar Pendanaan Pemerintah Daerah.
Dasar pendanaan pemerintah daerah terdapat dalam pasal 4.
Pendanaan penyelenggaraan pemerintahan agar terlaksana secara efisien
dan efektif serta untuk mencegah tumpang tindih ataupun tidak tersedianya
pendanaan pada suatu bidang pemerintahan, maka diatur pendanaan
penyelenggaraan pemerintahan. Penyelenggaraan pemerintahan yang
menjadi

kewenangan

daerah

dibiayai

dari

APBD,

sedangkan

penyelenggaraan kewenangan pemerintahan yang menjadi tanggung jawab
pemerintah

dibiayai

dari

APBN,

baik

kewenangan

Pusat

yang

didekonsentrasikan kepada Gubernur atau ditugaskan kepada pemerintah
daerah dan/atau desa atau sebutan lainnya dalam rangka tugas pembantuan.
c. Sumber Penerimaan Daerah.
Sumber penerimaan daerah terdapat dalam pasal 5, 6, 7, 8, 9.
Penerimaan

daerah

dalam

pelaksanaan

desentralisasi

terdiri

atas

pendapatan daerah dan pembiayaan. Pendapatan daerah bersumber dari: (1)
Pendapatan Asli Daerah (PAD); (2) dana perimbangan; dan (3) lain-lain
pendapatan. Pembiayaan bersumber dari: (1) sisa lebih perhitungan
anggaran Daerah; (2) penerimaan pinjaman daerah; (3) dana cadangan
daerah; (4) hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan.

14

d. Pendanaan Asli Daerah.
Pendanaan asli daerah terdapat dalam pasal 6,7,8,9. pendapatan asli
daerah merupakan pendapatan daerah yang bersumber dari hasil pajak
daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah, yang bertujuan
untuk memberikan keleluasaan kepada daerah dalam menggali pendanaan
dalam

pelaksanaan

otonomi

daerah

sebagai

perwujudan

asas

desentralisasi. Pendapatan daerah bersumber dari: (1) pendapatan asli
daerah; (2) dana perimbangan; (3) lain-lain pendapatan.
e. Dana Perimbangan.
Dana perimbangan terdapat dalam pasal 10 sampai dengan pasal 26.
Dana perimbangan merupakan sumber pembiayaan yang berasal dari
bagian daerah dari Pajak Bumi dan Bangunan, bea perolehan hak atas tanah
dan bangunan, dan penerimaan dari sumber daya alam, serta dana alokasi
umum dan dana alokasi khusus. Dana perimbangan ini terdiri atas: (1) dana
bagi hasil; (2) dana alokasi umum; (3) dana alokasi khusus.
f. Lain-lain Pendapatan.
Lain-lain pendapatan terdapat dalam pasal 43 sampai dengan pasal
48 dalam lain-lain pendapatan selain hibah, undang-undang ini juga
mengatur pemberian dana darurat kepada daerah karena bencana nasional
dan/atau peristiwa luar biasa yang tidak dapat ditanggulangi dengan dana
APBD. Pemerintah juga dapat memberikan dana darurat pada daerah yang
15

mengalami krisis solvabilitas, yaitu daerah yang mengalami krisis
keuangan berkepanjangan.
g. Pinjaman Daerah.
Pinjaman daerah terdapat pada pasal 49 sampai dengan pasal 56.
Pinjaman daerah adalah semua transaksi yang mengakibatkan daerah
menerima sejumlah uang atau menerima manfaat yang bernilai uang dari
pihak lain sehingga daerah tersebut dibebani kewajiban untuk membayar
kembali. Pinjaman daerah adalah salah satu alternatif sumber pembiayaan
daerah dalam pelaksanaan desentralisasi, termasuk untuk menutup
kekurangan arus kas. Pinjaman daerah digunakan untuk membiayai
kegiatan yang merupakan inisiatif dan kewenangan daerah berdasarkan
peraturan perundang-undangan.
h. Obligasi Daerah.
Obligasi daerah terdapat pada pasal 57 sampai dengan pasal 65.
Obligasi daerah merupakan surat utang yang diterbitkan oleh pemerintah
daerah yang ditawarkan kepada publik melalui penawaran umum di pasar
modal. Obligasi ini tidak dijamin oleh pemerintah pusat (pemerintah)
sehingga segala resiko yang timbul sebagai akibat dari penerbitan obligasi
daerah menjadi tanggung jawab pemerintah daerah. Penerbitan surat utang
merupakan

bukti

bahwa

pemerintah

daerah

telah

melakukan

pinjaman/utang kepada pemegang surat utang tersebut. Pinjaman akan
dibayar kembali sesuai dengan jangka waktu dan persyaratan yang
16

disepakati. Pemerintah

daerah

yang menerbitkan obligasi

daerah

berkewajiban membayar bunga secara berkala sesuai dengan jangka waktu
yang telah ditetapkan. Pada saat jatuh tempo pemerintah daerah
berkewajiban mengembalikan pokok pinjaman.
i. Pengelolaan Keuangan Dalam Rangka Desentralisasi.
Pengelolaan keuangan dalam rangka desentralisasi terdapat dalam
pasal 66 sampai dengan pasal 86. Kebijakan otonomi daerah dan
desentralisasi fiskal yang telah dilaksanakan sejak tahun 2001 adalah dalam
rangka mendukung pencapaian tujuan pembangunan nasional. Seiring
dengan perubahan dinamika sosial politik, Pemerintah telah melakukan
revisi beberapa materi dalam undang-undang otonomi daerah dan
desentralisasi fiskal dengan ditetapkannya Undang-undang (UU) Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU Nomor 33 Tahun 2004
tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan
Daerah. Substansi perubahan kedua undang-undang tersebut adalah
semakin besarnya kewenangan Pemerintah Daerah dalam mengelola
pemerintahan dan keuangan daerah. Pembangunan daerah diharapkan dapat
berjalan sesuai dengan aspirasi, kebutuhan, dan prioritas daerah, sehingga
dapat memberikan dampak positif bagi perkembangan ekonomi regional,
yang pada gilirannya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

17

j. Dana Dekonsentrasi.
Dekonsentrasi terdapat dalam pasal 87 sampai dengan pasal 95.
Pendanaan dalam rangka dekonsentrasi dilaksanakan setelah adanya
pelimpahan wewenang pemerintah melalui kementerian negara/lembaga
kepada gubernur sebagai wakil pemerintah di daerah didanai oleh
pemerintah yang disesuaikan dengan wewenang yang dilimpahkan.
Kegiatan dekonsentrasi di daerah dilaksanakan oleh SKPD yang ditetapkan
oleh

gubernur.

Dana

dekonsentrasi

merupakan

bagian

anggaran

kementerian negara/lembaga yang dialokasikan berdasarkan rencana kerja
dan anggaran kementerian negara/lembaga dana dekonsentrasi disalurkan
melalui rekening kas umum negara. Semua barang yang diperoleh dari
dana dekonsentrasi menjadi barang milik negara yang dapat dihibahkan
kepada daerah.
k. Dana Tugas Pembantuan.
Dana tugas pembantuan terdapat dalam pasal 96 sampai dengan
100. Dana tugas pembantuan adalah dana yang berasal dari APBN yang
dilaksanakan oleh daerah yang mencakup semua penerimaan dan
pengeluaran dalam rangka pelaksanaan tugas pembantuan. Sedangkan
tugas pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah kepada daerah
dan/atau desa atau sebutan lain dengan kewajiban melaporkan dan
mempertanggungjawabkan pelaksanaannya kepada yang menugaskan.
Penata keuangan dalam pelaksanaan tugas pembantuan dilakukan secara
18

terpisah dari penatausahaan keuangan dalam pelaksanaan dekonsentrasi
dan desentralisasi. Semua barang yang diperoleh dari dana tugas
pembantuan menjadi barang milik negara dan dapat dihibahkan kepada
Daerah. Barang milik negara yang dihibahkan kepada daerah dikelola dan
ditatausahakan oleh daerah.
l. Sistem Informasi Keuangan Daerah.
Sistem informasi keuangan daerah terdapat dalam pasal 101 sampai
dengan pasal 104. Informasi keuangan daerah adalah segala informasi yang
berkaitan dengan keuangan daerah yang diperlukan dalam rangka
penyelenggaraan

sistem

menyampaikan

informasi

informasi
keuangan

keuangan
daerah

daerah.

Daerah

yang

dapat

dipertanggungjawabkan kepada pemerintah.
3. Pengendalian Intern
Pengertian pengendalian intern menurut Arens (2012) adalah proses
yang dilaksanakan oleh dewan komisaris, manajemen, pimpinan yang berada
dibawah mereka untuk memberikan kepastian yang layak bahwa tujuan
pengendalian tercapai yaitu: (1) keandalan laporan keuangan; (2) efektifitas
dan efisiensi operasi; dan (3) ketaatan terhadap hukum dan peraturan.
Menurut IAI (2011) mendefinisikan pengendalian intern sebagai suatu
proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen dan personel lain
entitas yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang
pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini: (a) keandalan pelaporan
19

keuangan, (b) efektifitas dan efisiensi operasi, dan (c) kepatuhan terhadap
hukum dan peraturan yang berlaku.
Sedangkan menurut AICPA (2005), pengendalian internal adalah suatu
proses yang dipengaruhi board of directors, manajemen dan pegawai lainnya,
yang dirancang untuk memberikan keyakinan yang layak dapat dicapainya
tujuan-tujuan yang berkaitan dengan: (a) dapat dipercayainya laporan
keuangan, (b) efektivitas dan efisiensi operasi, dan (c) ketaatan terhadap
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Berdasarkan pengertian-pengertian pengendalian internal diatas, dapat
disimpulkan bahwa pengendalian internal merupakan suatu proses yang terdiri
dari kebijakan dan prosedur yang dibuat untuk dilaksanakan oleh orang-orang
untuk memberikan keyakinan yang memadai dalam pencapaian tujuan-tujuan
tertentu yang saling berkaitan. Penerapan pengendalian intern dalam setiap
kegiatan operasi perusahaan diharapkan tidak akan terjadi tindakan-tindakan
penyelewengan yang dapat merugikan perusahaan, misalanya penggelapan
baik yang dilakukan secara sengaja maupun tidak sengaja.
4. Tujuan Pengendalian Intern
Demi mencapai pengelolaan keuangan Negara yang efektif, efisien,
transparan, dan akuntabel, lembaga atau organisasi wajib melakukan
pengendalian atas penyelenggaraan kegiatan pemerintahan. Pengendalian atas
penyelenggaraan kegiatan pemerintahan dilaksanakan berpedoman pada

20

sistem pengendalian intern pemerintah sebagaimana diatur dalam peraturan
pemerintah.
Menurut Arens (2012), tujuan pengendalian intern adalah sebagai
berikut:
a. Keandalan laporan keuangan.
Agar dapat menyelenggarakan operasi usahanya manajemen memerlukan
informasi yang akurat, oleh karena itu dengan adanya pengendalian intern
diharapkan dapat menyediakan data yang dapat dipercaya, sebab dengan
adanya data atau catatan yang handal memungkinkan tersusunnya laporan
keuangan yang dapat diandalkan.
b. Efektifitas dan efisiensi operasi
Tujuan pengendalian intern yang berhubungan dengan efisiensi dan
efektivitas operasi ditunjukkan untuk mencegah duplikasi usaha yang
tidak perlu atau pemborosan dalam segala kegiatan bisnis perusahaan dan
untuk mencegah penggunaan sumber daya yang tidak efisien.
c. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.
Tujuan pengendalian intern adalah memastikan bahwa segala peraturan
dan hukum telah ditetapkan manajemen untuk mencapai tujuan
perusahaan telah ditaati oleh karyawan perusahaan tersebut.

21

Sedangkan menurut Mulyadi (2002), tujuan pengendalian intern
terbagi menjadi dua yaitu:
a. Menjaga kekayaan perusahaan
1) Penggunaan kekayaan perusahaan hanya melalui sistem otorisasi yang
telah ditetapkan.
2) Pertanggungjawaban kekayaan perusahaan yang dicatat dibandingkan
dengan kekayaan yang sesungguhnya.
b. Melakukan pengecekan atas ketelitian dan keandalan data akuntansi.
1) Pelaksanaan transaksi melalui sistem otorisasi yang telah ditetapkan.
2) Pencatatan transaksi yang terjadi tercatat dengan benar di dalam catatan
akuntansi perusahaan.
5. Komponen Pengendalian Intern
Komponen pengendalian intern menurut PP No. 60 (2008), suatu
perusahaan dapat mencapai tujuan pengendalian internalnya dengan
menerapkan lima komponen:
a. Lingkungan Pengendalian
Lingkungan pengendalian suatu perusahaan mencakup seluruh sikap
manajemen dan karyawan mengenai pentingnya pengendalian. Salah satu
faktor yang mempengaruhi lingkungan penegndalian adalah falsafah dan
gaya operasi manajemen. Lingkungan pengendalian adalah “tone at the
top” perusahaan. Hal ini dimulai dengan pemilik dan manajer puncak.
Mereka harus berprilaku secara terhormat untuk memberikan contoh yang
22

baik kepada para karyawan perusahaan. Pemilik menunjukkan pentingnya
pengendalian internal jika dia mengharapkan para karyawan menjalankan
pengendaliannya secara serius.
Struktur organisasi usaha merupakan kerangka dasar untuk perencanaan
dan pengendalian operasi juga mempengaruhi lingkungan pengendalian,
karena setiap manajer toko bertanggung jawab untuk membentuk
lingkungan pengendalian yang efektif. Kebijakan Personalia juga
mempengaruhi lingkungan pengendalian. Kebijakan personalia meliputi
perekrutan, pelatihan, evaluasi, penetapan gaji, dan promosi karyawan. Di
samping itu uraian pekerjaan, kode etik karyawan, dan kebijakan mengenai
masalah perbedaan kepentingan merupakan bagian dari kebijakan
personalia

Kebijakan

dan

prosedur

tersebut

dapat

memperkokoh

pengendalian internal bila memberikan jaminan yang wajar bahwa hanya
karyawan yang kompeten dan jujurlah yang direkrut dan dipertahankan.
b. Pengendalian Risiko
Manajemen harus memperhitungkan risiko yang mungkin akan dialami
oleh perusahaan dan mengambil langkah penting untuk mengendalikan
risiko ini dan mengambil langkah penting untuk mengendalikannya
sehingga tujuan dari pengendalain internal dapat tercapai. Setelah risiko
diidentifikasi, maka dapat dilakukan analisis untuk memperkirakan
besarnya pengaruh risiko tersebut serta tingkat kemungkinan terjadinya,
dan untuk menentukan tindakan-tindakan yang akan meminimumkannya.
23

c. Prosedur Pengendalian.
Prosedur pengendalian dirancang untuk memastikan bahwa tujuan
perusahaan tercapai. Contoh prosedur tersebut adalah membebankan
tanggung jawab, memisahkan tugas, dan menggunakan alat keamanan
untuk melindungi persediaan dari pencurian.
d. Pemantauan Pengendalian.
Perusahaan memperkerjakan auditor untuk memantau penegndalian intern
dalam perusahaan. Auditor internal akan memonitor pengendalian
perusahaan demi mengamankan aktiva, dan auditor eksternal memonitor
pengendalian untuk memastikan bahwa catatan akuntansi sudah akurat.
e. Sistem Informasi
Sistem informasi merupakan hal penting. Pemilik perusahaan memerlukan
informasi yang akurat untuk menelusuri aktiva dan mengukur laba serta
rugi.
6. Prosedur Pengendalian Intern
Menurut Mulyadi (2002), terdapat beberapa prosedur pengendalian
intern, yaitu sebagai berikut:
a. Karyawan yang kompeten, dapat diandalkan, dan Etis.
Sistem akuntansi yang baik memerlukan prosedur untuk memastikan
bahwa para karyawan mampu melaksanakan tugas yang diemban, Karena
itu karyawan harus kompeten, dapat diandalkan (reliable) dan etis.
Memberikan gaji tinggi akan menarik karyawan berkualitas tinggi.
24

Perlunya pelatihan untuk melakukan tugas yang diberikan dan mengawasi
pekerjaan.
b. Pemberian Tanggung Jawab.
Kemungkinan terjadinya ketidakefisienan, kesalahan, dan penggelapan,
dapat dikurangi dengan adanya tanggung jawab operasi yang berkaitan
harus dibagi kepada dua orang atau lebih. Sebuah perusahaan yang
memiliki pengendalian intern yang baik, tidak ada tugas penting yang
terlewatkan dan memiliki karyawan yang bertanggung jawab.
c. Pemisahan Tugas.
Manajemen yang cerdas akan membagi tanggung jawab di antara dua atau
lebih orang. Pemisahan tugas akan membatasi penipuan dan meningkatkan
keakuratan catatan akuntansi. Pemisahan tugas dapat dibagi dua bagian:
1) Pemisahan operasi dari akuntansi.
Akuntansi harus terpisah sepenuhnya dari departemen operasi,
seperti produksi dan penjualan. Apabila karyawan bagian penjualan
mencatat pendapatan perusahaan maka angka penjualan akan
digelembungkan, dan manajer puncak tidak akan mengetahui berapa
yang sebenarnya dijual perusahaan. Inilah sebabnya mengapa harus
diadakan pemisahan tugas akuntansi dan penjualan.

25

2) Memisahkan penjagaan aktiva dan akuntansi
Akuntan tidak boleh menangani kas dan kasir tidak boleh
memiliki akses ke catatan akuntansi. Jika satu karyawan bertanggung
jawab atas kedua tugas itu, orang tersebut dapat mencuri kas dan
menutupi pencurian yang dilakukan. Treasurer perusahaan menangani
kas, d

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Terhadap Belanja Modal Pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota Di Provinsi Kalimantan Tengah

5 88 80

Kebijakan Pemerintah Daerah Dalam Pengaturan Sumber Pendapatan Asli Daerah (Pajak Daerah dan Retribusi Daerah) Dalam Kerangka Otonomi Daerah (Studi pada Kabupaten Nias Barat)

0 65 130

Peranan Pajak Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah Pemerintah Kota Pematang Siantar sesudah otonomi daerah.

9 104 90

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH, UKURAN DAN KOMPLEKSITAS TERHADAP KELEMAHAN PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DAERAH

1 28 88

PENGARUH SIZE, PAD, DAN KOMPLEKSITAS TERHADAP KELEMAHAN PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DAERAH Pengaruh Size, Pad, Dan Kompleksitas Terhadap Kelemahan Pengendalian Intern Pemerintah Daerah (Studi Empiris Pada Kabupaten/Kota Di Provinsi D.I.Y. Pada Tahun 2

0 2 16

PENGARUH SIZE, PAD, DAN KOMPLEKSITAS TERHADAP KELEMAHAN PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DAERAH Pengaruh Size, Pad, Dan Kompleksitas Terhadap Kelemahan Pengendalian Intern Pemerintah Daerah (Studi Empiris Pada Kabupaten/Kota Di Provinsi D.I.Y. Pada Tahun 2

0 2 16

PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) TERHADAP BELANJA DAERAH PADA PEMERINTAH Flypaper Effect Pada Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Belanja Daerah Pada Pemerintah ( Studi Pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota Di Provinsi Lampung )

0 4 13

PENGARUH UKURAN, PERTUMBUHAN, PENDAPATAN ASLI DAERAH, DAN KOMPLEKSITAS PEMERINTAH DAERAH TERHADAP KELEMAHAN PENGENDALIAN INTERN.

0 0 17

PENGARUH KARAKTERISTIK PEMERINTAH DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris: Pemerintah Daerah Kab/Kota di Jawa Timur).

0 0 17

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, UKURAN PEMERINTAH DAERAH, DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH TERHADAP KELEMAHAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Indonesia)

0 0 21