xvi Masih sangat sulit untuk melakukan standarisasi uraian ciri-ciri
beragam bau atau pengukuran kadar bau yang dapat dibandingkan dalam suatu uji laboratorium. Amoore mengidentifikasi tujuh kategori utama dari
bau, yang cukup memadai untuk menjembatani dan menjelaskan semua perbedaan yang dirasakan. Meskipun banyak peneliti dapat menerima teori
ini, namun sistem ini belum diterima dalam praktek klinis rutin ataupun sebagai dasar untuk menentukan derajat kecacatan. Sebaliknya, peneliti
seringkali mencoba membedakan anosmia, hiposmia, penghiduan normal dan parosmia penghiduan yang berubah memakai suatu zat yang berbau,
misalnya minyak cengkeh dalam berbagai derajat pengeceran pada subjek yang diuji.
Sinus tidak mempunyai fungsi fisiologis yang nyata. Negus adalah salah satu pendukung opini bahwa sinus juga berfungsi sebagai indra
penghidu dengan jalan memudahkan perluasan dari etmokonka, terutama sinus frontalis dan sfenoidalis.Etmokonka yang dilapisi epitel penghidu dapat
ditemukan pada beberapa binatang rendah. Pada manusia, sinus biasanya kosong dan indra penghidu kita jauh lebih rendah dari misalnya anjing atau
kucing; etmokonka manusia jelas telah menghilang selama proses evolusi Peter,1989
2. SINUSITIS
a. Definisi Sinusitis adalah radang pada sinus paranasalis, dimana dapat
disebabkan oleh infeksi maupun bukan infeksi, dari bakteri, jamur, virus, alergi maupun sebab autoimun Williams, 1992
Bila mengenai beberapa sinus disebut multisinus sedangkan bila mengenai semua sinus paranasal, disebut pansinusitis Endang, 1990
xvii b. Klasifikasi
1 Berdasar lokasinya: Ditemukan beberapa pasang sinus paranasalis, yaitu; frontalis,
ethmoidalis, maksilaris dan spenoidalis a Sinusitis maksilaris: menyebabkan nyeri daerah maksila seperti
sakit gigi dan kepala. b Sinusitis frontalis: menyebabkan nyeri pada daerah belakang
dan atas mata. c Sinusitis ethmoidalis: menyebabkan nyeri pada daerah belakang
mata, maupun sakit kepala. d Sinusitis sphenoidalis: menyebabkan nyeri pada daerah belakang
mata, tetepi lebih sering pada vertex kepala Mehle, 2005. 2 Berdasar durasinya:
Menurut Adams 1978,sinusitis dibagi menjadi a sinusitis akut, bila infeksi beberapa hari sampai beberapa minggu, b
sinusitis subakut, bila infeksi beberapa minggu sampai beberapa bulan, c sinusitis kronis apabila infeksi beberapa bulan sampai
beberapa tahun. Menurut Cauwenberge 1983 disebut sinusitis kronis,
apabila sudah lebih dari 3 bulan.Tetapi apabila dilihat dari gejalanya, maka sinusitis dianggap sebagai sinusitis akut bila
terdapat tanda-tanda radang akut.Dikatakan sinusitis subakut, bila tanda akut sudah reda dan perubahan histologik mukosa sinus
masih reversibel dan disebut sinusitis kronik, bila perubahan histologik mukosa sinus sudah irreversibel, misal sudah berubah
menjadi jaringan granulasi atau polipoid. Sebenarnya klasifikasi
xviii tepat yang lain ialah berdasarkan pemeriksaan histopatologik, akan
tetapi pemeriksaan ini tidak rutin dikerjakan. a Sinusitis Akut
Sinusitis akut biasanya didahului infeksi traktus respiratorius, umumnya disebabkan oleh virus seperti: Haemophilus influenzae,
Streptococcus pneumoniae, Moraxella catarrhalis
dan Staphylococcus aureus. Bakteri pathogen seperti: streptococci
species, anaerobic bacteria dan beberapa gram negatif Fokken, 2007.
Penyakit ini dimulai dangan penyumbatan kompleks ostiomeatal oleh infeksi, obstruksi mekanis atau alergi. Selain itu
juga dapat merupakan penyebaran dari infeksi gigi Nusjirwan, 1990.
Sinusitis akut memiliki gejala subjektif dan gejala objektif. Gejala subjektif bersifat sistemik dan lokal. Gejala sistemik berupa
demam dan rasa lesu. Gejala lokal dapat kita temukan pada hidung, sinus paranasal dan tempat lainnya sebagai nyeri alih
referred pain. Gejala pada hidung dapat terasa adanya ingus yang kental berbau mengalir ke nasofaring. Selain itu, hidung terasa
tersumbat. Gejala pada sinus paranasal berupa rasa nyeri dan nyeri alih referred pain
Gejala subjektif yang bersifat lokal pada sinusitis maksila
berupa rasa nyeri dibawah kelopak mata dan kadang tersebar ke alveolus sehingga terasa nyeri di gigi. Nyeri alih referred pain
dapat terasa di dahi dan depan telinga. Gejala sinusitis etmoid berupa rasa nyeri pada pangkal hidung, kantus medius, kadang-
kadang pada bola mata atau dibelakang bola mata. Akan terasa
xix makin sakit bila pasien menggerakkan bola matanya. Nyeri alih
referred pain dapat terasa pada pelipis parietal. Gejala sinusitis frontal berupa rasa nyeri yang terlokalisir pada dahi atau seluruh
kepala. Gejala sinusitis sfenoid berupa rasa nyeri pada verteks, oksipital, belakang bola mata atau daerah mastoid.
Gejala objektif sinusitis akut yaitu tampak bengkak pada
muka pasien. Gejala sinusitis maksila berupa pembengkakan pada pipi dan kelopak mata bawah. Gejala sinusitis frontal berupa
pembengkakan pada dahi dan kelopak mata atas. Pembengkakan jarang terjadi pada sinusitis etmoid kecuali ada komplikasi.
Rinoskopi sinusitis akut. Pemeriksaan rinoskopi anterior menampakkan mukosa konka nasi hiperemis dan edema. Terdapat
mukopus nanah di meatus nasi medius pada sinusitis maksila, sinusitis forntal, dan sinusitis etmoid anterior. Nanah tampak
keluar dari meatus nasi superior pada sinusitis etmoid posterior dan sinusitis sfenoid. Pemeriksaan rinoskopi posterior
menampakkan adanya mukopus nanah di nasofaring post nasal dripMuhammad, 2007.
b Sinusitis Subakut Gejala klinisnya sama dengan sinusitis akut, hanya tanda-
tanda radang akutnya demam, sakit kepala hebat, nyeri tekan sudah reda.
Pada rinoskopi anterior tampak sekret purulen di meatus medius atau superior.Pada rinoskopi posterior tampak sekret
purulen di nasofaring.Pada pemeriksaan transiluminasi tampak sinus yang sedikit suram ataupun gelap Endang, 1997
c Sinusitis Kronis
xx Sinusitis kronis adalah komplikasi dari berbagai penyakit
radang sinus pada umumnya.Penyebabnya multi faktorial dan juga termasuk alergi,faktor lingkungan seperti debu, infeksi bakteri,
atau jamur.Faktor non alergi seperti rhinitis vasomotor dapat juga menyebabkan masalah sinus kronis Schreiber, 2005.
Etiologi sinusitis kronis. Infeksi kronis pada sinusitis kronis dapat disebabkan :
1 Gangguan drainase: Gangguan drainase dapat disebabkan obstruksi mekanik dan kerusakan silia.
2 Perubahan mukosa: Perubahan mukosa dapat disebabkan alergi, defisiensi imunologik, dan kerusakan silia.
3 Pengobatan : Pengobatan infeksi akut yang tidak sempurna. Sebaliknya, kerusakan silia dapat disebabkan oleh gangguan
drainase, perubahan mukosa, dan polusi bahan kimia. Gejala sinusitis kronik. Secara subjektif, sinusitis kronis
memberikan gejala : 1 Hidung: Terasa ada sekret dalam hidung.
2 Nasofaring: Terasa ada sekret pasca nasal post nasal drip. Sekret ini memicu terjadinya batuk kronis.
3 Faring: Rasa gatal dan tidak nyaman di tenggorok. 4 Telinga: Gangguan pendengaran karena sumbatan tuba
Eustachius. 5 Kepala: Nyeri kepala sakit kepala yang biasanya terasa pada
pagi hari dan berkurang atau menghilang setelah siang hari. Penyebabnya belum diketahui pasti. Mungkin karena malam
xxi hari terjadi penimbunan ingus dalam sinus paranasal dan
rongga hidung serta terjadi stasis vena. 6 Mata: Terjadi infeksi mata melalui penjalaran duktus
nasolakrimalis. 7 Saluran napas: Terjadi batuk dan kadang-kadang terjadi
komplikasi pada paru seperti bronkitis, bronkiektasis, dan asma bronkial
8 Saluran cerna: Terjadi gastroenteritis akibat tertelannya mukopus. Sering terjadi pada anak-anak.
Secara objektif, gejala sinusitis kronis tidak seberat sinusitis akut. Tidak terjadi pembengkakan wajah pada sinusitis kronis.
Pada pemeriksaan rinoskopi anterior ditemukan sekret kental purulen di meatus nasi medius dan meatus nasi superior. Sekret
purulen juga ditemukan di nasofaring dan dapat turun ke tenggorok pada pemeriksaan rinoskopi posterior.
Pemeriksaan mikrobiologik sinusitis kronis. Biasanya sinusitis kronis terinfeksi oleh kuman campuran, bakteri aerob S.
aureus, S. viridans H. influenzae dan bakteri anaerob Peptostreptokokus FusobakteriumMuhammad, 2007
3 Berdasar penyebabnya
a
Rhinogenik penyebab kelainan atau masalah di hidung, Segala sesuatu yang menyebabkan sumbatan pada hidung dapat
menyebabkan sinusitis
b
DentogenikOdontogenik penyebabnya kelainan gigi, yang sering menyebabkan sinusitis infeksi pada gigi geraham atas pre molar
dan molarSukri, 2007
xxii
3. DIAGNOSIS