4. Bagaimana prioritas pengembangan komoditi pertanian basis masing-
masing kecamatan di Kabupaten Sragen?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah: 1.
Mengidentifikasi komoditi pertanian yang menjadi basis masing-masing kecamatan di Kabupaten Sragen.
2. Mengidentifikasi perubahan posisi komoditi pertanian di Kabupaten
Sragen pada masa yang akan datang. 3.
Mengidentifikasi komponen pertumbuhan proporsional dan pertumbuhan pangsa wilayah komoditi pertanian basis masing-masing kecamatan di
Kabupaten Sragen. 4.
Menganalisis prioritas pengembangan komoditi pertanian basis masing- masing kecamatan di Kabupaten Sragen.
D. Kegunaan Penelitian
1. Bagi Peneliti, dapat menambah pengetahuan sesuai dengan topik penelitian
serta sebagai syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bagi Pemerintah Kabupaten Sragen, sebagai salah satu pertimbangan atau
pedoman dalam mengambil kebijakan, khususnya dalam rangka pemetaan strategi dan penentuan komoditi pertanian basis pada masa sekarang dan
masa yang akan datang serta komoditi pertanian yang menjadi prioritas pengembangan di Kabupaten Sragen.
3. Bagi Pembaca, sebagai bahan wacana dan kajian untuk menambah
wawasan ilmu pengetahuan terutama dalam pembangunan wilayah kecamatan berbasis komoditi pertanian serta sebagai referensi bagi
penelitian sejenis.
II. LANDASAN TEORI
A. Penelitian Terdahulu
Ropingi dan Agustono 2007 dalam penelitiannya mengenai “Pembangunan Wilayah Kecamatan Berbasis Komoditi Pertanian di
Kabupaten Boyolali Pendekatan
Shift-Share Analysis
”, kecamatan yang paling banyak jumlah komoditi sektor pertanian yang menjadi basis ekonomi
adalah Kecamatan Mojosongo 25 jenis komoditi sedangkan yang paling sedikit adalah Kecamatan Ampel 8 jenis komoditi. Komoditi pertanian yang
tumbuh cepat diantaranya komoditi bahan pangan adalah jagung, kacang tanah, kedelai; komoditi peternakan adalah sapi potong, kambing, domba;
komoditi hortikultura adalah wortel, sawi, cabe, durian, pisang; komoditi perkebunan adalah jahe, kencur, teh. Komoditi pertanian basis yang tergolong
berdaya saing baik diantaranya komoditi bahan pangan adalah padi, jagung, kacang tanah, kedelai; komoditi hortikultura adalah bawang merah, bawang
daun, kubis, durian, pepaya; komoditi perkebunan adalah asem, kelapa, teh, kencur; komoditi peternakan adalah sapi perah, sapi potong, domba, kambing.
Wulandani 2008 dalam penelitiannya mengenai “Pembangunan Wilayah Kecamatan Berbasis Komoditi Pertanian di Kabupaten Kudus
Pendekatan
Location Quotient
dan
Shift-Share Analysis
”, berdasarkan analisis LQ kecamatan yang paling banyak menghasilkan komoditi pertanian
basis adalah Kecamatan Jati yaitu sebanyak 25 jenis komoditi, sedangkan yang paling sedikit adalah Kecamatan Bae yaitu sebanyak 5 jenis komoditi.
Kecamatan yang paling banyak memiliki komoditi pertanian basis yang pertumbuhannya cepat adalah Kecamatan Jati dan Undaan, masing-masing
sebanyak 14 jenis komoditi. Komoditi basis yang mempunyai pertumbuhan cepat di Kecamatan Jati adalah padi sawah, nanas, pepaya, pisang, lele
dumbo, tawes, nila, lele lokal, ikan gabus, ikan rucah, ikan bethik, sapi perah, kerbau, dan itik; sedangkan di Kecamatan Undaan adalah padi sawah,
belimbing, pepaya, pisang, lele dumbo, tawes, nila, gurami, bawal, ikan gabus, ikan rucah, ikan bethik, ikan patin, dan itik.
Penelitian Ropingi dan Listiarini 2003 mengenai “Penentuan Sektor Unggulan di Kabupaten Pati Berdasar Analisis LQ dan
Shift Share
”, menggunakan analisis gabungan LQ dan
Shift Share
untuk menentukan
sektor-sektor yang benar-benar merupakan sektor unggulan di Kabupaten Pati yang dapat dikembangkan lebih lanjut. Sektor-sektor tersebut dinilai dari sisi
basis atau nonbasis, keunggulan komparatif, dan laju pertumbuhannya. Hasil dari gabungan kedua analisis tersebut memberikan usulan alternatif program
pengembangan regional Kabupaten Pati sebagai berikut: 1.
Pengembangan sektor prioritas pertama adalah sektor listrik, gas, dan air bersih.
2. Pengembangan sektor prioritas kedua, tidak ada sektor yang memenuhi.
3. Pengembangan sektor prioritas ketiga meliputi sektor industri dan jasa.
4. Pengembangan sektor prioritas keempat meliputi sektor pertambangan dan
penggalian, bangunan, perdagangan, dan sektor pengangkutan dan komunikasi.
5. Pengembangan sektor prioritas pertama adalah sektor listrik, gas, dan air
bersih. 6.
Pengembangan sektor prioritas kelima, tidak ada sektor yang memenuhi. 7.
Pengembangan sektor prioritas alternatif meliputi sektor pertanian dan keuangan.
Indah 2005 dalam penelitiannya mengenai “Identifikasi Komoditi Pertanian Unggulan di Kabupaten Sragen Pendekatan
Location Quotient
”, berdasarkan analisis LQ wilayah basis dari komoditi unggulan adalah
Kecamatan Jenar untuk komoditi garut, Kecamatan Kalijambe untuk komoditi nanas, Kecamatan Sragen untuk komoditi sapi perah, Kecamatan Tangen
untuk komoditi ubi jalar, Kecamatan Tangen untuk komoditi kangkung, dan Kecamatan Masaran untuk komoditi babi.
Penelitian Sudarwati 2005 mengenai “Analisis Identifikasi Sektor Pertanian di Kabupaten Purworejo”, berdasarkan analisis
Location Quotient
LQ dan
Dynamic Location Quotient
DLQ, sektor ekonomi di Kabupaten Purworejo yang mengalami perubahan posisi di masa yang akan datang yaitu
sektor pertambangan dan galian dengan sektor industri dan pengolahan. Sektor pertambangan dan galian mengalami perubahan posisi dari sektor basis
menjadi sektor nonbasis, sedangkan sektor industri dan pengolahan
mengalami perubahan posisi dari sektor nonbasis menjadi sektor basis pada masa yang akan datang.
Prihkhananto 2006 dalam penelitiannya mengenai “Penentuan Wilayah Basis Komoditi Pertanian Unggulan dalam Menghadapi Otonomi
Daerah di Kabupaten Temanggung” menggunakan analisis
Location Quotient
LQ dan
Shift Share
dalam penentuan komoditi pertanian unggulan di Kabupaten Temanggung. Berdasarkan analisis LQ, komoditi pertanian yang
menjadi komoditi pertanian basis adalah jagung, bawang putih, lombok, kelengkeng, kopi arabika, kopi robusta, jahe, kunyit, tembakau, aren, domba,
dan ayam buras. Berdasarkan analisis
shift share
, komoditi pertanian yang mampu bersaing dengan komoditi dari daerah lain adalah padi, kacang
panjang, kubis, lombok, kelengkeng, pisang, kopi arabika, cengkeh, aren, dan sapi potong. Berdasarkan analisis gabungan LQ dan
shift share
diketahui bahwa komoditi lombok, kelengkeng, kopi arabika, dan aren merupakan
komoditi pertanian unggulan untuk Kabupaten Temanggung karena komoditi tersebut mampu memenuhi kebutuhan kabupaten dan mengekspor ke daerah
lain serta mempunyai kemampuan bersaing dengan komoditi pertanian lain. Penelitian-penelitian di atas digunakan sebagai bahan referensi dari
penelitian ini karena Kabupaten Boyolali, Kabupaten Kudus, Kabupaten Pati, Kabupaten Purworejo, dan Kabupaten Temanggung berada dalam lingkup
wilayah yang sama dengan Kabupaten Sragen, yaitu dalam lingkup wilayah Jawa Tengah. Selain itu, metode analisis yang digunakan dalam ketiga
referensi penelitian tersebut sama dengan metode analisis pada penelitian ini yaitu didekati dengan menggunakan analisis
Location Quotient
LQ,
Dynamic Location Quotient
DLQ, dan
Shift Share Analysis
SSA.
B. Tinjauan Pustaka