7
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia Pertamakali Melakukan Hubungan Seksual
Alasan Melakukan n
Dipaksa Pacar 4
50 Ingin Mencoba Hal Baru
2 25
Pengaruh Media Pornografi 1
12,5 Iseng-Iseng
1 12,5
Tempat Melakukan
Rumah 2
25 Kos
5 62,5
Pinggir Jalan 1
12,5 Sumber : Pengolahan Data 2017
Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui bahwa usia termuda responden melakukan hubungan seksual yaitu pada usia 9 tahun sejumlah 1 orang 12,5 dan paling tua
dalam melakukan hubungan seksual pada usia 18 tahun sejumlah 1 orang 12,5. Remaja melakukan hubungan seks pada usia muda disebabkan oleh suatu alasan yaitu
karena dipaksa oleh pasangan mereka sejumlah 4 orang 50. Remaja paling banyak melakukan melakukan hubungan seksual di kos sejumlah 5 orang 62,5
3.2 Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan chi-square pada taraf kepercayaan 95 sehingga diketahui hubungan antara variabel penelitian dengan
kriteria pengambilan keputusan yaitu H diterima jika P value sig 0,05, H
ditolak jika P value sig ≤ 0,05.
Tabel 6. Hasil Uji Statistik Variabel Bebas dengan Variabel Terikat
Variabel Perilaku Pacaran
Total P Value
Contingency Coefficient
Berisiko Tidak
Berisiko N
n n
Pengetahuan
Buruk 22
37,9 36
62,1 58
100 0,024
0,202 Baik
12 10
50 41,7
62 100
Sikap
Negatif 20
51,3 19
48,7 39
100 0,000
0,333 Positif
14 17,3
67 82,7
81 100
Paparan Media Massa
Terpapar 31
38,2 50
61,8 81
100 0,000
0,303 Tidak Terpapar
3 7,7
36 92,3
39 100
Sumber : Pengolahan Data 2017
8
Tabel 6 menunjukkan bahwa, pada variabel pengetahuan didapatkan nilai p=0,024 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara
pengetahuan dengan perilaku pacaran remaja dengan nilai contingency coefficient sebesar 0,202 yang menunjukkan bahwa keeratan hubungannya rendah 0,20 – 0,399.
Variabel sikap pada tabel didapatkan nilai p=0,000 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara sikap dengan perilaku pacaran remaja. Nilai
contingency coefficient sebesar 0,333 yang menunjukkan bahwa keeratan hubungan atara sikap seksualitas dengan perilaku pacaran rendah 0,20 – 0,399. Variabel
keterpaparan media didapatkan nilai p=0,000 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara paparan media massa dengan perilaku pacaran
remaja di Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo. Nilai contingency coefficient sebesar 0,303 yang menunjukkan bahwa keeratan hubungan antara paparan media
massa dengan perilaku pacaran rendah 0,20 – 0,399.
3.3 Hubungan Antara Pengetahuan dengan Perilaku Pacaran Remaja
Hasil analisis hubungan antara pengetahuan dengan perilaku pacaran didapatkan bahwa remaja yang memiliki pengetahuan buruk dan perilaku pacaran
tidak berisiko sejumlah 36 orang 62,1 dan pengetahuan baik dan perilaku pacaran tidak berisiko sejumlah 50 orang 41,7. Berdasarkan hasil uji statistik, didapatkan
nilai p value 0,024 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan dengan perilaku berpacaran remaja dengan contingency coefficient 0,202
yang artinya memiliki keeratan hubungan lemah. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Prayoga 2015, dimana proporsi
remaja yang memiliki pengetahuan baik, lebih banyak dibandingkan dengan yang buruk. Hal ini memang sudah seharusnya terjadi sebab remaja yang menjadi
responden merupakan kaum terpelajar, sehingga informasi terkait dengan pendidikan seksual sudah seharusnya diterima terutama di sekolah pada pelajaran biologi.
Pengetahuan tidak hanya didapatkan dari sekolah, akan tetapi juga peran orang tua sangat penting sebagai pendidik sejak kecil. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan
penelitian dari Mulyati 2012, dimana pengetahuan tidak ada hubungan dengan perilaku pacaran berisiko dengan nilai p value = 0,469 0,05. Hal ini dikarenakan
tidak semua remaja mendapatkan ilmu terkait dengan kesehatan reproduksi secara sama meskipun mereka bersekolah, sebab banyak remaja yang tidak memperhatikan
9
guru dan juga disebabkan oleh pembagian jurusan seperti kelas IPA dan IPS dimana anak IPS akan mendapatkan sedikit pengetahuan terkait kesehatan reproduksi.
Data hasil penelitian menunjukkan usia 14 tahun merupakan usia paling banyak memiliki tingkat pengetahuan yang buruk sejumlah 13 orang 10,8, dan usia
13 tahun sejumlah 12 orang 10. Berdasarkan jenis kelamin, tingkat pengetahuan yang buruk didominasi oleh laki-laki yaitu sejumlah 46 orang. Tingkat pengetahuan
yang buruk paling banyak pada usia SMP yaitu 30 orang 25 dan SMA sejumlah 24 orang 20. Hal ini dikarenakan jumlah responden terbanyak terletak pada usia 13-18
tahun dan didominasi oleh jenis kelamin laki-laki dengan total jumlah 78 orang 65. Remaja yang berpengetahuan buruk paling banyak jenis kelamin laki-laki. Laki-laki
lebih aktif dalam bergaul dan berkumpul dengan teman sebayanya, sehingga terdapat kemungkinan terpengaruh oleh teman sebayanya untuk cenderung berperilaku buruk
juga. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa, pengetahuan umum harus
dibarengi pula dengan pengetahuan tentang agama. Sekolah bisa memberikan pengetahuan keagamaan lebih kepada remaja dengan kegiatan ekstrakulikuler atau
kegiatan lainnya. Kegiatan lain yang bisa diikuti oleh remaja yaitu PKPR pelayanan kesehatan peduli remaja yang bisa didapatkan di Puskesmas maupun Puskesmas
sendiri yang datang ke sekolah untuk memberikan penyuluhan. Adanya PKPR ini dapat menjadi media bagi remaja untuk curhat, konseling, terkait dengan kesehatan
remaja. Selain itu orang tua selaku pendidik utama juga berperan penting dalam pengawasan perilaku dari remaja sehingga harus memberikan dorongan kearah positif
agar terhindar dari perilaku pacaran berisiko.
3.4 Hubungan Antara Sikap dengan Perilaku Pacaran Remaja