PENGARUH KONVERGENSI IFRS, KEPEMILIKAN MANAJERIAL, DAN KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL TERHADAP MANAJEMEN LABA (Studi Empiris Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia)
PENGARUH KONVERGENSI IFRS, KEPEMILIKAN
MANAJERIAL, DAN KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL
TERHADAP MANAJEMEN LABA
(Studi Empiris Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia)
THE INFLUENCE OF CONVERGENCE IFRS, MANAGERIAL
OWNERSHIP, AND INSTITUTIONAL OWNERSHIP TO
EARNINGS MANAGEMENT
(The empirical Study of Manufacturing Companies listed Indonesia Stock Exchange)
SKRIPSI
Oleh
NINIK INTAN TRIHESTI 20120420287
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016
(2)
PENGARUH KONVERGENSI IFRS, KEPEMILIKAN MANAJERIAL, DAN KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL TERHADAP MANAJEMEN LABA (Studi Empiris Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia) THE INFLUENCE OF CONVERGENCE IFRS, MANAGERIAL OWNERSHIP, AND
INSTITUTIONAL OWNERSHIP TO EARNINGS MANAGEMENT
(The Empirical Study of Manufacturing Companies Listed Indonesia Stock Exchange) SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Akuntansi
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Oleh
NINIK INTAN TRIHESTI 20120420287
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016
(3)
PERNYATAAN
Dengan ini saya,
Nama : Ninik Intan Trihesti
Nomor Mahasiswa : 20120420287
Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul: “PENGARUH KONVERGENSI IFRS,
KEPEMILIKAN MANAJERIAL, DAN KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL TERHADAP MANAJEMEN LABA (Studi Empiris Perusahaan Manufaktur yang terdafatar di Bursa Efek Indonesia)” tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila ternyata dalam skripsi ini diketahui terdapat karya atau pendapat orang lain yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.
Yogyakarta, 17 November 2016
(4)
Moto dan Persembahan
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.”
(Q.S Al Mujadalah:11)
“Barang siapa yang berjalan mencari ilmu maka Allah SWT akan memudahkan baginya jalan ke surga.”
(HR. Muslim)
“Sebaik-baiknya manusia adalah dia yang berilmu serta bermanfaat bagi sekitarnya.” (Ninik Intan Trihesti)
“Lihatlah keatas ketika kamu ingin hidupmu maju dan lihatlah kebawah agar kamu tidak lupa untuk selalu bersyukur.”
(Ninik Intan Trihesti)
Persembahan Skripsi ini kupersembahkan untuk: Mamah dan Papah tercinta Almamaterku tercinta
(5)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERNYATAAN ... iv
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v
INTISARI ... vi
ABSTRACT ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Batasan Masalah Penelitian ... 8
C. Rumusan Masalah Penelitian ... 8
D. Tujuan Penelitian ... 9
E. Manfaat Penelitian ... 9
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 11
A. Landasan Teori ... 11
B. Penurunan Hipotesis ... 24
C. Model Penelitian ... 30
BAB III. METODE PENELITIAN ... 31
A. Obyek/Subyek Penelitian ... 31
B. Jenis Data ... 31
(6)
D. Teknik Pengumpulan Data ... 32
E. Definisi Operasional Variabel ... 33
F. Uji Kualitas Data... 36
G. Analisis Data dan Uji Hipotesis ... 38
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 40
A. Gambaran Umum Obyek/Subyek Penelitian ... 40
B. Uji Kualitas Data ... 41
C. Hasil Penelitian (Uji Hipotesis) ... 47
D. Pembahasan (Intrepretasi) ... 51
BAB V. SIMPULAN SARAN DAN KETERBATASAN... 55
1. Simpulan ... 55
2. Saran ... 55
3. Keterbatasan ... 56
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(7)
DAFTAR TABEL
TABEL 4.1 Prosedur Pemilihan Sampel... 40
TABEL 4.2 Statistik Deskriptif ... 41
TABEL 4.3 Hasil Uji Normalitas ... 43
TABEL 4.4 Hasil Uji Autokorelasi ... 44
TABEL 4.5 Hasil Uji Multikolinearitas ... 45
TABEL 4.6 Hasil Uji Heteroskedastisitas... 46
TABEL 4.7 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda ... 47
TABEL 4.8 Hasil Uji Koefisien Determinan ………... 48
(8)
DAFTAR GAMBAR
(9)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Daftar Perusahaan Manufaktur
Lampiran 2. Data Pengukuran Variabel
(10)
(11)
(12)
INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) konvergensi IFRS berpengaruh
terhadap manajemen laba, 2) kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap
manajemen laba, dan 3) kepemilikan institusional berpengaruh terhadap manajemen
laba. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia selama tahun 2012-2014. Data dalam penelitian ini menggunakan data
sekunder berupa annual report dan laporan keuangan perusahaan. Teknik
pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling, sehingga diperoleh
sampel sebesar 56 perusahaan manufaktur. Analisis data menggunakan uji statistik
deskriptif, uji asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas, uji autokorelasi, uji
multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan analisis regresi linear berganda serta uji
hipotesis.
Hasil penelitian: 1) konvergensi IFRS tidak berpengaruh terhadap manajemen
laba, 2) kepemilikan manajerial berpengaruh negatif signifikan terhadap manajemen
laba, 3) kepemilikan institusional berpengaruh negatif signifikan terhadap manajemen
laba.
Kata kunci: Konvergensi IFRS, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional,
(13)
ABSTRACT
This study aims to determine: 1) IFRS convergence takes effect on earnings management, 2) managerial ownership takes effect on earnings management and 3) institutional ownership takes effect on earnings management. This study was performed on manufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange during the years 2012-2014 respectively. This study used secondary data of the company's financial reporting and annual report. The sampling technique used purposive sampling techniques, in order to obtain a sample of 56 manufacturing companies. Data analysis used descriptive statistics test, classic assumption test which consists of normality test, autocorrelation test, multicollinearity test, heteroscedasticity test and multiple linear regression analysis and hypothesis test.
The results of study are: 1) IFRS Convergence has no effect on earnings management, 2) managerial ownership has a negative effect on earnings management, 3) institutional ownership has a negative effect on earnings management.
Keywords: Convergence IFRS, Managerial Ownership, Institutional Ownership and Earnings Management.
(14)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Laporan keuangan merupakan laporan yang berisikan informasi
seputar keuangan suatu perusahaan atau organisasi sebagai bentuk
pertanggungjawaban manajemen kepada pihak-pihak terkait yang
berkepentingan dengan informasi laporan keuangan seperti investor,
debitor, kreditor, pemerintah, dan masyarakat. Dengan demikian kondisi
suatu perusahaan dapat tercerminkan dalam kualitas laporan keuangannya.
Financial Accounting Standart Board dalam Statement of
Financial Accounting Concept (SFAC) No.2 menyatakan bahwa sebuah
laporan keuangan yang baik adalah laporan keuangan yang memenuhi
karakteristik kualitatif meliputi primary qualities yaitu relevance dan
reability, serta secondary qualities yaitu comparability dan consistency.
Oleh sebab itu perlu adanya Standar Akuntansi Keuangan sebagai
pedoman dalam penyusunan laporan keuangan. Standar Akuntansi
Keuangan (SAK) merupakan kerangka prosedur dalam pembuatan dan
penyusunan laporan keuangan sehingga terciptanya keseragaman dalam
(15)
Seiring berkembangnya bisnis pada perusahaan multinasional
standar akuntansi yang berbasis internasional sangat dibutuhkan
perusahaan untuk memudahkan investor dalam berinvestasi antar negara
serta memudahkan investor dalam memahami laporan keuangan
perusahaan. Dalam rangka meningkatkan kualitas informasi laporan
keuangan, tahun 2012 Bursa Efek Indonesia (BEI) mewajibkan
perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEI untuk menyajikan laporan
keuangan menurut standar IFRS. International Financial Reporting
Standard (IFRS) adalah suatu standar akuntansi internasional dalam
penyajian laporan keuangan yang diterbitkan oleh International
Accounting Standard Board (IASB). Dengan adanya IFRS ini merupakan
suatu upaya untuk meningkatkan kualitas laporan keuangan global serta
solusi jangka panjang terhadap kurangnya transparansi informasi
keuangan.
Isu tentang adopsi IFRS dimulai sejak keluarnya Statement of
Membership Obligation (SMO) tahun 2004 dari IFAC (International
Federation of Accountant) sebagai organisasi federasi akuntan
internasional bahwa setiap asosiasi profesi masing-masing negara
anggotanya wajib melakukan upaya terbaiknya dalam mewujudkan
konvergensi IFRS. Konvergensi IFRS merupakan gabungan standar,
interpretasi serta kerangka kerja dalam rangka penyusunan dan penyajian
laporan keuangan yang diadopsi dari IFRS yang kemudian digunakan dan
(16)
diharapkan dapat mengurangi hambatan-hambatan investasi,
meningkatkan transparansi kondisi keuangan perusahaan, mengurangi
biaya terkait dengan penyusunan laporan keuangan.
Laba merupakan suatu parameter penting dalam laporan keuangan
yang digunakan untuk mengukur kinerja manajer. Menurut Statement of
Financial Accounting Concept (SFAC) No. 1 informasi laba merupakan
perhatian utama untuk menaksir kinerja dan sebagai pertanggungjawaban
manajemen. Adanya kecenderungan lebih memperhatikan laba disadari
manajemen khususnya manajer yang kinerjanya diukur berdasarkan
informasi laba sehingga menimbulkan perilaku menyimpang dalam bentuk
manajemen laba. Fisher dan Rosenzweig dalam Sulistyanto (2008)
mengatakan bahwa manajemen laba merupakan tindakan manajer
menaikkan (menurunkan) laba yang dilaporkan dari unit tanggung
jawabnya dimana tidak mempunyai hubungan dengan kenaikan atau
penurunan profitabilitas perusahaan dalam jangka panjang. Menurut
Sulistyanto (2008) manajemen laba merupakan perilaku oportunis manajer
untuk mengelabui investor dan memaksimalkan kesejahteraannya karena
menguasai informasi lebih banyak dibandingkan pihak lain. Dengan
demikan tindakan manajemen laba merupakan permainan manajerial untuk
memanipulasi laporan keuangan dengan mengatur besar kecilnya laba
perusahaan demi kepentingan pribadi, sehingga informasi akuntansi yang
diberikan tidak mencerminkan kondisi ekonomi perusahaan yang
(17)
Fenomena adanya kasus manajemen laba terjadi di Bursa Efek
Indonesia yaitu pada PT Kimia Farma Tbk, PT Indofarma Tbk, dan PT
Lippo. Kasus manajemen laba diawali oleh PT Kimia Farma Tbk pada
tahun 2002 yang terindikasi adanya praktik manajemen laba dengan
menaikkan laba hingga Rp 31,7 miliar. Kemudian PT Indofarma Tbk pada
tahun 2004 melakukan praktik manajemen laba dengan menyajikan laba
dengan menaikkan overstated laba bersih senilai Rp 28,780 miliar
sehingga dampak dari penilaian persediaan barang dalam proses yang
lebih tinggi dari yang seharusnya sehingga harga pokok penjualan tahun
tersebut understated.
Manajemen laba dapat dilakukan melalui kebijakan akrual yaitu
melalui perilaku manajer yang bermain dalam komponen akrual untuk
menentukan laba. Ada dua konsep akrual yaitu nondiscretionary accruals
dan discretionary accruals. Nondiscretionary accruals adalah pengakuan
akrual laba yang wajar dan tunduk pada suatu standar atau prinsip
akuntansi yang berlaku umum. Sedangkan discretionary accruals adalah
pengakuan akrual laba atau beban yang bebas serta tidak diatur dan
merupakan pilihan kebijakan manajemen.
Terdapat beberapa penelitian yang berhubungan dengan pengaruh
penerapan standar akuntansi berbasis IFRS terhadap praktik manajemen
laba. Cahyati (2011) mengatakan bahwa Standar IFRS yang berbasis
prinsip lebih pada penggunaan nilai wajar dan pengungkapan yang lebih
(18)
menyatakan secara umum bahwa salah satu manfaat dari konvergensi
IFRS ini adalah untuk meningkatkan kualitas laporan keuangan dengan
mengurangi kesempatan untuk melakukan manajemen laba. Sedangkan
Senjani (2012) menunjukkan bahwa secara empiris tidak ada perbedaan
antara manajemen laba akrual dan riil pada periode sebelum dan setelah
adopsi IFRS secara wajib. Santy dkk (2012) menyatakan bahwa
pengadopsian IFRS tidak berpengaruh terhadap tindakan manajemen laba
pada perusahaan perbankan di Indonesia. Namun, Narendra (2013)
menyatakan adopsi IFRS berpengaruh positif terhadap manajemen laba
tetapi penurunan tingkat manajemen laba tidak terlalu signifikan.
Handayani (2014) menyatakan bahwa adopsi IFRS tidak berpengaruh
terhadap manajemen laba akrual maupun manajemen laba riil pada
perusahaan manufaktur di Indonesia.
Selain dengan konvergensi IFRS untuk mengatasi konflik
kepentingan antara agent dan principal yang terjadi dalam perusahaan
termasuk mengurangi perilaku manajemen laba diperlukan suatu
mekanisme untuk mengurangi terjadinya konflik kepentingan
agent-principal yaitu dengan memperbesar jumlah struktur kepemilikan melalui
kepemilikan manajerial. Proporsi jumlah kepemilikan saham oleh pihak
manajerial perusahaan akan memengaruhi keputusan yang dibuat oleh
manajer karena keputusan itu nantinya akan memengaruhi posisinya
sebagai manajer perusahaan sekaligus sebagai pemegang saham. Sehingga
(19)
pemegang saham. Dengan demikian investor akan yakin bahwa perilaku
manajer untuk melakukan tindakan untuk memanipulasi laba dapat
diminimalisasi. Ujiyantho dan Pramuka (2007) menyatakan bahwa
kepemilikan manajerial berpengaruh negatif signifikan terhadap
manajemen laba.
Selain adanya kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional
diduga mampu memberikan mekanisme pengawasan serupa dalam
perusahaan. Kepemilikan institusional merupakan adanya sejumlah saham
perusahaan yang dimiliki oleh institusi atau lembaga (perusahaan asuransi,
bank, perusahaan investasi dan kepemilikan institusi lainnya). Balsam et
al. dalam Siregar dan Utama (2005) menyatakan bahwa kepemilikan
institusional yang tinggi dapat meminimalisir praktik manajemen laba
namun tergantung pada jumlah kepemilikan yang cukup signifikan
sehingga akan mampu memonitor pihak manajemen yang berdampak
mengurangi motivasi manajer untuk melakukan manajemen laba. Dengan
demikian kepemilikan institusional dinilai dapat mengurangi praktik
manajemen laba karena manajemen menganggap institusional sebagai
sophisticated investor dapat memonitor manajemen yang dampaknya akan
mengurangi motivasi manajer untuk melakukan manajemen laba.
Ujiyantho dan Pramuka (2007) menyatakan bahwa kepemilikan saham
oleh institusional karena mereka dianggap sebagai sophisticated investor
dengan jumlah kepemilikan yang cukup signifikan dapat memonitor
(20)
melakukan manajemen laba. Putri dan Yuyetta (2013) menyatakan
kepemilikan institusional yang tinggi akan menghasilkan upaya yang lebih
intensif dalam membatasi perilaku manajer yang oportunistik sehingga
dapat menekan kecenderungan manajemen untuk memanfaatkan
discretionary accruals dalam laporan keuangan.
Berdasarkan latar belakang tersebut serta pendapat dalam
penelitian terdahulu maka peneliti tertarik melakukan pengujian kembali
dengan judul “PENGARUH KONVERGENSI IFRS, KEPEMILIKAN
MANAJERIAL, DAN KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL
TERHADAP MANAJEMEN LABA.”
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Iranto (2014).
Perbedaannya adalah penambahan dua variabel independen yaitu
kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional serta pada variabel
dependen dalam penelitian ini penulis hanya mengukur manajemen laba
(21)
B. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah diatas maka
peneliti membatasi masalah dengan hanya menentukan tiga faktor yang
memengaruhi manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2014 yaitu:
Konvergensi IFRS, Kepemilikan Manajerial, dan Kepemilikan
Institusional.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah konvergensi IFRS berpengaruh terhadap manajemen laba
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tahun 2012-2014?
2. Apakah struktur kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap
manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2014?
3. Apakah struktur kepemilikan institusional berpengaruh terhadap
manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di
(22)
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris bahwa
konvergensi IFRS, kepemilikan manajerial, dan kepemilikan institusional
memiliki pengaruh terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2014.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:
1. Manfaat Teoritis
Peneliti baik secara langsung maupun tidak langsung akan
mendapatkan manfaat dari penelitian ini untuk membandingkan
secara nyata antara teori yang didapat ketika dalam perkuliahan
dengan keadaan nyata didalam perusahaan serta menambah
pengalaman dan wawasan penulis khususnya terkait judul yang
diambil.
2. Manfaat Praktis
a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai perbandingan bagi
mahasiswa yang melakukan riset yang sama serta sebagai
sumbangan pemikiran dari penulis guna menambah dan
melengkapi kolesi bacaan penelitian pada perpustakaan Universitas
(23)
b. Untuk membantu para investor dan calon investor dalam membuat
keputusan investasinya sehingga lebih berhati-hati mengambil
(24)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasasan Teori 1. Teori Keagenan
Teori keagenan merupakan salah satu teori yang muncul
dalam perkembangan riset akuntansi yang merupakan modifikasi
dari perkembangan model akuntansi keuangan dengan
menambahkan aspek perilaku manusia dalam model ekonomi.
Teori keagenan mendasarkan hubungan kontrak dalam perusahaan
dimana prinsipal dan agen sebagai pelaku utama. Prinsipal
merupakan pihak yang memberikan mandat kepada agen untuk
bertindak atas nama prinsipal sedangkan agen merupakan pihak
yang diberi amanat oleh prinsipal untuk menjalankan perusahaan.
Agen berkewajiban untuk mempertanggungjawabkan apa yang
telah diamanahkan oleh prinsipal kepadanya. Dalam teori keagenan
mengenal adanya asymmetric information yaitu informasi yang
tidak seimbang yang disebabkan karena adanya distribusi
informasi yang tidak sama antara prinsipal dan agen.
Menurut Eisenhard (1989) teori keagenan dilandasi oleh 3 buah
(25)
a. Asumsi tentang sifat manusia
Asumsi tentang sifat manusia menekankan bahwa manusia
memiliki sifat untuk mementingkan diri sendiri (self
interest), memiliki keterbatasan rasionalitas (bounded
rationality), dan tidak menyukai resiko (risk aversion).
b. Asumsi tentang keorganisasian
Asumsi keorganisasian adalah adanya konflik antar anggota
organisasi, efisiensi sebagai kriteria produktivitas, dan
adanya asymmetric information antara prinsipal dan agen.
c. Asumsi tentang informasi.
Asumsi tentang informasi adalah bahwa informasi
dipandang sebagai barang komoditi yang dapat diperjual
belikan.
2. Manajemen Laba
Manajemen laba adalah suatu usaha atau upaya mengatur
pendapatan atau keuntungan untuk kepentingan-kepentingan
tertentu yang dilandasi oleh faktor-faktor ekonomi tertentu.
Manajemen laba dilakukan melalui kebijakan akrual yaitu dengan
perilaku manajer yang bermain dalam komponen akrual untuk
menentukan besarnya laba. Terdapat dua konsep akrual yaitu
nondiscretionary accruals dan discretionary accruals.
(26)
wajar dan tunduk pada suatu standar atau prinsip akuntansi yang
berlaku umum, sedangkan discretionary accruals adalah
pengakuan akrual laba atau beban yang bebas serta tidak diatur dan
merupakan pilihan kebijakan manajemen. Biasanya manajemen
akrual dilakukan pada akhir periode ketika manajer mengetahui
laba sebelum direkayasa sehingga dapat mengetahui berapa besar
manipulasi yang diperlukan agar target laba tercapai.
Menurut Sulistyanto (2008) manajemen laba dilakukan
dengan mempermainkan komponen-komponen akrual dalam
laporan keuangan. Secara umum akrual merupakan produk
akuntansi dimana dapat dianggap memiliki jumlah yang relatif
tetap dari tahun ke tahun sehingga perubahan akrual yang terjadi
dapat dianggap sebagai hal yang tidak normal (abnormal).
Perubahan hasil dari kebijakan manajemen yang berlebihan dan
disertai motif untuk memanipulasi laba dianggap sebagai bentuk
tindakan manajemen laba dalam memanipulasi laba yang dilakukan
manajemen terhadap pengguna laporan keuangan.
Motivasi yang mendorong manajemen laba adalah:
1. Earning management for bonus purposes
Menyatakan bahwa manajer akan meningkatkan net income
perusahaan untuk memaksimalkan bonus yang mereka
(27)
2. Other contractual motivations
Ada 2 tujuan untuk menggambarkan manajemen laba dari
sisi kontrak yaitu:
a. Kontrak antara manajer dengan perusahaan
Dalam hal ini perusahaan memberi kebebasan
bagi manajer untuk melakukan manajemen laba
dengan tujuan agar target perusahaan dapat tercapai.
Untuk mencapai tujuannya perusahaan menawarkan
bonus bagi prestasi manajer yang dapat mencapai
target perusahaan.
b. Kontrak antara perusahaan dengan kreditur
Kontrak hutang antara perusahaan dengan kreditur
pada awal kontrak telah ditentukan adanya
persyaratan-persyaratan tertentu antara perusahaan
dengan kreditur. Adanya pelanggaran pada
persyaratan kontrak akan menyebabkan perusahaan
terkena penalties. Oleh sebab itu untuk menghindari
adanya penalties perusahaan cenderung
meningkatkan pendapatan.
3. Political Motivation
Perusahaan besar yang sebagian besar kegiatan usahanya
(28)
mengurangi laba yang dilaporkan untuk mengurangi
political cost. 4. Taxation Motivation
Pajak penghasilan merupakan motivasi yang paling nyata
untuk manajemen laba. Perusahaan cenderung mengurangi
laba yang dilaporkan agar pajak penghasilan yang
dibayarkan perusahaan semakin kecil.
5. Changes of Chief Executive Officer (CEO)
CEO yang mengundurkan diri atau pensiun cenderung
membuat kondisi perusahaan terlihat bagus dengan
meningkatkan pendapatan atau laba. Hal ini dilakukan agar
bonus yang mereka terima pada saat pengunduran
diri/pensiun dapat meningkat. Disamping itu CEO yang
tidak menampilkan kinerja yang bagus pada perusahaan
cenderung melindungi diri dengan meningkatkan
pendapatan atau laba agar tidak diberhentikan dari
pekerjaannya.
6. Initial Public Offering ( IPO )
IPO adalah peristiwa dimana untuk pertama kalinya suatu
perusahaan menjual atau menawarkan sahamnya kepada
khalayak ramai (public) di pasar modal. Penetapan harga
dasar penawaran (offerings price) saham suatu perusahaan
(29)
publik (go public) merupakan hal yang tidak mudah untuk
dilakukan karena ketetapan harga penawaran dalam pasar
perdana akan konsekuensi langsung terhadap kesejahteraan
pemilik lama (issuer).
7. To Communicate Information To Investor
Manajemen perusahaan selalu menyajikan informasi
yang bagus mengenai prospek perkembangan perusahaan
di masa yang akan datang agar investor tertarik untuk
menanamkan modalnya. Oleh sebab itu perusahaan
cenderung menaikkan pendapatan/laba agar dapat
menampilkan kesan positif.
Menurut Scott (2003) berbagai pola yang sering dilakukan
manajer dalam manajemen laba adalah:
1. Taking a bath
Terjadinya taking a bath pada periode reorganisasi
termasuk pengangkatan CEO baru. Bila perusahaan harus
melaporkan laba yang tinggi, manajer dipaksa untuk
melaporkan laba yang tinggi, konsekuensinya manajer akan
menghapus aktiva dengan harapan laba yang akan datang
dapat meningkat. Bentuk ini mengakui adanya biaya pada
(30)
berjalan ketika kondisi buruk yang tidak menguntungkan
tidak dapat dihindari pada periode tersebut.
2. Income Minimization
Income minimization ini dilakukan sebagai alasan politis
pada periode laba yang tinggi dengan mempercepat
penghapusan aktiva tetap dan aktiva tak berwujud dan
mengakui pengeluaran-pengeluaran sebagai biaya. Pada
saat profitabilitas perusahaan sangat tinggi dengan maksud
agar tidak mendapat perhatian secara politis kebijakan yang
diambil dapat berupa penghapusan atas barang modal dan
aktiva tak berwujud, biaya iklan, dan pengeluaran untuk
penelitian dan pengembangan, serta hasil akuntansi untuk
biaya eksplorasi.
3. Income Maximization
Tindakan ini bertujuan untuk melaporkan net income yang
tinggi agar bonus yang didapat lebih besar. Perencanaan
bonus yang didasarkan pada data akuntansi mendorong
manajer untuk memanipulasi data akuntansi tersebut guna
menaikkan laba sehingga meningkatkan pembayaran bonus
tahunan. Jadi tindakan ini dilakukan pada saat laba
(31)
perjanjian hutang mungkin akan memaksimalkan
pendapatan.
4. Income Smoothing
Income smoothing dilakukan dengan meratakan laba yang
dilaporkan untuk tujuan pelaporan eksternal terutama bagi
investor karena pada umumnya investor lebih menyukai
laba yang relatif stabil. Pola manajemen laba ini
melaporkan tingkatan laba yang cenderung berfluktualisasi
yang normal pada periode-periode tertentu.
3. Konvergensi IFRS
Gunawan dan Hendrawati (2016) mengatakan
bahwa perbedaan yang ada disetiap negara akan
mempersulit para pengguna laporan keuangan dalam
memahami laporan keuangan tersebut, sehingga untuk
memudahkan pemahaman laporan keuangan diperlukan
suatu standar yang sama antar negara yaitu Internasional
Financial Reporting Standart (IFRS). International
Financial Reporting Standards (IFRS) merupakan standar,
interpretasi, dan kerangka kerja dalam rangka penyusunan
dan penyajian laporan keuangan yang diadopsi oleh IASB
(32)
IFRS merupakan gabungan standar, interpretasi serta
kerangka kerja dalam rangka penyusunan dan penyajian
laporan keuangan yang diadopsi dari IFRS yang kemudian
digunakan dan diarahkan dalam satu titik tujuan. Dalam hal
ini konvergensi IFRS berarti bahwa standar akuntansi yang
berlaku di Indonesia akan sesuai dengan standar yang ada
di internasional. Alasan perlu adanya standar akuntansi
internasional yaitu:
1. Peningkatan daya banding laporan keuangan dan
memberikan informasi yang berkualitas di pasar modal
internasional.
2. Menghilangkan hambatan arus modal internasional dengan
mengurangi perbedaan dalam ketentuan pelaporan
keuangan.
3. Mengurangi biaya pelaporan keuangan perusahaan
multinasional dan biaya untuk analisis keuangan bagi para
analis serta meningkatkan kualitas pelaporan keuangan
menuju “best practice.”
Indonesia melakukan konvergensi IFRS ini karena
Indonesia sudah memiliki komitmen dalam kesepakatan
negara-negara G-20. Tujuan dari kesepakatan tersebut
adalah untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas
(33)
memiliki manfaat lain seperti meningkatkan arus investasi
global melalui keterbandingan laporan keuangan. Indonesia
mengadopsi IFRS secara penuh pada tahun 2012. Adapun
strategi adopsi yang dilakukan untuk konvergensi ada dua
macam, yaitu big bang strategy dan gradual strategy. Big
bang strategy berarti mengadopsi penuh IFRS sekaligus
tanpa melalui tahapan-tahapan tertentu (digunakan oleh
negara-negara maju). Gradual strategy berarti mengadopsi
IFRS secara bertahap (digunakan oleh negara-negara
berkembang, seperti Indonesia). Konvergensi IFRS di
Indonesia dilakukan secara bertahap. Tahapan yang
dilakukan Indonesia dalam melakukan konvergensi IFRS
adalah:
1. Tahap Adopsi (2008 – 2010) Adopsi seluruh IFRS ke PSAK
Persiapan infrastruktur yang diperlukan
Evaluasi dan kelola dampak adopsi terhadap PSAK yang berlaku
2. Tahap Persiapan Akhir (2011)
Penyelesaian persiapan infrastruktur yang diperlukan Penerapan secara bertahap beberapa PSAK berbasis
(34)
3. Tahap Implementasi (2012)
Penerapan PSAK berbasis IFRS secara bertahap
Evaluasi dampak penerapan PSAK secara komprehensif Adopsi IFRS diharapkan dapat memberikan manfaat seperti:
a. Memudahkan pemahaman atas laporan keuangan dengan
menggunakan SAK dikenal secara internasional.
b. Meningkatkan arus invetasi global.
c. Menurunkan biaya modal melalui pasar modal global dan
menciptakan efisiensi penyusunan laporan keuangan.
Sementara itu dampak konvergensi IFRS terhadap bisnis adalah
sebagai berikut:
a. Akses ke pendanaan internasional akan lebih terbuka
karena laporan keuangan akan lebih mudah
dikomunikasikan ke investor global.
b. Relevansi laporan keuangan akan meningkat karena lebih
banyak menggunakan nilai wajar.
c. Income smoothing menjadi semakin sulit dengan
menggunakan balance sheet approach dan fair value.
(35)
4. Struktur Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manajerial adalah pemegang saham dari pihak
manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan
keputusan perusahaan. Adanya kepemilikan saham oleh pihak
manajemen akan menimbulkan suatu pengawasan terhadap
kebijakan-kebijakan yang diambil oleh manajemen perusahaan.
Kepemilikan manajerial akan mensejajarkan kepentingan
manajemen dengan pemegang saham sehingga manajer ikut
merasakan secara langsung manfaat dari keputusan yang
diambil serta ikut menanggung kerugian sebagai konsekuensi
dari pengambilan keputusan.
Apabila suatu manajer memiliki tingkat kepemilikan
manajerial yang terkonsentrasi maka otomatis akan
memberikan informasi yang lebih banyak dibanding dengan
tingkat kepemilikan manajerial yang menyebar. Hal tersebut
dapat lebih memotivasi manajer untuk melakukan manajemen
laba dan mengutamakan kepentingannya. Selain itu, motivasi
yang berbeda akan menghasilkan besaran manajemen laba yang
berbeda, seperti antara manajer yang juga sekaligus sebagai
pemegang saham dan manajer yang tidak sebagai pemegang
saham. Sebab kepemilikan saham seorang manajer akan ikut
(36)
metode akuntansi yang diterapkan pada perusahaan yang
mereka kelola (Boediono, 2005).
5. Struktur Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional merupakan saham perusahaan
yang dimiliki oleh institusi atau lembaga. Institusi yang
dimaksud dalam hal ini misalnya LSM, pemerintah serta
perusahaan swasta. Investor institusional sering disebut sebagai
investor yang canggih (sophisticated) seharusnya lebih dapat
menggunakan informasi periode sekarang dalam memprediksi
laba masa depan dibandingkan dengan investor non
institusional. Adanya pemegang saham institusi memiliki arti
penting dalam memonitor manajemen sehingga akan
mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal.
Mekanisme monitoring tersebut akan menjamin peningkatan
kemakmuran pemegang saham. Kepemilikan saham institusi
sebagai agen pengawas ditekankan melalui investasi mereka
yang cukup besar dalam pasar modal. Apabila institusional
merasa tidak puas atas kinerja manajerial maka mereka akan
menjual sahamnya ke pasar. Perubahan perilaku institusional
ownership dari pasif menjadi aktif dapat meningkatkan
akuntabilitas manajerial sehingga manajer akan bertindak lebih
(37)
Meningkatnya aktivitas kepemilikan institusional dalam
melakukan monitoring disebabkan oleh kenyataan bahwa
adanya kepemilikan saham yang signifikan oleh pihak
institusional telah meningkatkan kemampuan mereka untuk
bertindak secara kolektif. Dalam waktu yang sama biaya untuk
keluar dari investasi yang mereka lakukan menjadi semakin
mahal karena adanya resiko saham akan terjual pada harga
diskon. Kondisi ini akan memotivasi pemegang saham
institusional untuk lebih serius dalam mengawasi maupun
mengoreksi semua perilaku manajer dan memperpanjang
jangka waktu investasi.
B. Penurunan Hipotesis
1. Konvergensi IFRS danManajemen Laba
Konvergensi IFRS merupakan gabungan standar,
interpretasi serta kerangka kerja dalam rangka penyusunan dan
penyajian laporan keuangan yang diadopsi dari IFRS yang
kemudian digunakan dan diarahkan dalam satu titik tujuan.
Standar IFRS yang berbasis prinsip lebih pada penggunaan
nilai wajar dan pengungkapan yang lebih banyak serta rinci
dapat mengurangi manajemen laba. Jadi secara teoritis
konvergensi IFRS dapat mengurangi manajemen laba yang
(38)
menyatakan bahwa secara umum salah satu manfaat dari
konvergensi IFRS ini adalah untuk meningkatkan kualitas
laporan keuangan antara lain dengan mengurangi kesempatan
untuk melakukan manajemen laba (earning management).
Namun, Senjani (2012) menyatakan bahwa secara empiris
tidak ada perbedaan antara manajemen laba akrual dan riil pada
periode sebelum dan setelah adopsi IFRS secara wajib.
Narendra (2013) dan Lippens (2010) menyatakan bahwa
konvergensi IFRS memiliki pengaruh positif signifikan
terhadap manajemen laba akrual. Handayani (2014)
menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan tingkat
manajemen laba akrual dan manajemen laba riil yang
signifikan sebelum dan sesudah penerapan Standar Akuntansi
Keuangan (Konvergensi IFRS). Sellami dan Fakhfakh (2014)
di Perancis menyatakan bahwa penerapan Standar Akuntansi
Keuangan IFRS mempunyai pengaruh negatif signifikan
terhadap tindakan manajemen laba akrual yang terlihat dari
kualitas laba yang semakin meningkat.
Menurut Melyana (2015) dengan adanya penerapan IFRS
laporan keuangan disajikan dengan prinsip akuntansi yang
sama. Penyeragaman ini mempermudah proses konsolidasi
pelaporan keuangan perusahaan multinasional yang berada di
(39)
kualitas pelaporan keuangan dan meminimalisir praktik-praktik
kecurangan dalam akuntansi. Dengan adanya penerapan IFRS
sebagai standar global akan menimbulkan dampak semakin
sedikitnya pilihan metode akuntansi yang dapat diterapkan
sehingga akan meminimalisir praktik-praktik kecurangan
akuntansi. Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis dalam
penelitian ini adalah:
H1: Konvergensi IFRS berpengaruh negatif signifikan terhadap
manajemen laba.
2. Struktur Kepemilikan Manajerial dan Manajemen Laba
Menurut teori keagenan terdapat hubungan antara struktur
kepemilikan manajerial dengan manajemen laba. Untuk
mengatasi terjadinya konflik kepentingan antara agent dan
principal diperlukan suatu mekanisme untuk mengurangi
konflik yaitu dengan memperbesar jumlah struktur kepemilikan
melalui kepemilikan manajerial. Kepemilikan manajerial
adalah pemegang saham dari pihak manajemen yang secara
aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan. Proporsi
jumlah kepemilikan saham oleh pihak manajerial perusahaan
akan memengaruhi keputusan yang dibuat oleh manajer karena
keputusan tersebut nantinya akan memengaruhi posisinya
(40)
saham. Sehingga akan menambah keyakinan pada investor
bahwa perilaku manajer untuk melakukan tindakan manajemen
laba dapat diminimalisir.
Midiastuty dan Mahfoedz (2003) menyatakan bahwa
kepemilikan manajerial dengan manajemen laba berhubungan
negatif. Begitupula dengan Ujiyantho dan Pramuka (2007)
menyatakan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh
negatif signifikan terhadap manajemen laba. Hasil penelitian
mereka serupa dengan Nuryaman (2008); Susilo (2010); dan
Mahariana (2014) yang menyatakan bahwa kepemilikan
manajerial berpengaruh negatif signifikan terhadap manajemen
laba. Semakin besar proporsi kepemilikan manajemen pada
perusahaan maka manajemen cenderung berusaha lebih giat
untuk kepentingan pemegang saham yang tidak lain adalah
dirinya sendiri, sehingga dapat meminimalisir tindakan
manajemen laba. Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis
dalam penelitian ini adalah:
H2: Struktur kepemilikan manajerial berpengaruh negatif
signifikan terhadap manajemen laba.
3. Struktur Kepemilikan Institusionaldan Manajemen Laba
Kepemilikan institusional merupakan adanya sejumlah
(41)
(perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi dan kepemilikan
institusi lainnya). Kepemilikan institusional mempunyai
kemampuan mengendalikan pihak manajemen melalui proses
monitoring secara efektif sehingga dapat mengurangi manajemen
laba. Persentase saham yang dimiliki oleh institusi dapat
memengaruhi proses penyusunan laporan keuangan yang mungkin
terdapat akrualisasi sesuai kepentingan pihak manajemen.
Kelebihan yang dimiliki investor institusional diduga mampu
untuk mencegah terjadinya manajemen laba dibanding dengan
investor individual. Investor institusional dianggap lebih
profesional ketika mengendalikan portofolio investasinya sehingga
lebih kecil kemungkinan mendapatkan informasi keuangan yang
dimanipulasi karena mereka memiliki tingkat pengawasan yang
tinggi untuk menghindari terjadinya tindakan manajemen laba.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa antara kepemilikan
institusional dengan manajemen laba mempunyai hubungan
negatif. Dimana semakin besar persentase saham yang dimiliki
oleh institusi maka semakin kecil kemungkinan terjadinya
manajemen laba.
Midiastuty dan Machfoedz (2003) menemukan bahwa
kehadiran kepemilikan institusional yang tinggi membatasi
manajer untuk melakukan pengelolaan laba. Balsam et al. (dalam
(42)
institusional yang tinggi dapat meminimalisir manajemen laba
tergantung pada tingkat kecanggihan investor tersebut. Persentase
saham tertentu yang dimiliki oleh institusi dapat memengaruhi
proses penyusunan laporan keuangan yang tidak menutup
kemungkinan terdapat akrualisasi sesuai kepentingan pihak
manajemen (Boediono, 2005). Ujiyantho dan Pramuka (2007)
menyatakan bahwa kepemilikan saham oleh institusional karena
mereka dianggap sebagai sophisticated investor dengan jumlah
kepemilikan yang cukup signifikan dapat memonitor manajemen
yang berdampak mengurangi motivasi manajer untuk melakukan
manajemen laba. Tarjo (2008) menyatakan bahwa kepemilikan
institusional berhubungan negatif dan signifikan terhadap
manajemen laba. Putri dan Yuyetta (2013) menyatakan
kepemilikan institusional yang tinggi akan menghasilkan upaya
yang lebih intensif dalam membatasi perilaku manajer yang
oportunistik sehingga dapat menekan kecenderungan manajemen
untuk memanfaatkan discretionary accruals dalam laporan
keuangan. Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis dalam
penelitian ini adalah:
H3: Struktur kepemilikan institusional berpengaruh negatif
(43)
C. Model Penelitian
H1 (-)
H2 (-)
H3 (-)
Gambar 1.
Model Penelitian Konvergensi
IFRS (IFRS)
Kepemilikan Manajerial
(OWNSP)
Kepemilikan Institusional
(INST)
Manajemen Laba (DA)
(44)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Obyek/Subyek Penelitian
Obyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah Perusahaan
Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sedangkan
subyeknya berupa laporan tahunan (annual report) dan laporan keuangan
perusahaan yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia. Data yang
digunakan adalah data dari tahun 2012-2014.
B. Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.
Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang
yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada. Data yang
digunakan berupa laporan tahunan (annual report) dan laporan keuangan
perusahaan manufaktur pada tahun 2012-2014. Data yang digunakan
diperoleh dari situs resmi Bursa Efek Indonesia (BEI) yakni
www.idx.co.id, Indonesian Capital Market Directory (ICMD), dan situs
(45)
C. Teknik Pengambilan Sampel
Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2012- 2014. Metode
pengambilan sampel adalah dengan metode purposive sampling yaitu
dengan mengambil sampel yang sesuai dengan kriteria tertentu. Dasar
penentuan pemilihan sampel adalah sampel yang memenuhi kelengkapan
data dengan kriteria sebagai berikut:
a. Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
yang termasuk kategori perusahaan manufaktur pada tahun
2012-2014.
b. Perusahaan mempublikasikan laporan tahunan (annual
report) dan laporan keuangan yang lengkap secara
berturut-turut pada tahun 2012-2014.
c. Perusahaan memiliki kepemilikan saham oleh manajerial
perusahaan dan kepemilikan saham oleh institusional
perusahaan.
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Studi dokumentasi
Studi dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan seluruh
data sekunder berupa laporan keuangan perusahaan manufaktur yang
diperoleh pada situs resmi Bursa Efek Indonesia (BEI) yaitu
(46)
2. Studi pustaka
Metode studi pustaka dilakukan dengan menggunakan berbagai
literatur, artikel, jurnal dan penelitian terdahulu yang berhubungan
dengan penelitian. Hal ini di maksudkan untuk mendukung pembahasan
terhadap permasalahan yang diteliti dan memperoleh pemahaman
secara teoritis.
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian a. Variabel Independen
Variabel independen adalah variabel yang dapat memengaruhi atau
menjadi sebab timbulnya variabel yang lain. Variabel independen dalam
penelitian ini adalah konvergensi IFRS, kepemilikan manajerial, dan
kepemilikan institusional.
1. Konvergensi IFRS
Konvergensi IFRS merupakan gabungan standar, interpretasi serta
kerangka kerja dalam rangka penyusunan dan penyajian laporan keuangan
yang diadopsi dari IFRS yang kemudian digunakan dan diarahkan dalam
satu titik tujuan. Dalam menganalisis pengaruh adopsi IFRS terhadap
manajemen laba menggunakan variabel dummy dimana bagi perusahaan
yang menerapkan adopsi secara penuh IFRS diberi nilai 1 dan yang belum
(47)
2. Kepemilikan manajerial
Kepemilikan manajerial adalah pemegang saham dari pihak
manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan
perusahaan. Dalam penelitian ini untuk mengukur kepemilikan manajerial
dengan persamaan sebagai berikut:
OWNSP = Jumlah saham yang dimiliki manajerial
Jumlah saham perusahaan
x 100%
3. Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional merupakan adanya sejumlah saham
perusahaan yang dimiliki oleh institusi atau lembaga (perusahaan asuransi,
bank, perusahaan investasi dan kepemilikan institusi lainnya). Dalam
penelitian ini untuk mengukur kepemilikan institusional dengan
persamaan sebagai berikut:
INST =Jumlah saham yang dimiliki institusi
Jumlah saham beredar akhir tahun x 100%
b. Variabel Dependen
Variabel dependen merupakan variabel yang dijelaskan atau
dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel dependen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah manajemen laba. Manajemen laba merupakan tindakan
manajer menaikkan (menurunkan) laba yang dilaporkan dari unit tanggung
jawabnya dimana tidak mempunyai hubungan dengan kenaikan atau
penurunan profitabilitas perusahaan dalam jangka panjang (Fisher dan
(48)
diukur dengan menggunakan proksi discretionary accrual sesuai dengan
Modified Jones Models sebagai berikut:
TAit = Nit – CFOit
Nilai total accrual (TA) yang diestimasi dengan persamaan regresi OLS
sebagai berikut:
TAit = α0(1/Ait-1) + α1(ΔRevit /Ait-1 –ΔRecit /Ait-1) + α2(PPEit/Ait-1)
Berdasarkan koefisien regresi diatas, nilai non discretionary accrual (NDA)
dapat dihitung dengan rumus:
NDAit = α0(1/Ait-1) + α1(ΔRevit/Ait-1 – ΔRecit/Ait-1) + α2(PPEit/Ait-1) Discretionary accrual (DA) dapat dihitung dengan rumus:
DAit = TAit – NDAit
Keterangan:
DAit = Discretionary accruals perusahaan i pada periode ke t
NDAit = Non discretionary accruals perusahaan i pada periode ke t
TAit = Total akrual perusahaan i pada periode ke t
Nit = Laba bersih perusahaan i pada periode ke t
CFOit = Aliran kas dari aktivitas operasi perusahaan i pada periode ke t
Ait-1 = Total aktiva perusahaan i pada periode ke t-1
ΔRevit = Perubahan pendapatan perusahaan i pada periode ke t
ΔRecit = Perubahan piutang perusahaan i pada periode ke t
PPEit = Aktiva tetap perusahaan i pada periode ke t
(49)
F. Uji Kualitas Data
Uji kualitas data dilakukan sebelum pengujian hipotesis yang
menggunakan analisis regresi berganda untuk data sekunder. Uji kualitas
data dalam penelitian ini antara lain adalah sebagai berikut:
1. Uji Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif merupakan teknik deskriptif yang memberikan
informasi terkait data yang dimiliki. Pengukuran yang digunakan dalam
statistik deskriptif adalah mean, standar deviasi, maksimum, dan minimum.
Mean digunakan untuk mengetahui rata-rata yang bersangkutan. Standar
deviasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar data yang
bersangkutan bervariasi dari rata-rata. Pengujian statistik deskriptif dalam
penelitian ini menggunakan perangkat lunak yakni SPSS (Statistical
Package For Sosial Science) versi 22.
2. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah dalam model regresi
variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi
normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah model regresi yang
berdistribusi normal. Penelitian ini menggunakan Kolmogorov
(50)
melihat nilai signifikansi (Sig.) dari hasil uji tersebut. Data akan
berdistribusi normal apabila nilai Sig > 0,05.
b. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji
Glejser, yang akan meregres nilai absolute residual (AbsUi) terhadap
variabel independen lainnya dengan persamaan regresi. Jika nilai
probabilitas signifikan > 0,05 maka model regresi tidak mengandung
heteroskedastisitas.
c. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk mengetahui apakah tiap-tiap
variabel independen saling berhubungan secara linier. Kriteria
pengujiannya yaitu apabila nilai VIF < 10 dan nilai tolerance (TOL)
> 1,00 maka tidak terdapat multikolinearitas diantara variabel
independen.
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
penyimpangan asumsi klasik autokorelasi yaitu korelasi yang terjadi
antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada
model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi adalah tidak adanya
(51)
dalam penelitan ini adalah uji Durbin-Watson (Uji DW) dengan
ketentuan:
a. Jika d lebih kecil dari dL atau lebih besar dari (4-dL) berarti
terdapat autokorelasi.
b. Jika d terletak antara dU dan (4-dU) berarti tidak terdapat
autokorelasi.
G. Analisis Data dan Uji Hipotesis
1. Analisis Regresi Linear Berganda
Analisis data dilakukan dengan menggunakan bantuan program
komputer yaitu SPSS versi 22. Penelitian ini menggunakan teknik
analisis regresi linier berganda untuk menguji pengaruh
konvergensi IFRS, kepemilikan manajerial, dan kepemilikan
institusional terhadap manajemen laba, dengan model persamaan:
DAit = α0 + α1 IFRSit + α2 OWNSPit + α3 INSTit + εit
Keterangan:
DA = Manajemen Laba IFRS = Konvergensi IFRS OWNS = Kepemilikan Manajerial INST = Kepemilikan Institusional
α0 = Konstanta
α1 –α3= Koefisien Regresi
(52)
2. Uji Hipotesis
a. Uji Koefisien Determinan (R2)
Uji ini digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan
model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai
koefisien determinasi (R
2
) adalah antara nol dan satu. Nilai
R
2
yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel
independen dalam menjelaskan variabel dependen sangat
terbatas. Jika koefisien determinasi sama dengan nol, maka
variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel
dependen. Jika besarnya koefisien determinasi mendekati
angka 1, maka variabel independen berpengaruh sempurna
terhadap variabel dependen.
b. Uji Signifikansi Parsial (Uji t)
Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing
variabel independen secara parsial, dalam penelitian ini
ditunjukkan dalam tabel coefficient. Kriteria uji t ini adalah
jika nilai sig. < 0,05 dan searah dengan hipotesis maka
hipotesis diterima. Jika nilai sig. > 0,05 dan tidak searah
(53)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Obyek/Subyek Penelitian
Bab ini menjelaskan gambaran umum obyek penelitian, proses uji
kualitas data, hasil peneliatian (uji hipotesis) dan pembahasan. Penelitian
ini menggunakan alat bantu yakni perangkat lunak SPSS versi 22.
Penelitian ini menggunakan sampel seluruh perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2012 sampai dengan
2014. Berdasarkan metode purposive sampling yang telah ditetapkan pada
bab III, berikut merupakan prosedur pemilihan sampel adalah sebagai
berikut:
Tabel 4.1
Prosedur Pemilihan Sampel Purposive Sampling
No Kriteria sampel Jumlah
1 Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2012 sampai dengan 2014.
482
2 Perusahaan yang tidak memiliki data lengkap terkait variabel penelitan.
314
Total perusahaan sampel 56
Jumlah perusahaan sampel tiga tahun 168
Data Perusahaan Outlier 27
Data yang digunakan dan diolah 141
(54)
Setelah melalui proses pemilihan sampel berdasarkan
kriteria yang telah ditentukan maka diperoleh sampel 56
perusahaan manufaktur selama tiga tahun dan data outlier 27,
sehingga penelitian ini menggunakan 141 data.
B. Uji Kualitas Data
1. Analisis Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif pada penelitian ini menyajikan
jumlah data, nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata (mean)
dan simpangan baku (standar deviation) dari variabel independen
dan variabel dependen. Hasil statistik deskriptif ditunjukkan dalam
Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
DA 141 -126063195487196 14882245393680 425572363030,9642 10783307083994,129
IFRS 141 0 1 .85 .363
OWNSP 141 ,0250 ,9820 ,708935 ,1712188
INST 141 ,0180 ,5850 ,279702 ,1611578
Valid
N(listwise) 141
Tabel 4.2 tampak bahwa pengamatan dalam penelitian ini
sejumlah 141 sampel, adapun hasil statistik deskriptif sebagai
(55)
Variabel Manajemen Laba (DA) memiliki nilai minimum
sebesar -126063195487196, nilai maksimum sebesar
14882245393680, nilai rata-rata (mean) sebesar
425572363030,9642; dan simpangan baku (standar deviation)
sebesar 10783307083994,129.
Variabel Konvergensi IFRS (IFRS) memiliki nilai
minimum sebesar 0, nilai maksimum sebesar 1, nilai rata-rata
(mean) sebesar 0,85 dan simpangan baku (standar deviation)
sebesar 0,363. Data perusahaan yang sudah menerapkan standar
IFRS secara penuh sejumlah 38 perusahaan di tahun 2012; 50
perusahaan di tahun 2013, dan 55 perusahaan di tahun 2014.
Sedangkan yang belum menerapkan standar IFRS secara penuh
sejumlah 18 perusahaan di tahun 2012; 6 perusahaan ditahun 2013,
dan 1 perusahaan di tahun 2014. Variabel Kepemilikan Manajerial
(OWNSP) memiliki nilai minimum sebesar 0,0250; nilai
maksimum sebesar 0,9820; nilai rata-rata (mean) sebesar 0,708935
dan simpangan baku (standar deviation) sebesar 0,1712188.
Variabel Kepemilikan Institusional (INST) memiliki nilai
minimum sebesar 0,0180; nilai maksimum sebesar 0,5850; nilai
rata-rata (mean) sebesar 0,279702 dan simpangan baku (standar
(56)
1. Analisis Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah data
tersebut berdistribusi normal atau tidak. Data berdistribusi normal
adalah data yang baik. Uji normalitas dalam penelitian ini
menggunakan One Sample Kormogorov-Smirnov Test. Hasil uji
normalitas dalam penelitian ini ditunjukkan pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 141
Normal Parametersa,b Mean -.0001853
Std. Deviation 1032478905139 .79750000
Most Extreme Differences Absolute .070
Positive .070
Negative -.036
Test Statistic .070
Asymp. Sig. (2-tailed) .087c
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
Berdasarkan hasil dari uji normalitas pada Tabel 4.3 tampak bahwa
nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,087 > 0,05 dengan sampel 141 yang
berarti bahwa data berdistribusi normal. Sehingga dapat disimpulkan
(57)
b. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
penyimpangan asumsi klasik autokorelasi yaitu korelasi yang terjadi
antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada model
regresi. Uji autokorelasi dalam penelitian ini menggunakan pendekatan
D-W (Durbin Watson). Hasil uji autokorelasi pada penelitian ini ditunjukkan
pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Uji Autokorelasi Durbin-Watson
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1 .192a .037 .016 1043722201127.126 1.897
a. Predictors: (Constant), INST, IFRS, OWNSP b. Dependent Variable: DA
Tabel 4.4 tampak nilai DW sebesar 1,897. Berdasarkan tabel Durbin
Watson diperoleh nilai dU sebesar 1,76847 dan nilai dL sebesar 1,76847.
Tabel diatas tampak nilai d sebesar 1,897 terletak antara dU 1,78647 dan
(4-dU) sebesar 2,23153 atau 1,76847 < 1,897 < 2,23153. Sehingga dapat
(58)
c. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas dilakukan untuk menguji apakah terdapat
korelasi antar variabel independen dalam model regresi penelitian ini.
Pendeteksian multikolinearitas dapat dilihat melalui nilai Variance
Inflaction Factors (VIF). Kriteria pengujiannya yaitu apabila nilai VIF <
10 atau > 1,00 maka tidak terdapat multikolinearitas diantara variabel
independen. Hasil uji autokorelasi pada penelitian ini ditunjukkan pada
Tabel 4.5. Tabel 4.5 Uji Multikolinearitas Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardize d Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta
Toler ance VIF
1 1090102787274.901 298623697456.213 3.650 .000
IFRS 34815569105.808 242903708342.600 .012 .143 .886 .959 1.043 OWNSP -62017916.702 176189078.554 -.030 -.352 .025 .937 1.067 INST -1181009785.716 582642076.399 .179 2.027 .045 .900 1.111 a. Dependent Variable: DA
Berdasarkan tabel 4.5 Uji Multikolinearitas dapat dilihat bahwa
VIF masing-masing variabel > 1,00. Konvergensi IFRS (IFRS) 1,043 >
1,00; Kepemilikan Manajerial (OWNSP) 1,067 > 1,00 dan Kepemilikan
Institusional (INST) 1,111 > 1,00. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
(59)
d. Uji Heterokedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah terjadi
ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan
yang lain dalam model regresi. Jika nilai probabilitas signifikan > 0.05,
maka model regresi tidak mengandung heteroskedastisitas. Hasil uji
heterokedastisitas pada penelitian ini ditunjukkan pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6
Uji Heterokedastisitas
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta
Toler ance VIF
1 864030956194.214 170305267705.338 5.073 .000
IFRS -71816116302.021 138528125625.300 -.044 -.518 .605 .959 1.043 OWNSP -127770709.279 100480733.597 -.110 -1.272 .206 .937 1.067 INST 474644399.823 332281113.799 .126 1.428 .155 .900 1.111 a. Dependent Variable: ABSRES
Berdasarkan tabel 4.6 Uji Heterokedastisitas masing- masing
variabel independen tampak hasil signifikansi > 0,05. Konvergensi IFRS
(IFRS) sebesar 0,605 > 0,05; Kepemilikan Manajerial (OWNSP) sebesar
0,206 > 0,05 dan Kepemilikan Institusional (INST) sebesar 0,155 > 0,05.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa model penelitian ini tidak
(60)
C. Hasil Penelitian (Uji Hipotesis) 1. Analisis Regresi Linear Berganda
Analisis regresi berganda digunakan untuk menguji pengaruh
variabel independen yaitu Konvergensi IFRS, Kepemilikan Manajerial,
Kepemiilikan Insitusional terhadap variabel dependen yaitu Manajemen
Laba. Hasil uji hipotesis pada penelitian ini ditunjukkan pada Tabel 4.7.
Tabel 4.7
Analisis Regresi Linear Berganda
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta
Toler ance VIF
1 1090102787274.901 298623697456.213 3.650 .000
IFRS 34815569105.808 242903708342.600 .012 .143 .886 .959 1.043 OWNSP -62017916.702 176189078.554 -.030 -.352 .025 .937 1.067 INST -1181009785.716 582642076.399 .179 2.027 .045 .900 1.111 a. Dependent Variable: DA
Berdasarkan data pada tabel 4.7 maka diperoleh rumus persamaan
regresi linear berganda sebagai berikut:
DAit = α0 + α1 IFRSit + α2 OWNSPit + α3 INSTit + εit
DAit = 1090102787274,901 + 34815569105,808 IFRSit – 62017916,702 OWNSPit -1181009785,716INSTit + εit
Dari hasil tabel diatas dapat diketahui bahwa variabel konvergensi
IFRS tidak memiliki pengaruh terhadap manajemen laba, sedangkan
variabel kepemilikan manajerial dan variabel kepemilikan institusional
(61)
2. Uji Hipotesis
a. Koefisien Determinan
Uji koefisien determinasi bertujuan untuk menguji kemampuan
variabel independen dalam menjelaskan variasi perubahan variabel
dependen. Jika koefisien determinasi dilihat dari nilai Adjusted R square,
apabila besarnya sama dengan nol, maka variabel independen tidak
berpengaruh terhadap variabel dependen. Jika besarnya koefisien
determinasi mendekati angka 1, maka variabel independen berpengaruh
sempurna terhadap variabel dependen.
Tabel 4.8
Uji Koefisien Determinan
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1 .192a .037 .016 1043722201127.126 1.897
a. Predictors: (Constant), INST, IFRS, OWNSP b. Dependent Variable: DA
Berdasarkan uji koefisen determinasi pada tabel 4.8 menunjukkan
bahwa nilai Adjusted R square sebasar 0,016 atau 1,6%. Hasil ini
menunjukkan bahwa variabel independen dalam penelitian ini yang terdiri
dari konvergensi IFRS, kepemilikan manajerial dan kepemilikan
institusional mampu menjelaskan 1,6% variabel dependen manajemen
laba. Sedangkan 98,4% dijelaskan oleh variabel selain dalam penelitian
(62)
b. Uji Signifikansi Parsial (Uji t)
Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing
variabel independen secara parsial, dalam penelitian ini ditunjukkan
dalam model penelitian. Kriteria uji t ini adalah jika nilai sig. < 0,05 dan
searah dengan hipotesis maka hipotesis diterima. Jika nilai sig. > 0,05 dan
tidak searah dengan hipotesis maka hipotesis ditolak. Hasil uji t
ditunjukkan dalam Tabel 4.9.
Tabel 4.9
Uji Signifikasi Parsial (Uji t)
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
T Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta
Toler ance VIF
1 1090102787274.901 298623697456.213 3.650 .000
IFRS 34815569105.808 242903708342.600 .012 .143 .886 .959 1.043 OWNSP -62017916.702 176189078.554 -.030 -.352 .025 .937 1.067 INST -1181009785.716 582642076.399 .179 2.027 .045 .900 1.111 a. Dependent Variable: DA
Hasil pengujian hipotesis satu sampai dengan tiga dijelaskan sebagai berikut:
1) Pengujian Hipotesis Pertama (H1)
Hasil uji t pada Tabel 4.9 tampak bahwa variabel konvergensi
IFRS (IFRS) mempunyai nilai signifikansi sebesar 0,886 > 0,05 dan arah
koefisien regresi positif yaitu sebesar 34815569105.808 yang berarti
bahwa variabel konvergensi IFRS (IFRS) tidak berpengaruh tehadap
(63)
menyatakan bahwa konvergensi IFRS berpengaruh negatif terhadap
manajemen laba ditolak.
2) Pengujian Hipotesis Kedua (H2)
Hasil uji t pada Tabel 4.9 tampak bahwa variabel kepemilikan
manajerial (OWNSP) mempunyai nilai signifikansi sebesar 0,025 < 0,05
dan arah koefisien regresi negatif yaitu sebesar -62017916.702 yang
berarti bahwa variabel kepemilikan manajerial (OWNSP) berpengaruh
negatif signifikan terhadap manajemen laba. Dengan demikian, hipotesis
kedua (H2) yang menyatakan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh
negatif signifikan terhadap manajemen laba diterima.
3) Pengujian Hipotesis Ketiga (H3)
Hasil uji t pada Tabel 4.9 tampak bahwa variabel kepemilikan
institusional (INST) mempunyai nilai signifikansi sebesar 0,045 < 0,05
dan arah koefisien regresi negatif yaitu sebesar -1181009785.716 yang
berarti bahwa variabel kepemilkan institusional berpengaruh negatif
signifikan tehadap manajemen laba. Dengan demikian, hipotesis ketiga
(H3) yang menyatakan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh
(64)
D. Pembahasan (Interpretasi)
1. Pengaruh Konvergensi IFRS terhadap Manajemen Laba
Konvergensi IFRS merupakan gabungan standar, interpretasi serta
kerangka kerja dalam rangka penyusunan dan penyajian laporan keuangan
yang diadopsi dari IFRS kemudian digunakan dan diarahkan dalam satu
titik tujuan. Semakin tinggi tingkat penggunaan standar pelaporan
keuangan berbasis IFRS oleh perusahaan maka semakin kecil peluang
pihak manajemen untuk memanipulasi laporan sehingga tindakan
manajemen laba semakin menurun.
Berdasarkan Tabel 4.9 pada uji t tampak bahwa konvergensi IFRS
tidak berpengaruh terhadap manajemen laba dengan nilai sig. 0.886 > 0,05
dan arah koefisien regresi positif yaitu sebesar 34815569105.808 yang
berarti bahwa hipotesis pertama ditolak. Hasil ini sejalan dengan penelitian
Rudra (2011) dan Santy dkk (2012) yang menyatakan bahwa tidak ada
pengaruh manajemen laba sebelum dan sesudah mengadopsi IFRS.
Begitupula dengan Handayani (2014) dan Pratiwi (2016) yang menyatakan
hal serupa.
Tidak berpengaruhnya variabel konvergensi IFRS pada penelitian
ini disebabkan karena perbedaan karakteristik suatu perusahaan ataupun
negara secara umum dapat memengaruhi adopsi IFRS. Adanya perbedaan
kondisi bentuk perusahaan, bentuk negara, sistem penegakkan hukum,
kondisi ekonomi dan perkembangan pasar dapat menghambat proses
(65)
2. Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Manajemen Laba
Kepemilikan manajerial adalah pemegang saham dari pihak
manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan
perusahaan. Berdasarkan Tabel 4.9 pada uji t tampak bahwa kepemilikan
manajerial pada sampel perusahaan manufaktur berpengaruh terhadap
manajemen laba dengan nilai sig. 0,025 < 0,05 dan arah koefisien regresi
negatif yaitu sebesar -62017916.702 yang berarti bahwa hipotesis kedua
diterima. Hal ini sejalan dengan penelitian Midiastuty dan Mahfoedz
(2003); Ujiyantho dan Pramuka (2007); Nuryaman (2008); Susilo (2010);
dan Mahariana (2014) yang membuktikan bahwa kepemilikan manajerial
berpengaruh negatif signifikan terhadap manajemen laba.
Penelitian ini menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial pada
perusahaan manufaktur merupakan salah satu mekanisme untuk mencegah
manajemen laba dikarenakan adanya kepemilikan saham oleh pihak
manajemen akan menimbulkan suatu pengawasan terhadap
kebijakan-kebijakan yang diambil oleh manajemen perusahaan. Kepemilikan
manajerial akan mensejajarkan kepentingan manajemen dengan pemegang
saham sehingga manajer ikut merasakan secara langsung manfaat dari
keputusan yang diambil serta ikut menanggung kerugian sebagai
konsekuensi dari pengambilan keputusan yang salah. Semakin besar
(66)
berusaha lebih giat untuk kepentingannya sendiri selaku pemegang saham
perusahaan, sehingga dapat meminimalisir tindakan manajemen laba.
1. Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Manajemen Laba
Kepemilikan institusional merupakan adanya kepemilikan saham
perusahaan yang dimiliki oleh pihak pemerintah, institusi atau lembaga
lainnya dan memiliki kemampuan untuk mengendalikan pihak manajemen
melalui proses monitoring secara efektif sehingga dapat mengurangi
manajemen laba. Berdasarkan tabel 4.9 pada uji t tampak bahwa
kepemilikan institusional berpengaruh negatif signifikan terhadap
manajemen laba dengan nilai sig. 0,045 < 0,05 dan arah koefisien regresi
negatif yaitu sebesar -1181009785.716 yang berarti bahwa hipotesis ketiga
diterima. Hasil ini sejalan dengan penelitian Midiastuty dan Mahfoedz
(2003); Veronica Utama (2005); Boediono (2005); Ujiyantho dan Pramuka
(2007); Tarjo (2008) serta Putri Yuyetta (2013) yang menyatakan bahwa
kepemilikan institusional berpengaruh negatif signifikan terhadap
manajemen laba.
Penelitian ini menunjukkan bahwa kepemilikan institusional pada
perusahaan manufaktur merupakan salah satu mekanisme untuk mencegah
manajemen laba dikarenakan investor institusional sering disebut sebagai
investor yang canggih (sophisticated) yang dapat menggunakan informasi
periode sekarang dalam memprediksi laba masa depan dibandingkan
(67)
memiliki arti penting dalam memonitor manajemen sehingga akan
mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal. Semakin besar
kepemilikan institusional yang dimiliki oleh sebuah perusahaan maka akan
mengahasilkan upaya yang lebih intensif dalam memonitoring kinerja
pihak manajemen dan membatasi perilaku pihak manajemen sehingga
dapat menekan kecenderungan manajemen untuk memanfaatkan
discretionary accruals dalam laporan keuangan. Dengan demikian
(68)
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh
konvergensi IFRS, kepemilkan manajerial, dan kepemilikan institusional
terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia pada tahun 2012 sampai dengan 2014 dengan bahan
observasi laporan keuangan perusahaan manufaktur. Berdasarkan analisis
dan pengujian data dalam penelitian ini, dapat ditarik kesimpulan yaitu
sebagai berikut:
1. Konvergensi IFRS tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.
2. Kepemilikan manajerial berpengaruh negatif signifikan terhadap
manajemen laba.
3. Kepemilikan institusional berpengaruh negatif signifikan terhadap
manajemen laba.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini terdapat beberapa saran untuk peneliti
selanjutnya yaitu sebagai berikut:
1. Menambahkan periode penelitian dikarenakan penelitian ini hanya
(69)
digunakan untuk menguji manajemen laba lebih bisa dirasakan dalam
jangka panjang.
2. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat menambah variabel
penelitian. Masih banyak faktor-faktor lain yang dapat memengaruhi
manajemen laba.
3. Bagi peneliti selanjutnya disarankan mengambil sampel yang lebih luas
misalnya dari semua sektor perusahaan yang terdaftar di BEI bukan
hanya dari sektor perusahaan manufaktur saja agar dapat dijadikan
acuan untuk melakukan generalisasi pada semua jenis perusahaan.
C. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan beberapa keterbatasan penelitian yang
dapat berpengaruh terhadap hasil penelitian. Adapun keterbatasan dan
kelemahan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Periode penelitian ini hanya dilakukan selama tiga tahun yaitu selama
tahun 2012-2014 sehingga dirasa jangka waktu penelitian terlalu
pendek.
2. Penelitian ini hanya terbatas pada satu jenis perusahaan yaitu
perusahaan manufaktur, sehingga hasilnya tidak dapat dijadikan acuan
untuk melakukan generalisasi pada semua jenis perusahaan.
3. Pengukuran variabel manajemen laba dalam penelitian ini hanya diukur
(1)
https://bungrandhy.wordpress.com/2013/01/12/teori-keagenan-agency-theory/ diakses tanggal 13 November 2016 pukul 14.39
Iranto, Pramudya. 2014. “Pengaruh Konvergensi International Financial
Reporting Standard(IFRS) Terhadap Manajemen Laba Akrual Dan Riil.”
Diss. Fakultas Ekonomika dan Bisnis(2014).
Lippens, M. 2010. The Mandatory Introduction of IFRS as a Single Accounting Standard in the European Union and the Effect on Earnings Management.
InBook, 81-103.
Mahariana dan Ramantha. 2014. “Pengaruh Kepemilikan Manajerial dan
Kepemilikan Institusional Pada Manajemen Laba Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia.” E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 7.2 (2014).
Melyana, Lisa, dan Abdul Rohman. 2015. “Analisis Pengaruh Konvergensi International Financial Reporting Standart (IFRS) Terhadap Earnings Management.” Diss. Fakultas Ekonomika dan Bisnis, 2015.
Midiastuty, Pratana Puspa, dan Machfoedz, Mas’ud. “Analisis Hubungan Mekanisme Corporate Governance dan Indikasi Manajemen Laba.”
Prosiding Simposium Nasional Akuntansi VI (2003): 176-186.
Mudjiono. 2010. “Pengaruh Tindakan Perataan Laba Terhadap Reaksi Pasar Dengan Kualitas Auditor dan Kepemilikan Manajerial Sebagai Variabel Moderasi.” Eksplanasi, Vol 5, No.2 edisi Oktober 2010.
Mukas, Tommy Hidayat, dan Marsono. 2014. “Pengaruh Kualitas Auditor, Kepemilikan Manajerial Dan Konvergensi IFRS Terhadap Manajemen Laba.” Diss. Fakultas Ekonomika dan Bisnis, 2014.
Narendra, Abhiyoga. 2013. “Pengaruh Pengadopsian International Financial Reporting Standards (IFRS) Terhadap Manajemen Laba.” Diponegoro Journal of Accounting Vol.2, No.4, Hal1-10.
(2)
Pradipta, Arya. 2011. “Analisis Pengaruh dari Mekanisme Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba.” Jurnal Bisnis dan Akuntansi 13.2 (2011): 93-106.
Pratiwi, Anggun Putri. 2016. “Pengaruh Adopsi IFRS Terhadap Manajemen Laba Di Indonesia.” Prosiding Seminar Nasional INDOCOMPAC. 2016.
Putri, dan Yuyetta. 2013. “Pengaruh Struktur Kepemilikan Dan Kualitas Audit Terhadap Manajemen Laba.” Diponegoro Journal Of Accounting, Vol 2, No. 3, 2013.
Santy, Prima., Tawakkal, dan Pontoh, Grace. 2012. “Pengaruh Adopsi IFRS Terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia.” Jurnal Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Hasanudin
(2012).
Sellami, Mouna, dan Fakhfakh, Hamadi. 2013. “Effect of the mandatory adoption of IFRS on real and accruals-based earnings management: Empirical evidence from France.” International Journal of Accounting and Economics Studies, Vol.2, No.1.
Senjani, Yayu Putri, dan Slamet Sugiri. 2012. “Manajemen Laba Berbasis Akrual dan Riil Sebelum dan Setelah Adopsi IFRS.” Diss. Universitas Gadjah Mada, 2012.
Siregar, Sylvia Veronica, danUtama, Siddharta. 2005. “Pengaruh struktur kepemilikan, ukuran perusahaan, dan praktek corporate governance terhadap pengelolaan laba (earnings management).” Prosiding Simposium Nasional Akuntansi VIII (2005): 480-496.
Sulistyanto, Sri. Manajemen Laba (Teori & Model Empiris). Grasindo, Jakarta, 2008.
Susilo, Budi. 2010. “Pengaruh kepemilikan manajerial, proporsi Dewan
Komisaris Independen, jumlah Komite Audit, dan keahlian Komite Audit terhadap manajemen laba.” SKRIPSI Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (2010).
(3)
Tarjo. 2008. “Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan Institusional dan Leverage Terhadap Manajemen Laba, Nilai Pemegang Saham serta Cost of Equity Capital.” Prosiding Simposium Nasional Akuntansi XI.
Ujiyantho, M. Arief, danPramuka, Bambang Agus. “Mekanisme Corporate Governance, Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan.” Prosiding Simposium Nasional Akuntansi X (2007): 26-28.
(4)
Lampiran 3
Hasil Output SPSS
Hasil Uji Analisis Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
DEP 141 -126063195487196 14882245393680 425572363030,9642 10783307083994,129 IFRS
141 0 1 .85 .363
OWNSP
141 ,0250 ,9820 ,708935 ,1712188
INST 141 ,0180 ,5850 ,279702 ,1611578
Valid N
(listwise) 141
Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 141
Normal Parametersa,b Mean -.0001853
Std. Deviation 1032478905139. 79750000 Most Extreme Differences Absolute .070
Positive .070
Negative -.036
Test Statistic .070
Asymp. Sig. (2-tailed) .087c
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
(5)
Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate Durbin -Watso n 1
.192a .037 .016 1043722201127.
126 1.897 a. Predictors: (Constant), INST, IFRS, OWNSP
b. Dependent Variable: EM
Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardi zed Coefficie nts
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta
Toler
ance VIF 1 1090102787274.901 298623697456.213 3.650 .000
IFRS 34815569105.808 242903708342.600 .012 .143 .886 .959 1.043 OWNSP -62017916.702 176189078.554 -.030 -.352 .025 .937 1.067 INST -1181009785.716 582642076.399 .179 2.027 .045 .900 1.111 a. Dependent Variable: DA
Hasil Uji Heterokedastisitas
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearit y Statistics
B Std. Error Beta
Tol eran
ce VIF
1 864030956194.214 170305267705.338 5.073 .000
IFRS -71816116302.021 138528125625.300 -.044 -.518 .605 .959 1.043 OWNSP -127770709.279 100480733.597 -.110 -1.272 .206 .937 1.067 INST 474644399.823 332281113.799 .126 1.428 .155 .900 1.111 a. Dependent Variable: ABSRES
(6)
Hasil Uji Analisis Regresi Linear Berganda
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standa rdized Coeffi cients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta
Toler
ance VIF 1 1090102787274.901 298623697456.213 3.650 .000
IFRS 34815569105.808 242903708342.600 .012 .143 .886 .959 1.043 OWNSP -62017916.702 176189078.554 -.030 -.352 .025 .937 1.067 INST -1181009785.716 582642076.399 .179 2.027 .045 .900 1.111 a. Dependent Variable: DA
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1 .192a .037 .016 1043722201127.126 1.897
a. Predictors: (Constant), INST, IFRS, OWNSP b. Dependent Variable: DA
Hasil Uji t
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
T Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 1090102787274.901 298623697456.213 3.650 .000
IFRS 34815569105.808 242903708342.600 .012 .143 .886 .959 1.043
OWNSP -62017916.702 176189078.554 -.030 -.352 .025 .937 1.067
INST -1181009785.716 582642076.399 .179 2.027 .045 .900 1.111