berita. Dan berita bukan produk individual, melainkan juga bagian dari proses organisasi dan interaksi wartawan di dalam suatu media.
f. Etika, pilihan moral dan keberpihakan wartawn adlah bagian integral dalam produksi
berita. Aspek etika, moral dan nilai-nilai tertentu tidak dapat dihilangkan dalam pemeritaan media. Wartawan bukan robot yang meliput apa adanya, apa yang dilihat
tanpa interpretasi apapun. Etika dan moral dalam banyak hal dapat berarti keberpihakan pada satu kelompok atau nilai tertentu yang merupakan integral dan
tidak terpisahkan dalam membentuk dan mengkostruksi realitas sosial.
II.4 Ideologi
Secara etimologis, ideologi berasal dari bahasa Greek, terdiri dari kata idea dan logia. Idea berasal dari kata idein yang berarti melihat. Idea dalam Webster’s News Colligiate
Dictionary berarti sesuatu yang ada dalam pikiran sebagai hasil perumusan suatu pemikiran atau rencana. Sedangkan logis, berasal dri kata logos yang berarti world. Kata ini berasal dari
kata legein yang berarti to speak berbicara. Selanjutnya kata logia berarti science pengetahuan atau teori Sobur,2004:64.
Ideologi dapat diartikan sebagai kerangka berpikir atau kerangka referensi tertentu yang dipakai oleh individu untuk melihat realitas dan bagaimana mereka
menghadapinya. Ideologi ini abstrak dan berhubungan denga konsepsi atau posisi seseorang dalam menafsirkan realitas. Dalam konsespsi Marx, ideologi adalah bentuk kesadaran palsu.
Kesadaran seseorang, siapa mereka, dan bagaimana mereka menghubungkan dirinya dengan masyarakat dibentuk dan diproduksi oleh masyarakat, tidak oleh ideologi yang alamiah.
Kesadaran kita tentang realitas sosial ditentukan oleh masyarakat, tidak oleh psikologi individu.
Universitas Sumatera Utara
Media berperan mendefenisikan bagaimana realitas seharusnya dipahami, bagaimana realitas itu dijelaskan dengan cara tertentu kepada khalayak. Pendefinisian tersebut bukan
hanya peristiwa, melainkan juga aktor-aktor sosial. Diantara dari berbagai fungsi media dalam mendefenisikan realitas,fungsi utama dalam ideologi adalah media sebagai mekanisme
integrasi sosial. Media disini berfungsi menjaga nilai-nilai kelompok, dan mengontrol bagaimana nilai-nilai kelompok itu dijalankan.
II.5 Hegemoni Istilah hegemoni berasal dari bahasa Yunani hegeishtai to lead. Antonio Gramsci
1971 membangun suatu teori yang menekankan bagaimana penerimaan kelompok yang
didominasi terhadap kelompok dominan berlangsung dalam suatu proses yang damai, tanpa tindakan kekerasan, sehingga ide-ide yang didiktekan oleh kelompok dominan terhadap
kelompok yang didominasi diterima sebagai sesuatu yang wajar. Nilai dan ideologi hegemoni ini diperjuangkan dan dipertahankan oleh pihak dominan, sehingga pihak yang didominasi
tetap diam dan taat terhadap kepemimpinan kelompok penguasa. Media dapat menjadi sarana dimana satu kelompok mengukuhkan posisinya dan merendahkan kelompok lain.ini bukan
berarti media adalah kekuatan jahat yang dengan senjaga merendahkan masyarakat bawah.
Proses bagaimana wacana mengenai gambaran masyarakat bawah bisa buruk di media.
Dalam produksi berita, proses itu terjadi melalui cara yang halus, sehingga apa yang terjadi dan diberitakan oleh media tampak sebagai suatu kebenaran, logis, bernalar awan
common sense dan semua orang berpikir itu bukanlah suatu hal yang patut dipertanyakan. Singkatnya, hegemoni dapat dikatakan sebagai reproduksi ketaatan, kesamaan pandangan,
dengan cara yang lunak. Lewat media massalah hegemoni dilakukan. Media secara perlahan- lahan memperkenalkan, membentuk, dan menanamkan pandangan tertentu kepada khalayak.
Common sense yang berhubungan dengan praktik kerja jurnalistik, diantaranya adalah kecenderungan untuk menempatkan unsur dramatisasi dalam pemberitaan. Hal ini
Universitas Sumatera Utara
berhubungan dengan kebiasaaan wartawan yang lebih mengedepankan apa yang menarik untuk diberitakan kepada publik. Jika idea atau gagasan dari kelompok dominan diterima
sebagai sesuatu yang common sense, kemudian ideologi itu diterima baik melalui praktik kerja, maka hegemoni telah terjadi.
Hegemoni bergerak pada level makna bersama common sense dalam asumsi-asumsi yang dibuat mengenai kehidupan sosial dan pada wilayah yang diterima sebagai sesuatu yang
“natural” atau “demikian adanya”. Common sense merupakan cara mendeskripsikan segala sesuatu yang “setiap orang tahu”, atau paling tidak “harus tahu”. Gramsci mengingatkan
bahwa cara paling efektif dalam menguasai ruling adalah melalui pembentukan asumsi- asumsi common sense.
Asumsi common sense merupakan konstruksi sosial. Asumsi ini memberi implikasi pada pengertian tertentu mengenai dunia sosial. Asumsi common sense adalah ungkapan
yang, misalnya, menyatakan bahwa “posisi moderat lebih baik daripada posisi ekstrim”, atau “perempuan lebih pantas menjadi pengasuh dibanding laki-laki”, dan contoh-contoh lain
yang sejenis. Ketika orang mengadopsi asumsi common sense, mereka juga akan menerima seperangkat keyakinan tertentu atau ideologi mengenai hubungan sosial. Gramsci melihat
hegemoni sebagai pertarungan yang terjadi setiap hari mengenai konsep-konsep akan realitas. Penguasa, yakni mereka yang memelihara kekuasaan dengan mendefinisikan asumsi-asumsi,
bekerja memberikan stabilitas dan legitimasi dan menggabungkan kekuatan potensial oposan ke dalam basis kerangka kerja ideologi.
Hegemoni adalah proses pembentukan memori kolektif, yaitu pemikiran masyarakat akan suatu hal. Dari bentuk prosesnya sendiri, terdapat dua macam jenis hegemoni.
Hegemoni jenis pertama adalah apa yang disebut dengan everyday resistance, di mana pihak yang berkuasa akan mencoba membendung laju pemikiran lain selain konsep yang mereka
punya. Ini jelas terlihat pada masa pemerintahan Soeharto. Hal tersebut jugalah yang menjadikan sastra koran berusaha memperkuat sensornya. Bagaimanapun, media masih
Universitas Sumatera Utara
merupakan alat paling jitu untuk menyampaikan satu pemikiran kepada masyarakat. Sedang hegemoni jenis kedua, adalah hegemoni pada sistem masyarakat yang terbuka tanpa satu
produsen, di mana pemikiran-pemikiran yang timbul dalam masyarakat mendapatkan ruang yang bebas untuk diapresiasikan, serta terbuka untuk menjadi bahan diskusi masyarakat
umum.
II.6 Analisis Framing