Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tebu (Saccharum officinarum) Terhadap Penyakit Pokahbung (Fusarium moniliforme) di Rumah Kaca

(1)

Lampiran 1. Bagan Penelitian 50 cm

50 cm

V3 (II) V2 (I) V7 (III)

V6 (I) V8 (III) V3 (III)

V6 (II) V8 (I) V9 (I)

V5 (III) V4 (III) V2 (II)

V10 (I) V3 (I) V1 (III)

V4 (I) V5 (II) V8 (II)

V1 (I) V10 (II) V10 (III)

V1 (II) V7 (II) V9 (III)

V2 (III) V6 (III) V7 (I)


(2)

Lampiran 2. Deskripsi Varietas Tebu PS 85-1

Deskripsi Tebu Varietas PS 85-1 SK Pelepasan

Nomor : 685/Kpts-IX/98 Tanggal : 9 Oktober 1998

Asal Persilangan : Antara PS 57 x B 37173 pada tahun 1985 dari nomor seleksi PS 85-21460

Sifat Botanis 1. Batang

• Ruas-ruas tersusun agak berbiku, berbentuk konis dengan penampang melintang agak pipih sampai bulat

• Warna ruas hijau kekuningan

• Lapisan lilin tebal mempengaruhi warna ruas

• Noda gabus, retak gabus dan retakan tumbuh tidak ada

• Alur mata tidak ada

• Buku ruas berbentuk silindris, mata akar terdiri dari 2 sampai 3 baris, baris paling atas tidak melewati puncak mata

• Teras massif 2. Daun

• Helai daun berwarna hijau kekuningan, ukuran lebar daun sempit, ujung melengkung kurang dari setengah panjang helai daun

• Pada pelepah terdapat telinga dengan pertumbuhan sedang dan kedudukan tegak

• Rambut pelepah lebat, condong, panjang 2-3 mm

• Membentuk jalur lebar tidak mencapai ujung pelepah daun 3. Mata

• Terletak pada bekas pangkal pelepah daun

• Berbentuk bulat dengan bagian terlebar pada tengahmata

• Pusat tumbuh terletak diatas tengah mata

• Tepi sayap mata rata, pangkal sayap di atas tengah tepi mata

• Rambut tepi basal dan rambut jambul tidak ada Sifat-sifat agronomis

1. Pertumbuhan

• Perkecambahan sedang

• Tidak berbunga-berbunga sporadis

• Diameter batang sedang

2. Potensi produksi di ekolokasi unggulan Lahan sawah

• Hasil tebu 1050±465 ku/ha


(3)

• Hasil hablur 86,4±27,2 ku/ha Lahan tegalan

• Hasil tebu 739±280 ku/ha

• Rendemen 10,74±1,35%

• Hasil hablur 76,8±22,3 ku/ha Pola Keprasan

• Hasil tebu 760±430 ku/ha

• Rendemen 11,10±2,20%

• Hasil hablur 78,1±29,3 ku/ha Ketahanan terhadap hama penyakit

1. Hama : toleran terhadap serangan alami penggerek pucuk dan penggerek batang

2. Penyakit : tahan terhadap mosaic dan blendok, peka terhadap pokahbung

Keterangan

• Cocok untuk lahan tegalan dan dapat diusahakan di lahan sawah

• Tahan kepras

• Sesuai untuk tanah alluvial beriklim D3 di wilayah takalar, comal, sragi, dan Sumberharjo


(4)

Lampiran 3. Deskripsi Varietas Tebu PS 86-2

DESKRIPSI TEBU VARIETAS PS 862 SK Pelepasan

Nomor : 685.b/Kpts-IX/1998 Tanggal : 9 Oktober 1998 Asal persilangan

Persilangan F162 polycross pada tahun 1986 dari nomor seleksi PS 86 - 8504 Sifat-sifat botanis

1. Batang

• Ruas-ruas tersusun lurus agak berbiku, berbentuk konis sampai kumparan dengan penampang melintang bulat.

• Warna ruas hijau kekuningan

• Lapisan lilin sedang mempengaruhi warna ruas

• Noda gabus, retak gabus dan retakan tumbuh tidak ada • Alur mata sempit, dangkal, tidak mencapai tengah ruas

• Buku ruas berbentuk konis terbalik, mata akar terdiri dari 2 - 3 baris, baris paling atas tidak melewati puncak mata

• Teras berlobang agak besar 2. Daun

• Helai daun berwarna hijau, ukuran lebar daun sedang, ujung melengkung kurang dari setengah panjang helai daun

• Pada pelepah terdapat telinga dengan pertumbuhan kuat dan kedudukan tegak • Rambut pelepah lebat, condong, panjang 2-3 mm, membentuk jalur sempit tidak mencapai ujung pelepah daun

3. Mata

• Terletak pada bekas pangkal pelepah daun

• Berbentuk bulat dengan bagian terlebar pada tengah mata • Pusat tumbuh terletak di atas tengah mata

• Tepi sayap mata rata, pangkal sayap di atas tengah tepi mata • Rambut tepi basal dan rambut jambul tidak ada

Sifat-sifat agronomis 1. Pertumbuhan

• Perkecambahan sedang • Berbunga sedang • Diameter batang besar • Kerapatan batang sedang

2. Potensi produksi di ekolokasi unggulan Lahan Sawah

• Hasil tebu 993 ± 370 ku/ha • Rendemen 9,45 ± 1,51% • Hasil hablur 91,0 ± 29,1 ku/ha


(5)

Lahan tegalan

• Hasil tebu 883± 175ku/ha • Rendemen 10,87 ± 1,21 % • Hasil hablur 97,4 ± 2,04 ku/ha Pola Keprasan

• Hasil tebu 928 ± 75 ku/ha • Rendemen 10,80 ± 0,50 % • Hasil hablur 103,0 ± 10,2ku/ha

3. Ketahanan terhadap hama penyakit

Hama : toleran terhadap serangan alami penggerek pucuk dan penggerek batang

Penyakit : tahan terhadap mosaik dan blendok, peka terhadap pokahboeng Perilaku varietas

PS 862 sebelumnya dikenal dengan nama seri PS 86-8504 merupakan keturunan dari induk F 162 (polycross) yang dilepas Menteri Pertanian tahun 1998. PS 862 mempunyai perkecambahan baik dengan sifat pertumbuhan awal dan pembentukan tunas yang serempak, berbatang tegak, diameter besar, lubang kecil-sedang, berbunga jarang, umur kemasakan awal tengah dengan KDT terbatas, kadar sabut sekitar 12%. Mudahnya daun tua diklentek dengan tanaman tegak dan serempak memberikan tingkat potensi rendemen tinggi. Kondisi tanah subur dengan kecukupan air sangat membantu pertumbuhan pemanjangan batang yang normal. Pada kondisi kekeringan atau drainasinya terganggu akan terjadi pemendekan ruas batang.

Perkecambahan mata tunas sangat mudah dan cepat tumbuh serempak. Respon terhadap pupuk N yang sangat tinggi mempunyai pengaruh bahwa apabila kekurangan N akan mudah berbunga. Oleh karena ini dosis N yang memadai dengan aplikasi yang tepat waktu sangat diinginkan oleh varietas ini. Varietas Ps 862 cocok dikembangkan pada tanah ringan sampai geluhan (Regosol, Mediteran, Alluvial). Anakan agak kurang dan sulit membentuk sogolan, oleh karena itu jumlah bibit pada saat tanam agak lebih rapat. Varietas ini memerlukan pengairan yang cukup dan masa tanam awal. Rendemen potensialnya sangat tinggi (12 %) pada awal giling (Mei-Juni), tetapi daya tahan rendemen relatif pendek.

Pertumbuhan tegak, mudah klentek daun dan tebu tidak terlalu tinggi. Keterangan

• Cocok untuk lahan tegalan dan dapat diusahakan di lahan sawah • Tahan dikepras

• Sesuai untuk tanah aluvial beriklim C2 di wilayah Jatiroto dan di D3 di wilayah Camming, tanah mediteran beriklim D2 di wilayah

Takalar, Comal, Sragi dan Sumberharjo


(6)

DESKRIPSI TEBU KLON GTO 1 DENGAN NAMA TOLANGHULA 1 (TLH 1) Lampiran : Keputusan Menteri Pertanian

Nomor : 3678/Kpts/SR.120/11/2010 Tanggal : 12 Nopember 2010

Tentang : Pelepasan Tebu Klon GTO 1 dengan Tolanghula 1 (TLH 1) Asal Usul : Dari Kendari (Mr. Huang Chung Wu) dengan kode klon CW

2161 Sifat Morfologi

1. Batang

Bentuk Ruas : susunan antararuas lurus dengan penampang melintang bulat, bentuk silindris

Warna batang : Kuning kehijauan Lapisan lilin : Tebal

Retakan tumbuh : tidak ada

Cincin tumbuh : melingkar datar pada puncak mata Teras dan lubang : tidak ada

Bentuk buku ruas : lurus Alur mata : tidak ada 2. Daun

Warna daun : hijau tua Ukuran lebar daun : lebar Lengkung daun : tegak

Telinga daun : ada, kuat, dan kedudukan tegak Bulu bidang punggung : ada, lebat, lebar sampai pelepah Sifat lepas pelepah : sedang

3. Mata

Letak mata : pada bekas pangkal pelepah daun Bentuk mata : bulat

Sayap mata : tidak ada Rambut tepi basal : tidak ada Rambut jambul : tidak ada

Pusat/titik tumbuh : di atas tengah mata Sifat Agronomis

Perkecambahan : Sedang Awal pertunasan : sedang Kerapatan batang : sedang Diameter batang : besar

Pembungaan : tidak sampai sporadis Kemasakan : Awal-tengah

Daya kepras : baik Potensi produksi


(7)

Hasil tebu (ku/ha) : 800-1350 Rendemen (%) : 8,59-10,24 Hablur gula : 68,7-131,8 Ketahanan Hama dan penyakit

Penggerek pucuk : agak tahan Penggerek batang : tahan Noda merah : agak rentan Noda kuning : agak toleran Karat daun : agak toleran Blendok : agak toleran Pokkahbung : agak toleran

Leaf scorch : agak toleran

Luka api : agak toleran

Kesesuaian lokasi : cocok untuk lahan alluvial dan mediteran dengan kandungan liat rendah

Evaluator lapangan : Eka Sugiyarta, Kusmiyanto, Ardi praptono, Gatot Subroto, Suhardi Hadju, Mahmud Muhammad, dan Lusser

Pengusul : Pemerintah Provinsi Gorontalo, Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBP2TP) Surabaya, dan Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) Pasuruan Nama yang diusulkan : Tolanghula 1 (TLH 1)


(8)

Lampiran 5. Deskripsi Varietas Tebu VMC 76-16

DESKRIPSI KLON TEBU DENGAN NAMA VMC 76-16 Nomor : 3676/Kpts/SR.120/11/2010

Tanggal : 12 Nopember 2010

Tentang : Pelepasan Klon Tebu dengan Nama VMC 76-16

Asal Usul : VMC 76-16 adalah varietas introduksi dari Philippine hasil pertukaran varietas padav CFC/ISO/20 Project Tahun 2000-2005

Sifat Morfologi 1. Batang

Bentuk Ruas : Tersusun agak berbiku, bentuk silindris

Warna batang : kuning keunguan bila terlindung matahari, dan menjadi merah keunguan setelah terpapar matahari Lapisan lilin : ada dan tipis tidak mempengaruhi warna batang Alur mata : sempit tidak sampai tengah ruas

2. Daun

Warna daun : Hijau Ukuran Lebar : Sedang

Lengkung Daun : Melengkung kurang dari ½helai daun Warna segitiga : hijau keunguan

Lepas daun : agak sulit

Telinga daun : ada, sedang, dengan kedudukan serong

Bulu punggung : ada, sedikit, kurang dari ¼ lebar pelepah, helai daun kedudukan rebah

3. Mata

Letak mata : Pada pangkal pelepah daun

Bentuk mata : bulat telur, bagian terlebar pada tengah mata Sayap mata : berukuran sama lebar, dengan tepi sayap bergerigi Rambut jambul : tidak ada

Pusat/titik tumbuh : di puncak mata Sifat Agronomis

Pertumbuhan : Sedang Ketegakan batang : tegak Perkecambahan : cepat Kerapatan batang : sedang Diameter batang : sedang

Pembungaan : tidak berbunga sampai sporadis Kemasakan : awal-tengah

Kadar sabut : 15,04% Potensi produksi

Hasil tebu (ku/ha) : 1.105±182 Rendemen (%) : 10,02±0,52 Hablur (ku/ha) : 89,27±19,90 Ketahanan Hama dan Penyakit


(9)

Penggerek batang : toleran

Mosaic : tahan

Blendok : tahan Pokkahbung : tahan Luka api : tahan

Keseuaian lokasi : cocok dikembangkan pada topologi lahan sawah dan tegalan beriklim C2 dan D3 (Oldeman) dengan jenis tanah alluvial dan grumosol. Toleran terhadap gangguan drainase ≤ 3 hari genangan dan toleran terhadap kekeringan

Nama Peneliti : Eka Sugiyarta, Mirzawan PDN, Budiarto, , Harsono, Nanik Setyaningsih, Bambang HB, Nasrulloh, dan Ign. Hery Krisanto

Pengusul : PT. Perkebunan Nusantara X (Persero) di Surabaya Nama yang diusulkan : VMC 76-16


(10)

Lampiran 6. Deskripsi Varietas Tebu PS 88-2

D E S K R I P S I T E B U V A R I E T A S PS 8 8 2 SK PELEPASAN

Nomor : 1369/kpts/SR.120/10/2008 Tanggal : 8 Oktober 2008

Tentang : Pelepasan Tebu Klon PSBM 88-144

Asal persilangan : persilangan dari BU 794 polycross

Sifat-sifat morfologis 1. Batang

• Bentuk ruas : tersusun lurus, berbentuk silindris sedikit konis • Warna batang : kuning kehijauan

• Lapisan lilin : tebal mempengaruhi warna ruas • Teras dan lubang : kecil

• Alur mata : tidak ada 2. Daun

• Helai daun : hijau kekuningan

• Warna daun : segitiga daun warna coklat kekuningan • Telinga daun : ada, tinggi, kedudukan tegak

• Bulu bid. Punggung : ada lebat, kedudukan condong • Daun : agak sulit lepas

• Lebar daun : ujung melengkung kurang dari ½ helai daun 3. Mata

• Letak mata : pada pangkal pelepah daun • Bentuk mata : bulat, melebar pada tengah mata

• Sayap mata : berukuran sama lebar, dengan tepi sayap rata • Rambut jambul : tidak ada

• Pusat/titik tumbuh : di atas tengah mata • Ukuran : sedang

Sifat-sifat agronomis 1. Pertumbuhan

• Perkecambahan : sedang • Kerapatan batang : sedang • Diameter batang : sedang • Pembungaan : sporadis • Kemasakan : awal – tengah • Kadar sabut : 13,42 % 2. Potensi hasil

• Hasil tebu (ku/ha) : 949 + 182 • Rendemen (%) : 10,19 + 1,98 • Hablur gula (ku/ha) : 93,70 + 19,90 3. Ketahanan Hama dan Penyakit • Penggerek batang : toleran • Penggerek pucuk : toleran • Blendok : tahan


(11)

• Luka api : tahan • Mosaik : tahan

Kesesuaian lokasi : cocok dikembangkan pada tipologi lahan tegalan beriklim C2 (Oldeman) dengan jenis tanah Inceptisol, Vertisol dan Ultisol Nama peneliti : Eka Sugiyarta, Hermono Budhisantosa, dan Mirzawan PDN


(12)

Lampiran 7. Deskripsi Varietas Tebu PS 86-4

D E S K R I P S I T E B U V A R I E T A S PS 8 6 4 SK PELEPASAN

Nomor : 56/Kpts/SR.120/1/2004 Lampiran : 16 Januari 2004

Asal persilangan : PR 1117 Polycross pada tahun 1986 Sifat Morfologi

1. Batang

• Bentuk batang : Konis, susunan antar ruas berbiku, dengan penampang melintang agak pipih.

• Warna batang : Hijau kekuningan • Lapisan lilin : tipis

• Retakan tumbuh: ada, tetapi tiidak semua ruas

• Cincin tumbuh : Melingkar datar diatas puncak mata, dengan warna kuning kecoklatan

• Teras dan Lubang : Masif dengan penampang melintang agak pipih.

• Bentuk buku ruas : Konis terbalik, dengan 3-4 baris mata akar, baris paling atas tidak melewati puncak mata.

• Alur mata : Tidak ada 2. Daun

• Warna : Hijau kekuningan • Ukuran lebar daun : 4-6 cm

• Lengkung daun : Melengkung kurang dari ½ panjang daun • Telinga daun : Ada, pertumbuhan lemah, dengan

kedudukan serong

• Bulu bidang punggung : Sempit dan jarang, tidak mencapai puncak pelepah, kedudukan condong

• Sifat lepas pelepah : agak mudah 3. Mata

• Letak mata : pada bekas pangkal pelepah

• Bentuk mata : bulat, dengan bagian terlebar di atas tengah-tengah mata

• Sayap mata : berukuran sama lebar, dengan tepi sayap rata

• Rambut tepi basal : tidak ada • Rambut jambul : tidak ada

• Pusat tumbuh : di atas tengah mata Sifat-sifat agronomis

1. Pertumbuhan

• Perkecambahan : baik

• Kerapatan batang : rapat (> 10 per meter) • Diameter batang : sedang

• Pembungaan : sporadis, namun berbunga lebat pada kondisi kurang N


(13)

• Kemasakan : tengahan sampai lambat • Daya kepras : baik

2. Potensi produksi

• Hasil tebu (ku/ha) : 1221 ± 228 (sawah); 888 ± 230 (tegalan) • Rendemen : 8,34 ± 0,60 (sawah); 9.19 ± 0.64

(tegalan)

• Hablur gula (ku/ha) : 101,4 ± 18,5 (sawah); 82,5 ± 27,3 (tegalan)

3. Ketahanan hama dan penyakit

• Agak tahan terhadap hama penggerek pucuk

• Tahan terhadap penyakit-penyakit pokkahbung, blendok dan mosaik tahan dan agak tahan terhadap penyakit luka api

4. Kesesuaian lokasi : Cocok untuk dikembangkan ditanah-tanah aluvial bertipe iklim C2, baik dilahan sawah maupun tegalan. Pemberian pupuk N yang cukup akan menekan pembungahan dan memperlambat kemasakan.

5. Keterangan lain

• Peneliti : Mirzawan P.D.N; Eka Sugiyarta; Kabul Agus Wahyudi; Hermono Budhisantosa; Suwandi; Widi Sasongko; Mutomo Adi.


(14)

Lampiran 8. Deskripsi Varietas Tebu PSDK 923

D E S K R I P S I T E B U V A R I E T A S PS D K 9 2 3 Lampiran : Keputusan Menteri Pertanian

Nomor : 4570/Kpts/SR.120/8/2013 Tanggal : 12 Agustus 2013

Tentang : Pemutihan Tebu Klon PS 92-1871 Sebagai Varietas Unggul dengan Nama PSDK 923

Asal : Persilangan BK 280 x PS 46 pada tahun 1992 Sifat Morfologi

1. Batang

• Warna Batang : Hijau kekuningan (tidak dan terpapar sinar matahari).

• Bentuk Ruas : Silindris • Susunan Ruas : Lurus • Noda Gabus : Tidak ada

• Retak Gabus : Ada, rapat dan mencapai tengah ruas • Lapisan Lilin : Tipis (tidak mempengaruhi warna batang) • Retakan Tumbuh : Ada, tidak di semua ruas (< ¼ jumlah ruas)

• Teras dan Lubang : Masif, namun pada batang yang berdiameter besar bagian bawah masif, bagian atas lubang kecil

• Penampang Melintang : Bulat

• Alur Mata : Ada, dangkal tidak mencapai tengah ruas 2. Buku ruas

• Bentuk buku ruas : Konis

• Cincin tumbuh : Melingkar datar di atas puncak mata • Mata akar : 3 (tiga) baris, tidak melewati puncak mata 3. Daun

• Warna Daun : Hijau

• Lebar Daun (cm) : 4 – 6 cm (sedang)

• Lengkung Daun : Melengkung ½ panjang helai daun • Telinga Daun : Kuat dengan kedudukan serong

• Bulu Bidang Punggung : Ada, sempit, tidak mencapai puncak pelepah, lebat, kedudukan condong

• Bidang tepi pelepah : Tidak terdapat rambut • Lapisan Lilin Pelepah : Tebal

• Sifat Lepas Pelepah : Agak mudah

• Warna sendi segitiga daun : Hijau kekuningan 4. Mata

• Letak Mata : Di atas pangkal pelepah daun • Bentuk Mata : Bulat telur

• Bagian Terlebar : Pada tengah-tengah mata

• Tepi Sayap : Rata ukuran sama lebar dengan puncak sayap berlekuk

• Rambut Jambul : Tidak ada • Rambut tepi basal : Tidak ada


(15)

• Pusat Tumbuh : Pada tengah mata • Ukuran : Besar

Sifat agronomis 1. Pertumbuhan

• Pertumbuhan : Cepat • Perkecambahan : Sedang

• Ketegakan batang : Agak condong • Kerapatan Batang : Rapat

• Diameter Batang : Sedang-besar

• Pembungaan : Sedikit sampai sporadis • Tipe kemasakan : Tengah lambat

• Kadar Sabut (%) : 13,58

2. Potensi produksi di Ekolokasi Unggulan Tanaman Pertama (PC) • Hasil tebu (Ku/ha) : 1.248 + 152

• Rendemen (%) : 10,93 + 1,05 • Hasil hablur (Ku/ha) : 98,9 + 26,8 Tanaman Keprasan

• Hasil tebu (Ku/ha) : 1.064 + 71 • Rendemen (%) : 11,97 + 0,37 • Hasil hablur (Ku/ha): 81,1 + 9,50 Ketahanan terhadap hama dan penyakit

• Penggerek pucuk : Toleran • Penggerek batang : Tahan • Pokkahboeng : Toleran • Blendok : Tahan • Luka api : Tahan • Mosaik : Tahan Kesesuaian lokasi

• Cocok dikembangkan pada tanah grumosol dengan tipe iklim C2 Oldeman. Toleran terhadap tegalan dan gangguan drainase.


(16)

Lampiran 9. Deskripsi Varietas Tebu PS 88-1

DESKRIPSI TEBU VARIETAS PS 881 SK Pelepasan

Nomor : 1368/kpts/SR.120/10/2008 Tanggal : 8 Oktober 2008

Asal persilangan : persilangan dari BQ 33 polycross Sifat-sifat morfologis

1. Batang

฀ Bentuk ruas batang : tersusun lurus, berbentuk konis sampai silindris ฀ Warna batang : hijau kecoklatan

฀ Lapisan lilin : tebal mempengaruhi warn ruas ฀ Teras dan lubang : kecil

฀ Alur mata : tidak ada 2. Daun

฀ Warna daun : hijau kecoklatan

฀ Ukuran daun : lebar dengan helaian tegak ฀ Telinga daun : ada, tinggi, kedudukan serong ฀ Bulu bidang punggung : ada jarang, kedudukan rebah ฀ Sifat lepas pelepah : daun tua mudah lepas

3. Mata

฀ Letak mata : pada pangkal pelepah daun ฀ Bentuk mata : bulat, melebar pada tengah mata

฀ Sayap mata : berukuran sama lebar, dengan tepi sayap rata ฀ Rambut jambul : tidak ada

฀ Pusat tumbuh : di atas tengah-tengah mata ฀ Ukuran : sedang sampai besar Sifat-sifat agronomis

1. Pertumbuhan

฀ Perkecambahan : sedang ฀ Kerapatan Batang : sedang ฀ Diameter batang : sedang ฀ Pembungaan : sedang

฀ Kemasakan : awal

฀ Kadar sabut : 13,47 % 2. Potensi Hasil

฀ Hasil tebu (ku/ha) : 949 + 241 ฀ Rendemen (%) : 10,22 + 1,64 ฀ Hablur gula (ku/ha) : 95,80 + 26,30 3. Ketahanan Hama dan Penyakit

฀ Penggerek batang : toleran ฀ Penggerek pucuk : toleran

฀ Blendok : tahan

฀ Leaf scorch : tahan ฀ Luka api : toleran


(17)

4. Kesesuaian Lokasi

฀ Cocok untuk tipologi lahan tegalan beriklim C2 (Oldeman) dengan jenis tanah Inceptisol, Vertisol dan Ultisol

Perilaku Varietas

Varietas PS 881 sebelumnya dengan nama seri PSBM 88-113, merupakan keturunan hasil persilangan polycross BQ 33 pada tahun 1988. Setelah diseleksi sejak dini di wilayah Bungamayang, dan diuji adaptasi di wilayah Jawa Timur ternyata cocok dikembangkan pada lahan dengan spesifik lokasi Inceptisol, Vertisol dan Ultisol dengan tipe iklim C2 (Oldeman). Potensi rendemen yang tinggi dengan kategori kemasakan awal giling, dengan pertumbuhan cepat dengan kadar sabut sekitar 13-14%. Secara nyata kemasakan varietas PS 881 lebih cepat dari pada PS 851, dan sedikit lebih awal dari PS 862. Sebagai varietas masak awal,yang penting bahwa selama tanaman telah berumur 8 bulan atau lebih, maka pada bulan Mei-Juni harus sudah ditebang. Sifat pembungaan adalah sedang, oleh karena itu jadwal tebang terhadap varietas ini harus lebih pasti.


(18)

Lampiran 10. Deskripsi Varietas Tebu Kentung

DESKRIPSI TEBU VARIETAS KENTUNG SK Pelepasan

Nomor : 1365/kpts/SR.120/10/2008 Tanggal : 8 Oktober 2008

Asal Usul : Pertama kali ditemukan di lahan petani di Dukuh Kentung, Desa Trisulo, Kecamatan Plosoklaten, Kabupaten Kediri Jawa Timur. Sifat-sifat morfologis

1. Batang

฀ Bentuk ruas batang : Tersusun lurus, bentuk silindris ฀ Warna batang : Hijau kekuningan

฀ Lapisan lilin : Tebal dan mempengaruhi warna batang ฀ Teras dan lubang : Masif

฀ Alur mata : Tidak ada 2. Daun

฀ Warna daun : hijau muda ฀ Ukuran daun : lebar

฀ Lengkung daun : melengkung kurang dari ½ panjang daun ฀ Telinga daun : ada dengan kedudukan serong

฀ Bulu bidang punggung : Jarang dan kedudukan rebah 3. Mata

฀ Letak mata : pada bekas pelepah daun ฀ Bentuk mata : Bulat telur

฀ Sayap mata : berukuran sama lebar, dengan tepi sayap bergerigi

฀ Rambut jambul : tidak ada

฀ Pusat tumbuh : di atas tengah mata Sifat-sifat agronomis

1. Pertumbuhan

฀ Perkecambahan : Cukup (70-80%)

฀ Kerapatan Batang : Sedang (8-10 batang/meter) ฀ Diameter batang : Sedang (2,5-3,0 cm)

฀ Pembungaan : Sporadis ฀ Kemasakan : Awal - tengah ฀ Kadar sabut : 14,51 % 2. Potensi Hasil

฀ Hasil tebu (ku/ha) : 1.212 + 314 ฀ Rendemen (%) : 8,33 + 0,31 ฀ Hablur gula (ku/ha) : 97,28 + 25,31 3. Ketahanan Hama dan Penyakit

฀ Penggerek batang : Toleran ฀ Penggerek pucuk : Toleran

฀ Mosaik : Tahan

฀ Luka api : Tahan


(19)

฀ Blendok : Tahan 4. Kesesuaian Lokasi

฀ Cocok untuk lahan tegalan dan regosol yang tersedia cukup air Perilaku Varietas

Varietas Kentung (KT) sebelumnya banyak dikenal sebagai PL 54 di wilayah PTPN X, atau SS 57 di Lampung, dan beberapa wilayah lainnya pada awalnya beradaptasi baik di Kediri dan sekitarnya. Khususnya pada lahan bertekstur ringan (geluh-pasiran), dengan tipologi kelengasan lahan cucukp tampaknya KT berkembang baik. Pada kondisi lahan terganggu drainasenya dan pada lahan kering tanpa pengairan kurang memuaskan pertumbuhannya. Potensi rendemen tinggi dengan tipe kemasakan awal, berbunga sporadis, kadar sabut sekitar 12-13%.


(20)

Lampiran 11. Deskripsi Varietas Tebu BZ 134

DESKRIPSI TEBU VARIETAS BZ 134 1. SIFAT-SIFAT MORFOLOGIS

1.1 Daun

Helai daun : Warna daun hijau-kuning dengan ukuran sedang. Kedudukan daun hampir tegak dengan ujung-ujung daun melengkung kurang dari ¼ panjang helai daunnya

Pelepah Daun :

Telinga daun, telinga daun sebelah dalam ada dengan pertumbuhan yang kuat dan berkedudukan tegak hampir serong. Telinga daun sebelah luar terdapat pula dengan

pertumbuhan yang lemah serta tegak. Bidang punggung, terdapat bulu-bulu bidang punggung pelepah daun yang

panjangnya lebih kurang 3 mm,

pertumbuhannya lebar, lebat dan tidak sampai ke puncak pelepah daun. Bulu-bulu tersebut berdiri

1.2 Batang

Ruas : Sifat-sifat umum, ruas-ruas tersusun lurus, bentuk kelos hampir konis dengan penampang melintang ruas yang bulat. Warna ruas hijau ungu agak kemerahan, dengan lapisan lilin yang tebal. Besar ruas termasuk sedang dengan panjang ruas yang sedang pula.

Alur mata, tidak terdapat dan kalau ada pertumbuhannya sempit, pendek dan dangkal. Retakan tumbuh, kadang-kadang ada Noda gabus, kadang-kadang ada

Teras, terdapat lobang kecil ditengah-tengah ruas

Buku ruas : Cincin tumbuh, melingkar mendatar dibelakang puncak mata, kadang-kadang melingkar mendatar diatas puncak mata. Cincin akar, berwarna hijau kekuningan, berbentuk konis terbalik sampai silindris. Mata akar terdiri dari 2-3 baris, barisan atas tidak melampaui puncak mata.

1.3 Mata : Sifat-sifat umum, mata duduk pada bekas pangkal pelepah daun, bentuk mata pada umumnya belah ketupat dengan bagian terlebar ditengah-tengah mata. Pusat tumbuh terletak diatas tengah-tengah mata.


(21)

Sayap mata, berpangkal dibawah tengah samping mata, ukuran sayap sama lebarnya dengan tepi sayap mata rata

Rambut mata, terdapat rambut tepi basal-mata berupa pita yang lebarnya kurang dari 1 mm, sedang rambut jambul tidak ada

2. SIFAT-SIFAT AGRONOMIS 2.1 Pertumbuhan

2.1.1 Kecepatan Tumbuh

Jenis ini mempunyai kecepatan pertumbuhan sejak awal hingga akhir lebih baik dari POJ 3016 dan POJ 3067 Pengukuran tinggi batang yang dilakukan menjelang tebang menunjukkan bahwa F 156 mencapai 3.96 m, sedang POJ 3016: 2.34 m dan POJ 3067: 2.93 m

2.1.2 Jumlah batang

Hitungan batang yang dapat dihimpun, tercatat F 156 mempunyai batang sebanyak ± 48.986 batang/ha, sedang POJ 3016: ± 55.199 batang/ha dan POJ 3067: ± 58.812 batang/ha

2.1.3 Berat per meter

Tercatat ± 0.64 kg, sedang POJ 3016: 0.67 kg, POJ 3067: 0.53 kg 2.1.4 Pembungaan

F 156 termasuk jenis yang berbunga lebat dengan persentase 78.2% sedang POJ 3067: 10.6% 2.2 Produksi

2.2.1 Berat Tebu

Jenis ini menghasilkan tebu kurang lebih sama dengan POJ 3016, tetapi mungkin lebih rendah dari pada POJ 3067. Dalam percobaan, jenis ini menghasilkan tebu 761 kw/ha, sedangkan POJ 3016: 686 kw/ha dan POJ 3067: 919 kw/ha

2.2.2 Rendemen

Jenis ini mempunyai rendemen mungkin lebih rendah dari pada POJ 3016 dan kurang lebih sama dengan POJ 3067. Dalam percobaan, rendemen jenis ini tercatat 11.90, sedang POJ 3016 : 13.44 dan POJ 3067: 12.85

2.2.3 Hablur

Jenis ini menghasilkan hablur kurang lebih sama dengan POJ 3016, tetapi mungkin lebih rendah dari pada POJ 3067. Dalam percobaan, jenis ini

menghasilkan hablur 90.56 kw/ha,sedang POJ 3016: 92.20 kw/ha dan POJ 3067: 118.09 kw/ha

3. DATA DARI NEGERI ASALNYA

Kekhususan jenis ini adalah baik untuk tanah yang beririgasi 4. RESISTENSINYA TERHADAP PENYAKIT


(22)

Dari hasil pengujian resistensi terhadap mosaik yang diselenggarakan di BP3G , ternyata F 156 tergolong resisten dengan persentase 0%, sedang POJ 3016: 5% dan POJ 3067: 45%

4.2 Blendok

Terhadap penyakit blendok tercatat F 156 sebesar 0%, sedang POJ 3016: 0% dan POJ 3067: 22%


(23)

Lampiran 12. Panjang Tajuk

Varietas Ulangan Total Rataan

1 2 3

BZ 134 299 288 304 891 297

PS 851 235 267 239 741 247

PS 881 206.5 272 234 712.5 237.5

PS 862 280 295 275 850 283.3333

PS 864 323 328 277 928 309.3333

VMC 76-16 316 269 284 869 289.6667

Kentung 275 304 259 838 279.3333

TLH 1 326 261 287 874 291.3333

PS 882 293 251 255 799 266.3333

PSDK 923 236 281 291 808 269.3333

Total 2789.5 2816 2705 8310.5

Rataan 278.95 281.6 270.5 277.0167

Daftar Sidik Ragam

SK db JK KT F hit

F Tab 0.05

F Tab

0.01 Ket Perlakuan 9.00 13469.08 1496.56 2.53 2.40 3.45 *

Galat 20.00 11828.17 591.41

Total 29.00 25297.24

Keterangan: tn = tidak nyata * = nyata Uji Jarak Duncan

Varietas N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3

PS 881 3 237.5000

PS 851 3 247.0000 247.0000

PS 882 3 266.3333 266.3333 266.3333 PSDK 923 3 269.3333 269.3333 269.3333 Kentung 3 279.3333 279.3333 279.3333 PS 862 3 283.3333 283.3333 283.3333 VMC

7616 3 289.6667 289.6667

TLH 1 3 291.3333 291.3333

BZ 134 3 297.0000

PS 864 3 309.3333

Sig. .053 .063 .073

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.


(24)

Lampiran 13. Diameter Batang

Varietas Ulangan Total Rataan

1 2 3

BZ 134 21.34 11.22 20.54 53.1 17.7

PS 851 16.54 17.75 17.31 51.6 17.2

PS 881 19.3 20.66 18.11 58.07 19.35667

PS 862 20.32 19.02 20.79 60.13 20.04333

PS 864 16.48 20.21 16.59 53.28 17.76

VMC 76-16 13.79 21.75 21.97 57.51 19.17 Kentung 18.43 22.48 22.02 62.93 20.97667

TLH 1 23.2 19.22 17.51 59.93 19.97667

PS 882 13.39 15.93 15 44.32 14.77333

PSDK 923 11.97 19.37 20 51.34 17.11333

Total 174.76 187.61 189.84 552.21

Rataan 17.476 18.761 18.984 18.407

Daftar Sidik Ragam

SK db JK KT F hit

F Tab 0.05

F Tab

0.01 Ket Perlakuan 9.00 91.44 10.16 1.06 2.40 3.45 tn

Galat 20.00 191.51 9.58

Total 29.00 282.95

Keterangan : tn = tidak nyata ** = sangat nyata

Lampiran 14. Berat Basah Tajuk

Varietas Ulangan Total Rataan

1 2 3

BZ 134 200 300 500 1000 333.3333

PS 851 300 600 400 1300 433.3333


(25)

PS 862 500 500 500 1500 500

PS 864 600 600 600 1800 600

VMC 76-16 600 700 800 2100 700

Kentung 300 800 400 1500 500

TLH 1 800 400 500 1700 566.6667

PS 882 400 300 300 1000 333.3333

PSDK 923 100 300 400 800 266.6667

Total 4000 5000 4600 13600

Rataan 400 500 460 453.3333

Daftar Sidik Ragam

SK db JK KT F hit

F Tab 0.05

F Tab

0.01 SK Perlakuan 9.00 561333.33 62370.37 2.75 2.40 3.45 *

Galat 20.00 453333.33 22666.67

Total 29.00 1014666.67

Keterangan : tn = tidak nyata * = nyata Uji Jarak Duncan

Varietas N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3 4

PSDK 923 3 266.6667

PS 881 3 300.0000 300.0000

BZ 134 3 333.3333 333.3333 333.3333 PS 882 3 333.3333 333.3333 333.3333

PS 851 3 433.3333 433.3333 433.3333 433.3333 PS 862 3 500.0000 500.0000 500.0000 500.0000 Kentung 3 500.0000 500.0000 500.0000 500.0000

TLH 1 3 566.6667 566.6667 566.6667

PS 864 3 600.0000 600.0000

VMC 7616 3 700.0000

Sig. .110 .070 .070 .067

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.


(26)

Lampiran 15. Berat Kering Tajuk

Varietas Ulangan Total Rataan

1 2 3

BZ 134 356.27 365.29 298.87 1020.43 340.1433 PS 851 245.59 276.76 253.99 776.34 258.78 PS 881 715.49 375 613.71 1704.2 568.0667 PS 862 227.81 301.79 181.59 711.19 237.0633 PS 864 730 683.82 397.17 1810.99 603.6633 VMC 7616 576.31 502.54 684.71 1763.56 587.8533 Kentung 307.79 546.29 207.97 1062.05 354.0167 TLH 1 423.08 327.68 451.11 1201.87 400.6233 PS 882 596.23 471.35 455.26 1522.84 507.6133 PSDK 923 182.75 324.21 181.07 688.03 229.3433 Total 4361.32 4174.73 3725.45 12261.5

Rataan 436.132 417.473 372.545 408.7167 Daftar Sidik Ragam

SK db JK KT F hit

F Tab 0.05

F Tab 0.01 Ket Perlakuan 9.00 591443.04 65715.89 5.31 2.40 3.45 ** Galat 20.00 247597.88 12379.89

Total 29.00 839040.92

Keterangan : tn = tidak nyata ** = Sangat nyata Uji Jarak Duncan

Varietas N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3

PSDK 923 3 229.3433

PS 862 3 237.0633

PS 851 3 258.7800

BZ 134 3 340.1433 340.1433

Kentung 3 354.0167 354.0167

TLH 1 3 400.6233 400.6233 400.6233

PS 882 3 507.6133 507.6133

PS 881 3 568.0667

VMC 7616 3 587.8533

PS 864 3 603.6633

Sig. .109 .105 .057

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.


(27)

Lampiran 16. Berat Basah Akar

Varietas Ulangan Total Rataan

1 2 3

BZ 134 600 600 500 1700 566.6667

PS 851 350 400 400 1150 383.3333

PS 881 1000 500 900 2400 800

PS 862 300 500 400 1200 400

PS 864 1000 900 600 2500 833.3333

VMC 76-16 800 700 800 2300 766.6667

Kentung 500 800 300 1600 533.3333

TLH 1 600 500 600 1700 566.6667

PS 882 900 600 700 2200 733.3333

PSDK 923 200 500 300 1000 333.3333

Total 6250 6000 5500 17750

Rataan 625 600 550 591.6667

Daftar Sidik Ragam

SK db JK KT F hit

F Tab 0.05

F Tab

0.01 Ket Perlakuan 9.00 912083.33 101342.59 4.15 2.40 3.45 ** Galat 20.00 488333.33 24416.67

Total 29.00 1400416.67

Keterangan : tn = tidak nyata ** = Sangat nyata Uji Jarak Duncan

Varietas N

Subset for alpha = 0.05

1 2

PSDK 923 3 333.3333

PS 851 3 383.3333

PS 862 3 400.0000

Kentung 3 533.3333 533.3333

BZ 134 3 566.6667 566.6667

TLH 1 3 566.6667 566.6667

PS 882 3 733.3333

VMC 7616 3 766.6667

PS 881 3 800.0000

PS 864 3 833.3333

Sig. .120 .051

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.


(28)

Lampiran 17. Berat Kering Akar

Varietas Ulangan Total Rataan

1 2 3

BZ 134 356.27 365.29 298.87 1020.43 340.1433 PS 851 245.59 276.76 253.99 776.34 258.78 PS 881 715.49 375 613.71 1704.2 568.0667 PS 862 227.81 301.79 181.59 711.19 237.0633 PS 864 730 683.82 397.17 1810.99 603.6633 VMC 76-16 576.31 502.54 684.71 1763.56 587.8533 Kentung 307.79 546.29 207.97 1062.05 354.0167 TLH 1 423.08 327.68 451.11 1201.87 400.6233 PS 882 596.23 471.35 455.26 1522.84 507.6133 PSDK 923 182.75 324.21 181.07 688.03 229.3433 Total 4361.32 4174.73 3725.45 12261.5

Rataan 436.132 417.473 372.545 408.7167 Daftar Sidik Ragam

SK db JK KT F hit

F Tab 0.05

F Tab

0.01 Ket Perlakuan 9.00 591443.04 65715.89 5.31 2.40 3.45 ** Galat 20.00 247597.88 12379.89

Total 29.00 839040.92

Keterangan : tn = tidak nyata ** = Sangat nyata Uji Jarak Duncan

Varietas N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3

PSDK 923 3 229.3433

PS 862 3 237.0633

PS 851 3 258.7800

BZ 134 3 340.1433 340.1433

Kentung 3 354.0167 354.0167

TLH 1 3 400.6233 400.6233 400.6233

PS 882 3 507.6133 507.6133

PS 881 3 568.0667

VMC 7616 3 587.8533

PS 864 3 603.6633

Sig. .109 .105 .057

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.


(29)

Lampiran 18. Keparahan Penyakit

Varietas Ulangan Total Rataan

1 2 3

BZ 134 40 80 60 180 60

PS 851 80 60 40 180 60

PS 881 80 80 80 240 80

PS 862 60 40 60 160 53.33333

PS 864 60 80 80 220 73.33333

VMC 76-16 80 60 60 200 66.66667

Kentung 60 40 80 180 60

TLH 1 20 40 60 120 40

PS 882 40 60 60 160 53.33333

PSDK 923 80 60 80 220 73.33333

Total 600 600 660 1860

Rataan 60 60 66 62

Daftar Sidik Ragam

SK db JK KT F hit

F Tab 0.05

F Tab

0.01 Ket Perlakuan 9.00 3746.67 416.30 1.84 2.40 3.45 tn

Galat 20.00 4533.33 226.67

Total 29.00 8280.00

Keterangan : tn = tidak nyata **= nyata


(30)

Lampiran 19. Kejadian Penyakit 3 MSI

Varietas Ulangan Total Rataan

1 2 3

BZ 134 0 0 0 0 0

PS 851 0 0 0 0 0

PS 881 100 0 100 200 66.66667

PS 862 0 0 0 0 0

PS 864 0 0 100 100 33.33333

VMC 76-16 0 0 0 0 0

Kentung 0 0 100 100 33.33333

TLH 1 0 0 0 0 0

PS 882 0 0 0 0 0

PSDK 923 100 0 0 100 33.33333

Total 200 0 300 500

Rataan 20 0 30 16.66667

Daftar Sidik Ragam

SK db JK KT F hit

F Tab 0.05

F Tab

0.01 Ket Perlakuan 9.00 15000.00 1666.67 1.25 2.40 3.45 tn

Galat 20.00 26666.67 1333.33

Total 29.00 41666.67

Keterangan : tn = tidak nyata **= nyata


(31)

Lampiran 20. Kejadian Penyakit 4 MSI

Varietas Ulangan Total Rataan

1 2 3

BZ 134 0 0 0 0 0

PS 851 0 0 0 0 0

PS 881 100 0 100 200 66.66667

PS 862 0 0 0 0 0

PS 864 100 100 100 300 100

VMC 76-16 0 100 100 200 66.66667

Kentung 100 0 100 200 66.66667

TLH 1 0 0 0 0 0

PS 882 0 100 0 100 33.33333

PSDK 923 100 100 0 200 66.66667

Total 400 400 400 1200

Rataan 40 40 40 40

Daftar Sidik Ragam

SK db JK KT F hit

F Tab 0.05

F Tab

0.01 Ket Perlakuan 9.00 38666.67 4296.30 2.58 2.40 3.45 *

Galat 20.00 33333.33 1666.67

Total 29.00 72000.00

Keterangan : tn = tidak nyata * = nyata Uji Jarak Duncan

Varietas N

Subset for alpha = 0.05

1 2

BZ 134 3 0.0000

PS 851 3 0.0000

PS 862 3 0.0000

TLH 1 3 0.0000

PS 882 3 33.3333 33.3333

PS 881 3 66.6667 66.6667

VMC 7616 3 66.6667 66.6667

Kentung 3 66.6667 66.6667

PSDK 923 3 66.6667 66.6667

PS 864 3 100.0000

Sig. .098 .090

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.


(32)

Lampiran 21. Kejadian Penyakit 5 MSI

Varietas Ulangan Total Rataan

1 2 3

BZ 134 0 100 0 100 33.33333

PS 851 0 100 0 100 33.33333

PS 881 100 100 100 300 100

PS 862 0 0 0 0 0

PS 864 100 100 100 300 100

VMC 76-16 0 100 100 200 66.66667

Kentung 100 0 100 200 66.66667

TLH 1 100 0 0 100 33.33333

PS 882 0 100 100 200 66.66667

PSDK 923 100 100 0 200 66.66667

Total 500 700 500 1700

Rataan 50 70 50 56.66667

Daftar Sidik Ragam

SK db JK KT F hit

F Tab 0.05

F Tab

0.01 Ket Perlakuan 9.00 27000.00 3000.00 1.29 2.40 3.45 tn

Galat 20.00 46666.67 2333.33

Total 29.00 73666.67

Keterangan : tn = tidak nyata ** = nyata


(33)

Lampiran 22. Kejadian Penyakit 6 MSI

Varietas Ulangan Total Rataan

1 2 3

BZ 134 0 100 0 100 33.33333

PS 851 0 100 100 200 66.66667

PS 881 100 100 100 300 100

PS 862 100 0 0 100 33.33333

PS 864 100 100 100 300 100

VMC 76-16 0 100 100 200 66.66667

Kentung 100 0 100 200 66.66667

TLH 1 100 0 0 100 33.33333

PS 882 0 100 100 200 66.66667

PSDK 923 100 100 0 200 66.66667

Total 600 700 600 1900

Rataan 60 70 60 63.33333

Daftar Sidik Ragam

SK db JK KT F hit

F Tab 0.05

F Tab

0.01 Ket Perlakuan 9.00 16333.33 1814.81 0.68 2.40 3.45 tn

Galat 20.00 53333.33 2666.67

Total 29.00 69666.67

Keterangan : tn = tidak nyata ** = nyata


(34)

Lampiran 23. Kejadian Penyakit 7 MSI

Varietas Ulangan Total Rataan

1 2 3

BZ 134 100 100 100 300 100

PS 851 100 100 100 300 100

PS 881 100 100 100 300 100

PS 862 100 0 0 100 33.33333

PS 864 100 100 100 300 100

VMC 76-16 0 100 100 200 66.66667

Kentung 100 0 100 200 66.66667

TLH 1 0 100 100 200 66.66667

PS 882 0 100 100 200 66.66667

PSDK 923 100 100 0 200 66.66667

Total 700 800 800 2300

Rataan 70 80 80 76.66667

Daftar Sidik Ragam

SK db JK KT F hit

F Tab 0.05

F Tab

0.01 SK Perlakuan 9.00 13666.67 1518.52 0.76 2.40 3.45 tn Galat 20.00 40000.00 2000.00

Total 29.00 53666.67

Keterangan : tn = tidak nyata ** = nyata


(35)

Lampiran 24. Kejadian Penyakit 8 MSI

Varietas Ulangan Total Rataan

1 2 3

BZ 134 100 100 100 300 100

PS 851 100 100 100 300 100

PS 881 100 100 100 300 100

PS 862 100 0 100 200 66.66667

PS 864 100 100 100 300 100

VMC 76-16 0 100 100 200 66.66667

Kentung 100 0 100 200 66.66667

TLH 1 100 100 100 300 100

PS 882 0 100 100 200 66.66667

PSDK 923 100 100 0 200 66.66667

Total 800 800 900 2500

Rataan 80 80 90 83.33333

Daftar Sidik Ragam

SK db JK KT F hit

F Tab 0.05

F Tab

0.01 Ket Perlakuan 9.00 8333.33 925.93 0.56 2.40 3.45 tn

Galat 20.00 33333.33 1666.67

Total 29.00 41666.67

Keterangan : tn = tidak nyata ** = nyata


(36)

Lampiran 25. Kejadian Penyakit 9 MSI

Varietas Ulangan Total Rataan

1 2 3

BZ 134 100 100 100 300 100

PS 851 100 100 100 300 100

PS 881 100 100 100 300 100

PS 862 100 100 100 300 100

PS 864 100 100 100 300 100

VMC 76-16 100 100 100 300 100

Kentung 100 0 100 200 66.66667

TLH 1 100 100 100 300 100

PS 882 100 100 100 300 100

PSDK 923 100 100 100 300 100

Total 1000 900 1000 2900

Rataan 100 90 100 96.66667

Daftar Sidik Ragam

SK db JK KT

F hit

F Tab 0.05

F Tab

0.01 Ket Perlakuan 9.00 3000.00 333.33 1.00 2.40 3.45 tn

Galat 20.00 6666.67 333.33

Total 29.00 9666.67

Keterangan : tn = tidak nyata ** = nyata


(37)

Lampiran 26. Kejadian Penyakit 10 MSI

Varietas Ulangan Total Rataan

1 2 3

BZ 134 100 100 100 300 100

PS 851 100 100 100 300 100

PS 881 100 100 100 300 100

PS 862 100 100 100 300 100

PS 864 100 100 100 300 100

VMC 76-16 100 100 100 300 100

Kentung 100 100 100 300 100

TLH 1 100 100 100 300 100

PS 882 100 100 100 300 100

PSDK 923 100 100 100 300 100

Total 1000 1000 1000 3000

Rataan 100 100 100 100

Daftar Sidik Ragam

SK db JK KT F hit

F Tab 0.05

F Tab

0.01 Ket Perlakuan 9.00 0.00 0.00 0 2.40 3.45 tn

Galat 20.00 0.00 0.00

Total 29.00 0.00

Keterangan : tn = tidak nyata ** = nyata


(38)

Lampiran 27. Kejadian Penyakit 11 MSI

Varietas Ulangan Total Rataan

1 2 3

BZ 134 100 100 100 300 100

PS 851 100 100 100 300 100

PS 881 100 100 100 300 100

PS 862 100 100 100 300 100

PS 864 100 100 100 300 100

VMC 76-16 100 100 100 300 100

Kentung 100 100 100 300 100

TLH 1 100 100 100 300 100

PS 882 100 100 100 300 100

PSDK 923 100 100 100 300 100

Total 1000 1000 1000 3000

Rataan 100 100 100 100

Daftar Sidik Ragam

SK db JK KT F hit

F Tab 0.05

F Tab

0.01 Ket Perlakuan 9.00 0.00 0.00 0 2.40 3.45 tn

Galat 20.00 0.00 0.00

Total 29.00 0.00

Keterangan : tn = tidak nyata ** = nyata


(39)

Lampiran 28. Kejadian Penyakit 12 MSI

Varietas Ulangan Total Rataan

1 2 3

BZ 134 100 100 100 300 100

PS 851 100 100 100 300 100

PS 881 100 100 100 300 100

PS 862 100 100 100 300 100

PS 864 100 100 100 300 100

VMC 76-16 100 100 100 300 100

Kentung 100 100 100 300 100

TLH 1 100 100 100 300 100

PS 882 100 100 100 300 100

PSDK 923 100 100 100 300 100

Total 1000 1000 1000 3000

Rataan 100 100 100 100

Daftar Sidik Ragam

SK db JK KT F hit

F Tab 0.05

F Tab

0.01 Ket Perlakuan 9.00 0.00 0.00 0 2.40 3.45 tn

Galat 20.00 0.00 0.00

Total 29.00 0.00

Keterangan : tn = tidak nyata ** = nyata


(40)

DAFTAR PUSTAKA

Abadi, A. L. 2003. Ilmu Penyakit Tumbuhan III. Bayu Media Publishing. Malang. Abbott. 1925. In Uenterstenhofer, G. 1976. The Basic Principles of Crop

Protection Field Trials. Planzenschutz-Nachrichten Bayer AG Leverkusen.

Agrios, G. N. 1996. Ilmu Penyakit Tumbuhan. UGM Press. Yogyakarta.

Bolkan, H. A., J. C. Dianese, and F. P. Cupertino. 1979. Survival and

Colonization Potential of Fusarium moniliforme var. subglutinans in Soil.

Associate professors, Departemento de Biologia Vegetal. Universidade de Brasilia. Brazil

BPS. 2015. Produksi Perkebunan Besar Menurut Jenis Tanaman (ton) tahun 1995-2014.

Cahyono, D. DN. 2011. Pengaruh ukuran benih asal Kalimantan Barat terhadap pertumbuhan bibit (Shorea leprosula) di persemaian. J. Dipterokarpa 5(2):11-20.

Chamzurni, T, Ulim, MA, Dinnur, E. 2010. Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tomat Terhadap Penyakit Layu Fusarium (Fusarium oxysporum f.sp

lycopersici). J. Agrista 14(2):62-6.

Dewi, A. SR. 2012. Pengaruh lama penyimpanan dan perlakuan pemacu perkecambahan terhadap pertumbuhan vegetatif bibit tebu (Saccharum

officinarum L.) G2 asal kultur jaringan. J. Produksi Tanaman 1(1):26-34.

Djafaruddin. 2008. Dasar-dasar Pengendalian Penyakit Tanaman. Bumi Aksara. Jakarta

Heidi, LG, Elnaga, A, Ahmed, NG. 2007. Pathogenicity, Toxicity and Gibberellic Acid Content of Fusarium moniliforme Causing Root rot and Damping off of Pepper. Plant Pathology Journal 6(4):318-323.

Indrawanto, C., Purwono, Siswanto, M. Syakir, W. Rudimini. 2010. Budidaya dan Pasca Panen Tebu. ESKA Media. Jakarta.

Kistler, H. C. 1997. Genetic Diversity in the Plant Pathogenic Fungus Fusarium

oxysporum. Phytopathol 87(4):474-479.

Mandal, N. 1988. Evaluation of Germplasm or disease resistence in jute. Paper Presented for the International Training of Jute and Kenaf Breeding Varietal Improvement IO/JARI (ICAR). Barrackpore. India. 9p.

Nordahliawate, S., Izzati, N. A., Azmi, M. Z., dan Salleh, B. 2008. Distribution, morphological characterization and pathogenicity of Fusarium sacchari


(41)

associated with pokkah boeng disease of sugarcane in Peninsular Malaysia. J. Trop. Agric. Sci. 31(2):279-286.

Nurhayati, Fatma, Aminuddin, MI. 2010. Ketahanan enam klon karet terhadap infeksi Corynespora cassicola penyebab penyakit gugur daun. J. HPT Tropika 10(1):47-51.

P3GI. 2016. Deskripsi Bahan Tanam: Varietas Tebu. Diakses dari

Panglipur, D. B., S. Liliek., Muhibudin, A., dan H., Nurul. 2013. Uji Ketahanan Kalus Kultivar Tebu (Saccharum officinaruml) Terhadap Penyakit Pokahbung Menggunakan Filtrat Kultur Fusarium moniliforme Secara In

Vitro. J.HPT 1(4) ISSN : 2338 – 4336.

Prasetyo, Y. 2014. Pertumbuhan beberapa Varietas Tebu (Saccharum officinarum L.) dengan Perlakuan HWT (Hot Water Treatment) pada Fase Perkecambahan dan Pembibitan Single Bud. Universitas Jember. Skripsi 67 hal.

Pratiwi, B. N., S. Liliek, Muhibuddin, A., dan K., Ari. 2013. Uji Pengendalian Penyakit Pokahbung (Fusarium moniliformae) Pada Tanaman Tebu (Saccharum officinarum) Menggunakan Trichoderma sp. indigenous Secara

In Vitro dan In Vivo. J.HPT 1(3) ISSN : 2338 – 4336.

Siregar, N. 2010. Pengaruh ukuran benih terhadap perkecambahan benih terhadap perkecambahan benih dan pertumbuhan bibit Gmelina(Gmelina arborea Linn.). J. Tekno Tanaman 3(1):32-40.

Semangun, H. 2008. Penyakit-Penyakit Tanaman Perkebunan di Indonesia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Smith, S. N. 2007. An Overview of Ecological and Habitat Aspects in the genus

Fusarium with Special Emphasis on the Soil-borne Pathogenic Forms. Plant

Pathol. Bul. 16:97-120.

Sutardjo, R. M. E., 1994. Budidaya Tanaman Tebu. Bumi Aksara. Malang.

Wandani, SAT, Yuliani, Rahayu, YS. 2015. Uji Ketahanan Lima Varietas Tanaman Cabai Merah (Capsicum annuum) terhadap Penyakit Tular Tanah (Fusarium oxysporum f.sp capsici). Lentera Bio 4(3):155-160.

Widodo, and T. Budiarti. 2009. Supperssion of Fusarium Root Rot and Southern


(42)

Yates, I. E., Bacon, C. W., and Hinton, D. M. 1997. Effects of endophytic

infection by Fusarium moniliforme on corn growth and cellular morphology. Plant Dis. 81:723-728.

Yulianingtyas, AP. Sebayang, HT. Tyasmoro, SY. 2015. Pengaruh komposisi media tanam dan ukuran bibit pada pertumbuhan bibit tebu (Saccharum

officinarum L.). J. Produksi Tanaman 3(5):362-369.

Yunus, A. 2000. Pengaruh Ekstrak Fusarium moniliforme terhadap Pertumbuhan dan Resistensi Tanaman Tebu terhadap Penyakit Pokahbung. J. Agrosains Vol. 2 No. 1.


(43)

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dan Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat 25 meter diatas permukaan laut. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Maret-September 2016.

Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan adalah 10 varietas bibit tanaman tebu yang sehat, tanaman tebu yang terserang pokahbung (Fusarium moniliforme), alkohol 96%, kloroks 5%, kapas, spirtus, cling wrap, aquades, media Potato Dexstrose Agar (PDA), media beras, kertas stensil, aluminium foil, methyl blue, label nama, tanah, polibeg dan bahan yang mendukung lainnya.

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah mikroskop

compound, micropipet, spatula, cawan petri, pipet tetes, pinset, tabung reaksi,

inkubator, timbangan analitik, erlenmeyer, bunsen, oven, beaker glass, objek

glass, autoclave, bunsen, laminar air flow, coke borer, kulkas, jarum ose, gunting,

pisau, handsprayer, kamera, alat tulis, gembor dan alat pendukung lainnya. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) non faktorial yaitu :

Faktor : Varietas tebu yang akan digunakan V1 = Tebu varietas Bz 134


(44)

V3 = Tebu varietas PS 88-1 V4 = Tebu varietas PS 86-2 V5 = Tebu varietas PS 86-4 V6 = Tebu varietas VMC 76-16 V7 = Tebu varietas Kentung V8 = Tebu varietas TLH 1 V9 = Tebu varietas PS 88-2 V10 = Tebu varietas PSDK 923 Jumlah ulangan sebanyak 3 , yang diperoleh dari:

t (r-1) ≥ 15 10 (r-1) ≥ 15 10r- 10 ≥ 15

10r ≥ 25

r ≥ 2,5

r = 3

Jumlah tanaman seluruhnya : 30 polybag tanaman Model linier dari rancangan yang digunakan adalah:

Yij = µ + αi + ∑ij

Dimana:

Yij : Nilai pengamatan pada suatu percobaan yang memproleh perlakuan taraf ke-i dan taraf ke-j dari ulangan

µ : Nilai tengah umum


(45)

∑ijk : pengaruh galat suatu percobaan yang memproleh perlakuan taraf ke-i dan taraf ke-j dari ulangan.

Data hasil penelitian dianálisis secara statistik dengan menggunakan sidik ragam. Terhadap sidik ragam yang nyata, maka dilanjutkan analisis lanjutan dengan menggunakan UJGD (Uji Jarak Ganda Duncan) dengan taraf 5 % (Stell dan Torrie, 1993).


(46)

Pelaksanaan Penelitian Di Laboratorium

Penyediaan Patogen F. moniliforme

Sumber inokulum diperoleh dari tanaman tebu yang terserang

F. moniliforme dari kebun PTPN II Sei Semayang. Bagian yang terinfeksi seperti

ujung batang dibersihkan dengan air steril, lalu dipotong-potong sebesar 0,5 cm. Setelah itu disterilkan dengan klorox 1 % selama lebih kurang 3 menit dan dibilas 2-3 kali dengan air steril. Selanjutnya potongan tersebut ditanam dalam media PDA dan diinkubasi pada suhu kamar selama 1 minggu. Isolasi dilakukan mulai dari hari kelima dengan mengambil miselum yang tumbuh dari jaringan terinfeksi

dan dikulturkan kembali pada medium baru sampai diperoleh isolat

F. moniliforme yang murni. Setelah didapatkan biakan murni selanjutnya

dibiakkan media sebanyak 1 kg dengan beras dicuci bersih dan ditiriskan kemudian dimasukkan ke dalam plastik tahan panas lalu disterilkan ke dalam autoklaf. Setelah itu beras didinginkan di ruangan steril. Kemudian cendawan yang sudah dibiakkan di cawan petri diisolasi ke dalam substrat beras. Media diinkubasi selama 30 hari.

Di Rumah Kaca

Persiapan Media Tanam

Tanah top soil, pasir dan kompos yang akan digunakan (5:3:2) diayak terlebih dahulu. Kemudian diletakkan pada tempat yang terlindung. Media campuran tersebut kemudian disterilkan (sterilisasi uap panas) dengan cara memanaskannya (mengkukus) pada suhu ±105ºC, selama ± 30 menit. Media yang telah dipanaskan dikeluarkan dari kukusan lalu dikering-anginkan di atas alas


(47)

plastik di ruangan tertutup selama ±2 hari. Kemudian tanah dimasukan ke polibeg ukuran 10 kg (Siregar, 2011).

Persemaian

Bud chip ditanam ke media persemaian dengan pottray pada posisi mata

menghadap ke atas serta posisi bibit tertutup rata dengan tanah. Inokulasi F. moniliforme

Jamur F. moniliforme diinokulasikan pada tanaman tebu berumur 2 bulan dengan cara membenamkan substrat patogen 10 g ke dalam tanah sedalam ±3 cm. tanah yang sudah diinokulasikan, ditutup dengan plastik transparan selama 3 hari untuk menjaga kelembaban dan merangsang pertumbuhan F. moniliforme.

Penanaman

Penanaman bibit tebu ke dalam polybag dilakukan ketika bibit tebu sudah berumur 2 bulan dengan satu persatu ke dalam polybag dengan tanah yang telah diinokulasikan F. moniliforme.

Pemeliharaan

Penyiraman dilakukan setiap hari pada pagi dan sore hari. Penyiangan gulma dilakukan sekali seminggu. Di bawah polybag disusun karung goni agar menjaga kelembaban ketika dilakukan penyiraman.


(48)

Peubah Amatan Panjang tajuk (cm)

Panjang tajuk diukur dari pangkal tajuk hingga ujung tajuk dengan menggunakan meteran pada minggu ke 12 setelah inokulasi.

Berat tajuk (g)

Berat tajuk ditimbang pada timbangan analitik per tanaman pada minggu ke 12 setelah inokulasi.

Panjang akar (cm)

Panjang akar diukur dari pangkal akar hingga ujung akar dengan menggunakan meteran pada minggu ke 12 setelah inokulasi dengan cara membongkar tanaman.

Berat basah akar (g)

Berat akar ditimbang pada timbangan analitik setelah dibersihkan dari tanah pada minggu ke 12 setelah inokulasi dengan cara membongkar tanaman. Kejadian Penyakit

Pengamatan terhadap kejadian penyakit dilakukan setiap minggu setelah inokulasi (msi) sampai dengan 12 minggu setelah inokulasi dengan melihat gejala serangan secara visual. Kejadian penyakit dihitung dengan menggunakan rumus dari Abbott (1925) sebagai berikut:

KjP = �

�+� x 100%

Keterangan:

KjP = Kejadian Penyakit F. moniliforme

a = Jumlah tanaman yang terserang F. moniliforme b = Jumlah tanaman sehat


(49)

Keparahan Penyakit

Pengamatan keparahan penyakit F. moniliforme dilakukan pada akhir pengamatan saat tanaman berumur 12 minggu setelah inokulasi. Tanaman dilihat secara langsung berdasarkan skala serangan dalam keparahan penyakit :

KP = ∑ (nxv )

NxZ x 100%

Dimana :

KP= Keparahan Penyakit

n = Jumlah tanaman pada setiap scoring

v = Nilai skala serangan penyakit tiap individu tanaman Z = Nilai tertinggi kategori kerusakan

N = Jumlah tanaman yang diamati (Townsensd & Hueberger, 1948).

Skala serangan yang digunakan dalam keparahan penyakit pokahbung menurut Nordahliawate et al. (2008) adalah :

Skala Penyakit Gejala 0 Tidak ada gejala

1 Klorosis ringan di daun muda

2 area daun yang menunjukkan klorosis <10% dan atau 10% gejala daun yang terputar

3 11% sampai 25% tanaman dengan daun yang terputar 4

26 sampai 50% tanaman dengan gejala daun terputar dan adanya bercak kemerahan berkembang di bagian klorosis pada daun

5 51 sampai 100% tanaman daun terputar, mengkerut, dan memendek pada daun atau kematian tanaman

Pengamatan keparahan penyakit dilakukan sesuai dengan besarnya kerusakan pada setiap tanaman, kemudian disesuaikan dengan rumus di atas.


(50)

Kriteria Ketahanan

Kriteria ketahanan tebu terhadap penyakit pokahbung yang disebabkan oleh F. moniliforme berdasarkan metode Mandal (1988) yaitu dengan persentase keparahan penyakit yang disebabkan F. moniliforme yaitu

Kriteria Ketahanan Persentase Keparahan Penyakit Sangat Tahan ≤ 1%

Tahan 1,1–10,0% Moderat 10,1-20% Rentan 20,1-50,0 Sangat Rentan >50,0%


(51)

HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Serangan Jamur F. moniliforme

Hasil pengamatan terhadap tanaman yang diinokulasikan jamur

F.moniliforme menunjukkan gejala di atas permukaan tanah. Gejala yang

ditimbulkan oleh jamur ini adalah adanya klorosis serta bintik kemerahan pada berbagai bagian tanaman seperti daun, batang dan pucuk muda. Pada beberapa varietas, tanaman tebu tumbuh kerdil serta bagian daun dapat terputar dan batang tanaman mulai melemah. Pada berbagai varietas yang diuji stadia tertinggi dari infeksi F. moniliforme mencapai pb 2 dan tingkat terendah sampai di pb 1. Pada pb 1 gejala hanya terdapat pada daun. Helaian daun yang baru saja membuka pangkalnya tampak klorotis. Pada bagian ini kelak timbul titik-titik atau garis merah. Kalau penyakit meluas ke dalam, maka daun-daun yang belum membuka akan terserang juga. Daun-daun ini akan rusak dan tidak dapat membuka dengan sempurna. Pada pb 2 jamur juga menyerang ujung batang yang masih muda, tetapi tidak menyebabkan pembusukan. Pada batang yang muda ini terjadi garis-garis merah kecoklatan yang dapat meluas menjadi rongga-rongga yang dalam. Rongga-rongga ini mempunyai sekat-sekat melintang hingga tampak seperti tangga. Jika ujung batang dapat tumbuh terus akan terjadi hambatan (stagnasi) pertumbuhan, dan pada bagian yang berongga tadi batang membengkok Hal diatas sesuai dengan penelitian Djaenuddin dan Muis (2013) yang mengatakan bahwa F.

moniliforme dapat memproduksi enzim pektin metal esterase, poligalakturonase

dan enzim penghancur lainnya dan dapat menyebabkan kerusakan pada dinding sel dan menyebabkan gangguan pada tanaman (Gambar 3).


(52)

Gambar 3. Tanaman tebu yang terserang jamur F. moniliforme

(a) bagian batang yang menunjukkan gejala (b) bagian daun yang menunjukkan gejala

Kejadian Penyakit (%)

Seluruh tanaman dari berbagai varietas yang diuji terinfeksi oleh jamur F.

moniliforme, hal ini dapat dilihat dari pengamatan pada minggu kejadian penyakit

dari 1 msi sampai dengan 12 msi.Persentase kejadian penyakit dapat dilihat di Gambar 4.

Gambar 4. Histogram persentase kejadian penyakit yang disebabkan oleh

F. moniliforme pada 1-12 msi

Pada Gambar 4 menunjukkan bahwa pada 1-2 msi belum ada kejadian penyakit pada seluruh varietas yang diuji. Hal ini dikarenakan patogen butuh

a

b

0 20 40 60 80 100 120

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Rataan kejadian penyakit minggu

ke-P ers en ta se k ej a d ia n p en y a k

it BZ 134

PS 85-1 PS 88-1 PS 86-2 PS 86-4 VMC 76-16 Kentung TLH 1 PS 88-2 PSDK 9234


(53)

waktu untuk dapat menginfeksi tanaman. Cara patogen menginfeksi tanaman adalah dengan menembus pertahanan tanaman. Patogen harus mampu membuat jalan masuk dan menembus tumbuhan, mendapatkan makanan dari tumbuhan, dan menetralisasi reaksi-reaksi pertahanan tumbuhan serta ketahanan berbagai varietas berbeda-beda. Tiap varietas memiliki daya tahan yang berbeda terhadap serangan jamur patogen dipengaruhi oleh perbedaan genetik tiap varietas (Agrios, 1996; Wandani et al., 2015). Pada 3 msi mulai muncul tanaman yang terinfeksi. Pada perlakuan PS 88-1 sebesar 66.67% yang memiliki keparahan tertinggi kemudian menyusul dengan perlakuan PS 86-4, Kentung, serta TLH 1 sebesar 33.33%. Dari 3-5 msi menunjukkan hasil yang berbeda nyata antar varietasnya. Pada 5 msi kejadian penyakit tertinggi di perlakuan PS 85-1 dan PS 86-4 rata-rata masa inkubasi relatif cepat menginfeksi tanaman varietas PS 85-1 dan PS 86-4. Gejala awal yang ditimbulkan pada tanaman tebu yang terserang jamur F. moniliforme adalah adanya klorosis pada daun tanaman tebu. Terjadinya masa inkubasi karena patogen mermiliki sifat yang agresif, sehingga dengan cepat menginfeksi tanaman di berbagai varietas dan menimbulkan gejala pertama. Setiap pengambilan data kejadian penyakit, terus terjadi pertambahan persentase kejadian tanaman hingga 100% untuk semua perlakuan hingga 12 msi. Kejadian penyakit akan bertambah jika patogen yang menginfeksi tanaman mampu mempenetrasi jaringan tanaman tanpa ada mekanisme perlawanan yang diekspresikan oleh tanaman inang baik perlawanan dalam bentuk ketahanan morfologi maupun biokimia (Agrios, 1996; Chamzurni et al., 2010).


(54)

Pengambilan data keparahan penyakit diambil pada saat 12 msi dengan cara mengamati gejala visual pada tanaman kemudian dicocokkan dengan scoring keparahan tanaman tebu. Keparahan penyakit yang disebabkan oleh jamur

Fusarium monilforme dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Keparahan penyakit pada tanaman tebu 12 MSI (%)

Varietas Keparahan Penyakit (%)

BZ 134 60.00

PS 85-1 60.00

PS 88-1 80.00

PS 86-2 53.33

PS 86-4 73.33

VMC 76-16 66.67

Kentung 60.00

TLH 1 40.00

PS 88-2 53.33

PSDK 923 73.33

Tabel 1 menunjukkan bahwa bahwa setiap varietas persentase keparahan penyakit tertinggi pada varietas PS 88-1(80%) dan terendah pada varietas TLH 1 (40%). Hasil dari tanaman yang diuji menunjukkan gejala yang beragam keparahannya. Pada tanaman yang diuji memiliki gejala pokahbung di tingkat pb 1 dan pb 2 serta tidak ada tanaman yang menunjukkan gejala pb 3. Varietas PS 88-1 merupakan varietas yang belum memiliki kriteria ketahanan tanaman terhadap penyakit yang disebabkan oleh jamur F. moniliforme (Lampiran 9). Tetapi pada varietas PS 86-4 dengan keparahan sebesar 73,33%, berdasarkan deskripsi varietas tanaman tebu, varietas ini memiliki ketahanan tanaman yang tahan (Lampiran 7) ternyata menjadi sangat rentan pada penelitian ini. Perbedaan ketahanan tanaman banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor. bahwa pengaruh setiap individu gen ketahanan bervariasi mulai dari yang sangat besar sampai yang sangat kecil, bergantung kepada fungsi-fungsi yang dikendalikannya. Dasar dari ketahanan tanaman adalah pengakuan spesifik antara dua komponen. Pengakuan


(55)

tersebut memicu reaksi pertahanan fisiologis lanjut mengakibatkan kematian sel hipersensitif dan akumulasi molekul yang beracun untuk patogen (Agrios, 1996; Keller et al., 2000)

Panjang Tajuk Tanaman Tebu Berbagai Varietas 12 MSI (cm)

Hasil pengamatan panjang tajuk tanaman tebu yang diuji pada 12 MSI dilakukan dengan cara mengukur panjang tajuk yang dimulai dari pangkal batang tanaman tebu sampai ke daun tertinggi dengan menggunakan meteran. Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa panajng tajuk berpengaruh. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Panjang tajuk tanaman tebu berbagai varietas pada 12 MSI (cm)

Varietas Panjang Tajuk (cm)

BZ 134 297.00 a

PS 85-1 247.00 bc

PS 88-1 237.50 c

PS 86-2 283.33 abc

PS 86-4 309.33 a

VMC 76-16 289.66 ab

Kentung 279.33 abc

TLH 1 291.33 ab

PS 88-2 266.33 abc

PSDK 923 269.33 abc

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada uji Duncan taraf 5% Tabel 2 menunjukkan bahwa panjang tajuk pada berbagai tanaman tebu dengan panjang tajuk tertinggi pada varietas PS 86-4 (309,33 cm) dan BZ 134 (297 cm) berbeda nyata dengan varietas PS 88-1 (237,50 cm). Panjang tajuk tanaman tebu sangatlah dipengaruhi oleh bahan tanam dan kecepatan pertumbuhan setiap varietas. Pada varietas PS 86-4 dengan keparahan penyakit yang cukup tinggi yaitu sebesar 73,33%, panjang tajuknya tetap yang tertinggi diantara perlakuan lain. Pertumbuhan tanaman tebu pada varietas ini sangat cepat


(56)

pada periode sebelum inokulasi patogen. Di 5 msi, kejadian pada varietas ini sudah mencapai 100%. Meskipun memiliki persentase yang tinggi dalam keparahan penyakit, varietas PS 86-4 menunjukkan panjang tajuk terbaik. Hal ini diduga karena varietas ini cukup memiliki ketahanan pada pertumbuhan tajuknya. Menurut Yates et al. (1997) Pada tanaman distribusi F. moniliforme dan pertumbuhan menunjukkan perubahan pada diameter batang, tinggi tanaman, panjang daun, berat kering. Gejala yang timbul pada tanaman tebu varietas PS 86-4 berupa klorosis pada batang dan bercak merah di bagian daun dan batang tanaman. Bahkan pada beberapa tanaman, mulai membengkok dan nyaris rebah.

Panjang tajuk terendah didapatkan pada varietas PS 88-1 (237,50 cm). Pada perlakuan ini persentase keparahan penyakit hanya sebesar 60%. Keparahan penyakit pada varietas PS 88-1 lebih rendah daripada perlakuan PS 86-4, tetapi panjang tajuk tanaman pada varietas PS 88-1 lebih rendah. Kemungkinan hal ini dikarenakan sifat genetis dari ketahanan varietas pada tanaman tersebut. Menurut Agrios (1996) variasi dalam kerentanan terhadap patogen di antara tumbuhan adalah karena perbedaan jenis dan mungkin juga perbedaan jumlah gen untuk ketahanan yang mungkin terdapat dalam masing-masing varietas.

Berat Basah Tajuk Tanaman Tebu Berbagai Varietas (g)

Cara pengambilan tajuk tanaman adalah dengan memotong pangkal batang tanaman tebu agar terpisah dari akar dengan menggunakan alat pemotong berupa pisau agar tajuk dapat terpisah dari akar. Berat basah akar tiap varietas dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 menunjukkan bahwa berat basah tajuk pada berbagai varietas tanaman tebu tertinggi pada varietas VMC 76-16 (700 g) dan berbeda nyata


(57)

dengan varietas PSDK 923 (266,66 g). Pada varietas VMC 76-16 memiliki rata-rata berat basah tajuk yang lebih berat dikarenakan pada varietas VMC 76-16, hampir setiap tanamannya sudah memiliki ruas batang yang besar. Sedangkan pada varietas PSDK 923, ruas batang pada tanaman tebu belum sempurna terbentuk. Berat basah tajuk sangatlah dipengaruhi oleh ruas batang tebu yang terbentuk serta banyaknya anakan dalam rumpun. Tanaman tebu memiliki kemampuan pertumbuhan untuk menghasilkan anakan dalam satu rumpun, pertunasan anakan dianggap penting tentunya dalam pertumbuhan serta perkembangan tanaman, karena pada fase ini akan menghasilkan bobot tebu yang baik. Batang tebu terdiri dari ruas-ruas yang dibatasi oleh buku-buku. Padasetiap buku terdapat mata tunas dan bakal akar. pada bagian ini hampir 80% karbohidrat dalam bentuk cairan nira hasil dari asimilasi fotosintesis ditimbun (Yulianingtyas et al., 2015; Dewi, 2012). Perbedaan tersebut dapat dilihat di Gambar 3.

Tabel 3. Berat basah tajuk tanaman tebu berbagai varietas (g)

Varietas Berat Basah Tajuk (g)

BZ 134 333.33 bcd

PS 85-1 433.33 abcd

PS 88-1 300.00 cd

PS 86-2 500.00 abcd

PS 86-4 600.00 ab

VMC 76-16 700.00 a

Kentung 500.00 abcd

TLH 1 566.66 abc

PS 88-2 300.00 cd

PSDK 923 266.66 d

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada Uji Duncan taraf 5%.


(58)

Gambar 5. Perbedaan pembentukan ruas batang tebu pada varietas (a)VMC 76-16;(b) PSDK 923

Berat Kering Tajuk Tanaman Tebu Berbagai Varietas (g)

Pengambilan data berat kering tajuk tanaman dengan cara tanaman yang sudah diambil di ovenkan selama 2 hari dalam suhu 100oc. setelah di oven, ditimbang dengan timbangana analitik. Berat kering tajuk tanaman terbu berbagai varietas dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4.Berat kering tajuk tanaman tebu berbagai varietas (g) Varietas Berat Kering Tajuk (g)

BZ 134 196.17 b

PS 85-1 269.79 bc

PS 88-1 180.84 c

PS 86-2 306.12 abc

PS 86-4 384.81 ab

VMC 76-16 444.71 a

Kentung 300.84 abc

TLH 1 321.09 abc

PS 88-2 240.31 bc

PSDk 923 196.89 b

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada Uji Duncan taraf 5%.


(59)

Tabel 4 menunjukkan bahwa berat kering tajuk berbagai varietas tanaman tebu dengan berat kering tajuk tanaman tebu tertinggi pada varietas VMC 76-16 (444,71 g) yang berbeda sangat nyata dengan varietas PS 88-1 (180,84 g). Pada peubah amatan berat basah tajuk, varietas VMC 76-16 menunjukkan data tertinggi. Pada parameter berat basah tajuk varietas VMC 76-16 menunjukkan hasil yang tinggi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Yulianingtyas et al. (2015) dan Siregar (2010) bobot kering total tanaman dan bobot segar total tanaman saling mempengaruhi. Semakin besar bobot segar total tanaman, maka nilai bobot kering total tanaman juga semakin besar serta ukuran benih memberikan pengaruh yang nyata terhadap berat kering tanaman.

Diameter Batang Tanaman Tebu Berbagai Varietas (mm)

Data pengamatan diameter batang diambil dengan menggunakan jangka sorong digital pada batang tanaman tebu. Diameter batang tanaman tebu berbagai tebu varietas dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Diameter batang tanaman tebu berbagai varietas (mm) Varietas Diameter batang (mm)

BZ 134 17.70

PS 85-1 17.20

PS 88-1 19.97

PS 86-2 20.043

PS 86-4 17.76

VMC 76-16 19.17

Kentung 20.97

TLH 1 19.97

PS 88-2 14.77

PSDK 923 17.11

Tabel 5 menunjukkan bahwa diameter batang tanaman dengan hasil tertinggi pada varietas Kentung (20,97 mm) dan diameter batang tanaman terendah pada varietas PS 88-2 (14,77 mm). Perbedaan pada besarnya diameter


(60)

batang dipengaruhi oleh bahan tanam serta morfologi dari varietas tebu tersebut. Pada varietas Kentung, dalam deskripsi varietas berdasarkan P3GI (2016) menyatakan bahwa diameter batang pada varietas ini tergolong sedang (2,5-3,0 cm) (Lampiran 10). Besarnya diameter batang tentu berpengaruh dari pembentukan ruas batang dan besar buku pada ruas batang tebu. Hal ini dikarenakan pada buku batang tanaman tebu merupakan bagian penting yang terdiri dari mata tunas dan bakal akar (Cahyono, 2011; Dewi, 2012). Varietas Kentung memiliki buku ruas yang cukup besar meskipun pada batangnya belum terjadi pembentukan ruas batang yang sempurna.

Berat Basah Akar Tanaman Tebu Berbagai Varietas (g)

Berat basah akar diambil dengan cara membersihkan akar tanaman tebu kemudian dicuci dan dikeringanginkan kemudian ditimbang dengan menggunakan timbangan. Berat basah akar tanaman dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Berat basah akar tanaman tebu berbagai varietas (g)

Varietas Berat Basah Akar (g)

BZ 134 566.66 ab

PS 85-1 383.33 b

PS 88-1 800.00 a

PS 86-2 400.00 b

PS 86-4 833.33 a

VMC 76-16 766.66 a

Kentung 533.33 ab

TLH 1 566.66 ab

PS 88-2 733.33 a

PSDK 923 333.33 b

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada Uji Duncan taraf 5%. Tabel 6 menunjukkan bahwa berat basah akar tanaman tebu berbagai varietas dengan hasil tertinggi pada varietas PS 86-4(833,33 g) dan berbeda sangat nyata dengan varietas PSDK 923 (333,33 g). Perbedaan berat basah akar pada


(61)

berbagai tanaman tebu dipengaruhi banyak hal. Diantaranya perbedaan bahan tanam, serta pengaruh dari jamur F. moniliforme yang ada di dalam tanah. Hal ini sesuai dengan literatur Yates et al. (1997) yang menyatakan bahwa pada penelitian Yabuta et al. (1934) dalam studi klasik yang dilakukannya, mikotoksin dari F. moniliforme mengandung fumonisin B1 yang dapat mempercepat pembentukan akar adventif pada tanaman tomat.

Berat Kering Akar Tanaman Tebu Berbagai Varietas (g)

Berat kering akar diambil dari akar yang sudah ditimbang dengan timbangan dikeringkan dengan menggunakan oven selama 2 hari dengan suhu sebesar 100oc. Berat kering akar tanaman tebu berbagai varietas dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Berat kering akar tanaman tebu berbagai varietas (g)

Varietas Berat Kering Akar (g)

BZ 134 340.14 bc

PS 85-1 258.78 c

PS 88-1 568.06 a

PS 86-2 237.06 c

PS 86-4 603.66 a

VMC 76-16 587.85 a

Kentung 354.01 bc

TLH 1 400.62 abc

PS 88-2 507.61 ab

PSDK 923 229.34 c

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada Uji Duncan taraf 5%. Tabel 7 menunjukkan bahwa berat kering akar berbagai varietas pada tanaman tebu tertinggi pada varietas PS 86-4 (603,66 g) dan berbeda sangat nyata dengan varietas PS 85-1 (229,34 g). Dari data yang didapatkan dalam hasil penelitian ini, varietas PS 86-4 memiliki berat basah akar dan berat kering akar yang tertinggi. Adanya perbedaan bahan tanam, serta pengaruh dari jamur F.


(62)

akar pada tanaman tersebut. Varietas PS 86-4 menurut deskripsi varietas yang ada merupakan varietas yang tahan (Lampiran 7). Diduga kemampuan varietas ini dapat menekan berat basah akar dan keringnya dengan baik. Karena bobot kering tanaman dan bobot segar saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Menurut penelitian yang dilakukan Cahyono (2011) dan Yulianingtyas et al. (2015) yang mengemukakan semakin besar nilai bobot segar tanamna, maka nilai bobot kering total tanaman juga semakin besar.

Kriteria Ketahanan Berbagai Varietas pada Tanaman Tebu

Penetapan dari ketahanan tanaman tebu terhadap penyakit pokahbung yang disebabkan oleh jamur F. moniliforme dilakukan dengan menggunakan metode dari Mandal (1988) yaitu dengan persentase keparahan penyakit yang disebabkan

F. moniliforme. Kriteria ketahanan 10 varietas ydiuji dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Ketahanan 10 varietas tebu terhadap Jamur F. moniliforme

Varietas Ketahanan

BZ 134 Sangat Rentan

PS 85-1 Sangat Rentan

PS 88-1 Sangat Rentan

PS 86-2 Sangat Rentan

PS 86-4 Sangat Rentan

VMC 76-16 Sangat Rentan

Kentung Sangat Rentan

TLH 1 Rentan

PS 88-2 Sangat Rentan

PSDK 923 Sangat Rentan

Dari hasil penelitian didapatkan ketahanan varietas PS 88-1, PS 88-2, BZ 134, PS 85-1, PS 86-2, PS 86-4, VMC 76-16, Kentung, dan PSDK923 adalah sangat rentan dan rentan di varietas TLH1. Seluruh varietas dapat terserang oleh patogen F. moniliforme diduga karena patogen mampu menghasilkan toksin yang mampu menyebabkan kerusakan pada bagian tanaman.


(63)

Varietas PS 86-2 dan PS 85-1 merupakan varietas yang peka pada penyakit pokahbung (Lampiran 3 dan 2), sehingga sesuai dengan penelitian ini yang menunjukkan hasil sangat rentan. Varietas PSDK 923 dan TLH 1 memiliki ketahan pada deskripsi varietas menunjukkan ketahanan yang toleran (Lampiran 8 dan 4), tetapi dalam penelitian ini mengalami pergeseran ketahanan menjadi sangat rentan pada PSDK 923 dan rentan di TLH 1. Varietas yang belum memiliki deskripsi ketahanan pada varietasnya seperti varietas BZ 134, PS 2, dan PS 88-1(Lampiran 11, 6, dan 9) di penelitian ini menunjukkan hasil bahwa varietas-varietas tersebut termasuk sangat rentan.

Berdasarkan penelitian ini terlihat juga bahwa varietas Kentung, PS 86-4, dan VMC 76-16 yang semula tahan terhadap infeksi F. moniliforme (Lampiran 10, 7, dan 5) ternyata mengalami pergeseran menjadi sangat rentan. Terjadinya pergeseran ketahanan ini diduga karena adanya perbedaan ketahanan hanya bersifat semu, yang akhirnya pada suatu saat akan muncul kembali sifat rentan terhadap patogen. Disamping itu F. moniliforme juga mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan sehingga dapat mematahkan ketahanan varietas yang semula tahan (Keller et al., 2000; Nurhayati, et al., 2010; Soepena, 1983).

Berdasarkan hasil pengamatan dengan berbagai peubah amatan seperti panjang tajuk, diameter batang, berat basah tajuk, berat kering tajuk berat basah akar, maupun berat kering akar menunjukkan hasil yang hampir sama. Varietas yang berdasarkan deskripsi varietas tahan (PS 86-4, VMC 76-16, dan Kentung) menjadi varietas dengan hasil tertinggi pada berbagai peubah amatan tersebut. Keparah penyakit pada varietas-varietas tersebut menunjukkan persentase yang


(64)

cukup tinggi secara berturut-turut (73,33%, 66,67%, dan 60%). Hal ini diduga karena tanaman memiliki ketahanan yang baik dari segi morfologinya. Hal ini sesuai dengan mekanisme perlawanan yang diekspresikan oleh tanaman inang baik perlawanan dalam bentuk ketahanan morfologi maupun biokimia (Agrios, 1996; Chamzurni et al., 2010).


(65)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Gejala serangan penyakit pokahbung yang disebabkan oleh F.

moniliforme adalah adanya klorosis serta bercak kemerahan pada daun

maupun batang tanaman

2. Kejadian penyakit pokahbung yang disebabkan oleh F. moniliforme sebesar 100% pada seluruh varietas tebu pada 10 msi

3. Pada berbagai peubah amatan agronomis menunjukkan hasil yang hampir sama. Varietas yang berdasarkan deskripsi tahan (PS 86-4, VMC 76-16, dan Kentung) menjadi varietas dengan hasil tertinggi pada berbagai peubah amatan

4. Ketahanan tanaman berdasarkan hasil pengamatan menunjukkan bahwa sebanyak 9 varietas sangat rentan (BZ 134, PS 85-1, PS 86-2, PS 86-4, PS 88-1, VMC 76-16, Kentung, PS 88-2, dan PSDK 923) dan rentan pada varietas TLH 1

5. Pergeseran ketahanan pada beberapa varietas diduga karena faktor lingkungan serta virulensi F. moniliforme yang digunakan

Saran

Sebaiknya pada saat dilakukan penanaman, diusahakan menggunakan tanah yang bebas dari inokulum F. moniliforme.


(66)

TINJAUAN PUSTAKA Jamur Fusarium moniliforme

Biologi Jamur

Menurut Agrios (1996), Fusarium dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Fungi

Divisio : Ascomycota Kelas : Sordariomycetes Ordo : Hypocreales Famili : Nectriaceae Genus : Fusarium

Fusarium merupakan salah satu patogen tular tanah yang banyak dijumpai dan juga sangat tersebar luas di seluruh dunia, dan diketahui sebagai penyebab penyakit pada berbagai tanaman seperti tebu, jagung, cabai, tomat, bawang dan lainnya. Keragaman spesies pada Fusarium, antara lain dipengaruhi oleh peningkatan suhu tanah, menyebabkan antarspesies Fusarium sukar untuk dibedakan (Kistler, 1997; Smith, 2007; Widodo dan Budiarti 2009).

Jamur ini membentuk makrokonidium bengkok seperti bulan sabit yang mempunyai 3-7 sekat, berukuran 25-60 × 2,5-4 µm, tergantung dari banyaknya sekat. Disamping itu, jamur ini mempunyai mikrokonidium bersel satu, berbentuk umparan atau jorong, 14-18 × 4,5-6 µm. dalam biakan murni jamur yang masih muda mempunyai miselium dan hialin, sedang yang sudah tua berwarna kecoklatan (Semangun, 2008).

Secara mikroskopis diketahui bahwa cendawan ini memiliki miselium yang hyalin, bercabang dan bersekat.Makrokonidia berbentuk bulan sabit


(67)

(Gambar 1.), berwarna hyalin dan bersekat.Mikrokonidianya berbentuk bulat dan membentuk rantai panjang serta hyalin dan berwarna terang (Panglipur et al, 2013).

Gambar 1. Foto mikroskopis jamur F. moniliforme dengan perbesaran 400x; (a) Makrokonidia, (b) Mikrokonidia (Pratiwi et al., 2013)

Gejala Serangan

Gejala pokahbung dibagi menjadi tiga tingkat, yang lazimnya disebut pb 1, pb 2, dan pb 3. Pada pb 1 gejala hanya terdapat pada daun. Helaian daun yang baru saja membuka pangkalnya tampak klorotis. Pada bagian ini kelak timbul titik-titik atau garis merah. Kalau penyakit meluas ke dalam, maka daun-daun yang belum membuka akan terserang juga. Daun-daun ini akan rusak dan tidak dapat membuka dengan sempurna. Pada pb 2 jamur juga menyerang ujung batang yang masih muda, tetapi tidak menyebabkan pembusukan. Pada batang yang muda ini terjadi garis-garis merah kecoklatan yang dapat meluas menjadi rongga-rongga yang dalam. Rongga-rongga-rongga ini mempunyai sekat-sekat melintang hingga tampak seperti tangga. Jika ujung batang dapat tumbuh terus akan terjadi hambatan (stagnasi) pertumbuhan, dan pada bagian yang berongga tadi batang membengkok. Pada pb 3 jamur menyerang titik tumbuh dan menyebabkan


(1)

DAFTAR ISI

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Hipotesis Penelitian ... 3

Kegunaan Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Biologi Jamur Fusarium moniliforme.. ... 4

Gejala Serangan ... 5

Faktor yang Mempengaruhi Penyakit ... 6

Ketahanan Tanaman ... 6

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ... 9

Bahan dan Alat ... 9

Metode Penelitian ... 9

Pelaksanaan Penelitian ... 12

Di Laboratorium ... 12

Penyediaan Patogen F. moniliforme... 12

Di Rumah Kaca ... 12

Persiapan Media Tanam ... 12

Persemaian ... 13

Inokulasi F. moniliforme ... 13

Penanaman ... 13

Pemeliharaan ... 13

Peubah Amatan ... 14

Panjang Tajuk (cm) ... 14

Berat Tajuk (g) ... 14

Panjang Akar (cm) ... 14

Berat Basah Akar (g) ... 14


(2)

Kejadian Penyakit ... 14

Keparahan Penyakit ... 15

Kriteria Ketahanan ... 16

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 17

Gejala Serangan Jamur F. moniliforme ... 17

Kejadian Penyakit (%) ... 18

Keparahan Penyakit ... 19

Panjang Tajuk tanaman tebu berbagai varietas pada 12 MSI (cm) ... 21

Berat Basah Tajuk tanaman tebu berbagai varietas (g) ... 22

Berat Kering Tajuk tanaman tebu berbagai varietas (g) ... 24

Diameter Batang tanaman tebu berbagai varietas (mm)... 25

Berat Basah Akar tanaman tebu berbagai varietas (g)... 26

Berat Kering Akar tanaman tebu berbagai varietas (g) ... 27

Ketahanan berbagai Varietas Tebu terhadap F. moniliforme ... 28

KESIMPULAN Kesimpulan ... 31

Saran ... 31 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN


(3)

DAFTAR GAMBAR

1. Foto mikroskopis jamur F. moniliforme dengan perbesaran 400x ... 5

(a) Makrokonidia F. moniliforme ... 5

(b) Mikrokonidia F. moniliforme ... 5

2. Bagian Tanaman tebu terserang yang terserang jamur F. moniliforme ... 6

(a) Batang tanaman tebu yang terserang F. moniliforme ... 6

(b) Ujung batang muda yang terserang F. moniliforme ... 6

3. Tanaman tebu yang terserang jamur F. moniliforme ... 18

(a) Bagian batang yang menunjukkan gejala ... 18

(b) Bagian daun yang menujukkan gejala ... 18

4. Histogram persentase kejadian penyakit yang disebabkan oleh F. moniliforme pada 1-12 msi ... 18

5. Perbedaan pembentukan ruas batang tebu pada varietas (a) VMC 76-16 (b) PSDK 923 ... 24


(4)

DAFTAR TABEL

1. Keparahan penyakit pada tanaman pada 12 MSI (%) ... 20

2. Panjang Tajuk tanaman tebu berbagai varietas pada 12 MSI (cm) ... 21

3. Berat Basah Tajuk tanaman tebu berbagai varietas (g) ... 23

4. Berat Kering Tajuk tanaman tebu berbagai varietas (g) ... 24

5. Diameter Batang tanaman tebu berbagai varietas (mm) ... 25

6. Berat Basah Akar tanaman tebu berbagai varietas (g) ... 26

7. Berat kering akar tanaman tebu berbagai varietas (g) ... 27

8. Ketahanan berbagai varietas tebu terhadap Jamur F. moniliforme ... 28


(5)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Bagan Penelitian ... 35

2. Deskripsi Varietas Tebu PS 85-1 ... 36

3. Deskripsi Varietas Tebu PS 86-2 ... 38

4. Deskripsi Varietas Tebu TLH 1 ... 40

5. Deskripsi Varietas Tebu VMC 76-16 ... 42

6. Deskripsi Varietas Tebu PS 88-2 ... 44

7. Deskripsi Varietas Tebu PS 86-4 ... 46

8. Deskripsi Varietas Tebu PSDK 923 ... 48

9. Deskripsi Varietas Tebu PS 88-1 ... 50

10. Deskripsi Varietas Tebu Kentung ... 52

11. Deskripsi Varietas Tebu BZ 134 ... 56

12. Panjang Tajuk ... 57

13. Diameter Batang ... 58

14. Berat Basah Tajuk... 59

15. Berat Kering Tajuk ... 60

16. Berat Basah Akar ... 61

17. Berat Kering Akar ... 62

18. Keparahan Penyakit ... 63

19. Kejadian Penyakit 3 MSI ... 64

20. Kejadian Penyakit 4 MSI ... 65

21. Kejadian Penyakit 5 MSI ... 66

22. Kejadian Penyakit 6 MSI ... 67

23. Kejadian Penyakit 7 MSI ... 68


(6)

24. Kejadian Penyakit 8 MSI ... 69

25. Kejadian Penyakit 10 MSI ... 70

26. Kejadian Penyakit 11 MSI ... 71

27. Kejadian Penyakit 12 MSI ... 72