Pengaruh Pengetahuan Penderita TB Paru, Faktor Penyuluhan Kesehatan, dan Pengawas Menelan Obat (PMO) Terhadap Tingkat Kepatuhan Berobat di RSUP H. Adam Malik Medan pada Tahun 2015
Lampiran 1
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Chandra Meilyn Manurung
Tempat / TanggalLahir : Jambi, 2 Mei 1995
Agama
: Kristen Protestan
Alamat
: Jl. Jamin Ginting gg. Maju No.16 Medan Baru
RiwayatPendidikan
:
1.
Sekolah Dasar YPMM Tebing Tinggi Jambi (2001-2007)
2.
Sekolah Menengah Pertama Negeri 7 Kota Jambi (2007-2009)
3.
Sekolah Menengah Atas Negeri Titian Teras HAS Jambi (2009-2012)
Riwayat Organisasi/Kepanitian :
1.
UKM KMK USU UP FK Periode 2014 dan 2015
2.
Panitia Try Out SBMPTN FK USU 2013
3.
Panitia Natal FK USU 2013
4.
Panitia Paskah FK USU 2014
Lampiran 2
LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN
Dengan hormat,
Saya, yang bernama Chandra Meilyn Manurung/NIM 120100096, adalah mahasiswa
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Saat ini saya sedang mengadakan
penelitian dengan judul “Pengaruh Pengetahuan Penderita TB Paru, Faktor Penyuluhan
Kesehatan, dan Pengawas Menelan Obat (PMO) Terhadap Tingkat Kepatuhan Berobat di
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2015”. Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu
kegiatan dalam menyelesaikan proses belajar mengajar pada blok Community Research
Programme.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pengetahuan penderita TB
Paru, faktor penyuluhan kesehatan, dan Pengawas Menelan Obat (PMO) terhadap tingkat
kepatuhan berobat di Puskesmas Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai tahun 2014.
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan upaya penanggulangan
penyakit TB Paru.
Partisipasi saudara/i bersifat sukarela dan tanpa paksaan. Identitas pribadi saudara/i sebagai
partisipan akan dirahasiakan dan semua informasi yang diberikan hanya akan digunakan
untuk penelitian ini. Untuk penelitian ini, saudara/i tidak dikenakan biaya apa pun. Bila
saudara/i membutuhkan penjelasan, maka dapat menghubungi saya :
Nama
: Chandra Meilyn Manurung
Alamat
: Jl. Jamin ginting, gang. Maju no. 16 Medan Baru
No. Hp
: 082362715100
Lampiran 3
LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP)
(INFORMED CONSENT)
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama
:
Umur
:
Alamat
:
Telp/HP
:
Setelah mendapat penjelasan dari peneliti tentang penelitian “Pengaruh Pengetahuan
Penderita TB Paru, Faktor Penyuluhan Kesehatan, dan Pengawas Menelan Obat (PMO)
Terhadap Tingkat Kepatuhan Berobat di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2015”,
maka dengan ini saya secara sukarela dan tanpa paksaan menyatakan bersedia ikut serta
dalam penelitian tersebut.
Demikianlah surat pernyataan ini untuk dapat dipergunakan seperlunya.
…..………………, ……………...2015
( ..................................... )
Lampiran 4
KUESIONER PENELITIAN
PENGARUH PENGETAHUAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU,
FAKTOR PENYULUHAN KESEHATAN DAN PENGAWAS MENELAN
OBAT (PMO) TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN BEROBAT
DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2015
A. Identitas Responden
Nama
:
Umur
:
Alamat
:
Pendidikan
: 1. Tidak tamat SD
2. SD
3. SLTP
Pekerjaan
:
4. SLTA
5. Akademi/ Sarjana
B. Pengetahuan Responden
Beri tanda silang (x) atau lingkari jawaban pilihan anda
1. Menurut Anda apakah yang dimaksud dengan penyakit Tuberkulosis paru?
a. Penyakit menular pada paru-paru yang disebabkan oleh kuman/bakteri
b. Penyakit karena penyempitan rongga saluran pernafasan
c. Penyakit paru yang disebabkan karena paru-paru tidak bisa mengembang
dengan sempurna
2. Menurut Anda apakah penyebab penyakit Tuberkulosis Paru?
a. Infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis
b. Infeksi Virus H5N1
c. Infeksi Jamur Aspergillus
3. Menurut Anda apa gejala atau tanda seseorang terkena penyakit Tuberkulosis Paru?
a. Sesak napas, oyong dan hilang keseimbangan
b. Demam, terdapat bintik-bintik merah pada kulit, dan keringat pada malam hari
c. Batuk berdahak 2-3 minggu, berkeringat pada malam hari, dan demam
4. Menurut Anda bagaimana cara pengobatan dan meminum obat Tuberkulosis Paru?
a. Obat diminum setiap harinya selama 2 bulan
b. Pada tahap awal (2 bulan) obat diminum setiap hari dan pada tahap lanjutan (4
bulan) obat diminum 3 kali dalam seminggu
c. Pada tahap awal (2 bulan) obat diminum setiap hari dan pada tahap lanjutan (4
bulan) obat diminum 1 kali dalam seminggu
5. Menurut Anda apa kegunaan pemeriksaan dahak dalam pemantauan pengobatan
Tuberkulosis Paru?
a. Tidak ada
b. Untuk memantau kemajuan pengobatan dan memastikan kesembuhan
c. Untuk memastikan bahwa kuman sudah tidak ada lagi sehingga pengobatan
bisa dihentikan walau belum mencapai minimal waktu pengobatan agar biaya
pengobatan bisa ditekan
6. Menurut Anda apa efek samping obat-obat dalam pengobatan Tuberkulosis Paru?
a. Menambah berat badan, kesulitan dalam bergerak, dan sulit tidur
b. Air seni (urin) menjadi merah, nyeri sendi, dan gatal-gatal
c. Mudah mengantuk, sulit BAB, dan menambah berat badan
7. Menurut Anda imunisasi apa yang diberikan untuk mencegah Tuberkulosis Paru?
a. Imuniasi MMR
b. Imunisasi BCG
c. Imunisasi DPT
C. Penyuluhan Kesehatan
No
Pertanyaan
1
Apakah
petugas
kesehatan
pernah
memberikan penyuluhan tentang penyakit
Tuberkulosis Paru selama dalam pengobatan?
2
Apakah petugas kesehatan pernah menjelaskan bahwa
penyakit Tuberkulosis Paru dapat menular?
3
Apakah petugas kesehatan pernah memberi tahu bahwa
pengobatan Tuberkulosis Paru tidak sebentar (6 bulan)?
4
Apakah
petugas
kesehatan
pernah
menjelaskan tentang pengobatan Tuberkulosis
Paru harus teratur?
Apakah petugas kesehatan pernah
menjelaskan tentang jadwal minum obat?
5
6
Apakah petugas kesehatan pernah
menjelaskan tentang hal-hal yang dapat
memperburuk keadaan penderita Tuberkulosis Paru?
7
Apakah petugas kesehatan pernah menjelaskan tentang
kegagalan pengobatan akibat ketidakpatuhan
pengobatan?
Apakah petugas kesehatan pernah menjelaskan perlunya
seseorang yang mengawasi dan mengingatkan minum
obat?
Apakah petugas kesehatan pernah menjelaskan tentang
penyakit Tuberkulosis Paru kepada orang yang
mengawasi anda minum obat?
8
9
Jawaban
Pernah Tidak Pernah
D. Pengawas Menelan Obat
PMO (Pengawas Menelan Obat) adalah orang yang mengawasi dan mengingatkan
Anda menelan Obat. Termasuk di dalamnya adalah anggota keluarga Anda.
1. Apakah ada yang mengawasi anda menelan obat?
a. Ada, siapa.......................................
b. Tidak ada
2. Apakah PMO (orang yang mengawasi Anda menelan obat) selalu memberikan
semangat kepada Anda untuk sembuh?
a. Ya
b. Tidak
3. Apakah PMO selalu mengingatkan Anda untuk mengambil obat dan
memeriksakan dahak sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan?
a. Ya
b. Tidak
4. Apakah PMO selalu mengawasi Anda dalam menelan obat?
a. Ya
b. Tidak
5. Apakah PMO selalu menegur Anda, bila Anda tidak mau atau lalai minum
obat?
a. Ya
b. Tidak
E. Kepatuhan Berobat
1. Apakah selama pengobatan tahap awal (2 bulan ), Anda pernah lupa minum obat
Tuberkulosis?
a. Sering (>3 kali pernah lupa minum obat/bulan)
b. Kadang-kadang (1-3 kali pernah lupa/bulan)
c. Tidak pernah
2. Apakah selama pengobatan tahap lanjutan (4 bulan), Anda pernah lupa minum obat
Tuberkulosis?
a. Sering (>3 kali pernah lupa minum obat /bulan)
b. Kadang-kadang (1-3 kali pernah lupa/bulan)
c. Tidak pernah
3. Apakah Anda pernah meminum obat Tuberkulosis tidak sesuai dengan dosis yang
ditentukan?
a. Sering (>3 kali dalam sebulan)
b. Kadang-kadang (1-3 kali dalam sebulan)
c. Tidak pernah
4. Apakah Anda pernah mengganti obat Tuberkulosis dengan obat lain/obat tradisional
sehingga Anda tidak meminum obat Tuberkulosis?
a. Sering (>3 kali dalam sebulan)
b. Kadang-kadang (1-3 kali dalam sebulan)
c. Tidak pernah
5. Apakah Anda pernah terlambat mengambil obat Tuberkulosis?
a. Sering (>2 kali)
b. Pernah (1-2 kali)
c. Tidak pernah
6. Apakah Anda selalu mematuhi jadwal pemeriksaan dahak yang telah ditetapkan?
a. Ya
b. Tidak
Lampiran 5
Hasil Uji Validitas dan Realibilitas
1. Pengetahuan
Correlations
1
Pearson Correlation
1
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
3
.001
.105
.574
.597
.898
20
20
20
20
20
20
**
1
.242
.043
.061
.279
.303
.858
.800
.234
.663
.001
.373
.242
1
.123
.058
.099
Sig. (2-tailed)
.105
.303
.605
.808
.679
20
20
20
20
20
20
Pearson Correlation
.134
.043
.123
1
-.236
-.057
Sig. (2-tailed)
.574
.858
.605
.317
.811
20
20
20
20
20
20
-.126
.061
.058
-.236
1
.597
.800
.808
.317
20
20
20
20
20
20
**
1
Sig. (2-tailed)
**
.728
.000
Pearson Correlation
.031
.279
.099
-.057
Sig. (2-tailed)
.898
.234
.679
.811
.000
20
20
20
20
20
20
Pearson Correlation
.435
*
.560
.242
.257
.061
-.015
Sig. (2-tailed)
.055
.010
.303
.274
.800
.951
20
20
20
20
20
20
*
.728
Pearson Correlation
.436
.314
.503
-.204
.115
-.140
Sig. (2-tailed)
.054
.177
.024
.388
.628
.556
20
20
20
20
20
20
*
*
Pearson Correlation
.206
.121
.453
.043
.545
.279
Sig. (2-tailed)
.384
.612
.045
.858
.013
.234
20
20
20
20
20
20
Pearson Correlation
*
.480
.319
.390
.385
-.061
-.279
Sig. (2-tailed)
.032
.171
.089
.094
.800
.234
20
20
20
20
20
20
**
**
**
.257
.353
.299
N
N
TOTAL
.031
Pearson Correlation
N
10
-.126
20
N
9
.134
.663
20
N
8
.373
1
20
N
7
6
20
Pearson Correlation
6
5
20
N
5
4
20
N
4
3
**
Sig. (2-tailed)
N
2
2
Pearson Correlation
.675
.656
.622
Sig. (2-tailed)
N
.001
.002
.003
.274
.127
.200
20
20
20
20
20
20
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Cronbach's Alpha = 0,850
2. Faktor Penyuluhan
Correlations
1
Pearson Correlation
1
.157
Sig. (2-tailed)
.508
.218
.375
.000
.357
.508
.355
.103
1.000
.122
20
20
20
20
20
.435
.419
*
.524
.043
.055
.066
.018
.858
20
20
20
20
1
*
.491
.000
.356
.028
1.000
.123
1
20
.055
20
20
20
20
20
20
*
1
.250
.102
.288
.669
Pearson Correlation
.375
.419
.491
Sig. (2-tailed)
.103
.066
.028
20
20
20
20
20
20
.000
*
.524
.000
.250
1
.204
1.000
.018
1.000
.288
20
20
20
20
20
20
Pearson Correlation
.357
.043
.356
.102
.204
1
Sig. (2-tailed)
.122
.858
.123
.669
.388
20
20
20
20
20
20
Pearson Correlation
.157
**
.206
.419
*
.524
-.171
Sig. (2-tailed)
.508
.000
.384
.066
.018
.471
20
20
20
20
20
20
Pearson Correlation
.302
**
*
.504
*
.553
.302
.082
Sig. (2-tailed)
.196
.005
.023
.011
.196
.731
20
20
20
20
20
20
**
**
**
**
.204
.167
.004
.388
.482
Sig. (2-tailed)
N
N
9
.157
.355
N
8
6
Sig. (2-tailed)
N
7
5
.435
Pearson Correlation
6
4
.218
N
5
20
3
Pearson Correlation
N
4
20
Pearson Correlation
N
3
1
Sig. (2-tailed)
N
2
2
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
.612
.004
.780
.601
.685
.001
.579
.007
.612
.388
N
10
20
20
20
20
20
*
*
*
*
Pearson Correlation
.452
.453
.154
.452
.503
-.082
Sig. (2-tailed)
.045
.045
.518
.045
.024
.731
20
20
20
20
20
20
*
**
**
**
*
.554
.313
N
TOTAL
20
Pearson Correlation
.538
Sig. (2-tailed)
.014
.000
.005
.001
.011
.179
20
20
20
20
20
20
N
.789
.598
.701
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Cronbach's Alpha= 0,850
3. PMO
Correlations
1
Pearson Correlation
1
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
3
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
4
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
5
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
PMOTOTAL
1
Sig. (2-tailed)
N
2
2
Sig. (2-tailed)
N
20
**
.787
**
.787
**
.787
**
.638
**
.838
.002
.000
20
20
20
20
20
1
**
**
**
20
**
1.000
1.000
**
.970
.000
.000
20
20
20
20
1
**
**
20
20
20
**
**
**
.899
.000
.000
.000
20
20
20
**
**
**
.811
.811
.000
.000
.899
.899
.000
.000
.638
**
.707
PMOTOTAL
.000
**
.707
5
.000
20
.787
4
.000
.000
.811
.899
.811
**
.970
.000
.000
.000
20
20
20
1
**
.903
**
.954
.000
.000
20
20
20
**
1
.903
**
.903
.002
.000
.000
.000
20
20
20
20
20
20
**
**
**
**
**
1
.838
.970
.970
.954
.000
.903
.000
.000
.000
.000
.000
20
20
20
20
20
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Cronbach's Alpha= 0,959
3
20
4. Kepatuhan Berobat
Correlations
Kep1
Pearson Correlation
Kep1
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Kep3
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Kep4
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Kep5
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Kep6
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Total
1
Sig. (2-tailed)
N
Kep2
Kep2
Sig. (2-tailed)
N
.928
.928
.792
.773
**
.903
.000
.000
20
20
20
20
20
20
1
**
**
**
**
.000
20
20
**
**
.940
.940
**
.956
.000
.000
20
20
20
20
20
1
**
**
**
20
20
**
**
**
.951
.951
**
.987
.000
.000
20
20
20
20
1
**
**
.000
20
20
20
20
**
**
**
**
.975
.000
.000
.000
.000
20
20
20
20
**
**
**
**
.927
.927
.000
.000
.927
.927
.000
.000
.869
.869
.000
20
.869
.869
.000
.000
.895
.895
.000
.000
.773
.773
Total
**
.000
.928
.773
Kep6
**
.000
**
.792
Kep5
**
.000
20
.928
Kep4
**
.000
.975
.975
.975
**
.972
.000
.000
.000
20
20
20
1
**
1.000
**
.965
.000
.000
20
20
20
**
1
1.000
**
.965
.000
.000
.000
.000
.000
20
20
20
20
20
20
20
**
**
**
**
**
**
1
.903
.956
.987
.972
.965
.000
.965
.000
.000
.000
.000
.000
.000
20
20
20
20
20
20
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Cronbach's Alpha= 0,982
Kep3
**
20
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8
Output SPSS
1. Pengetahuan terhadap Kepatuhan Berobat
Chi-Square Tests
Value
df
Asymp. Sig. (2-
Exact Sig. (2-
Exact Sig.
Point
sided)
sided)
(1-sided)
Probabili
ty
a
2
.000
.000
Likelihood Ratio
22.583
2
.000
.000
Fisher's Exact Test
21.143
Pearson Chi-Square
Linear-by-Linear Association
29.052
.000
b
28.128
N of Valid Cases
1
.000
.000
.000
.000
61
a. 3 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .59.
b. The standardized statistic is 5.304.
2. Faktor Penyuluhan Kesehatan terhadap Kepatuhan Berobat
Chi-Square Tests
Value
df
Asymp. Sig. (2-
Exact Sig. (2-
Exact Sig.
Point
sided)
sided)
(1-sided)
Probabili
ty
a
2
.000
.000
Likelihood Ratio
29.658
2
.000
.000
Fisher's Exact Test
27.244
Pearson Chi-Square
Linear-by-Linear Association
41.670
b
40.779
N of Valid Cases
.000
1
.000
61
a. 3 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .20.
b. The standardized statistic is 6.386.
.000
.000
.000
3. PMO terhadap Kepatuhan Berobat
Chi-Square Tests
Value
df
Asymp. Sig. (2-
Exact Sig. (2-
Exact Sig.
Point
sided)
sided)
(1-sided)
Probabili
ty
Pearson Chi-Square
a
9.132
2
.010
.015
Likelihood Ratio
11.008
2
.004
.006
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear Association
9.409
b
8.867
N of Valid Cases
.004
1
.003
61
a. 3 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.18.
b. The standardized statistic is 2.978.
.004
.004
.003
Lampiran 9
Data Induk
No
Nama
Jenis Kelamin
1
DP
Laki-laki
2
BW
3
Umur
Pekerjaan
Pendidikan
Pengetahuan
F. Penyuluhan
PMO
Kepatuhan
27
Pegawai Swasta
SLTA
11
18
5
18
Perempuan
32
IRT
SLTA
10
18
10
17
AB
Laki-laki
50
Tidak Bekerja
SLTP
9
15
10
18
4
SS
Laki-laki
60
Tidak Bekerja
Diploma/Sarjana
11
18
10
18
5
LI
Perempuan
25
Tidak Bekerja
Diploma/Sarjana
12
18
10
18
6
MA
Laki-laki
34
Wiraswasta
SLTA
9
13
5
14
7
TS
Laki-laki
53
Wiraswasta
SLTA
12
15
10
18
8
FR
Laki-laki
17
Pelajar
SLTA
13
18
10
18
9
JA
Laki-laki
37
Pegawai Swasta
SLTA
10
18
10
16
10
RA
Laki-laki
35
Tidak Bekerja
SLTA
9
18
10
15
11
HB
Laki-laki
65
Wiraswasta
SLTP
14
16
10
18
12
LR
Laki-laki
36
Supir
SLTP
9
14
5
14
13
FY
Laki-laki
28
Petugas Parkir
SLTA
12
14
10
15
14
CS
Laki-laki
31
SLTA
13
16
10
18
15
AY
Laki-laki
26
Wiraswasta
Diploma/Sarjana
12
15
8
18
16
AT
Laki-laki
40
Wartawan
Diploma/Sarjana
14
15
7
18
17
RM
Perempuan
30
PNS
Diploma/Sarjana
13
15
5
18
18
DH
Perempuan
20
Pelajar
SLTA
14
18
10
18
19
RS
Laki-laki
24
Wiraswasta
SLTA
12
16
9
18
20
TH
Laki-laki
59
PNS
SLTA
13
15
10
18
21
JT
Laki-laki
49
PNS
SLTA
13
16
10
18
22
PT
Laki-laki
32
Wiraswasta
SLTA
11
12
5
14
23
AS
Laki-laki
44
Tidak Bekerja
Diploma/Sarjana
8
14
6
14
24
AR
Laki-laki
43
Supir
SLTA
12
15
10
17
25
ZU
Laki-laki
49
Pegawai Swasta
Diploma/Sarjana
13
18
9
18
26
KR
Perempuan
27
LI
Perempuan
55
Wiraswasta
SLTA
12
16
5
16
28
PNS
Diploma/Sarjana
14
16
6
18
28
CO
Laki-laki
16
Pelajar
SLTP
14
18
10
18
29
HA
Laki-laki
34
Tidak Bekerja
SLTA
12
14
8
16
30
PT
Perempuan
49
IRT
SLTA
10
18
6
18
31
MA
Perempuan
43
IRT
SD
13
18
10
18
32
LB
Perempuan
22
Pelajar
SLTA
13
16
10
18
33
HS
Perempuan
62
IRT
SLTP
11
16
5
18
34
MI
Laki-laki
61
Tidak Bekerja
Diploma/Sarjana
13
16
10
18
35
NS
Laki-laki
31
Tidak Bekerja
SLTA
13
15
8
18
36
FE
Perempuan
28
IRT
Diploma/Sarjana
14
15
5
18
37
DS
Perempuan
46
IRT
SLTA
13
18
10
18
38
IN
Laki-laki
55
Tidak Bekerja
SLTA
12
16
10
18
39
AM
Perempuan
30
IRT
SLTA
13
16
8
18
40
RL
Laki-laki
44
Wiraswasta
SLTA
13
16
8
16
41
TA
Laki-laki
45
Buruh
SD
11
11
7
14
42
YA
Laki-laki
20
Pelajar
SLTA
14
16
10
18
43
SR
Laki-laki
23
Pegawai Swasta
Diploma/Sarjana
14
18
10
18
44
BL
Laki-laki
60
Tidak Bekerja
SLTP
12
15
8
17
45
EF
Laki-laki
38
Wiraswasta
Diploma/Sarjana
12
16
8
18
46
AH
Perempuan
60
IRT
SLTA
13
18
10
18
47
IL
Perempuan
28
PNS
Diploma/Sarjana
14
15
6
18
48
RK
Perempuan
53
IRT
SLTA
12
16
5
16
49
BA
Perempuan
50
IRT
SLTA
9
14
7
14
50
ST
Laki-laki
60
Tidak Bekerja
SLTP
12
16
10
17
51
MR
Laki-laki
52
DM
Laki-laki
18
Pelajar
SLTA
13
18
10
18
53
BC
Laki-laki
29
PNS
Diploma/Sarjana
12
18
9
18
54
CD
Laki-laki
31
Tidak Bekerja
Diploma/Sarjana
14
18
8
17
55
DR
Laki-laki
37
Pedagang
SLTA
12
14
10
18
56
KD
Laki-laki
35
Buruh
SLTA
13
15
5
18
57
LJ
Perempuan
32
IRT
Diploma/Sarjana
14
16
10
18
58
OR
Perempuan
25
Pegawai Swasta
Diploma/Sarjana
13
15
8
18
59
PO
Laki-laki
17
Pelajar
SLTP
14
18
10
18
60
EE
Laki-laki
19
Pelajar
SLTA
13
18
10
18
61
KJ
Perempuan
27
PNS
Diploma/Sarjana
13
16
5
17
21
Pelajar
SLTA
14
16
10
18
52
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Z. & Asril, B., 2009. Tuberkulosis Paru. Dalam: Sudoyo, Aru W.,
Setiyohadi, Bambang, Alwi, Idrus, Simadibrata, Marcellus, & Setiati, Siti,
2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 5. Interna Publishing.
Jakarta.
Arikunto, S, 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta.
Jakarta
Bart, S., 1994. Psikologi Kesehatan. PT. Grasindo. Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009. Buku Saku Kader Program
Penanggulangan TB. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan. Jakarta.
Departemen
Kesehatan
Republik
Indonesia,
2011.
Pedoman
Nasional
Penanggulangan Tuberkulosis. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit
dan Penyehatan Lingkungan. Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2014. Profil Kesehatan Indonesia
2013. Jakarta.
Dinas Kesehatan Sumatera Utara, 2014. Profil Kesehatan Sumatera Utara 2013.
Medan.
Djojodibroto, D., 2007. Respirologi (Respiratory Medicine). Penerbit
Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.
Eliska, 2005. Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan, dan
Peran Pengawas Menelan Obat (PMO) Terhadap Kepatuhan Berobat
Penderita TB Paru di Puskesmas Teladan Medan Tahun 2005. Skripsi,
FKM USU. Medan.
Ester, M., 2000. Psikologi Kesehatan. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta.
53
Erawatyningsih et.al, 2009. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan
Berobat Pada Penderita Tuberkulosis Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas
Dompu Barat Kecamatan Woja Kabupaten Dompu Provinsi NTB. Berita
Kedokteran Masyarakat, Volume 25 No. 3.
Firdous et.al, 2006. Faktor-Faktor Penderita Tuberkulosis Paru Putus Berobat.
Media Litbang Kesehatan XVI No. 4 Tahun 2006.
Ivanti, Risti. 2009. Pengaruh Karakteristik dan Motivasi Penderita Tuberkulosis
Paru terhadap Kepatuhan Berobat di Balai Pengobatan Paru-paru (BP4)
Medan Tahun 2009. Skripsi, FKM USU. Medan.
Kayser, F. H., Bienz, K. A., Eckert, J., &, Zinkernagel, R. M., 2005. Medical
Microbiology. Thieme. Zurich.
Kurniawan et.al, 2011. Kepatuhan berobat penderita tuberkulosis paru di
puskesmas, kota jayapura, provinsi papua tahun 2010. Damianus J
Medicine Vol. 10 No.2 Juni 2011.
Mason, C. M & Summer, W. R., 2010. Respiratory Infection. Dalam: Ali, J.,
Summer, W. R., & Levitzky, M. G., 2010. Pulmonary Pathophysiology.
McGraw-Hill Companies, Inc. USA.
Maulana, H. D. J., 2007. Promosi Kesehatan. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta
Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2009. Keputusan Menteri Kesehatan: No.
364 tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB). Jakarta.
Mubarak, W. I., Chayatin, N., Rozikin, N., & Supradi, 2007. Promosi Kesehatan:
Sebuah Pengantar Proses Belajar Mengajar dalam Pendidikan. Graha
Ilmu. Yogyakarta.
Notoatmodjo, S., 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Penerbit Rineka
Cipta. Jakarta.
54
Notoatmodjo, S., 2010. Promosi Kesehatan: Teori & Aplikasi. Penerbit Rineka
Cipta. Jakarta.
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), 2006. Pedoman Penanggulangan
Tuberkulosis (Konsensus TB). Jakarta.
Plorde, J. J, 2004. Mycobacteria. Dalam: Ryan, K. J & Ray, C. G. 2004. Sherris
Medical Microbiology. Edisi 4. McGraw-Hill Companies, Inc. USA.
Pulungan, Ellyn Fajriah, 2014. Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Praktek
Pengawas Menelan Obat dengan Keberhasilan Pengobatan Tuberkulosis
Paru di Puskesmas Glugur Darat pada Tahun 2011. KTI FK USU,
Medan.
Sari, C. N., 2011. Pengaruh Pengetahuan Penderita Tb Paru, Faktor Pelayanan
Kesehatan Dan Pengawas Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan
Berobat Di Puskesmas Amplas Kota Medan Tahun 2011. Skripsi FKM
USU. Medan.
Senewe, Felly Philipus, 2002. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan
Berobat Penderita Tuberkulosis Paru di Puskesmas Depok. Buletin Panel
Kesehatan, Vol. 30 No. 1.
Simamora, J., 2004. Faktor yang Memengaruhi Ketidakteraturan Berobat
Penderita TB Paru di Puskesmas Kota Binjai Tahun 2004. Tesis.
Pascasarjana USU. Medan.
Sukoco, Noor Edi Widya, 2011. Hubungan Antara Perilaku Pencegahan dan
Kepatuhan Berobat Penderita TB di Indonesia. Buletin Penelitian Sistem
Kesehatan Vol. 14 No. 1 Januari 2011.
Sutanta, 2014. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan PMO, Jarak Rumah dan
Pengetahuan Pasien TB Paru Dengan Kepatuhan Berobat di BP4
Kabupaten Klaten. Jurnal Kesehatan Samodra Ilmu Vol. 5 No. 2 Juli 2014.
WHO, 2013. Global Tuberculosis Report 2013. www.WHO.int
55
Zuliana, I., 2009. Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan
dan Faktor Peran Pengawas Minum Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan
Penderita TB Paru Dalam Pengobatan di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009. Skripsi FKM USU. Medan.
28
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian maka kerangka konsep dalam penelitian ini
adalah:
Pengetahuan penderita TB paru:
Tingkat Pendidikan
Informasi yang didapat (media
massa, petugas kesehatan,
ataupun lingkungan sekitar)
Umur
Pengalaman
Pekerjaan
Faktor Penyuluhan Kesehatan:
Sikap petugas kesehatan
Frekuensi penyuluhan
Kualitas interaksi petugas
kesehatan terhadap pasien
Faktor-faktor lain yang berpengaruh:
Sosiodemografis
Jarak rumah pasien ke rumah
sakit
Efek samping obat
Keyakinan untuk sembuh
Dukungan keluarga
Biaya pengobatan
Sikap penderita TB Paru
Pengawas Menelan Obat (PMO):
Ada tidaknya PMO
Sikap PMO kepada pasien
PMO melaksanakan tugasnya
Tingkat Kepatuhan
Berobat
Tugas PMO:
Mengawasi pasien TB agar
menelan obat secara teratur
sampai selesai pengobatan
Memberi dorongan kepada pasien
agar mau berobat teratur
Mengingatkan
pasien
untuk
periksa ulang dahak pada waktu
yang telah ditentukan
Memberi
penyuluhan
pada
anggota keluarga pasien TB yang
mempunyai
gejala-gejala
mencurigakan TB untuk segera
memeriksakan diri ke sarana
pelayanan kesehatan
Patuh
Tidak Patuh
Sembuh
Kambuh
Gagal Pengobatan
TB MDR
Pengobatan
Bertambah Lama
Sumber Penularan
Kematian
29
3.2. Definisi Operasional
No
Operasional
Definisi
Cara Ukur
Alat Ukur
Skala
1.
Pengetahuan
Segala
sesuatu Wawancara Kuesioner
yang
diketahui
7 Pertanyaan
oleh
respoden
mengenai
Benar : 2
penyakit TB Paru.
Salah : 1
2.
Penyuluhan
Kesehatan
3.
Pengawas
Menelan
Obat (PMO)
4.
Kepatuhan
Berobat
Wawancara Kuesioner
Tanggapan
Ordinal
responden
9 Pertanyaan
mengenai upaya
penyuluhan yang
Pernah : 2
dilakukan petugas
Tidak : 1
kesehatan dalam
menjelaskan
tentang
segala
sesuatu tentang
penyakit TB paru.
Wawancara Kuesioner
Tanggapan
Ordinal
responden
5 Pertanyaan
mengenai peran
PMO
dalam
Ya : 2
mengingatkan,
Tidak : 1
mengawasi,
memberikan
dorongan,
dan
menegur
responden dalam
masa pengobatan
TB Paru.
Ketaatan
Wawancara Kuesioner
Ordinal
responden dalam
6 Pertanyaan
menelan
obat,
memeriksakan
Tidak Pernah
dahak,
dan
:3
mengambil obat.
Kadangkadang : 2
Sering : 1
Ordinal
Hasil
Ukur
Baik
(12-14)
Cukup
(10-11)
Kurang
(7-9)
Baik
(15-18)
Cukup
(13-14)
Kurang
(9-12)
Baik (910)
Cukup
(7-8)
Kurang
(5-6)
Patuh
(15-18)
Tidak
Patuh
(6-14)
30
3.3. Hipotesis
1. Ada pengaruh pengetahuan penderita TB Paru terhadap tingkat
kepatuhan berobat di RSUP H. Adama Malik Medan tahun 2015.
2. Ada pengaruh faktor penyuluhan kesehatan terhadap tingkat
kepatuhan berobat di RSUP H. Adama Malik Medan tahun 2015.
3. Ada pengaruh pengawas menelan obat terhadap tingkat kepatuhan
berobat di RSUP H. Adama Malik Medan tahun 2015.
31
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian
analitik dengan desain cross sectional, dimana penelitian ini akan mengetahui
pengaruh pengetahuan penderita TB paru, faktor penyuluhan kesehatan, dan
pengawas menelan obat (PMO) terhadap tingkat kepatuhan berobat di RSUP H.
Adam Malik Medan tahun 2015.
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan selama 5 bulan (Oktober sampai November
2015) di Poli TB DOTS RSUP H. Adam Malik Medan.
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian
4.3.1. Populasi
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru DOTS yang
sedang menjalani pengobatan tahap lanjutan.
4.3.2. Sampel
Penelitian
ini
menggunakan rumus
besar
sampel analitik tidak
berpasangan
=
(
2
+
1 1+
2 2)
( 1 − 2)
Jika Z-alpha 5% dan Z-beta 20% nilai proporsi TB Paru dari penelitian
sebelumnya (P2) adalah 19,3% dan nilai P1 sebesar 39,3% maka perhitungan
besar sampel adalah 45 sampel.
=
( 1,96 √2x0,293x0,707 + 0,842 √0,393x0,607 + 0,193x0,807)
( 0,393 − 0,193)
N= 44,7575105
Besar sampel dibulatkan menjadi 45 orang sampel.
32
4.3.2.1 Kriteria Sampel
Kriteria Inklusi:
Bersedia menjadi subjek penelitian dan mengisi kuesioner
Merupakan Penderita Tuberkulosis DOTS
Berumur 16-64 Tahun
Sedang menjalani pengobatan tahap lanjutan
Kriteria Eklusi:
Pasien TB MDR
4.4. Teknik Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan data sekunder, yaitu:
1. Data primer, yaitu diperoleh dengan wawancara langsung kepada
penderita TB paru yang berpedoman pada kuesioner yang telah ditetapkan.
2. Data sekunder, yaitu diperoleh dari laporan pelaksanaan program
penganggulangan TB paru di RSUP H. Adam Malik Medan.
4.5. Pengolahan dan Analisis Data
4.5.1. Pengolahan
Pengolahan data dilakukan melalui beberapa tahapan, tahap pertama
adalah editing yaitu mengecek nama, kelengkapan identitas, maupun data
responden, dan memastikan bahwa semua pertanyaan di dalam kuesioner telah
diisi sesuai petunjuk, tahap kedua adalah coding yaitu memberi kode atau angka
tertentu pada data yang terkumpul dan jawaban pertanyaan untuk mempermudah
waktu mengadakan tabulasi dan analisis, tahap ketiga adalah entry yaitu
memasukkan data dari kuesioner ke dalam program komputer dengan
menggunakan program SPSS (Statistic Package Social Science), tahap keempat
adalah cleaning yaitu memeriksa kembali data yang telah di-entry untuk
mengetahui ada kesalahan atau tidak.
33
4.5.2. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini digunakan uji statistik Fisher’s Exact
Test. Analisis data juga akan dilakukan dengan bantuan program komputer.
34
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik
(RSUP HAM) Kota Medan yang berlokasi di Jalan Bunga Lau No. 17, Kelurahan
Kemenangan Tani, Kecamatan Medan Tuntungan. Rumah Sakit ini merupakan
Rumah Sakit Pemerintah dengan kategori kelas A. Selain itu, RSUP HAM juga
merupakan rumah sakit rujukan untuk wilayah Sumatera yang meliputi Sumatera
Utara, Aceh, Sumatera Barat dan Riau sehingga dapat dijumpai pasien dengan
latar belakang yang sangat bervariasi. Penelitian ini lakukan di Poliklinik TB
DOTS RSUP HAM.
Poliklinik TB DOTS RSUP HAM melayani pasien pada hari Senin-Jum’at
pukul 08.00-12.00 WIB dan 14.00-16.00. Peneliti melakukan penelitian pada awal
bulan Oktober hingga akhir bulan November pada sekitar pukul 10.00-15.00.
Peneliti juga melakukan penelitian dengan langsung menanyakan responden
penelitian. Jumlah responden terbanyak dalam 1 hari adalah 7 responden dan
tersedikit adalah 0 orang.
5.1.2. Deskripsi Responden Penelitian
Sampel penelitian ini merupakan pasien atau penderita TB Paru yang
sedang menjalani tahap pengobatan fase lanjutan. Ada 61 responden yang
bersedia menjadi sampel penelitian dengan distribusinya sebagai berikut.
Deskripsi responden berdasarkan jenis kelamin, umur, pekerjaan dan pendidikan
terakhir.
Hasil Penelitian menunjukkan, terdapat 41 responden (67,2%) berjenis
kelamin laki-laki dan 20 responden (32,8%) berjenis kelamin perempuan.
35
Tabel 5.1. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
Laki-Laki
Perempuan
Total
Jumlah
41
20
61
Persentase
67,2%
32,8%
100%
Dalam penelitian ini juga didapati usia responden terendah adalah 16
tahun dan tertinggi adalah 65 tahun. Peneliti mengelompokan usia responden
menjadi 7 kelompok dengan frekuensi sebagai berikut:
Tabel 5.2. Distribusi Responden Berdasarkan Usia
Kelompok Usia
16-22 Tahun
23-29 Tahun
30-36 Tahun
37-43 Tahun
44-50 Tahun
51-57 Tahun
58-65 Tahun
Total
Keterangan pembagian umur:
Jumlah
9
12
13
6
9
4
8
61
Persentase
14,8%
19,6%
21,3%
9,9%
14,8%
6,6%
13,1%
100%
Menggunakan rumus Sturgess untuk menentukan jumlah kelas atau kelompok:
= 1 + 3,3 log
n : Jumlah data yang ada
= 1 + 3,3 log 61 = 6,89 = 7
k : Jumlah kelas atau kelompok
Sebanyak 12 responden (19,7%) didapati tidak memiliki pekerjaan
sedangkan responden lainnya memiliki pekerjaan sebagai berikut:
Tabel 5.3. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan
Pekerjaan
Buruh
IRT
Pedagang
Pegawai Swasta
Pelajar
Petugas Parkir
PNS
Supir
Wartawan
Wiraswasta
Total
Jumlah
2
11
1
5
9
1
7
2
1
9
49
Persentase
3,3%
18%
1,6%
8,2%
14,8%
1,6%
11,5%
3,3%
1,6%
14,8%
80,3%
36
Dari hasil penelitian didapati 2 responden (3,3%) berpendidikan terakhir
SD, 8 responden (13,1%) SLTP, 33 responden (54,1%) SLTA, dan 18 responden
(29,5%) Diploma/Sarjana.
Tabel 5.4. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Pendidikan Terakhir
SD
SLTP
SLTA
Diploma/Sarjana
Total
Jumlah
2
8
33
18
61
Persentase
3,3%
13,1%
54,1%
29,5%
100%
5.1.3. Hasil Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk menggambarkan distribusi frekuensi
dari variabel independen dan dependen.
5.1.3.1. Pengetahuan
Pengetahuan penderita TB Paru didapatkan melalui angket yang berjumlah
7 pertanyaan. Dari hasil penelitian tentang TB Paru, sebanyak 55 responden
(90,2%) mengetahui bahwa TB Paru merupakan penyakit menular pada paru-paru
yang disebabkan oleh kuman atau bakteri sedangkan yang tidak tahu berjumlah 6
responden (9,8%). Sebanyak 42 responden (68,9%) mengetahui bahwa penyebab
penyakit TB Paru merupakan bakteri Mycobacterium tuberculosis sedangkan 19
responden (31,1%) tidak mengetahuinya.
Berdasarkan hasil penelitian, didapati sebanyak 51 responden (83,6%)
mengetahui bahwa gejala atau tanda penyakit TB Paru adalah batuk berdahak 2-3
minggu, berkeringat pada malam hari, dan demam sedangkan 10 responden
(16,4%) tidak mengetahui hal tersebut. Sebanyak 49 responden (80,3%)
mengetahui cara pengobatan dan meminum obat anti TB Paru sedangkan 12
responden (19,7%) tidak mengetahuinya.
37
Sebanyak
48
responden
(78,7%)
mengetahui
bahwa
kegunaan
pemeriksaan dahak adalah untuk memantau kemajuan pengobatan dan
memastikan kesembuhan sedangkan yang tidak mengetahuinya sebanyak 13
responden (21,3%). Ada 51 responden (83,6%) yang mengetahui bahwa efek
samping obat-obat anti TB Paru adalah urin menjadi merah, nyeri sendi dan gatalgatal sedangkan 10 responden (16,4%) tidak mengetahuinya. Dari hasil penelitian
juga didapati sebanyak 24 responden (39,3%) mengetahui bahwa imunisasi untuk
mencegah TB adalah Imunisasi BCG sedangkan 37 responden (60,7%) tidak
mengetahui hal tersebut.
Tabel 5.5. Distribusi Pengetahuan Responden Penelitian
Pertanyaan Pengetahuan
Penyakit TB Paru
1. Tahu
2. Tidak Tahu
Total
Penyebab TB Paru
1. Tahu
2. Tidak Tahu
Total
Gejala atau Tanda TB Paru
1. Tahu
2. Tidak Tahu
Total
Cara Pengobatan dan Meminum OAT
1. Tahu
2. Tidak Tahu
Total
Kegunaan Pemeriksaan Dahak
1. Tahu
2. Tidak Tahu
Total
Efek Samping Penggunaan OAT
1. Tahu
2. Tidak Tahu
Total
Imunisasi Mencegah TB
1. Tahu
2. Tidak Tahu
Total
Jumlah
Persentase
55
6
61
90,2%
9,8%
100%
42
19
61
68,9%
31,1%
100%
51
10
61
83,6%
16,4%
100%
49
12
61
80,3%
19,7%
100%
48
13
61
78,7%
21,3%
100%
51
10
61
83,6%
16,4%
100%
24
37
61
39,3%
60,7%
100%
38
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa setelah dilakukan
pengkategorian berdasarkan jawaban responden, sebanyak 47 responden (77%)
berada pada kategori pengetahuan baik, sebanyak 8 responden (13,2%) berada
pada kategori pengetahuan cukup baik, dan 6 responden (9,8%) pada kategori
pengetahuan kurang baik.
Tabel 5.6. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Pengetahuan
Kategori Pengetahuan
Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
Total
Jumlah
47
8
6
61
Persentase
77%
13,2%
9,8%
100%
5.1.3.2. Faktor Penyuluhan Kesehatan
Faktor penyuluhan kesehatan dinilai menggunakan angket yang berjumlah
9 pertanyaan tentang penyuluhan atau informasi yang diberitahukan oleh petugas
kesehatan. Dari hasil penelitian, didapati bahwa 51 responden (83,6%) yang
pernah diberitahu tentang penyakit TB Paru selama masa pengobatan sedangkan
10 responden (16,4%) yang tidak pernah. Sebanyak 55 responden (90,2%) yang
pernah diberitahu bahwa TB Paru dapat menular sedangkan 6 responden (9,8)
yang tidak pernah.
Berdasarkan hasil penelitian, didapati 51 responden (83,6%) yang pernah
diberitahu bahwa pengobatan TB Paru tidak sebentar sedangkan 10 responden
(16,4%) yang tidak pernah. Ada 50 responden (82%) yang pernah diberitahu
bahwa pengobatan TB Paru harus teratur sedangkan 11 responden (18%) yang
tidak pernah.
Ada 44 responden (72,1%) yang pernah dijelaskan tentang jadwal minum
OAT sedangkan 17 responden (27,9%) yang tidak pernah. Sebanyak 49 responden
(80,3%) yang pernah dijelaskan tentang hal-hal yang dapat memperburuk keadaan
penderita TB Paru sedangkan 12 responden (19,7%) yang tidak pernah.
39
Dari hasil penelitian, didapati sebanyak 52 responden (85,2%) yang
pernah
dijelaskan
tentang
kegagalan
pengobatan
akibat
ketidakpatuhan
pengobatan sedangkan 9 responden (14,8%) yang tidak pernah. Sebanyak 41
responden (67,2%) yang pernah dijelaskan bahwa perlunya seorang yang
mengawasi dan mengingatkan menelan obat sedangkan 20 responden (32,8%)
yang tidak pernah. Ada 37 responden (60,7%) yang anggota keluarganya pernah
dijelaskan tentang penyakit TB Paru oleh petugas kesehatan sedangkan 24
responden (39,3%) yang tidak pernah.
40
Tabel 5.7. Distribusi Faktor Penyuluhan Kesehatan Responden Penelitian
Pertanyaan Faktor Penyuluhan Kesehatan
Petugas
kesehatan
pernah memberikan penyuluhan
tentang penyakit TB Paru selama dalam pengobatan
1. Pernah
2. Tidak Pernah
Total
Petugas kesehatan pernah menjelaskan bahwa penyakit TB Paru dapat
menular
1. Pernah
2. Tidak Pernah
Total
Petugas kesehatan pernah memberi tahu bahwa pengobatan TB Paru
tidak sebentar
1. Pernah
2. Tidak Pernah
Total
Petugas kesehatan pernah menjelaskan tentang pengobatan TB
Paru harus teratur
1. Pernah
2. Tidak Pernah
Total
Petugas kesehatan pernah menjelaskan tentang jadwal minum OAT
1. Pernah
2. Tidak Pernah
Total
Petugas kesehatan pernah menjelaskan tentang hal-hal yang dapat
memperburuk keadaan penderita TB Paru
1. Pernah
2. Tidak Pernah
Total
Petugas kesehatan pernah menjelaskan tentang kegagalan pengobatan
akibat ketidakpatuhan pengobatan
1. Pernah
2. Tidak Pernah
Total
Petugas kesehatan pernah menjelaskan perlunya seseorang yang
mengawasi dan mengingatkan minum obat
1. Pernah
2. Tidak Pernah
Total
Petugas kesehatan pernah menjelaskan tentang penyakit Tuberkulosis
Paru kepada keluarga penderita TB Paru
1. Pernah
2. Tidak Pernah
Total
Jumlah
Persentase
51
10
61
83,6%
16,4%
100%
55
6
61
90,2%
9,8%
100%
51
10
61
83,6%
16,4%
100%
50
11
61
82%
18%
100%
44
17
61
72,1%
27,9%
100%
49
12
61
80,3%
19,7%
100%
52
9
61
85,2%
14,8%
100%
41
20
61
67,2%
32,8%
100%
37
24
61
60,7%
39,3%
41
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa setelah dilakukan
pengkategorian berdasarkan jawaban responden, sebanyak 52 responden (85,2%)
menyatakan penyuluhan yang dilakukan oleh petugas kesehatan berada pada
kategori baik, sebanyak 7 responden (11,5%) berada pada kategori cukup baik,
dan 2 responden (3,3%) pada kategori kurang baik.
Tabel 5.8. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Faktor Penyuluhan
Kesehatan
Kategori Faktor Penyuluhan Kesehatan
Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
Total
Jumlah
52
7
2
61
Persentase
85,2%
11,5%
3,3%
100%
5.1.3.3. Pengawas Menelan Obat (PMO)
PMO yang diukur meliputi mengawasi penderita menelan obat,
memberikan dorongan untuk berobat, mengingatkan penderita untuk mengambil
obat dan memeriksakan dahak sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan serta
menegur penderita bila lalai minum obat.
Berdasarkan hasil penelitian, didapati sebanyak 50 responden (82%)
memiliki PMO sedangkan 11 responden (18%) tidak memiliki PMO. Ada 40
responden (65,6%) yang selalu diberikan semangat oleh PMO dalam masa
pengobatan sedangkan 21 responden (34,4%) yang tidak selalu.
Dari hasil penelitian juga didapati 37 responden (60,7%) yang selalu
diingatkan oleh PMO agar mengambil obat dan memeriksakan dahak sesuai
dengan jadwal yang telah ditetapkan sedangkan 24 responden (39,3%) yang tidak
selalu diingatkan. Sebanyak 38 responden (62,3%) yang selalu diawasi oleh PMO
dalam menelan OAT sedangkan 23 responden (37,7%) yang tidak selalu diawasi.
Ada 39 responden (63,9%) yang selalu ditegur oleh PMO jika tidak mau atau lalai
minum OAT sedangkan 22 responden (36,1%) yang tidak selalu ditegur.
42
Tabel 5.9. Distribusi PMO Responden Penelitian
Pertanyaan Pengawas Menelan Obat (PMO)
Ada tidaknya PMO
1. Ya
2. Tidak
Total
PMO selalu memberi semangat
1. Ya
2. Tidak
Total
PMO selalu mengingatkan untuk mengambil OAT dan
memeriksakan dahak sesuai jadwal
1. Ya
2. Tidak
Total
PMO selalu mengawasi menelan OAT
1. Ya
2. Tidak
Total
Jumlah
Persentase
50
11
61
82%
18%
100%
40
21
61
65,6%
34,4%
100%
37
24
61
60,7%
39,3%
100%
38
23
61
62,3%
37,7%
100%
39
22
61
63,9%
36,1%
100%
PMO selalu menegur jika tidak mau atau lalai
meminum OAT
1. Ya
2. Tidak
Total
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa setelah dilakukan
pengkategorian berdasarkan jawaban responden, sebanyak 34 responden (55,7%)
bahwa PMO didapati dalam kategori baik, sebanyak 12 responden (19,7%) berada
pada kategori cukup baik, dan 15 responden (24,6%) pada kategori kurang baik.
Tabel 5.10. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori PMO
Kategori PMO
Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
Total
Jumlah
34
12
15
61
Persentase
55,7%
19,7%
24,6%
100%
43
5.1.3.4. Tingkat Kepatuhan Berobat
Tingkat kepatuhan berobat penderita TB Paru diperoleh melalui angket
yang berjumlah 6 pertanyaan. Sebanyak 56 responden (91,8%) tidak pernah lupa
meminum OAT pada tahap awal pengobatan (2 bulan) sedangkan 5 responden
(8,2%) terkadang lupa meminum OAT. Ada 48 respoden (78,7%) tidak pernah
lupa meminum OAT pada tahap lanjutan pengobatan (4 bulan), 10 responden
(16,4%) terkadang lupa meminum OAT, dan 3 responden (4,9%) yang sering lupa
meminum OAT.
Dari hasil penelitian, didapati sebanyak 58 responden (95,1%) tidak
pernah meminum OAT yang tidak sesuai dosis yang ditetapkan sedangkan 3
responden (4,9%) yang terkadang tidak sesuai. Sebanyak 55 responden (90,2%)
tidak pernah mengganti OAT dengan obat herbal atau tradisional sedangkan 6
responden (9,8%) yang terkadang pernah.
Sebanyak 50 responden (82%) tidak pernah terlambat mengambil OAT di
rumah sakit sedangkan 11 responden (18%) yang terkadang pernah. Ada 56
responden (91,8%) yang selalu mematuhi jadwal pemeriksaan dahak yang telah
ditetapkan sedangkan 5 responden (8,2%) yang pernah tidak.
44
Tabel 5.11. Distribusi Kepatuhan Responden Penelitian
Pertanyaan Pengawas Menelan Obat (PMO)
Lupa meminum OAT selama tahap awal pengobatan (2 bulan)
1. Tidak pernah
2. Kadang-kadang (1-3 kali/bulan)
3. Sering (>3 kali/bulan)
Total
Lupa meminum OAT selama tahap lanjutan pengobatan (4 bulan)
1. Tidak pernah
2. Kadang-kadang (1-3 kali/bulan)
3. Sering (>3 kali/bulan)
Total
Meminum OAT tidak sesuai dosis
1. Tidak pernah
2. Kadang-kadang (1-3 kali dalam sebulan)
3. Sering (>3 kali dalam sebulan)
Total
Mengganti OAT dengan obat herbal atau tradisional
1. Tidak pernah
2. Kadang-kadang (1-3 kali dalam sebulan)
3. Sering (>3 kali dalam sebulan)
Total
Terlambat mengambil OAT di rumah sakit
1. Tidak pernah
2. Kadang-kadang (1-2 kali)
3. Sering (>2 kali)
Total
Selalu mematuhi jadwal pemeriksaan dahak
1. Ya
2. Tidak
Total
Jumlah
Persentase
56
5
0
61
91,8%
8,2%
0%
100%
48
10
3
61
78,7%
16,4%
4,9%
100%
58
3
0
61
95,1%
4,9%
0%
100%
55
6
0
61
90,2%
9,8%
0%
100%
50
11
0
61
82%
18%
0%
100%
56
5
61
91,8%
8,2%
100%
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa setelah dilakukan
pengkategorian berdasarkan jawaban responden, sebanyak 55 responden (90,2%)
berada dalam kategori patuh sedangkan 6 responden (9,8%) berada dalam
kategori tidak patuh.
Tabel 5.12. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Tingkat Kepatuhan
Berobat
Kategori Tingkat Kepatuhan Berobat
Patuh
Tidak Patuh
Total
Jumlah
55
6
61
Persentase
90,2%
9,8%
100%
45
5.1.4. Hasil Analisis Bivariat
Untuk melihat hubungan pengetahuan penderita TB Paru, faktor
penyuluhan kesehatan, dan pengawas melelan obat (PMO) terhadap tingkat
kepatuhan berobat penderita TB Paru digunakan uji hipotesis Fisher’s Exact Test.
Pada hubungan variabel antara pengetahuan penderita TB Paru terhadap
tingkat kepatuhan berobat, didapati nilai adalah ρ=0,000 yang menunjukkan
bahwa adanya hubungan secara signifikan antara pengetahuan penderita TB Paru
dengan tingkat kepatuhan berobat. Hal ini menandakan bahwa hipotesis H0
ditolak.
Variabel antara faktor penyuluhan kesehatan terhadap tingkat kepatuhan
berobat juga bernilai ρ=0,000. Sama halnya dengan variabel antara pengawas
menelan obat (PMO) terhadap tingkat kepatuhan berobat pun bernilai ρ=0,004
yang menunjukkan bahwa adanya hubungan secara signifikan antara pengawas
menelan obat (PMO) dengan tingkat kepatuhan berobat.
5.2. Pembahasan
Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan
antara pengetahuan penderita TB Paru, faktor penyuluhan kesehatan, dan
pengawas menelan obat (PMO) terhadap kepatuhan berobat TB Paru di RSUP H.
Adam Malik Medan pada tahun 2015.
5.2.1. Pengaruh Pengetahuan Penderita TB Paru Terhadap Tingkat
Kepatuhan Berobat.
Berdasarkan uji hipotesis menggunakan metode Fisher’s Exact Test
menunjukkan bahwa pengetahuan penderita TB Paru memiliki hubungan yang
signifikan terhadap tingkat kepatuhan berobat TB Paru (ρ=0,000). Hasil penelitian
ini sejalan dengan penelitian Sari (2011) dan Zuliana (2009) yang mengatakan
bahwa pengetahuan responden berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan berobat.
46
Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Firdous et.al (2006) yang
menyatakan bahwa orang yang memiliki pengetahuan yang baik 5,5 kali lebih
patuh dibandingkan dengan yang berpengetahuan tidak baik. Hal serupa juga yang
didapati dari penelitian Erawatyningsih et.al (2009).
Sedangkan penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Ivanti (2009)
yang menyatakan bahwa pengetahuan responden tidak mempunyai pengaruh
terhadap tingkat kepatuhan berobat. Hal tidak serupa juga didapatkan dari
penelitian Kurniawan et.al (2011) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan
antara
pengetahuan
dan
kepatuhan
berobat
walaupun
pada
kelompok
berpengetahuan rendah didapati lebih banyak tidak patuh (55,5%).
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2003),
bahwa tindakan seseorang terhadap masalah kesehatan pada dasarnya dipengaruhi
oleh pengetahuan seseorang tentang masalah tersebut. Dalam hal ini, pengetahuan
yang dimiliki oleh penderita TB Paru berhubungan dengan tingkat kepatuhan
berobat, semakin tinggi pengetahuan penderita TB Paru tentang penyakitnya maka
akan semakin patuh berobat.
Menurut Notoatmodjo (2003), perubahan perilaku itu mengikuti tahaptahap melalui proses perubahan pengetahuan (knowledge) – sikap (attitude) –
praktek (practice). Beberapa penelitian telah membuktikan hal itu, namun
penelitian lain juga membuktikan bahwa proses tersebut tidak selalu berdasarkan
teori di atas, bahkan dalam praktik sehari-hari terjadi sebaliknya. Meskipun
demikian, Rogers (Notoatmodjo, 2003) menyimpulkan bahwa perilaku baru yang
melalui proses yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif
akan bersifat langgeng, begitu juga sebaliknya.
Akan tetapi dari hasil analisis antara tingkat pendidikan terakhir responden
terhadap tingkat pengetahuan dengan menggunakan Fisher’s Exact Test, didapati
bahwa tidak ada hubungan antara tingkat terakhir responden terhadap tingkat
pengetahuan responden dengan nilai ρ=0,339. Selain itu juga tidak ada hubungan
antara tingkat pendidikan dengan tingkat kepatuhan berobat dengan nilai ρ=0,255.
47
Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan Erawatyningsih
et.al (2009) yang mendapati bahwa ada hubungan antara tingkat pendidikan
terhadap tingkat kepatuhan berobat penderita tuberkulosis. Penelitian Sukoco
(2011) juga menyatakan bahwa responden berpendidikan rendah mempunyai
risiko TB sebesar 1,61 kali dibanding responden berpendidikan tinggi.
5.2.2.
Pengaruh
Faktor
Penyuluhan
Kesehatan
Terhadap
Tingkat
Kepatuhan Berobat
Uji hipotesis Fisher’s Exact Test menunjukkan bahwa terdapat hubungan
yang signifikan antara faktor penyuluhan kesehatan terhadap tingkat kepatuhan
berobat (ρ=0,000). Hal ini sesuai dengan penelitian Eliska (2005) yang
menyatakan faktor pelayanan kesehatan yaitu penyuluhan kesehatan mempunyai
hubungan yang signifikan dengan tingkat kepatuhan berobat. Sedangkan
penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Sari (2011) dan Zuliana (2009) yang
menyatakan faktor pelayanan kesehatan yaitu penyuluhan kesehatan tidak
mempunyai hubungan terhadap tingkat kepatuhan berobat.
Penelitian ini juga sejalan dengan Senewe (2002) yang mendapati bahwa
ada hubungan antara penyuluhan kesehatan terhadap kepatuhan berobat penderita
tuberkulosis. Penelitian tersebut menyatakan bahwa penderita yang mendapat
penyuluhan yang baik memiliki kemungkinan 4,19 kali untuk teratur atau patuh
berobat dibandingkan dengan penderita yang tidak mendapat penyuluhan dengan
baik.
Menurut Depkes RI (2011), dalam program penanggulangan TB,
penyuluhan langsung per orangan sangat penting artinya untuk menentukan
keberhasilan pengobatan penderita. Cara penyuluhan langsung per orangan lebih
besar kemungkinan untuk berhasil dibanding dengan cara penyuluhan melalui
media. Dalam penyuluhan langsung per orangan, unsur terpenting yang harus
diperhatikan adalah membina hubungan yang baik antara petugas kesehatan
dengan penderita.
48
Penyuluhan kesehatan yang dilakukan dengan cara kunjungan rumah juga
memberikan pengaruh dalam kepatuhan berobat penderita tuberkulosis. Penelitian
Senewe (2002) menunjukkan bahwa penderita yang mendapat kunjungan petugas
kesehatan mempunyai kemungkinan 2,15 kali untuk patuh berobat dibandingkan
penderita yang tidak.
5.2.3. Pengaruh Pengawas Menelan Obat (PMO) Terhadap Tingkat
Kepatuhan Berobat
Berdasarkan analisi bivariat dengan uji hipotesis Fisher’s Exact Test,
didapatkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara PMO terhadap tingkat
kepatuhan berobat (ρ=0,004). Hal ini sejalan dengan penelitian Sari (2011) dan
Zuliana (2009) yang menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara
pengaruh PMO terhadap tingkat kepatuhan berobat. Sedangkan penelitian ini
tidak sejalan dengan Ivanti (2009) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan
antara PMO terhadap tingkat kepatuhan berobat.
Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Firdous et.al (2006) yang
menyatakan bahwa ada hubungan antara peran PMO terhadap kepatuhan berobat
penderita tuberkulosis. Penelitian tersebut menyatakan bahwa penderita yang
memiliki PMO yang baik memiliki kemungkinan 4,5 kali untuk teratur berobat
dibandingkan dengan penderita yang tidak. Hal serupa juga yang didapati dari
penelitian Erawatyningsih et.al (2009).
Berdasarkan penelitian Pulungan (2014) didapati bah
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Chandra Meilyn Manurung
Tempat / TanggalLahir : Jambi, 2 Mei 1995
Agama
: Kristen Protestan
Alamat
: Jl. Jamin Ginting gg. Maju No.16 Medan Baru
RiwayatPendidikan
:
1.
Sekolah Dasar YPMM Tebing Tinggi Jambi (2001-2007)
2.
Sekolah Menengah Pertama Negeri 7 Kota Jambi (2007-2009)
3.
Sekolah Menengah Atas Negeri Titian Teras HAS Jambi (2009-2012)
Riwayat Organisasi/Kepanitian :
1.
UKM KMK USU UP FK Periode 2014 dan 2015
2.
Panitia Try Out SBMPTN FK USU 2013
3.
Panitia Natal FK USU 2013
4.
Panitia Paskah FK USU 2014
Lampiran 2
LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN
Dengan hormat,
Saya, yang bernama Chandra Meilyn Manurung/NIM 120100096, adalah mahasiswa
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Saat ini saya sedang mengadakan
penelitian dengan judul “Pengaruh Pengetahuan Penderita TB Paru, Faktor Penyuluhan
Kesehatan, dan Pengawas Menelan Obat (PMO) Terhadap Tingkat Kepatuhan Berobat di
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2015”. Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu
kegiatan dalam menyelesaikan proses belajar mengajar pada blok Community Research
Programme.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pengetahuan penderita TB
Paru, faktor penyuluhan kesehatan, dan Pengawas Menelan Obat (PMO) terhadap tingkat
kepatuhan berobat di Puskesmas Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai tahun 2014.
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan upaya penanggulangan
penyakit TB Paru.
Partisipasi saudara/i bersifat sukarela dan tanpa paksaan. Identitas pribadi saudara/i sebagai
partisipan akan dirahasiakan dan semua informasi yang diberikan hanya akan digunakan
untuk penelitian ini. Untuk penelitian ini, saudara/i tidak dikenakan biaya apa pun. Bila
saudara/i membutuhkan penjelasan, maka dapat menghubungi saya :
Nama
: Chandra Meilyn Manurung
Alamat
: Jl. Jamin ginting, gang. Maju no. 16 Medan Baru
No. Hp
: 082362715100
Lampiran 3
LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP)
(INFORMED CONSENT)
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama
:
Umur
:
Alamat
:
Telp/HP
:
Setelah mendapat penjelasan dari peneliti tentang penelitian “Pengaruh Pengetahuan
Penderita TB Paru, Faktor Penyuluhan Kesehatan, dan Pengawas Menelan Obat (PMO)
Terhadap Tingkat Kepatuhan Berobat di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2015”,
maka dengan ini saya secara sukarela dan tanpa paksaan menyatakan bersedia ikut serta
dalam penelitian tersebut.
Demikianlah surat pernyataan ini untuk dapat dipergunakan seperlunya.
…..………………, ……………...2015
( ..................................... )
Lampiran 4
KUESIONER PENELITIAN
PENGARUH PENGETAHUAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU,
FAKTOR PENYULUHAN KESEHATAN DAN PENGAWAS MENELAN
OBAT (PMO) TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN BEROBAT
DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2015
A. Identitas Responden
Nama
:
Umur
:
Alamat
:
Pendidikan
: 1. Tidak tamat SD
2. SD
3. SLTP
Pekerjaan
:
4. SLTA
5. Akademi/ Sarjana
B. Pengetahuan Responden
Beri tanda silang (x) atau lingkari jawaban pilihan anda
1. Menurut Anda apakah yang dimaksud dengan penyakit Tuberkulosis paru?
a. Penyakit menular pada paru-paru yang disebabkan oleh kuman/bakteri
b. Penyakit karena penyempitan rongga saluran pernafasan
c. Penyakit paru yang disebabkan karena paru-paru tidak bisa mengembang
dengan sempurna
2. Menurut Anda apakah penyebab penyakit Tuberkulosis Paru?
a. Infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis
b. Infeksi Virus H5N1
c. Infeksi Jamur Aspergillus
3. Menurut Anda apa gejala atau tanda seseorang terkena penyakit Tuberkulosis Paru?
a. Sesak napas, oyong dan hilang keseimbangan
b. Demam, terdapat bintik-bintik merah pada kulit, dan keringat pada malam hari
c. Batuk berdahak 2-3 minggu, berkeringat pada malam hari, dan demam
4. Menurut Anda bagaimana cara pengobatan dan meminum obat Tuberkulosis Paru?
a. Obat diminum setiap harinya selama 2 bulan
b. Pada tahap awal (2 bulan) obat diminum setiap hari dan pada tahap lanjutan (4
bulan) obat diminum 3 kali dalam seminggu
c. Pada tahap awal (2 bulan) obat diminum setiap hari dan pada tahap lanjutan (4
bulan) obat diminum 1 kali dalam seminggu
5. Menurut Anda apa kegunaan pemeriksaan dahak dalam pemantauan pengobatan
Tuberkulosis Paru?
a. Tidak ada
b. Untuk memantau kemajuan pengobatan dan memastikan kesembuhan
c. Untuk memastikan bahwa kuman sudah tidak ada lagi sehingga pengobatan
bisa dihentikan walau belum mencapai minimal waktu pengobatan agar biaya
pengobatan bisa ditekan
6. Menurut Anda apa efek samping obat-obat dalam pengobatan Tuberkulosis Paru?
a. Menambah berat badan, kesulitan dalam bergerak, dan sulit tidur
b. Air seni (urin) menjadi merah, nyeri sendi, dan gatal-gatal
c. Mudah mengantuk, sulit BAB, dan menambah berat badan
7. Menurut Anda imunisasi apa yang diberikan untuk mencegah Tuberkulosis Paru?
a. Imuniasi MMR
b. Imunisasi BCG
c. Imunisasi DPT
C. Penyuluhan Kesehatan
No
Pertanyaan
1
Apakah
petugas
kesehatan
pernah
memberikan penyuluhan tentang penyakit
Tuberkulosis Paru selama dalam pengobatan?
2
Apakah petugas kesehatan pernah menjelaskan bahwa
penyakit Tuberkulosis Paru dapat menular?
3
Apakah petugas kesehatan pernah memberi tahu bahwa
pengobatan Tuberkulosis Paru tidak sebentar (6 bulan)?
4
Apakah
petugas
kesehatan
pernah
menjelaskan tentang pengobatan Tuberkulosis
Paru harus teratur?
Apakah petugas kesehatan pernah
menjelaskan tentang jadwal minum obat?
5
6
Apakah petugas kesehatan pernah
menjelaskan tentang hal-hal yang dapat
memperburuk keadaan penderita Tuberkulosis Paru?
7
Apakah petugas kesehatan pernah menjelaskan tentang
kegagalan pengobatan akibat ketidakpatuhan
pengobatan?
Apakah petugas kesehatan pernah menjelaskan perlunya
seseorang yang mengawasi dan mengingatkan minum
obat?
Apakah petugas kesehatan pernah menjelaskan tentang
penyakit Tuberkulosis Paru kepada orang yang
mengawasi anda minum obat?
8
9
Jawaban
Pernah Tidak Pernah
D. Pengawas Menelan Obat
PMO (Pengawas Menelan Obat) adalah orang yang mengawasi dan mengingatkan
Anda menelan Obat. Termasuk di dalamnya adalah anggota keluarga Anda.
1. Apakah ada yang mengawasi anda menelan obat?
a. Ada, siapa.......................................
b. Tidak ada
2. Apakah PMO (orang yang mengawasi Anda menelan obat) selalu memberikan
semangat kepada Anda untuk sembuh?
a. Ya
b. Tidak
3. Apakah PMO selalu mengingatkan Anda untuk mengambil obat dan
memeriksakan dahak sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan?
a. Ya
b. Tidak
4. Apakah PMO selalu mengawasi Anda dalam menelan obat?
a. Ya
b. Tidak
5. Apakah PMO selalu menegur Anda, bila Anda tidak mau atau lalai minum
obat?
a. Ya
b. Tidak
E. Kepatuhan Berobat
1. Apakah selama pengobatan tahap awal (2 bulan ), Anda pernah lupa minum obat
Tuberkulosis?
a. Sering (>3 kali pernah lupa minum obat/bulan)
b. Kadang-kadang (1-3 kali pernah lupa/bulan)
c. Tidak pernah
2. Apakah selama pengobatan tahap lanjutan (4 bulan), Anda pernah lupa minum obat
Tuberkulosis?
a. Sering (>3 kali pernah lupa minum obat /bulan)
b. Kadang-kadang (1-3 kali pernah lupa/bulan)
c. Tidak pernah
3. Apakah Anda pernah meminum obat Tuberkulosis tidak sesuai dengan dosis yang
ditentukan?
a. Sering (>3 kali dalam sebulan)
b. Kadang-kadang (1-3 kali dalam sebulan)
c. Tidak pernah
4. Apakah Anda pernah mengganti obat Tuberkulosis dengan obat lain/obat tradisional
sehingga Anda tidak meminum obat Tuberkulosis?
a. Sering (>3 kali dalam sebulan)
b. Kadang-kadang (1-3 kali dalam sebulan)
c. Tidak pernah
5. Apakah Anda pernah terlambat mengambil obat Tuberkulosis?
a. Sering (>2 kali)
b. Pernah (1-2 kali)
c. Tidak pernah
6. Apakah Anda selalu mematuhi jadwal pemeriksaan dahak yang telah ditetapkan?
a. Ya
b. Tidak
Lampiran 5
Hasil Uji Validitas dan Realibilitas
1. Pengetahuan
Correlations
1
Pearson Correlation
1
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
3
.001
.105
.574
.597
.898
20
20
20
20
20
20
**
1
.242
.043
.061
.279
.303
.858
.800
.234
.663
.001
.373
.242
1
.123
.058
.099
Sig. (2-tailed)
.105
.303
.605
.808
.679
20
20
20
20
20
20
Pearson Correlation
.134
.043
.123
1
-.236
-.057
Sig. (2-tailed)
.574
.858
.605
.317
.811
20
20
20
20
20
20
-.126
.061
.058
-.236
1
.597
.800
.808
.317
20
20
20
20
20
20
**
1
Sig. (2-tailed)
**
.728
.000
Pearson Correlation
.031
.279
.099
-.057
Sig. (2-tailed)
.898
.234
.679
.811
.000
20
20
20
20
20
20
Pearson Correlation
.435
*
.560
.242
.257
.061
-.015
Sig. (2-tailed)
.055
.010
.303
.274
.800
.951
20
20
20
20
20
20
*
.728
Pearson Correlation
.436
.314
.503
-.204
.115
-.140
Sig. (2-tailed)
.054
.177
.024
.388
.628
.556
20
20
20
20
20
20
*
*
Pearson Correlation
.206
.121
.453
.043
.545
.279
Sig. (2-tailed)
.384
.612
.045
.858
.013
.234
20
20
20
20
20
20
Pearson Correlation
*
.480
.319
.390
.385
-.061
-.279
Sig. (2-tailed)
.032
.171
.089
.094
.800
.234
20
20
20
20
20
20
**
**
**
.257
.353
.299
N
N
TOTAL
.031
Pearson Correlation
N
10
-.126
20
N
9
.134
.663
20
N
8
.373
1
20
N
7
6
20
Pearson Correlation
6
5
20
N
5
4
20
N
4
3
**
Sig. (2-tailed)
N
2
2
Pearson Correlation
.675
.656
.622
Sig. (2-tailed)
N
.001
.002
.003
.274
.127
.200
20
20
20
20
20
20
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Cronbach's Alpha = 0,850
2. Faktor Penyuluhan
Correlations
1
Pearson Correlation
1
.157
Sig. (2-tailed)
.508
.218
.375
.000
.357
.508
.355
.103
1.000
.122
20
20
20
20
20
.435
.419
*
.524
.043
.055
.066
.018
.858
20
20
20
20
1
*
.491
.000
.356
.028
1.000
.123
1
20
.055
20
20
20
20
20
20
*
1
.250
.102
.288
.669
Pearson Correlation
.375
.419
.491
Sig. (2-tailed)
.103
.066
.028
20
20
20
20
20
20
.000
*
.524
.000
.250
1
.204
1.000
.018
1.000
.288
20
20
20
20
20
20
Pearson Correlation
.357
.043
.356
.102
.204
1
Sig. (2-tailed)
.122
.858
.123
.669
.388
20
20
20
20
20
20
Pearson Correlation
.157
**
.206
.419
*
.524
-.171
Sig. (2-tailed)
.508
.000
.384
.066
.018
.471
20
20
20
20
20
20
Pearson Correlation
.302
**
*
.504
*
.553
.302
.082
Sig. (2-tailed)
.196
.005
.023
.011
.196
.731
20
20
20
20
20
20
**
**
**
**
.204
.167
.004
.388
.482
Sig. (2-tailed)
N
N
9
.157
.355
N
8
6
Sig. (2-tailed)
N
7
5
.435
Pearson Correlation
6
4
.218
N
5
20
3
Pearson Correlation
N
4
20
Pearson Correlation
N
3
1
Sig. (2-tailed)
N
2
2
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
.612
.004
.780
.601
.685
.001
.579
.007
.612
.388
N
10
20
20
20
20
20
*
*
*
*
Pearson Correlation
.452
.453
.154
.452
.503
-.082
Sig. (2-tailed)
.045
.045
.518
.045
.024
.731
20
20
20
20
20
20
*
**
**
**
*
.554
.313
N
TOTAL
20
Pearson Correlation
.538
Sig. (2-tailed)
.014
.000
.005
.001
.011
.179
20
20
20
20
20
20
N
.789
.598
.701
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Cronbach's Alpha= 0,850
3. PMO
Correlations
1
Pearson Correlation
1
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
3
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
4
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
5
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
PMOTOTAL
1
Sig. (2-tailed)
N
2
2
Sig. (2-tailed)
N
20
**
.787
**
.787
**
.787
**
.638
**
.838
.002
.000
20
20
20
20
20
1
**
**
**
20
**
1.000
1.000
**
.970
.000
.000
20
20
20
20
1
**
**
20
20
20
**
**
**
.899
.000
.000
.000
20
20
20
**
**
**
.811
.811
.000
.000
.899
.899
.000
.000
.638
**
.707
PMOTOTAL
.000
**
.707
5
.000
20
.787
4
.000
.000
.811
.899
.811
**
.970
.000
.000
.000
20
20
20
1
**
.903
**
.954
.000
.000
20
20
20
**
1
.903
**
.903
.002
.000
.000
.000
20
20
20
20
20
20
**
**
**
**
**
1
.838
.970
.970
.954
.000
.903
.000
.000
.000
.000
.000
20
20
20
20
20
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Cronbach's Alpha= 0,959
3
20
4. Kepatuhan Berobat
Correlations
Kep1
Pearson Correlation
Kep1
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Kep3
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Kep4
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Kep5
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Kep6
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Total
1
Sig. (2-tailed)
N
Kep2
Kep2
Sig. (2-tailed)
N
.928
.928
.792
.773
**
.903
.000
.000
20
20
20
20
20
20
1
**
**
**
**
.000
20
20
**
**
.940
.940
**
.956
.000
.000
20
20
20
20
20
1
**
**
**
20
20
**
**
**
.951
.951
**
.987
.000
.000
20
20
20
20
1
**
**
.000
20
20
20
20
**
**
**
**
.975
.000
.000
.000
.000
20
20
20
20
**
**
**
**
.927
.927
.000
.000
.927
.927
.000
.000
.869
.869
.000
20
.869
.869
.000
.000
.895
.895
.000
.000
.773
.773
Total
**
.000
.928
.773
Kep6
**
.000
**
.792
Kep5
**
.000
20
.928
Kep4
**
.000
.975
.975
.975
**
.972
.000
.000
.000
20
20
20
1
**
1.000
**
.965
.000
.000
20
20
20
**
1
1.000
**
.965
.000
.000
.000
.000
.000
20
20
20
20
20
20
20
**
**
**
**
**
**
1
.903
.956
.987
.972
.965
.000
.965
.000
.000
.000
.000
.000
.000
20
20
20
20
20
20
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Cronbach's Alpha= 0,982
Kep3
**
20
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8
Output SPSS
1. Pengetahuan terhadap Kepatuhan Berobat
Chi-Square Tests
Value
df
Asymp. Sig. (2-
Exact Sig. (2-
Exact Sig.
Point
sided)
sided)
(1-sided)
Probabili
ty
a
2
.000
.000
Likelihood Ratio
22.583
2
.000
.000
Fisher's Exact Test
21.143
Pearson Chi-Square
Linear-by-Linear Association
29.052
.000
b
28.128
N of Valid Cases
1
.000
.000
.000
.000
61
a. 3 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .59.
b. The standardized statistic is 5.304.
2. Faktor Penyuluhan Kesehatan terhadap Kepatuhan Berobat
Chi-Square Tests
Value
df
Asymp. Sig. (2-
Exact Sig. (2-
Exact Sig.
Point
sided)
sided)
(1-sided)
Probabili
ty
a
2
.000
.000
Likelihood Ratio
29.658
2
.000
.000
Fisher's Exact Test
27.244
Pearson Chi-Square
Linear-by-Linear Association
41.670
b
40.779
N of Valid Cases
.000
1
.000
61
a. 3 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .20.
b. The standardized statistic is 6.386.
.000
.000
.000
3. PMO terhadap Kepatuhan Berobat
Chi-Square Tests
Value
df
Asymp. Sig. (2-
Exact Sig. (2-
Exact Sig.
Point
sided)
sided)
(1-sided)
Probabili
ty
Pearson Chi-Square
a
9.132
2
.010
.015
Likelihood Ratio
11.008
2
.004
.006
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear Association
9.409
b
8.867
N of Valid Cases
.004
1
.003
61
a. 3 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.18.
b. The standardized statistic is 2.978.
.004
.004
.003
Lampiran 9
Data Induk
No
Nama
Jenis Kelamin
1
DP
Laki-laki
2
BW
3
Umur
Pekerjaan
Pendidikan
Pengetahuan
F. Penyuluhan
PMO
Kepatuhan
27
Pegawai Swasta
SLTA
11
18
5
18
Perempuan
32
IRT
SLTA
10
18
10
17
AB
Laki-laki
50
Tidak Bekerja
SLTP
9
15
10
18
4
SS
Laki-laki
60
Tidak Bekerja
Diploma/Sarjana
11
18
10
18
5
LI
Perempuan
25
Tidak Bekerja
Diploma/Sarjana
12
18
10
18
6
MA
Laki-laki
34
Wiraswasta
SLTA
9
13
5
14
7
TS
Laki-laki
53
Wiraswasta
SLTA
12
15
10
18
8
FR
Laki-laki
17
Pelajar
SLTA
13
18
10
18
9
JA
Laki-laki
37
Pegawai Swasta
SLTA
10
18
10
16
10
RA
Laki-laki
35
Tidak Bekerja
SLTA
9
18
10
15
11
HB
Laki-laki
65
Wiraswasta
SLTP
14
16
10
18
12
LR
Laki-laki
36
Supir
SLTP
9
14
5
14
13
FY
Laki-laki
28
Petugas Parkir
SLTA
12
14
10
15
14
CS
Laki-laki
31
SLTA
13
16
10
18
15
AY
Laki-laki
26
Wiraswasta
Diploma/Sarjana
12
15
8
18
16
AT
Laki-laki
40
Wartawan
Diploma/Sarjana
14
15
7
18
17
RM
Perempuan
30
PNS
Diploma/Sarjana
13
15
5
18
18
DH
Perempuan
20
Pelajar
SLTA
14
18
10
18
19
RS
Laki-laki
24
Wiraswasta
SLTA
12
16
9
18
20
TH
Laki-laki
59
PNS
SLTA
13
15
10
18
21
JT
Laki-laki
49
PNS
SLTA
13
16
10
18
22
PT
Laki-laki
32
Wiraswasta
SLTA
11
12
5
14
23
AS
Laki-laki
44
Tidak Bekerja
Diploma/Sarjana
8
14
6
14
24
AR
Laki-laki
43
Supir
SLTA
12
15
10
17
25
ZU
Laki-laki
49
Pegawai Swasta
Diploma/Sarjana
13
18
9
18
26
KR
Perempuan
27
LI
Perempuan
55
Wiraswasta
SLTA
12
16
5
16
28
PNS
Diploma/Sarjana
14
16
6
18
28
CO
Laki-laki
16
Pelajar
SLTP
14
18
10
18
29
HA
Laki-laki
34
Tidak Bekerja
SLTA
12
14
8
16
30
PT
Perempuan
49
IRT
SLTA
10
18
6
18
31
MA
Perempuan
43
IRT
SD
13
18
10
18
32
LB
Perempuan
22
Pelajar
SLTA
13
16
10
18
33
HS
Perempuan
62
IRT
SLTP
11
16
5
18
34
MI
Laki-laki
61
Tidak Bekerja
Diploma/Sarjana
13
16
10
18
35
NS
Laki-laki
31
Tidak Bekerja
SLTA
13
15
8
18
36
FE
Perempuan
28
IRT
Diploma/Sarjana
14
15
5
18
37
DS
Perempuan
46
IRT
SLTA
13
18
10
18
38
IN
Laki-laki
55
Tidak Bekerja
SLTA
12
16
10
18
39
AM
Perempuan
30
IRT
SLTA
13
16
8
18
40
RL
Laki-laki
44
Wiraswasta
SLTA
13
16
8
16
41
TA
Laki-laki
45
Buruh
SD
11
11
7
14
42
YA
Laki-laki
20
Pelajar
SLTA
14
16
10
18
43
SR
Laki-laki
23
Pegawai Swasta
Diploma/Sarjana
14
18
10
18
44
BL
Laki-laki
60
Tidak Bekerja
SLTP
12
15
8
17
45
EF
Laki-laki
38
Wiraswasta
Diploma/Sarjana
12
16
8
18
46
AH
Perempuan
60
IRT
SLTA
13
18
10
18
47
IL
Perempuan
28
PNS
Diploma/Sarjana
14
15
6
18
48
RK
Perempuan
53
IRT
SLTA
12
16
5
16
49
BA
Perempuan
50
IRT
SLTA
9
14
7
14
50
ST
Laki-laki
60
Tidak Bekerja
SLTP
12
16
10
17
51
MR
Laki-laki
52
DM
Laki-laki
18
Pelajar
SLTA
13
18
10
18
53
BC
Laki-laki
29
PNS
Diploma/Sarjana
12
18
9
18
54
CD
Laki-laki
31
Tidak Bekerja
Diploma/Sarjana
14
18
8
17
55
DR
Laki-laki
37
Pedagang
SLTA
12
14
10
18
56
KD
Laki-laki
35
Buruh
SLTA
13
15
5
18
57
LJ
Perempuan
32
IRT
Diploma/Sarjana
14
16
10
18
58
OR
Perempuan
25
Pegawai Swasta
Diploma/Sarjana
13
15
8
18
59
PO
Laki-laki
17
Pelajar
SLTP
14
18
10
18
60
EE
Laki-laki
19
Pelajar
SLTA
13
18
10
18
61
KJ
Perempuan
27
PNS
Diploma/Sarjana
13
16
5
17
21
Pelajar
SLTA
14
16
10
18
52
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Z. & Asril, B., 2009. Tuberkulosis Paru. Dalam: Sudoyo, Aru W.,
Setiyohadi, Bambang, Alwi, Idrus, Simadibrata, Marcellus, & Setiati, Siti,
2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 5. Interna Publishing.
Jakarta.
Arikunto, S, 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta.
Jakarta
Bart, S., 1994. Psikologi Kesehatan. PT. Grasindo. Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009. Buku Saku Kader Program
Penanggulangan TB. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan. Jakarta.
Departemen
Kesehatan
Republik
Indonesia,
2011.
Pedoman
Nasional
Penanggulangan Tuberkulosis. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit
dan Penyehatan Lingkungan. Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2014. Profil Kesehatan Indonesia
2013. Jakarta.
Dinas Kesehatan Sumatera Utara, 2014. Profil Kesehatan Sumatera Utara 2013.
Medan.
Djojodibroto, D., 2007. Respirologi (Respiratory Medicine). Penerbit
Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.
Eliska, 2005. Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan, dan
Peran Pengawas Menelan Obat (PMO) Terhadap Kepatuhan Berobat
Penderita TB Paru di Puskesmas Teladan Medan Tahun 2005. Skripsi,
FKM USU. Medan.
Ester, M., 2000. Psikologi Kesehatan. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta.
53
Erawatyningsih et.al, 2009. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan
Berobat Pada Penderita Tuberkulosis Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas
Dompu Barat Kecamatan Woja Kabupaten Dompu Provinsi NTB. Berita
Kedokteran Masyarakat, Volume 25 No. 3.
Firdous et.al, 2006. Faktor-Faktor Penderita Tuberkulosis Paru Putus Berobat.
Media Litbang Kesehatan XVI No. 4 Tahun 2006.
Ivanti, Risti. 2009. Pengaruh Karakteristik dan Motivasi Penderita Tuberkulosis
Paru terhadap Kepatuhan Berobat di Balai Pengobatan Paru-paru (BP4)
Medan Tahun 2009. Skripsi, FKM USU. Medan.
Kayser, F. H., Bienz, K. A., Eckert, J., &, Zinkernagel, R. M., 2005. Medical
Microbiology. Thieme. Zurich.
Kurniawan et.al, 2011. Kepatuhan berobat penderita tuberkulosis paru di
puskesmas, kota jayapura, provinsi papua tahun 2010. Damianus J
Medicine Vol. 10 No.2 Juni 2011.
Mason, C. M & Summer, W. R., 2010. Respiratory Infection. Dalam: Ali, J.,
Summer, W. R., & Levitzky, M. G., 2010. Pulmonary Pathophysiology.
McGraw-Hill Companies, Inc. USA.
Maulana, H. D. J., 2007. Promosi Kesehatan. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta
Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2009. Keputusan Menteri Kesehatan: No.
364 tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB). Jakarta.
Mubarak, W. I., Chayatin, N., Rozikin, N., & Supradi, 2007. Promosi Kesehatan:
Sebuah Pengantar Proses Belajar Mengajar dalam Pendidikan. Graha
Ilmu. Yogyakarta.
Notoatmodjo, S., 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Penerbit Rineka
Cipta. Jakarta.
54
Notoatmodjo, S., 2010. Promosi Kesehatan: Teori & Aplikasi. Penerbit Rineka
Cipta. Jakarta.
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), 2006. Pedoman Penanggulangan
Tuberkulosis (Konsensus TB). Jakarta.
Plorde, J. J, 2004. Mycobacteria. Dalam: Ryan, K. J & Ray, C. G. 2004. Sherris
Medical Microbiology. Edisi 4. McGraw-Hill Companies, Inc. USA.
Pulungan, Ellyn Fajriah, 2014. Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Praktek
Pengawas Menelan Obat dengan Keberhasilan Pengobatan Tuberkulosis
Paru di Puskesmas Glugur Darat pada Tahun 2011. KTI FK USU,
Medan.
Sari, C. N., 2011. Pengaruh Pengetahuan Penderita Tb Paru, Faktor Pelayanan
Kesehatan Dan Pengawas Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan
Berobat Di Puskesmas Amplas Kota Medan Tahun 2011. Skripsi FKM
USU. Medan.
Senewe, Felly Philipus, 2002. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan
Berobat Penderita Tuberkulosis Paru di Puskesmas Depok. Buletin Panel
Kesehatan, Vol. 30 No. 1.
Simamora, J., 2004. Faktor yang Memengaruhi Ketidakteraturan Berobat
Penderita TB Paru di Puskesmas Kota Binjai Tahun 2004. Tesis.
Pascasarjana USU. Medan.
Sukoco, Noor Edi Widya, 2011. Hubungan Antara Perilaku Pencegahan dan
Kepatuhan Berobat Penderita TB di Indonesia. Buletin Penelitian Sistem
Kesehatan Vol. 14 No. 1 Januari 2011.
Sutanta, 2014. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan PMO, Jarak Rumah dan
Pengetahuan Pasien TB Paru Dengan Kepatuhan Berobat di BP4
Kabupaten Klaten. Jurnal Kesehatan Samodra Ilmu Vol. 5 No. 2 Juli 2014.
WHO, 2013. Global Tuberculosis Report 2013. www.WHO.int
55
Zuliana, I., 2009. Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan
dan Faktor Peran Pengawas Minum Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan
Penderita TB Paru Dalam Pengobatan di Puskesmas Pekan Labuhan
Kota Medan Tahun 2009. Skripsi FKM USU. Medan.
28
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian maka kerangka konsep dalam penelitian ini
adalah:
Pengetahuan penderita TB paru:
Tingkat Pendidikan
Informasi yang didapat (media
massa, petugas kesehatan,
ataupun lingkungan sekitar)
Umur
Pengalaman
Pekerjaan
Faktor Penyuluhan Kesehatan:
Sikap petugas kesehatan
Frekuensi penyuluhan
Kualitas interaksi petugas
kesehatan terhadap pasien
Faktor-faktor lain yang berpengaruh:
Sosiodemografis
Jarak rumah pasien ke rumah
sakit
Efek samping obat
Keyakinan untuk sembuh
Dukungan keluarga
Biaya pengobatan
Sikap penderita TB Paru
Pengawas Menelan Obat (PMO):
Ada tidaknya PMO
Sikap PMO kepada pasien
PMO melaksanakan tugasnya
Tingkat Kepatuhan
Berobat
Tugas PMO:
Mengawasi pasien TB agar
menelan obat secara teratur
sampai selesai pengobatan
Memberi dorongan kepada pasien
agar mau berobat teratur
Mengingatkan
pasien
untuk
periksa ulang dahak pada waktu
yang telah ditentukan
Memberi
penyuluhan
pada
anggota keluarga pasien TB yang
mempunyai
gejala-gejala
mencurigakan TB untuk segera
memeriksakan diri ke sarana
pelayanan kesehatan
Patuh
Tidak Patuh
Sembuh
Kambuh
Gagal Pengobatan
TB MDR
Pengobatan
Bertambah Lama
Sumber Penularan
Kematian
29
3.2. Definisi Operasional
No
Operasional
Definisi
Cara Ukur
Alat Ukur
Skala
1.
Pengetahuan
Segala
sesuatu Wawancara Kuesioner
yang
diketahui
7 Pertanyaan
oleh
respoden
mengenai
Benar : 2
penyakit TB Paru.
Salah : 1
2.
Penyuluhan
Kesehatan
3.
Pengawas
Menelan
Obat (PMO)
4.
Kepatuhan
Berobat
Wawancara Kuesioner
Tanggapan
Ordinal
responden
9 Pertanyaan
mengenai upaya
penyuluhan yang
Pernah : 2
dilakukan petugas
Tidak : 1
kesehatan dalam
menjelaskan
tentang
segala
sesuatu tentang
penyakit TB paru.
Wawancara Kuesioner
Tanggapan
Ordinal
responden
5 Pertanyaan
mengenai peran
PMO
dalam
Ya : 2
mengingatkan,
Tidak : 1
mengawasi,
memberikan
dorongan,
dan
menegur
responden dalam
masa pengobatan
TB Paru.
Ketaatan
Wawancara Kuesioner
Ordinal
responden dalam
6 Pertanyaan
menelan
obat,
memeriksakan
Tidak Pernah
dahak,
dan
:3
mengambil obat.
Kadangkadang : 2
Sering : 1
Ordinal
Hasil
Ukur
Baik
(12-14)
Cukup
(10-11)
Kurang
(7-9)
Baik
(15-18)
Cukup
(13-14)
Kurang
(9-12)
Baik (910)
Cukup
(7-8)
Kurang
(5-6)
Patuh
(15-18)
Tidak
Patuh
(6-14)
30
3.3. Hipotesis
1. Ada pengaruh pengetahuan penderita TB Paru terhadap tingkat
kepatuhan berobat di RSUP H. Adama Malik Medan tahun 2015.
2. Ada pengaruh faktor penyuluhan kesehatan terhadap tingkat
kepatuhan berobat di RSUP H. Adama Malik Medan tahun 2015.
3. Ada pengaruh pengawas menelan obat terhadap tingkat kepatuhan
berobat di RSUP H. Adama Malik Medan tahun 2015.
31
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian
analitik dengan desain cross sectional, dimana penelitian ini akan mengetahui
pengaruh pengetahuan penderita TB paru, faktor penyuluhan kesehatan, dan
pengawas menelan obat (PMO) terhadap tingkat kepatuhan berobat di RSUP H.
Adam Malik Medan tahun 2015.
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan selama 5 bulan (Oktober sampai November
2015) di Poli TB DOTS RSUP H. Adam Malik Medan.
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian
4.3.1. Populasi
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru DOTS yang
sedang menjalani pengobatan tahap lanjutan.
4.3.2. Sampel
Penelitian
ini
menggunakan rumus
besar
sampel analitik tidak
berpasangan
=
(
2
+
1 1+
2 2)
( 1 − 2)
Jika Z-alpha 5% dan Z-beta 20% nilai proporsi TB Paru dari penelitian
sebelumnya (P2) adalah 19,3% dan nilai P1 sebesar 39,3% maka perhitungan
besar sampel adalah 45 sampel.
=
( 1,96 √2x0,293x0,707 + 0,842 √0,393x0,607 + 0,193x0,807)
( 0,393 − 0,193)
N= 44,7575105
Besar sampel dibulatkan menjadi 45 orang sampel.
32
4.3.2.1 Kriteria Sampel
Kriteria Inklusi:
Bersedia menjadi subjek penelitian dan mengisi kuesioner
Merupakan Penderita Tuberkulosis DOTS
Berumur 16-64 Tahun
Sedang menjalani pengobatan tahap lanjutan
Kriteria Eklusi:
Pasien TB MDR
4.4. Teknik Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan data sekunder, yaitu:
1. Data primer, yaitu diperoleh dengan wawancara langsung kepada
penderita TB paru yang berpedoman pada kuesioner yang telah ditetapkan.
2. Data sekunder, yaitu diperoleh dari laporan pelaksanaan program
penganggulangan TB paru di RSUP H. Adam Malik Medan.
4.5. Pengolahan dan Analisis Data
4.5.1. Pengolahan
Pengolahan data dilakukan melalui beberapa tahapan, tahap pertama
adalah editing yaitu mengecek nama, kelengkapan identitas, maupun data
responden, dan memastikan bahwa semua pertanyaan di dalam kuesioner telah
diisi sesuai petunjuk, tahap kedua adalah coding yaitu memberi kode atau angka
tertentu pada data yang terkumpul dan jawaban pertanyaan untuk mempermudah
waktu mengadakan tabulasi dan analisis, tahap ketiga adalah entry yaitu
memasukkan data dari kuesioner ke dalam program komputer dengan
menggunakan program SPSS (Statistic Package Social Science), tahap keempat
adalah cleaning yaitu memeriksa kembali data yang telah di-entry untuk
mengetahui ada kesalahan atau tidak.
33
4.5.2. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini digunakan uji statistik Fisher’s Exact
Test. Analisis data juga akan dilakukan dengan bantuan program komputer.
34
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik
(RSUP HAM) Kota Medan yang berlokasi di Jalan Bunga Lau No. 17, Kelurahan
Kemenangan Tani, Kecamatan Medan Tuntungan. Rumah Sakit ini merupakan
Rumah Sakit Pemerintah dengan kategori kelas A. Selain itu, RSUP HAM juga
merupakan rumah sakit rujukan untuk wilayah Sumatera yang meliputi Sumatera
Utara, Aceh, Sumatera Barat dan Riau sehingga dapat dijumpai pasien dengan
latar belakang yang sangat bervariasi. Penelitian ini lakukan di Poliklinik TB
DOTS RSUP HAM.
Poliklinik TB DOTS RSUP HAM melayani pasien pada hari Senin-Jum’at
pukul 08.00-12.00 WIB dan 14.00-16.00. Peneliti melakukan penelitian pada awal
bulan Oktober hingga akhir bulan November pada sekitar pukul 10.00-15.00.
Peneliti juga melakukan penelitian dengan langsung menanyakan responden
penelitian. Jumlah responden terbanyak dalam 1 hari adalah 7 responden dan
tersedikit adalah 0 orang.
5.1.2. Deskripsi Responden Penelitian
Sampel penelitian ini merupakan pasien atau penderita TB Paru yang
sedang menjalani tahap pengobatan fase lanjutan. Ada 61 responden yang
bersedia menjadi sampel penelitian dengan distribusinya sebagai berikut.
Deskripsi responden berdasarkan jenis kelamin, umur, pekerjaan dan pendidikan
terakhir.
Hasil Penelitian menunjukkan, terdapat 41 responden (67,2%) berjenis
kelamin laki-laki dan 20 responden (32,8%) berjenis kelamin perempuan.
35
Tabel 5.1. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
Laki-Laki
Perempuan
Total
Jumlah
41
20
61
Persentase
67,2%
32,8%
100%
Dalam penelitian ini juga didapati usia responden terendah adalah 16
tahun dan tertinggi adalah 65 tahun. Peneliti mengelompokan usia responden
menjadi 7 kelompok dengan frekuensi sebagai berikut:
Tabel 5.2. Distribusi Responden Berdasarkan Usia
Kelompok Usia
16-22 Tahun
23-29 Tahun
30-36 Tahun
37-43 Tahun
44-50 Tahun
51-57 Tahun
58-65 Tahun
Total
Keterangan pembagian umur:
Jumlah
9
12
13
6
9
4
8
61
Persentase
14,8%
19,6%
21,3%
9,9%
14,8%
6,6%
13,1%
100%
Menggunakan rumus Sturgess untuk menentukan jumlah kelas atau kelompok:
= 1 + 3,3 log
n : Jumlah data yang ada
= 1 + 3,3 log 61 = 6,89 = 7
k : Jumlah kelas atau kelompok
Sebanyak 12 responden (19,7%) didapati tidak memiliki pekerjaan
sedangkan responden lainnya memiliki pekerjaan sebagai berikut:
Tabel 5.3. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan
Pekerjaan
Buruh
IRT
Pedagang
Pegawai Swasta
Pelajar
Petugas Parkir
PNS
Supir
Wartawan
Wiraswasta
Total
Jumlah
2
11
1
5
9
1
7
2
1
9
49
Persentase
3,3%
18%
1,6%
8,2%
14,8%
1,6%
11,5%
3,3%
1,6%
14,8%
80,3%
36
Dari hasil penelitian didapati 2 responden (3,3%) berpendidikan terakhir
SD, 8 responden (13,1%) SLTP, 33 responden (54,1%) SLTA, dan 18 responden
(29,5%) Diploma/Sarjana.
Tabel 5.4. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Pendidikan Terakhir
SD
SLTP
SLTA
Diploma/Sarjana
Total
Jumlah
2
8
33
18
61
Persentase
3,3%
13,1%
54,1%
29,5%
100%
5.1.3. Hasil Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk menggambarkan distribusi frekuensi
dari variabel independen dan dependen.
5.1.3.1. Pengetahuan
Pengetahuan penderita TB Paru didapatkan melalui angket yang berjumlah
7 pertanyaan. Dari hasil penelitian tentang TB Paru, sebanyak 55 responden
(90,2%) mengetahui bahwa TB Paru merupakan penyakit menular pada paru-paru
yang disebabkan oleh kuman atau bakteri sedangkan yang tidak tahu berjumlah 6
responden (9,8%). Sebanyak 42 responden (68,9%) mengetahui bahwa penyebab
penyakit TB Paru merupakan bakteri Mycobacterium tuberculosis sedangkan 19
responden (31,1%) tidak mengetahuinya.
Berdasarkan hasil penelitian, didapati sebanyak 51 responden (83,6%)
mengetahui bahwa gejala atau tanda penyakit TB Paru adalah batuk berdahak 2-3
minggu, berkeringat pada malam hari, dan demam sedangkan 10 responden
(16,4%) tidak mengetahui hal tersebut. Sebanyak 49 responden (80,3%)
mengetahui cara pengobatan dan meminum obat anti TB Paru sedangkan 12
responden (19,7%) tidak mengetahuinya.
37
Sebanyak
48
responden
(78,7%)
mengetahui
bahwa
kegunaan
pemeriksaan dahak adalah untuk memantau kemajuan pengobatan dan
memastikan kesembuhan sedangkan yang tidak mengetahuinya sebanyak 13
responden (21,3%). Ada 51 responden (83,6%) yang mengetahui bahwa efek
samping obat-obat anti TB Paru adalah urin menjadi merah, nyeri sendi dan gatalgatal sedangkan 10 responden (16,4%) tidak mengetahuinya. Dari hasil penelitian
juga didapati sebanyak 24 responden (39,3%) mengetahui bahwa imunisasi untuk
mencegah TB adalah Imunisasi BCG sedangkan 37 responden (60,7%) tidak
mengetahui hal tersebut.
Tabel 5.5. Distribusi Pengetahuan Responden Penelitian
Pertanyaan Pengetahuan
Penyakit TB Paru
1. Tahu
2. Tidak Tahu
Total
Penyebab TB Paru
1. Tahu
2. Tidak Tahu
Total
Gejala atau Tanda TB Paru
1. Tahu
2. Tidak Tahu
Total
Cara Pengobatan dan Meminum OAT
1. Tahu
2. Tidak Tahu
Total
Kegunaan Pemeriksaan Dahak
1. Tahu
2. Tidak Tahu
Total
Efek Samping Penggunaan OAT
1. Tahu
2. Tidak Tahu
Total
Imunisasi Mencegah TB
1. Tahu
2. Tidak Tahu
Total
Jumlah
Persentase
55
6
61
90,2%
9,8%
100%
42
19
61
68,9%
31,1%
100%
51
10
61
83,6%
16,4%
100%
49
12
61
80,3%
19,7%
100%
48
13
61
78,7%
21,3%
100%
51
10
61
83,6%
16,4%
100%
24
37
61
39,3%
60,7%
100%
38
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa setelah dilakukan
pengkategorian berdasarkan jawaban responden, sebanyak 47 responden (77%)
berada pada kategori pengetahuan baik, sebanyak 8 responden (13,2%) berada
pada kategori pengetahuan cukup baik, dan 6 responden (9,8%) pada kategori
pengetahuan kurang baik.
Tabel 5.6. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Pengetahuan
Kategori Pengetahuan
Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
Total
Jumlah
47
8
6
61
Persentase
77%
13,2%
9,8%
100%
5.1.3.2. Faktor Penyuluhan Kesehatan
Faktor penyuluhan kesehatan dinilai menggunakan angket yang berjumlah
9 pertanyaan tentang penyuluhan atau informasi yang diberitahukan oleh petugas
kesehatan. Dari hasil penelitian, didapati bahwa 51 responden (83,6%) yang
pernah diberitahu tentang penyakit TB Paru selama masa pengobatan sedangkan
10 responden (16,4%) yang tidak pernah. Sebanyak 55 responden (90,2%) yang
pernah diberitahu bahwa TB Paru dapat menular sedangkan 6 responden (9,8)
yang tidak pernah.
Berdasarkan hasil penelitian, didapati 51 responden (83,6%) yang pernah
diberitahu bahwa pengobatan TB Paru tidak sebentar sedangkan 10 responden
(16,4%) yang tidak pernah. Ada 50 responden (82%) yang pernah diberitahu
bahwa pengobatan TB Paru harus teratur sedangkan 11 responden (18%) yang
tidak pernah.
Ada 44 responden (72,1%) yang pernah dijelaskan tentang jadwal minum
OAT sedangkan 17 responden (27,9%) yang tidak pernah. Sebanyak 49 responden
(80,3%) yang pernah dijelaskan tentang hal-hal yang dapat memperburuk keadaan
penderita TB Paru sedangkan 12 responden (19,7%) yang tidak pernah.
39
Dari hasil penelitian, didapati sebanyak 52 responden (85,2%) yang
pernah
dijelaskan
tentang
kegagalan
pengobatan
akibat
ketidakpatuhan
pengobatan sedangkan 9 responden (14,8%) yang tidak pernah. Sebanyak 41
responden (67,2%) yang pernah dijelaskan bahwa perlunya seorang yang
mengawasi dan mengingatkan menelan obat sedangkan 20 responden (32,8%)
yang tidak pernah. Ada 37 responden (60,7%) yang anggota keluarganya pernah
dijelaskan tentang penyakit TB Paru oleh petugas kesehatan sedangkan 24
responden (39,3%) yang tidak pernah.
40
Tabel 5.7. Distribusi Faktor Penyuluhan Kesehatan Responden Penelitian
Pertanyaan Faktor Penyuluhan Kesehatan
Petugas
kesehatan
pernah memberikan penyuluhan
tentang penyakit TB Paru selama dalam pengobatan
1. Pernah
2. Tidak Pernah
Total
Petugas kesehatan pernah menjelaskan bahwa penyakit TB Paru dapat
menular
1. Pernah
2. Tidak Pernah
Total
Petugas kesehatan pernah memberi tahu bahwa pengobatan TB Paru
tidak sebentar
1. Pernah
2. Tidak Pernah
Total
Petugas kesehatan pernah menjelaskan tentang pengobatan TB
Paru harus teratur
1. Pernah
2. Tidak Pernah
Total
Petugas kesehatan pernah menjelaskan tentang jadwal minum OAT
1. Pernah
2. Tidak Pernah
Total
Petugas kesehatan pernah menjelaskan tentang hal-hal yang dapat
memperburuk keadaan penderita TB Paru
1. Pernah
2. Tidak Pernah
Total
Petugas kesehatan pernah menjelaskan tentang kegagalan pengobatan
akibat ketidakpatuhan pengobatan
1. Pernah
2. Tidak Pernah
Total
Petugas kesehatan pernah menjelaskan perlunya seseorang yang
mengawasi dan mengingatkan minum obat
1. Pernah
2. Tidak Pernah
Total
Petugas kesehatan pernah menjelaskan tentang penyakit Tuberkulosis
Paru kepada keluarga penderita TB Paru
1. Pernah
2. Tidak Pernah
Total
Jumlah
Persentase
51
10
61
83,6%
16,4%
100%
55
6
61
90,2%
9,8%
100%
51
10
61
83,6%
16,4%
100%
50
11
61
82%
18%
100%
44
17
61
72,1%
27,9%
100%
49
12
61
80,3%
19,7%
100%
52
9
61
85,2%
14,8%
100%
41
20
61
67,2%
32,8%
100%
37
24
61
60,7%
39,3%
41
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa setelah dilakukan
pengkategorian berdasarkan jawaban responden, sebanyak 52 responden (85,2%)
menyatakan penyuluhan yang dilakukan oleh petugas kesehatan berada pada
kategori baik, sebanyak 7 responden (11,5%) berada pada kategori cukup baik,
dan 2 responden (3,3%) pada kategori kurang baik.
Tabel 5.8. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Faktor Penyuluhan
Kesehatan
Kategori Faktor Penyuluhan Kesehatan
Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
Total
Jumlah
52
7
2
61
Persentase
85,2%
11,5%
3,3%
100%
5.1.3.3. Pengawas Menelan Obat (PMO)
PMO yang diukur meliputi mengawasi penderita menelan obat,
memberikan dorongan untuk berobat, mengingatkan penderita untuk mengambil
obat dan memeriksakan dahak sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan serta
menegur penderita bila lalai minum obat.
Berdasarkan hasil penelitian, didapati sebanyak 50 responden (82%)
memiliki PMO sedangkan 11 responden (18%) tidak memiliki PMO. Ada 40
responden (65,6%) yang selalu diberikan semangat oleh PMO dalam masa
pengobatan sedangkan 21 responden (34,4%) yang tidak selalu.
Dari hasil penelitian juga didapati 37 responden (60,7%) yang selalu
diingatkan oleh PMO agar mengambil obat dan memeriksakan dahak sesuai
dengan jadwal yang telah ditetapkan sedangkan 24 responden (39,3%) yang tidak
selalu diingatkan. Sebanyak 38 responden (62,3%) yang selalu diawasi oleh PMO
dalam menelan OAT sedangkan 23 responden (37,7%) yang tidak selalu diawasi.
Ada 39 responden (63,9%) yang selalu ditegur oleh PMO jika tidak mau atau lalai
minum OAT sedangkan 22 responden (36,1%) yang tidak selalu ditegur.
42
Tabel 5.9. Distribusi PMO Responden Penelitian
Pertanyaan Pengawas Menelan Obat (PMO)
Ada tidaknya PMO
1. Ya
2. Tidak
Total
PMO selalu memberi semangat
1. Ya
2. Tidak
Total
PMO selalu mengingatkan untuk mengambil OAT dan
memeriksakan dahak sesuai jadwal
1. Ya
2. Tidak
Total
PMO selalu mengawasi menelan OAT
1. Ya
2. Tidak
Total
Jumlah
Persentase
50
11
61
82%
18%
100%
40
21
61
65,6%
34,4%
100%
37
24
61
60,7%
39,3%
100%
38
23
61
62,3%
37,7%
100%
39
22
61
63,9%
36,1%
100%
PMO selalu menegur jika tidak mau atau lalai
meminum OAT
1. Ya
2. Tidak
Total
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa setelah dilakukan
pengkategorian berdasarkan jawaban responden, sebanyak 34 responden (55,7%)
bahwa PMO didapati dalam kategori baik, sebanyak 12 responden (19,7%) berada
pada kategori cukup baik, dan 15 responden (24,6%) pada kategori kurang baik.
Tabel 5.10. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori PMO
Kategori PMO
Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
Total
Jumlah
34
12
15
61
Persentase
55,7%
19,7%
24,6%
100%
43
5.1.3.4. Tingkat Kepatuhan Berobat
Tingkat kepatuhan berobat penderita TB Paru diperoleh melalui angket
yang berjumlah 6 pertanyaan. Sebanyak 56 responden (91,8%) tidak pernah lupa
meminum OAT pada tahap awal pengobatan (2 bulan) sedangkan 5 responden
(8,2%) terkadang lupa meminum OAT. Ada 48 respoden (78,7%) tidak pernah
lupa meminum OAT pada tahap lanjutan pengobatan (4 bulan), 10 responden
(16,4%) terkadang lupa meminum OAT, dan 3 responden (4,9%) yang sering lupa
meminum OAT.
Dari hasil penelitian, didapati sebanyak 58 responden (95,1%) tidak
pernah meminum OAT yang tidak sesuai dosis yang ditetapkan sedangkan 3
responden (4,9%) yang terkadang tidak sesuai. Sebanyak 55 responden (90,2%)
tidak pernah mengganti OAT dengan obat herbal atau tradisional sedangkan 6
responden (9,8%) yang terkadang pernah.
Sebanyak 50 responden (82%) tidak pernah terlambat mengambil OAT di
rumah sakit sedangkan 11 responden (18%) yang terkadang pernah. Ada 56
responden (91,8%) yang selalu mematuhi jadwal pemeriksaan dahak yang telah
ditetapkan sedangkan 5 responden (8,2%) yang pernah tidak.
44
Tabel 5.11. Distribusi Kepatuhan Responden Penelitian
Pertanyaan Pengawas Menelan Obat (PMO)
Lupa meminum OAT selama tahap awal pengobatan (2 bulan)
1. Tidak pernah
2. Kadang-kadang (1-3 kali/bulan)
3. Sering (>3 kali/bulan)
Total
Lupa meminum OAT selama tahap lanjutan pengobatan (4 bulan)
1. Tidak pernah
2. Kadang-kadang (1-3 kali/bulan)
3. Sering (>3 kali/bulan)
Total
Meminum OAT tidak sesuai dosis
1. Tidak pernah
2. Kadang-kadang (1-3 kali dalam sebulan)
3. Sering (>3 kali dalam sebulan)
Total
Mengganti OAT dengan obat herbal atau tradisional
1. Tidak pernah
2. Kadang-kadang (1-3 kali dalam sebulan)
3. Sering (>3 kali dalam sebulan)
Total
Terlambat mengambil OAT di rumah sakit
1. Tidak pernah
2. Kadang-kadang (1-2 kali)
3. Sering (>2 kali)
Total
Selalu mematuhi jadwal pemeriksaan dahak
1. Ya
2. Tidak
Total
Jumlah
Persentase
56
5
0
61
91,8%
8,2%
0%
100%
48
10
3
61
78,7%
16,4%
4,9%
100%
58
3
0
61
95,1%
4,9%
0%
100%
55
6
0
61
90,2%
9,8%
0%
100%
50
11
0
61
82%
18%
0%
100%
56
5
61
91,8%
8,2%
100%
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa setelah dilakukan
pengkategorian berdasarkan jawaban responden, sebanyak 55 responden (90,2%)
berada dalam kategori patuh sedangkan 6 responden (9,8%) berada dalam
kategori tidak patuh.
Tabel 5.12. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Tingkat Kepatuhan
Berobat
Kategori Tingkat Kepatuhan Berobat
Patuh
Tidak Patuh
Total
Jumlah
55
6
61
Persentase
90,2%
9,8%
100%
45
5.1.4. Hasil Analisis Bivariat
Untuk melihat hubungan pengetahuan penderita TB Paru, faktor
penyuluhan kesehatan, dan pengawas melelan obat (PMO) terhadap tingkat
kepatuhan berobat penderita TB Paru digunakan uji hipotesis Fisher’s Exact Test.
Pada hubungan variabel antara pengetahuan penderita TB Paru terhadap
tingkat kepatuhan berobat, didapati nilai adalah ρ=0,000 yang menunjukkan
bahwa adanya hubungan secara signifikan antara pengetahuan penderita TB Paru
dengan tingkat kepatuhan berobat. Hal ini menandakan bahwa hipotesis H0
ditolak.
Variabel antara faktor penyuluhan kesehatan terhadap tingkat kepatuhan
berobat juga bernilai ρ=0,000. Sama halnya dengan variabel antara pengawas
menelan obat (PMO) terhadap tingkat kepatuhan berobat pun bernilai ρ=0,004
yang menunjukkan bahwa adanya hubungan secara signifikan antara pengawas
menelan obat (PMO) dengan tingkat kepatuhan berobat.
5.2. Pembahasan
Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan
antara pengetahuan penderita TB Paru, faktor penyuluhan kesehatan, dan
pengawas menelan obat (PMO) terhadap kepatuhan berobat TB Paru di RSUP H.
Adam Malik Medan pada tahun 2015.
5.2.1. Pengaruh Pengetahuan Penderita TB Paru Terhadap Tingkat
Kepatuhan Berobat.
Berdasarkan uji hipotesis menggunakan metode Fisher’s Exact Test
menunjukkan bahwa pengetahuan penderita TB Paru memiliki hubungan yang
signifikan terhadap tingkat kepatuhan berobat TB Paru (ρ=0,000). Hasil penelitian
ini sejalan dengan penelitian Sari (2011) dan Zuliana (2009) yang mengatakan
bahwa pengetahuan responden berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan berobat.
46
Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Firdous et.al (2006) yang
menyatakan bahwa orang yang memiliki pengetahuan yang baik 5,5 kali lebih
patuh dibandingkan dengan yang berpengetahuan tidak baik. Hal serupa juga yang
didapati dari penelitian Erawatyningsih et.al (2009).
Sedangkan penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Ivanti (2009)
yang menyatakan bahwa pengetahuan responden tidak mempunyai pengaruh
terhadap tingkat kepatuhan berobat. Hal tidak serupa juga didapatkan dari
penelitian Kurniawan et.al (2011) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan
antara
pengetahuan
dan
kepatuhan
berobat
walaupun
pada
kelompok
berpengetahuan rendah didapati lebih banyak tidak patuh (55,5%).
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2003),
bahwa tindakan seseorang terhadap masalah kesehatan pada dasarnya dipengaruhi
oleh pengetahuan seseorang tentang masalah tersebut. Dalam hal ini, pengetahuan
yang dimiliki oleh penderita TB Paru berhubungan dengan tingkat kepatuhan
berobat, semakin tinggi pengetahuan penderita TB Paru tentang penyakitnya maka
akan semakin patuh berobat.
Menurut Notoatmodjo (2003), perubahan perilaku itu mengikuti tahaptahap melalui proses perubahan pengetahuan (knowledge) – sikap (attitude) –
praktek (practice). Beberapa penelitian telah membuktikan hal itu, namun
penelitian lain juga membuktikan bahwa proses tersebut tidak selalu berdasarkan
teori di atas, bahkan dalam praktik sehari-hari terjadi sebaliknya. Meskipun
demikian, Rogers (Notoatmodjo, 2003) menyimpulkan bahwa perilaku baru yang
melalui proses yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif
akan bersifat langgeng, begitu juga sebaliknya.
Akan tetapi dari hasil analisis antara tingkat pendidikan terakhir responden
terhadap tingkat pengetahuan dengan menggunakan Fisher’s Exact Test, didapati
bahwa tidak ada hubungan antara tingkat terakhir responden terhadap tingkat
pengetahuan responden dengan nilai ρ=0,339. Selain itu juga tidak ada hubungan
antara tingkat pendidikan dengan tingkat kepatuhan berobat dengan nilai ρ=0,255.
47
Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan Erawatyningsih
et.al (2009) yang mendapati bahwa ada hubungan antara tingkat pendidikan
terhadap tingkat kepatuhan berobat penderita tuberkulosis. Penelitian Sukoco
(2011) juga menyatakan bahwa responden berpendidikan rendah mempunyai
risiko TB sebesar 1,61 kali dibanding responden berpendidikan tinggi.
5.2.2.
Pengaruh
Faktor
Penyuluhan
Kesehatan
Terhadap
Tingkat
Kepatuhan Berobat
Uji hipotesis Fisher’s Exact Test menunjukkan bahwa terdapat hubungan
yang signifikan antara faktor penyuluhan kesehatan terhadap tingkat kepatuhan
berobat (ρ=0,000). Hal ini sesuai dengan penelitian Eliska (2005) yang
menyatakan faktor pelayanan kesehatan yaitu penyuluhan kesehatan mempunyai
hubungan yang signifikan dengan tingkat kepatuhan berobat. Sedangkan
penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Sari (2011) dan Zuliana (2009) yang
menyatakan faktor pelayanan kesehatan yaitu penyuluhan kesehatan tidak
mempunyai hubungan terhadap tingkat kepatuhan berobat.
Penelitian ini juga sejalan dengan Senewe (2002) yang mendapati bahwa
ada hubungan antara penyuluhan kesehatan terhadap kepatuhan berobat penderita
tuberkulosis. Penelitian tersebut menyatakan bahwa penderita yang mendapat
penyuluhan yang baik memiliki kemungkinan 4,19 kali untuk teratur atau patuh
berobat dibandingkan dengan penderita yang tidak mendapat penyuluhan dengan
baik.
Menurut Depkes RI (2011), dalam program penanggulangan TB,
penyuluhan langsung per orangan sangat penting artinya untuk menentukan
keberhasilan pengobatan penderita. Cara penyuluhan langsung per orangan lebih
besar kemungkinan untuk berhasil dibanding dengan cara penyuluhan melalui
media. Dalam penyuluhan langsung per orangan, unsur terpenting yang harus
diperhatikan adalah membina hubungan yang baik antara petugas kesehatan
dengan penderita.
48
Penyuluhan kesehatan yang dilakukan dengan cara kunjungan rumah juga
memberikan pengaruh dalam kepatuhan berobat penderita tuberkulosis. Penelitian
Senewe (2002) menunjukkan bahwa penderita yang mendapat kunjungan petugas
kesehatan mempunyai kemungkinan 2,15 kali untuk patuh berobat dibandingkan
penderita yang tidak.
5.2.3. Pengaruh Pengawas Menelan Obat (PMO) Terhadap Tingkat
Kepatuhan Berobat
Berdasarkan analisi bivariat dengan uji hipotesis Fisher’s Exact Test,
didapatkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara PMO terhadap tingkat
kepatuhan berobat (ρ=0,004). Hal ini sejalan dengan penelitian Sari (2011) dan
Zuliana (2009) yang menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara
pengaruh PMO terhadap tingkat kepatuhan berobat. Sedangkan penelitian ini
tidak sejalan dengan Ivanti (2009) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan
antara PMO terhadap tingkat kepatuhan berobat.
Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Firdous et.al (2006) yang
menyatakan bahwa ada hubungan antara peran PMO terhadap kepatuhan berobat
penderita tuberkulosis. Penelitian tersebut menyatakan bahwa penderita yang
memiliki PMO yang baik memiliki kemungkinan 4,5 kali untuk teratur berobat
dibandingkan dengan penderita yang tidak. Hal serupa juga yang didapati dari
penelitian Erawatyningsih et.al (2009).
Berdasarkan penelitian Pulungan (2014) didapati bah