Pengembangan Model Pita Ukur dan Rumus Pendugaan Bobot Badan Berdasarkan Lingkar Dada pada Ternak Sapi
69
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah,M.A.N.,et al.2008.Karakterisasi Genetik Sapi Aceh Menggunakan Analisis
Keragaman Fenotipik, Daerah D-Loop DNA Mitokondria dan DNA
Mikrosaltelit (Disertasi). Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.
Bogor
Ali, I., 1980. Regresi dari Lingkar Dada, Panjang Badan dan Tinggi Gumba Terhadap
Berat Hidup, Berat Karkas dan persentase karkas dari sapi-sapi Aceh.
Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan Usyiah, Banda Aceh
Blakely and Bade. 1992. Ilmu Peternakan Edisi IV. UGM Press, Yogyakarta
Brookes, A .J . and G . Harrington, 1960. The estimation of live weight of beef steer
from chest girth and other body measurements. J. Agric. Sci., 55 : 207 - 213 .
Diskeswannak, Aceh., 2011. Profit Sapi Aceh. Dinas Kesehatan Hewan dan
Peternakan Provinsi Aceh. Banda Aceh
Djagra, I.B. 1994. Pertumbuhan sapi bali: sebuah analisis berdasarkan dimensi tubuh.
Maj. Ilmiah Unud. XXI; 39:73-83
Djagra, I.B. 2001. Judging dan Seleksi Sapi Bali Daging. Lab. Ilmu Ternak Potong &
Kerja. Fakultas Peternakan, Universitas Udayana, Bali.
De Rose, E.P., J.W. Wilson dan L.R. Haffer. 1988. Estimation of variant components
for traits measured on station tested beef bull. J. Anim Sci vol 66. 626-634.
Ensminger, M .R ., 1968. Beef Cattle Science.4th Ed .The Interstate Printers £t
Publishers, Inc ., Danville, Illinois.
Erlangga, 2009.Info Ternak://http.infoduniapeternakan.org.id
Food and Agriculture Organization, 2012. Phenotypic Characterization of Animal
Genetic Resources, Rome.
Gafar, S. 2007. Memilih dan Memilah Hewan Qurban. http//www.disnksumbar.org
Gunawan B. 1990. Pendugaan Model Fungsi Pertumbuhan Anak Domba Sebelum
Penyapihan. Pros. Sarasehan Usaha Ternak Domba dan Kambing
Menyongsong Era PJP II. Bogor.
Hardjosubroto, W.,1994. Aplikasi Pemuliabiakan di lapangan. Gramedia Widiasarana
Indonesia. Jakarta
Universitas Sumatera Utara
70
Hassen, A.,D.E. Wilson.,R. Rouse dan G.R. Tait Jr. 2004. Use of Linear and NonLinear Growth Curves to Describes Body Weight Changes of Young
Angus Bulls and Heifers. Iowa State University Animal Industry Report
Hays, W.G. dan J.S. Brinks. 1982. Relationship of weight and height to beef cow
productivity. J Anim.Sci 50(5): 793-799.
Kidwell, J. P. A, 1965. Study of the relation between body conformation and carcass
quality. In fat calves. J Anim. Sci. 14:235
Mansyur, M. S. A. 2010. Hubungan Antara Ukuran Eksterior Tubuh Terhadap
Bobot Badan Pada Sapi Peranakan Ongole (PO) Jantan. Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Natsir, M. 1985. Metode Penelitian. Cetakan Pertama. Ghalia Indonesia.
Nawawi, H. 1985. Metode Penelitian Bidang Sosial. Gajah Mada University Press.
Bulak sumur, Yogyakarta
Parakkasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminansia. Universitas
Press. Jakarta
Putra. I.G.M. 2005. Keterandalan pita Dalton untuk menduga bobot hidup
kerbau Lumpur, sapi Bali dan babi persilangan Landrace. Majalah Ilmiah
Peternakan. Fakultas Peternakan, Universitas Udayana, Denpasar. Vol.
8(1):26-29.
Sahat, Victor. 2013. Perbandingan Penyimpangan Bobot Badan dengan
Menggunakan Pita Ukur Coburn dan Rumus Schoorl pada Sapi ACC
(Australian Commercial Cross). Fakultas Peternakan UNPAD:
Jatinangor.
Saladin, R. 1981. Ilmu tilik hewan. Diktat. Fakultas Peternakan Universitas Andalas.
Padang
Sarwono, B dan Arianto, H.B. 2003. Penggemukan Sapi Potong Secara Cepat.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Setiawati, I. 2007. Hubungan ukuran-ukuran tubuh dengan bobot hidup sapi
persilangan F2 Simental dengan Peranakan Ongole di Kota Padang Panjang.
Skripsi. Fakultas Peternakan. Universitas Andalas. Padang.
Siregar, S.B. 2002. Penggemukan Sapi. Penebar Swadaya, Jakarta
Soedomo, R. 1984. Pengantar Ilmu Peternakan Tropik.BPFE.Yogyakarta
Universitas Sumatera Utara
71
Suardi, 1993. Hubungan bobot hidup yang sebenarnya dengan bobot hidup yang
diduga dengan pita ukur pada sapi lokal. Skripsi. Fakultas Peternakan
Universitas Andalas. Padang
Sugeng, B. 2003. Sapi Potong. Penebar Swadaya, Jakarta
Takaendengan, BJ. 1998. Kemajuan Genetik Beberapa Sifat Kuantitatif Domba Ekor
Gemuk. [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor
Taylor, R. E. 1995. Scientific Farm Animal Production ; An Introduction to
Animal Science, Fifth Edition. Prentice-Hall Inc. New Jersey
Umartha, B.A., 2005. Mengenal Karakteristik Sapi Aceh. Balai Pembibitan Ternak
Unggul (BPTU) Indrapuri. Aceh
Wahyudin D. 2007. Asyiknya Menaksir Hewan Kurban. Kompas.
Williamson, G. dan W. J. A Payne. 1978. An Introduction to Animal Husbandry in T
he Tropics. Third Edition. Longman Inc. London.
Yurnalis, 2007. Pembentukan rumus sederhana pendugaan bobot hidup sapi
persilangan Simental dengan PO berdasarkan ukuran tubuh. Jurnal.
Peternakan Indonesia Volume 12 No 2 Juni 2007 halaman 156-164
http://www.abakhan.10.uk, (diakses pada tanggal 16 januari 2015)
http://www. doctoc.com/pendugaan-bobot-sapi (diakses pada tanggal 16 januari
2015)
http://www.kerbl.com (diakses pada tanggal 16 januari 2015)
http:www/pemuliaan.wordpress.com/moleker/mengenal-jenis-sapi-di-dunia (diakses
pada tanggal 21 januari 20015)
(http://peternakan-deeansosekundip.blogspot.com/2012/11/sapi-bali.html).
http://www.situs
–peternakan.com/2012/10/ciri-khas-sapi-peranakan-ongolepo.html.com (diakses pada tanggal 21 januari 2015)
Universitas Sumatera Utara
23
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di BPTU-HPT Indrapuri Aceh, Desa Tanah Raja
Kecamatan Sei Rampah Kabupaten Serdang Bedagai, Pusat Penelitian Kelapa Sawit
(PPKS), Peternakan Rakyat di Tanjung Morawa Kabupaten Serdang bedagai, dan
Peternakan rakyat di Desa Besar Dua Terjun Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten
Serdang Bedagai. Waktu penelitian dilaksanakan bulan Mei sampai dengan
September 2015
Alat dan Bahan
Dalam penelitian ini ada beberapa alat yang digunakan sebagai peralatan
utama penelitian antara lain : timbangan portable, pita ukur (agrotech, animeter, dan
rondo), mistar ukur dan alat tulis. Bahan yang digunakan adalah ternak sapi yaitu sapi
peranakan ongole 50 ekor, sapi brahman cross 50 ekor dan sapi limousin 50 ekor,
sapi bali sebanyak 50 ekor, sapi aceh 50 ekor,
Metode
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pengukuran
langsung terhadap lingkar dada sapi dengan menggunakan pita ukur dengan
pengukuran sebanyak tiga kali pada tiap ekor ternak. Ada tiga jenis pita ukur yang
digunakan, yakni pita ukur merk : Rondo dari Jerman, Animeter dan Agrotech dari
Indonesia. Dari hasil pengukuran dilakukan pendugaan bobot badan sapi dengan
menggunakan rumus Smith dan rumus Schoorl. Jumlah ternak sapi yang diukur
adalah 250 ekor. Pada saat yang hampir bersamaan, dilakukan juga penimbangan
Universitas Sumatera Utara
15
17
24
langsung terhadap bobot badan sapi menggunakan timbangan portabel. Penimbangan
bobot badan sapi secara langsung dilakukan sebagai pembanding terhadap hasil
pendugaan bobot badan yang diperoleh dengan menggunakan pita ukur.
Parameter penelitian
Parameter dalam penelitian ini adalah :
1. Lingkar dada.
Lingkar dada diukur menggunakan beberapa pita ukur (satuan dalam cm)
melingkar pada rongga dada di belakang sendi tulang bahu (os. Scapula). Cara
pengukuran dilakukan mengikuti petunjuk FAO (2012)
2. Berat badan.
Berat badan sapi ditimbang secara langsung menggunakan timbangan portabel.
Pengumpulan data
Memilih dan menentukan sampel penelitian sapi (PO = 50 ekor, Bali = 50
ekor, Aceh = 50 ekor, Brahman Cross = 50 ekor, dan Limousin = 50 ekor),
menyiapkan pita ukur dengan panjang minimal 250 cm, menyiapkan timbangan
portabel dengan kapasitas 1,5 ton dan menyiapkan buku data untuk mencatat hasil
pengukuran lingkar dada. Kemudian menuliskan setiap data yang diperoleh dari
pengamatan ke buku data.
Universitas Sumatera Utara
25
Analisis Data
1. Data hasil pengukuran Lingkar dada menggunakan pita ukur kemudian akan
diuji dengan rumus pendugaan bobot badan, yakni Schoorl dan Smith dengan
rumus sebagai berikut.
Rumus Schrool =
(LD (cm) + 22)²
100
(LD (cm) + 18)²
100
Keterangan: LD = lingkar dada
Rumus Smith
=
2. Setelah diuji dengan rumus pendugaan bobot badan, selanjutnya data hasil
pengukuran lingkar dada menggunakan pita ukur, dibandingkan dengan data
bobot badan yang diukur langsung menggunakan timbangan portabel,
sehingga diperoleh simpangan baku dari beberapa jenis pita ukur tersebut.
Pita ukur yang paling handal merupakan pita ukur yang simpangannya paling
mendekati dari bobot badan sebenarnya.
3. Pita ukur yang paling mendekati dari bobot badan sebenarnya kemudian akan
ditransformasikan kedalam satu model persamaan regresi linear yaitu :
Y = a + bx
Ket: Y = Variabel Response (Bobot badan)
a = konstanta
b = Koefisien regresi
x = Variabel prediktor atau variabel faktor penyebab (Lingkar dada)
Universitas Sumatera Utara
26
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada 5 peternakan sapi potong skala besar dan kecil
yang berada di wilayah Sumatera yaitu peternakan sapi Peranakan Ongole (PO) di
Desa Besar 2 Terjun Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai, sapi
Brahman Cross dan Limousin di PPKS dan peternakan rakyat di Tanjung Morawa
Kabupaten Serdang bedagai, peternakan sapi Bali di Desa Tanah Raja Kecamatan Sei
Rampah Kabupaten Serdang Bedagai, peternakan sapi Aceh di BPTU Indrapuri.
Sapi Peranakan Ongole memiliki ciri khas yaitu berpunuk besar, bergelambir
longgar dan berleher pendek. Kulit berwarna kuning dengan bulu putih atau putih
kehitam-hitaman. Kulit di sekeliling mata, bulu mata, moncong, kuku, dan bulu
cambuk pada ujung ekor berwarna hitam. Kepala pendek dengan profil melengkung.
Mata besar dengan sorot yang tenang. Tanduk pendek dan tanduk pada sapi
betinaberukuran lebih panjang dibandingkan dengan sapi jantan. Telinganya panjang
dan menggantung (Suwarno dan Arianto, 2003).
Sapi Brahman Cross memiliki karakteristik warna yang bervariasi, dari abuabu muda, merah sampai hitam. Kebanyakan berwarna abu muda dan abu tua. Sapi
jantan berwarna lebih tua dari sapi betina dan memiliki warna gelap di daerah leher,
bahu, dan paha bagian bawah. (Salim, 1990).
Universitas Sumatera Utara
27
Sapi limousin merupakan sapi potong keturunan bos taurus yang berhasil
dijinakkan dan di kembangkan di Perancis. Karakteristik sapi Limousin, bulunya
berwarna merah mulus dan tumbuh agak panjang bulu di bagian kepala, mata awas,
kaki tegap, dada besar serta dalam. Bentuk tubuh memanjang, bagian perut agak
mengecil, tetapi bagian paha dan pinggul cukup besar, penuh daging dan sangat
18
padat. Sapi limousin sudah diimpor Indonesia di antaranya dipelihara di Balai
Inseminasi Buatan Lembaga Jawa Barat.
Sapi Aceh memiliki ciri-ciri warna dominan merah bata dan pada daerah
pundak, berpunuk, tanduk mengarah ke atas dan lebih besar, kuping dan daun telinga
tidak jatuh, tidak besar dan agak runcing dan tinggi gumba rata-rata 110 cm (Salim,
1990).
Sapi Bali memiliki karakteristik ukuran badan berukuran sedang dan bentuk
badan memanjang, kepala agak pendek dengan dahi datar, badan padat dengan dada
yang dalam, tidak berpunuk dan seolah tidak bergelambir, kakinya ramping, agak
pendek menyerupai kaki kerbau, pada punggungnya selalu ditemukan bulu hitam
membentuk garis memanjang dari gumba hingga pangkal ekor, cermin hidung, kuku
dan bulu ujung ekornya berwarna hitam, tanduk pada sapi jantan tumbuh agak ke
bagian luar kepala, sebaliknya untuk jenis
sapi
betina
ke
bagian
dalam
(http://andiwawan-tonra.com/2010/02/mengenal-sapi-bali.html)
Universitas Sumatera Utara
28
Pendugaan Bobot Badan berdasarkan Rumus Schrool,Smith dan Pita ukur
Setelah dilakukan pengukuran dengan tiga pita ukur (Agrotech, Animeter, dan
Rondo) pada lingkar dada sapi jantan diperoleh hasil seperti pada tabel 1.
Tabel 1. Rataan Bobot Badan sapi jantan PO, Brahman cross, sapi Limosin, sapi
Aceh dan sapi Bali berdasarkan Bobot Badan Timbang, Pendugaan
Bobot Badan dengan Pita Ukur, Rumus Schrool, Smith dan Regresi.
Jenis sapi
Bobot Badan
Timbang
(BBT)
BBT-BBR
Rumus
Pendugaan
Bobot Badan
Rumus (BBR)
Kg
%
Universitas Sumatera Utara
29
Sapi PO
Sapi Brahman
Sapi Limosin
Sapi Aceh
229,95 ± 23,79
Schoorl
298,28 ± 20,79
-68,33
29,71
229,95 ± 23,79
Smith
284,63 ± 20,31
-54,68
23,77
229,95 ± 23,79
Pita 1
295,00 ± 41,10
-65,05
28,28
229,95 ± 23,79
Pita 2
295,00 ± 41,10
-65,05
28,28
229,95 ± 23,79
Pita 3
295,00 ± 41,10
-65,05
28,28
229,95 ± 23,79
Regresi
229,95 ± 5,38
-5,74
0,05
384,47 ± 58,90
Schoorl
402,43 ± 58,90
-17,96
4,67
384,47 ± 58,90
Smith
386,56 ± 36,58
-2.09
0,54
384,47 ± 58,90
Pita 1
505,72 ± 79,07
-121,25
31,53
384,47 ± 58,90
Pita 2
505,72 ± 79,07
-121,25
31,53
384,47 ± 58,90
Pita 3
505,72 ± 79,07
-121,25
31,53
384,47 ± 58,90
Regresi
440,07 ± 6,53
-57,67
0,57
376,82 ± 6,49
Schoorl
395,35 ± 18,83
-18,43
4,88
376,82 ± 6,49
Smith
379,61 ± 18,46
-2,68
0,71
376,82 ± 6,49
Pita 1
474,00 ± 25,29
-96,99
25,72
376,82 ± 6,49
Pita 2
474,00 ± 25,29
-96,99
25,72
376,82 ± 6,49
Pita 3
474,00 ± 25,69
-96,99
25,72
376,82 ± 6,49
Regresi
376,82 ± 7,13
-21,47
0,21
214,64 ± 89,59
Schoorl
271,94 ± 67,91
-57,3
24,94
214,64 ± 89,59
Smith
259,02 ± 66,19
-44,38
20,67
214,64 ± 89,59
Pita 1
267,16 ± 105,95
-52,52
24,46
214,64 ± 89,59
Pita 2
267,16 ± 105,95
-52,52
24,46
Universitas Sumatera Utara
30
Sapi Bali
214,64 ± 89,59
Pita 3
267,16 ± 105,95
-52,52
24,46
214,64 ± 89,59
Regresi
216,64 ± 29,77
-11,59
0,11
288,36 ± 29,82
Schoorl
356,57 ± 24,91
-68,21
23,65
288,36 ± 29,82
Smith
341,63 ± 24,38
-53,27
18,47
288,36 ± 29,82
Pita 1
406,95 ± 48,21
-118,59
41,12
288,36 ± 29,82
Pita 2
406,95 ± 48,21
-118,59
41,12
288,36 ± 29,82
Pita 3
406,95 ± 48,21
-118,59
41,12
288,36 ± 29,82
Regresi
267,48 ± 16,15
- 43.83
0,43
Setelah dilakukan pengukuran dengan tiga pita ukur (Agrotech, Animeter
dan Rondo) pada lingkar dada sapi jantan diperoleh hasil seperti pada tabel 2.
Universitas Sumatera Utara
31
Tabel 2. Rataan Bobot Badan sapi betina PO, Brahman cross, sapi Limosin, sapi.
Aceh dan sapi Bali berdasarkan Bobot Badan Timbang, Pendugaan
Bobot Badan dengan Pita Ukur, Rumus Schrool, Smith dan Regresi
Jenis sapi
Sapi PO
Sapi Brahman
Sapi Limosin
Bobot Badan
Timbang
(BBT)
Rumus
Pendugaan
Bobot Badan
Rumus (BBR)
BBT-BBR
Kg
%
137,48 ± 9,33
Schoorl
255,30 ± 28,97
-177,82
85,69
137,48 ± 9,33
Smith
242,69 ± 28,22
-105,21
76,62
137,48 ± 9,33
Pita 1
224,42 ± 41,43
- 86,94
63,23
137,48 ± 9,33
Pita 2
224,42 ± 41,43
- 86,94
63,23
137,48 ± 9,33
Pita 3
224,42 ± 41,43
- 86,94
63,23
137,48 ± 9,33
Regresi
137,48 ± 8,04
- 4,53
0,04
348,81 ± 25,86
Schoorl
355,06 ± 22,85
-6.25
1,79
348,81 ± 25,86
Smith
340,15 ± 22,35
8,66
2,48
348,81 ± 25,86
Pita 1
394,66 ± 49,39
- 45,85
13,14
348,81 ± 25,86
Pita 2
394,66 ± 49,39
- 45,85
13,14
348,81 ± 25,86
Pita 3
394,66 ± 49,39
- 45,85
13,14
348,81 ± 25,86
Regresi
348,81 ± 14,50
- 57,55
0,57
357,77 ± 13,05
Schoorl
354,34 ± 17,71
3,43
0,95
357,77 ± 13,05
Smith
339,45 ± 17,34
18,32
5,12
357,77 ± 13,05
Pita 1
401,03 ± 35,37
- 43,26
12,09
357,77 ± 13,05
Pita 2
401,03 ± 35,37
- 43,26
12,09
357,77 ± 13,05
Pita 3
401,03 ± 35,37
- 43,26
12,09
Universitas Sumatera Utara
32
Sapi Aceh
Sapi Bali
357,77 ± 13,05
Regresi
357,77 ± 6,99
- 53,30
0,53
158,72 ± 63,06
Schoorl
233,57 ± 56,78
- 74,85
47,15
158,72 ± 63,06
Smith
221,60 ± 55,23
- 62,88
39,61
158,72 ± 63,06
Pita 1
200,44 ± 78,03
- 41,72
26,28
158,72 ± 63,06
Pita 2
200,44 ± 78,03
- 41,72
26,28
158,72 ± 63,06
Pita 3
200,44 ± 78,03
- 41,72
26,28
158,72 ± 63,06
Regresi
158,72 ± 25,16
- 12,53
0,12
215,08 ± 39,33
Schoorl
278,28 ± 29,29
- 63,20
29,38
215,08 ± 39,33
Smith
265,11 ± 28,59
- 50,03
23,26
215,08 ± 39,33
Pita 1
261,68 ± 50,23
- 46,60
21,66
215,08 ± 39,33
Pita 2
261,68 ± 50,23
- 46,60
21,66
215,08 ± 39,33
Pita 3
261,68 ± 50,23
- 46,60
21,66
215,08 ± 39,33
Regresi
215,08 ± 5,63
-2,15
0,02
Keterangan :
Pita 1 : Agrotech
Pita 2 : Animeter
Pita 3 : Rondo
Rata-rata pendugaan bobot badan pada sapi peranakan ongole, sapi brahman
cross, sapi limousin, sapi aceh dan sapi bali hasilnya yang paling mendekati adalah
Universitas Sumatera Utara
33
dengan menggunakan rumus persamaan regresi yaitu rata-rata bobot badan
sebenarnya atau dengan menggunakan timbangan. Rumus Schrool, Smith terdapat
selisih yang cukup besar terhadap rata-rata bobot badan sebenarnya pada sapi
peranakan ongole, bali, dan sapi aceh. Perbedaan bobot badan sebenarnya atau bobot
timbang dengan pendugaan bobot badan dengan rumus disebabkan karena rumus
tersebut digunakan untuk bangsa sapi Eropa dan tidak cocok untuk sapi-sapi lokal,
serta pada pendugaan bobot badan dengan persamaan regresi baik koefisien korelasi
maupun koefisien determinasi memiliki nilai hampir mendekati nilai 1 yang
menunjukkan hubungan signifikan antar variabel, baik lingkar dada, panjang badan
dan bobot badan ternak (Mansyur, 2010).
Pendugaan bobot badan sapi Peranakan Ongole jantan dengan menggunakan
rumus Schrool diperoleh bobot badan sebesar 298,28 ± 20,79 kg, dengan rumus
Smith diperoleh bobot badan sebesar 284,63 ± 20,31 kg dan bobot badan sapi
Peranakan Ongole jantan berdasarkan bobot badan timbang diperoleh 229,95 ± 23,79
kg. Nilai penyimpangan yang diperoleh berdasarkan selisih bobot badan timbang dan
rumus pendugaan bobot badan antara lain Schrool yaitu -68,33 kg dengan persentase
penyimpangan 29,71%, dan Smith yaitu -54,68 kg dengan persentase penyimpangan
23,77 %, sedangkan bobot badan sapi Peranakan Ongole betina menggunakan rumus
schrool diperoleh 255,30 ± 28,97 kg, dengan rumus smith 242,69 ± 28,22 kg dan
bobot badan sapi Peranakan Ongole jantan berdasarkan bobot badan timbang
diperoleh 137,48 ± 9,33 kg. Nilai penyimpangan rumus Schoorl yaitu -177,82 kg
dengan persentase penyimpangan 85,69 %, dan Smith yaitu -105,21 kg dengan
persentase penyimpangan 76,62 %.
Universitas Sumatera Utara
34
Pendugaan bobot badan sapi Brahman Cross jantan dengan menggunakan
rumus Schrool diperoleh bobot badan sebesar 402,43 ± 58,90 kg, dengan rumus
Smith diperoleh bobot badan sebesar 386,56 ± 36,58 kg dan bobot badan sapi
Brahman Cross jantan berdasarkan bobot badan timbang diperoleh 384,47 ± 58,90
kg. Nilai penyimpangan yang diperoleh berdasarkan selisih bobot badan timbang dan
rumus pendugaan bobot badan antara lain Schrool yaitu -17,96 kg dengan persentase
penyimpangan 4,67%, dan Smith yaitu -2.09 kg dengan persentase penyimpangan
0,54 %, sedangkan bobot badan sapi Brahman betina menggunakan rumus schrool
diperoleh 338,12 ± 23,03 kg, rumus smith 323,58 ± 22,52 dan bobot badan sapi
Brahman Cross betina berdasarkan bobot badan timbang diperoleh 355,06 ± 22,85
kg. Nilai penyimpangan rumus Schoorl yaitu -6.25 kg dengan persentase
penyimpangan 1,79 %, dan rumus Smith yaitu 8,66 kg dengan persentase
penyimpangan 2,48 %.
Pendugaan bobot badan sapi Limousin jantan dengan menggunakan rumus
Schrool diperoleh bobot badan sebesar 395,35 ± 18,83 kg, dengan rumus Smith
diperoleh bobot badan sebesar 379,61 ± 18,46 kg dan sedangkan bobot badan sapi
Limousin jantan berdasarkan bobot badan timbang diperoleh 376,82 ± 6,49 kg. Nilai
penyimpangan yang diperoleh berdasarkan selisih bobot badan timbang dan rumus
pendugaan bobot badan antara lain Schrool yaitu -18,43 kg dengan
persentase
penyimpangan 4,88%, dan rumus Smith yaitu -2,68 kg dengan persentase
penyimpangan 0,71%, sedangkan bobot badan sapi Limousin betina menggunakan
rumus schrool diperoleh 354,34 ± 17,71 kg, menggunakan rumus smith 339,45 ±
17,34 kg dan bobot badan sapi Limousin betina berdasarkan bobot badan timbang
Universitas Sumatera Utara
35
diperoleh 357,77 ± 13,05 kg. Nilai penyimpangan rumus Schoorl yaitu 3,43 kg
dengan persentase penyimpangan 0,95 %, dan Smith yaitu 18,32 kg dengan
persentase penyimpangan 5,12 %.
Pendugaan bobot badan sapi Aceh jantan dengan menggunakan rumus
Schrool diperoleh bobot badan sebesar 271,94 ± 67,91 kg , dengan rumus Smith
diperoleh bobot badan sebesar 221,60 ± 55,23 kg dan sedangkan bobot badan sapi
Aceh berdasarkan bobot badan timbangan diperoleh 214,64 ± 89,59 kg. Nilai
penyimpangan yang diperoleh berdasarkan selisih bobot badan timbang dan rumus
pendugaan bobot badan antara lain Schrool yaitu -57,3 kg dengan
persentase
penyimpangan 24,94 %, dan Smith yaitu -44,38 kg dengan persentase penyimpangan
20,67%, sedangkan bobot badan sapi aceh betina
menggunakan rumus schrool
diperoleh 233,57 ± 56,78 kg, menggunakan rumus smith 221,60 ± 55,23 kg dan
bobot badan sapi Aceh betina berdasarkan bobot badan timbang diperoleh 158,72 ±
63,06 kg Nilai penyimpangan rumus Schoorl yaitu -74,85 kg dengan persentase
penyimpangan 47,15 %, dan Smith yaitu -62,88 kg dengan persentase penyimpangan
39,61%
Pendugaan bobot badan sapi Bali jantan dengan menggunakan rumus Schrool
diperoleh bobot badan sebesar 356,57 ± 24,91 kg , dengan rumus Smith diperoleh
bobot badan sebesar 341,63 ± 24,38 kg dan sedangkan bobot badan sapi Bali
berdasarkan bobot badan timbangan diperoleh 288,36 ± 29,82 kg. Nilai
penyimpangan yang diperoleh berdasarkan selisih bobot badan timbang dan rumus
pendugaan bobot badan antara lain Schrool yaitu -68,21kg dengan
penyimpangan 23,65 %, dan Smith yaitu
persentase
-53,27 kg dengan persentase
Universitas Sumatera Utara
36
penyimpangan 18,47 %, sedangkan bobot badan sapi Bali betina menggunakan
rumus schrool diperoleh 278,28 ± 29,29 kg, menggunakan rumus smith 265,11 ±
28,59 kg dan bobot badan sapi Bali betina berdasarkan bobot badan timbang
diperoleh 215,08 ± 39,33 kg. Nilai penyimpangan rumus Schoorl yaitu -63,2 kg
dengan persentase penyimpangan 29,38 %, dan Smith yaitu -50,03 kg dengan
persentase penyimpangan 23,26%
Dari hasil data penelitian yang diperoleh diketahui bahwa nilai persentase
penyimpangan pendugaan bobot badan dengan menggunakan rumus schrool dan
smith pada sapi Peranakan Ongole, sapi Bali, dan sapi Aceh memiliki nilai
penyimpangan diatas 10% sedangkan pada sapi Brahman cross dan sapi Limousin
memiliki nilai penyimpangan dibawah 10%. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Williamson dan Payne (1978), yang menyatakan bahwa menyatakan bahwa
pendugaan berat badan sapi menggunakan rumus Schoorl biasa dilakukan pada sapi
yang berukuran besar yaitu seperti sapi Frisien Holstein (FH) atau Brahman Cross.
Pendugaan bobot badan berdasarkan pita ukur
Dari ketiga pita ukur yang digunakan dalam menduga bobot badan ternak
memiliki hasil
yang sama. Ketiga pita ukur tersebut yaitu pita ukur Agrotech,
Animeter dan Rondo.
Pendugaan bobot badan sapi Peranakan Ongole jantan dengan menggunakan
pita ukur Agrotech, Animeter dan Rondo diperoleh bobot badan sebesar 295 ± 41,10
kg, sedangkan bobot badan sapi Peranakan Ongole jantan berdasarkan bobot badan
Universitas Sumatera Utara
37
timbang diperoleh 229,95 ± 23,79 kg. Nilai penyimpangan yang diperoleh
berdasarkan selisih bobot badan timbang dan pendugaan bobot badan menggunakan
pita ukur yaitu -65,05 kg dengan persentase penyimpangan 28,28 %. Sementara
pendugaan bobot badan sapi Peranakan Ongole betina dengan menggunakan pita
ukur Agrotech, Animeter dan Rondo diperoleh bobot badan sebesar 224,42 ± 41,43 kg,
sedangkan bobot badan sapi Peranakan Ongole betina berdasarkan bobot badan
timbang diperoleh 137,48 ± 9,33 kg. Nilai penyimpangan yang diperoleh berdasarkan
selisih bobot badan timbang dan pendugaan bobot badan menggunakan pita ukur
yaitu -86,94 kg dengan persentase penyimpangan 63,23 %.
Pendugaan bobot badan sapi Brahman Cross jantan dengan menggunakan pita
ukur Agrotech, Animeter dan Rondo diperoleh bobot badan sebesar 505,72 ± 79,07
kg, sedangkan bobot badan sapi Brahman cross jantan berdasarkan bobot badan
timbang diperoleh 384,47 ± 58,90 kg. Nilai penyimpangan yang diperoleh berdasarkan
selisih bobot badan timbang dan pendugaan bobot badan menggunakan pita ukur
yaitu -121,25 kg dengan persentase penyimpangan
31,53 %. Sementara pendugaan
bobot badan sapi Brahman Cross betina dengan menggunakan pita ukur Agrotech,
Animeter dan Rondo diperoleh bobot badan sebesar 394,66 ± 49,39 kg, sedangkan
bobot sapi Brahman Cross betina berdasarkan bobot badan timbang diperoleh 348,81
± 25,86 kg. Nilai penyimpangan yang diperoleh berdasarkan selisih bobot badan
timbang dan pendugaan bobot badan menggunakan pita ukur yaitu - 45,85 kg dengan
persentase penyimpangan 13,14%.
Universitas Sumatera Utara
38
Pendugaan bobot badan sapi limousin jantan dengan menggunakan pita ukur
Agrotech, Animeter dan Rondo diperoleh bobot badan sebesar 474 ± 25,29 kg,
sedangkan bobot badan sapi limousin jantan berdasarkan bobot badan timbang
diperoleh 376,82 ± 6,49 kg. Nilai penyimpangan yang diperoleh berdasarkan selisih
bobot badan timbang dan pendugaan bobot badan menggunakan pita ukur yaitu 96,99 kg dengan persentase penyimpangan 25,72 %. Sementara pendugaan bobot
badan sapi limousin betina dengan menggunakan pita ukur Agrotech, Animeter dan
Rondo diperoleh bobot badan sebesar 401,03 ± 35,37 kg, sedangkan bobot badan sapi
limousin betina berdasarkan bobot badan timbang diperoleh 357,77 ± 13,05 kg. Nilai
penyimpangan yang diperoleh berdasarkan selisih bobot badan timbang dan
pendugaan bobot badan menggunakan pita ukur yaitu -43,26 kg dengan persentase
penyimpangan 12,09 %.
Pendugaan bobot badan sapi Aceh jantan dengan menggunakan pita ukur
Agrotech, Animeter dan Rondo diperoleh bobot badan sebesar 267,16 ± 105,95 kg,
sedangkan bobot badan sapi Aceh jantan berdasarkan bobot badan timbang diperoleh
214,64 ± 89,59 kg. Nilai penyimpangan yang diperoleh berdasarkan selisih bobot
badan timbang dan pendugaan bobot badan menggunakan pita ukur yaitu -52,52 kg
dengan persentase penyimpangan 24,46 %. Sementara pendugaan bobot badan sapi
Aceh betina dengan menggunakan pita ukur Agrotech, Animeter dan Rondo
diperoleh bobot badan sebesar 200,44 ± 78,03 kg, sedangkan bobot badan sapi Aceh
betina berdasarkan bobot badan timbang diperoleh 158,72 ± 63,06 kg. Nilai
penyimpangan yang diperoleh berdasarkan selisih bobot badan timbang dan
Universitas Sumatera Utara
39
pendugaan bobot badan menggunakan pita ukur yaitu -41,72 kg dengan persentase
penyimpangan 26,28%.
Pendugaan bobot badan sapi Bali jantan dengan menggunakan pita ukur
Agrotech, Animeter dan Rondo diperoleh bobot badan sebesar 406,95 ± 48,21 kg,
sedangkan bobot badan sapi Bali jantan berdasarkan bobot badan timbang diperoleh
288,36 ± 29,82 kg. Nilai penyimpangan yang diperoleh berdasarkan selisih bobot
badan timbang dan pendugaan bobot badan menggunakan pita ukur yaitu -118,59 kg
dengan persentase penyimpangan 41,12 %. Sementara pendugaan bobot badan sapi
Bali betina dengan menggunakan pita ukur Agrotech, Animeter dan Rondo diperoleh
bobot badan sebesar 261,68 ± 50,23 kg, sedangkan bobot badan sapi Bali betina
berdasarkan bobot badan timbang diperoleh 215,08 ± 39,33 kg. Nilai penyimpangan
yang diperoleh berdasarkan selisih bobot badan timbang dan pendugaan bobot badan
menggunakan pita ukur yaitu -46,6 kg dengan persentase penyimpangan 21,66 %.
Rata-rata penyimpangan pendugaan bobot badan dengan bobot badan timbang
menggunakan pita ukur merk Agrotech, Animeter dan Rondo Dari data hasil
penelitian diperoleh nilai penyimpangan terbesar pada sapi Bali jantan yaitu 41,12%
dan sapi Peranakan Ongole betina yaitu 63,23% dan penyimpangan terkecil adalah
pada sapi Peranakan Ongole jantan yaitu 24,46 % dan Sapi limousine betina yaitu
12,09 %. Berdasarkan data hasil penelitian, maka pita ukur tidak dapat digunakan
dalam menduga bobot badan ternak sapi jantan maupun betina. Hal ini karena
setiap menejemen pemeliharaan dan kondisi lingkungan disetiap tempat berbeda-beda
sesuai dengan pernyataan Hardjosubroto (1994) yang menyatakan bahwa manajemen
Universitas Sumatera Utara
40
pemeliharaan ternak di setiap tempat berbeda-beda. Suatu individu tidak dapat
menunjukkan penampilan yang baik walaupun dia memiliki kemampuan (genetik)
yang bagus, tetapi tidak mempunyai kesempatan (lingkungan) yang diperlukan.
Menurut Soedomo (1984) bahwa produktifitas seekor ternak dipengaruhi oleh faktor
genetik atau faktor keturunan dan lingkungan, dimana fenotip = genotip +lingkungan
atau biasanya disingkat dengan P = G + E dan jika terdapat interaksi antara faktor
genetik dan faktor lingkungan maka ditulis sebagai P = G + E + GE. Faktor geneetik
merupakan faktor yang di bawa sejak lahir dan bersifat tetap, sedangkan faktor
lingkungan merupakan kesempatan atau peluang untuk memaksimalkan peran faktor
genetik yang dimilikinya dan bersifat tidak tetap atau bisa berubah dari waktu ke
waktu.yang termasuk faktor lingkungan adalah makanan, menejemen serta
lingkungan hidup dimana ternak dipelihara. Tidak bisa disangka bahwa faktor
lingkungan sangat berpengaruh terhadap produktifitas seekor ternak. Ternak dengan
mutu yang baik akan berproduksi dengan baik pula bila didukung dengan faktor
lingungan yang cocok. Demikian pula sebaliknya, meskipun diberi lingkungan yang
baik jika mutu genetik nya lebih unggul maka pruduktifitas ternak tersebut tidak
sebesar dengan ternak yang mutu genetiknya lebih unggul.
Universitas Sumatera Utara
41
Setelah dilakukan pengukuran dengan tiga pita ukur (Agrotech, Animeter dan
Rondo) pada lingkar dada sapi jantan dan betina maka diperoleh hasil rataan bobot
badan pada tabel 3.
Tabel 3. Rataan Bobot Badan Sapi Jantan dan Sapi Betina berdasarkan Bobot
Badan Timbang, Pendugaan Bobot Badan dengan Pita Ukur, dan Rumus
Schoorl, Smith dan Regresi
Jenis Kelamin
Sapi Jantan
Sapi Betina
BBT-BBR
Bobot Badan
Timbang (BBT)
Rumus
Pendugaan
Bobot Badan
Rumus (BBR)
296,86 ± 83,54
Schoorl
343,87 ± 64,78
- 47,01
15,83
296,86 ± 83,54
Smith
329,27 ± 63,30
- 32.41
10,91`
296,86 ± 83,54
Pita 1
386,02 ± 115,54
- 89,16
30,03
296,86 ± 83,54
Pita 2
386,02 ± 115,54
- 89,16
30,03
296,86 ± 83,54
Pita 3
386,02 ± 115,54
- 89,16
30,03
296,86 ± 83,54
Regresi
296,86 ± 28,70
- 17,21
0,17
256,76 ± 91,02
Schoorl
296,49 ± 60,62
- 39,73
15,47
256,76 ± 91,02
Smith
282,95 ± 59,15
- 26,19
10,20
256,76 ± 91,02
Pita 1
298,44 ± 100,12
- 41,68
16,23
256,76 ± 91,02
Pita 2
298,44 ± 100,12
- 41,68
16,23
256,76 ± 91,02
Pita 3
298,44 ± 100,12
- 41,68
16,23
256,76 ± 91,02
Regresi
256,76 ± 26,15
- 10,78
0,10
Kg
%
Universitas Sumatera Utara
42
Pendugaan bobot badan sapi jantan yang digunakan dalam penelitian dengan
menggunakan rumus Schoorl diperoleh bobot badan sebesar
343,87 ± 64,78
kg , menggunakan rumus Smith diperoleh 329,27 ± 63,30 kg sedangkan rata-rata
bobot badan sapi jantan berdasarkan bobot badan timbang diperoleh 296,86 ± 83,54
kg. Nilai penyimpangan yang diperoleh berdasarkan selisih bobot badan timbang dan
rumus pendugaan bobot badan antara lain Schoorl yaitu - 47,01 kg dengan persentase
penyimpangan 15,83 %, dan Smith yaitu - 32.41 kg dengan persentase penyimpangan
10,91 %. Sementara pendugaan rata-rata bobot badan sapi betina yang digunakan
dalam penelitian dengan menggunakan rumus Schoorl diperoleh bobot badan sebesar
296,49 ± 60,62 kg, menggunakan rumus Smith diperoleh 282,95 ± 59,15 kg
sedangkan bobot badan berdasarkan bobot badan timbang diperoleh 256,76 ± 91,02
kg. Nilai penyimpangan yang diperoleh berdasarkan selisih bobot badan timbang dan
rumus pendugaan bobot badan antara lain Schoorl yaitu - 39,73 kg dengan persentase
penyimpangan 15,47 %, dan Smith yaitu - 26,19 kg dengan persentase penyimpangan
10,20 %.
Pendugaan bobot badan sapi jantan yang digunakan dalam penelitian dengan
menggunakan pita ukur Agrotech, Animeter dan Rondo diperoleh bobot badan
sebesar 386,02 ± 115,54 kg, sedangkan rata-rata bobot badan sapi jantan berdasarkan
bobot badan timbang diperoleh 296,86 ± 83,54 kg. Nilai penyimpangan yang
diperoleh berdasarkan selisih bobot badan timbang dan pendugaan bobot badan
menggunakan pita ukur yaitu - 89,16 kg dengan persentase penyimpangan 30,03 %.
Sementara pendugaan bobot badan sapi betina yang digunakan dalam penelitian
Universitas Sumatera Utara
43
dengan menggunakan pita ukur Agrotech, Animeter dan Rondo diperoleh bobot
badan sebesar 298,44 ± 100,12 kg, sedangkan rata-rata bobot badan kambing betina
berdasarkan bobot badan timbang diperoleh 256,76 ± 91,02 kg. Nilai penyimpangan
yang diperoleh berdasarkan selisih bobot badan timbang dan pendugaan bobot badan
menggunakan pita ukur yaitu - 41,68 kg dengan persentase penyimpangan
16,23
%.
Rata-rata pendugaan bobot badan pada ternak sapi jantan dan betina hasilnya
yang paling memdekati adalah dengan menggunakan rumus persamaan regresi yaitu
rata-rata bobot badan sebenarnya atau dengan menggunakan timbangan. Dimana hasil
pendugaan bobot badan berdasarkan rumus Schoorl dan Smith dan pita ukur
Agrotech, Animeter dan Rondo memiliki selisih yang besar dengan bobot badan
ternak sapi sebenarnya, karena rata-rata pemyimpangan yang diperoleh dalam
pendugaan bobot badan tersebut lebih dari 10 %. Hal ini sesuai dnegan pernyataan
Williamson dan Payne (1978), yang menyatakan bahwa penyimpangan pendugaan
bobot badan umumnya berkisar antara 5% sampai 10% dari bobot badan sebenarnya.
Sehingga rumus Schoorl dan Smith beserta pita ukur Agrotech, Animeter dan Rondo
tidak dapat diandalkan dalam menduga bobot badan sapi peranakan ongole, sapi
limousin, sapi Brahman cross, sapi aceh, dan sapi bali jantan maupun betina.
Analisis, korelasi dan regresi linier sederhana pada lingkar dada dan bobot badan
jenis sapi
Universitas Sumatera Utara
44
Hasil pendugaan bobot badan Sapi Peranakan Ongole, Sapi Brahman Cross,
Sapi Limousin, Sapi Bali, dan Sapi Aceh berdasarkan analisa korelasi dan regresi
liniear menggunakan lingkar dada dan bobot badan dapat dilihat pada tabel dibawah
ini.
1.Sapi peranakan ongole
Berikut tabel hubungan lingkar dada dengan bobot badan sapi peranakan
ongole setelah dilakukan pengukuran.
Tabel 4.Hubungan lingkar dada dengan bobot badan sapi peranakan ongole
Jantan
Betina
Variabel
LD(X)
LD
Persamaan
R
Y = -351,405 + 3,86 X
0,975
Persamaan
R
Y = -250,58 + 3,22X 0,967
: Lingkar Dada
Signifikansi hubungan antara ukuran eksterior tubuh dengan bobot badan
diperoleh berdasarkan analisa data penelitian yaitu uji t terhadap koefisien relasi (R)
dan analisis regresi linier sederhana. Berdasarkan hasil uji statistik korelasi dan
regresi linier sederhana pada lingkar dada terhadap bobot badan sapi peranakan
ongole jantan diperoleh bahwa hasil nilai koefisien lingkar dada (X) adalah R = 0,975
atau nilai korelasi lingkar dada dengan bobot badan adalah
97,5 %. Sementara pada
sapi peranakan ongole betina diperoleh hasil nilai koefisien lingkar dada (X) adalah R
= 0.967 atau nilai korelasi lingkar dada dengan bobot badan adalah 96,7 %.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa dalam menduga bobot badan
ternak kerbau sungai menggunakan lingkar dada lebih baik jika digunakan pada sapi
Universitas Sumatera Utara
45
peranakan ongole jantan, dimana nilai korelasinya adalah 97,5 %. Hal ini
menunjukkan bahwa lingkar dada lebih tepat digunakan untuk sapi peranakan ongole
jantan dalam menduga bobot badan dibandingkan ternak betina.
Adapun gambaran sebaran data hubungan bobot badan dengan ukuran
eksterior tubuh ternak pada sapi peranakan ongole (PO) dapat dilihat pada grafik
berikut ini
B
o
B
o
t
B
a
Lingkar Dada
Grafik 1.
Hubungan Lingkar Dada dengan Bobot Badan Sapi PO jantan
Universitas Sumatera Utara
46
B
o
B
o
t
B
a
Lingkar Dada
Grafik 2. Hubungan Lingkar Dada dengan Bobot Badan Sapi PO betina
Pada grafik 1 dan 2 menunjukkan pola titik-titik yang menunjukkan garis
lurus diagonal miring ke kanan dengan tingkat kemiringan yang cukup tinggi. Hal ini
menunjukkan bahwa hubungan antara lingkar dada dengan bobot badan sapi
peranakan ongole jantan dan betina membentuk garis linier dengan arah positif.
Berdasarkan hasil statistik regresi linier sederhana yang dilakukan pada data hasil
penelitian, diketahui bahwa pendugaan bobot badan sapi peranakan ongole jantan
dapat menggunakan formula BB = -351,405 +3,86LD, dan pendugaan bobot badan
sapi peranakan ongole betina dapat menggunakan formula BB= -250,589 +
Universitas Sumatera Utara
47
3,227 LD. Pada tabel Anova hasil pengujian regresi linier sederhana berikut ini,
diperoleh bahwa tingkat signifikan antara lingkar dada terhadap bobot badan sapi
peranakan ongole jantan dan betina adalah 0.000 < 0.005 (lebih kecil dari 0,005),
maka dengan demikian lingkar dada memiliki hubungan signifikan atau hubungan
positif terhadap bobot badan kerbau sungai jantan dan betina dengan tujuan
pendugaan bobot badan.
Tabel 5. Anova Regresi Linier Sederhana Pendugaan Bobot Badan Sapi
Peranakan Ongole (PO
Sumber
Keragaman
Jumlah
Kuadrat (JK)
dB (Derajat
Bebas)
Rataan JK
Sig.
Jantan
Nilai Regresi
11852,791
1
11852,791
Galat
608,165
21
28,960
Total
12460,957
22
Nilai Regresi
23564,231
1
23564,231
Galat
1617,621
25
64,705
Total
25181,852
26
,000b
Betina
,000b
2.Sapi brahman cross
Berikut tabel hubungan lingkar dada dengan bobot badan sapi Brahman
Universitas Sumatera Utara
48
cross setelah dilakukan pengukuran.
Tabel 6. Hubungan lingkar dada dengan bobot badan sapi Brahman cross
Jantan
Betina
Variabel
LD(X)
Persamaan
R
Persamaan
R
Y = 192,28 +1,07X
0,850
Y = -231,79 +3,49X
0, 835
Keterangan : LD : Lingkar Dada
Berdasarkan data hasil penelitian pendugaan bobot badan pada Sapi Brahman
Cross, diperoleh hubungan signifikansi hubungan antara ukuran eksterior tubuh
dengan bobot badan diperoleh berdasarkan analisa data penelitian yaitu uji t terhadap
koefisien relasi (R) dan analisis regresi linier sederhana. Berdasarkan hasil uji
statistik korelasi dan regresi linier sederhana pada lingkar dada terhadap bobot badan
sapi Brahman cross jantan diperoleh bahwa hasil nilai koefisien lingkar dada (X)
adalah R = 0.850 atau nilai korelasi lingkar dada dengan bobot badan adalah 85 %.
Sementara pada sapi Brahman cross betina diperoleh hasil nilai koefisien lingkar dada
(X) adalah R = 0,835 atau nilai korelasi lingkar dada dengan bobot badan adalah 83,5
%.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa dalam menduga bobot badan
ternak sapi Brahman cross menggunakan lingkar dada baik jika digunakan pada sapi
jantan dimana nilai korelasinya adalah 85 %. Hal ini menunjukkan bahwa lingkar
dada lebih tepat digunakan untuk sapi jantan dalam menduga bobot badan
dibandingkan ternak betina.
Universitas Sumatera Utara
49
Adapun gambaran sebaran data hubungan bobot badan dengan ukuran
eksterior tubuh ternak pada sapi Brahman cross dapat dilihat pada grafik berikut
B
O
b
o
t
Lingkar Dada
Grafik 3. Hubungan Lingkar Dada dengan Bobot Badan Sapi Brahman
Cross Jantan
Universitas Sumatera Utara
50
B
o
b
o
t
Lingkar Dada
Grafik 4. Hubungan Lingkar Dada dengan Bobot Badan Sapi Brahman Cross Betina
Pada grafik 3 dan 4 menunjukkan pola titik-titik yang menunjukkan garis
lurus diagonal miring ke kanan dengan tingkat kemiringan yang cukup tinggi. Hal ini
menunjukkan bahwa hubungan antara lingkar dada dengan bobot badan sapi
Brahman cross jantan dan betina membentuk garis linier dengan arah positif.
Berdasarkan hasil statistik regresi linier sederhana yang dilakukan pada data hasil
penelitian, diketahui bahwa pendugaan bobot badan sapi Brahman cross jantan dapat
menggunakan formula BB = 192,28 + 1,0774LD, dan pendugaan bobot badan sapi
Brahman cross betina dapat menggunakan formula BB = -231,793 +3,4906LD. Pada
tabel Anova hasil pengujian regresi linier sederhana berikut ini, diperoleh bahwa
tingkat signifikan antara lingkar dada terhadap bobot badan sapi Brahman cross
jantan dan betina adalah 0.000 < 0.005 (lebih kecil dari 0,005), maka dengan
Universitas Sumatera Utara
51
demikian lingkar dada memiliki hubungan signifikan atau hubungan positif terhadap
bobot badan sapi Brahman cross jantan dan betina dengan tujuan pendugaan bobot
badan. Berikut data regresi linier sederhana pada sapi Brahman cross terdapat pada
table 7.
Tabel 7. Anova Regresi Linier Sederhana Pendugaan Bobot Badan Sapi Brahman
Cross
Sumber
Keragaman
Jumlah
Kuadrat (JK)
dB (Derajat
Bebas)
Rataan JK
Sig.
Jantan
Nilai Regresi
2327,926
1
2327,92
Galat
895,813
21
42,65
Total
3223,739
22
Nilai Regresi
12135,754
1
12135,75
Galat
5258,320
210,33
Total
17394,074
25
26
,000b
Betina
,000b
3. Sapi Limousin
Berikut tabel hubungan lingkar dada dengan bobot badan sapi limousin
setelah dilakukan pengukuran
Tabel 8. Hubungan lingkar dada dengan bobot badan sapi Limousin
Universitas Sumatera Utara
52
Jantan
Betina
Variabel
LD(X)
Persamaan
R
Persamaan
R
Y = -248,156 +3,582X
0,943
Y = -36,893+2,374X
0,851
Keterangan : LD = Lingkar dada
Berdasarkan data hasil penelitian pendugaan bobot badan pada Sapi
Limousin, diperoleh hubungan signifikansi hubungan antara ukuran eksterior tubuh
dengan bobot badan diperoleh berdasarkan analisa data penelitian yaitu uji t terhadap
koefisien relasi (R) dan analisis regresi linier sederhana. Berdasarkan hasil uji
statistik korelasi dan regresi linier sederhana pada lingkar dada terhadap bobot badan
sapi Limousin jantan diperoleh bahwa hasil nilai koefisien lingkar dada (X) adalah R
= 0,943 atau nilai korelasi lingkar dada dengan bobot badan adalah 94,3 %.
Sementara pada sapi Limousin betina diperoleh hasil nilai koefisien lingkar dada (X)
adalah R = 0,851 atau nilai korelasi lingkar dada dengan bobot badan adalah 83,5 %.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa dalam menduga bobot badan
ternak sapi limousin menggunakan lingkar dada baik jika digunakan pada sapi jantan
dimana nilai korelasinya adalah 94,3 %. Hal ini menunjukkan bahwa lingkar dada
lebih tepat digunakan untuk sapi limousine jantan dalam menduga bobot badan
dibandingkan ternak betina.
Adapun gambaran sebaran data hubungan bobot badan dengan ukuran
eksterior tubuh ternak pada sapi limousin dapat dilihat pada grafik berikut ini.
Universitas Sumatera Utara
53
B
O
b
o
t
Lingkar Dada
Grafik 5. Hubungan Lingkar Dada dengan Bobot Badan Sapi Limousin Jantan
B
o
b
o
t
Lingkar Dada
Grafik 6. Hubungan Lingkar Dada dengan Bobot Badan Sapi Limousin Betina
Universitas Sumatera Utara
54
Pada grafik 5 dan 6 menunjukkan pola titik-titik yang menunjukkan garis
lurus diagonal miring ke kanan dengan tingkat kemiringan yang cukup tinggi. Hal ini
menunjukkan bahwa hubungan antara lingkar dada dengan bobot badan sapi
Limousin jantan dan betina membentuk garis linier dengan arah positif. Berdasarkan
hasil statistik regresi linier sederhana yang dilakukan pada data hasil penelitian,
diketahui bahwa pendugaan bobot badan sapi limousin jantan dapat menggunakan
formula BB = -248,156 + 3,5827LD dan pendugaan bobot badan sapi limousin betina
dapat menggunakan formula BB = -36,8931 + 2,3748LD. Pada tabel Anova hasil
pengujian regresi linier sederhana berikut ini, diperoleh bahwa tingkat signifikan
antara lingkar dada terhadap bobot badan sapi Limousin jantan dan betina adalah
0.000 < 0.005 (lebih kecil dari 0,005), maka dengan demikian lingkar dada memiliki
hubungan signifikan atau hubungan positif terhadap bobot badan sapi limousine
jantan dan betina dengan tujuan pendugaan bobot badan.
Tabel 9. Anova Regresi Linier Sederhana Pendugaan Bobot Badan Sapi limousin
Sumber
Keragaman
Jumlah
Kuadrat (JK)
dB (Derajat
Bebas)
Rataan JK
Sig.
Jantan
Nilai Regresi
6263,01
1
6263,01
Galat
780,89
21
37,18
Total
7043,91
22
3203,98
1
,000b
Betina
Nilai Regresi
3203,98
Universitas Sumatera Utara
55
Galat
1224,68
25
Total
4428,66
26
48,98
,000b
4. Sapi Bali
Berikut tabel hubungan lingkar dada dengan bobot badan sapi Bali setelah
dilakukan pengukuran.
Tabel 10. Hubungan lingkar dada dengan bobot badan sapi Bali
Jantan
Betina
Variabel
LD(X)
Persamaan
R
Persamaan
R
Y = -349,17+3,82X
0,848
Y = - 430,92+4,467X
0,990
Keterangan : LD = Lingkar dada
Berdasarkan data hasil penelitian pendugaan bobot badan pada Sapi Bali,
diperoleh hubungan signifikansi hubungan antara ukuran eksterior tubuh dengan
bobot badan diperoleh berdasarkan analisa data penelitian yaitu uji t terhadap
koefisien relasi (R) dan analisis regresi linier sederhana. Berdasarkan hasil uji
statistik korelasi dan regresi linier sederhana pada lingkar dada terhadap bobot badan
sapi Bali jantan diperoleh bahwa hasil nilai koefisien lingkar dada (X) adalah R =
0,848 atau nilai korelasi lingkar dada dengan bobot badan adalah 84,8 %. Sementara
pada sapi Bali betina diperoleh hasil nilai koefisien lingkar dada (X) adalah R = 0,990
atau nilai korelasi lingkar dada dengan bobot badan adalah 99 %.
Universitas Sumatera Utara
56
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa dalam menduga bobot badan
ternak sapi Bali menggunakan lingkar dada baik jika digunakan pada sapi betina
dimana nilai korelasinya adalah 99 %. Hal ini menunjukkan bahwa lingkar dada lebih
tepat digunakan untuk sapi bali betina dalam menduga bobot badan dibandingkan
ternak jantan.
Adapun gambaran sebaran data hubungan bobot badan dengan ukuran
eksterior tubuh ternak pada sapi Bali dapat dilihat pada grafik berikut ini.
B
O
b
o
t
Lingkar Dada
Grafik 7. Hubungan Lingkar Dada dengan Bobot Badan Sapi Bali Jantan
Universitas Sumatera Utara
57
B
o
b
o
t
Lingkar Dada
Grafik 8. Hubungan Lingkar Dada dengan Bobot Badan Sapi Bali Betina
Pada grafik 7 dan 8 menunjukkan pola titik-titik yang menunjukkan garis
lurus diagonal miring ke kanan dengan tingkat kemiringan yang cukup tinggi. Hal ini
menunjukkan bahwa hubungan antara lingkar dada dengan bobot badan sapi Bali
jantan dan betina membentuk garis linier dengan arah positif. Berdasarkan hasil
statistik regresi linier sederhana yang dilakukan pada data hasil penelitian, diketahui
bahwa pendugaan bobot badan sapi Bali jantan dapat menggunakan formula BB = 349,176 + 3,8239LD dan pendugaan bobot badan sapi Bali betina dapat
menggunakan formula BB = -430,927 + 4,46LD. Pada tabel Anova hasil pengujian
regresi linier sederhana berikut ini, diperoleh bahwa tingkat signifikan antara lingkar
dada terhadap bobot badan sapi Bali jantan dan betina adalah 0.000 < 0.005 (lebih
kecil dari 0,005), maka dengan demikian lingkar dada memiliki hubungan signifikan
Universitas Sumatera Utara
58
atau hubungan positif terhadap bobot badan sapi Bali jantan dan betina dengan tujuan
pendugaan bobot badan.
Tabel 11. Anova Regresi Linier Sederhana Pendugaan Bobot Badan Sapi Bali
Sumber
Keragaman
Jumlah
Kuadrat (JK)
dB (Derajat
Bebas)
Rataan JK
Sig.
Jantan
Nilai Regresi
15340,018
1
15340,018
Galat
6005,742
23
261,119
Total
21345,760
24
36405,121
1
36405,121
Galat
730,719
31,770
Total
37135,840
23
24
,000b
Betina
Nilai Regresi
,000b
5. Sapi Aceh
Berikut tabel hubungan lingkar dada dengan bobot badan sapi Aceh
setelah dilakukan pengukuran.
Tabel 12. Hubungan lingkar dada dengan bobot badan sapi Aceh
Variabel
Jantan
Betina
Universitas Sumatera Utara
59
LD(X)
Persamaan
R
Persamaan
R
Y = -339,593 + 3,91X
0,946
Y = -228,34+2,98X
0,921
Keterangan : LD = Lingkar dada
Berdasarkan data hasil penelitian pendugaan bobot badan pada Sapi Aceh,
diperoleh hubungan signifikansi hubungan antara ukuran eksterior tubuh dengan
bobot badan diperoleh berdasarkan analisa data penelitian yaitu uji t terhadap
koefisien relasi (R) dan analisis regresi linier sederhana. Berdasarkan hasil uji
statistik korelasi dan regresi linier sederhana pada lingkar dada terhadap bobot badan
sapi Aceh jantan diperoleh bahwa hasil nilai koefisien lingkar dada (X) adalah R =
0,946 atau nilai korelasi lingkar dada dengan bobot badan adalah 94,6 %. Sementara
pada sapi Aceh betina diperoleh hasil nilai koefisien lingkar dada (X) adalah R =
0,921 atau nilai korelasi lingkar dada dengan bobot badan adalah 92,1 %.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa dalam menduga bobot badan
ternak sapi Aceh menggunakan lingkar dada baik jika digunakan pada sapi jantan
dimana nilai korelasinya adalah 94,6 %. Hal ini menunjukkan bahwa lingkar dada
lebih tepat digunakan untuk sapi Aceh jantan dalam menduga bobot badan
dibandingkan ternak betina.
Adapun gambaran sebaran data hubungan bobot badan dengan ukuran
eksterior tubuh ternak pada sapi Aceh dapat dilihat pada grafik berikut ini.
Universitas Sumatera Utara
60
B
O
b
o
t
Lingkar Dada
Grafik 9. Hubungan lingkar dada dengan bobot badan sapi aceh jantan
Universitas Sumatera Utara
61
B
o
b
o
t
Lingkar Dada
Grafik 10. Hubungan lingkar dada dengan bobot badan sapi aceh betina
Pada grafik 9 dan 10 menunjukkan pola titik-titik yang menunjukkan garis
lurus diagonal miring ke kanan dengan tingkat kemiringan yang cukup tinggi. Hal ini
menunjukkan bahwa hubungan antara lingkar dada dengan bobot badan sapi Aceh
jantan dan betina membentuk garis linier dengan arah positif. Berdasarkan hasil
statistik regresi linier sederhana yang dilakukan pada data hasil penelitian, diketahui
bahwa pendugaan bobot badan sapi Aceh jantan dapat menggunakan formula BB = 339,593 + 3,9162LD dan pendugaan bobot badan sapi Aceh betina dapat
menggunakan formula
BB =
-228,346 + 2,9856LD. Pada tabel Anova hasil
pengujian regresi linier sederhana berikut ini, diperoleh bahwa tingkat signifikan
antara lingkar dada terhadap bobot badan sapi Aceh jantan dan betina adalah 0.000 <
Universitas Sumatera Utara
62
0.005 (lebih kecil dari 0,005), maka dengan demikian lingkar dada memiliki
hubungan signifikan atau hubungan positif terhadap bobot badan sapi Aceh jantan
dan betina dengan tujuan pendugaan bobot badan.
Tabel 13. Anova Regresi Linier Sederhana Pendugaan Bobot Badan Sapi Aceh
Sumber
Keragaman
Jumlah
Kuadrat (JK)
dB (Derajat
Bebas)
Rataan JK
Sig.
Jantan
Nilai Regresi
172366,14
1
172366,14
Galat
20291,61
23
882,24
Total
192657,76
24
Nilai Regresi
80904,89
1
80904,89
Galat
14560,14
633,05
Total
95465,0
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah,M.A.N.,et al.2008.Karakterisasi Genetik Sapi Aceh Menggunakan Analisis
Keragaman Fenotipik, Daerah D-Loop DNA Mitokondria dan DNA
Mikrosaltelit (Disertasi). Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.
Bogor
Ali, I., 1980. Regresi dari Lingkar Dada, Panjang Badan dan Tinggi Gumba Terhadap
Berat Hidup, Berat Karkas dan persentase karkas dari sapi-sapi Aceh.
Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan Usyiah, Banda Aceh
Blakely and Bade. 1992. Ilmu Peternakan Edisi IV. UGM Press, Yogyakarta
Brookes, A .J . and G . Harrington, 1960. The estimation of live weight of beef steer
from chest girth and other body measurements. J. Agric. Sci., 55 : 207 - 213 .
Diskeswannak, Aceh., 2011. Profit Sapi Aceh. Dinas Kesehatan Hewan dan
Peternakan Provinsi Aceh. Banda Aceh
Djagra, I.B. 1994. Pertumbuhan sapi bali: sebuah analisis berdasarkan dimensi tubuh.
Maj. Ilmiah Unud. XXI; 39:73-83
Djagra, I.B. 2001. Judging dan Seleksi Sapi Bali Daging. Lab. Ilmu Ternak Potong &
Kerja. Fakultas Peternakan, Universitas Udayana, Bali.
De Rose, E.P., J.W. Wilson dan L.R. Haffer. 1988. Estimation of variant components
for traits measured on station tested beef bull. J. Anim Sci vol 66. 626-634.
Ensminger, M .R ., 1968. Beef Cattle Science.4th Ed .The Interstate Printers £t
Publishers, Inc ., Danville, Illinois.
Erlangga, 2009.Info Ternak://http.infoduniapeternakan.org.id
Food and Agriculture Organization, 2012. Phenotypic Characterization of Animal
Genetic Resources, Rome.
Gafar, S. 2007. Memilih dan Memilah Hewan Qurban. http//www.disnksumbar.org
Gunawan B. 1990. Pendugaan Model Fungsi Pertumbuhan Anak Domba Sebelum
Penyapihan. Pros. Sarasehan Usaha Ternak Domba dan Kambing
Menyongsong Era PJP II. Bogor.
Hardjosubroto, W.,1994. Aplikasi Pemuliabiakan di lapangan. Gramedia Widiasarana
Indonesia. Jakarta
Universitas Sumatera Utara
70
Hassen, A.,D.E. Wilson.,R. Rouse dan G.R. Tait Jr. 2004. Use of Linear and NonLinear Growth Curves to Describes Body Weight Changes of Young
Angus Bulls and Heifers. Iowa State University Animal Industry Report
Hays, W.G. dan J.S. Brinks. 1982. Relationship of weight and height to beef cow
productivity. J Anim.Sci 50(5): 793-799.
Kidwell, J. P. A, 1965. Study of the relation between body conformation and carcass
quality. In fat calves. J Anim. Sci. 14:235
Mansyur, M. S. A. 2010. Hubungan Antara Ukuran Eksterior Tubuh Terhadap
Bobot Badan Pada Sapi Peranakan Ongole (PO) Jantan. Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Natsir, M. 1985. Metode Penelitian. Cetakan Pertama. Ghalia Indonesia.
Nawawi, H. 1985. Metode Penelitian Bidang Sosial. Gajah Mada University Press.
Bulak sumur, Yogyakarta
Parakkasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminansia. Universitas
Press. Jakarta
Putra. I.G.M. 2005. Keterandalan pita Dalton untuk menduga bobot hidup
kerbau Lumpur, sapi Bali dan babi persilangan Landrace. Majalah Ilmiah
Peternakan. Fakultas Peternakan, Universitas Udayana, Denpasar. Vol.
8(1):26-29.
Sahat, Victor. 2013. Perbandingan Penyimpangan Bobot Badan dengan
Menggunakan Pita Ukur Coburn dan Rumus Schoorl pada Sapi ACC
(Australian Commercial Cross). Fakultas Peternakan UNPAD:
Jatinangor.
Saladin, R. 1981. Ilmu tilik hewan. Diktat. Fakultas Peternakan Universitas Andalas.
Padang
Sarwono, B dan Arianto, H.B. 2003. Penggemukan Sapi Potong Secara Cepat.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Setiawati, I. 2007. Hubungan ukuran-ukuran tubuh dengan bobot hidup sapi
persilangan F2 Simental dengan Peranakan Ongole di Kota Padang Panjang.
Skripsi. Fakultas Peternakan. Universitas Andalas. Padang.
Siregar, S.B. 2002. Penggemukan Sapi. Penebar Swadaya, Jakarta
Soedomo, R. 1984. Pengantar Ilmu Peternakan Tropik.BPFE.Yogyakarta
Universitas Sumatera Utara
71
Suardi, 1993. Hubungan bobot hidup yang sebenarnya dengan bobot hidup yang
diduga dengan pita ukur pada sapi lokal. Skripsi. Fakultas Peternakan
Universitas Andalas. Padang
Sugeng, B. 2003. Sapi Potong. Penebar Swadaya, Jakarta
Takaendengan, BJ. 1998. Kemajuan Genetik Beberapa Sifat Kuantitatif Domba Ekor
Gemuk. [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor
Taylor, R. E. 1995. Scientific Farm Animal Production ; An Introduction to
Animal Science, Fifth Edition. Prentice-Hall Inc. New Jersey
Umartha, B.A., 2005. Mengenal Karakteristik Sapi Aceh. Balai Pembibitan Ternak
Unggul (BPTU) Indrapuri. Aceh
Wahyudin D. 2007. Asyiknya Menaksir Hewan Kurban. Kompas.
Williamson, G. dan W. J. A Payne. 1978. An Introduction to Animal Husbandry in T
he Tropics. Third Edition. Longman Inc. London.
Yurnalis, 2007. Pembentukan rumus sederhana pendugaan bobot hidup sapi
persilangan Simental dengan PO berdasarkan ukuran tubuh. Jurnal.
Peternakan Indonesia Volume 12 No 2 Juni 2007 halaman 156-164
http://www.abakhan.10.uk, (diakses pada tanggal 16 januari 2015)
http://www. doctoc.com/pendugaan-bobot-sapi (diakses pada tanggal 16 januari
2015)
http://www.kerbl.com (diakses pada tanggal 16 januari 2015)
http:www/pemuliaan.wordpress.com/moleker/mengenal-jenis-sapi-di-dunia (diakses
pada tanggal 21 januari 20015)
(http://peternakan-deeansosekundip.blogspot.com/2012/11/sapi-bali.html).
http://www.situs
–peternakan.com/2012/10/ciri-khas-sapi-peranakan-ongolepo.html.com (diakses pada tanggal 21 januari 2015)
Universitas Sumatera Utara
23
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di BPTU-HPT Indrapuri Aceh, Desa Tanah Raja
Kecamatan Sei Rampah Kabupaten Serdang Bedagai, Pusat Penelitian Kelapa Sawit
(PPKS), Peternakan Rakyat di Tanjung Morawa Kabupaten Serdang bedagai, dan
Peternakan rakyat di Desa Besar Dua Terjun Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten
Serdang Bedagai. Waktu penelitian dilaksanakan bulan Mei sampai dengan
September 2015
Alat dan Bahan
Dalam penelitian ini ada beberapa alat yang digunakan sebagai peralatan
utama penelitian antara lain : timbangan portable, pita ukur (agrotech, animeter, dan
rondo), mistar ukur dan alat tulis. Bahan yang digunakan adalah ternak sapi yaitu sapi
peranakan ongole 50 ekor, sapi brahman cross 50 ekor dan sapi limousin 50 ekor,
sapi bali sebanyak 50 ekor, sapi aceh 50 ekor,
Metode
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pengukuran
langsung terhadap lingkar dada sapi dengan menggunakan pita ukur dengan
pengukuran sebanyak tiga kali pada tiap ekor ternak. Ada tiga jenis pita ukur yang
digunakan, yakni pita ukur merk : Rondo dari Jerman, Animeter dan Agrotech dari
Indonesia. Dari hasil pengukuran dilakukan pendugaan bobot badan sapi dengan
menggunakan rumus Smith dan rumus Schoorl. Jumlah ternak sapi yang diukur
adalah 250 ekor. Pada saat yang hampir bersamaan, dilakukan juga penimbangan
Universitas Sumatera Utara
15
17
24
langsung terhadap bobot badan sapi menggunakan timbangan portabel. Penimbangan
bobot badan sapi secara langsung dilakukan sebagai pembanding terhadap hasil
pendugaan bobot badan yang diperoleh dengan menggunakan pita ukur.
Parameter penelitian
Parameter dalam penelitian ini adalah :
1. Lingkar dada.
Lingkar dada diukur menggunakan beberapa pita ukur (satuan dalam cm)
melingkar pada rongga dada di belakang sendi tulang bahu (os. Scapula). Cara
pengukuran dilakukan mengikuti petunjuk FAO (2012)
2. Berat badan.
Berat badan sapi ditimbang secara langsung menggunakan timbangan portabel.
Pengumpulan data
Memilih dan menentukan sampel penelitian sapi (PO = 50 ekor, Bali = 50
ekor, Aceh = 50 ekor, Brahman Cross = 50 ekor, dan Limousin = 50 ekor),
menyiapkan pita ukur dengan panjang minimal 250 cm, menyiapkan timbangan
portabel dengan kapasitas 1,5 ton dan menyiapkan buku data untuk mencatat hasil
pengukuran lingkar dada. Kemudian menuliskan setiap data yang diperoleh dari
pengamatan ke buku data.
Universitas Sumatera Utara
25
Analisis Data
1. Data hasil pengukuran Lingkar dada menggunakan pita ukur kemudian akan
diuji dengan rumus pendugaan bobot badan, yakni Schoorl dan Smith dengan
rumus sebagai berikut.
Rumus Schrool =
(LD (cm) + 22)²
100
(LD (cm) + 18)²
100
Keterangan: LD = lingkar dada
Rumus Smith
=
2. Setelah diuji dengan rumus pendugaan bobot badan, selanjutnya data hasil
pengukuran lingkar dada menggunakan pita ukur, dibandingkan dengan data
bobot badan yang diukur langsung menggunakan timbangan portabel,
sehingga diperoleh simpangan baku dari beberapa jenis pita ukur tersebut.
Pita ukur yang paling handal merupakan pita ukur yang simpangannya paling
mendekati dari bobot badan sebenarnya.
3. Pita ukur yang paling mendekati dari bobot badan sebenarnya kemudian akan
ditransformasikan kedalam satu model persamaan regresi linear yaitu :
Y = a + bx
Ket: Y = Variabel Response (Bobot badan)
a = konstanta
b = Koefisien regresi
x = Variabel prediktor atau variabel faktor penyebab (Lingkar dada)
Universitas Sumatera Utara
26
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada 5 peternakan sapi potong skala besar dan kecil
yang berada di wilayah Sumatera yaitu peternakan sapi Peranakan Ongole (PO) di
Desa Besar 2 Terjun Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai, sapi
Brahman Cross dan Limousin di PPKS dan peternakan rakyat di Tanjung Morawa
Kabupaten Serdang bedagai, peternakan sapi Bali di Desa Tanah Raja Kecamatan Sei
Rampah Kabupaten Serdang Bedagai, peternakan sapi Aceh di BPTU Indrapuri.
Sapi Peranakan Ongole memiliki ciri khas yaitu berpunuk besar, bergelambir
longgar dan berleher pendek. Kulit berwarna kuning dengan bulu putih atau putih
kehitam-hitaman. Kulit di sekeliling mata, bulu mata, moncong, kuku, dan bulu
cambuk pada ujung ekor berwarna hitam. Kepala pendek dengan profil melengkung.
Mata besar dengan sorot yang tenang. Tanduk pendek dan tanduk pada sapi
betinaberukuran lebih panjang dibandingkan dengan sapi jantan. Telinganya panjang
dan menggantung (Suwarno dan Arianto, 2003).
Sapi Brahman Cross memiliki karakteristik warna yang bervariasi, dari abuabu muda, merah sampai hitam. Kebanyakan berwarna abu muda dan abu tua. Sapi
jantan berwarna lebih tua dari sapi betina dan memiliki warna gelap di daerah leher,
bahu, dan paha bagian bawah. (Salim, 1990).
Universitas Sumatera Utara
27
Sapi limousin merupakan sapi potong keturunan bos taurus yang berhasil
dijinakkan dan di kembangkan di Perancis. Karakteristik sapi Limousin, bulunya
berwarna merah mulus dan tumbuh agak panjang bulu di bagian kepala, mata awas,
kaki tegap, dada besar serta dalam. Bentuk tubuh memanjang, bagian perut agak
mengecil, tetapi bagian paha dan pinggul cukup besar, penuh daging dan sangat
18
padat. Sapi limousin sudah diimpor Indonesia di antaranya dipelihara di Balai
Inseminasi Buatan Lembaga Jawa Barat.
Sapi Aceh memiliki ciri-ciri warna dominan merah bata dan pada daerah
pundak, berpunuk, tanduk mengarah ke atas dan lebih besar, kuping dan daun telinga
tidak jatuh, tidak besar dan agak runcing dan tinggi gumba rata-rata 110 cm (Salim,
1990).
Sapi Bali memiliki karakteristik ukuran badan berukuran sedang dan bentuk
badan memanjang, kepala agak pendek dengan dahi datar, badan padat dengan dada
yang dalam, tidak berpunuk dan seolah tidak bergelambir, kakinya ramping, agak
pendek menyerupai kaki kerbau, pada punggungnya selalu ditemukan bulu hitam
membentuk garis memanjang dari gumba hingga pangkal ekor, cermin hidung, kuku
dan bulu ujung ekornya berwarna hitam, tanduk pada sapi jantan tumbuh agak ke
bagian luar kepala, sebaliknya untuk jenis
sapi
betina
ke
bagian
dalam
(http://andiwawan-tonra.com/2010/02/mengenal-sapi-bali.html)
Universitas Sumatera Utara
28
Pendugaan Bobot Badan berdasarkan Rumus Schrool,Smith dan Pita ukur
Setelah dilakukan pengukuran dengan tiga pita ukur (Agrotech, Animeter, dan
Rondo) pada lingkar dada sapi jantan diperoleh hasil seperti pada tabel 1.
Tabel 1. Rataan Bobot Badan sapi jantan PO, Brahman cross, sapi Limosin, sapi
Aceh dan sapi Bali berdasarkan Bobot Badan Timbang, Pendugaan
Bobot Badan dengan Pita Ukur, Rumus Schrool, Smith dan Regresi.
Jenis sapi
Bobot Badan
Timbang
(BBT)
BBT-BBR
Rumus
Pendugaan
Bobot Badan
Rumus (BBR)
Kg
%
Universitas Sumatera Utara
29
Sapi PO
Sapi Brahman
Sapi Limosin
Sapi Aceh
229,95 ± 23,79
Schoorl
298,28 ± 20,79
-68,33
29,71
229,95 ± 23,79
Smith
284,63 ± 20,31
-54,68
23,77
229,95 ± 23,79
Pita 1
295,00 ± 41,10
-65,05
28,28
229,95 ± 23,79
Pita 2
295,00 ± 41,10
-65,05
28,28
229,95 ± 23,79
Pita 3
295,00 ± 41,10
-65,05
28,28
229,95 ± 23,79
Regresi
229,95 ± 5,38
-5,74
0,05
384,47 ± 58,90
Schoorl
402,43 ± 58,90
-17,96
4,67
384,47 ± 58,90
Smith
386,56 ± 36,58
-2.09
0,54
384,47 ± 58,90
Pita 1
505,72 ± 79,07
-121,25
31,53
384,47 ± 58,90
Pita 2
505,72 ± 79,07
-121,25
31,53
384,47 ± 58,90
Pita 3
505,72 ± 79,07
-121,25
31,53
384,47 ± 58,90
Regresi
440,07 ± 6,53
-57,67
0,57
376,82 ± 6,49
Schoorl
395,35 ± 18,83
-18,43
4,88
376,82 ± 6,49
Smith
379,61 ± 18,46
-2,68
0,71
376,82 ± 6,49
Pita 1
474,00 ± 25,29
-96,99
25,72
376,82 ± 6,49
Pita 2
474,00 ± 25,29
-96,99
25,72
376,82 ± 6,49
Pita 3
474,00 ± 25,69
-96,99
25,72
376,82 ± 6,49
Regresi
376,82 ± 7,13
-21,47
0,21
214,64 ± 89,59
Schoorl
271,94 ± 67,91
-57,3
24,94
214,64 ± 89,59
Smith
259,02 ± 66,19
-44,38
20,67
214,64 ± 89,59
Pita 1
267,16 ± 105,95
-52,52
24,46
214,64 ± 89,59
Pita 2
267,16 ± 105,95
-52,52
24,46
Universitas Sumatera Utara
30
Sapi Bali
214,64 ± 89,59
Pita 3
267,16 ± 105,95
-52,52
24,46
214,64 ± 89,59
Regresi
216,64 ± 29,77
-11,59
0,11
288,36 ± 29,82
Schoorl
356,57 ± 24,91
-68,21
23,65
288,36 ± 29,82
Smith
341,63 ± 24,38
-53,27
18,47
288,36 ± 29,82
Pita 1
406,95 ± 48,21
-118,59
41,12
288,36 ± 29,82
Pita 2
406,95 ± 48,21
-118,59
41,12
288,36 ± 29,82
Pita 3
406,95 ± 48,21
-118,59
41,12
288,36 ± 29,82
Regresi
267,48 ± 16,15
- 43.83
0,43
Setelah dilakukan pengukuran dengan tiga pita ukur (Agrotech, Animeter
dan Rondo) pada lingkar dada sapi jantan diperoleh hasil seperti pada tabel 2.
Universitas Sumatera Utara
31
Tabel 2. Rataan Bobot Badan sapi betina PO, Brahman cross, sapi Limosin, sapi.
Aceh dan sapi Bali berdasarkan Bobot Badan Timbang, Pendugaan
Bobot Badan dengan Pita Ukur, Rumus Schrool, Smith dan Regresi
Jenis sapi
Sapi PO
Sapi Brahman
Sapi Limosin
Bobot Badan
Timbang
(BBT)
Rumus
Pendugaan
Bobot Badan
Rumus (BBR)
BBT-BBR
Kg
%
137,48 ± 9,33
Schoorl
255,30 ± 28,97
-177,82
85,69
137,48 ± 9,33
Smith
242,69 ± 28,22
-105,21
76,62
137,48 ± 9,33
Pita 1
224,42 ± 41,43
- 86,94
63,23
137,48 ± 9,33
Pita 2
224,42 ± 41,43
- 86,94
63,23
137,48 ± 9,33
Pita 3
224,42 ± 41,43
- 86,94
63,23
137,48 ± 9,33
Regresi
137,48 ± 8,04
- 4,53
0,04
348,81 ± 25,86
Schoorl
355,06 ± 22,85
-6.25
1,79
348,81 ± 25,86
Smith
340,15 ± 22,35
8,66
2,48
348,81 ± 25,86
Pita 1
394,66 ± 49,39
- 45,85
13,14
348,81 ± 25,86
Pita 2
394,66 ± 49,39
- 45,85
13,14
348,81 ± 25,86
Pita 3
394,66 ± 49,39
- 45,85
13,14
348,81 ± 25,86
Regresi
348,81 ± 14,50
- 57,55
0,57
357,77 ± 13,05
Schoorl
354,34 ± 17,71
3,43
0,95
357,77 ± 13,05
Smith
339,45 ± 17,34
18,32
5,12
357,77 ± 13,05
Pita 1
401,03 ± 35,37
- 43,26
12,09
357,77 ± 13,05
Pita 2
401,03 ± 35,37
- 43,26
12,09
357,77 ± 13,05
Pita 3
401,03 ± 35,37
- 43,26
12,09
Universitas Sumatera Utara
32
Sapi Aceh
Sapi Bali
357,77 ± 13,05
Regresi
357,77 ± 6,99
- 53,30
0,53
158,72 ± 63,06
Schoorl
233,57 ± 56,78
- 74,85
47,15
158,72 ± 63,06
Smith
221,60 ± 55,23
- 62,88
39,61
158,72 ± 63,06
Pita 1
200,44 ± 78,03
- 41,72
26,28
158,72 ± 63,06
Pita 2
200,44 ± 78,03
- 41,72
26,28
158,72 ± 63,06
Pita 3
200,44 ± 78,03
- 41,72
26,28
158,72 ± 63,06
Regresi
158,72 ± 25,16
- 12,53
0,12
215,08 ± 39,33
Schoorl
278,28 ± 29,29
- 63,20
29,38
215,08 ± 39,33
Smith
265,11 ± 28,59
- 50,03
23,26
215,08 ± 39,33
Pita 1
261,68 ± 50,23
- 46,60
21,66
215,08 ± 39,33
Pita 2
261,68 ± 50,23
- 46,60
21,66
215,08 ± 39,33
Pita 3
261,68 ± 50,23
- 46,60
21,66
215,08 ± 39,33
Regresi
215,08 ± 5,63
-2,15
0,02
Keterangan :
Pita 1 : Agrotech
Pita 2 : Animeter
Pita 3 : Rondo
Rata-rata pendugaan bobot badan pada sapi peranakan ongole, sapi brahman
cross, sapi limousin, sapi aceh dan sapi bali hasilnya yang paling mendekati adalah
Universitas Sumatera Utara
33
dengan menggunakan rumus persamaan regresi yaitu rata-rata bobot badan
sebenarnya atau dengan menggunakan timbangan. Rumus Schrool, Smith terdapat
selisih yang cukup besar terhadap rata-rata bobot badan sebenarnya pada sapi
peranakan ongole, bali, dan sapi aceh. Perbedaan bobot badan sebenarnya atau bobot
timbang dengan pendugaan bobot badan dengan rumus disebabkan karena rumus
tersebut digunakan untuk bangsa sapi Eropa dan tidak cocok untuk sapi-sapi lokal,
serta pada pendugaan bobot badan dengan persamaan regresi baik koefisien korelasi
maupun koefisien determinasi memiliki nilai hampir mendekati nilai 1 yang
menunjukkan hubungan signifikan antar variabel, baik lingkar dada, panjang badan
dan bobot badan ternak (Mansyur, 2010).
Pendugaan bobot badan sapi Peranakan Ongole jantan dengan menggunakan
rumus Schrool diperoleh bobot badan sebesar 298,28 ± 20,79 kg, dengan rumus
Smith diperoleh bobot badan sebesar 284,63 ± 20,31 kg dan bobot badan sapi
Peranakan Ongole jantan berdasarkan bobot badan timbang diperoleh 229,95 ± 23,79
kg. Nilai penyimpangan yang diperoleh berdasarkan selisih bobot badan timbang dan
rumus pendugaan bobot badan antara lain Schrool yaitu -68,33 kg dengan persentase
penyimpangan 29,71%, dan Smith yaitu -54,68 kg dengan persentase penyimpangan
23,77 %, sedangkan bobot badan sapi Peranakan Ongole betina menggunakan rumus
schrool diperoleh 255,30 ± 28,97 kg, dengan rumus smith 242,69 ± 28,22 kg dan
bobot badan sapi Peranakan Ongole jantan berdasarkan bobot badan timbang
diperoleh 137,48 ± 9,33 kg. Nilai penyimpangan rumus Schoorl yaitu -177,82 kg
dengan persentase penyimpangan 85,69 %, dan Smith yaitu -105,21 kg dengan
persentase penyimpangan 76,62 %.
Universitas Sumatera Utara
34
Pendugaan bobot badan sapi Brahman Cross jantan dengan menggunakan
rumus Schrool diperoleh bobot badan sebesar 402,43 ± 58,90 kg, dengan rumus
Smith diperoleh bobot badan sebesar 386,56 ± 36,58 kg dan bobot badan sapi
Brahman Cross jantan berdasarkan bobot badan timbang diperoleh 384,47 ± 58,90
kg. Nilai penyimpangan yang diperoleh berdasarkan selisih bobot badan timbang dan
rumus pendugaan bobot badan antara lain Schrool yaitu -17,96 kg dengan persentase
penyimpangan 4,67%, dan Smith yaitu -2.09 kg dengan persentase penyimpangan
0,54 %, sedangkan bobot badan sapi Brahman betina menggunakan rumus schrool
diperoleh 338,12 ± 23,03 kg, rumus smith 323,58 ± 22,52 dan bobot badan sapi
Brahman Cross betina berdasarkan bobot badan timbang diperoleh 355,06 ± 22,85
kg. Nilai penyimpangan rumus Schoorl yaitu -6.25 kg dengan persentase
penyimpangan 1,79 %, dan rumus Smith yaitu 8,66 kg dengan persentase
penyimpangan 2,48 %.
Pendugaan bobot badan sapi Limousin jantan dengan menggunakan rumus
Schrool diperoleh bobot badan sebesar 395,35 ± 18,83 kg, dengan rumus Smith
diperoleh bobot badan sebesar 379,61 ± 18,46 kg dan sedangkan bobot badan sapi
Limousin jantan berdasarkan bobot badan timbang diperoleh 376,82 ± 6,49 kg. Nilai
penyimpangan yang diperoleh berdasarkan selisih bobot badan timbang dan rumus
pendugaan bobot badan antara lain Schrool yaitu -18,43 kg dengan
persentase
penyimpangan 4,88%, dan rumus Smith yaitu -2,68 kg dengan persentase
penyimpangan 0,71%, sedangkan bobot badan sapi Limousin betina menggunakan
rumus schrool diperoleh 354,34 ± 17,71 kg, menggunakan rumus smith 339,45 ±
17,34 kg dan bobot badan sapi Limousin betina berdasarkan bobot badan timbang
Universitas Sumatera Utara
35
diperoleh 357,77 ± 13,05 kg. Nilai penyimpangan rumus Schoorl yaitu 3,43 kg
dengan persentase penyimpangan 0,95 %, dan Smith yaitu 18,32 kg dengan
persentase penyimpangan 5,12 %.
Pendugaan bobot badan sapi Aceh jantan dengan menggunakan rumus
Schrool diperoleh bobot badan sebesar 271,94 ± 67,91 kg , dengan rumus Smith
diperoleh bobot badan sebesar 221,60 ± 55,23 kg dan sedangkan bobot badan sapi
Aceh berdasarkan bobot badan timbangan diperoleh 214,64 ± 89,59 kg. Nilai
penyimpangan yang diperoleh berdasarkan selisih bobot badan timbang dan rumus
pendugaan bobot badan antara lain Schrool yaitu -57,3 kg dengan
persentase
penyimpangan 24,94 %, dan Smith yaitu -44,38 kg dengan persentase penyimpangan
20,67%, sedangkan bobot badan sapi aceh betina
menggunakan rumus schrool
diperoleh 233,57 ± 56,78 kg, menggunakan rumus smith 221,60 ± 55,23 kg dan
bobot badan sapi Aceh betina berdasarkan bobot badan timbang diperoleh 158,72 ±
63,06 kg Nilai penyimpangan rumus Schoorl yaitu -74,85 kg dengan persentase
penyimpangan 47,15 %, dan Smith yaitu -62,88 kg dengan persentase penyimpangan
39,61%
Pendugaan bobot badan sapi Bali jantan dengan menggunakan rumus Schrool
diperoleh bobot badan sebesar 356,57 ± 24,91 kg , dengan rumus Smith diperoleh
bobot badan sebesar 341,63 ± 24,38 kg dan sedangkan bobot badan sapi Bali
berdasarkan bobot badan timbangan diperoleh 288,36 ± 29,82 kg. Nilai
penyimpangan yang diperoleh berdasarkan selisih bobot badan timbang dan rumus
pendugaan bobot badan antara lain Schrool yaitu -68,21kg dengan
penyimpangan 23,65 %, dan Smith yaitu
persentase
-53,27 kg dengan persentase
Universitas Sumatera Utara
36
penyimpangan 18,47 %, sedangkan bobot badan sapi Bali betina menggunakan
rumus schrool diperoleh 278,28 ± 29,29 kg, menggunakan rumus smith 265,11 ±
28,59 kg dan bobot badan sapi Bali betina berdasarkan bobot badan timbang
diperoleh 215,08 ± 39,33 kg. Nilai penyimpangan rumus Schoorl yaitu -63,2 kg
dengan persentase penyimpangan 29,38 %, dan Smith yaitu -50,03 kg dengan
persentase penyimpangan 23,26%
Dari hasil data penelitian yang diperoleh diketahui bahwa nilai persentase
penyimpangan pendugaan bobot badan dengan menggunakan rumus schrool dan
smith pada sapi Peranakan Ongole, sapi Bali, dan sapi Aceh memiliki nilai
penyimpangan diatas 10% sedangkan pada sapi Brahman cross dan sapi Limousin
memiliki nilai penyimpangan dibawah 10%. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Williamson dan Payne (1978), yang menyatakan bahwa menyatakan bahwa
pendugaan berat badan sapi menggunakan rumus Schoorl biasa dilakukan pada sapi
yang berukuran besar yaitu seperti sapi Frisien Holstein (FH) atau Brahman Cross.
Pendugaan bobot badan berdasarkan pita ukur
Dari ketiga pita ukur yang digunakan dalam menduga bobot badan ternak
memiliki hasil
yang sama. Ketiga pita ukur tersebut yaitu pita ukur Agrotech,
Animeter dan Rondo.
Pendugaan bobot badan sapi Peranakan Ongole jantan dengan menggunakan
pita ukur Agrotech, Animeter dan Rondo diperoleh bobot badan sebesar 295 ± 41,10
kg, sedangkan bobot badan sapi Peranakan Ongole jantan berdasarkan bobot badan
Universitas Sumatera Utara
37
timbang diperoleh 229,95 ± 23,79 kg. Nilai penyimpangan yang diperoleh
berdasarkan selisih bobot badan timbang dan pendugaan bobot badan menggunakan
pita ukur yaitu -65,05 kg dengan persentase penyimpangan 28,28 %. Sementara
pendugaan bobot badan sapi Peranakan Ongole betina dengan menggunakan pita
ukur Agrotech, Animeter dan Rondo diperoleh bobot badan sebesar 224,42 ± 41,43 kg,
sedangkan bobot badan sapi Peranakan Ongole betina berdasarkan bobot badan
timbang diperoleh 137,48 ± 9,33 kg. Nilai penyimpangan yang diperoleh berdasarkan
selisih bobot badan timbang dan pendugaan bobot badan menggunakan pita ukur
yaitu -86,94 kg dengan persentase penyimpangan 63,23 %.
Pendugaan bobot badan sapi Brahman Cross jantan dengan menggunakan pita
ukur Agrotech, Animeter dan Rondo diperoleh bobot badan sebesar 505,72 ± 79,07
kg, sedangkan bobot badan sapi Brahman cross jantan berdasarkan bobot badan
timbang diperoleh 384,47 ± 58,90 kg. Nilai penyimpangan yang diperoleh berdasarkan
selisih bobot badan timbang dan pendugaan bobot badan menggunakan pita ukur
yaitu -121,25 kg dengan persentase penyimpangan
31,53 %. Sementara pendugaan
bobot badan sapi Brahman Cross betina dengan menggunakan pita ukur Agrotech,
Animeter dan Rondo diperoleh bobot badan sebesar 394,66 ± 49,39 kg, sedangkan
bobot sapi Brahman Cross betina berdasarkan bobot badan timbang diperoleh 348,81
± 25,86 kg. Nilai penyimpangan yang diperoleh berdasarkan selisih bobot badan
timbang dan pendugaan bobot badan menggunakan pita ukur yaitu - 45,85 kg dengan
persentase penyimpangan 13,14%.
Universitas Sumatera Utara
38
Pendugaan bobot badan sapi limousin jantan dengan menggunakan pita ukur
Agrotech, Animeter dan Rondo diperoleh bobot badan sebesar 474 ± 25,29 kg,
sedangkan bobot badan sapi limousin jantan berdasarkan bobot badan timbang
diperoleh 376,82 ± 6,49 kg. Nilai penyimpangan yang diperoleh berdasarkan selisih
bobot badan timbang dan pendugaan bobot badan menggunakan pita ukur yaitu 96,99 kg dengan persentase penyimpangan 25,72 %. Sementara pendugaan bobot
badan sapi limousin betina dengan menggunakan pita ukur Agrotech, Animeter dan
Rondo diperoleh bobot badan sebesar 401,03 ± 35,37 kg, sedangkan bobot badan sapi
limousin betina berdasarkan bobot badan timbang diperoleh 357,77 ± 13,05 kg. Nilai
penyimpangan yang diperoleh berdasarkan selisih bobot badan timbang dan
pendugaan bobot badan menggunakan pita ukur yaitu -43,26 kg dengan persentase
penyimpangan 12,09 %.
Pendugaan bobot badan sapi Aceh jantan dengan menggunakan pita ukur
Agrotech, Animeter dan Rondo diperoleh bobot badan sebesar 267,16 ± 105,95 kg,
sedangkan bobot badan sapi Aceh jantan berdasarkan bobot badan timbang diperoleh
214,64 ± 89,59 kg. Nilai penyimpangan yang diperoleh berdasarkan selisih bobot
badan timbang dan pendugaan bobot badan menggunakan pita ukur yaitu -52,52 kg
dengan persentase penyimpangan 24,46 %. Sementara pendugaan bobot badan sapi
Aceh betina dengan menggunakan pita ukur Agrotech, Animeter dan Rondo
diperoleh bobot badan sebesar 200,44 ± 78,03 kg, sedangkan bobot badan sapi Aceh
betina berdasarkan bobot badan timbang diperoleh 158,72 ± 63,06 kg. Nilai
penyimpangan yang diperoleh berdasarkan selisih bobot badan timbang dan
Universitas Sumatera Utara
39
pendugaan bobot badan menggunakan pita ukur yaitu -41,72 kg dengan persentase
penyimpangan 26,28%.
Pendugaan bobot badan sapi Bali jantan dengan menggunakan pita ukur
Agrotech, Animeter dan Rondo diperoleh bobot badan sebesar 406,95 ± 48,21 kg,
sedangkan bobot badan sapi Bali jantan berdasarkan bobot badan timbang diperoleh
288,36 ± 29,82 kg. Nilai penyimpangan yang diperoleh berdasarkan selisih bobot
badan timbang dan pendugaan bobot badan menggunakan pita ukur yaitu -118,59 kg
dengan persentase penyimpangan 41,12 %. Sementara pendugaan bobot badan sapi
Bali betina dengan menggunakan pita ukur Agrotech, Animeter dan Rondo diperoleh
bobot badan sebesar 261,68 ± 50,23 kg, sedangkan bobot badan sapi Bali betina
berdasarkan bobot badan timbang diperoleh 215,08 ± 39,33 kg. Nilai penyimpangan
yang diperoleh berdasarkan selisih bobot badan timbang dan pendugaan bobot badan
menggunakan pita ukur yaitu -46,6 kg dengan persentase penyimpangan 21,66 %.
Rata-rata penyimpangan pendugaan bobot badan dengan bobot badan timbang
menggunakan pita ukur merk Agrotech, Animeter dan Rondo Dari data hasil
penelitian diperoleh nilai penyimpangan terbesar pada sapi Bali jantan yaitu 41,12%
dan sapi Peranakan Ongole betina yaitu 63,23% dan penyimpangan terkecil adalah
pada sapi Peranakan Ongole jantan yaitu 24,46 % dan Sapi limousine betina yaitu
12,09 %. Berdasarkan data hasil penelitian, maka pita ukur tidak dapat digunakan
dalam menduga bobot badan ternak sapi jantan maupun betina. Hal ini karena
setiap menejemen pemeliharaan dan kondisi lingkungan disetiap tempat berbeda-beda
sesuai dengan pernyataan Hardjosubroto (1994) yang menyatakan bahwa manajemen
Universitas Sumatera Utara
40
pemeliharaan ternak di setiap tempat berbeda-beda. Suatu individu tidak dapat
menunjukkan penampilan yang baik walaupun dia memiliki kemampuan (genetik)
yang bagus, tetapi tidak mempunyai kesempatan (lingkungan) yang diperlukan.
Menurut Soedomo (1984) bahwa produktifitas seekor ternak dipengaruhi oleh faktor
genetik atau faktor keturunan dan lingkungan, dimana fenotip = genotip +lingkungan
atau biasanya disingkat dengan P = G + E dan jika terdapat interaksi antara faktor
genetik dan faktor lingkungan maka ditulis sebagai P = G + E + GE. Faktor geneetik
merupakan faktor yang di bawa sejak lahir dan bersifat tetap, sedangkan faktor
lingkungan merupakan kesempatan atau peluang untuk memaksimalkan peran faktor
genetik yang dimilikinya dan bersifat tidak tetap atau bisa berubah dari waktu ke
waktu.yang termasuk faktor lingkungan adalah makanan, menejemen serta
lingkungan hidup dimana ternak dipelihara. Tidak bisa disangka bahwa faktor
lingkungan sangat berpengaruh terhadap produktifitas seekor ternak. Ternak dengan
mutu yang baik akan berproduksi dengan baik pula bila didukung dengan faktor
lingungan yang cocok. Demikian pula sebaliknya, meskipun diberi lingkungan yang
baik jika mutu genetik nya lebih unggul maka pruduktifitas ternak tersebut tidak
sebesar dengan ternak yang mutu genetiknya lebih unggul.
Universitas Sumatera Utara
41
Setelah dilakukan pengukuran dengan tiga pita ukur (Agrotech, Animeter dan
Rondo) pada lingkar dada sapi jantan dan betina maka diperoleh hasil rataan bobot
badan pada tabel 3.
Tabel 3. Rataan Bobot Badan Sapi Jantan dan Sapi Betina berdasarkan Bobot
Badan Timbang, Pendugaan Bobot Badan dengan Pita Ukur, dan Rumus
Schoorl, Smith dan Regresi
Jenis Kelamin
Sapi Jantan
Sapi Betina
BBT-BBR
Bobot Badan
Timbang (BBT)
Rumus
Pendugaan
Bobot Badan
Rumus (BBR)
296,86 ± 83,54
Schoorl
343,87 ± 64,78
- 47,01
15,83
296,86 ± 83,54
Smith
329,27 ± 63,30
- 32.41
10,91`
296,86 ± 83,54
Pita 1
386,02 ± 115,54
- 89,16
30,03
296,86 ± 83,54
Pita 2
386,02 ± 115,54
- 89,16
30,03
296,86 ± 83,54
Pita 3
386,02 ± 115,54
- 89,16
30,03
296,86 ± 83,54
Regresi
296,86 ± 28,70
- 17,21
0,17
256,76 ± 91,02
Schoorl
296,49 ± 60,62
- 39,73
15,47
256,76 ± 91,02
Smith
282,95 ± 59,15
- 26,19
10,20
256,76 ± 91,02
Pita 1
298,44 ± 100,12
- 41,68
16,23
256,76 ± 91,02
Pita 2
298,44 ± 100,12
- 41,68
16,23
256,76 ± 91,02
Pita 3
298,44 ± 100,12
- 41,68
16,23
256,76 ± 91,02
Regresi
256,76 ± 26,15
- 10,78
0,10
Kg
%
Universitas Sumatera Utara
42
Pendugaan bobot badan sapi jantan yang digunakan dalam penelitian dengan
menggunakan rumus Schoorl diperoleh bobot badan sebesar
343,87 ± 64,78
kg , menggunakan rumus Smith diperoleh 329,27 ± 63,30 kg sedangkan rata-rata
bobot badan sapi jantan berdasarkan bobot badan timbang diperoleh 296,86 ± 83,54
kg. Nilai penyimpangan yang diperoleh berdasarkan selisih bobot badan timbang dan
rumus pendugaan bobot badan antara lain Schoorl yaitu - 47,01 kg dengan persentase
penyimpangan 15,83 %, dan Smith yaitu - 32.41 kg dengan persentase penyimpangan
10,91 %. Sementara pendugaan rata-rata bobot badan sapi betina yang digunakan
dalam penelitian dengan menggunakan rumus Schoorl diperoleh bobot badan sebesar
296,49 ± 60,62 kg, menggunakan rumus Smith diperoleh 282,95 ± 59,15 kg
sedangkan bobot badan berdasarkan bobot badan timbang diperoleh 256,76 ± 91,02
kg. Nilai penyimpangan yang diperoleh berdasarkan selisih bobot badan timbang dan
rumus pendugaan bobot badan antara lain Schoorl yaitu - 39,73 kg dengan persentase
penyimpangan 15,47 %, dan Smith yaitu - 26,19 kg dengan persentase penyimpangan
10,20 %.
Pendugaan bobot badan sapi jantan yang digunakan dalam penelitian dengan
menggunakan pita ukur Agrotech, Animeter dan Rondo diperoleh bobot badan
sebesar 386,02 ± 115,54 kg, sedangkan rata-rata bobot badan sapi jantan berdasarkan
bobot badan timbang diperoleh 296,86 ± 83,54 kg. Nilai penyimpangan yang
diperoleh berdasarkan selisih bobot badan timbang dan pendugaan bobot badan
menggunakan pita ukur yaitu - 89,16 kg dengan persentase penyimpangan 30,03 %.
Sementara pendugaan bobot badan sapi betina yang digunakan dalam penelitian
Universitas Sumatera Utara
43
dengan menggunakan pita ukur Agrotech, Animeter dan Rondo diperoleh bobot
badan sebesar 298,44 ± 100,12 kg, sedangkan rata-rata bobot badan kambing betina
berdasarkan bobot badan timbang diperoleh 256,76 ± 91,02 kg. Nilai penyimpangan
yang diperoleh berdasarkan selisih bobot badan timbang dan pendugaan bobot badan
menggunakan pita ukur yaitu - 41,68 kg dengan persentase penyimpangan
16,23
%.
Rata-rata pendugaan bobot badan pada ternak sapi jantan dan betina hasilnya
yang paling memdekati adalah dengan menggunakan rumus persamaan regresi yaitu
rata-rata bobot badan sebenarnya atau dengan menggunakan timbangan. Dimana hasil
pendugaan bobot badan berdasarkan rumus Schoorl dan Smith dan pita ukur
Agrotech, Animeter dan Rondo memiliki selisih yang besar dengan bobot badan
ternak sapi sebenarnya, karena rata-rata pemyimpangan yang diperoleh dalam
pendugaan bobot badan tersebut lebih dari 10 %. Hal ini sesuai dnegan pernyataan
Williamson dan Payne (1978), yang menyatakan bahwa penyimpangan pendugaan
bobot badan umumnya berkisar antara 5% sampai 10% dari bobot badan sebenarnya.
Sehingga rumus Schoorl dan Smith beserta pita ukur Agrotech, Animeter dan Rondo
tidak dapat diandalkan dalam menduga bobot badan sapi peranakan ongole, sapi
limousin, sapi Brahman cross, sapi aceh, dan sapi bali jantan maupun betina.
Analisis, korelasi dan regresi linier sederhana pada lingkar dada dan bobot badan
jenis sapi
Universitas Sumatera Utara
44
Hasil pendugaan bobot badan Sapi Peranakan Ongole, Sapi Brahman Cross,
Sapi Limousin, Sapi Bali, dan Sapi Aceh berdasarkan analisa korelasi dan regresi
liniear menggunakan lingkar dada dan bobot badan dapat dilihat pada tabel dibawah
ini.
1.Sapi peranakan ongole
Berikut tabel hubungan lingkar dada dengan bobot badan sapi peranakan
ongole setelah dilakukan pengukuran.
Tabel 4.Hubungan lingkar dada dengan bobot badan sapi peranakan ongole
Jantan
Betina
Variabel
LD(X)
LD
Persamaan
R
Y = -351,405 + 3,86 X
0,975
Persamaan
R
Y = -250,58 + 3,22X 0,967
: Lingkar Dada
Signifikansi hubungan antara ukuran eksterior tubuh dengan bobot badan
diperoleh berdasarkan analisa data penelitian yaitu uji t terhadap koefisien relasi (R)
dan analisis regresi linier sederhana. Berdasarkan hasil uji statistik korelasi dan
regresi linier sederhana pada lingkar dada terhadap bobot badan sapi peranakan
ongole jantan diperoleh bahwa hasil nilai koefisien lingkar dada (X) adalah R = 0,975
atau nilai korelasi lingkar dada dengan bobot badan adalah
97,5 %. Sementara pada
sapi peranakan ongole betina diperoleh hasil nilai koefisien lingkar dada (X) adalah R
= 0.967 atau nilai korelasi lingkar dada dengan bobot badan adalah 96,7 %.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa dalam menduga bobot badan
ternak kerbau sungai menggunakan lingkar dada lebih baik jika digunakan pada sapi
Universitas Sumatera Utara
45
peranakan ongole jantan, dimana nilai korelasinya adalah 97,5 %. Hal ini
menunjukkan bahwa lingkar dada lebih tepat digunakan untuk sapi peranakan ongole
jantan dalam menduga bobot badan dibandingkan ternak betina.
Adapun gambaran sebaran data hubungan bobot badan dengan ukuran
eksterior tubuh ternak pada sapi peranakan ongole (PO) dapat dilihat pada grafik
berikut ini
B
o
B
o
t
B
a
Lingkar Dada
Grafik 1.
Hubungan Lingkar Dada dengan Bobot Badan Sapi PO jantan
Universitas Sumatera Utara
46
B
o
B
o
t
B
a
Lingkar Dada
Grafik 2. Hubungan Lingkar Dada dengan Bobot Badan Sapi PO betina
Pada grafik 1 dan 2 menunjukkan pola titik-titik yang menunjukkan garis
lurus diagonal miring ke kanan dengan tingkat kemiringan yang cukup tinggi. Hal ini
menunjukkan bahwa hubungan antara lingkar dada dengan bobot badan sapi
peranakan ongole jantan dan betina membentuk garis linier dengan arah positif.
Berdasarkan hasil statistik regresi linier sederhana yang dilakukan pada data hasil
penelitian, diketahui bahwa pendugaan bobot badan sapi peranakan ongole jantan
dapat menggunakan formula BB = -351,405 +3,86LD, dan pendugaan bobot badan
sapi peranakan ongole betina dapat menggunakan formula BB= -250,589 +
Universitas Sumatera Utara
47
3,227 LD. Pada tabel Anova hasil pengujian regresi linier sederhana berikut ini,
diperoleh bahwa tingkat signifikan antara lingkar dada terhadap bobot badan sapi
peranakan ongole jantan dan betina adalah 0.000 < 0.005 (lebih kecil dari 0,005),
maka dengan demikian lingkar dada memiliki hubungan signifikan atau hubungan
positif terhadap bobot badan kerbau sungai jantan dan betina dengan tujuan
pendugaan bobot badan.
Tabel 5. Anova Regresi Linier Sederhana Pendugaan Bobot Badan Sapi
Peranakan Ongole (PO
Sumber
Keragaman
Jumlah
Kuadrat (JK)
dB (Derajat
Bebas)
Rataan JK
Sig.
Jantan
Nilai Regresi
11852,791
1
11852,791
Galat
608,165
21
28,960
Total
12460,957
22
Nilai Regresi
23564,231
1
23564,231
Galat
1617,621
25
64,705
Total
25181,852
26
,000b
Betina
,000b
2.Sapi brahman cross
Berikut tabel hubungan lingkar dada dengan bobot badan sapi Brahman
Universitas Sumatera Utara
48
cross setelah dilakukan pengukuran.
Tabel 6. Hubungan lingkar dada dengan bobot badan sapi Brahman cross
Jantan
Betina
Variabel
LD(X)
Persamaan
R
Persamaan
R
Y = 192,28 +1,07X
0,850
Y = -231,79 +3,49X
0, 835
Keterangan : LD : Lingkar Dada
Berdasarkan data hasil penelitian pendugaan bobot badan pada Sapi Brahman
Cross, diperoleh hubungan signifikansi hubungan antara ukuran eksterior tubuh
dengan bobot badan diperoleh berdasarkan analisa data penelitian yaitu uji t terhadap
koefisien relasi (R) dan analisis regresi linier sederhana. Berdasarkan hasil uji
statistik korelasi dan regresi linier sederhana pada lingkar dada terhadap bobot badan
sapi Brahman cross jantan diperoleh bahwa hasil nilai koefisien lingkar dada (X)
adalah R = 0.850 atau nilai korelasi lingkar dada dengan bobot badan adalah 85 %.
Sementara pada sapi Brahman cross betina diperoleh hasil nilai koefisien lingkar dada
(X) adalah R = 0,835 atau nilai korelasi lingkar dada dengan bobot badan adalah 83,5
%.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa dalam menduga bobot badan
ternak sapi Brahman cross menggunakan lingkar dada baik jika digunakan pada sapi
jantan dimana nilai korelasinya adalah 85 %. Hal ini menunjukkan bahwa lingkar
dada lebih tepat digunakan untuk sapi jantan dalam menduga bobot badan
dibandingkan ternak betina.
Universitas Sumatera Utara
49
Adapun gambaran sebaran data hubungan bobot badan dengan ukuran
eksterior tubuh ternak pada sapi Brahman cross dapat dilihat pada grafik berikut
B
O
b
o
t
Lingkar Dada
Grafik 3. Hubungan Lingkar Dada dengan Bobot Badan Sapi Brahman
Cross Jantan
Universitas Sumatera Utara
50
B
o
b
o
t
Lingkar Dada
Grafik 4. Hubungan Lingkar Dada dengan Bobot Badan Sapi Brahman Cross Betina
Pada grafik 3 dan 4 menunjukkan pola titik-titik yang menunjukkan garis
lurus diagonal miring ke kanan dengan tingkat kemiringan yang cukup tinggi. Hal ini
menunjukkan bahwa hubungan antara lingkar dada dengan bobot badan sapi
Brahman cross jantan dan betina membentuk garis linier dengan arah positif.
Berdasarkan hasil statistik regresi linier sederhana yang dilakukan pada data hasil
penelitian, diketahui bahwa pendugaan bobot badan sapi Brahman cross jantan dapat
menggunakan formula BB = 192,28 + 1,0774LD, dan pendugaan bobot badan sapi
Brahman cross betina dapat menggunakan formula BB = -231,793 +3,4906LD. Pada
tabel Anova hasil pengujian regresi linier sederhana berikut ini, diperoleh bahwa
tingkat signifikan antara lingkar dada terhadap bobot badan sapi Brahman cross
jantan dan betina adalah 0.000 < 0.005 (lebih kecil dari 0,005), maka dengan
Universitas Sumatera Utara
51
demikian lingkar dada memiliki hubungan signifikan atau hubungan positif terhadap
bobot badan sapi Brahman cross jantan dan betina dengan tujuan pendugaan bobot
badan. Berikut data regresi linier sederhana pada sapi Brahman cross terdapat pada
table 7.
Tabel 7. Anova Regresi Linier Sederhana Pendugaan Bobot Badan Sapi Brahman
Cross
Sumber
Keragaman
Jumlah
Kuadrat (JK)
dB (Derajat
Bebas)
Rataan JK
Sig.
Jantan
Nilai Regresi
2327,926
1
2327,92
Galat
895,813
21
42,65
Total
3223,739
22
Nilai Regresi
12135,754
1
12135,75
Galat
5258,320
210,33
Total
17394,074
25
26
,000b
Betina
,000b
3. Sapi Limousin
Berikut tabel hubungan lingkar dada dengan bobot badan sapi limousin
setelah dilakukan pengukuran
Tabel 8. Hubungan lingkar dada dengan bobot badan sapi Limousin
Universitas Sumatera Utara
52
Jantan
Betina
Variabel
LD(X)
Persamaan
R
Persamaan
R
Y = -248,156 +3,582X
0,943
Y = -36,893+2,374X
0,851
Keterangan : LD = Lingkar dada
Berdasarkan data hasil penelitian pendugaan bobot badan pada Sapi
Limousin, diperoleh hubungan signifikansi hubungan antara ukuran eksterior tubuh
dengan bobot badan diperoleh berdasarkan analisa data penelitian yaitu uji t terhadap
koefisien relasi (R) dan analisis regresi linier sederhana. Berdasarkan hasil uji
statistik korelasi dan regresi linier sederhana pada lingkar dada terhadap bobot badan
sapi Limousin jantan diperoleh bahwa hasil nilai koefisien lingkar dada (X) adalah R
= 0,943 atau nilai korelasi lingkar dada dengan bobot badan adalah 94,3 %.
Sementara pada sapi Limousin betina diperoleh hasil nilai koefisien lingkar dada (X)
adalah R = 0,851 atau nilai korelasi lingkar dada dengan bobot badan adalah 83,5 %.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa dalam menduga bobot badan
ternak sapi limousin menggunakan lingkar dada baik jika digunakan pada sapi jantan
dimana nilai korelasinya adalah 94,3 %. Hal ini menunjukkan bahwa lingkar dada
lebih tepat digunakan untuk sapi limousine jantan dalam menduga bobot badan
dibandingkan ternak betina.
Adapun gambaran sebaran data hubungan bobot badan dengan ukuran
eksterior tubuh ternak pada sapi limousin dapat dilihat pada grafik berikut ini.
Universitas Sumatera Utara
53
B
O
b
o
t
Lingkar Dada
Grafik 5. Hubungan Lingkar Dada dengan Bobot Badan Sapi Limousin Jantan
B
o
b
o
t
Lingkar Dada
Grafik 6. Hubungan Lingkar Dada dengan Bobot Badan Sapi Limousin Betina
Universitas Sumatera Utara
54
Pada grafik 5 dan 6 menunjukkan pola titik-titik yang menunjukkan garis
lurus diagonal miring ke kanan dengan tingkat kemiringan yang cukup tinggi. Hal ini
menunjukkan bahwa hubungan antara lingkar dada dengan bobot badan sapi
Limousin jantan dan betina membentuk garis linier dengan arah positif. Berdasarkan
hasil statistik regresi linier sederhana yang dilakukan pada data hasil penelitian,
diketahui bahwa pendugaan bobot badan sapi limousin jantan dapat menggunakan
formula BB = -248,156 + 3,5827LD dan pendugaan bobot badan sapi limousin betina
dapat menggunakan formula BB = -36,8931 + 2,3748LD. Pada tabel Anova hasil
pengujian regresi linier sederhana berikut ini, diperoleh bahwa tingkat signifikan
antara lingkar dada terhadap bobot badan sapi Limousin jantan dan betina adalah
0.000 < 0.005 (lebih kecil dari 0,005), maka dengan demikian lingkar dada memiliki
hubungan signifikan atau hubungan positif terhadap bobot badan sapi limousine
jantan dan betina dengan tujuan pendugaan bobot badan.
Tabel 9. Anova Regresi Linier Sederhana Pendugaan Bobot Badan Sapi limousin
Sumber
Keragaman
Jumlah
Kuadrat (JK)
dB (Derajat
Bebas)
Rataan JK
Sig.
Jantan
Nilai Regresi
6263,01
1
6263,01
Galat
780,89
21
37,18
Total
7043,91
22
3203,98
1
,000b
Betina
Nilai Regresi
3203,98
Universitas Sumatera Utara
55
Galat
1224,68
25
Total
4428,66
26
48,98
,000b
4. Sapi Bali
Berikut tabel hubungan lingkar dada dengan bobot badan sapi Bali setelah
dilakukan pengukuran.
Tabel 10. Hubungan lingkar dada dengan bobot badan sapi Bali
Jantan
Betina
Variabel
LD(X)
Persamaan
R
Persamaan
R
Y = -349,17+3,82X
0,848
Y = - 430,92+4,467X
0,990
Keterangan : LD = Lingkar dada
Berdasarkan data hasil penelitian pendugaan bobot badan pada Sapi Bali,
diperoleh hubungan signifikansi hubungan antara ukuran eksterior tubuh dengan
bobot badan diperoleh berdasarkan analisa data penelitian yaitu uji t terhadap
koefisien relasi (R) dan analisis regresi linier sederhana. Berdasarkan hasil uji
statistik korelasi dan regresi linier sederhana pada lingkar dada terhadap bobot badan
sapi Bali jantan diperoleh bahwa hasil nilai koefisien lingkar dada (X) adalah R =
0,848 atau nilai korelasi lingkar dada dengan bobot badan adalah 84,8 %. Sementara
pada sapi Bali betina diperoleh hasil nilai koefisien lingkar dada (X) adalah R = 0,990
atau nilai korelasi lingkar dada dengan bobot badan adalah 99 %.
Universitas Sumatera Utara
56
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa dalam menduga bobot badan
ternak sapi Bali menggunakan lingkar dada baik jika digunakan pada sapi betina
dimana nilai korelasinya adalah 99 %. Hal ini menunjukkan bahwa lingkar dada lebih
tepat digunakan untuk sapi bali betina dalam menduga bobot badan dibandingkan
ternak jantan.
Adapun gambaran sebaran data hubungan bobot badan dengan ukuran
eksterior tubuh ternak pada sapi Bali dapat dilihat pada grafik berikut ini.
B
O
b
o
t
Lingkar Dada
Grafik 7. Hubungan Lingkar Dada dengan Bobot Badan Sapi Bali Jantan
Universitas Sumatera Utara
57
B
o
b
o
t
Lingkar Dada
Grafik 8. Hubungan Lingkar Dada dengan Bobot Badan Sapi Bali Betina
Pada grafik 7 dan 8 menunjukkan pola titik-titik yang menunjukkan garis
lurus diagonal miring ke kanan dengan tingkat kemiringan yang cukup tinggi. Hal ini
menunjukkan bahwa hubungan antara lingkar dada dengan bobot badan sapi Bali
jantan dan betina membentuk garis linier dengan arah positif. Berdasarkan hasil
statistik regresi linier sederhana yang dilakukan pada data hasil penelitian, diketahui
bahwa pendugaan bobot badan sapi Bali jantan dapat menggunakan formula BB = 349,176 + 3,8239LD dan pendugaan bobot badan sapi Bali betina dapat
menggunakan formula BB = -430,927 + 4,46LD. Pada tabel Anova hasil pengujian
regresi linier sederhana berikut ini, diperoleh bahwa tingkat signifikan antara lingkar
dada terhadap bobot badan sapi Bali jantan dan betina adalah 0.000 < 0.005 (lebih
kecil dari 0,005), maka dengan demikian lingkar dada memiliki hubungan signifikan
Universitas Sumatera Utara
58
atau hubungan positif terhadap bobot badan sapi Bali jantan dan betina dengan tujuan
pendugaan bobot badan.
Tabel 11. Anova Regresi Linier Sederhana Pendugaan Bobot Badan Sapi Bali
Sumber
Keragaman
Jumlah
Kuadrat (JK)
dB (Derajat
Bebas)
Rataan JK
Sig.
Jantan
Nilai Regresi
15340,018
1
15340,018
Galat
6005,742
23
261,119
Total
21345,760
24
36405,121
1
36405,121
Galat
730,719
31,770
Total
37135,840
23
24
,000b
Betina
Nilai Regresi
,000b
5. Sapi Aceh
Berikut tabel hubungan lingkar dada dengan bobot badan sapi Aceh
setelah dilakukan pengukuran.
Tabel 12. Hubungan lingkar dada dengan bobot badan sapi Aceh
Variabel
Jantan
Betina
Universitas Sumatera Utara
59
LD(X)
Persamaan
R
Persamaan
R
Y = -339,593 + 3,91X
0,946
Y = -228,34+2,98X
0,921
Keterangan : LD = Lingkar dada
Berdasarkan data hasil penelitian pendugaan bobot badan pada Sapi Aceh,
diperoleh hubungan signifikansi hubungan antara ukuran eksterior tubuh dengan
bobot badan diperoleh berdasarkan analisa data penelitian yaitu uji t terhadap
koefisien relasi (R) dan analisis regresi linier sederhana. Berdasarkan hasil uji
statistik korelasi dan regresi linier sederhana pada lingkar dada terhadap bobot badan
sapi Aceh jantan diperoleh bahwa hasil nilai koefisien lingkar dada (X) adalah R =
0,946 atau nilai korelasi lingkar dada dengan bobot badan adalah 94,6 %. Sementara
pada sapi Aceh betina diperoleh hasil nilai koefisien lingkar dada (X) adalah R =
0,921 atau nilai korelasi lingkar dada dengan bobot badan adalah 92,1 %.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa dalam menduga bobot badan
ternak sapi Aceh menggunakan lingkar dada baik jika digunakan pada sapi jantan
dimana nilai korelasinya adalah 94,6 %. Hal ini menunjukkan bahwa lingkar dada
lebih tepat digunakan untuk sapi Aceh jantan dalam menduga bobot badan
dibandingkan ternak betina.
Adapun gambaran sebaran data hubungan bobot badan dengan ukuran
eksterior tubuh ternak pada sapi Aceh dapat dilihat pada grafik berikut ini.
Universitas Sumatera Utara
60
B
O
b
o
t
Lingkar Dada
Grafik 9. Hubungan lingkar dada dengan bobot badan sapi aceh jantan
Universitas Sumatera Utara
61
B
o
b
o
t
Lingkar Dada
Grafik 10. Hubungan lingkar dada dengan bobot badan sapi aceh betina
Pada grafik 9 dan 10 menunjukkan pola titik-titik yang menunjukkan garis
lurus diagonal miring ke kanan dengan tingkat kemiringan yang cukup tinggi. Hal ini
menunjukkan bahwa hubungan antara lingkar dada dengan bobot badan sapi Aceh
jantan dan betina membentuk garis linier dengan arah positif. Berdasarkan hasil
statistik regresi linier sederhana yang dilakukan pada data hasil penelitian, diketahui
bahwa pendugaan bobot badan sapi Aceh jantan dapat menggunakan formula BB = 339,593 + 3,9162LD dan pendugaan bobot badan sapi Aceh betina dapat
menggunakan formula
BB =
-228,346 + 2,9856LD. Pada tabel Anova hasil
pengujian regresi linier sederhana berikut ini, diperoleh bahwa tingkat signifikan
antara lingkar dada terhadap bobot badan sapi Aceh jantan dan betina adalah 0.000 <
Universitas Sumatera Utara
62
0.005 (lebih kecil dari 0,005), maka dengan demikian lingkar dada memiliki
hubungan signifikan atau hubungan positif terhadap bobot badan sapi Aceh jantan
dan betina dengan tujuan pendugaan bobot badan.
Tabel 13. Anova Regresi Linier Sederhana Pendugaan Bobot Badan Sapi Aceh
Sumber
Keragaman
Jumlah
Kuadrat (JK)
dB (Derajat
Bebas)
Rataan JK
Sig.
Jantan
Nilai Regresi
172366,14
1
172366,14
Galat
20291,61
23
882,24
Total
192657,76
24
Nilai Regresi
80904,89
1
80904,89
Galat
14560,14
633,05
Total
95465,0