IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Perubahan secara patologi anatomi dan histopatologi pada lambung tikus putih Sprague Dawley akibat efek samping Aspirin akan dapat menentukan gejala
klinik maupun perubahan histopatologik mukosa lambung sebagai model pada manusia . Perubahan patologi berdasarkan gambaran makroskopik lambung dari
ketiga kelompok yaitu kelompok Kontrol K. Perlakuan Lesi Negatif PLN dan Perlakuan Lesi Positif PLP. Perubahan secara histopatologi didapat dari
gambaran seluler terhadap sel mukus, sel radang, sel parietal dan sel chief dari ketiga kelompok tersebut. Pemeriksaan imuno histokimia terhadap kelompok
Perlakuan Lesi Positif merupakan penilaian yang lebih jelas terhadap peran utama prostaglandin melalui jalur Cyclooxygenase dalam terjadinya lesi mukosa akibat
Aspirin. Peran faktor lain yang juga berfungsi sebagai faktor defensif antara lain nitrik oksida dan lipoxin tidak tergantung dengan kadar prostaglandin mukosa
lambung Brzozowski dan Konturek etal. 2008.
4.1. Patologi Lambung Tikus pada Gastropati Aspirin
Dari pengamatan makroskopik dan pengukuran diameter sagital dan transversal terhadap kelompok kontrol K dan Perlakuan Lesi Negatif PLN
maupun Perlakuan Lesi Positif PLP pada KorpusFundus didapatkan perbedaan tidak bermakna dari ketiga kelompok tersebut.
Tabel 2. Perbedaan diameter kelompok K,PLN,PLP regio FundusKorpus
Diameter Kelompok FundusKorpus
Kontrol PLN
PLP Nilai p
Sagital 9.33+0.51
9.86+1.76 9.75+092
0.05 Transversal
4.29+0.28 4.77+0.92
4.40+0.14 0.05
Efek samping pemakaian Aspirin pada manusia adalah terdapatnya gejala klinik dalam bentuk sindroma dispepsia. Sindroma dispepsia merupakan kumpulan
gejala yang terdiri dari perasaan nyeri atau tidak nyaman pada epigastrium,
kembung, cepat kenyang, mual dan muntah. Penyebab terjadinya gejala ini dihubungkan dengan terjadinya inflamasi dengan atau tanpa lesi pada mukosa
lambung. Hal ini dibuktikan dengan pemeriksaan endoskopi saluran cerna bagian atas. Gejala klinik yang terjadi tidak selalu berkorelasi langsung dengan
penemuan endoskopi. Pada 30-50 persen kasus didapatkan gambaran endoskopi dengan inflamasi ringan, sedangkan keluhan subjektif dirasakan cukup
mengganggu aktifitas pasien. Pembuktian secara jelas pada manusia mempunyai keterbatasan. Oleh sebab itu penelitian dengan hewan coba tikus putih akan dapat
memberikan data objektif yang jelas. Pada penelitian ini didapatkan perubahan kontur lambung pada kelompok perlakuan baik yang tanpa lesi mukosa maupun
dengan lesi mukosa dibandingkan kelompok kontrol. Hal ini terjadi disebabkan efek topikal Aspirin pada mukosa lambung, selanjutnya diikuti oleh infiltrasi sel-
sel radang terutama netrofil pada mukosa lambung. Jumlah sel radang yang cukup banyak pada lapisan muskularis mukosa dan disertai edema jaringan akan
mempengaruhi motilitas lambung dalam bentuk dismotilitas. Akibatnya akan terjadi gangguan bersihan isi lambung dan akan terjadi pengumpulan isi lambung
termasuk obat OAINSAspirin. Keadaan ini berakibat terjadinya kontak yang lebih lama dari Aspirin dengan mukosa lambung.
Dari penelitian ini terbukti bahwa terdapat penambahan diameter sagital maupun transversal pada kelompok PLP. pada regio FundusKorpus. Meskipun
terjadi dilatasi lambung antara kelompok PLN dan PLP secara statistik didapatkan perbedaan tidak berbeda bermakna dengan kelompok K. Hasil ini
sesuai dengan bentuk anatomik dan fungsi dari regio ini sebagai jalan untuk mencapai regio AntrumPilorus dan terdapat banyaknya komponen yang
meningkatkan ketahanan mukosa. Komponen tersebut terdiri dari sel mukus, COX-1 dan Epidermal Growth Factor EGF yang dapat merangsang produksi
mukus superfisialis. Perbedaan tidak bermakna dari kelompok PLN, PLP dan K membuktikan bahwa efek samping Aspirin pada regio ini jarang terjadi, sesuai
dengan struktur anatomi dan histologinya. Hasil uji statistik kelompok K, PLN dan PLP pada regio AntrumPilorus
didapatkan perbedaan bermakna dari PLP terhadap kelompok K dan PLN,
sedangkan kelompok PLN dan K baik diameter sagital maupun transversal tidak berbeda bermakna.
Tabel 3. Perbedaan diameter kelompok K,PLN,PLP regio AntrumPilorus Diameter
Kelompok AntrumPilorus Kontrol
PLN PLP
Sagital 9.33+0.51
a
8.75+1.29
a
10.70+1.22
b
Transversal 4.29+0.28
a
4.28+0.29
a
5.20+1.02
b
Huruf yang berbeda dalam satu baris menunjukkan p0.05 Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa lesi mukosa lambung akibat Aspirin
sering ditemukan pada daerah Antrumpilorus, yang berhubungan dengan bersihan pada daerah tersebut, lamanya kontak, dan kurangnya ketahanan mukosa. Tidak
berbeda bermakna antara kelompok K dan PLN menunjukkan bahwa proses inflamasi yang disertai dengan infiltrasi sel radang tidak terjadi, disebabkan tidak
terdapatnya lesi mukosa. Pada kelompok PLP didapatkan perbedaan yang bermakna diameter sagital dan transversal dengan kelompok PLN dan K. Hal ini
disebabkan bahwa pada regio ini merupakan predileksi terjadinya lesi mukosa, sehingga reaksi seluler dalam bentuk inflamasi mukosa dan hambatan terhadap
isoenzim COX, akan berakibat terjadinya gangguan pengosongan lambung. Penumpukan isi lambung akan berakibat dilatasi akan bertambah dan lesi mukosa
yang terjadi akan lebih berat akibat kontak obat Aspirin dengan mukosa relatif lebih lama.
A B
Gambar 6 : Makroskopik Lambung normal A dan Lambung dilatasi B FK
AP AP
FK
4.2. Histopatologi sel mukus lambung tikus pada Gastropati Aspirin