16.22 24.32 Perilaku Makan dan Status Nutrisi Boti (Macaca tonkeana) di Pusat Primata Schmutzer dan Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta.

18 karena individu dengan status sosial tinggi memiliki akses yang lebih besar terhadap pakan Martin dan Bateson 1986. Tabel 7 Urutan mengambil makanan kelompok Boti kandang TMR Individu Urutan ke- 1 2 3 4 - - Huti 21.62 18.92 24.32 35.14 Ochi

54.05 16.22

27.03 5.41 Okto 18.92

56.76 24.32

0.00 Febri 5.41 8.11 24.32 59.46 Total 100 100 100 100 Waktu pemberian pakan berbeda di kedua lokasi kandang. Pada kandang TMR, pakan diberikan satu kali sehari yaitu sekitar jam 09.30 –10.30 WIB. Berbeda dengan kandang PPS, pakan utama diberikan pada pagi hari sekitar jam 08.30-09.30 WIB, sedangkan pakan tambahan diberikan saat siang hari sekitar jam 12.00-13.00 WIB. Waktu pemberian pakan sangat mempengaruhi perilaku satwa di penangkaran. Pada monyet beruang M. arctoides di penangkaran, penundaan waktu makan meningkatkan perilaku abnormal dan perilaku agresif secara signifikan sebagai akibat terganggunya rutinitas pemberian pakan Waitt dan Smith 2001. Pakan sebaiknya diberikan pada waktu yang teratur, tidak terlalu awal ataupun ditunda, sehingga manajemen waktu pemberian pakan di penangkaran sangat penting untuk diperhatikan. Tabel 8 Urutan mengambil makanan kelompok Boti kandang PPS Individu Urutan ke- 1 2 3 4 5 - - Godes 100 Iyos 100 Elly 45.45 54.55 Godel 54.55 36.36 9.09 Meilan 9.09 90.91 Total 100 100 100 100 100 Preferensi pakan diamati sesaat setelah pakan diberikan oleh perawat sehingga individu Boti bebas memilih yang disukai dan penentuan preferensi berdasarkan frekuensi bahan pakan tersebut dipilih pertama, kedua dan seterusnya Chapman dan Chapman 2002. Untuk satu jenis pakan disediakan beberapa potongan. Hal ini untuk meminimalkan individu Boti tidak mendapatkan pakan yang disukainya. Dari 16 spesies pakan yang dikonsumsi kelompok Boti kandang TMR, menunjukkan nilai preferensi yang bervariasi dengan nilai tertinggi 20 19 tomat dan pepaya, sedangkan nilai terendah 4 wortel dan 5 ubi orange Tabel 9. Berbeda dengan kelompok Boti kandang PPS yang menunjukkan preferensi yang tinggi terhadap pisang Tabel 10. Untuk wortel, terong ungu dan brokoli memiliki palatabilitas yang rendah karena jarang dipilih oleh individu Boti di kandang PPS. Tabel 9 Preferensi pakan kelompok Boti kandang TMR Jenis Pakan Huti Ochi Okto Febri Total nilai Pisang Musa paradisiaca 3 5 4 5 17 Jagung Manis Zea mays 4 4 4 3 15 Sawi Brassica chinensis 4 3 3 2 12 Tomat Solanum lycopersicum 5 5 5 5 20 Kacang Panjang Vigna sinensis 5 3 3 3 14 Apel Malus domestica 3 4 2 3 12 Jambu Biji Psidium guajava 3 4 2 2 11 Bengkuang Pachyrhizus erosus 2 2 1 1 6 Wortel Daucus carota 1 1 1 1 4 Timun Cucumis sativus 1 2 2 4 9 Pepaya Carica papaya 5 5 5 5 20 Ubi Orange Ipomoea batatas 2 1 1 1 5 Jeruk Citrus sinensis 1 1 4 4 10 Melon Cucumis melo 4 4 5 4 17 Buncis Phaseolus vulgaris 4 2 3 3 12 Nanas Ananas comosus 2 3 2 2 9 Ket.: Sangat suka = nilai 5; Suka = nilai 4; Cukup suka = nilai 3; Kurang suka = nilai 2; Tidak suka = nilai 1. Pakan yang tidak disukai Boti akan tersisa cukup banyak di keesokan harinya pada saat koleksi sisa pakan. Sisa pakan tersebut akan terbuang bersama kotoran saat membersihkan kandang. Pemilihan jenis pakan yang tepat berdasarkan tingkat kesukaan individu Boti sangat diperlukan agar pakan yang diberikan efisien dan termanfaatkan secara optimal. Berdasarkan nilai preferensi bahan pakan di kedua lokasi kandang bisa dilakukan seleksi terhadap bahan pakan yang kurang disukai oleh Boti. Dari 16 jenis pakan yang dikonsumsi di kandang TMR, diseleksi bahan pakan yang me miliki nilai preferensi ≥10. Untuk kandang PPS dari 25 jenis pakan yang dikonsumsi, dipilih bahan pakan yang memiliki nilai preferensi ≥15. Seleksi bahan pakan ini juga harus memperhatikan kandungan nutrisi masing-masing bahan pakan Lampiran 1 dan 2. Bahan pakan yang memiliki kandungan nutrisi yang hampir sama harus diseleksi dan diutamakan yang disukai oleh Boti. Seleksi ini sangat penting untuk dilakukan dalam manajemen pakan di penangkaran dalam upaya menghemat anggaran untuk pakan dan agar pakan dapat termanfaatkan secara optimal. 20 Tabel 10 Preferensi pakan kelompok Boti kandang PPS Jenis Pakan Godes Iyos Elly Godel Meilan Total nilai Pisang Musa paradisiaca 5 5 5 5 5 25 Jagung Manis Zea mays 5 5 4 5 4 23 Pepaya Carica papaya 4 4 4 5 5 22 Jambu Biji Psidium guajava 4 3 4 4 5 20 Salak Zalacca edulis 3 3 2 4 1 13 Apel Malus domestica 4 3 3 4 5 19 Pear Pyrus communis 3 3 4 4 5 19 Kumek Lactuca indica 2 4 3 2 4 15 Kailan Brassica oleracea 3 3 4 4 3 17 Markisa Passiflora edulis 2 2 2 3 4 13 Kangkung Ipomoea aquatica 2 5 2 2 4 15 Jeruk Citrus sinensis 4 2 5 3 1 15 Tomat Solanum lycopersicum 3 3 5 4 4 19 Kacang Panjang Vigna sinensis 4 4 4 5 2 19 Rambutan Nephelium lappaceum 3 4 2 2 1 12 Semangka Citrullus vulgaris 4 4 5 5 4 22 Melon Cucumis melo 4 4 4 3 3 18 Klengkeng Euphoria longana 2 2 2 3 1 10 Timun Cucumis sativus 4 2 3 3 3 15 Buncis Phaseolus vulgaris 2 3 4 4 2 15 Ubi Orange Ipomoea batatas 4 1 2 4 1 12 Bengkuang Pachyrhizus erosus 2 2 2 3 1 10 Wortel Daucus carota 1 1 1 1 1 5 Brokoli Brassica oleracea 1 1 2 2 1 7 Terong ungu Solanum melongena 1 1 1 1 1 5 Ket.: Sangat suka = nilai 5; Suka = nilai 4; Cukup suka = nilai 3; Kurang suka = nilai 2; Tidak suka = nilai 1. Chapman dan Chapman 2002 mengamati hubungan komponen nutrisi dan komponen sekunder pada pemilihan diet monyet colobus merah Procolobus badius di Taman Nasional Kibale, Uganda. Monyet colobus merah lebih memilih daun muda dibandingkan daun tua dan ada konsistensi perbedaan fitokimia antara kedua tahap tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa pemilihan diet dipengaruhi oleh kandungan senyawa kimia makanan. Chapman dan Chapman 2002 menemukan hubungan yang signifikan bahwa pakan dengan protein tinggi dan rendah serat lebih sering menjadi pilihan diet. Namun, tidak ada bukti yang mengungkapkan bahwa monyet colobus merah menghindari tanaman dengan tingkat senyawa sekunder yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa proses pemilihan pakan pada primata sangat kompleks Chapman dan Chapman 2002. Status Nutrisi Boti Hasil penimbangan bobot badan BB awal, bobot badan BB akhir dan pertambahan bobot badan per hari PBBhari masing-masing individu di kedua lokasi kandang ditunjukkan pada Tabel 11 dan Tabel 12. Huti yang merupakan 21 betina dewasa di kandang TMR tidak menunjukkan PBB selama waktu penelitian. Untuk kelompok Boti di kandang PPS, semua individu menunjukkan PBB. Tabel 11 Hasil penimbangan Boti di Kandang TMR No Individu BB Awal kg Tanggal Penimbangan BB Akhir kg Tanggal Penimbangan PBB ghari 1 Huti 9 02-Okt-13 9 14-Nop-13 2 Ochi 7 02-Okt-13 7.1 13-Nop-13 2.4 3 Okto 5.5 02-Okt-13 5.7 13-Nop-13 4.8 4 Febri 3.4 02-Okt-13 3.59 13-Nop-13 4.5 Ket.: BB : Bobot Badan; PBB : Pertambahan Bobot Badan Tabel 12 Hasil penimbangan Boti di Kandang PPS No Individu BB Awal kg Tanggal Penimbangan BB Akhir kg Tanggal Penimbangan PBB ghari 1 Godes 11.9 11-Jan-14 12.36 02-Mar-14 9.2 2 Iyos 7.3 09-Jan-14 7.85 08-Mar-14 9.5 3 Elly 6.54 11-Jan-14 6.97 09-Mar-14 7.5 4 Godel 3.76 04-Jan-14 4.13 08-Mar-14 5.8 5 Meilan 1.2 08-Jan-14 2.62 04-Mar-14 26 Ket.: BB : Bobot Badan; PBB : Pertambahan Bobot Badan Berdasarkan NRC 2003 bobot badan M. tonkeana betina adalah berkisar 3.69 – 8.5 kg, sedangkan untuk M. tonkeana jantan memiliki kisaran bobot badan 4.86 – 12 kg. Kisaran bobot badan individu muda dan dewasa baik jantan maupun betina di kedua lokasi kandang sudah sesuai dengan yang disarankan oleh NRC 2003. Hal ini berarti individu Boti tidak ada yang mengalami kelebihan bobot badan maupun kekurangan bobot badan. Laju pertumbuhan growth rate bayi M. mulatta umur 30 hari, 210 hari, 220 hari dan 360 hari berturut-turut adalah 6.6; 5.1; 5.0 dan 3.8 ghari NRC 2003. Pertambahan bobot badan bayi Boti yaitu Meilan menunjukkan nilai PBBhari yang tinggi mencapai 26 ghari melebihi laju pertumbuhan yang ditunjukkan oleh bayi M. mulatta. Status nutrisi individu Boti di kedua lokasi kandang ditunjukkan pada Tabel 13. Konsumsi bahan kering BK untuk masing-masing individu Boti menunjukkan perbedaan antara kedua kandang. Konsumsi masing-masing bahan pakan dan perhitungan status nutrisi Boti di kedua kandang ditunjukkan pada Lampiran 3-5. Pada kandang TMR, Okto memiliki nilai tertinggi dalam konsumsi BK yaitu 30.97 gkgBBhari, sedangkan Huti memiliki nilai terendah yaitu hanya 15.77 gkgBBhari. Berbeda dengan kandang PPS, bayi Meilan mengkonsumsi BK per kg BB tertinggi diantara Boti yang lain dengan nilai konsumsi BK per kg BB terendah pada Godes. Konsumsi BK kedua lokasi kandang sudah memenuhi yang direkomendasikan NRC yaitu 22.2 gkgBBhari untuk individu muda dan 12 gkgBBhari untuk individu dewasa NRC 2003. Secara umum konsumsi nutrisi Boti di kedua lokasi kandang tidak jauh dari yang direkomendasikan NRC untuk genus Macaca Tabel 14. Konsumsi BK, PK serta vitamin A, B1 dan C sudah memenuhi yang direkomendasikan 22 NRC. Namun, konsumsi total energi, mineral Ca, P, dan Fe serta konsumsi protein pada Febri masih di bawah yang direkomendasikan oleh NRC. Kekurangan beberapa nutrien ini jika dibiarkan akan berdampak terhadap menurunnya performa dan kondisi fisik Boti. Indikasi menurunnya penampilan fisik terlihat pada Okto di kandang TMR yang ditemukan rontok rambut pada bagian kedua kaki belakang dan area punggung. Pada M. mulatta yang mendapatkan pembatasan konsumsi energi dan protein akan kehilangan 36 bobot badan, menurunnya konsentrasi albumin serum, mengalami kerontokan rambut, kulit mudah mengelupas, kehilangan otot dan menurunnya aktivitas fisik NRC 2003. Selain itu, rambut kelompok Boti TMR nampak tipis dan kusam. Warna rambut yang kusam dan menipis pada tamarin berkumis Saguinus mystax disebabkan kekurangan mineral Zn NRC 2003. Tabel 13 Status nutrisi individu Boti di kedua lokasi penelitian Konsumsi Kandang TMR Kandang PPS Dewasa Muda Dewasa Muda Bayi Huti Ochi Okto Febri Godes Iyos Elly Godel Meilan BK gkgBBhr 15.77 24.33 30.97 25.05 22.60 26.31 23.50 30.65 32.01 Energi kkalMEkgBBhr 16.3 25.15 32.00 25.89 19.38 22.57 20.15 26.29 27.46 PK gkgBBhr 1.37 2.12 2.70 2.18 2.15 2.50 2.23 2.91 3.04 Lemak gkgBBhr 0.23 0.353 0.450 0.364 0.701 0.816 0.728 0.950 0.992 Karbohidrat gkgBBhr 5.03 7.76 9.87 7.98 5.63 6.55 5.85 7.63 7.97 Ca BK 0.11 0.11 0.11 0.11 0.135 0.135 0.135 0.135 0.135 P BK 0.21 0.21 0.21 0.21 0.23 0.23 0.23 0.23 0.23 Fe mgkg 18.81 18.81 18.81 18.81 13.4 13.4 13.4 13.4 13.4 Vit. A IUkg 7336 7336 7336 7336 10154 10154 10154 10154 10154 Vit. B1 mgkg 1.76 1.76 1.76 1.76 1.31 1.31 1.31 1.31 1.31 Vit. C mgkg 160 160 160 160 182 182 182 182 182 Ket.: BK : Bahan Kering; PK : Protein Kasar Pakan yang diberikan di kedua lokasi kandang didominasi oleh buah- buahan yang merupakan sumber vitamin. Berdasarkan hasil pengamatan preferensi pakan, buah-buahan yang kurang disukai Boti dapat diseleksi agar jenis buah yang diberikan tidak terlalu beragam. Pakan yang direkomendasikan berdasarkan riset ini untuk kandang TMR adalah pisang, jagung manis, sawi, tomat, kacang panjang, jambu biji, pepaya dan buncis. Untuk kandang PPS, pakan yang direkomendasikan adalah pisang, jagung manis, pepaya, jambu biji, apel, kailan, kangkung, tomat, kacang panjang, semangka, dan buncis. Seleksi pakan ini berdasarkan nilai preferensi pakan dan kandungan nutrisinya. Pakan tambahan berupa telur ayam rebus, kacang tanah dan kuaci ditambah jumlah pemberiannya di kedua lokasi kandang. Selain itu, hasil riset ini merekomendasikan untuk ditambahkan serangga insect for feed yang disukai palatable pada diet Boti di kedua kandang. Hal ini dimaksudkan agar diet Boti di penangkaran hampir sama dengan diet Boti di alam yang cukup tinggi persentase serangga. Menurut FAO 23 2013, serangga merupakan sumber pakan alami yang tinggi kandungan lemak, protein, vitamin, serat dan mineral serta merupakan pakan yang sangat prospektif di masa akan datang. Jenis serangga yang dikonsumsi Boti di kedua lokasi kandang seperti belalang, ulat, klanceng dan jangkrik. Perilaku memakan tanah geophagia juga ditemukan pada seluruh anggota kelompok Boti kandang PPS kecuali Meilan. Perilaku memakan tanah ini juga ditemukan pada beberapa primata seperti pada gorila di pegunungan Rwanda Gorilla gorilla beringei Mahaney et al. 1990 dan orang utan Pongo pygmaeus di PPS Zuhra et al. 2009. Tanah di PPS yang dikonsumsi Boti berwarna merah kecoklatan. Menurut Mahaney et al. 1990 warna coklat berhubungan dengan kandungan mineral Fe dan bahan organik. Tanah dapat menjadi sumber mineral esensial dan sebagian materi tanah yang tertelan dapat membantu menyerap dan mengeluarkan racun. Selain itu, material tanah dapat membantu menjaga pH usus yang berguna untuk bakteri yang membantu pencernaan makanan Mahaney et al. 1990. Tabel 14 Estimasi kebutuhan nutrisi genus Macaca Kebutuhan Nutrisi Individu Bayi Muda Dewasa BK gkgBBhari - 22.2 12 Energi kkal MEkgBBhari 226 84 42.2 PK gkgBBhari 3.8 2.5 2.6 Ca BK 0.55 0.55 0.55 P BK 0.33 0.33 0.33 Fe mgkg 100 100 100 Vit. A IUkg 5000 5000 5000 Vit. B1 mgkg 1.1 1.1 1.1 Vit. C mgkg 110 110 110 Sumber: NRC 2003 Dominansi juga nampak mempengaruhi nilai status nutrisi individu Boti di masing-masing kandang. Pemberian pakan dengan cara disebar di beberapa tempat merupakan salah satu strategi untuk mengurangi efek dominansi terhadap status nutrisi individu. Hasil penelitian ini menunjukkan perbedaan status nutrisi antara individu dominan dengan individu hierarki rendah subordinates karena tingginya kompetisi. Individu subordinate mendapatkan akses pakan yang kurang dibandingkan individu dominan. Namun, hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa individu subordinate masih mampu menunjukkan angka PBB walaupun dengan akses terhadap pakan yang kurang optimal. Hal ini menunjukkan individu subordinat menerapkan strategi dalam mendapatkan makanan. Strategi tersebut antara lain ditunjukkan dalam perilaku makannya yaitu dengan membawa sebanyak-banyaknya pakan dengan anggota tubuh ataupun dengan cheek-pouch mereka. Selain itu, individu subordinat memiliki proporsi waktu yang lama dalam mencari sisa-sisa pakan dan memanfaatkan secara optimal pengkayaan pakan dalam kandang. Strategi ini digunakan untuk mencukupi kebutuhan konsumsi nutrisi Boti. Strategi makan ini ditemukan juga pada monyet rhesus Macaca 24 mulatta di penangkaran, individu subordinat yang sering menerima agresi di lokasi makan cenderung membawa makanan ke perifer untuk kemudian dimakan Deutsch dan Lee 1991. Pada kedua kandang lokasi penelitian ditemukan adanya perilaku abnormal yang digolongkan sebagai perilaku yang berhubungan dengan stress stress-related behaviour Waitt dan Smith 2001. Menurut Waitt dan Smith 2001, yang termasuk perilaku abnormal adalah perilaku selisik yang berlebihan excessive grooming, eye poking, memakan material feses, self-aggression, self- clasping, berjalan bolak-balik mengelilingi kandang pacing, mengguncang- guncang kandang rocking dan menjilat-jilat dinding atau kandang wall-licking. Pada kelompok Boti di kandang TMR ditemukan perilaku selisik yang berlebihan terutama oleh pasangan ibu dan anak yaitu Huti kepada Okto dan Ochi kepada Febri. Salah satu penyebab rontoknya rambut Okto karena seringnya diselisik oleh Huti. Huti sangat sering melakukan selisik kepada Okto, namun Okto juga sering melakukan penolakan dan kadang berakhir dengan agresi. Selain selisik yang berlebihan, kelompok Boti kandang TMR juga menunjukkan perilaku abnormal lain yaitu pacing, rocking dan wall-licking. Berbeda dengan kelompok Boti kandang PPS, hanya Godel yang menunjukkan perilaku abnormal yaitu memakan material feses. Bayi Meilan juga menunjukkan perilaku memakan material feses sebanyak dua kali. Namun, perilaku Meilan termasuk dalam perilaku meniru Godel dan pembelajaran learning. Menurut FAWC Farm Animal Welfare Coouncil 2009, dalam kesejahteraan hewan termasu k hewan penangkaran dikenal konsep “five freedoms ” yaitu; 1 bebas dari rasa lapar dan haus; 2 bebas dari rasa tidak nyaman; 3 bebas dari rasa sakit dan penyakit; 4 bebas untuk mengekspresikan perilaku normal; dan 5 bebas dari ketakutan dan penderitaan. Kegiatan penangkaran dapat mengganggu kesejahteraan satwa yang ditangkarkan. Kelima konsep kebebasan hewan tersebut harus dijadikan pedoman dalam manajemen penangkaran. Dengan mengetahui perilaku yang ditunjukkan satwa ketika di penangkaran serta pencatatan dan perhitungan status nutrisi secara teratur bisa mengurangi efek penangkaran terhadap kesejahteraan satwa. SIMPULAN DAN SARAN Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa: a. Kelompok Boti di kandang TMR memiliki, - Persentase terbesar pada perilaku harian adalah perilaku selisik dan istirahat. Perilaku makan yang lebih sering ditunjukkan selain perilaku menggigit dan mengunyah adalah perilaku memilih, membawa dan menolak makanan. - Status kecukupan nutrisi sudah memenuhi standar pada konsumsi BK, PK, vit. A, B1 dan C. Konsumsi total energi, PK pada Febri, mineral Ca, P, dan Fe masih mengalami kekurangan. - Pakan yang direkomendasikan berdasarkan seleksi terhadap nilai preferensi dan kandungan nutrisi adalah pisang, jagung manis, sawi, tomat, kacang panjang, jambu biji, pepaya dan buncis. 25 b. Kelompok Boti di kandang PPS memiliki, - Persentase terbesar dalam perilaku harian adalah perilaku makan, sedangkan perilaku mencari makan lebih tinggi pada perilaku makan kelompok Boti ini. - Status kecukupan nutrisi sudah memenuhi standar pada konsumsi BK, PK, vit. A, B1 dan C. Konsumsi total energi, mineral Ca, P, dan Fe masih mengalami kekurangan. - Pakan yang direkomendasikan adalah pisang, jagung manis, pepaya, jambu biji, apel, kailan, kangkung, tomat, kacang panjang, semangka, dan buncis. Dari segi perkandangan, kandang TMR memiliki luasan sempit dan kurang pengkayaan lingkungan namun suhu sudah sesuai dengan yang direkomendasikan. Kandang PPS memiliki luasan kandang lebih luas namun suhu cukup tinggi sehingga perlu ditambahkan pepohonan di sekitar kandang sebagai naungan. Pada kedua lokasi kandang, pakan tambahan perlu diperbanyak jumlah pemberiannya dan ditambahkan serangga yang palatable seperti ulat, belalang dan jangkrik pada diet mereka untuk memenuhi kekurangan kebutuhan zat gizi Boti. DAFTAR PUSTAKA Altmann J, Muruthi P. 1988. Differences in daily life between semiprovisioned and wild-feeding Baboons. Am J Primatol. 15:213-221. Andrade MCR, Ribeiro CT, da Silva VF, Molinaro EM, Goncalves MAB, Marques MAP, Cabello PH, Leite JPG. 2004. Biologic data of Macaca mulatta, Macaca fascicularis, and Saimiri sciureus used for research at the Fiocruz primate center. Mem Inst Oswaldo Cruz. 996:581-589. Berman CM, Li JH. 2002. Impact of translocation, provisioning and range restriction on a group of Macaca thibetana. Int J Primatol. 232:383-397. Bracke MBM, Spruijt BM, Metz JHM. 1999. Overall animal welfare assessment reviewed. Part 1: Is it possible? Nether J of Agric Science. 47:279-291. Braendle C, Geissmann T. 1997. Behavioural development of a pileated gibbon. International Zoo News. 441: 4-16. Chivers DJ. 1998. Measuring food intake in wild animals: primates. Proceedings of the Nutrition Society. 57:321-332. Chapman CA, Chapman LJ. 2002. Foraging challenges of red colobus monkeys: influence of nutrients and secondary compounds. Comp Biochem Physiol. 133:861-875. Deutsch JC, Lee PC. 1991 . Dominance and feeding competition in captive rhesus monkeys. Int J Primatol. 126:615-628. 26 [FAO] Food and Agriculture Organization. 2013. Edible insects: future prospects for food and feed security. [Internet]. [diakses pada 29 Agustus 2014]. Tersedia dalam: http:www.fao.orgdocrep018i3253ei3253e.pdf. [FAWC] Farm Animal Welfare Council. 2009 . Five Freedoms. [Internet]. [diakses pada 01 Juni 2014]. Tersedia dalam: http:www.fawc.org.ukfreedoms.htm. Fleagle FG. 1988. Primate: Adaptation and Evolution. New York US: Academic Press. Hambali K, Ismail A, Md-Zain BM. 2012. Daily activity budget of long-tailed macaques Macaca fascicularis in Kuala Selangor Nature Park. Int J Basic App Sci. 124:47-52. Heyne K. 1988. Tumbuhan Berguna Indonesia: vol 4. Departemen Kehutanan Indonesia ID: Yayasan Sarana Wana Jaya. [ILAR] Institute of Laboratory Animal Resources. 1973. Nonhuman Primates: Standards and Guidelines for the Breeding, Care, and Management of Laboratory Animals. Washington D.C. US: National Academy of Sciences. 61 pp. Jaman MF, Huffman MA. 2008. Enclosure environment affects the activity budgets of captive Japanese macaques Macaca fuscata. Am J Primatol. 70:1124 –1132. Laska M. 2001. A comparison of food preferences and nutrient composition in captive squirrel monkeys, Saimiri sciureus, and pigtail macaques, Macaca nemestrina. Physiology Behavior. 73:111-120. Lowe C. 2004. Making the monkey: how the togean macaque went from “new form” to “endemic species” in Indonesians conservation biology. Cultural Anthropol. 19:491-516. Mahaney WC, Watts DP, Hancock RGV. 1990. Geophagia by mountain gorillas Gorilla gorilla beringei in the Virunga Mountains, Rwanda. Primates. 311: 113-120. Martin P, Bateson P. 1986. Measuring Behaviour. New York US: Cambridge University Press. Michael CA, Mench JA, Olsson IAS, Hughes BO. 2011. Animal Welfare 2 nd Ed. Cambridge US: Cambridge University Press. Napier JR, Napier PH. 1985. The Natural History of the Primates. Cambridge US: MIT Press. National Institute of Health. 1985. Guide for The Care and Use of Laboratory Animals. DHEW Publ No NIH 85-23, pp.1-83. Committee on Care and Use of Laboratory Animals of The Insitute of Laboratory Animal Resources, U.S. Dept of Health and Human Services, Public Healt Services. National Institute of Health, Bethesda, M D. [NRC] National Research Council. 2000. Nutrient Requirements of Beef Cattle: 7 nd Rev. Ed. Washington DC US: National Academy Press. 27 [NRC] National Research Council. 2003. Nutrient Requirements of Non Human Primates: 2 nd Rev. Ed. Washington DC US: National Academy Press. Pombo RAER. 2004. Daerah jelajah, perilaku, dan pakan Macaca tonkeana di Taman Nasional Lore Lindu, Sulawesi Tengah [tesis]. Bogor ID: Institut Pertanian Bogor. Riley EP. 2007. Flexibility in diet and activity patterns of Macaca tonkeana in response to anthropogenic habitat alteration. Int J Primatol. 281:107- 133. Soedarmo P, Sediaoetama AD. 1977. Ilmu Gizi: Masalah Gizi Indonesia dan Perbaikannya. Jakarta ID: Penerbit Dian Rakyat. Supriatna J, Richardson M. 2008. Macaca tonkeana. Dalam IUCN 2012. IUCN Red List of Threatened Species. version 2012.2. [Internet]. [diakses pada 13 April 2013]. Tersedia dalam: http:www.iucnredlist.orgdetails125630. Thierry B, Bynum EL, Baker S, Kinnaird MF, Matsumura S, Muroyama Y, O’Brien TG, Petit O, Watanabe K. 2000. The social repertoire of Sulawesi macaques. Primate Research. 16:203-226. [USDA] United States Department of Agriculture. 2013. Nutrien Data. [Internet]. [diakses pada 3 November 2013]. Tersedia dalam: http:www.ars.usda.govbabhnrcndl. Waitt C, Smith HMB. 2001. What time is feeding? how delays and anticipation of feeding schedules affect stump-tailed macaque behavior. Appl Anim Behav Sci. 75:75-85. Zuhra R, Farajallah DP, Iskandar E. 2009. Aktivitas makan orangutan Pongo pygmaeus di Pusat Primata Schmutzer, Jakarta. J Primatol Ind. 62: 21- 26. 28 LAMPIRAN Lampiran 1 Kandungan gizi bahan pakan Boti di kandang TMR Jenis Makanan Air Energi kkal Protein Lemak Karboh Ca P Fe Vit.A Vit.B1 Vit.C mg mg mg IU100g mg mg Pisang Ambon 72 99 1.2 0.2 25.8 8 28 0.5 146 0.08 6 Jagung Manis 60 140 4.7 1.3 33.1 6 118 0.7 435 0.24 8 Ubi Kuning 68.5 123 1.8 0.7 27.9 30 49 0.7 60 0.09 22 Sawi 92 22 2.3 0.3 4 220 38 2.9 6460 0.09 102 Tomat 94 20 1 0.3 4.2 5 27 0.5 1500 0.06 40 Kacang Panjang 12 357 17.3 1.5 70 163 437 6.9 0.57 2 Apel 84 58 0.3 0.4 14.9 6 10 0.3 90 0.04 5 Jambu Biji Merah 86 149 0.9 0.3 12.2 14 28 1.1 25 0.02 87 Bengkuang 85 55 1.4 0.2 12.8 15 18 0.6 0.04 20 Wortel 88 42 1.2 0.3 9.3 39 37 0.8 12000 0.06 6 Timun 96 12 0.7 0.1 2.7 10 21 0.3 30 0.03 8 Pepaya 87 46 0.5 12.2 23 12 1.7 365 0.04 78 Ubi Merah 69 123 1.8 0.7 27.9 30 49 0.7 7700 0.09 22 Jeruk keprok 88 44 0.8 0.3 10.9 33 23 0.4 420 0.07 31 Pisang Raja 66 120 1.2 0.2 31.8 10 22 0.8 950 0.06 10 Melon 90.2 34 0.84 0.19 8.6 9 0.21 338.2 0.017 36.7 Buncis 89 35 2.4 0.2 7.7 65 44 1.1 630 0.08 19 Nanas 85 52 0.4 0.2 13.7 16 11 0.3 130 0.08 24 Sumber: Soedarmo dan Sediaoetama 1977; USDA National Nutrient Database 2013. 29 Lampiran 2 Kandungan gizi bahan pakan Boti di kandang PPS Jenis Makanan Air Energi kkal Protein Lemak Karboh Ca P Fe Vit.A Vit.B1 Vit.C mg mg mg IU100g mg mg Klengkeng 82.75 60 1.31 0.1 15.14 1 21 0.13 0.031 84 Kumek 95.2 14 1.3 0.3 2.3 90 69 2.7 0.01 3 Kangkung 90 29 3 0.3 5.4 73 50 2.5 6300 0.07 32 Kacang Panjang 12 357 17.3 1.5 70 163 437 6.9 0.57 2 Siomak 95.11 11 2.3 0.1 1.29 120 60 0.2 319.1 0.09 43 Pepaya 87 46 0.5 12.2 23 12 1.7 365 0.04 78 Wortel 88 42 1.2 0.3 9.3 39 37 0.8 12000 0.06 6 Nanas 85 52 0.4 0.2 13.7 16 11 0.3 130 0.08 24 Tomat 94 20 1 0.3 4.2 5 27 0.5 1500 0.06 40 Jeruk keprok 88 44 0.8 0.3 109 33 23 0.4 420 0.07 31 Brokoli 87 23 4 0.3 6 100 74 2 380 0.15 110 Pisang Ambon 72 99 1.2 0.2 25.8 8 28 0.5 146 0.08 6 Melon 90.2 34 0.84 0.19 8.6 9 0.21 338.2 0.017 36.7 Jagung Manis 60 140 4.7 1.3 33.1 6 118 0.7 435 0.24 8 Semangka 92 28 0.5 0.2 6.9 7 12 0.2 590 0.05 6 Ubi Merah 69 123 1.8 0.7 27.9 30 49 0.7 7700 0.09 22 Jambu Biji Merah 86 149 0.9 0.3 12.2 14 28 1.1 25 0.02 87 Terong ungu 93 24 1.1 0.2 5.5 15 37 0.4 30 0.04 5 Apel 84 58 0.3 0.4 14.9 6 10 0.3 90 0.04 5 Buah Pear 83.96 58 0.38 0.12 13.81 9 11 0.17 23 0.012 4.2 Salak 78 77 0.4 20.9 28 18 4.2 0.04 2 Timun 96 12 0.7 0.1 2.7 10 21 0.3 30 0.03 8 Kailan 84.04 50 3.3 0.7 10.01 135 56 1.7 1537.6 0.11 120 Bengkuang 85 55 1.4 0.2 12.8 15 18 0.6 0.04 20 Buncis 89 35 2.4 0.2 7.7 65 44 1.1 630 0.08 19 30 Belimbing 90 36 0.4 0.4 8.8 4 12 1.1 170 0.03 35 Markisa 80 70 0.6 18.9 11 50 1.1 10 16 Bombay 88 45 1.4 0.2 10.3 32 44 0.5 50 0.03 9 Tauge Kacang hijau 92 23 2.9 0.2 4.1 29 69 0.8 10 0.07 15 Rambutan 81 69 0.9 0.1 18.1 16 16 0.5 10 58 Telur ayam 74 162 12.8 11.5 0.7 54 180 2.7 900 0.1 Kuaci 10 515 30.6 42.1 13.8 54 312 6.2 0.02 Kacang tanah 4 452 25.3 42.8 21.1 58 335 1.3 0.3 3 Sumber: Soedarmo dan Sediaoetama 1977; USDA National Nutrient Database 2013. 31 Lampiran 3 Hasil perhitungan konsumsi nutrisi kandang TMR Jenis Makanan Konsumsi Rata-rata As fed g BK g Energi kkal Protein g Lemak g Karboh g Ca mg P mg Fe mg Vit. A IU100g Vit. B1 mg Vit. C mg Pisang Ambon 615.6 172.4 170.6 7.39 1.23 44.47 49.25 172.37 0.86 251.66 0.138 10.34 Jagung Manis 104.9 42.0 58.7 4.93 1.36 13.89 6.29 123.78 0.29 182.53 0.101 3.36 Ubi Kuning 115.1 36.3 44.6 2.07 0.81 10.12 34.53 56.40 0.25 21.75 0.033 7.98 Sawi 37.6 3.0 0.7 0.86 0.11 0.12 82.72 14.29 0.09 194.32 0.003 3.07 Tomat 102.9 6.2 1.2 1.03 0.31 0.26 5.15 27.78 0.03 92.61 0.004 2.47 Kacang Panjang 123.4 108.6 387.7 21.35 1.85 76.01 201.14 539.26 7.49 0.00 0.619 2.17 Apel 93.6 15.0 8.7 0.28 0.37 2.23 5.62 9.36 0.04 13.48 0.006 0.75 Jambu Biji Merah 54.9 7.7 11.5 0.49 0.16 0.94 7.69 15.37 0.08 1.92 0.002 6.69 Bengkuang 199 29.9 16.4 2.79 0.40 3.82 29.85 35.82 0.18 0.00 0.012 5.97 Wortel 78.7 9.4 4.0 0.94 0.24 0.88 30.69 29.12 0.08 1133.28 0.006 0.57 Timun 79.9 3.2 0.4 0.56 0.08 0.09 7.99 16.78 0.01 0.96 0.001 0.26 Pepaya 285.8 37.2 17.1 1.43 0.00 4.53 65.73 34.30 0.63 135.61 0.015 28.98 Ubi Merah 66.8 20.7 25.5 1.20 0.47 5.78 20.04 32.73 0.14 1594.52 0.019 4.56 Jeruk keprok 64.3 7.7 3.4 0.51 0.19 0.84 21.22 14.79 0.03 32.41 0.005 2.39 Pisang Raja 135.8 46.2 55.4 1.63 0.27 14.68 13.58 29.88 0.37 438.63 0.028 4.62 Melon 106.9 10.5 3.6 0.90 0.20 0.90 9.62 0.00 0.02 35.43 0.002 3.84 Buncis 36.9 4.1 1.4 0.89 0.07 0.31 23.99 16.24 0.04 25.57 0.003 0.77 Nanas 53 8.0 4.1 0.21 0.11 1.09 8.48 5.83 0.02 10.34 0.006 1.91 Total 2355.10 567.75 814.94 49.47

8.24 180.96